Berpikir Positif Untuk Mengurangi Stress
Berpikir Positif Untuk Mengurangi Stress
Atina Machmudati
R. Rachmy Diana
Program Studi Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to know the effectiveness of positive thinking training in reducing the anxieties of students
who are working on the thesis. The subjects in this research consisted of 24 students which 12 students into
experimental group and 12 students into the control group. The subjects characteristics of the research is :
1) students of UIN Sunan Kalijga especially students of Social anda Humanities Faculty and Science and
Technology Faculty 2) doing thesis, 3) having medium up to highest anxiety score in doing thesis, 4) ready
to be subject of the research.This research uses two deferent groups (experimental and control groups) by
pre-test and post-test design. The measurenment tool which is use in the research is the anxiety doing the
thesis scale.The test using statistical analysis techniques Mann Whitney U indicates that gain score between
control and experimental group results value p=0,002 (p<0,005) so it can be concluded that there is a
difference score of anxiety that significant between experimental and control group. Whereas the analysis
results of wilcoxon signed rank indicates that post-test and pre-test experimental group gets value p=0,002
(p<0,005), so it can be concluded that there is different of anxiety level on experimental group before and
after treatment. The anxiety of students after getting positive thinking treatment indicates lower than before.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelatihan berpikir positif dalam menurunkan
kecemasan mengerjakan skripsi pada mahasiswa. Subjek penelitian sebanyak 24 mahasiswa. Karakteristik
subjek penelitian di antaranya adalah: 1) Mahasiswa Universitas X, khususnya mahasiswa Fakultas Isoshum
dan Saintek, 2) Sedang mengerjakan skripsi , 3) Memiliki skor kecemasan mengerjakan skripsi yang sedang
sampai sangat tinggi di antara populasi, dan 4) Bersedia menjadi subjek penelitian. Penelitian ini
menggunakan dua kelompok group yang berbeda (kelompok kontrol ada 12 subjek dan kelompok
eksperimen ada 12 subjek) dengan desain prates dan pascates. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala kecemasan menghadapi skripsi. Hasil uji statistika dengan menggunakan teknik analisis Mann
Whitney U menunjukkan bahwa gain score antara kelompok kontrol dan eksperimen menghasilkan nilai
p=0.002 (P<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor kecemasan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan hasil analisis Wilcoxon Signed Rank menunjukkan
bahwa skor pascates dan prates kelompok eksperimen mendapatkan nilai p=0.002 (P<0.05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah
diberi perlakuan. Kecemasan mahasiswa setelah mengikuti pelatihan berpikir positif lebih rendah daripada
kecemasan sebelum mengikuti pelatihan.
Salah satu persyaratan yang harus 2007; Perdana, 2011; Ardiansyah, 2011).
ditempuh seorang mahasiswa untuk Hasilpenelitian Perdana (2001) di Jurusan
meraih gelar sarjana strata 1 (S1) adalah Keperawatan FK Universitas B, diketahui
melakukan penelitian ilmiah yang dilapor- bahwa pada suatu angkatan didapatkan
kan secara tertulis dikenal dengan sebutan 62 mahasiswa yang menjadi responden,
skripsi. Mahasiswa dapat menyusun sebanyak 48.4% (30) mahasiswa meng-
skripsi jika sudah memenuhi syarat-syarat alami kecemasan ringan, 43.5% (27
pengambilan skripsi yang sudah ditentu- orang) mengalami kecemasan sedang, dan
kan oleh tiap fakultas. Sebagai tahap akhir 8.1% (5 orang) mengalami kecemasan
dalam proses kegiatan akademik di bang- berat.
