0% found this document useful (0 votes)
38 views

Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Topik Kelarutan

This document summarizes a research study that investigated the effect of the discovery-inquiry learning method on students' critical thinking skills in learning about solubility factors. The study involved 41 high school students in Bandung, Indonesia. Data was collected using written tests and interviews to assess students' critical thinking skill achievement after learning about factors affecting solubility using the discovery-inquiry method. The results showed that students' overall critical thinking skill achievement was good. Higher ability students generally achieved the highest on the various critical thinking sub-indicators. In conclusion, the discovery-inquiry learning method was effective for developing students' critical thinking skills in learning about the factors that influence solubility.

Uploaded by

Yullia Syafhira
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
38 views

Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Topik Kelarutan

This document summarizes a research study that investigated the effect of the discovery-inquiry learning method on students' critical thinking skills in learning about solubility factors. The study involved 41 high school students in Bandung, Indonesia. Data was collected using written tests and interviews to assess students' critical thinking skill achievement after learning about factors affecting solubility using the discovery-inquiry method. The results showed that students' overall critical thinking skill achievement was good. Higher ability students generally achieved the highest on the various critical thinking sub-indicators. In conclusion, the discovery-inquiry learning method was effective for developing students' critical thinking skills in learning about the factors that influence solubility.

Uploaded by

Yullia Syafhira
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA

PENGARUH METODE DISCOVERY-INQUIRY TERHADAP PROFIL


KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN
TOPIK KELARUTAN
Oleh:
Fina Khaerunnisa Frima1,2, Gun Gun Gumilar1, FM Titin Supriyanti1
1
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
2
Insitut Teknologi Sumatera Lampung Selatan

Article history Abstract


Submission : 2020-01-12 The era of industrial revolution 4.0 contributes major challenges in 21st
Revised : 2020-04-07 century of education in obtaining qualified students. Education process
Accepted : 2020-04-08 lead to the development of student skills and attitudes in addition to
the knowledge learning process. Critical thinking skills (KBKr) is one
Keyword: of the 21st century learning skills that students should have and needs
Kata kunci: keterampilan to be practiced during learning process in school. One of the learning
berpikir kritis, discovery- method to practice KBKr is discovery-inquiry learning method. The
inquiry, kelarutan purpose of this study is obtain the affect of discovery-inquiry learning
method on student’s critical thinking skill achievement in topic of
solubility. Method of research is pre-experimental and one-shot case
study as the design of method research. Subjects were 41 students at
one of the senior high school in Bandung. Instruments of this research
are six questions of written test and interview guidelines. Highest
achievement at the whole sub indicators is the high ability student’s
group. Overall, the student’s critical thinking skill achievement on
factors affecting solubility’s learning with discovery-inquiry is good.

kritis (KBKr) menjadi syarat utama dalam


Pendahuluan
melaksanakan pendidikan agar dapat memenuhi
Sistem pendidikan membutuhkan perkembangan kemajuan jaman (Ahuna,
pembaharuan seiring dengan kemajuan jaman. Buffalo, Kiener, 2014). KBKr tergolong ke
Perkembangan revolusi industri secara tidak dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi.
langsung merubah sistem pendidikan suatu KBKr dapat dimiliki siswa dengan
negara. Revolusi industri 4.0 dikenal dengan latihan berpikir kritis yang dikembangkan
era revolusi digital atau era disrupsi sebagai selama pembelajaran berlangsung dengan
suatu inovasi fundamental di bidang ilmu bimbingan pengajar/guru. Karakterisasi KBKr
pengetahuan dan teknologi (Kasali, 2018). Pada adalah keterampilan menganalisis, mensintesis,
era revolusi industri 4.0, dunia pendidikan mengidentifikasi masalah, membuat alasan,
dituntut untuk dapat membekali siswa dengan melakukan evaluasi, menarik kesimpulan, dan
empat keterampilan abad 21 terpenting atau menyelesaikan masalah (Suardana, Redhana,
dikenal dengan “Four Cs”, yaitu: keterampilan Sudiatmika, 2018: 400). Siswa yang mengalami
berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan keragu-raguan dan merasa ambigu terhadap
kreatif (NEA, 2012). Keterampilan berpikir materi yang sedang dipelajari merupakan

