0% found this document useful (0 votes)
321 views11 pages

Contoh Kasus Studi Kelayakan Bisnis

This document summarizes a study analyzing the feasibility of a sharia-compliant tempeh business in Tasikmalaya City, Indonesia. The study used descriptive quantitative and qualitative methods, including surveys and interviews. The results found that the tempeh business was financially feasible and operated according to sharia principles, though some issues were identified regarding financial management and marketing strategies. The research aims to evaluate and improve the tempeh industry in Tasikmalaya City to contribute to local economic growth.

Uploaded by

Ayu Dwi Lestari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
321 views11 pages

Contoh Kasus Studi Kelayakan Bisnis

This document summarizes a study analyzing the feasibility of a sharia-compliant tempeh business in Tasikmalaya City, Indonesia. The study used descriptive quantitative and qualitative methods, including surveys and interviews. The results found that the tempeh business was financially feasible and operated according to sharia principles, though some issues were identified regarding financial management and marketing strategies. The research aims to evaluate and improve the tempeh industry in Tasikmalaya City to contribute to local economic growth.

Uploaded by

Ayu Dwi Lestari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1.

Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS SYARIAH PADA USAHA


MIKRO TEMPE

Heni Sukmawati1*, Fatimah Zahra Nasution2


1
Program Studi Ekonomi Syariah, Universitas Siliwangi, [email protected]
2
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Siliwangi,
[email protected]

ABSTRACT
Tempe industry is one of potential micro enterprises operating in Indonesia. Tempe is
a well-known substitution food consumed by many people in the country. Thus tempe
production has an important role in meeting the demand for Tempe in the domestic market in
Indonesia. Practically in many areas, Tempe production is operated in a small scale due to lack
of resources. This promising business is feasible to be developed into a higher scale. The
feasibility study is an in-depth assessment in analyzing either a running business or a proposed
business plan. The purpose of this study is to define a business condition with a statement that
a business is feasible or not as per consideration in various analyzed aspects. In-depth
assessment means that one enterprise will be studied comprehensively according to data and
information, measured and examined with certain methods. One important aspect is marketing
which will look at how large the market share of the business, how capable the business to
attain the proportion of the market sharudie, relatively compare with the competitors, what
strategies will be conducted in obtaining the expected results for the business. Financial
analysis will assess the capability of a business in attaining revenue and minimizing the cost.
By doing this analysis, the duration of payback period of an investment will be calculated
precisely. The assessment includes financial records and cash flow report. Research method
used in this study is descriptive both quantitative and qualitative using survey method and in-
depth interview. The research designed to capture the real condition regarding the analyzed
object based on valid data and factual circumstances. The collected data then analyzed and
processed with the basic theory used in this research. This research was conducted in Tempe
production center located on Jalan Ampera Tasikmalaya City. Based on the result from
financial analysis, it can be stated that the business is feasible. Based on the result on sharia
marketing analysis, it is found that the business is operated accordingly to sharia principles.
However, the interview section found some problems regarding the financial management and
marketing strategy which needed to be resolutely improved. The research results are expected
to be considered as evaluation issue for the improvement and development of Tempe industry
in Tasikmalaya City and eventually give some contribution for the economic growth in
Tasikmalaya City.

Keywords: Business Feasibility Analysis, Financial Aspect, Shariah Marketing Aspect.

1
*Penulis korespondensi, email: [email protected]

