0% found this document useful (0 votes)
104 views

Strategi Branding Dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Madrasah Tsanawiyah Negeri

This document discusses branding strategies used by Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) or state junior high schools in Purbalingga Regency, Indonesia to increase public trust. The study found that: 1) The branding strategies used by different MTsNs in Purbalingga varied, depending on each school's branding management approach. 2) The branding strategies implemented by MTsNs in Purbalingga from 2018 to 2020 were quite effective in increasing public trust.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
104 views

Strategi Branding Dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Madrasah Tsanawiyah Negeri

This document discusses branding strategies used by Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) or state junior high schools in Purbalingga Regency, Indonesia to increase public trust. The study found that: 1) The branding strategies used by different MTsNs in Purbalingga varied, depending on each school's branding management approach. 2) The branding strategies implemented by MTsNs in Purbalingga from 2018 to 2020 were quite effective in increasing public trust.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 869-880

Strategi Branding Dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap


Madrasah Tsanawiyah Negeri
Karsono1*), Purwanto2), Abdul Matin Bin Salman3)
1,2,3
Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Surakarta
*Email korespondensi: [email protected]

Abstract
This study aims to determine the branding strategy at MTsN Purbalingga Regency and to determine the level of
effectiveness of branding management strategies at MTsN Purbalingga Regency in 2018 to 2020. This study uses
a qualitative descriptive method. This method is used to describe and analyze branding management strategies at
MTsN in Purbalingga Regency and describe user responses to branding management strategies at MTsN
Purbalingga Regency. The places chosen to conduct the research were MTsN 01 Purbalingga, MTsN 02
Purbalingga, and MTsN 03 Purbalingga. Informants from this research are principals, teachers, staff, and
students. Then to select and determine the informants in this study, the researchers used a purposive sampling
technique. Data collection techniques in this research are using content/document analysis techniques, in-depth
interviews, and events/observations. The method used to check the validity of the data is the triangulation method.
The data analysis technique used in this research is interactive model analysis. The stages in analyzing the data
in this study are data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results showed that: 1). the
branding strategies that have been carried out by MTsN in Purbalingga Regency between one MTsN and other
MTsN are the same and some are different, this of course depends on the branding management carried out by
each school. MTsN 1 Purbalingga, namely by improving the quality both in terms of achievement and non-
academic namely character building, MTs Negeri 2 Purbalingga emphasizes efforts to attract interest in terms of
performance and community service, while MTs Negeri 3 Purbalingga in an effort to attract interest by achieving
good academic achievements and non-academic and performance services for both teachers and employees; 2).
The effectiveness of the branding strategy carried out at MTs Negeri Purbalingga Regency in 2018 to 2020 is
quite effective in increasing public trust.

Keywords: branding strategy, public trust, MTsN

Saran sitasi: Karsono., Purwanto., & Salman, A. M. B. (2021). Strategi Branding Dalam Meningkatkan
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Madrasah Tsanawiyah Negeri. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 869-880.
doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i2.2649

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i2.2649

1. PENDAHULUAN agar eksistensi lembaga pendidikan yang dikelola


Pemasaran bagi lembaga pendidikan sangat tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta
diperlukan. Sebagai lembaga nonprofit yang bergerak “pelanggan” potensial (Wijaya, 2008).
dalam bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, Strategi pemasaran yang hendak dijadikan
maka diperlukan usaha untuk meyakinkan pijakan oleh lembaga pendidikan, tentu harus
masyarakat dan pelanggan bahwa lembaga pendidikan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan.
yang dikelola masih tetap eksis. Selain itu, diperlukan Tantangan lembaga pendidikan kedepan adalah
usaha untuk menyakinkan bahwa layanan jasa adanya persaingan yang tinggi sehingga sangat
pendidikan yang dikelola relevan dengan kebutuhan banyak penawaran jasa lembaga pendidikan,
mereka. Kemudian, diperlukan kegiatan pemasaran meningkatnya tuntutan pelanggan atau siswa
agar jenis dan macam jasa pendidikan dapat dikenal utamanya pada kualitas dan biaya, kemajuan teknologi
dan dimengerti secara luas oleh masyarakat, apalagi komunikasi, informasi dan komputer (Fradito, 2016).
“pelanggan”. Pemasaran jasa pendidikan diperlukan Hal tersebut menjadi perhatian lembaga pendidikan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 870
dengan memahami berbagai tantangan dan yang unik, mutu pembelajaran, kepuasan belajar,
keterbatasan agar mampu mengembangkan dan prestasi siswa dan mutu lulusan. Sekolah perlu
mempertahankan eksistensi. menampilkan kesan yang mendalam kepada siswa dan
Berbagai strategi pemasaran dilakukan oleh masyarakat tentang manfaat bersekolah di tempat
instansi pendidikan negeri ataupun swasta. Persaingan tersebut (Sholihah, 2018).
antara pendidikan negeri dan swasta menjadi salah Adapun untuk menentukan karakter yang ingin
satu upaya lembaga pendidikan untuk terus ditampilkan dalam strategi manajemen branding,
melakukan strategi pemasaran. Melejitnya pendidikan sekolah dapat menggunakan 12 persona dasar (basic
swasta dalam menerapkan model branding untuk archetypes) yang umum dipakai dalam praktek
menarik minat siswa membuat pendidikan negeri branding atau pemasaran, yaitu mulai dari caregiver,
menggencarkan strategi pemasaran untuk menarik creator, everyman, explorer, hero, innocent, jester,
kepercayaan masyarakat. Meskipun pendidikan negeri lover, magician, outlaw, ruler, dan sage. Karakteristik
berada di bawah naungan pemerintah namun tetap masing-masing basic archetypes pertama kali
membutuhkan strategi pemasaran yang baik. Tidak dicetuskan Carl Jung pada 1938 dan kemudian
terkecuali pendidikan Islam negeri. dikembangkan kembali oleh Mark dan Pearson pada
Pendidikan Islam di Indonesia secara tradisional 2001 hingga akhirnya banyak dijadikan pedoman
dibedakan menjadi 2 sistem yaitu, sistem madrasah dalam menentukan gambaran karakter suatu merek
dan sistem pondok pesantren. Madrasah di bawah (Menkominfo, 2018). Secara ilmiah arketipe
naungan Departemen Agama, selain memberikan memberikan hubungan antara motivasi pelanggan dan
pendidikan dan pengajaran agama juga memberi penjualan produk. Pola dasar arketipe menandai
pelajaran umum. Sedangkan pesantren merupakan pemenuhan keinginan dan motivasi dasar manusia.
