Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Topik Kelarutan
Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Topik Kelarutan
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA
*Corresponding Author:
Nama : Fina Khaerunnisa Frima
Lembaga : Institut Teknologi Sumatera
Email : [email protected] 41
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49
pertanda bahwa siswa sedang menggunakan KBKr sangatlah bermanfaat dan jika
KBKr dalam proses pembelajaran (Balencia & terbiasa menggunakannya selama kegiatan
Ocampo, 2018: 110). Pada kenyataannya, siswa pembelajaran kimia, maka sesungguhnya KBKr
belum dibiasakan untuk dapat berpikir kritis di itu dapat meningkatkan pemahaman dalam
level menganalisis, mensintesis, dan mempelajari kimia (Fisher, 2009). Berikut
mengevaluasi materi pelajaran yang diterima adalah beberapa penelitian tentang pencapaian
(Syahbana, 2012: 46). KBKr pada materi kimia yaitu materi
Kerangka luaran pembelajaran abad 21 perkembangan konsep redoks (Nurmalinda,
menekankan pada keterampilan belajar dan 2011) dan efek Tyndall (Rahayu, 2010), serta
inovasi, keterampulan informasi, media, dan materi sifat-sifat koloid (Purlistyani, 2012),
teknologi, keterampilan hidup dan karir maka materi yang dipilih untuk dikembangkan
(Sanabria & Lizarraga, 2017: 490). Idealnya dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor yang
guru harus menyiapkan pembelajaran yang Mempengaruhi Kelarutan”, terdiri dari sub
dapat menstimulasi siswa untuk belajar berpikir materi pengaruh jenis pelarut, suhu,
kritis dalam usaha memahami pengetahuan pengadukan, ion senama dan pH terhadap
(hukum, fakta, konsep, dan prosedur kerja). kelarutan.
Salah satu hal yang dibutuhkan dalam Pemilihan materi didasarkan pada
mengembangkan KBKr siswa adalah dengan materi faktor-faktor yang mempengaruhi
memodifikasi metode pembelajaran yang kelarutan biasanya diajarkan dengan metode
dipakai, yaitu dengan menggunakan metode ceramah, sehingga tidak cocok dalam
pembelajaran discovery-inquiry. pembentukkan KBKr yang perlu dimiliki siswa.
Pembelajaran dengan metode discovery Selain itu, materi ini erat kaitannya dengan
merupakan salah satu strategi pembelajaran fenomena dalam kehidupan sehari-hari,
dengan menekankan pada keaktifan siswa sehingga dapat memudahkan siswa untuk
dalam menemukan ilmu melalui konsep menggunakan KBKr dalam menemukan sendiri
penemuan. Sedangkan metode inquiry adalah pengetahuannya yang berasal dari fenomena
pengembangan metode discovery yang disertai melalui metode discovery-inquiry. Berdasarkan
dengan mengajukan pertanyaan, pencarian, dan beberapa penelitian sebelumnya, penggunaan
penyelidikan secara sistematis, kritis, dan metode pembelajaran guided discovery lebih
analitis. Prinsip pembelajaran yang menerapkan efektif diterapkan dalam mempelajari ilmu
metode inquiry, yaitu: (1) Orientasi dalam sains dan tingkat pencapaian adalah tinggi
pengembangan kemampuan berpikir dalam (Abdisa & Getinet, 2012: 530).
menemukan ilmu, (2) Interaksi siswa dengan Penelitian mengenai pencapaian KBKr
guru, antar siswa, dan sumber belajar lainnya, siswa dalam pembelajaran yang menerapkan
(3) Belajar untuk bertanya, siswa diarahkan metode discovery-inquiry pada materi faktor-
untuk dapat berpikir kritis mengenai topik yang faktor yang mempengaruhi kelarutan, dengan
sedang dipelajari dengan mengajukan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pertanyaan yang terarah, (4) Keterbukaan, pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa
siswa diberikan kesempatan dalam mengajukan pada pembelajaran faktor-faktor yang
dan membuktikan hipotesis (Solichin, 2017: mempengaruhi kelarutan dengan metode
219-220). discovery-inquiry.
Metode discovery-inquiry merupakan .
cara penyajian pelajaran yang banyak
Metode Penelitian
melibatkan siswa dalam proses-proses mental
dalam rangka penemuannya (Amien, 1987). Jenis Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Penelitian ini menggunakan
discovery-inquiry menekankan siswa untuk pendekatan kualitatif deskriptif. Metode
dapat menggunakan KBKr-nya, sehingga siswa penelitian yang digunakan adalah metode pre-
berperan aktif selama kegiatan pembelajaran experimental. Variabel terikat pada penelitian
sebagai suatu aktivitas mental yang terwujud ini adalah pencapaian keterampilan berpikir
pada tahapan-tahapan pembelajaran discovery- kritis, sedangkan variabel bebasnya adalah
inquiry dalam memperoleh pengetahuan. metode discovery-inquiry. Penelitian dirancang
Tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran dengan desain one-shot case study.
discovery-inquiry yaitu: stimulasi, perumusan
masalah, pengumpulan data, analisis data,
verifikasi, dan generalisasi (Makmun, 2003).