*Corresponding Author:
Nama : Fina Khaerunnisa Frima
Lembaga : Institut Teknologi Sumatera
Email : [email protected] 41
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

pertanda bahwa siswa sedang menggunakan KBKr sangatlah bermanfaat dan jika
KBKr dalam proses pembelajaran (Balencia & terbiasa menggunakannya selama kegiatan
Ocampo, 2018: 110). Pada kenyataannya, siswa pembelajaran kimia, maka sesungguhnya KBKr
belum dibiasakan untuk dapat berpikir kritis di itu dapat meningkatkan pemahaman dalam
level menganalisis, mensintesis, dan mempelajari kimia (Fisher, 2009). Berikut
mengevaluasi materi pelajaran yang diterima adalah beberapa penelitian tentang pencapaian
(Syahbana, 2012: 46). KBKr pada materi kimia yaitu materi
Kerangka luaran pembelajaran abad 21 perkembangan konsep redoks (Nurmalinda,
menekankan pada keterampilan belajar dan 2011) dan efek Tyndall (Rahayu, 2010), serta
inovasi, keterampulan informasi, media, dan materi sifat-sifat koloid (Purlistyani, 2012),
teknologi, keterampilan hidup dan karir maka materi yang dipilih untuk dikembangkan
(Sanabria & Lizarraga, 2017: 490). Idealnya dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor yang
guru harus menyiapkan pembelajaran yang Mempengaruhi Kelarutan”, terdiri dari sub
dapat menstimulasi siswa untuk belajar berpikir materi pengaruh jenis pelarut, suhu,
kritis dalam usaha memahami pengetahuan pengadukan, ion senama dan pH terhadap
(hukum, fakta, konsep, dan prosedur kerja). kelarutan.
Salah satu hal yang dibutuhkan dalam Pemilihan materi didasarkan pada
mengembangkan KBKr siswa adalah dengan materi faktor-faktor yang mempengaruhi
memodifikasi metode pembelajaran yang kelarutan biasanya diajarkan dengan metode
dipakai, yaitu dengan menggunakan metode ceramah, sehingga tidak cocok dalam
pembelajaran discovery-inquiry. pembentukkan KBKr yang perlu dimiliki siswa.
Pembelajaran dengan metode discovery Selain itu, materi ini erat kaitannya dengan
merupakan salah satu strategi pembelajaran fenomena dalam kehidupan sehari-hari,
dengan menekankan pada keaktifan siswa sehingga dapat memudahkan siswa untuk
dalam menemukan ilmu melalui konsep menggunakan KBKr dalam menemukan sendiri
penemuan. Sedangkan metode inquiry adalah pengetahuannya yang berasal dari fenomena
pengembangan metode discovery yang disertai melalui metode discovery-inquiry. Berdasarkan
dengan mengajukan pertanyaan, pencarian, dan beberapa penelitian sebelumnya, penggunaan
penyelidikan secara sistematis, kritis, dan metode pembelajaran guided discovery lebih
analitis. Prinsip pembelajaran yang menerapkan efektif diterapkan dalam mempelajari ilmu
metode inquiry, yaitu: (1) Orientasi dalam sains dan tingkat pencapaian adalah tinggi
pengembangan kemampuan berpikir dalam (Abdisa & Getinet, 2012: 530).
menemukan ilmu, (2) Interaksi siswa dengan Penelitian mengenai pencapaian KBKr
guru, antar siswa, dan sumber belajar lainnya, siswa dalam pembelajaran yang menerapkan
(3) Belajar untuk bertanya, siswa diarahkan metode discovery-inquiry pada materi faktor-
untuk dapat berpikir kritis mengenai topik yang faktor yang mempengaruhi kelarutan, dengan
sedang dipelajari dengan mengajukan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pertanyaan yang terarah, (4) Keterbukaan, pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa
siswa diberikan kesempatan dalam mengajukan pada pembelajaran faktor-faktor yang
dan membuktikan hipotesis (Solichin, 2017: mempengaruhi kelarutan dengan metode
219-220). discovery-inquiry.
Metode discovery-inquiry merupakan .
cara penyajian pelajaran yang banyak
Metode Penelitian
melibatkan siswa dalam proses-proses mental
dalam rangka penemuannya (Amien, 1987). Jenis Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Penelitian ini menggunakan
discovery-inquiry menekankan siswa untuk pendekatan kualitatif deskriptif. Metode
dapat menggunakan KBKr-nya, sehingga siswa penelitian yang digunakan adalah metode pre-
berperan aktif selama kegiatan pembelajaran experimental. Variabel terikat pada penelitian
sebagai suatu aktivitas mental yang terwujud ini adalah pencapaian keterampilan berpikir
pada tahapan-tahapan pembelajaran discovery- kritis, sedangkan variabel bebasnya adalah
inquiry dalam memperoleh pengetahuan. metode discovery-inquiry. Penelitian dirancang
Tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran dengan desain one-shot case study.
discovery-inquiry yaitu: stimulasi, perumusan
masalah, pengumpulan data, analisis data,
verifikasi, dan generalisasi (Makmun, 2003).
42
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

