0% found this document useful (0 votes)
72 views10 pages

Pengolahan Air Sumur Gali Dengan Metode Aerasi

This document summarizes a study on treating well water in Indonesia using aeration-filtration methods. The study aimed to reduce iron (Fe) and manganese (Mn) concentrations in well water. Water was treated using a bubble aerator and quick sand filter for 15, 30, and 45 minutes. Initial Fe concentration was 3.8 mg/L and Mn was 5.07 mg/L. After aeration, Fe decreased to 1.23-3.2 mg/L and Mn decreased to 1.7-3.3 mg/L, depending on treatment time. Further treatment with filtration additionally reduced Fe to 0.28-0.89 mg/L and Mn to 1.5-3.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
72 views10 pages

Pengolahan Air Sumur Gali Dengan Metode Aerasi

This document summarizes a study on treating well water in Indonesia using aeration-filtration methods. The study aimed to reduce iron (Fe) and manganese (Mn) concentrations in well water. Water was treated using a bubble aerator and quick sand filter for 15, 30, and 45 minutes. Initial Fe concentration was 3.8 mg/L and Mn was 5.07 mg/L. After aeration, Fe decreased to 1.23-3.2 mg/L and Mn decreased to 1.7-3.3 mg/L, depending on treatment time. Further treatment with filtration additionally reduced Fe to 0.28-0.89 mg/L and Mn to 1.5-3.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 13 NOMOR 2 JUNI 2017

PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI DENGAN METODE AERASI-


FILTRASI MENGGUNAKAN AERATOR GELEMBUNG DAN
SARINGAN PASIR CEPAT UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI (Fe)
DAN MANGAN (Mn)

La Aba1, Bahrin1, Armid2


1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, 93231
2
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, 93231

Email : [email protected]

ABSTRACT

A research on well water treatment has been done by aeration-filtration method


using bubble aerator and quick sand filter to decrease iron (Fe) and manganese
(Mn) concentration. The aim of this research is to know the decrease of Fe and
Mn content in dug well water after processing using bubble aerator and fast sand
filter with 15, 30 and 45 minute contact variations. Measurements of Fe and Mn
concentrations were performed with the Ultraviolet-Visible (UV-Vis)
spectrophotometric instrument. The initial concentration of Fe in well water
before treatment was 3.8 mg / L and manganese (Mn) was 5.07 mg / L. After
aeration of 15, 30 and 45 minutes, the Fe concentration decreased to 3.20; 1.38
and 1.23 mg / L with the effectiveness of each treatment of 15.78; 63.68 and
67.63%, while Mn concentration was found to be 3.3; 2,1 and 1,7 mg / L with
effectiveness of processing 34,91; 58.57 and 66.46% respectively. Further
aeration-filtration well treatment at contact time 15, 30 and 45 minutes yields a
final Fe concentration of 0.89; 0.62 and 0.28 mg / L with the processing
effectiveness of 76.57 each; 83.68 and 92.63%, and final concentration of Mn of
4.4; 3,1 and 1,5 mg / L with processing effectiveness 13,21; 38.85 and 70.41%.
Thus, the results obtained through aeration-filtration treatment on Fe and Mn
levels only resulted in an effective decrease in Fe (92.63%) after 45 minutes.

Keywords: Dug well, Aerasi-filtration, Aerator bubble, Iron content (Fe),


Manganese content (Mn)

1. PENDAHULUAN baik tumbuhan maupun hewan,


sebagian besar tersusun oleh air,
Salah satu sumber energi yang seperti di dalam sel tumbuhan
terpenting di dunia adalah air. Air terkandung lebih dari 75% atau di
merupakan kebutuhan yang sangat dalam sel hewan terkandung lebih
vital bagi kehidupan manusia. Oleh dari 67%. Dari jumlah 40 juta mil
karena itu, jika kebutuhan akan air kubik air yang berada di permukaan
belum tercukupi maka dapat dan didalam tanah, ternyata tidak
memberikan dampak yang besar lebih dari 0,5% (0,2 juta mil kubik)
terhadap kerawanan kesehatan yang secara langsung dapat
maupun sosial. Di dalam sel hidup,