| 38
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

ABSTRAK
Industri tempe adalah salah satu usaha mikro potensial yang beroperasi di Indonesia.
Tempe adalah makanan pengganti terkenal yang dikonsumsi oleh banyak orang di negara ini.
Dengan demikian produksi tempe memiliki peran penting dalam memenuhi permintaan Tempe
di pasar domestik di Indonesia. Praktis di banyak daerah, produksi Tempe dioperasikan dalam
skala kecil karena kurangnya sumber daya. Bisnis yang menjanjikan ini layak untuk
dikembangkan ke skala yang lebih tinggi. Studi kelayakan adalah penilaian mendalam dalam
menganalisis bisnis yang sedang berjalan atau rencana bisnis yang diusulkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendefinisikan kondisi bisnis dengan pernyataan bahwa suatu bisnis
layak atau tidak sesuai pertimbangan dalam berbagai aspek yang dianalisis. Penilaian
mendalam berarti bahwa satu perusahaan akan dipelajari secara komprehensif sesuai dengan
data dan informasi, diukur dan diperiksa dengan metode tertentu. Salah satu aspek penting
adalah pemasaran yang akan melihat seberapa besar pangsa pasar bisnis, seberapa mampu
bisnis untuk mencapai proporsi pasar sharudie, relatif dibandingkan dengan pesaing, strategi
apa yang akan dilakukan dalam memperoleh hasil yang diharapkan untuk bisnis. Analisis
keuangan akan menilai kemampuan bisnis dalam memperoleh pendapatan dan meminimalkan
biaya. Dengan melakukan analisis ini, durasi periode pengembalian investasi akan dihitung
secara tepat. Penilaian meliputi catatan keuangan dan laporan arus kas. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif baik kuantitatif maupun kualitatif dengan
menggunakan metode survei dan wawancara mendalam. Penelitian ini dirancang untuk
menangkap kondisi nyata mengenai objek yang dianalisis berdasarkan data yang valid dan
keadaan faktual. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diproses dengan teori dasar yang
digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di pusat produksi Tempe yang terletak
di Jalan Ampera Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil analisis finansial, dapat dinyatakan
bahwa bisnis tersebut layak. Berdasarkan hasil analisis pemasaran syariah, ditemukan bahwa
bisnis dioperasikan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Namun, bagian wawancara
menemukan beberapa masalah mengenai manajemen keuangan dan strategi pemasaran yang
perlu ditingkatkan secara tegas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dianggap sebagai masalah
evaluasi untuk peningkatan dan pengembangan industri Tempe di Kota Tasikmalaya dan pada
akhirnya memberikan beberapa kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Tasikmalaya.

Kata kunci: Analisis Kelayakan Bisnis; Aspek Keuangan; Aspek Pemasaran Syariah.

PENDAHULUAN
Sasaran yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan
ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, selain
berperan dalam pertumbuhan ekonomi juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan
penyebaran industri.
Industri Tempe merupakan salah usaha mikro yang potensial karena tempe merupakan
makanan substitusi yang digemari banyak orang di berbagai kalangan masyarakat. Industri
tempe ini merupakan usaha kecil yang potensial untuk dikembangkan menjadi industri skala
menengah, bahkan di Bogor sudah lakukan pengembangan usaha tempe dengan membangun

| 39
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

Rumah Tempe Indonesia (RTI) pada tahun 2012 yang merupakan unit bisnis dari Koperasi
Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor. RTI ini telah menerapkan Good Hygenic
Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) dan tempe yang dihasilkan sudah
mendapat sertifikat HACCP dan memenuhi standar mutu sesuai SNI 3144 tahun 2009.
(Kompasiana, 19 Oktober 2015)
Industri tempe merupakan salah usaha mikro yang potensial karena tempe merupakan
makanan substitusi yang digemari banyak orang di berbagai kalangan masyarakat. Industri
tempe merupakan kegiatan usaha yang potensial untuk dikembangkan menjadi industri skala
menengah. Kota Tasikmalaya mempunyai sentra industri tempe yang terletak di Jl. Ampera
Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes, disini terdapat pengrajin tempe kurang lebih
sebanyak 80 orang yang tersebar di RW.07, RW.08, RW.10, RW.11 dan yang terbanyak berada
di wilayah RW.016, bahkan di wilayah tersebut, usaha tempe menjadi penghasilan utama bagi
warganya, ada yang menjadi buruh pembuatan tempe, reseller tempe dan pemilik sekaligus
penjual tempe. (Dokumen KOPTI Kota Tasikmalaya,2015)
Industri tempe di Kota Tasikmalaya telah beroperasi secara tradisional dan turun temurun
sejak tahun 1960an. Sebagai sumber pendapatan masyarakat yang menopang perekonomian
daerah, kajian dan evaluasi pada industri ini penting dilakukan untuk pengembangan industri
tempe sehingga skala usaha industri tempe akan meningkat.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kelayakan bisnis industri tempe pada aspek
pemasaran Syariah dan aspek keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi
bagi peningkatan dan pengembangan industri tempe, sehingga mempunyai kontribusi bagi
pembangunan ekonomi Kota Tasikmalaya