ku kuliah untuk meraih gelar sarjana, Kecemasan mengerjakan skripsi
setiap mahasiswa tentunya mengerahkan juga dialami mahasiswa Prodi Psikologi
seluruh tenaga dan fikiran yang dimiliki Universitas X Yogyakarta. Berdasarkan
sejak awal penyusunan skripsi. Hal ter- penelitian Ardiansyah (2011) yang
sebut dilakukan guna mendapatkan hasil dilakukan kepada 60 mahasiswa yang
penelitian yang baik dan dapat menye- sedang mengerjakan skripsi diketahui
lesaikannya pada target yang telah diten- terdapat 3 subjek (5 %) yang memiliki
tukan. kecemasan kategori sangat rendah, 10
Permasalahannya, sebagaimana di- subjek (16,67 %) memiliki kecemasan
ungkapkan Abidin (2006), bagi sebagian kategori rendah, 41 subjek (68,33 %)
mahasiswa skripsi dianggap sebagai memiliki kecemasan kategori sedang, 5
momok yang menakutkan dan beban subjek (8,33 %) memiliki kecemasan
yang berat serta penghambat kelulusan. kategori tinggi, dan 1 subjek (1,67 %)
Hanya untuk mengerjakan skripsi yang memiliki kecemasan pada kategori sangat
berbobot 6 SKS, mereka membutuhkan tinggi.
waktu 4 semester bahkan lebih. Padahal Berdasarkan hasil wawancara penu-
tidak sedikit mahasiswa dapat menyele- lis kepada 5 mahasiswa yang sedang me-
saikan studi kesarjanaannya (bobot 140 ngambil mata kuliah seminar skripsi dan 3
SKS) dengan masa studi sekitar 3-4 tahun. mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
Ada beberapa hal yang menyebab- pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
kan mahasiswa semakin lama dalam dan Fakultas Sains dan Teknologi pada
menyelesaikan skripsi, salah satunya Universitas X diketahui mereka merasa-
kecemasan yang dialami mahasiswa kan adanya kecemasan. Mahasiswa masih
tersebut (Linayaningsih, 2007; Marseto, mengeluh gelisah dan cemas ketika mene-
dan sesudah (pascates) pemberian perla- men namun tidak secara keseluruhan
kuan pada dua kelompok (Seniati, dkk, (Myers & Hansen, 2002). Hal ini
2011). Pada saat pemberian pelatihan, dilakukan dengan tujuan menghindari
peneliti tidak memberitahukan kepada extraneous variable ataupun variabel
subjek mengenai perlakuan yang sedang sekunder yang dapat menimbulkan bias
subjek peroleh atau kondisi perlakuan dalam eksperimen. Rancangan eksperi-
yang sedang subjek peroleh (single blind men dalam penelitian ini adalah sebagai
experiment). Peneliti hanya memperlihat- berikut:
kan beberapa informasi jalannya eksperi-
untuk tetap bertahan menerima kenyata- benak kita tanpa adanya perencanaan
an tersebut dan segera menyesuaikan diri atau sengaja memikirkannya dengan satu
atau berpikir tidak realistis dengan meng- cara tertentu (Greenberger, 2004).
ingkari kenyataan dan hanya melakukan Pemikiran otomatis seseorang dapat
penyesalan, menyalahkan diri sendiri bah- dilihat dari gaya penjelasan (explanatory
kan menghindar atau lari dari kenyataan style) yang ia gunakan. Explanatory style
dan frustrasi. Individu yang memiliki pola merupakan penjelasan-penjelasan yang
pikir positif dapat menyesuaikan diri biasa dikatakan kepada diri sendiri
dengan kenyataan secara objektif dan tentang mengapa kejadian-kejadian itu
tepat. bisa terjadi (Seligman, 2008). Gaya pen-
Berpikir positif merupakan cara jelasan terdiri atas dua tipe, yaitu gaya
berpikir yang bersumber dari hal-hal yang penjelasan optimis dan gaya penjelasan
baik yang mampu memotivasi seseorang pesimis. Gaya penjelasan yang optimis
untuk membangun kehidupan yang lebih menghentikan ketidakberdayaan, sedang-
baik. Selain itu, berpikir positif juga dapat kan gaya penjelasan yang pesimis menye-
mengarahkan dan membimbing sese- barluaskan ketidakberdayaan pada diri,
orang untuk meninggalkan hal-hal negatif yaitu respon menyerah dan percaya
yang bisa melemahkan semangat peru- bahwa apapun yang dilakukan tidak ada
bahan dalam jiwanya (Asmani, 2009). artinya atau menyalahkan diri sendiri.