38
JAF, Vol. 13 No. 2 (2017), 38-47

digunakan untuk kepentingan menimbulkan bau yang kurang enak


manusia. Menurut departemen dan menyababkan warna kuning pada
kesehatan (1994), di Indonesia rata- dinding bak kamar mandi serta
rata keperluan air adalah 60 liter per bercak-bercak kuning pada pakaian.
kapita, meliputi : 30 liter untuk Oleh karena itu, menurut Permenkes
keperluan mandi, 15 liter untuk RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010,
keperluan minum dan sisanya untuk kadar Fe dalam air minum maksimum
keperluan lainya (Manik, 2004). yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/Lt
Ditinjau dari tempat dan kadar Mn dalam air minum yang
tersimpannya, sumber air dapat di diperbolehkan adalah 0,1 mg/Lt.
klasifikasikan kedalam beberapa jenis Untuk menanggulangi masalah
sumber air yaitu air hujan, air tersebut, diperlukan teknologi yang
permukaan, air tanah, dan air laut. dapat mereduksi kadar Besi (Fe) dan
Masing-masing sumber air tersebut Mangan (Mn) dalam air sumur gali
secara alamiah memiliki karakteristik sehingga dapat sesuai dengan standar
kualitas air tersendiri, hal ini terjadi yang berlaku. Menurut Ditjen PPM
karena kualitas air sangat dipengaruhi dan PLP Direktorat Penyehatan
oleh keadaan alam tempat air tersebut Depkes RI (1990) aerator di bedakan
berada dan kondisi tempat-tempat menjadi 5 yang salah satunya ialah
yang dilaluinya. Didaerah perkotaan aerator gelembung (babble aerator).
penduduk yang tidak memperoleh Jenis aerasi ini yaitu udara di
pelayanan air ledeng , sebagian besar semprotkan melalui dasar bak air
menggunakan sumber air tanah baik yang akan di aerasi, sehingga udara
berupa sumur gali maupun sumur akan kontak dengan air atau
pompa sebagai sumber air bersihnya. mencampur air dengan gelembung
Sumber air tanah dipilih karena relatif udara. Dari aerasi gelembung udara
lebih baik dari air sungai ditinjau dari ini oksigen pada air bisa di naikkan
segi kualitasnya terutama faktor hingga 60-80% (dari jumlah oksigen
kekeruhannya. Air tanah sebagai yang tertinggal yaitu air yang
sumber air bersih pada umumnya mengandung oksigen sampai jenuh).
dapat langsung digunakan untuk Sedangkan oksidator utama adalah
kehidupan sehari-hari. Namun tanpa molekul oksigen dari udara, klorin
disadari bahwa air tanah mengandung atau KMnO dan untuk kecepatan
banyak unsur logam yang terlarut pengendapan dipengaruhi oleh jenis
dalam air seperti calsium, dan kadar oksidator, PH, kesadahan
magnesium, sodium, kalium, dan kemungkinan ditambahkannya
bikarbinat, sulfat, kholride, nitrat, katalisator.
derajat keasaman (pH) besi (Fe) dan Berdasarkan uraian diatas maka
mangan (Mn), yang mengganggu penelitian mengenai pengolahan air
kesehatan tubuh jika terus dikonsumsi sumur gali dengan menggunakan
dalam jumlah yang tinggi (Santropie, aerator gelembung dan saringan pasir
1984). cepat yang merupakan secara aerasi-
Adanya kandungan Besi (Fe) dan filltrasi sangat penting dilakukan
Mangan (Mn) dalam air untuk menurunkan kadar Besi (Fe),
menyebabkan warna air tersebut Mangan (Mn), warna, bau, rasa, dan
berubah menjadi kuning-coklat kekeruhan.
setelah beberapa saat kontak dengan Menurut Sutrisno (2010) aerasi
udara. Di samping menimbulkan adalah pengolahan air dengan cara
gangguan kesehatan juga mengontakkannya dengan udara.