LITERATUR REVIEW
Pengertian dan Tujuan Bisnis
Bisnis merupakan kegiatan yang dijalankan oleh sekelompok orang dalam bidang
perniagaan (produsen, pedagang, konsumen) untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kamus
online Merriam-Webster (2016), bisnis didefenisikan sebagai aktivitas yang menghasilkan
uang, membeli atau menjual barang ataupun menyediakan jasa yang dibayar dengan uang, “the
activity of making, buying, or selling goods or providing services in exchange for money”.
Adapun diantara tujuan dari kegiatan bisnis adalah untuk memperoleh laba (keuntungan
material/finansial) dan memberikan bantuan/manfaat bagi sesama. Bisnis dengan tujuan
memberikan bantuan bagi sesama dikenal dengan istilah bisnis nirlaba atau bisnis yang bersifat
sosial. Kegiatan bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Menurut Husein Umar (2012) Kegiatan bisnis
memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memperoleh keuntungan material dan non material
2. Membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat
3. Menambah jumlah barang dan jasa kebutuhan masyarakat
4. Menambah ketersediaan sarana dan prasarana

| 40
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

5. Membuka isolasi wilayah


6. Membantu pemerataan pembangunan

Bisnis yang layak dan dianjurkan dalam Islam


Menurut Rivai (2012) Bisnis yang layak menurut Islam adalah bisnis yang halal yakni
bisnis yang memenuhi konsep halal baik dari jenis usahanya dan cara menjalankan usahanya.
Berdasarkan ayat Al-Quran dan Hadis Nabi Muhamad SAW sebagai berikut:

ۡ ‫ت َما َرزَ ۡق َٰنَكُ ۡم َو‬


ِ َّ ِ ْ‫ٱش ُك ُروا‬
َ‫ّلِل ِإن ُكنت ُ ۡم ِإيَّاهُ ت َعۡ بُدُون‬ َ ‫َٰ َٰٓيَأَيُّ َهاٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكلُواْ ِمن‬
ِ َ‫ط ِي َٰب‬

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.”(QS. al-Baqarah [2]: 172).

َ َٰ ‫ش ۡي‬
َ ‫ط ِۚ ِن ِإنَّ ۥهُ لَ ُك ۡم‬
‫َدُو ُّم ِبين‬ َّ ‫ت ٱل‬ َ ‫ض َح َٰلَ اٗل‬
ُ ‫ط ِيبا ا َو ََل تَت َّ ِبعُواْ ُخ‬
ِ ‫ط َٰ َو‬ ُ َّ‫َٰ َٰٓيَأَيُّ َهاٱلن‬
ِ ‫اس ُكلُواْ ِم َّما فِي ۡٱۡل َ ۡر‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”(QS. al-Baqarah [2]: 168).

َ‫ِي أَنتُم بِِۦه ُم ۡؤ ِمنُون‬ َ ‫ٱّلِلُ َح َٰلَ اٗل‬


َٰٓ ‫طيِبا ِۚا َوٱتَّقُواْٱللَّ َهٱلَّذ‬ َّ ‫َو ُكلُواْ ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم‬

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.(QS. al-Maidah
[5]: 88).
Ayat-ayat di atas menunjukan betapa pentingnya kedudukan harta halal dalam Islam.
Manusia diperintahkan mengkonsumi makanan-makanan yang halal lagi baik, bekerja dengan
cara yang halal lagi baik dan mengalokasikannya dengan cara halal lagi baik pula.

