0% found this document useful (0 votes)
70 views10 pages

Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya: Modal Sosial Kelompok Rentan Sebagai Upaya

This document summarizes a journal article about using social capital of vulnerable groups as an effort for disaster risk reduction in Padang City, Indonesia. The article describes how Padang has high risks for earthquakes and tsunamis. It identifies that vulnerable groups already possess social capital through personal relationships, social networks, civic engagement, and trust/cooperation that can be leveraged for disaster preparedness and response. The article also notes opportunities and challenges to utilizing this social capital for disaster risk reduction efforts.

Uploaded by

Sari Intan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
70 views10 pages

Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya: Modal Sosial Kelompok Rentan Sebagai Upaya

This document summarizes a journal article about using social capital of vulnerable groups as an effort for disaster risk reduction in Padang City, Indonesia. The article describes how Padang has high risks for earthquakes and tsunamis. It identifies that vulnerable groups already possess social capital through personal relationships, social networks, civic engagement, and trust/cooperation that can be leveraged for disaster preparedness and response. The article also notes opportunities and challenges to utilizing this social capital for disaster risk reduction efforts.

Uploaded by

Sari Intan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO.

02 (DECEMBER 2020)

Available online at : http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/

Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya


| ISSN (Online) 2355-5963 |

MODAL SOSIAL KELOMPOK RENTAN SEBAGAI UPAYA


DISASTER RISK REDUCTION (DRR)
1 * 2
Zeni Eka Putri ( ), Azwar ( )
12
Department of Sociology, FISIP, Universitas Andalas, Padang, West Sumatra, Indonesia.

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T
Padang City has low resilience for earthquake and tsunami disaster.
Actually, social capital can be used as a strategy for overcoming impacts
Submitted : 21st November, 2019 and efforts to reduce the level of risk disaster. According to Siegler, social
Review : 13th September, 2020 capital have four aspects, there are personal relationships, social network
Accepted : 09th November, 2020 support, civic engangement, and trust and cooperative norms. The
research objectives are: 1) Describe the knowledge and experience of
Published : 15th December, 2020
vulnerable groups in dealing with disasters (earthquake and tsunami); 2)
Available Online : December, 2020 Identifying vulnerable groups' social capital as a disaster risk reduction
(DRR) effort; 3) Describe the opportunities and obstacles / threats in the
use of social capital as an effort to disaster risk reduction (DRR). The
KEYWORDS research method is qualitative with case study. The location of this
research in Pasie Nan Tigo, Koto Tangah District, Padang City. The
Social Capital; DRR; vulnerable group determination of informants is a purposive sampling technique. This
research has 22 informants. They criteria of informants are; 1) Have
CORRESPONDENCE settled in red zone area for at least 5 years; 2) The distance between the
house and the beach is a maximum radius of 3 km. The results of the
research are; 1) Vulnerable groups have the knowledge and experience
about disasters; 2) Social groups already have social capital in 4 aspects
*E-mail: [email protected] of social capital such as personal relationships, social networking
support, civic engangement, and trust and coorperative norm; 3) Social
capital have opportunities and challenges from internal and external side.