39
PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI................................................ (la Aba, dkk)

Aerasi secara luas telah di gunakan 1. Alat dan Bahan


untuk mengolah air yang mempunyai Alat yang digunakan pada
kandungan kadar besi (Fe) dan penelitian ini adalah
mangan (Mn) terlalu tinggi spektrofotometrik UV-Vis, Krank,
(mengurangi kandungan konsentrasi pompa aerator, pompa air, pipa PVC,
zat padat terlarut).Dalam proses dan tabung. Bahan yang digunakan
aerasi adalah oksigen yang ada di adalah pasir, kerikil, arang tempurung
udara, akan bereaksi dengan senyawa kelapa, ijuk, dan koral sebagai media
Ferus dan manganous terlarut filtrasi dan air sumur gali sebagai
merubah menjadi ferric (Fe) dan sampel penelitian.
manganic oxide hydrates yang tidak
larut. Proses aerasi biasanya terdiri Sketsa alat penelitinan ini adalah
dari aerator, bak pengendap serta sebagai berikut :
filter atau penyaring. Aerator adalah
1. Aerator gelembung
alat untuk menyentuhkan oksigen dari
udara dengan air agar zat besi atau
mangan yang ada di dalam air baku
bereaksi dengan oksigen membentuk
senyawa ferri (Fe valensi 3) serta
mangan oksida yang relatif tidak larut
di dalam air.
Dimana Filtrasi (Penyaringan)
merupakan pemisahan antara padatan
atau koloid dengan cairan. Proses
penyaringan air melalui pengaliran air
pada media butiran. Bakteri dapat
dihilangkan secara efektif melalui
proses penyaringan demikian pula Gambar 1. Sketsa aerator gelembung (Eko,
dengan warna, keruhan, dan besi. 2012)
Secara alami penyarinagn air terjadi Aerator gelembung (babble
pada permukaan yang mengalami aerator) dimana udara disemprotkan
peresapan pada lapisan tanah. Pada melalui dasar bak air yang akan
proses penyaringan, partikel-partikel diaerasi, sehingga udara akan kontak
yang cukup besar akan tersaring pada dengan air atau mencampur air
media pasir, sedangkan bakteri dan dengan gelembung udara.
bahan koloid yang berukuran lebih
kecil tidak tersaring seluruhnya. 2. Saringan pasir cepat
Ruang antara butiran berfungsi
sebagai sedimentasi dimana butiran
terlarut mengendap. Bahan-bahan
koloid yang terlarut kemungkinan
akan di tangkap karena adanya gaya
elektrokinetik. Banyak bahan-bahan
yang terlarut tidak dapat membentuk
flok dan pengendapan gumpalan-
gumpalan masuk ke dalam filter dan
tersaring (Anonim, 2015).

2. METODE PENELITIAN

40
JAF, Vol. 13 No. 2 (2017), 38-47

Kesehatan Provinsi Sulawesi


Tenggara untuk pengukuran kadar
besi (Fe) dan mangan (Mn), (3)
Proses aerasi-filtrasi. Air sebanyak 50
L yang disimpan dalam bak
disemprotkan dengan udara kemudian
di filtrasi menggunakan saringan pasir
cepat yaitu pasir, kerikil, arang, ijuk
dan koral. Setelah proses filtrasi
dilakukan maka air dari hasil saringan
pasir cepat akan tertampung ke bak
penampungan akhir. Kemudian
dibawah ke Laboratorium Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara untuk
Gambar 2. Sketsa saringan pasir cepat pengukuran kadar besi (Fe) dan
(Anonim, 2015) mangan (Mn), (4) Dari pengolahan air
sumur gali tersebut yang
Pada proses filtrasi dengan
menghasilkan air bersih
menggunakan Saringan Pasir Cepat
maka, akan di bandingkan dengan PE
(SPC) merupakan saringan air yang
RMENKES NOMOR 492/MENKES/
dapat menghasilkan debit air hasil
PER/IV/2010 baku mutu air bersih
penyaringan yang lebih banyak dari
yang dperbolehkan untuk kadar besi
pada Saringan Pasir Lambat (SPL).
(Fe) 0,3 mg/l sedangkan yang
Walaupun demikian saringan ini
diperbolehkan untuk kadar mangan
kurang efektif untuk mengatasi bau
(Mn) 0,4 mg/l, (5) Mengukur sampel
dan rasa yang ada pada air yang
dengan menggunakan
disaring. Selain itu karena debit air
spektrofotometrik UV-Vis (Metoda
yang cepat, lapisan bakteri yang
8034).
berguna untuk menghilangkan
patogen tidak akan terbentuk sebaik
apa yang terjadi di Saringan Pasir
Lambat.