Pengertian Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Husein Umar (2012:7) (Studi kelayakan bisnis merupakan kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, yang
bertujuan untuk menentukan layak atau tidak suatu bisnis tersebut dijalankan. Mempelajari
secara mendalam mempunyai pengertian bahwa suatu bisnis dianalisis secara sungguh-sungguh
berdasarkan data dan informasi yang ada, diukur, dihitung melalui metode-metode tertentu.
Sedangkan Studi Kelayakan Bisnis Syariah menurut Agustin (2017:21) adalah analisis
kelayakan usaha/bisnis yang halal menurut syariah dalam rangka perencanaan investasi dan
pengembangan usaha.
Studi Kelayakan Bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan). Pengertian menguntungkan berhasil atau

| 41
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

layak, ada yang menafsirkan dalam arti sempit dan arti luas. Pengertian arti sempit, biasanya
pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi suatu investasi. Pengertian dalam
arti luas, biasanya pemerintah atau lembaga non profit disamping manfaat ekonomi masih ada
manfaat lain yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan (Umar, 2009).
Kelayakan artinya analisis yang dilakukan secara mendalam tersebut akan menghasilkan
kesimpulan yang menentukan apakah usaha yang akan atau sedang dijalankan akan memberi
manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, layak
mempunyai pengertian signifikan secara finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai yang dapat dinikmati oleh tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankan namun
juga bagi investor, kreditur, pemerintah dan masyarakat luas.

Aspek Penilaian dalam Analisis Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Kasmir dan Jakfar (2003: 37) Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha
atau bisnis dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek memiliki standar tertentu yang dinilai
secara keseluruhan. Aspek-aspek yang dinilai dalam analisis studi kelayakan bisnis meliputi:
1. Aspek Hukum
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
3. Aspek Keuangan
4. Aspek Teknis/Operasi
5. Aspek Manajemen/Organisasi
6. Aspek Ekonomi dan Sosial
7. Aspek Dampak Lingkungan

Pentingnya Aspek Pemasaran dan Aspek Keuangan dalam Analisis Studi Kelayakan
Bisnis
Aspek pemasaran menganalisis seberapa besar pangsa pasar yang akan diraih, bagaimana
kemampuan perusahaan untuk menguasai pasar serta bagaimana strategi yang akan dijalanakan
nantinya. Aspek pemasaran mencakup strategi bauran pemasaran (marketing mix) yaitu:
strategi produk; strategi harga; strategi lokasi dan distribusi; strategi promosi. Hal ini berarti,
analisis produk akan melihat bagaimana produk yang dihasilkan baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Analisis harga akan menilai bagaimana penetapan harga dilakukan, apakah harga
jual yang ditetapkan terlalu rendah atau bahkan terlalu tinggi sehingga mengurangi volume
penjualan. Analisis lokasi dan distribusi akan menganalisis penempatan usaha baik pada aspek
produksinya, alur distribusi sampai kepada konsumen. Analisis promosi menilai bagaimana
perusahaan menginformasikan produknya kepada calon konsumen.(Agustin, 2017: 93-103).
Adapun aspek keuangan dilakukan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Melalui analisis ini akan
terlihat pengembalian uang yang diinvestasikan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk
dapat kembali. Penilaian mencakup pencatatan keuangan dan arus kas perusahaan. Dengan
menganalisis laporan keuangan dan arus kas, maka aspek keuangan dinilai kelayakannya
melalui kriteria investasi. Tujuannya adalah untuk melihat apakah kegiatan bisnis layak atau

| 42
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

tidak dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menilainya dapat melalui beberapa metode
sebagai berikut: Payback Period, Net Present Value, Average Rate of Return, Internal Rate of
Return, Profitability Index dan Break Even Point. Selain itu, dapat juga digunakan rasio
keuangan seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio rentabilitas
(Kasmir,Jakfar. 2003: 178).