Individu yang dapat mengelola pikiran Gaya penjelasan memiliki tiga dimensi,
positifnya tidak hanya sekedar menerima yaitu permanensi (waktu), kemudahan
kenyataan, tetapi dapat menyikapi kenya- menyebar, dan personalisasi (Seligman,
taan yang sudah terjadi dengan bijaksana 2008). Dari ketiga dimensi tersebut peser-
dan fokus. ta dapat menganalisis gaya penjelasan
Aspek reality adaptation diturunkan pemikiran otomatis yang ada didalam
menjadi sesi pelatihan Life is never flat. dirinya.
Sesi ini diberikan pada hari pertama. Pada Individu yang memiliki pola pikir
sesi ini peserta diajak untuk melihat dan positif akan cenderung memiliki gaya
menyadari bagaimana pola pikir peserta penjelasan yang optimis, karena optimis-
selama ini dalam menghadapi kenyataan me merupakan salah satu dimensi berpikir
yang berkaitan dengan skripsi dengan positif. Optimisme adalah evaluasi umum
melihat gaya penjelasan pemikiran oto- seseorang terhadap masa depan yang
matis yang ada di dalam diri peserta. merefleksikan kepercayaan terhadap
Pemikiran otomatis adalah pemikiran munculnya hal-hal yang baik dan
yang muncul begitu saja (spontan) di berkurangnya hal-hal yang buruk (Caprara
& Steca, 2005). Individu tersebut dapat yang optimis dalam menghadapi suatu
menyesuaikan diri dengan kenyataan, kenyataan yang ada baik kenyataan yang
bersikap realistis dan mencari alternatif diharapkan atau tidak diharapkan, maka
lain ketika menghadapi suatu kenyataan orang tersebut lebih mampu beradaptasi
yang tidak sesuai dengan harapan sehing- atau menyesuaikan diri dengan kenyataan
ga perasaan-perasaan negatif seperti kece- secara lebih positif. Karena pikiran lebih
masan pada diri akan berkurang. Dengan terfokus pada bagaimana mencari alter-
demikian peserta diharapkan secara kog- natif untuk menyesuaikan diri pada kenya-
nitif mengerti bahwa gaya penjelasan taan agar mampu bertahan dan menjadi
pemikiran otomatis dapat memengaruhi lebih baik sehingga kecemasan pada diri
bagaimana seseorang menghadapi kenya- berkurang. Sementara orang yang tidak
taan yang ada atau beradaptasi. bisa menerima kenyataan dan memiliki
Dalam proses pelatihan, peserta gaya penjelasan yang pesimis cenderung
diminta untuk mengerjakan lembar kerja merasakan keprihatinan, frustrasi dan
pencatatan pikiran otomatis. Pada lembar mencela diri sendiri. Hal ini karena
kerja ini peserta menganalisis gaya pen- pikiran lebih terfokus pada pengingkaran
jelasan pemikiran otomatis yang muncul kenyataan atau menghindar dari kenyata-
ketika peserta menghadapi kenyataan an. Ketika seseorang menghindari satu
yang tidak diharapkan saat mengerjakan situasi yang sulit atau tidak diinginkan dan
skripsi, apakah selama ini lebih banyak menjadi sumber kecemasan, maka orang
menggunakan gaya penjelasan optimis tersebut semakin cemas di masa menda-
atau pesimis. Melalui pengerjaan lembar tang. Kecemasan dapat diatasi dengan
kerja pada sesi ini dapat diungkap sisi cara belajar untuk melakukan pendekatan
kognitif dan afektif peserta tentang bagai- terhadap situasi atau orang yang dihindari
mana selama ini para peserta beradaptasi dan mengatasinya saat cemas merupakan
terhadap realitas yang ada dalam hal ini satu cara yang kuat dan tahan lama untuk
adalah beradaptasi dengan hambatan- menghilangkan kecemasan (Greenberger,
hambatan yang mereka temukan selama 1995). Melalui sesi Life is never flat ini,
mengerjakan skripsi. Para peserta juga peserta terstimulasi secara kognitif, afektif,
terstimulasi secara kognitif dan afektif dan psikomotorik untuk beradaptasi
bahwa didalam proses pencapaian dengan segala hal yang berkaitan dengan
terdapat sebuah tantangan yang memang skripsi sehingga kecemasan menurun.