2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang
dilakukan adalah (1) Mengambil
sampel air sumur gali sebanyak 600
ml. Kemudian dibawa ke Gambar 3. Alat Spektrofotometri Sinar
Laborarorium Kesehatan Provinsi Tampak (UV-Vis)
Sulawesi Tenggara untuk mengukur
kadar besi (Fe) dan mangan (Mn), (2) 3. Hasil dan Pembahasan
Proses aerasi dengan menggunakan 1. Hasil Pengukuran Air sumur
aerator gelembung. Air sebanyak 50L Gali
disimpan dalam bak, kemudian Hasil pengukuran air sumur gali
disemprotkan dengan udara. sebelum dilakukan proses pengolahan
Selanjutnya dengan mengatur lama aerasi-filtrasi dapat dilihat pada Tabel
aerasi dengan variasi waktu selama 1
15 menit, 30 menit dan 45 menit. Tabel 1 Data hasil pengukuran
Kemudian dibawah ke Laboratorium
kadar Fe dan Mn dalam air sumur gali

41
PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI................................................ (la Aba, dkk)

Baku Gambar 4. Hubungan grafik kadar Fe dan


Nama Kadar
No Mutu waktu aerasi setelah aerasi
Unsur (mg/L)
(mg/L)
1 Besi (Fe) 3,8 0,3 b. Pengukuran Kadar Mn
Mangan Hasil pengukuran air sumur gali
2 (Mn) 5,07 0,4 sesudah proses pengolahan aerasi
Sumber :Hasil pengukuran kimia
dengan perlakuan 3 variasi waktu
lingkungan labkes kendari,2015
aerasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat
Tabel 3 Data hasil pengukuran
jelas hasil pengukuran air sumur gali
pada kadar Fe sebesar 3,8 mg/L dan pengolahan aerasi dengan kadar Mn
kadar Mn sebesar 5,07 mg/L. Nama Waktu Kadar
Unsur (Menit) (mg/L)
2. Hasil Pengukuran Aerasi 15 3,3
a. Pengukuran Kadar Fe Mangan 30 2,1
Hasil pengukuran air sumur gali (Mn)
sesudah proses pengolahan aerasi 45 1,7
dengan perlakuan 3 variasi waktu Sumber : Hasil Pengukuran kimia
aertasi dapat dilihat pada Tabel 2 lingkungan labkes,2015
Tabel 2 Data hasil pengukuran 4
pengolahan aerasi dengan kadar Fe
Kadar Mangan (mg/L)
3
Nama Waktu Kadar
Unsur (menit) (mg/L) 2
15 3,20
Besi (Fe) 1
30 1,38
45 1,23 0
0 20 40 60
Sumber :Hasil pengukuran kimia
lingkungan labkes,2015 Waktu Aerasi (menit)

Gambar 5. Hubungan grafik kadar Mn


dan waktu aerasi setelah
aerasi

3. Hasil Pengukuran Aerasi-Filtrasi


a. Pengukuran Kadar Fe
Hasil pengukuran air sumur gali
4 sesudah pengolahan aerasi-filtrasi
Kadar Besi (mg/L)

dengan perlakuan 3 variasi waktu


3 aerasi dapat dilihat pada Tabel 4
2 Tabel 4 Data hasil pengukuran
pengolahan aerasi-filtrasi dengan
1
kadar Fe
0 Nama Waktu Kadar
0 20 40 60 Unsur (Menit) (mg/L)
Waktu Aerasi (menit) 15 0,89
Besi (Fe) 30 0,62
45 0,28