METODE
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dan menggunakan metode penelitian survei dan wawancara. Desain penelitian ini
menggunakan teknik observasi sehingga peneliti mendapatkan gambaran keadaan yang
sebenarnya mengenai objek yang diteliti berdasarkan fakta, kejadian dan data yang ada.
(Sugiyono, 2009)
Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin tempe yang memenuhi kriteria produksi
tempe 45 kg per hari dengan wilayah operasi di sentra industri tempe yang terletak di Jalan
Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, yang berjumlah 30
orang pengrajin.
Penelitian ini menggunakan sampel jenuh (total sample) karena menjadikan seluruh
populasi sebagai responden penelitian ini. Untuk memperoleh data yang lengkap dalam
penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan melakukan observasi yakni melakukan
pengamatan secara langsung, melihat, mendengar, meninjau dan mencatat segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelayakan bisnis usaha tempe di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada seluruh
responden untuk diisi dan dijawab. Selain itu, dilakukan teknik dokumentasi untuk
mendapatkan data sekunder, seperti data jumlah pengrajin tempe, alamat usaha dan data
sekunder lainnya maka dilakukan penelitian terhadap dokumen atau arsip yang diperlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa industri tempe yang berlokasi di
Jalan Ampera Kota Tasikmalaya saat ini terjadi penurunan produksi dan beberapa pengrajin
tempe mengalami stagnasi. Hal ini disebabkan karena (1) tidak ada inovasi dalam proses
produksi maupun pengembangan produk, (2) pengrajin tempe masih menggunakan manajemen
usaha tradisional yang diwariskan turun temurun sehingga tidak mampu memecahkan masalah
yang terjadi, misalnya: fluktuasinya harga bahan baku, kayu bakar yang sudah mulai langka
dan harganya mahal, banyak pesaing, tingkat penjualan menurun, tidak ada standar harga tempe
di pasaran dan lain sebagainya, (3) pengrajin tempe belum menerapkan manajemen keuangan
yang baik sehingga banyak pengrajin yang kehabisan modal, mengalami kerugian dan terlilit
hutang, (4) pengrajin tempe belum melakukan pengembangkan usaha dengan membuat produk
olahan tempe (diversifikasi produk).