harus dihadapi. Berdasarkan pemaparan di atas dapat
Ketika seseorang dapat menerima disimpulkan bahwa sesi Reality Adap-
kenyataan dan memiliki gaya penjelasan tation pada pelatihan berpikir positif
melihat skripsi secara lebih positif. Peserta berpikir positif mampu menurunkan
akan termotivasi untuk menyelesaikan kecemasan mengerjakan skripsi pada
skripsi, selalu bersemangat dan pantang mahasiswa.
menyerah ketika menemukan hambatan Keempat: Aspek Self Affirmation.
saat mengerjakan skripsi sehingga Aspek berpikir positif yang terakhir adalah
kecemasan menurun. afirmasi diri, yaitu memusatkan perhatian
Harapan positif yang dimiliki peser- pada kekuatan diri sendiri secara lebih
ta secara tidak langsung akan mengarah- positif dengan dasar pemikiran bahwa
kan perilaku peserta untuk melakukan hal- setiap orang sama berartinya dengan
hal positif dan meraih harapannya terse- orang lain (Albrecht,1992). Seseorang
but, seperti mengerjakan skripsi dengan yang memiliki pikiran positif yakin
penuh semangat dan optimis. Scheier dan terhadap dirinya sendiri serta pada orang
Carver (1993) menyatakan bahwa berpikir lain. Melalui pikiran positif seseorang
positif melibatkan ekspektasi positif bagi terdorong untuk melakukan suatu hal
masa depan seseorang dimana ekspektasi yang baru dan menggunakan kesempatan
tersebut terbangun dalam implikasi ting- yang ada (Dornan & Maxwell, dalam
kah laku atau tindakan seseorang dan Asmani 2009).
ekspektasi tersebut sejalan dengan tindak- Pada dasarnya setiap orang memi-
an mereka. Semakin seseorang terlibat liki kelebihan dan kekurangan masing-
sepenuhnya dengan berbagai aktivitas masing, namun yang sering menjadi
yang dianggap penting dan relevan bagi masalah adalah ketika seseorang tidak
dirinya serta aktivitas tersebut membuat dapat memahami dirinya sendiri dan
senang maka orang tersebut akan sehat kemudian merasa rendah diri, minder,
secara psikologis (Schultz, 1991). Melalui dan tidak percaya diri karena kekurangan
sesi ini peserta secara kognitif dan afektif yang dimiliki. Pikiran hanya terfokus pada
dapat mengerti arti pentingnya sebuah hal-hal negatif yang ada didalam diri
harapan positif. Peserta juga akan tersti- hingga seolah-olah tidak ada hal yang
mulus secara kognitif dan psikomotorik positif atau kelebihan yang dimiliki.
untuk menyelaraskan perilaku dengan Ketika seseorang sudah melihat dirinya
harapan yang dimiliki, selain itu sesi ini secara negatif, maka orang tersebut
dapat menumbuhkan motivasi peserta merasa pesimis dan tidak berdaya dalam
untuk mengerjakan skripsi dan mencapai menghadapi lingkungan di luar dirinya.