Waktu dan Tempat Penelitian mengumpulkan data mengenai pencapaian


keterampilan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN
11 Bandung pada kelas XI IPA pada semester Teknik Analisis Data
genap pembelajaran berlangsung.
Berikut adalah langkah-langkah yang
dilakukan dalam menganalisis data hasil
Subjek Penelitian
penelitian:
Subjek dalam penelitian ini adalah 1. Tes Tertulis
siswa kelas XI semester 2 pada tahun ajaran a) Memberikan total skor mentah
2012/2013, sebanyak satu kelas dengan jumlah jawaban setiap siswa pada tes tertulis.
siswa sebanyak 41, yang kemudian b) Mengubah skor mentah menjadi nilai
dikelompokkan menjadi tiga kelompok siswa, persentase, dengan rumus:
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Nilai persentase = x 100%
Pengelompokkan siswa dihitung berdasarkan
nilai mean dan standar deviasi ulangan harian c) Menghitung nilai yang diperoleh
mata pelajaran kimia. Penentuan sampel siswa dalam masing-masing kategori
sebagai subjek penelitian dilakukan dengan siswa (tinggi, sedang dan rendah)
teknik non probability sampling yaitu sampling untuk setiap sub indikator
purposive. keterampilan berpikir kritis yang
dikembangkan.
Prosedur d) Menghitung nilai rata-rata yang
diperoleh siswa pada masing-masing
Terdapat dua tahapan dalam desain, kategori siswa (tinggi, sedang dan
yaitu: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan rendah) untuk setiap sub indikator
penelitian. Tahap persiapan meliputi: keterampilan berpikir kritis yang
menganalisis standar isi kimia SMA, dikembangkan.
melakukan studi literatur mengenai materi e) Menghitung nilai rata-rata yang
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diperoleh siswa dalam masing-masing
(dengan sub materi: pengaruh jenis pelarut, kategori siswa (tinggi, sedang dan
suhu, pengadukan, ion senama dan pH terhadap rendah) untuk seluruh sub indikator
kelarutan), metode pembelajaran discovery- keterampilan berpikir kritis yang
inquiry, KBKr. Selanjutnya menyusun rencana dikembangkan.
pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat dan f) Menghitung nilai rata-rata yang
menvalidasi instrumen penelitian. Tahap diperoleh seluruh siswa untuk setiap
pelaksanaan penelitian meliputi: pelaksanaan sub indikator keterampilan berpikir
kegiatan pembelajaran pada materi faktor- kritis yang dikembangkan.
faktor yang mempengaruhi kelarutan dengan g) Menghitung nilai rata-rata seluruh
metode discovery-inquiry, dilanjutkan siswa untuk seluruh sub indikator
pelaksanaan tes tertulis keterampilan berpikir keterampilan berpikir kritis yang
kritis pada seluruh siswa, dan pelaksanaan dikembangkan.
wawancara terhadap beberapa siswa yang dapat h) Menentukan kategori kemampuan
mewakili kelompok siswa tinggi, sedang dan seluruh siswa berdasarkan skala
rendah kriteria kemampuan sesuai dengan
Instrumen Arikunto (2009).
i) Mendeskripsikan data penelitian
Instrumen yang digunakan dalam mengenai pencapaian masing-masing
penelitian ini berupa tes tertulis dan pedoman sub indikator keterampilan berpikir
wawancara. Tes tertulis terdiri dari enam soal kritis siswa kelompok tinggi, sedang,
uraian, dimana tiap soalnya sesuai dengan sub dan rendah, pencapaian keseluruhan
indikator keterampilan berpikir kritis yang sub indikator keterampilan berpikir
dikembangkan menurut Ennis dalam Costa kritis siswa kelompok tinggi, sedang,
(1985), yaitu: keterampilan mengungkapkan dan rendah, serta pencapaian
masalah, mengemukakan hipotesis, merancang keseluruhan sub indikator
eksperimen, membuat pertimbangan, keterampilan berpikir seluruh siswa.
memberikan alasan dan mengemukakan
kesimpulan. Baik tes tertulis maupun 2. Wawancara
wawancara digunakan pula untuk
43
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