42
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49
44
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49
Pembahasan
1. Pencapaian Keterampilan
Mengungkapkan Masalah
bentuk ceramah, yang hanya sebatas pada dalam menjawab permasalahan, sehingga tidak
proses transfer of knowledge tanpa adanya mendapatkan hasil yang maksimal dalam
proses melatih KBKr siswa terutama mengemukakan hipotesis.
keterampilan mengungkapkan masalah. Hal Siswa kelompok rendah memperoleh
tersebut sejalan dengan yang diungkapkan pencapaian yang paling rendah dibanding
Daryanto (2012), bahwa pembelajaran dengan kelompok tinggi dan sedang, menandakan
metode ceramah cenderung bersifat verbalistik bahwa siswa kelompok rendah mengalami
dari guru dan bertumpu hanya pada kesulitan dalam mengemukakan hipotesis pada
kepentingan pengajar dibanding dengan tes tertulis. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa
kebutuhan siswa. Menurut Danial (2018) selama pembelajaran, siswa kelompok rendah
bahwa pembelajaran dengan metode ceramah berlaku cenderung pasif ketika diskusi
menjadi pembelajaran yang kurang efektif dan dilaksanakan dalam menjawab permasalahan
tidak dapat melatih KBKr siswa, terutama yang ada, padahal Daryanto (2012) menyatakan
dalam keterampilan mengungkapkan masalah, bahwa berlaku pasif dalam diskusi adalah tidak
disebabkan karena siswa tidak terbiasa benar. Perilaku pasif siswa dapat terlihat ketika
mengungkapkan masalah dan merasa ragu siswa hanya mencatat ulang apa yang telah
untuk bertanya. Pembelajaran dengan metode dicatat oleh teman sekelompoknya selama
ceramah tidak sejalan dengan proses pembelajaran, tanpa mengetahui bagaimana
pembelajaran dengan menuntut adanya penjelasannya.
interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan Fenomena yang terjadi pada siswa
guru, yaitu terdapat kegiatan belajar siswa dan kelompok rendah tersebut dikarenakan mereka
kegiatan mengajar guru yang berlangsung memerlukan waktu yang lebih lama untuk
bersamaan dalam kurun waktu yang sama mencari dan mengolah informasi, ditegaskan
menurut Arifin (2003), sehingga KBKr dapat oleh Randall dalam Warsono (2012) bahwa
dikembangkan dengan baik. siswa yang lebih cerdas seringkali
meninggalkan siswa yang lebih lemah dalam
2. Pencapaian Keterampilan pembelajaran. Hal ini bertolak belakang dari
Mengemukakan Hipotesis yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa yang
memiliki keterampilan berpikir kritis, bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung tidak menerima begitu saja
pencapaian keterampilan mengemukakan gagasan-gagasan dan informasi-informasi dari
hipotesis pada masing-masing siswa kelompok orang lain, dan siswa seharusnya aktif sendiri
tinggi, sedang, dan rendah adalah baik, cukup dalam mencari informasi.
dan kurang. Soal pada tes yang diajukan untuk
menguji pencapaian keterampilan 3. Pencapaian Keterampilan
mengemukakan hipotesis, mengandung hal Merancang Eksperimen
mendasar yang perlu diperhatikan siswa untuk
dapat mengemukakan hipotesis secara tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan tes, siswa harus hapal sifat pencapaian keterampilan merancang
kepolaran senyawa yang telah dipelajari oleh eksperimen pada siswa kelompok tinggi dan
siswa pada pembelajaran sebelumnya. Siswa sedang adalah baik, sedangkan pencapaian
yang mengetahui sifat kepolaran senyawa keterampilan merancang eksperimen pada
menunjukkan bahwa siswa mempunyai siswa kelompok rendah adalah cukup.