| 43
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

1. Aspek Keuangan
Berdasarkan hasil olah data yang diperoleh melalui survei terhadap pengrajin tempe,
maka ditemukan keadaan ril yang berlangsung dalam operasional produksi tempe di kawasan
Sentra Tempe Jalan Ampera Kota Tasikmalaya baik dari aspek keuangan maupun aspek
pemasaran syariah.
Dalam aspek keuangan ditemukan sebanyak 63.3 % pengrajin tempe mengalami stagnasi
dalam perkembangan usahanya baik dari ukuran, volume dan skala usaha. Keadaaan yang lebih
buruk lagi yakni penurunan usaha dialami sebanyak 16.7 % dari total pengrajin tempe yang
disurvei, hanya 20 % yang mengalami peningkatan usaha. Hal ini diakibatkan oleh banyak
faktor yang dialami pengrajin tempe yang disurvei dalam penelitian ini. Sebanyak 43.3%
pengrajin tempe yang disurvei hanya memproduksi sebanyak 40 kg-72 kg tempe perhari, 23.3 %
memproduksi sebanyak 73 kg- 105 kg, 13.3% memproduksi sebanyak 106 kg-138 kg perhari,
10 % memproduksi sebanyak 139 kg-171 kg perhari dan sisanya 10 % dari pengrajin tempe
yang disurvei memproduksi sebanyak 172 kg-204 kg perhari.
Kemudian ditemukan bahwa seluruh pengrajin tempe yang disurvei menggunakan modal
sendiri untuk menjalankan usahanya. Modal kerja dalam range terendah Rp. 315.000- Rp.
612.00 dibutuhkan oleh 46.7% dari pengrajin tempe yang disurvei, sedangkan 6.7% pengrajin
tempe membutuhkan modal kerja tertinggi antara Rp. 1.507.000 – Rp. 1.804.000. Untuk
memulai usaha tempe, nilai investasi awal yang dibutuhkan mayoritas berkisar antara Rp.
2.838.000 – Rp. 5.226.000 sebanyak 36.7 %. Nilai investasi awal tertinggi berkisar antara Rp.
6.616.000 – Rp. 8.004.000 yakni hanya oleh 6.6 % atau 2 orang pengrajin tempe.
Seluruh pengrajin tempe yang disurvei melakukan penghitungan biaya operasional secara
berkala, artinya mereka menghitung biaya dan pendapatan yang dihasilkan setiap harinya,
namun dalam wawancara selanjutnya mereka menyatakan bahwa tidak dilakukan pencatatan
arus kas harian, sehingga pengeluaran usaha bercampur dengan pengeluaran rumah tangga
pribadi. Total pendapatan harian dalam range tertinggi Rp. 2.134.000 – Rp 2.654.000 hanya
sebanyak 6.6% sedangkan total pendapatan harian dalam range terendah yaitu Rp. 450.000 –
Rp. 870.000 sebanyak 35.7 %. Total biaya harian dalam range terendah yaitu Rp. 345.000 –
Rp. 636.000 sebanyak 36.7%, sedangkan biaya tertingi dalam range Rp. 1.513.000 – Rp.
1.804.00 sebanyak 6.6%.
Adapun dalam hal penggajian tenaga kerja, seluruh pengrajin tempe membayarkan gaji
tenaga kerjanya secara teratur, biasanya dibayarkan harian maupun mingguan. Adapun biaya
tenaga kerja perhari dalam range terendah adalah Rp. 30.000 – Rp. 64.000 sebanyak 30 % dan
biaya tenaga kerja tertinggi dalam range Rp. 170.000 – Rp. 210.000 hanya 6.6 % dari total
pengrajin tempe yang disurvei.
Untuk pengeluaran rutin, sebanyak 46.7 % atau 14 orang pengrajin tempe yang disurvei
menyatakan pengeluaran untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, 10 % atau 3 orang
menjawab untuk keperluan rumah tangga sehari-hari dan membayar hutang, 6.6 % atau 2 orang
menjawab untuk keperluan rumah tangga dan biaya pendidikan, sedangkan 36 % menjawab
untuk keperluan rumah tangga, pembayaran hutang dan biaya pendidikan.

| 44
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

Mayoritas pengrajin tempe yang disurvei 100% menyatakan status kepemilikan lahan dan
bangunan tempat usahanya sebagai milik sendiri (pribadi).

Analisis Break Event Point


Penghitungan titik impas atau BEP dilakukan dengan membandingkan TR (Total
Revenue) dan TC (Total Cost). Jika TR =TC maka titik BEP tercapai, jika TR > TC maka usaha
menghasilkan laba namun jika TR < TC maka usaha mengalami kerugian. Dari hasil survei
yang dilakukan terhadap pengrajin tempe diperoleh data TR dan TC sebagai berikut:

Tabel 1. Tabulasi Data Perhitungan BEP


No. Nama TR TC BEP/Laba/Rugi
1 Bpk. Rp.1,200,000 Rp.975,000 Laba
H. Yaya
2 Bpk. Rp.912,000 Rp.695,000 Laba
H. Sodik
3 Bpk. Rp.1,500,000 Rp.1,100,000 Laba
Dede Ramlan
4 Bpk. Rp.1,300,000 Rp.1,000,000 Laba
Rusmana
5 Bpk. Rp.1,200,000 Rp.950,000 Laba
Dodo
6 Bpk. Rp.720,000 Rp.520,000 Laba
Hendar
7 Bpk. Rp.1,000,000 Rp.653,000 Laba
Opik
8 Ibu Rp.1,700,000 Rp.1,240,000 Laba
Yeyen
9 Bpk. Rp.450,000 Rp.345,000 Laba
Ujang
Saepudin
10 Ibu Rp.950,000 Rp.700,000 Laba
Kiki
11 Bpk. Rp.700,000 Rp.415,000 Laba
Endang Mufid
12 Bpk. Rp.2,000,000 Rp.1,480,000 Laba
Koko
13 Ibu Rp.700,000 Rp.546,000 Laba
Ai
14 Bpk. Rp.1,850,000 Rp.1,320,000 Laba
Arif
15 Bpk. Rp.705,000 Rp.540,000 Laba
H.Maman
16 Bpk. Rp.1,530,000 Rp.1,120,000 Laba
Dede Didi
17 Bpk. Rp. 980,000 Rp. 760,000 Laba
Nana
18 Ibu Rp. 645,000 Rp. 505,000 Laba
Tuti
19 Ibu Rp. Rp. Laba
Hj.Ilah 2,550,000 1,800,000

| 45
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

20 Ibu Rp. 655,000 Rp. 500,000 Laba


Hj. Utiyah
21 Bpk. Rp. Rp.1,265,000 Laba
Khoer 1,750,000
22 Bpk. Rp.1,850,000 Rp.1,320,000 Laba
H.Wawan
23 Bpk. Rp.945,000 Rp.740,000 Laba
H.Momo
24 Bpk. Rp.730,000 Rp.525,000 Laba
H.Ending
25 Bpk. Rp.965,000 Rp.770,000 Laba
H.Wowo
26 Bpk. Rp.810,000 Rp.605,000 Laba
Darus Lala
27 Bpk. Rp.1,315,000 Rp.940,000 Laba
H.Aso
28 Bpk. Rp.2,650,000 Rp.1,800,000 Laba
Rudi/H. Yoyo
29 Bpk. Rp.655,000 Rp.485,000 Laba
H.Endang
30 Bpk. Rp.820,000 Rp.600,000 Laba
Dedi

Dengan demikian, seluruh kegiatan usaha pengrajin tempe yang disurvei mengalami laba
usaha yang bervariasi, hal ini dikarenakan perbedaan volume produksi dan penetapan harga jual
produk dari masing-masing pengrajin tempe.

Aspek Pemasaran Syariah


Dalam kaitannya dengan penerapan prinsip syariah, keseluruhan pengrajin tempe yang
disurvei menyatakan bahwa produk yang dihasilkan merupakan produk yang halal menurut
syariah Islam, demikian juga halnya dengan metode produksi dan kegiatan distribusi yang
dilakukan melaksanakan prinsip syariat Islam
Cita rasa tempe yang dihasilkan adalah enak, hal ini dijawab oleh seluruh pengrajin tempe
yang disurvei. Penampilan produk tempe bervariasi, ada yang berbentuk balok sebanyak 93.4 %,
berbentuk bantal sebanyak 3.3 % dan ada pula yang mencetak lebih dari 1 bentuk sebanyak
3.3%. Seluruh responden menyatakan bahwa aroma produk yang dihasilkan adalah aroma
kedelai asli.
Dalam hal kebersihan dan kesegaran produk tempe yang dihasilkan, seluruh pengrajin
tempe yang disurvei menyatakan produk yang dihasilkan bersih dan segar. Seluruh responden
juga menyatakan memiliki standar mutu produk yang dihasilkan.
Variabel distribusi, 96.7% responden menyatakan bahwa letak lokasi usaha mudah
dijangkau, sedangkan 3.3% menyatakan tidak mudah dijangkau. Keterjangkauan dengan
angkutan umum, 93.3% menyatakan dapat dijangkau sedangkan 6.7% menyatakan tidak dapat
dijangkau angkutan umum. Namun seluruh responden menyatakan lokasi usahanya dapat
terjangkau dari pusat kota dan pasar.
Dalam kaitannya dengan penetapan harga jual, seluruh pengrajin tempe yang disurvei
menyatakan bahwa harga jual tempe dapat terjangkau pembeli, penetapan harga sesuai dengan