harapannya. Berdasarkan pemaparan di Kecemasan dapat datang dari perasaan
atas dapat disimpulkan bahwa sesi tidak mampu menghadapi tantangan
Positive Expectation pada pelatihan lingkungan, tidak adanya kepastian
tentang apa yang dihadapi dan adanya karena ketika seseorang memiliki suatu
rasa kurang percaya diri (Hurlock, 1973). keyakinan terhadap suatu hal, maka
Afirmasi diri merupakan penguatan pikiran-pikiran menjadi fokus terhadap
terhadap diri pribadi secara lebih positif informasi-informasi yang mendukung
atas tindakan-tindakan yang dilakukan, keyakinannya tersebut. Jadi saat seseorang
memusatkan perhatian pada kekuatan diri memiliki keyakinan terhadap kelebihan
dan melihat diri secara positif. Keperca- dan potensi diri, maka orang tersebut
yaan terhadap diri sendiri selalu dibangun merasakan emosi positif sehingga emosi
dengan menggunakan pola-pola berpikir negatif pada diri seperti kecemasan akan
positif. Seseorang yang melakukan afir- berkurang.
masi diri percaya bahwa dalam diri ter- Ketika peserta menyadari dan meya-
kandung potensi-potensi atau kemam- kini kekuatan atau kelebihan yang ada di
puan-kemampuan yang dapat dikembang- dalam diri, peserta menjadi cenderung
kan ke arah yang lebih maju dan lebih lebih percaya diri dan optimis dalam
positif. Kekurangan di dalam diri tidak melakukan suatu hal termasuk dalam
menjadi penghalang dalam mencapai pengerjaan skripsi. Peserta menyadari
tujuan hidupnya, namun ia memiliki bahwa dirinya memiliki kemampuan
keyakinan bahwa kekurangan bisa diubah untuk mengerjakan skripsi dan mampu
menjadi kelebihan atau kekurangan bisa menghadapi segala hambatannya. Hal ini
menjadi motivasi diri untuk menjadi lebih secara tidak langsung juga membentuk
baik. peserta untuk menjadi motivator bagi
Aspek self affirmation diturunkan dirinya sendiri dalam mengerjakan skripsi.
menjadi sesi Yes,I can! pada pelatihan Pikiran peserta akan lebih fokus pada hal-
berpikir positif. Pada sesi ini peserta diajak hal yang positif sehingga emosi-emosi
untuk mengerti dan menyadari penting- negatif seperti kecemasan akan berku-
nya meyakini kekuatan yang ada di dalam rang. Lembar kerja pada sesi ini lebih
diri dan bagaimana keyakinan dapat mengarah pada self report peserta, yaitu
memengaruhi perilaku. Seseorang yang mengungkapkan kelebihan atau potensi-
melihat dirinya secara lebih positif, yaitu potensi yang dimiliki peserta kemudian
meyakini kekuatan atau kelebihan- meneguhkannya melalui teknik afirmasi
kelebihan yang ada di dalam dirinya diri.
cenderung lebih optimis dan percaya diri. Saat seseorang melihat dirinya
Keyakinan terhadap sesuatu hal dapat secara lebih positif, meyakini kekuatan
menjadi faktor penentu emosi, yang atau kelebihan yang ada di dalam dirinya,
menghasilkan perilaku. Hal ini terjadi maka orang tersebut menjadi lebih
percaya diri dan optimis dalam mengha- membagikan pendapat serta masalahnya
dapi suatu hal. Keyakinan yang positif kepada trainer dan peserta lain. Ruangan
terhadap dirinya sendiri memunculkan yang nyaman dan lingkungan yang
emosi positif yang selanjutnya akan me- kondusif, tidak bising juga memengaruhi
mengaruhi perilaku. Rasa percaya diri dan diterimanya hipotesis pada penelitian ini.