lembaga pendidikan Islam tradisional dengan ciri khas Archetypes adalah cerminan dari budaya di
di dalamnya terdapat masjid, kiai, santri, dan lingkungan setiap manusia. Beberapa karakter pada
pengajaran kitab kuning. Pendidikan Islam modern suatu merek terasa familiar bagi seseorang karena
muncul dalam bentuk pendidikan Islam terpadu yang merupakan bagian dari alam bawah sadar. Teori ini
berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan merupakan bagian dari kepribadian merek, yang
Kebudayaan. memiliki arti gabungan dari ketidaksadaran kolektif,
Melihat kondisi persaingan lembaga pendidikan kepribadian yang sangat tertanam, yang beresonansi
saat ini, maka sudah seharusnya lembaga pendidikan dan berfungsi untuk mengatur serta memberikan
Islam memiliki strategi pemasaran yang dapat arahan kepada pikiran dan tindakan manusia (Mark
dikolaborasikan dengan strategi bisnis yang mengacu dan Pearson 2001).
pada peningkatan daya saing. Strategi daya saing ini Penelitian pasar dan akademis telah
dibutuhkan untuk menjaga eksistensi sebuah lembaga memberikan bukti bahwa merek yang menampilkan
pendidikan, termasuk juga pada madrasah. Studi yang kepribadian/karakter yang kuat lebih cenderung
dilakukan (Cheng, Trivitt, & Wolf, 2015) berkinerja lebih baik dan beresonansi lebih lama
mengungkap bahwa sekolah agama membutuhkan dengan konsumen. Komponen kepribadian merek
strategi branding untuk mengkomunikasikan program menggunakan hubungan antara merek kontemporer
distingtif sekolah yang membedakannya dengan dan pola dasar arketipe klasik. Manajemen dapat
sekolah sejenis. Sekolah agama cenderung memilih pola dasar arketipe yang paling sesuai untuk
menyesuaikan branding-nya dengan nilai agama yang memperkuat branding sekolah (Roberts, 2010).
menjadi arus utama dan mempunyai akar sejarah pada Arketipe sebagai branding sekolah dapat
suatu daerah cenderung lebih dapat menarik siswa. mengungkapkan sebuah sekolah yang diminati publik
Branding bagi sekolah bukan sekadar menjual cenderung kuat pada sisi kolegial, sisi kolegial yang
nama dan lokasi sekolah, melainkan juga efisien, atau manajerial (Bruckman and Carvalho,
menampilkan suatu identitas agar mudah dikenal dan 2018).
mudah dibedakan dengan sekolah lainnya. Strategi Pola dasar arketipe memberikan gambaran
branding sekolah menjadi sangat penting bagi bahwa sekolah yang di- branding dengan karakter
sekolah-sekolah utamanya pada sekolah swasta. yang kuat akan lebih mendapat tempat di benak
Sekolah perlu menampilkan proses pelayanan masyarakat konsumen. Mundiri (2016) dalam
pendidikan melalui atribut kegiatan belajar mengajar penelitiannya menyatakan bahwa lembaga pendidikan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 871
yang tidak mampu memuaskan users educations untuk memahami bahwa ada beberapa tahapan dalam
sesuai dengan kebutuhan pasar, maka lembaga proses penguatan merek untuk dikaitkan dengan pola
pendidikan tersebut tidak akan eksis dan bisa dasar arketipe. Polanya adalah merek dengan karakter
mengakibatkan lembaga pendidikan madrasah karena terkuat adalah merek yang berpotensi mencapai status
tidak mampu menjaring siswa baru dalam jumlah ikonik. Cheng, Trivitt, & Wolf, (2015) menemukan
yang cukup, dan setiap tahun kecenderungannya bahwa orang tua dalam memilih sekolah dilakukan
mengalami penurunan jumlah siswa. Oleh karena itu secara sistematis. Orang tua yang menghargai
madrasah harus berupaya semaksimal mungkin untuk karakteristik sekolah tertentu cenderung memilih
mengelola serta meningkatkan kualitas layanannya sekolah dengan merek yang mendukung karakteristik
sehingga apa yang dipromosikan bisa tersebut. Sekolah membawa merek yang
dipertanggungjawabkan. Karena pendekatan mengomunikasikan informasi kepada orang tua yang
marketing menuntut mereka untuk menganalisis kemudian menggunakan merek tersebut untuk
kegiatan belajar mengajar, intra dan ekstrakulikuler, membantu mereka memilih sekolah untuk anak-anak
fasilitas pendidikan, dan suasana belajar mengajar mereka.
sehingga kegiatan mereka selalu terpusat pada Roziqin & Rozaq (2018) menyatakan terdapat
perbaikan mutu pelayanan. beberapa langkah yang dilakukan oleh lembaga
Penguatan karakter madrasah yang sesuai madrasah dalam membentuk brand image, yaitu
dengan pola dasar arketipe pada akhirnya menjadi dengan melakukan akreditasi kelembagaan,
inti dari strategi pemasaran lembaga pendidikan. menanamkan perilaku baik pada setiap siswa,
Strategi pemasaran harus mampu menampilkan meningkatkan prestasi siswa, meningkatkan kualitas
keunggulan karakter dan mutu lembaga pendidikan. guru dan kualitas lulusan, mengadakan kegiatan
Mundiri (2016) menyatakan aspek mutu dalam unggulan, serta menjalin hubungan dengan alumni.
lembaga pendidikan Islam sangat memiliki Langkah-langkah tersebut dapat meningkatkan daya
keterkaitan erat dengan upaya membangun branding saing.Adanya akreditasi sekolah, kualitas lulusan
kelembagaan. Dalam hal ini, dimensi kualitas merujuk yang baik, prestasi siswa, dan perilaku siswa telah
pada persepsi pelanggan mengenai kualitas atau menarik perhatian masyarakat untuk memilih
keunggulan secara keseluruhan dari produk jasa melanjutkan studi di madrasah. Rizkiyah, Istikomah,
pendidikan. & Nurdiyansyah, (2020) menyimpulkan strategi
Beberapa kajian terdahulu telah membahas membangun sekolah branding diperlukan analisis
strategi manajemen dalam memperkuat branding tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
terhadap sekolah/madrasah. Sholihah (2018) dalam sekolah kuat dalam branding, kemudian menyusun
penelitiannya menyimpulkan perencanaan strategi langkah-langkah dalam membangun branding, dan
manajemen humas dirancang dan disusun dengan dampak atau manfaat sekolah branding terhadap daya
mempertimbangkan semua aspek hingga brand saing.
sekolah bisa sampai pada masyarakat. Implementasi Beberapa kajian telah mengungkap strategi
dari strategi manajemen humas dilakukan humas manajemen dalam upaya penguatan branding sekolah,
sesuai jadwal yang telah di susun dengan melakukan di antaranya adalah dengan penguatan mutu sekolah
promosi dan publikasi ke media cetak, media (Mundiri, 2016), penguatan karakter merek agar
elektronik, dan sosial media, serta berkomunikasi dan lebih kuat dalam pertimbangan konsumen (Roberts,
sosialisasi ke publik secara langsung. Hasil dari 2010), penugasan humas untuk melakukan promosi
strategi manajemen humas tersebut terlihat dengan dan publikasi tentang keunggulan sekolah ke berbagai
adanya indikator keberhasilan sekolah menjadi media dan berkomunikasi serta sosialisasi langsung ke
terkenal di masyarakat, tercipta image positif bagi publik (Sholihah, 2018), branding dengan penguatan
sekolah, peserta didik bertambah setiap tahun ajaran karakteristik sekolah (Cheng et al., 2015), membentuk
baru, menjadi sekolah favorit dan unggulan. brand image untuk meningkatkan daya saing sekolah
Robert (2010) menunjukkan bukti adanya tingkat (Roziqin & Rozaq, 2018), serta membangun
persetujuan peserta yang tinggi saat mengkategorikan branding sekolah dengan melibatkan faktor-faktor
representasi pola dasar arketipe dari merek yang penguat branding (Rizkiyah et al., 2020).