Hasil wawancara dianalisis dan kelarutan. Hasil menunjukkan terdapat selisih


digabungkan dengan data jawaban tes, sebagai pencapaian keterampilan mengemukakan
data pendukung yang dapat membahas hipotesis antara kelompok siswa pada Gambar
pencapaian keterampilan berpikir kritis dalam 2.
materi faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan dengan metode discovery-inquiry.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Data penelitian yang diperoleh adalah
pencapian setiap sub indikator KBKr yang
dikembangkan (keterampilan mengungkapkan
masalah, mengemukakan hipotesis, merancang Gambar 2. Pencapaian Keterampilan
eksperimen, membuat pertimbangan,
Mengemukakan Hipotesis
memberikan alasan, dan mengemukakan
kesimpulan) pada setiap kelompok siswa
3. Data Pencapaian Keterampilan
(tinggi, sedang, dan rendah).
Merancang Eksperimen
1. Data Pencapaian Keterampilan Pengajuan hipotesis yang telah
Mengungkapkan Masalah dinyatakan sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan, masih perlu diuji
Pada sub indikator keterampilan
kebenarannya. Siswa dalam menguji kebenaran
mengungkapkan masalah, siswa dibimbing
hipotesis yang telah diajukan, maka diberi
untuk dapat menuliskan masalah ke dalam
kesempatan untuk merancang eksperimen.
bentuk pertanyaan sesuai dengan artikel.
Hasil dari jawaban tes menunjukkan bahwa
Artikel memuat masalah tentang fakta-fakta
pencapaian keterampilan merancang
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
eksperimen dapat dilihat pada Gambar 3.
dengan materi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan. Berdasarkan jawaban
siswa pada tes tertulis, diketahui pencapaian
keterampilan mengungkapkan masalah dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3. Pencapaian Keterampilan


Merancang Eksperimen

4. Data Pencapaian Keterampilan


Gambar 1. Pencapaian Keterampilan Membuat Pertimbangan
Mengungkapkan Masalah
Pertimbangan berdasarkan data
2. Data Pencapaian Keterampilan eksperimen dibuat untuk menuntun siswa dalam
Mengemukakan Hipotesis proses mengkonseptualisasikan fakta dari hasil
eksperimen yang didapat menjadi suatu konsep
Keterampilan mengemukakan hipotesis yang benar mengenai materi yang sedang
diuji untuk mengetahui bagaimana pencapaian dipelajari. Hasil tes menunjukkan bahwa
siswa dalam menuliskan jawaban sementara pencapaian keterampilan membuat
dari permasalahan yang telah diajukan pertimbangan pada siswa dapat dilihat pada
sebelumnya berdasarkan artikel mengenai Gambar 4.
materi faktor-faktor yang mempengaruhi

44
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

7. Data Pencapaian Keseluruhan Sub


Indikator KBKr pada Kelompok
Siswa

Gambar 7. menunjukkan hasil


pencapaian keseluruhan sub indikator KBKr
(keterampilan mengungkapkan masalah,
mengemukakan hipotesis, merancang
eksperimen, membuat pertimbangan,
Gambar 4. Pencapaian Keterampilan memberikan alasan dan mengemukakan
Membuat Pertimbangan kesimpulan) pada setiap kelompok siswa
(tinggi, sedang, dan rendah).
5. Data Pencapaian Keterampilan
Memberikan Alasan

Keterampilan memberikan alasan diuji


untuk mengetahui penjelasan siswa terhadap
materi berdasarkan hasil eksperimen.
Berdasarkan jawaban siswa pada tes tertulis,
diketahui pencapaian keterampilan memberikan
alasan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 7. Pencapaian Keseluruhan Sub