optimis pada diri mengarahkan perilaku Pengaruh pelatihan berpikir positif
seseorang untuk melakukan hal yang jauh dalam menurunkan kecemasan pada
lebih positif dan adaptif sehingga emosi mahasiswa yang sedang mengerjakan
negatif seperti kecemasan akan berku- skripsi juga dapat dilihat dari lembar
rang. Dari pemamparan di atas dapat evaluasi pelatihan yang telah diisi oleh
disimpulkan bahwa sesi self affirmation peserta pada akhir pelatihan. Pada lembar
pada pelatihan berpikir positif mampu evaluasi tersebut dapat dilihat bahwa para
menurunkan kecemasan mengerjakan peserta merasa lebih tenang dan optimis
skripsi pada mahasiswa. untuk segera menyelesaikan skripsi
Faktor lain yang memengaruhi mereka. Peserta menjadi sadar bagaimana
penurunan kecemasan menghadapi skrip- pola pikir mereka selama ini ketika
si pada mahasiswa antara lain adalah menghadapi suatu peristiwa yang tidak
karakteristik subjek yang cenderung sesuai dengan harapannya dalam hal ini
homogen dan memiliki masalah yang adalah hambatan skripsi. Melalui pelatih-
relatif sama sehingga menyebabkan an ini peserta menjadi lebih paham bagai-
subjek lebih terbuka dan kompak. Subjek mana cara untuk berpikir positif sehingga
dapat mengikuti seluruh sesi pelatihan perasaan negatif seperti kecemasan dapat
dengan kondusif dan mau mengerjakan berkurang.
setiap lembar kerja yang diberikan, hal ini Kelemahan penelitian ini adalah
dapat dilihat dari hasil observasi selama peneliti memberikan pascates secara
pelatihan. Building rapport yang dilaku- langsung di akhir sesi pelatihan. Hal ini
kan trainer cukup baik sehingga hubung- menimbulkan bias dalam pengisian skala
an trainer dan subjek selama pelatihan karena beberapa keterampilan yang
terjalin dengan baik. Trainer juga mampu diajarkan pada pelatihan membutuhkan
menyampaikan materi dengan santai waktu dan proses pengendapan kognitif
namun serius sehingga materi yang untuk mempraktekkannya seperti pada
disampaikan mudah dipahami peserta dan sesi stop overgeneralization. Pada sesi ini
komunikasi diantara keduanya cukup baik peserta diajarkan untuk mengganti
atau komunikatif. Subjek pelatihan tidak pemikiran atau judgement-judgement
merasa ragu dan lebih mampu untuk negatif yang muncul ketika peserta
Caprara, G.V. & Steca (2005). Affective Gunawan, A. (2009). Quantum Life Trans-
and social self-regulatory efficacy formation. Jakarta: Penerbit Gra-
beliefs as determinants of positive media.
thinking and happiness. Europan
Psychologist, 10. Hidayah, R. (2004). Pengaruh ayat-ayat al-
qur’an terhadap kecemasan siswa
Christianai, dkk. (2000). Hubungan dalam menghadapi tes. Psiko-
persepsi tentang menopause dinamik, 6 (2), 24-36.
dengan tingkat kecemasan pada
wanita yang menghadapi meno- Hurlock, E. (1973). Adolescent develop-
pause. Jurnal Psikologi Universitas ment. Tokyo: McGraw Hill
Gadjah Mada, 2, 96-100.
Mcleod, A.K. (2000). Positive thinking Scheier, M.F. (1993). On the power of
revisited: positive cognitions, well- positive thinking: The Benefits of
being and mental health. Clinical Being Optimistic. Sage Public-
Psychology and Psychoterapy, 7, 1- ations, 2 (1): 26-30.
10.
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuh-
Munandar, A.S. (2008). Psikologi industri an. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
dan organisasi. Jakarta: UI Press
Seniati, L. (2011). Psikologi eksperimen.
Mutmainah. (2005). Hubungan antara Jakarta: Indeks
kecemasan menghadapi tesdengan
optimisme, religiusitas, dan Stolz, Paul G. (2005). Adversity quotient:
dukungan sosial. tesis. Yogyakarta: mengubah hambatan menjadi
Universitas Gadjah Mada peluang. Jakarta: Penerbit Grame-
dia.