populer dan konsisten di seluruh kategori produk. Seluruh kajian tersebut belum secara
Hasil penelitian ini juga mengimplikasikan perlunya komprehensif mengungkap tentang upaya

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 872
peningkatan branding madrasah melalui penguatan kaitannya dengan harga dan apa yang dikorbankan.
karakter-karakter dasar (arketipe) yang menjadi Penciptaan nilai intrinsik berfokus pada tanggapan
keunggulan madrasah. Diperlukan upaya pemilihan subjektif yang dialami konsumen, yang dihargai
karakter dasar arketipe yang paling sesuai untuk karena pengalaman maupun bentuk simbolis ekspresi
kemudian dikomunikasikan sebagai keunggulan mereka, sehingga hal tersebut menjadi tujuan
sekolah di madrasah. Urgensinya adalah untuk tersendiri.
mengamati lebih jauh bagaimana upaya manajemen Manajemen branding adalah sebuah pengelolaan
madrasah dalam mengelola beberapa karakteristik yang bertujuan untuk membangun merek yang kuat,
madrasah menjadi nilai unggul yang layak yaitu merek dengan ekuitas yang lebih
ditampilkan untuk penguatan branding madrasah, tinggi.Membangun merek secara ekuitas
sehingga ke depannya madrasah menjadi pilihan membutuhkan investasi yang signifikan dari sumber
masyarakat konsumen untuk menyekolahkan daya perusahaan bersama dengan kemampuan yang
anaknya. diperlukan untuk menerapkan sumber daya tersebut
Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu secara efektif. Nampaknya terdapat sebuah
kabupaten di Propinsi Jawa Tengah secara kesepakatan bersama tanpa tertulis mengenai
administratif terbagi dalam 18 kecamatan, 224 desa manajemen branding bahwa perusahaan industri
dan 15 kelurahan. Berdasarkan jumlah data memanfaatkan sumber daya keuangan ini terutama
pendidikan (sekolah) di Kabupaten Purbalingga untuk dalam tiga bidang, yaitu periklanan, penelitian &
sekolah menegah berjumlah 117 sekolah yang terdiri pengembangan, dan manajemen hubungan pelanggan,
dari 63 sekolah negeri dan 54 sekolah swasta yang telah terbukti secara positif mempengaruhi
(https://.data.kemdikbud.go.id, 2020). Pada jenjang ekuitas merek (Rahman, Rodríguez-Serrano, &
Madrasah terdapat 3 MTs Negeri dan 38 MTs Swasta Lambkin, 2018).
sedangkan pada jenjang SMP terdapat 60 SMP negeri Definisi lain dijelaskan oleh (Heding, et al.,
dan 16 SMP swasta. Berbagai sekolah tersebut 2009) yang mendefiniskan manajemen merek
tentunya senantiasa berupaya meningkatkan branding berfokus pada perusahaan di belakang merek dan
sekolah masing-masing melalui berbagai strategi tindakan yang akan diambil perusahaan untuk
pemasaran, dalam hal ini termasuk Madrasah mempengaruhi konsumen. Dalam manajemen merek,
Tsnawiyah Negeri (MTsN) yang ada di Kabupaten konstruksi identitas telah tumbuh semakin populer,
Purbalingga, hal tersebut dilakukan agar tidak karena konsep yang kuat dan kompleks dengan
ketinggalan dengan madrasah-madrasah swasta yang potensi memperkuat daya kompetitif secara signifikan
terus melakukan berbagai strategi pemasaran demi dan memastikan keselarasan identitas perusahaan,
mendapatkan simpati dan kepercayaan dari identitas organisasi, gambar, serta reputasi.Identitas
masyarakat. merek mengekspresikan serangkaian nilai,
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kemampuan, dan proposisi penjualan dari sebuah
penelitian ini akan mengkaji strategi pemasaran merek.
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam 2.2. Konsep Brand, Branding, dan Citra
negeri, dalam hal ini ialah Madrasah Tsnawiyah Pengertian brand menurut (Sadat, 2009) diartikan
Negeri (MTsN) di Kabupaten Purbalingga. sebagai istilah brand berasal dari kata brandr yang
berarti “to brand”, dimaknai sebagai aktivitas yang
2. Kajian Teori sering dilakukan para peternak sapi di Amerika untuk
2.1. Konsep Manajemen Brading memberi tanda pada ternak-ternak mereka dengan
Högström, Gustafsson, & Tronvoll (2015) tujuan agar mudah diindentifikasi kepemilikannya
menjelaskan bahwa strategi manajemen branding sebelum dijual ke pasar.
yang dilakukan cenderung berbeda-beda tergantung Beberapa pengertian mengenai hakikat brand
pada cita- cita perusahaan.Apakah cita-cita dijelaskan oleh (Kapferer, 2008) pertama hakikat
perusahaan tersebut bermaksud menciptakan tipe nilai merek atau brand adalah aset tidak berwujud, aset
ekstrinsik atau intrinsik. Penciptaan nilai ekstrinsik yang menghasilkan manfaat tambahan bagi bisnis.
berfokus pada utilitas dan funsionalitas yang Selain itu, merek diposting sebagai salah satu dari
ditawarkan kepada konsumen secara objektif sebagai beberapa jenis aset tidak berwujud (kategori yang juga
sarana untuk mencapai tujuan lebih lanjut dalam mencakup paten, database dan suka). Pengertian
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 873
selanjutnya, merek adalah aset bersyarat, hal ini bersyarat memberikan manfaat dan nilai finansial.
adalah titik kunci yang sejauh ini kerap diabaikan. Para pekerja atau orang-orang yang terlibat perlu
Pengertian selanjutnya dari aset adalah elemen yang melakukan kerja sama dengan aset material atau
mampu menghasilkan manfaat dalam jangka waktu pendukung lainnya seperti fasilitas produksi, media
yang lama. Merek adalah nama yang mempengaruhi promosi, dan orang-orang yang memiliki kompetisi
pembeli. Definisi ini menangkap esensi dari sebuah tinggi untuk memajukan sebuah merek. Sebab dalam
merek nama dengan kekuatan untuk mempengaruhi hal ini, tidak ada merek tanpa produk atau layanan
pembeli. Sedangkan menurut penuturan susanto, untuk membawanya. Produk dan layanan menjadi
brand adalah nama atau simbol yang bersifat efektif sebagai perwujudan dari sebuah merek, agar
membedaka (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) merek menjadi nyata dan dikenal.
untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang Kemudian (Baeva, 2011) menambahkan bahwa
penjual tertentu, serta membedakannya dari barang merek dapat dilihat sebagai kombinasi dari produk
atau jasa yang dihasilkan para pesaing. Pada akhirnya, yang dikeluarkan secara efektif, memiliki identitas
brand memberikan tanda mengenai sumber produk yang khas dan memiliki nilai tambah. Merek yang
serta melindungi konsumen maupun produsen dari kuat mewakili semua kualitas dan aspek nyata dan
para pesaing yang berusaha memberikan produk- tidak berwujud dari suatu produk atau layanan. Selain
produk yang tampak identik dan lebih menarik itu, melalui merek, dapat mewakili segala perasaan
(Susanto, 2012). dan persepsi tentang suatu kualitas, gambaran, gaya
Berdasarkan penjelasan di atas, brand dimaknai hidup, dan status. Dengan demikian, merek yang kuat
sebagai simbol, identitas dan nama yang bersifat akan mampu menciptakan persepsi dalam pikiran
signifikan dalam sebuah produk. Sebuah brand pelanggan bahwa tidak ada produk atau layanan lain
memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi di pasaran yang sama. Sehingga, lembaga pemilik
konsumen, oleh sebab diperlukan ketelitian dalam merek akan mempertahankan nilai dimana konsumen
mengatur strategi manajemen branding itu sendiri. dapat mengandalkan untuk konsisten dalam jangka
Merek atau brand menempati tempat yang waktu yang lama. Selanjutnya adalah (Kotler , et al.,
signifikan pada sebuah produk. Merek dijadikan 2006) yang mendefinisikan merek adalah bentuk
sebagai identitas dalam mempromosikan sebuah jaminan kualitas, asal, dan kinerja, sehingga
produk agar mudah dikenal dan dihafal oleh khalayak. meningkatkan risiko dan kompleksitas yang terlibat
Pengertian merek menurut (Clifton, et al., 2003) dalam suatu keputusan. Tujuan dari merek sendiri
adalah slogan, warna, jenis huruf tertentu. Tetapi untuk memfasilitasi identifikasi produk, layanan, dan
namanya memiliki elemen terpenting dari merek bisnis serta membedakannya dari kompetisi lain.
karena penggunaannya dalam bahasa memberikan Selain itu, macam-macam definisi merek disebutkan
titik referensi universal. Namanya juga merupakan oleh (Heding , et al., 2009) diantaranya adalah brand
salah satu elemen dari merek yang seharusnya tidak extention, brand identity, brand Strategy. Ketiga
pernah berubah. Definisi lain dijelaskan oleh merek tersebut berkaitan dengan pemertahanan pada
(Kapferer, 2008) bahwa merek adalah sumber sebuah lembaga utamanya sekolah.
pengaruh; sistem asosiasi mental yang saling Brand extention adalah merek yang digunakan
terhubung (brand image) dan hubungan. Pengertian untuk mendukung, mengembangkan, dan
merek atau brand dibagi menjadi dua kategori. mempertahankan eksistensi sebuah merek dari
Pertama, merek merupakan aset yang tidak berwujud, perubahan lingkungan maupun memasuki pasar baru
salah satu dari beberapa jenis aset tidak berwujud dengan tetap mempertahankan inti merek dan setia
dikategorikan yang mencakup paten, database dan pada visi. Kemudian brand identity mengacu pada
suka. Artinya, sebuah merek atau brand bukanlah identitas merek dimana identitas tersebut harus
suatu benda yang dapat disentuh atau dipegang, menggambarkan visi, pekeunikan tertentu, dan
namun merek menjadi suatu hak paten yang telah kekhasan dari merek tersebut. Identitas merek harus
ditetapkan oleh suatu lembaga atau organisasi. Kedua, bersifat permanen atau jangka panjang, dengan
merek adalah aset yang bersyarat. Hal ini adalah titik demikian dapat menciptakan dasar dari merek yang
kunci dan sejauh ini justru diabaikan. Aset adalah solid, koheren serta menjadi pendorong semua
elemen yang mampu menghasilkan manfaat dalam kegiatan terkait merek. Ketiga adalah brand strategy,
jangka waktu yang lama. Kendati demikian, aset tujuan dari strategi merek adalah meningkatkan
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 874
peluang internal dan eksternal merek. Merek harus pendapat lain dijelaskan oleh (Wibowo, 2018)
strategis, visioner dan proaktif daripada taktis dan mengenai image positif dimata publik atau masyarakat
reaktif. Setiap merek harus menemukan cawan menjadi baik apabila mengandung kredibilitas dalam
sucinya sendiri untuk sukses dalam bentuk identitas suatu organisasi. Kredibel tersebut mencakup dua hal,
merek dan visi merek yang unik dan relevan. Visi pertama harapan, kemampuan memenuhi kebutuhan
merek dihidupkan melalui strategi merek yang maupun kepentingan publik dan kepercayaan untuk
disesuaikan untuk merilis potensi penuh dari merek. tetap komitmen dalam menjaga kepentingan, dan
Selain itu, menurut Invalid source specified. kenyamanan bersama untuk mewujudkan investasi
ekuitas merek adalah konsep pemasaran yang penting. sosial, melalui program-program yang ditujukan
Signifikasi yang ada, bersumber dari branding yang untuk kesejahteraan sosial.
kuat. Hal ini sejalan dengan Invalid source specified. Sintesis mengenai penjelasan di atas bahwa citra
yang menjelaskan bahwa branding yang kuat dimulai dimaknai sebagai suatu ide, kesan, konsep perasaan
dari analisis diri dan tujuan yang cerdik menurut yang didapat melalui panca indera maupun berbagai
identitas, branding mengekspresikan identitas melalui sumber tertentu. Citra yang baik akan menghasilkan
barang, pelayanan, lingkungan dan perilaku di respon yang baik, dalam pandangan masyarakat
berbagai platform di dalam berbagai konteks. Ia terhadap suatu organisasi, orang, maupun lembaga.
juga menambahkan bhawa branding yang bagus Kebijaka branding tertulis pada beberapa
adalah konsistensi citra dan identitas di berbagai undang-undang yang diatur oleh AMA (American
platform dengan cara yang menarik, bermakna, dan Marketing Association). Definisi brand menurut
loyalitas untuk membangun dengan basis pelanggan AMA (American Marketing Association) menjadi
yang ditargetkan dan dispesifikkan. acuan dalam pendefinisan brand atau merek dalam
Simpulan dari beberapa pendapat ahli di atas, Undang-Undang Merek No.15 tahun 2001 pasal 1
merek atau branding adalah sesuatu yang khas, yang ayat 1: yakni “tanda yang berupa gambar, nama, kata,
dijadikan identitas suatu lembaga sebagai pengenal huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,atau
agar mudah dikenali oleh masyarakat. Mengemas kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
sebuah merek tentunya memerlukan strategi dan daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
manajemen yang dalam agar akhir yang diharapkan perdagangan barang atau jasa” (UU Merek, 2001).