42
JAF, Vol. 13 No. 2 (2017), 38-47

Sumber : Hasil Pengukuran kimia lingkungan sampel air sumur gali sebelum
labkes,2015 mendapatkan perlakuan memberikan
1 hasil kadar Fe sebesar 3,8 mg/L dan
Kadar Besi (mg/L)
Mn sebesar 5,07 mg/L. Kadar Fe
‘ 0.8
sebesar 3,8 mg/L dan kadar Mn
0.6 sebesar 5,07 mg/L sudah melampaui
0.4 standar yang telah ditentukan.
0.2 Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.
0
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
0 20 40 60
persyaratan air minum, kadar Fe yang
Waktu Aerasi (menit) diperbolehkan adalah 0,3 mg/L dan
kadar Mn adalah 0,4. Jika berlebihan
Gambar 6 Hubungan grafik kadar Fe dan kadar Fe dan Mn dapat menyebabkan
waktu aerasi setelah filtrasi efek-efek yang merugikan seperti
mengotori dinding kamar mandi,
b. Pengukuran Kadar Mn kloset, menimbulkan warna, rasa dan
Hasil pengukuran air sumur gali bau, serta dapat mengakibatkan
sesudah pengolahan aerasi-filtrasi kerusakan dinding usus, iritasi mata,
dengan perlakuan 3 variasi waktu iritasi kulit hingga kematian
aerasi dapat dilihat pada Tabel 5 (Joko,2010).
Tabel 5 Data hasil pengukuran
pengolahan aerasi-filtrasi dengan a. Pengamatan Visual sebelum
kadar Mn Pengolahan Aerasi
Nama Waktu Kadar • Warna
Unsur (Menit) (mg/L) Dari pengamatan visual yang
15 4,4 diperoleh warna sampel air sumur
Mangan 30 3,1 gali pada saat pengambilan berwarna
(Mn) 45 1,5 kuning kecoklatan, terdapat endapan
berwarna kuning, dan diatas
Sumber : Hasil pengukuran kimia
permukaan air terdapat lapisan
lingkungan labkes,2015
minyak.
5
Kadar Mangan (mg/L)

4
3
2
1
0
0 20 40 60
Waktu Aerasi (menit)
Gambar 8 sampel air sumur gali
• Bau
Gambar 7 Hubungan grafik kadar Mn
Dari pengamatan visual yang,
dan waktu aerasi setelah
filtrasi diperoleh air sampel tersebut berbau
karat.
4. Pemeriksaan Air Sumur Gali • Rasa
Berdasarkan hasil pemeriksaan
air sumur gali menunjukkan bahwa

43
PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI................................................ (la Aba, dkk)

Dari pengamatan visual yang bahwa lama waktu aerasi 15, 30 dan
diperoleh air sampel tersebut berasa 45 menit setelah di lakukan proses
manis dan asam. pengolahan aerasi kandungan kadar
• Kekeruhan mangan (Mn) ternyata tidak
Dari hasil pengamatan visual menghasilkan penurunan yang efektif
yang diamati, diperoleh kekeruhan dimana melebihi ambang batas
dalam sampel air sumur gali keruh. maksimum yang diperbolehkan yaitu
≥ 0,4 mg/L untuk kualitas air bersih.
b. Pemeriksaan Pengolahan Dari hasil pengukuran aerasi kadar
Aerasi besi (Fe) dan kadar mangan (Mn) jika
Pemeriksaan aerasi dengan kadar dibandingkan dengan Permenkes
Fe telah dilakukan pengolahan aerasi nomor 492/Menkes/IV/2010 tentang
dengan perlakuan 3 variasi waktu syarat kualitas air bersih belum
yaitu 15, 30, dan 45 menit. Waktu memenuhi standar kualitas air bersih
aerasi 15 menit kadar Fe yang ditetapkan.
menghasilkan sebesar 3,20 mg/L
dengan efektivitas pengolahan Pengamatan visual
sebesar 15,78 %, waktu aerasi 30 • Warna
menit menghasilkan sebesar 1,38 Dari pengamatan visual yang
mg/L dengan efektivitas pengolahan diperoleh hasil pengolahan aerasi
sebesar 63,68 %, sedangkan untuk memiliki warna air berwarna kuning,
waktu aerasi 45 menit menghasilkan dan diatas permukaan air terdapat
sebesar 1,23 mg/L dengan efektivitas endapan berwarna kuning.
pengolahan sebesar 67,63 %. Dari
ketiga variasi waktu aerasi di atas,
dimana antara 15, 30 dan 45 menit
setelah di lakukan proses pengolahan
aerasi ternyata kadar besi (Fe) tidak
menghasilkan penurunan yang efektif
terhadap kadar besi (Fe) yaitu sebesar
15,78 % , 63,68 % dan 67,63 %. Hal
demikian dari ke tiga variasi diatas
masih jauh dari ambang batas (a) (b) (c)
maksimum yang diperbolehkan yaitu
≤ 0,3 mg/L. Gambar 9 Sampel Air sumur gali hasil
Pemeriksaan aerasi dengan kadar aerasi : (a) aerasi 15 menit; (b) aerasi 30
Mn setelah dilakukan proses menit; (c) aerasi 45 menit;
pengolahan aerasi menghasilkan nilai
• Bau
kadar mangan (Mn) yaitu berkisar 3,3 Dari hasil pengamatan visual
mg/L dengan efektivitas penurunan yang diperoleh air sampel tersebut
sebesar 34,91 % dengan waktu aerasi berbau karat.
15 menit, untuk aerasi 30 menit • Rasa
menghasilkan nilai berkisar 2,1 mg/L Dari pengamatan visual yang
dengan efektivitas penurunan sebesar diperoleh air sampel tersebut berasa
58,57 %, sedangkan waktu aerasi 45 manis dan asam hal tersebut mungkin
menit menghasilkan nilai berkisar 1,7 disebabkan oleh adanya bahan-bahan
mg/L dengan efektivitas penurunan organik yang membusuk, tipe-tipe
sebesar 66,46 %. Sehingga dari tertentu organisme mikroskopik.
ketiga variasi tersebut, menyatakan