Indikator KBKr pada
Kelompok Siswa

Pembahasan

1. Pencapaian Keterampilan
Mengungkapkan Masalah

Gambar 5. Pencapaian Keterampilan Hasil penelitian menunjukkan


Memberikan Alasan pencapaian keterampilan mengungkapkan
masalah pada siswa kelompok rendah, sedang,
6. Data Pencapaian Keterampilan dan tinggi adalah masing-masing yaitu kurang,
Mengemukakan Kesimpulan baik, dan sangat baik. Adanya selisih
pencapaian keterampilan mengungkapkan
Berdasarkan jawaban siswa pada tes masalah yang cukup besar antara siswa
tertulis, diketahui pencapaian keterampilan kelompok tinggi dan sedang dengan siswa
mengemukakan kesimpulan pada siswa kelompok rendah. Hal ini menandakan bahwa
kelompok tinggi, sedang dan rendah yaitu siswa kelompok rendah mengalami kesulitan
kriteria sangat baik dapat dilihat pada Gambar dalam mengungkapkan masalah. Siswa
6. kelompok tinggi cenderung melakukan
persiapan sebelum mengikuti pembelajaran,
seperti membaca materi terlebih dahulu,
berbeda halnya dengan siswa kelompok rendah
yang tidak membaca materi sebelum
pembelajaran dimulai. Hasil yang ditunjukkan
oleh ketiga kelompok siswa ini tidak ada yang
mencapai rata-rata nilai 100, dikarenakan
siswa baru pertama kali mengungkapkan suatu
masalah dalam pembelajaran kimia yang
menyebabkan siswa masih belum terbiasa
untuk mengungkapkan suatu masalah.
Gambar 6. Pencapaian Keterampilan
Diketahui bahwa proses pembelajaran yang
Mengemukakan Kesimpulan
telah dilakukan sebelumnya adalah dalam
45
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

bentuk ceramah, yang hanya sebatas pada dalam menjawab permasalahan, sehingga tidak
proses transfer of knowledge tanpa adanya mendapatkan hasil yang maksimal dalam
proses melatih KBKr siswa terutama mengemukakan hipotesis.
keterampilan mengungkapkan masalah. Hal Siswa kelompok rendah memperoleh
tersebut sejalan dengan yang diungkapkan pencapaian yang paling rendah dibanding
Daryanto (2012), bahwa pembelajaran dengan kelompok tinggi dan sedang, menandakan
metode ceramah cenderung bersifat verbalistik bahwa siswa kelompok rendah mengalami
dari guru dan bertumpu hanya pada kesulitan dalam mengemukakan hipotesis pada
kepentingan pengajar dibanding dengan tes tertulis. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa
kebutuhan siswa. Menurut Danial (2018) selama pembelajaran, siswa kelompok rendah
bahwa pembelajaran dengan metode ceramah berlaku cenderung pasif ketika diskusi
menjadi pembelajaran yang kurang efektif dan dilaksanakan dalam menjawab permasalahan
tidak dapat melatih KBKr siswa, terutama yang ada, padahal Daryanto (2012) menyatakan
dalam keterampilan mengungkapkan masalah, bahwa berlaku pasif dalam diskusi adalah tidak
disebabkan karena siswa tidak terbiasa benar. Perilaku pasif siswa dapat terlihat ketika
mengungkapkan masalah dan merasa ragu siswa hanya mencatat ulang apa yang telah
untuk bertanya. Pembelajaran dengan metode dicatat oleh teman sekelompoknya selama
ceramah tidak sejalan dengan proses pembelajaran, tanpa mengetahui bagaimana
pembelajaran dengan menuntut adanya penjelasannya.
interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan Fenomena yang terjadi pada siswa
guru, yaitu terdapat kegiatan belajar siswa dan kelompok rendah tersebut dikarenakan mereka
kegiatan mengajar guru yang berlangsung memerlukan waktu yang lebih lama untuk
bersamaan dalam kurun waktu yang sama mencari dan mengolah informasi, ditegaskan
menurut Arifin (2003), sehingga KBKr dapat oleh Randall dalam Warsono (2012) bahwa
dikembangkan dengan baik. siswa yang lebih cerdas seringkali
meninggalkan siswa yang lebih lemah dalam
2. Pencapaian Keterampilan pembelajaran. Hal ini bertolak belakang dari
Mengemukakan Hipotesis yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa yang
memiliki keterampilan berpikir kritis, bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung tidak menerima begitu saja
pencapaian keterampilan mengemukakan gagasan-gagasan dan informasi-informasi dari
hipotesis pada masing-masing siswa kelompok orang lain, dan siswa seharusnya aktif sendiri
tinggi, sedang, dan rendah adalah baik, cukup dalam mencari informasi.
dan kurang. Soal pada tes yang diajukan untuk
menguji pencapaian keterampilan 3. Pencapaian Keterampilan
mengemukakan hipotesis, mengandung hal Merancang Eksperimen
mendasar yang perlu diperhatikan siswa untuk
dapat mengemukakan hipotesis secara tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan tes, siswa harus hapal sifat pencapaian keterampilan merancang
kepolaran senyawa yang telah dipelajari oleh eksperimen pada siswa kelompok tinggi dan
siswa pada pembelajaran sebelumnya. Siswa sedang adalah baik, sedangkan pencapaian
yang mengetahui sifat kepolaran senyawa keterampilan merancang eksperimen pada
menunjukkan bahwa siswa mempunyai siswa kelompok rendah adalah cukup.
informasi untuk digunakan dalam menjawab Minimnya pengetahuan siswa menjadikan
permasalahan, maka akan semakin mudah sebagai salah satu alasan yang dapat
siswa dalam mengemukakan hipotesis secara menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
tepat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan merancang eksperimen, yaitu hampir semua
oleh Nazir (2005), bahwa dalam menggali siswa bertanya pada guru mengenai nama alat,
hipotesis siswa harus mempunyai banyak dan bahan, serta fungsinya yang dapat dipakai
informasi mengenai masalah yang ingin dalam melakukan eksperimen. Sering
dipecahkan. bertanyanya siswa pada guru menunjukkan
Berdasarkan hasil wawancara, siswa bahwa siswa pada dasarnya tidak mengetahui
kelompok sedang lupa bagaimana sifat alat dan bahan-bahan kimia, serta tidak tahu apa
kepolaran senyawa. Siswa yang lupa terhadap fungsi dari masing-masing alat dan bahan yang
materi kepolaran senyawa artinya tidak akan digunakan. Hal ini sejalan dengan hasil
mempunyai informasi untuk dapat digunakan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari

46
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

(2011), yang menyatakan bahwa sebenarnya mengenai keterampilan memberikan alasan


kesulitan siswa dalam merancang eksperimen dengan tepat. Kedua hal tersebut telah
berpangkal pada ketidaktahuan mereka dilakukan oleh siswa kelompok tinggi selama
terhadap apa yang akan mereka kerjakan, serta pembelajaran, sehingga mereka dapat
kurangnya pengetahuan siswa akan alat dan menggunakan daya pikirnya dalam memberikan
bahan praktikum yang ada di laboratorium. alasan terhadap suatu permasalahan. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitan sebelumnya oleh
4. Pencapaian Keterampilan Membuat Pangesti (2011) yang menyatakan bahwa siswa
Pertimbangan kelompok tinggi telah dapat mengembangkan
daya pikir atau penalaran maupun pemahaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mereka miliki untuk digunakan dalam
pencapaian keterampilan membuat memberikan alasan pada suatu permasalahan.
pertimbangan pada siswa kelompok tinggi dan Pencapaian yang diperoleh oleh siswa
sedang adalah sangat baik, sedangkan pada kelompok tinggi menggambarkan bahwa
siswa kelompok rendah adalah baik mereka tidak memberikan alasan secara asal,
Berdasarkan hasil wawancara, siswa kelompok melainkan secara logis. Siswa kelompok tinggi
tinggi dan sedang tidak mengalami kesulitan cenderung melakukan studi pustaka untuk lebih
dalam membuat pertimbangan dikarenakan menegaskan konsep yang sudah didapat. Hal ini
hasil eksperimen sudah jelas mengarahkan pada sesuai dengan pendapat Arifin (2003) yang
konsep yang benar mengenai materi faktor- menunjukkan bahwa apabila siswa memiliki
faktor yang mempengaruhi kelarutan. Pada keterampilan berpikir kritis, maka ia dapat
kegiatan menganalisis data hasil eksperimen memberikan alasan-alasan yang logis.
yang didapatkan selama pembelajaran, siswa Selisih yang besar antara kelompok
menggunakan buku sumber belajar kimia yang tinggi dengan dua kelompok lainnya yaitu
ternyata konsep di buku sesuai dengan hasil sedang dan rendah, dikarenakan siswa
eksperimen. Hal tersebut sesuai dengan yang kelompok sedang dan rendah kurang dapat
diungkapkan oleh Sudirman dalam Dharmawan mengembangkan daya pikirnya untuk dapat
(2008) bahwa dengan metode discovery- memberikan alasan yang tepat terhadap suatu
inquiry, siswa belajar dengan memanfaatkan permasalahan. Hasil wawancara menunjukkan
berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya bahwa siswa masih merasa kebingungan
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber terhadap materi yang dipelajari, khususnya
belajar. Ketika siswa membuat pertimbangan dalam menentukan arah pergeseran
berarti mereka melakukan pembuktian apakah kesetimbangan berdasarkan pengaruh suhu.
hasil eksperimen yang didapatkan sesuai Kebingungan yang dialami oleh siswa
dengan konsep dalam buku. Hal yang dilakukan kelompok sedang dan rendah disebabkan tidak
siswa sesuai dengan pendapat Glaser dalam melakukannya studi pustaka dalam upaya untuk
Fisher (2009) yaitu dalam berpikir kritis lebih memahami konsep yang telah didapat. Hal
menuntut upaya untuk memeriksa setiap ini tidak sejalan dengan yang diungkapkan oleh
keyakinan atau pengetahuan asumtif yang Sudirman dalam Dharmawan (2008) bahwa
berasal dari hasil eksperimen berdasarkan bukti dengan metode discovery-inquiry menekankan
pendukungnya yang didapat dari sumber belajar siswa kepada proses pengolahan informasi, di
kimia. mana siswa yang aktif mencari dan mengolah
sendiri untuk dapat memahami materi yang
5. Pencapaian Keterampilan sedang dipelajari.
Memberikan Alasan 6. Pencapaian Keterampilan
Mengemukakan Kesimpulan
Siswa kelompok tinggi tidak
mengalami kesulitan dalam memberikan alasan. Hasil wawancara pada siswa kelompok
Hasil wawancara mengungkapkan bahwa siswa tinggi menunjukkan bahwa siswa kelompok
telah memahami materi mengenai faktor-faktor tinggi memang sudah memahami materi faktor-
yang mempengaruhi kelarutan. Pemahaman faktor yang mempengaruhi kelarutan, sehingga
siswa kelompok tinggi terhadap materi mempermudah mereka dalam mengemukakan
didasarkan pada kemampuan siswa dalam kesimpulan. Hal ini sejalan dengan yang
mengumpulkan informasi yang sesuai, dijelaskan pada penelitian sebelumnya oleh
kemudian mengolah informasi tersebut menjadi Wulandari (2011), yaitu mudahnya siswa yang
suatu alasan yang dapat menjawab soal telah memahami materi dalam mengemukakan
47
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