A. PENDAHULUAN

level 4 madsudnya adalah bencana kemung

I
ndonesia merupakan daerah yang rawan
bencana alam. Aktivitas patahan dan wilayah kinan besar (60% - 80 %, terjadi tahun depan,
gunung api di Indonesia memberikan resiko atau sekali dalam 10 tahun mendatang). Dampak
terhadap bencana gempa bumi dan tsunami pada level 4 madsudnya adalah akan berdampak
(Amri dkk, 2016:15). Sumatera Barat merupakan parah sekitar 60%-80 % wilayah hancur.
salah satu provinsi yang rawan terhadap gempa Sedangkan dampak pada level 5 madsudnya
bumi dan tsunami. Pada tanggal 30 September adalah akan berdampak sangat parah sekitar 80
2009 pukul 17:16:09 WIB seluruh wilayah % - 99 %, wilayah hancur dan lumpuh total.
Sumatera Barat merasakan guncangan gempa Ancaman terhadap gempa bumi dan
bumi yang sangat kuat. Gempa bumi dengan tsunami di Kota Padang semakin mengkha
kekuatan 7.9 SR dengan kedalaman 71 km dan watirkan. Pada Januari 2019, Pemerintah
pusat gempa pada 0.84 LS – 99.65 BT ini kurang Provinsi Sumatera Barat mengadakan kegiatan
lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman. Kota rakor mitigasi dan penanggulangan bencana.
Padang merupakan salah satu kota yang Hasil penelitian dari LIPI, diketahui bahwa salah
mengalami dampak kerusakan parah dari gempa satu kota yang berpotensi sangat tinggi terjadi
tersebut. gempa bumi dan tsunami di wilayah Sumbar,
Berdasarkan Dokumen Rencana Kontingen yakni Kota Padang, dengan potensi gempa
si Tsunami Kota Padang Tahun 2013 diketahui megathrust di Kabupaten Kepulauan Mentawai
bahwa ancaman bahaya gempa bumi dan berkekuatan 8.9 magnitudo.
tsunami memiliki probability dan dampak yang Berdasarkan hasil penelitian Harli (2015),
besar bagi Kota Padang. Probability pada hasil dari menggunakan teknik overplay diketahui
bahwa ada tujuh kecamatan yang kerentanan
tinggi terhadap bencana (khususnya gempa bumi

236 | P a g e
https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020 Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