44
JAF, Vol. 13 No. 2 (2017), 38-47

• Kekeruhan yaitu berkisar 4,4 mg/L dengan


Dari hasil pengamatan visual efektivitas penurunan sebesar 13,21
yang diperoleh kekeruhan dalam % dengan waktu aerasi 15 menit,
sampel air sumur gali keruh hal untuk waktu aerasi 30 menit
tersebut mugkin kekeruhan air dapat menghasilkan nilai berkisar 3,1 mg/L
ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan dengan efektivitas penurunan sebesar
anorganik dan organik yang 38,85 %, sedangkan waktu aerasi 45
terkandung dalam air seperti lumpur menit menghasilkan nilai berkisar 1,5
dan bahan yang dihasilkan oleh mg/L dengan efektivitas penurunan
buangan industri (Effendi, 2007). sebesar 70,41 %. Sehingga dari ketiga
variasi di atas, menyatakan bahwa
c. Pemeriksaan Pengolahan Aerasi- lama waktu aerasi 15, 30 dan 45
Filtrasi menit setelah di lakukan proses
Pemeriksaan aerasi-filtrasi pengolahan filtrasi kadar mangan
dengan kadar Fe setelah dilakukan (Mn) tidak mengalami penurunan
proses pengolahan aerasi-filtrasi yang efektif masih diatas baku mutu
menghasilkan kadar besi (Fe) yaitu permenkes nomor
berkisar 0,89 mg/L dengan efektivitas 492/Menkes/IV/2010. Hasil proses
penurunan sebesar 76,57 % , dengan aerasi kadar Mn tidak jauh berbeda
waktu aerasi 15 menit, untuk waktu dari hasil proses filtrasi. Jika dilihat
aerasi 30 menit menghasilkan nilai dari hasil sesudah proses filtrasi, air
berkisar 0,62 mg/L dengan efektivitas tersebut sudah mengalami kejernihan
penurunan sebesar 83,68 %, dan mampu dikonsumsi oleh warga.
sedangkan waktu aerasi 45 menit Tetapi setelah didapat hasil
menghasilkan nilai berkisar 0,28 pengukuran ternyata kadar Mn
mg/L dengan efektivitas penurunan mengalami hasil yang tinggi melebihi
sebesar 92,63 % . Sehingga dari standar baku mutu permenkes nomor
ketiga variasi di atas, menyatakan 492/Menkes/IV/2010. Hal ini terjadi
bahwa lama waktu aerasi 15, 30 dan dikarenakan proses kecepatan
45 menit setelah di lakukan proses oksidasi mangan di pengaruhi pH air.
pengolahan aerasi-filtrasi kadar besi Makin tinggi pH air maka kecepatan
(Fe) menghasilkan penurunan yang reaksi oksidasi pada proses filtrasi
signifikan yaitu masing-masing semakin cepat (Rita dan Riswal,
sebesar 76,57 % , 83,68 %, dan 92,63 2015).
% dibanding dengan penurunan
pengolahan aerasi pada kadar besi Pengamatan Visual
(Fe). Hal demikian dari ke tiga variasi • Warna
waktu aerasi tersebut sudah Dari hasil pengamatan visual
mengalami proses filtrasi sehingga yang diperoleh hasil pengolahan
terjadi penjernihan terhadap aerasi-filtrasi memiliki warna air
air sampelnya, maka kandungan jernih. Berbeda pada saat pengolahan
kadar besi yang berada dalam air akan aerasinya memiliki warna kuning,
tersaring ke dalam proses filtrasi karena dalam kandungan besi dalam
sehingga hasil yang di dapatkan air bersifat terlarut sebagai Fe2+ ,
cukup baik atau jernih. (ferro) atau Fe3+ (ferri) dan bereaksi
Pemeriksaan aerasi-filtrasi dengan oksigen maka menyebabkan
dengan kadar Mn setelah dilakukan air sampel warna kuning. Sehingga
proses pengolahan aerasi-filtrasi pada saat dilakukan pengolahan
menghasilkan kadar mangan (Mn) aerasi-filtrasi air bakunya menjadi