memberikan dampak pada merek untuk dikenal Selain itu, perihal regulasi, hak merek di Indonesia
banyak orang. Oleh sebab itu, merek merupakan aset ditetapkan berdasarkan prinsip “first to file” atau
penting dari sebuah lembaga yang perlu dan harus “stelsel konstitutif” dan bukan atas dasar “first to
dijaga sampai nanti. use” atau “stelsel deklaratif” yang secara historis
Pendapat Kotler (2002) menjelaskan mengenai pernah diberlakukan di Indonesia dalam UU No.21
image bermula terbentuk dari bagaimana sebuah tahun 1961. Kebijakan yang diberikan First to use
lembaga melaksanakan kegiatan operasional yang berlaku untuk siapa saja yang memberikan kebijakan
mempunyai landasan utama pada segi layanan. kepada siapa saja yang mendaftarkan brand atau
Selain itu, image juga terbentuk berdasarkan impresi merek tersebut pertama kali di negara tersebut, kendati
dan pengalaman yang dialami seseorang terhadap brand itu sebelumnya diketahui digunakan oleh
sesuatu, sehingga membangun suatu sikap mental. Ia instansi badan atau orang lainnya. Selagi belum
mengaskan bahwa image yang memiliki nilai positif terlegalisasi, badan atau orang yang
akan lebih memungkinkan menarik konsumen untuk mendaftarkannya pertama kali akan memiliki hak
melakukan transaksi pembelian. Sebab brand yang terhadap brand tersebut. Kemudian, (Tjiptpno, 2012)
baik akan menjadi dasar untuk membangun citra menambahkan kebijakan undang-undang mengenai
lembaga yang positif. Sedangkan Menurut (Levitt, brand, yang pada saat ini telah dilakukan tiga kali
1983) menambahkan mengenai pengertian image penggantian UU diantaranya adalah (UU No.19
adalah kesan, perasaan, apresiasi dari masyarakat atau Tahun 1992, UU No.14 Tahun 1997, terakhir di
publik terhadap perusahaan atau organisasi, yang amandemen dengan dikeluarkannya UU No.15 Tahun
dibuat secara bersyarat dari objek, orang, atau 2001 prinsip hak merek menggunakan “stensel
organisasi dalam suatu lembaga. Konsep image atau konstitutif”, 15 Pada rangkaian Undang Undang yang
citra diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, dan dijadikan acuan tersebut, proteksi khusus diberikan
pengalaman seseorang mengenai sesuatu. Selain itu, bagi merek terkenal asing dan Indonesia. Lebih lanjut

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 875
pasal 6 ayat 2 menetapkan bahwa ketentuan yang diantaranya adalah sumber produk diidentifikasi,
diberikan berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat pemanufakturan atau distributor sebagai penetapan
1b tersebut dapat pula diberlakukan terhadap barang tanggung jawab, pengurang risiko, (search costs)
dan jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi atau penekanan biaya pencarian untuk internal dan
persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut eksternal, ikatan khusus atau janji dengan produsen,
dengan peraturan pemerintah. Hal ini berlaku simbolis sebagai alat untuk memproyeksi citra diri,
meskipun registrasi brand atau merek bersifat sukarela dan kualitas signal.
di Indonesia (berbeda dengan pendaftaran perusahaan 2.4. Brand pada Lembaga Pendidikan
yang bersifat wajib). Beberapa tahun terakhir Spesifikasi dari manfaat branding, dapat ditarik
kesadaran dan minat pemilik merek untuk dalam ranah dunia pendidikan, Menurut (Sadat, 2009)
mendapatkan perlindungan hukum atas merek-merek merek atau brand yang dihasilkan dapat memberikan
yang dimilikinya mengalami peningkatan. kekuatan dan jaminan nilai yang berkualitas tinggi
2.3. Komponen Branding terhadap stakeholders. Hal tersebut yang pada
Pemilihan branding, tentu memiliki beberapa akhirnya berdampak luas terhadap institusi
elemen atau komponen sebagai suatu identitas dari pendidikan. Sadat membagi manfaat brand yang dapat
brand itu sendiri, diantaranya adalah emelen tangible diperoleh dari stakeholders dan lembaga pendidikan,
(nyata) dan intangible (tidak nyata). berikut manfaatnya:
Menurut Oktaviani, dkk, (2018) menjelaskan Implikasi branding tidak hanya terbatas pada
mengenai fungsi branding, salah satunya adalah produk atau perusahaan. Sekolah memiliki implikasi
sebagai sarana untuk menanamkan citra positif di brandingnya tersendiri. Jika dilihat dari perspektif
benak konsumen dan pengamat. Sehingga dalam hal corporate, maka lembaga pendidikan merupakan
ini, para pelaku lembaga pendidikan perlu suatu organisasi yang memproduksi jasa pendidikan
memperhatikan citra madrasah, sebab branding yang dibeli oleh konsumen. Apabila produsen dalam
adalah produk yang penting sebagai poin agar produk hal ini lembaga pendidikan tidak dapat memasarkan
dan kualitas sekolah senantiasa diingat, dipercaya, hasil produksinya, yaitu jasa pendidikan, yang
dan dipilih oleh konsumen atau masyarakat dalam disebabkan oleh mutu yang tidak mencapai tingkat
jangka waktu yang lama. Selain itu, Nastain (2017) kepuasan konsumen, maka produk yang ditawarkan
menyatakan fungsi brand sebagai satu ikatan yang tidak laku. Jika lembaga pendidikan tidak mampu
memiliki kekuatan secara emosional antara pemilik memenuhi kebutuhan pasar, maka eksistensinya
dan konsumen, tataran tersebut terbagi menjadi terancam menghilang. Berbeda dengan produk
beberapa opsi secara strategis dan kekuatan yang berbentuk fisik, produk sekolah yang berbentuk
mempengaruhi finansial. Kekuatan dan loyalitas dari layanan tidak dapat disimpan, sebagai hasilnya
pelanggan, mampu mengikat brand untuk layanan tersebut diproduksi dan dikonsumsi secara
mengantarkan keberhasilan dalam berbisnis, bersama (Dwiyama, 2019).
ketangguhan dan produk yang mampu bersaing. Produk lembaga pendidikan yang tidak
Adapun fungsi brand dengan keberagaman dan berwujud, konsumen pada umumnya dapat mengenali
jenisnya yang bermacam-macam, tentunya memiliki tanda-tanda yang digunakan utnuk menilai kualitas
tujuan dan fungsi yang berbeda-beda. produk lembaga pendidikan. Penilaian itu dapat
Penjelasan di atas merupakan fungsi branding diketahui dari performa guru, tenaga pendidikan,
branding sebagai salah satu sarana untuk sarana prasarana sekolah serta manajemen sekolah
menanamkan citra positif di benak konsumen, dengan yang ada pada suatu lembaga pendidikan.