dan tsunami). Lebih lanjut disajikan pada tabel 1 situasi darurat bencana memerlukan perhatian
berikut ini. dan perlakuan khusus. Peningkatan kesadaran
dan pengetahuan tentang bagaimana meng
Tabel 1. hadapi bencana, termasuk melindungi kelompok
Kecamatan yang Memiliki Kerentanan Tinggi Bencana di
Kota Padang
rentan perlu diupayakan dalam rangka
memperkuat kesiapsiagaan masyarakat. Oleh
No Kecamatan Tingkat Kerentanan karena itu, kelompok rentan menjadi sangat
1 Bungus Teluk 87% termasuk kedalam zona rawan menjadi korban dalam situasi bencana
Kabung merah tsunami dan karena ketidakberdayaannya. Kelompok yang
13% zona bahaya kuning
tsunami cenderung terkena dampak merusak yang
2 Padang Selatan 100% termasuk ke dalam zona diakibatkan ancaman bahaya bencana,
merah tsunami khususnya bencana gempa bumi dan tsunami di
3 Padang Timur 100% termasuk ke dalam zona Kota Padang. Contoh dari kelompok rentan
merah tsunami
4 Padang Barat 100% termasuk ke dalam zona tersebut adalah orang-orang yang memiliki
merah tsunami potensi besar terkena dampak dari bencana
5 Padang Utara 100% termasuk ke dalam zona alam khususnya gempa bumi dan tsunami.
merah tsunami Adapun kelompok rentan tersebut adalah orang-
6 Nanggalo 100% termasuk ke dalam zona
merah tsunami orang yang tinggal di daerah zona merah
7 Koto Tangah 67% zona merah, 28% zona khususnya di sekitar pinggir pantai.
kuning dan 5% zona hijau Perlu adanya pengetahuan, sikap, rencana
Sumber: BPS Padang, 2019. tanggap darurat, dan sistem peringatan bencana
gempa bumi terhadap kesiapsiagaan masyarakat
Dari tabel 1 diketahui bahwa ada lima
terhadap bencana. Hal ini juga harus didukung
kecamatan yang 100% berada pada zona merah
oleh kesiapsiagaan pemerintah (Febriana, 2015).
tsunami. Sedangkan Kecamatan Bungus teluk
Di Kota Padang, pemerintah sudah melakukan
kabung 87% daerahnya masuk ke zona merah
sosialisasi mengenai siaga terhadap bencana
dan Kecamatan Kota Tangah 67% wilayahnya
dan membangun shelter. Akan tetapi, perhatian
masuk ke zona merah. Sehingga, apabila nanti
terhadap kelompok rentan masih perlu diting
terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan
katkan. Berdasarkan PP Walikota Padang No 25
tsunami sudah tentu akan membawa dampak
Tahun 2018 mengenai Prosedur Penang
serius. Adapun 4 Kecamatan lainnya seperti
gulangan Bencana, dijelaskan bahwa ketahanan
Kecamatan Pauh, Kecamatan Kuranji, Keca
Kota Padang masih rendah dalam menghadapi
matan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Lubuk
gempa bumi dan tsunami. Hal ini dipengaruhi
Begalung wilayahnya tidak termasuk kepada
oleh morfologi pantai yang landai, sebaran
zona merah tsunami.
pemukiman yang padat dan kawasan yang
Respon masyarakat Kota Padang terhadap
terbangun di kawasan pesisir dengan ketinggian
bahaya tsunami khususnya terhadap akses
< 10 mpl, serta belum tersedianya tempat-tempat
peringatan dini tsunami, pengetahuan dan
dan jalur evakuasi yang memadai pada kawasan
pengalaman, serta kesiapan evakuasi masih
yang diidentifikasi sebagai wilayah redzone.
rendah. Padahal hal ini perlu diperhatikan untuk
Penerapan kebijakan sosial yang dibuat
mengurangi dampak jika terjadi bencana (Anwar,
oleh pemerintah bertujuan mensejahterakan
2012:53). Pengurangan resiko bencana (disaster
masyarakat terkadang menghadapi kendala.
risk reduction) perlu dilakukan agar tidak terjadi
Oleh karena itu, model kebijakan sosial yang
banyak korban jiwa apabila nanti bencana
dibuat oleh pemerintah mengenai kebencanaan
gempa bumi dan tsunami terjadi. Ini merupakan
juga tentu akan mempengaruhi kesuksesan
sebuah pendekatan sistematis untuk mengi
pengurangan resiko bencana di suatu daerah di
dentifikasi, mengkaji dan mengurangi resiko
Kota Padang. Sebagai contoh penerapan model
bencana. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kebijakan terhadap pengurangan angka kemis
kerentanan sosial ekonomi terhadap bencana
kinan pada Kabupaten dan Kota di Sumatera
dan menangani bahaya-bahaya lingkungan
Barat, berdasarkan hasil penelitian Azwar
ataupun bahaya lainnya yang menimbulkan
(2019:233), penerapan kebijakan sosial untuk
kerentanan. Pengurangan resiko bencana
pengurangan kemiskinan di Sumatera Barat tidak
mengambil aspek kehati-hatian pada saat
berjalan dengan baik dipengaruhi beberapa hal
penanggulangan bencana. Yang meliputi aspek
seperti masih bergantung bantuan pusat,
perencanaan dan penanggulangan bencana,
penempatan orang dilembaga program tidak
sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana
sesuai dengan kompetensi, dan perangkat lokal
(UNDP,2012:12).
organisasi tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian Teja (2015:
Selain upaya secara eksternal (dari
17), apabila terjadi bencana, kelompok yang
pemerintah), perlu juga dilakukan identifikasi
paling diwaspadai akan terkena dampaknya
mengenai modal sosial yang dimiliki oleh
adalah kelompok rentan. Kelompok rentan dalam
kelompok rentan dalam rangka pengurangan
237 | P a g e
https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020 ZENI EKA PUTRI, AZWAR
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