45
PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI................................................ (la Aba, dkk)

jernih ini disebabkan dalam medium 1. Pengolahan air mengunakan


filtrasi terdapat pasir dan arang yang metode aerasi-filtrasi
menahan kadar besi dalam air menghasilkan kadar besi (Fe) yaitu
sehingga terjadi penjernihan dalam 0,89 mg/L dengan waktu aerasi 15
air bakunya. menit, untuk waktu aerasi 30 menit
menghasilkan nilai 0,62 mg/L
sedangkan waktu aerasi 45 menit
menghasilkan nilai 0,28 mg/L.
2. Efektivitas pengolahan pada
metode aerasi-filtrasi untuk kadar
Fe menghasilkan peresentase
sebesar 76,57 %, 83,68 % dan
a b c 92,63 %. Untuk kadar besi
Gambar 10 Sampel air sumur gali hasil menghasilkan penurunan yang
filtrasi : (a) aerasi 15 menit; efektif yaitu di bawah nilai
(b) aerasi 30 menit; (c) ambang batas baku mutu
aerasi 45 menit. permennkes No.
• Bau 492/Menkes/IV/2010.
Dari hasil pengamatan visual 3. Pengolahan air mengunakan
yang diperoleh air sampel tersebut metode aerasi-filtrasi
tidak berbau. Maka untuk bau menghasilkan kadar mangan (Mn)
memenuhi standar kualitas air bersih yaitu 4,4 mg/L dengan waktu
sesuai standar Peraturan Menteri aerasi 15 menit, untuk waktu aerasi
Kesehatan RI No. 30 menit menghasilkan nilai 3,1
492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu mg/L sedangkan waktu aerasi 45
tidak berbau. menit menghasilkan nilai 1,5
• Rasa mg/L.
Dari hasil pengamatan visual 4. Efektivitas pengolahan pada
yang diperoleh air sampel tersebut metode aerasi-filtrasi untuk kadar
tidak berasa. Maka untuk rasa Mn menghasilkan peresentase
memenuhi standar kualitas air bersih sebesar 13,21 %, 38,85 % dan
sesuai standar Peraturan Menteri 70,41 %. Untuk kadar Mangan
Kesehatan RI No. (Mn) tidak menghasikan
492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu penurunan yang efektif yaitu masih
tidak berasa. di atas nilai ambang batas baku
• Kekeruhan mutu permennkes No.
Dari hasil pengamatan visual 492/Menkes/IV/2010.
yang diperoleh kekeruhan dalam air
sampel tidak keruh (jernih), sehingga DAFTAR PUSTAKA
dalam air bakunya tidak mengandung
partikel bahan yang tersuspensi. [1]. Achmad Rukaesih. 2004. Kimia
Batas maksimum kekeruhan yang lingkungan. ANDI: Yogyakarta
diperbolehkan adalah 5 turbidity [2]. Anonim, 2015. Persaratan kualitas air
units. bersih. http://kesehatanlingkungan-
indonesia.blogspot.com/2013/01/syar
at-kualitas-air-bersih.html. Diaskes
4. Kesimpulan
pada tanggal 13 maret 2015.
Berdasarkan hasil dan [3]. Anonim, 2015. Tehnik penyaringan
pembahasan, maka dapat ditarik air bersih.
kesimpulan sebagai berikut : http://aimyaya.com/id/lingkungan-