informasi untuk digunakan dalam menjawab Minimnya pengetahuan siswa menjadikan
permasalahan, maka akan semakin mudah sebagai salah satu alasan yang dapat
siswa dalam mengemukakan hipotesis secara menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
tepat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan merancang eksperimen, yaitu hampir semua
oleh Nazir (2005), bahwa dalam menggali siswa bertanya pada guru mengenai nama alat,
hipotesis siswa harus mempunyai banyak dan bahan, serta fungsinya yang dapat dipakai
informasi mengenai masalah yang ingin dalam melakukan eksperimen. Sering
dipecahkan. bertanyanya siswa pada guru menunjukkan
Berdasarkan hasil wawancara, siswa bahwa siswa pada dasarnya tidak mengetahui
kelompok sedang lupa bagaimana sifat alat dan bahan-bahan kimia, serta tidak tahu apa
kepolaran senyawa. Siswa yang lupa terhadap fungsi dari masing-masing alat dan bahan yang
materi kepolaran senyawa artinya tidak akan digunakan. Hal ini sejalan dengan hasil
mempunyai informasi untuk dapat digunakan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
46
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49
kesimpulan, menunjukkan bahwa siswa telah pembelajaran dimulai dan aktif menggunakan
memiliki tingkat berpikir yang tinggi karena berbagai sumber pelajaran ketika pembelajaran
dalam penarikan kesimpulan membutuhkan berlangsung agar siswa lebih mudah dalam
proses pengaitan dari beberapa informasi yang menemukan konsepnya secara mandiri.
telah didapat. Siswa kelompok tinggi dapat
Ucapan Terima Kasih
mengemukakan kesimpulan dengan sangat baik
menunjukkan bahwa dengan metode Terimakasih disampaikan pada
pembelajaran discovery-inquiry membuat siswa almamater Program Studi Pendidikan Kimia
mampu mengumpulkan informasi, kemudian Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
memahami informasi tersebut sampai akhirnya Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai. Indonesia.
Lain halnya dengan siswa kelompok
sedang dan rendah, hasil wawancara
menunjukkan bahwa siswa cenderung hanya Daftar Pustaka
mengingat bagian kesimpulan, tanpa Rhenald Kasali. (2018). Self Disruption.
membutuhkan proses pengaitan dari beberapa Jakarta: Mizan.
informasi yang telah didapat. Siswa berpikir
bahwa kesimpulan merupakan hal terpenting NEA. (2012). Preparing 21st Century Students
dalam suatu pembelajaran, karena kesimpulan for a Global Society: An Educator’s
dianggap melakukan verifikasi data. Siswa Giude to the “Four Cs”. Diakses
yang cenderung hanya mengingat bagian tanggal 10 Oktober 2018 dari
kesimpulan, mengakibatkan tidak dapat diukur www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-
sejauh mana siswa telah memahami materi Four-Cs.pdf.
mengenai faktor-faktor yang dapat Ahuna, K.H., Buffalo, C.G.T & Kiener, M.
mempengaruhi kelarutan. (2014). A New Era of Critical Thinking
in Professional Programs.
7. Pencapaian Keseluruhan Sub Transformartive Dialogues: Teaching
Indikator KBKr pada Kelompok & Learning Journal, 7 (3), 1-9.
Siswa
Suardana, I.N., Redhana, I.W., Sudiatmika,
Hasil penelitian menegaskan bahwa A.A.I.A.R. (2018). Student's Critical
siswa kelompok tinggi atau siswa dengan Thinking Skills in Chemistry Learning
kemampuan kognitif tertinggi ternyata dapat Using Local Culture-Bbased 7E
mengembangkan KBKrnya secara lebih baik Learning Cycle Model. International
dibanding kelompok siswa lainnya selama Journal of Instruction, 11 (2), 399-412.
pembelajaran. Kelompok tinggi menggunakan Balencia, R.R. & Ocampo, J.M. (2018).
dan mengembangkan KBKrnya sebagai suatu Effecting Change on Student’s Critical
cara dalam memperoleh kemampuan Thinking in Problem Solving. Educare:
kognitifnya yaitu untuk lebih dapat memahami International Journal for Educational
materi. Hal tersebut sesuai dengan yang Studies, 10 (2), 109-118.
diungkapkan oleh Costa (1985) bahwa KBKr
dapat diajarkan sebagai suatu prasyarat bagi Syahbana, A. (2012). Peningkatan Kemampuan
kemampuan kognitif. Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Contextual
Simpulan dan Saran Teaching and Learning. Edumatica, 2
Simpulan (1), 45-57.
Pencapaian keseluruhan sub indikator Sanabria, J.C. & Lizarraga, J.A. (2017).
keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada Enhancing 21st Century Skills with AR:
pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi Using the Gradual Immersion Method
kelarutan dengan menggunakan metode to Develop Collaborative Creativity.
discovery-inquiry yaitu tergolong baik EURASIA Journal of Mathematics
(68,60%). Science and Technology Education, 13
(2), 487-501.
Saran
Solichin, M.M. (2017). Penerapan Model
Perlunya pembiasaan siswa untuk Pembelajaran Inquiry Discovery dalam
membaca terlebih dahulu materi sebelum
48
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49
49