memberikan kesan emosional yang baik antara pelaku Berdasarkan hal ini, lembaga pendidikan perlu
dan konsumen. Dalam hal ini, kaitannya dengan menyadari pentingnya membangun branding yang
lembaga pendidikan, fungsi brand bertujuan untuk kuat untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dan
memasarkan, menggait, dan memasarkan brand mempertahankan eksistensinya. Karena branding yang
madrasah agar mampu bersaing baik dalam hal mutu, diutamakan dalam dunia pendidikan adalah branding
kepercayaan dan layanan pendidikan yang unggul yang kuat sehingga memberikan jaminan akan
dimata masyarakat. kualitas dan nilai yang memuaskan kepada
Menurut Keller dalam (Tjiptono, 2005) membagi stakeholder, yang kemudian berdampak luas pada
manfaat pokok merek menjadi tujuh bagian, lembaga pendidikan (Sadat, 2009).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 876
2.5. Konsep Strategi Manajemen Branding Falsafah yang harus diimplementasikan oleh manajer
Kemajuan suatu lembaga maupun suatu lembaga pendidikan Islam adalah falsafah
organisasi dapat dilihat dari strategi yang dirancang penjual.Sebagai penjual yang baik ada sikap-sikap
dengan baik. Kesukesan dalam pengimplementasian tertentu yang ditampilkan keada para pembeli, antara
suatu strategi dipengaruhi oleh kekuatan identifikasi lain; (1) Berusaha memberikan pelayanan dengan
masalah mengenai apa, bagaimana, mengapa dan cepat dan tepat, berusaha bersikap ramah, (3)
dimana kepemimpinan dan tekad harus diterapkan Berusaha mematok harga yang bersaing, (4) Berusaha
secara fokus. Pengertian strategi dijelaskan oleh mengibur pembeli, (5) Berusaha bersikap jujur, dan
(Kamal, dkk, 2020) bahwa strategi adalah rencana (6) Berusaha mampu menahan diri dari perasaan
tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan kecewa jika ada pembeli yang bersikap kurang
jangka panjang dalam berbisnis. Kemudian Rumelt menyenangkan (Qomar, 2007).
(2011) menjelaskan bahwa strategi yang baik Oleh karena itu paradigma yang perlu dijadikan
cakupannya adalah serangkaian tindakan yang pegangan bagi para menajer lembaga pendidikan
koheren. Artinya, keuntungan alami pertama dari Islam, baik kapasitasnya sebagai kepala madrasah,
strategi yang baik muncul karena organisasi lain pengasuh/kiyai pesantren, ketua jurusan, dekan,
sering tidak memilikinya. Strategi yang baik memiliki maupun rektor adalah sebagai pelayan umat. Hal
koherensi, tindakan koordinasi, kebijakan, dan sumber tersebut berarti bahwa mereka harus memberikan
daya sehingga mencapai akhir yang penting. pelayanan yang terbaik kepada orang lain baik
Schein (2008) memberi definisi manajemen jajaran pimpinan, para guru, siswa, para karyawan,
sebagai profesi. Hal ini menegaskan bahwa para wali murid, para pengguna lulusan dan
manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut masyarakat luas. Madrasah atau lembaga pendidika
untuk bekerja secara profesional. Karakteristik Islam dikatakan berhasil apabila mamapu
profesional ini diwujudkan dalam bentuk membuat memberikan layanan yang sama atau melebihi
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip umum. Sikap harapan pelanggan. Dengan demikian manajemen
profesional diperoleh dari pencapaian standar prestasi layanan sangat perlu diperhatikan oleh lembaga
kerja tertentu dan ditentukan oleh kode etik yang kuat. pendidikan Islam, karena akan dapat meningkatkan
Kemudian, definisi lain dijelaskan oleh (Drummond, kepercayaan masyarakat terhadap madrasah, sehingga
et al., 2008) bahwa manajemen dapat menyediakan dengan peningkatan kepercayaan tersebut akan dapat
alat umum dan teknik analitis memungkinkan meningkatkan mutu pendidikan lembaga.
penilaian dan kontrol masalah, situasi, dan area
fungsional. Tujuannya adalah untuk memberikan
reaksi dan pengaruh, lingkungan kompetitif untuk
keuntungan organisasi. Selanjutnya, (Nashar, 2013)
menambahkan pengertian manajemen adalah sebuah
proses pengelolaan atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan dan pengarahan kepada orang
lain atau suatu kelompok ke arah tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang diperlukan.
Manajemen adalah kegiatan, dimana pelaksanaanya
adalah “managing” pengelolaan, sedangkan
pelaksananya disebut manager atau pengelola.
Layanan merupakan persoalan yang serius bagi
para manajer, termasuk manajer pendidikan Islam.Ini
terutama ketika mereka menghendaki peningkatan di
segala bidang sebagai modal dasar dalam memajukan
lembaga pendidikan yang dikendalikannya. Terlebih
lagi bagi manajer yang merencanakan lembaganya
bisa mengungguli lembaga lain tentu pelayanan
menjadi salah satu komponen pengelolaan pendidikan
yang harus mendapat perhatian khusus (Qomar, 2007).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 877
3. METODOLOGI PENELITIAN 4. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif 4.1. Strategi branding yang telah dilakukan MTsN di
kualitatif. Kualitatif adalah penelitian yang dapat Kabupaten Purbalingga
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata, dan bahasa Strategi branding yang telah dilakukan MTsN di
pada konteks alamiah dan dengan memanfaatkan Kabupaten Purbalingga antara MTsN yang satu
metode yang alamiah(Moleong, 2013). Penelitian dengan MTsN yang lainnya tentu ada yang sama dan
kualitatif bertujuan untuk memperoleh wawasan tentu pula ada yang berbeda, hal itu tentunya
terkait konstruksi realitas yang terjadi untuk tergantung manajemen branding yang dilakukan dari
ditafsirkan (Cropley, 2019). Metode tersebut masing-masing sekolah, terutama sebagai pengambil
digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis keputusannya yaitu masing-masing kepala sekolah
strategi manajemen branding di MTsN di Kabupaten mereka sebagai top manajemen.
Purbalingga dan mendeskripsiskan respons pengguna a. Strategi baranding di MTsN 1 Purbalingga
terhadap strategi manajemen branding di MTsN Hasil wawancara dengan Kepala MTs Negeri 1
Kabupaten Purbalingga pada tahun 2018 sampai Purbalingga Ibu Siti Mudrikah, beliau
dengan 2020. Tempat yang dipilih untuk melakukan menyampaikan bahwa MTsN 1 Purbalingga sudah
penelitian yaitu di MTsN 01 Purbalingga, MTsN 02 mempunyai brand tersendiri di masyarakat.