kesimpulan, menunjukkan bahwa siswa telah pembelajaran dimulai dan aktif menggunakan
memiliki tingkat berpikir yang tinggi karena berbagai sumber pelajaran ketika pembelajaran
dalam penarikan kesimpulan membutuhkan berlangsung agar siswa lebih mudah dalam
proses pengaitan dari beberapa informasi yang menemukan konsepnya secara mandiri.
telah didapat. Siswa kelompok tinggi dapat
Ucapan Terima Kasih
mengemukakan kesimpulan dengan sangat baik
menunjukkan bahwa dengan metode Terimakasih disampaikan pada
pembelajaran discovery-inquiry membuat siswa almamater Program Studi Pendidikan Kimia
mampu mengumpulkan informasi, kemudian Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
memahami informasi tersebut sampai akhirnya Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai. Indonesia.
Lain halnya dengan siswa kelompok
sedang dan rendah, hasil wawancara
menunjukkan bahwa siswa cenderung hanya Daftar Pustaka
mengingat bagian kesimpulan, tanpa Rhenald Kasali. (2018). Self Disruption.
membutuhkan proses pengaitan dari beberapa Jakarta: Mizan.
informasi yang telah didapat. Siswa berpikir
bahwa kesimpulan merupakan hal terpenting NEA. (2012). Preparing 21st Century Students
dalam suatu pembelajaran, karena kesimpulan for a Global Society: An Educator’s
dianggap melakukan verifikasi data. Siswa Giude to the “Four Cs”. Diakses
yang cenderung hanya mengingat bagian tanggal 10 Oktober 2018 dari
kesimpulan, mengakibatkan tidak dapat diukur www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-
sejauh mana siswa telah memahami materi Four-Cs.pdf.
mengenai faktor-faktor yang dapat Ahuna, K.H., Buffalo, C.G.T & Kiener, M.
mempengaruhi kelarutan. (2014). A New Era of Critical Thinking
in Professional Programs.
7. Pencapaian Keseluruhan Sub Transformartive Dialogues: Teaching
Indikator KBKr pada Kelompok & Learning Journal, 7 (3), 1-9.
Siswa
Suardana, I.N., Redhana, I.W., Sudiatmika,
Hasil penelitian menegaskan bahwa A.A.I.A.R. (2018). Student's Critical
siswa kelompok tinggi atau siswa dengan Thinking Skills in Chemistry Learning
kemampuan kognitif tertinggi ternyata dapat Using Local Culture-Bbased 7E
mengembangkan KBKrnya secara lebih baik Learning Cycle Model. International
dibanding kelompok siswa lainnya selama Journal of Instruction, 11 (2), 399-412.
pembelajaran. Kelompok tinggi menggunakan Balencia, R.R. & Ocampo, J.M. (2018).
dan mengembangkan KBKrnya sebagai suatu Effecting Change on Student’s Critical
cara dalam memperoleh kemampuan Thinking in Problem Solving. Educare:
kognitifnya yaitu untuk lebih dapat memahami International Journal for Educational
materi. Hal tersebut sesuai dengan yang Studies, 10 (2), 109-118.
diungkapkan oleh Costa (1985) bahwa KBKr
dapat diajarkan sebagai suatu prasyarat bagi Syahbana, A. (2012). Peningkatan Kemampuan
kemampuan kognitif. Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Contextual
Simpulan dan Saran Teaching and Learning. Edumatica, 2
Simpulan (1), 45-57.