46
JAF, Vol. 13 No. 2 (2017), 38-47

hidup/kumpulan-teknik-penyaringan- [14]. Said, N.I. 2005. Metode


air-sederhana/. Diaskes pada tanggal Penghilangan Zat Besi dan Mangan
17 maret 2015 di dalam Penyediaan Air Minum
[4]. Anonim, 2015. Jurnal pengolahan air Domestik. Jurnal Air Indonesia (JAI)
sungai skala rumah tangga secara Vol 1, No. 3 2005.
kontinyu : oleh Nusa idaman said dan [15]. Santropie, 1984. Penyedian air
Ruliasih. bersih. Jakarta. Departemen
http://www.kelair.bppt.go.id/Publika Kesehatan RI.
si/BukuAirMinum/BAB6AIRSUNG [16]. Soemirat, J. (2000) editor,
AI.pdf. Diaskes pada tanggal 17 Toksikologi Lingkungan, Gajah
februari 2015 Mada University Press, Yogyakarta:
[17]. Sudiati, K., 2004. Penurunan
[5]. Agustini Fauziah, 2011. Manajemen Kadar Besi (Fe) dengan Metode
Sumber Daya Manusia Lanjutan. Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi
Medan:Madenatera. untuk Skala Rumah Tangga di
[6]. Arifin, 2007. Tinjauan Dan Evaluasi Pedesaan. Tugas Akhir Jurusan
Proses Kimia (Koagulasi, Netralisasi, Teknik Lingkungan FTSPITS.
Desinfeksi) DiInstalasi Pengolahan Surabaya
Air Minum. PT. Tirta kencan cahaya [18]. Sutrisno,C.D.,dan Suciastuti,E.1987.
mandiri. Tangerang. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
[7]. Effendi H, 2003.Telah Kualitas Air Bandung: PT.Bina Aksara.Suyono,
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan 1993. Pengolahan Sumber Daya Air.
Lingkungan Perairan. Penerbit Fakultas Geografi Universitas
Kanisius. Yogyakarta. Gadjah Mada. Yogyakarta.
[8]. Eko Hartini,2012.Cascade Aerator
Dan Bubble Aerator Dalam
Menurunkan Kadar Mangan Air
Sumur
Gali.http://journal.unnes.ac.id/nju/in
dex.php/kemas.
[9]. Fetter, C. W., 1999. Contaminant
Hydrogeology. Second Edition.
Prentice Hall Inc. New Jersey.
[10]. Kawamura, S.2000.Integrated
Design Of Water Treatment
Facilities, John Wiley & Sons Inc,
New York, Chichester, Brisbane,
Toronto, Singapura.
[11]. Manik Ristiati.2004.Analisis
Kualitas Bakteri Koliform Pada Depo
Air Minum Isi Ulang Di kota
Singaraja Bali.Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol 3 No1., diterbitkan
Apri;l 2004;64-73.
[12]. Permenkes RI No. 907 Tahun
2002 Tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Kualitas Air. Jakarta
[13]. Parulian, 2009. Monitoring dan
Analisis Kadar Aluminium (Al)
danBesi (Fe) Pada Pengolahan Air
Minum PDAM Tirtanadi
Sunggal.Medan :Pasca sarjana –
Universitas Sumatera Utara (USU).

47

You might also like