Purbalingga, dan MTsN 03 Purbalingga. Informan Strategi yang digunakan yang utama tentunya terus
dari penilitian ini adalah kepala sekolah, guru, staff, meningkatkan kualitas baik dari segi prestasi
dan siswa. Untuk memilih dan menentukan informan maupun ahlak sehingga ada semacam diferensiasi
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik output madrasah dan sekolah umum. Selain itu
purpossive sampling. lulusan MTs N 1 Purbalingga dapat melanjutkan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini kejejang SMA/MA bergengsi. Secara teratur MTs
ialah dengan menggunakan teknik analisis N 1 Purbalingga mengunggah aktivitas melalui
isi/dokumen, wawancara mendalam (in depth media baik cetak maupun online seperti majalah
interview), dan peristiwa/observasi. Metode yang Gema Matsabangga, Suara Merdeka, Tabloid
digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah Aspirasi, Tabloid Elemen, Facebook, Instagram,
dengan triangulasi method yaitu dengan YouTube, Website Kanwil Kemenag dan lainya
memanfaatkan berbagai metode sebagai (Wawancara tanggal 08 Maret 2021). Berdasarkan
pertimbangan. Triangulasi ini dilakukan dengan jalan hasil wawancara pula baik dengan kepala sekolah,
membandingkan dan mengecek informasi atau data guru, staf, dan siswa bahwa upaya dalam menarik
yang diperoleh dari dokumentasi dengan hasil minat dari masyarakat di MTs N 1 Purbalingga
pengamatan dan interview (Moleong, 2014). yaitu dengan cara meningkatkan kualitas baik dari
Triangulasi ini dilakukan dengan; (1) membandingkan segi prestasi maupun non akademik yaitu
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, penanaman karakter supaya masyarakat bisa
(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di membedakan antara lulusan madrasah dan lulusan
depan umum dengan yang dikatakan pribadi, (3) sekolah. Siswa MTs N 1 Purbalingga juga di didik
membandingkan apa yang dikatakan orang tentang untuk memberi kemanfaatan bagi masyarakat di
situasi penelitian dengan apa yang didapat selama lingkungannya seperti menjadi muadzin, qori, dan
penelitian, (4) membandingkan keadaan dan lainnya. Keadaan yang demikian inilah, yang
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan menjadikan kepercayaan masyarakat terhadap
pandangan yang lain, dan (5) membandingkan hasil MTs N 1 Purbalingga terus terjaga dan bahkan
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. cenderung mengalami peningkatan, dengan kata
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian lain MTs N 1 Purbalingga merupakan MTsN yang
ini adalah analisis model interaktif (Miles & menjadi salah satu madrasah tsanawiyah rujukan
Huberman, 1992). Tahap-tahap dalam menganalisis utama bagi masyarakat sekitar dalam
data pada penelitian ini ialah reduksi data, penyajian menyekolahkan putra putri mereka yang
data, penarikan kesimpulan. didasarkan pada kualitas yang telah dibuktikannya
terutama kualitas lulusannya.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 878
b. Strategi baranding di MTsN 2 Purbalingga tahun ke tahun tersebut sebagai indikator pula
Hasil wawancara dengan Kepala MTs Negeri 2 terhadap besar kecilnya kepercayaan masyarakat
Purbalingga bapak Sangidurohman, menyatakan terhadap Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten
bahwa strategi yang digunakan untuk Purbalingga. Di bawah ini merupakan tabel yang
meningkatkan branding Madarsah adalah dengan menunjukkan perkembangan jumlah siswa di
melaksanakan Try out MI/SD dari hasil/nilai Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Purbalingga
rengking 1.2.3 langsung diterima, menerapkan selama tahun 2018-2020 MTsN 1 Purbalingga, MTsN
kedisiplinan semua civitas Madrasah (Guru, 2 Purbalingga, dan MTsN 3 Purbalingga.
pegawai dan siswa) dan Lulus Madrsah hafal Tabel 1
Asmaul khusna, hafal jus 30 dan doa-doa harian Jumlah Siswa di MTsN Kabupaten Purbalingga
(Wawancara tanggal 08 Maret 2021). Berdasarkan Tahun 2018-2020
hasil wawancara pula baik dengan kepala sekolah, No Nama Madrasah Jumlah Siswa
guru, staf, dan siswa bahwa upaya dalam menarik Pada Tahun
minat dari masyarakat di MTs N 2 Purbalingga 2018 2019 2020
yaitu MTs Negeri 2 Purbalingga menekankan 1. MTs Negeri 1 Purbalingga 830 866 883
upaya menarik minat dari sisi kinerja dan 2. MTs Negeri 2 Purbalingga 815 571 881
pelayanan masyarakat. Kinerja tersebut tentunya 3. MTs Negeri 3 Purbalingga 105 210 313
bermuara pada peningkatan prestasi yang ada di Sumber: http://emispendis.kemenag.go.id/
MTs Negeri 2 Purbalingga, baik prestasi dari pada
pengelola/manajemen madrasahnya maupun Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, jumlah
prestasi dari para peserta didik. MTs Negeri 2 siswa tersebut dapat diketahui bahwa terjadinya
Purbalingga juga senantiasa berkomunikasi peningkatan jumlah siswa pada setiap tahunnya
dengan masyarakat secara intens terutama (kecuali MTsN 2 Purbalingga dari 2018 ke 2019)
dengan masyarakat di sekitar madrasah dan para menunjukkan adanya kepercayaan masyarakat untuk
tokoh masyarakat serta siap memberikan menyekolahkan anaknya di Madrasah Negeri di
pelayanan masyarakat yang dibutuhkan selama Kabupaten Purbalingga. Hal tersebut dapat diartikan
memberikan kemanfaatan yang berarti sesuai madrasah melakukan manajemen branding terhadap
dengan tujuan madrasah yang telah dicanangkan madrasahnya agar tetap selalu mendapatkan
baik jangka pendek maupun jangka panjang. dukungan. Dilihat dari jumlah siswa yang masuk ke
c. Strategi baranding di MTsN 3 Purbalingga MTs Negeri 1 dan MTs Negeri 2 lebih banyak
Hasil wawancara dengan bapak Sudir selaku dibandingkan dengan MTs Negeri 3. Hal tersebut
kepala Madrasah di MTs Negeri 3 Purbalingga disebabkan MTs Negeri 3 merupakan Madrasah yang
bahwa strategi branding yang dilaksanakan baru belum lama berdiri di Kabupaten Purbalingga yaitu
sekedar mempublikasikan prestasi via Sosmed dan baru 2 (dua) tahun berjalan. Sedangkan dilihat dari sisi
website (berupa youtube, IG, FB, dan status WA branding pada ke dua MTs yaitu MTs Negeri 1 dan
masing-masing guru).” (Wawancara tanggal 08 MTs Negeri 2 terlihat dari jumlah siswa yang terpaut
Maret 2021). Berdasarkan hasil wawancara pula tidak terlalu banyak. Dengan data tersebut pula dapat
baik dengan kepala sekolah, guru, staf, dan siswa ditarik suatu kesimpulan bahwasanya efektivitas
bahwa upaya dalam menarik minat dari strategi branding yang dilakukan di MTs Negeri
masyarakat di MTs N 3 Purbalingga yaitu MTs Kabupaten Purbalingga pada tahun 2018 sampai
Negeri 3 Purbalingga dalam upaya menarik minat dengan 2020 cukup efektif dalam meningkatkan
dengan cara meraih prestasi baik akademik dan kepercayaan masyarakat.