Pencapaian keseluruhan sub indikator Sanabria, J.C. & Lizarraga, J.A. (2017).
keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada Enhancing 21st Century Skills with AR:
pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi Using the Gradual Immersion Method
kelarutan dengan menggunakan metode to Develop Collaborative Creativity.
discovery-inquiry yaitu tergolong baik EURASIA Journal of Mathematics
(68,60%). Science and Technology Education, 13
(2), 487-501.
Saran
Solichin, M.M. (2017). Penerapan Model
Perlunya pembiasaan siswa untuk Pembelajaran Inquiry Discovery dalam
membaca terlebih dahulu materi sebelum
48
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 8 No 1 Maret (2020) 41-49

Pendidikan Agama Islam. Tadris, 12 Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar


(2), 214-231. Kimia Bandung: Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA UPI.
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dengan Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor:
Menggunakan Metode Discovery dan Ghalia Indonesia.
Inquiry. Jakarta: Depdikbud.
Warsono. & Hariyanto. (2012). Pembelajaran
Makmun, A.S. (2003). Psikologi Pendidikan. Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung:
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. PT. Remaja Rosdakarya.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Wulandari, A.D. (2011). Pembelajaran
Pengantar. Jakarta: Erlangga. Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing
untuk Meningkatkan Kemampuan
Rahayu, D. (2010). Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada
Laju Reaksi. Skripsi, tidak
Pembelajaran Efek Tyndall dengan
dipublikasikan. Universitas Pendidikan
Metode Discovery-Inquiry. Skripsi,
Indonesia.
tidak dipublikasikan. Universitas
Pendidikan Indonesia. Dharmawan, D. (2008). Discovery-Inquiry
Sebuah Metode. Diakses tanggal 18
Nurmalinda. (2011). Analisis Keterampilan
Desember 2012 dari
Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada
http://dadhar.blogspor.com/2008/02/dis
Pembelajaran Perkembangan Konsep
covery-inquiry-sebuah-metode.html.
Redoks dengan Metode Discovery-
Inquiry. Skripsi, tidak dipublikasikan. Pangesti, E.R. (2011). Analisis Keterampilan
Universitas Pendidikan Indonesia. Berpikir Kritis Siswa pada Kelas X
pada Pembelajaran Larutan Elektrolit
Purlistyani, I. (2012). Analisis Keterampilan
dan Non-Elektrolit dengan Siklus
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada
Belajar Hipotesis-Deduktif. Skripsi,
Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid dengan
tidak dipublikasikan. Universitas
Metode Discovery-Inquiry. Skripsi,
Pendidikan Indonesia.
tidak dipublikasikan. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Costa, A.L. (1985). Developing Minds: A
Resource Book for Teaching Thinking.
Virginia: Association for Supervision
an Curriculum Development.
Arikunto, S. (2009). Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. & Muljo, R. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gaya Media Pratama.
Danial, M., Sawal, M., Nurlaela. (2018).
Development of Chemistry
Instructional Tools and Its Effect on
Critical Thinking Skills, Metacognition,
and Concept Mastery of Students.
Journal of Physics: Conf. Series 1028,
1-8.

49

You might also like