| 46
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

kualitas produk yang dijual, harga yang ditetapkan juga mampu bersaing dengan produk yang
dijual oleh kompetitornya. Sebanyak 96.7 % menyatakan bahwa mereka memberikan potongan
harga untuk menarik pembeli agar mampu bersaing di pasar, sedangkan 3.3 % tidak melakukan
hal yang demikian.
Dalam kegiatan promosi, seluruh responden menyatakan tidak melakukan pengenalan
produk dengan media promosi. Pengrajin tempe yang disurvei tidak melakukan promosi untuk
memasarkan produk mereka. Teknik pemasaran yang dilakukan adalah dengan menjual
langsung kepada konsumen di pasar maupun melalui pengiriman ke tempat konsumen.

Implikasi Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian analisis kelayakan usaha tempe pada aspek keuangan dan pemasaran
syariah di sentra usaha tempe Kota Tasikmalaya diharapkan dapat menjadi data/bahan analisis
untuk pengrajin tempe khususnya, akademisi, praktisi, dan pemerintah kota Tasikmalaya dalam
menyusun strategi pengembangan usaha tempe yang sekarang ini berskala kecil dan bersifat
home industry menjadi skala kecil dan menengah bahkan skala besar dan menjadikan tempe
sebagai produk pangan unggulan dan andalan Kota Tasikmalaya

KESIMPULAN
Kota Tasikmalaya mempunyai sentra industri tempe yang terletak di Jalan Ampera
Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes. Berdasarkan analisis kelayakan bisnis pada
aspek keuangan (financial) yang telah dilakukan, sentra industri tempe kota Tasikmalaya
menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan. Berdasarkan analisis kelayakan bisnis pada
aspek pemasaran syariah (sharia marketing) yang telah dilakukan, usaha produksi tempe yang
dilakukan sesuai dengan prinsip syariah Islam.
Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
ditemukan beberapa permasalahan dalam aspek keuangan dan pemasaran, diantaranya
pencatatan keuangan usaha masih bersifat tradisional bahkan beberapa responden tidak
melakukan pencatatan keuangan. Penetapan harga jual produk berbeda sesuai kualitas produk
yang dihasilkan masing-masing pengrajin tempe. Sehingga walaupun usaha menghasilkan laba,
namun besaran laba yang diperoleh bervariasi. Dalam aspek pemasaran, strategi pemasaran
dalam hal promosi tidak dilakukan sehingga penjualan produk tempe belum maksimal.
Penelitian ini memberikan saran kepada pengrajin tempe agar membenahi manajemen
usaha yang dijalankan demi peningkatan skala usaha Penelitian ini juga menyarankan kepada
pemerintah daerah Kota Tasikmalaya agar memprogramkan pengembangan usaha tempe
dengan membangun Rumah Tempe Indonesia (RTI) di kawasan Sentra Tempe Kota
Tasikmalaya sehingga memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah.

REFERENSI
Agustin, Hamdi. (2017). Studi Kelayakan Bisnis Syariah. Jakarta : Rajawali Pers.
Kasmir dan Jakfar. (2003) Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.

| 47
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4. No. 1. Mei 2019
p-ISSN 2548-5032

Merriam-webster. “business”. http://www.merriam-webster.com/dictionary/business, diakses


tanggal 20 April 2016.

Rivai, Veithzal. (2012). Islamic Business and Economic Ethics. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Umar, Husein. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Edisi ke-3, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Umar, Husein. (2012). Studi Kelayakan Bisnis; Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis
Secara Komprehensif. Edisi Revisi 3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

| 48

You might also like