non akademik serta pelayanan kinerja baik guru
dan pegawai. 5. KESIMPULAN
4.2. Tingkat efektivitas strategi manajemen branding Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
di MTsN Kabupaten Purbalingga disimpulkan bahwa: 1). strategi branding yang telah
Berbicara tentang efektivitas strategi branding dilakukan MTsN di Kabupaten Purbalingga antara
yang dilakukan di MTs Negeri Kabupaten MTsN yang satu dengan MTsN yang lainnya ada yang
Purbalingga pada tahun 2018 sampai dengan 2020, sama dan ada pula yang berbeda, hal itu tentunya
dapat dilihat dari perkembangan jumlah siswa dari tergantung manajemen branding yang dilakukan dari
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 879
masing-masing sekolah. MTs N 1 Purbalingga yaitu Högström, C., Gustafsson, A., & Tronvoll, B. (2015).
dengan cara meningkatkan kualitas baik dari segi Strategic Brand Management: Archetypes for
prestasi maupun non akademik yaitu penanaman Managing Brands Through Paradoxes .Journal of
karakter, MTs Negeri 2 Purbalingga menekankan Business Research, 68(2), 391–404.
upaya menarik minat dari sisi kinerja dan pelayanan https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2014.06.009
masyarakat, sedangkan MTs Negeri 3 Purbalingga Kotler P. (2002). Manajemen Pemasaran Edisi
dalam upaya menarik minat dengan cara meraih Milenium. Jakarta : PT. Prehellindo.
prestasi baik akademik dan non akademik serta Kotler, P., & Pfoertsch, W. (2006). B2B Brand
pelayanan kinerja baik guru dan pegawai; 2). Management with the Cooperation of Ines Michi.
efektivitas strategi branding yang dilakukan di MTs New York : Springer Berlin.
Negeri Kabupaten Purbalingga pada tahun 2018 Lahir, S., Ma’ruf, M. H., & Tho’in, M. (2017).
sampai dengan 2020 cukup efektif dalam Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model
meningkatkan kepercayaan masyarakat. Pembelajaran Yang Tepat Pada Sekolah Dasar
Sampai Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah
6. DAFTAR PUSTAKA Edunomika, 1(01).
Baeva, D. Y. (2011). Strong Brands How Brand Levitt. 1983. The Marketing Imagenation. London:
Strategy and Brand Communication Contribute The Free Press.
to Build Brand Equity. Universidade De Mark, M., & Pearson, C. S. (2001). The Hero and The
Coimbra. Outlaw: Building Extraordinary Brands
Bruckmann, S., & Carvalho, T. (2018). Understanding Through the Power of Archetypes. New York:
change in higher education: An archetypal McGraw-Hill.
approach. Higher Education, 76(4), 629-647. https://doi.org/10.1036/007138118X
Cheng, A., Trivitt, J., & Wolf, P. J. (2015). School Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis
Choice and the Branding of Milwaukee Private Data Kualitatif. (T. R. Rohidi, Ed.). Jakarta: UI-
Schools. Journal of EDRE Working Paper, (04). Press.
Clifton, R., Simmons, J., & et, a. (2003). Brands and Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian
Branding. London: Profile Book. Cropley, A. Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(2019). Introduction to Qualitative Research Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah
Methods. Riga, Latvia: Zinātne. Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.3095.6888 dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Drummond, G., Ensor, J., & Ashford, R. (2008). Mundiri, A. (2016). Strategi Lembaga Pendidikan
Strategic Marketing Planing and Control. New Islam Dalam Membangun Branding Image.
York: Elsevier. Jurnal Pendidikan Pedagogik, 3(2).
Dwiyama, F. (2019). Brand Image: Upaya Nashar. (2013). Dasar-dasar Manajemen. Pamekasan:
Memasarkan Pendidikan Bagi Lembaga Yang STAIN Pamekasan.
Kurang Mampu Bersaing. Adaara: Jurnal Nastain, Muhamad. (2017). Branding Dan Eksistensi
Manajemen Pendidikan Islam, 9(2), 880-891. Produk (Kajian Teoritik Konsep Branding Dan
https://doi.org/10.35673/ajmpi.v9i2.424 Tantangan Eksistensi Produk). Channel. 5, (1),
Fradito, A. (2016). Strategi pemasaran pendidikan 14-26.
dalam meningkatkan citra Lembaga Pendidikan Oktaviani, Femi. Dkk. (2018) Penguatan Produk
Islam: Studi Multikasus di SDI Surya Buana dan UMKM “Calief” Melalui Strategi Branding
MIN Malang 2 (Doctoral dissertation, Komunikasi. Jurnal Pengabdian Kepada
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Masyarakat. 1 (2), 348-354.
Ibrahim). Qomar, M. (2007). Manajemen Pendidikan Islam.
Heding , T., Knutdzen, C. F., & Bjerre, M. (2009). Malang: Erlangga.
Brand Management Research, theory and
practice. New York: Routledge.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 880
Rahman, M., Rodríguez-Serrano, M. Á., & Lambkin, Sadat, M Andi. 2009. Brand Belief: Strategi
M. (2018). Brand Management Efficiency and Membangun Merek Berbasis Keyaninan. Jakarta:
Firm Value: An Integrated Resource Based and Salemba Empat.
Signalling Theory Perspective .Industrial Schein, E. H. (2008). Organizational Culture and
Marketing Management, 72(July 2017), 112– Leadership. San Fransisco: Jossey-Bass.
126. Sholihah, T. (2018). Strategi Manajemen Humas
Rizkiyah, R., Istikomah, I., & Nurdiyansyah, N. Dalam Menciptakan School Branding Pada
(2020). Strategies to Build a Branding School in Sekolah Islam Terpadu. Jurnal Manajemen
Efforts to Improve the Competitiveness of Pendidikan Islam (JMPI), 3(2).
Islamic Education Institutions: In Strategi Tjiptpno, F. (2012). Pemasaran Strategik: Edisi
Membangun Branding School dalam Upaya 2.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidik. Tjiptono, F. (2005). Brand Management & Strategy.
Roberts, C. (2010). Exploring Brand Personality Yogyakarta: Penerbit Andi. Undang-Undang
through Archetypes. East Tennessee State Merek Tahun 2001 (situs Direktorat HAKI/
University. www.dgip.go.id)
Roziqin, Z., & Rozaq, H. (2018). Menggagas Wijaya, D. (2008). Pemasaran jasa pendidikan sebagai
Competitive Advantage Melalui Branding Image upaya untuk meningkatkan daya saing sekolah.
Di Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton Jurnal Pendidikan Penabur, 11(7).
Probolinggo. Jurnal Ilmiah Didaktika, 18(2). Wibowo, Ahmad Elly. 2018. Strategi Membangun
Rumelt , R. P. (2011). Good Strategy/ Bad Strategy Brand Image Dalam Meningkatakan Daya Saing
The Difference Why It Matters. London : Profile Lembaga Pendidikan Man 2 Ponorogo. Tesis.
Books. Manajemen Pendidikan Islam IAIN Ponorogo.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like