resiko bencana. Hal ini diperlukan, agar angka (Afrizal, 2014:13). Dalam hal ini diterapkan
meminimalisir terjadinya korban saat terjadi metode studi kasus (case study), maksudnya,
bencana. Berdasarkan hasil penelitian Lany Penelitian studi kasus memusatkan perhatian
Verawati (2013), modal sosial bisa dijadikan pada satu objek tertentu yang diangkat sebagai
sebagai strategi alam mengatasi dampak dan sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
upaya menurunkan tingkat resiko bencana. Hasil sehingga mampu membongkar realitas di balik
penelitian Tanzil dkk (2018), menyatakan bahwa fenomena.
modal sosial menjadi kekuatan bagi masyarakat Adapun studi kasus pada penelitian ini
dalam memobilisasi sumber daya untuk adalah pada Kelurahan Pasie Nan Tigo
menghadapi bencana. Untuk itu, pola sinergi Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Alasan
dalam penanggulangan berbasis modal sosial pemilihan lokasi ini adalah karena lokasi tersebut
perlu diperkuat sehingga dalam penanganan berada di zona merah, terdapat juga lokasi
bencana merupakan aktivitas yang saling wisata Pantai Pasir Jambak, serta akses daerah
memperkuat.Selain itu, berdasarkan hasil pene yang agak tertutup tidak ada kendaraan umum
litian Tatik Yunarti (2018), kepemimpinan yang yang melewati Kelurahan Pasie Nan Tigo,
demokratis sangat dibutuhkan dalam penge sehingga apabila terjadi bencana gempa bumi
lolaan modal sosial yang ada. Hal itu karena dan tsunami, sulit untuk segera mencapai daerah
seorang pemimpin yang demokratis tersebut ketinggian. Kelurahan Pasie Nan Tigo belum
lebih terbuka dan dapat mendengarkan masukan memiliki shelter resmi untuk evakuasi saat terjadi
dari bawahannya dan masyarakat. bencana alam gempa bumi dan tsunami.
Masyarakat yang tangguh adalah masya Kriteria dari informan penelitian ini adalah:
rakat yang mampu menanggulangi bencana 1) Sudah tinggal menetap di daerah penelitian
dengan beradaptasi terhadap potensi bencana (daerah zona merah) minimal 5 tahun; 2) Jarak
yang ada di lingkungannya serta mampu rumah dengan pantai maksimal radius 3 km.
memulihkan keadaan menjadi sedia kala bahkan Informan penelitian ini berjumlah 22 orang yang
lebih baik bila bencana menimpa. Ketangguhan terdiri dari 18 orang warga kelurahan Pasia Nan
ini harus dibangun dan ditingkatkan dengan Tigo, 1 orang Aparat Kelurahan Pasia Nan Tigo,
mempertimbangan kapasitas dan kemampuan 1 orang KSB Pasia Nan Tigo, 1 orang staff
yang ada di masyarakat (Sitorus, 2018:30). Kecamatan Koto Tangah dan 1 orang BPBD
Diharapkan ketika masyarakat memiliki dan bisa Kota Padang.
memanfaatkan modal sosial yang dimilkinya, Teknik Pengumpulan data adalah wa
maka akan tercipta masyarakat yang berdaya wancara mendalam, observasi dan pengumpulan
dan tangguh bencana. Modal sosial menurut dokumen. Model analisis data yang dilakukan
Siegler melihat empat aspek modal sosial yang pada penelitian ini adalah model interaktif Miles
lebih menyeluruh yaitu personal relationship, dan Huberman. Reduksi data dan penyajian data
social network support, civic engangement, dan dengan memperhatikan hasil dari data yang
trust and cooperative norms. Penelitian Wanda dikumpulkan, kemudian pada proses penarikan
Fitri (2014) menunjukkan bahwa nilai budaya kesimpulan dan verifikasi.
lokal Minangkabau memiliki peran positif
terhadap resiliensi dan kesiapan menghadapi
bencana. Adapun nilai-nilai lokal Minangkabau C. HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti nilai kebersamaan (saiyo-sakato), nilai
empati dan toleransi (sahino-samalu), prinsip 1. Identifikasi Modal Sosial pada Kelompok
gotong-royong (sapikue-sajinjiang). Rentan sebagai Upaya Disaster Risk
Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi Reduction (DRR) di Kota Padang
modal sosial kelompok rentan sebagai upaya

M
disaster risk reduction (DRR) di Kota Padang, enurut Siegler dalam Motkuri 2018,
dan mendeskripsikan peluang dan hambatan/ based on OECD, Office for National
ancaman dalam pemanfaatan modal sosial Statistics. Terdapat 4 aspek dalam modal
sebagai upaya disaster risk reduction (DRR) di sosial, berikut uraiannya: (1) Personal
Kota Padang. Relationships; Aspek modal sosial ini mengacu
pada "struktur dan sifat dari hubungan pribadi
orang”, dan berkaitan dengan siapa orang tahu
B. METODE PENELITIAN dan apa yang mereka lakukan untuk
membangun dan mempertahankan hubungan

M
etode yang digunakan dalam penelitian pribadi mereka., (2) Social Network Support; Ini
ini adalah metode penelitian kualitatif. merujuk pada “tingkat sumber daya atau
Adapun data yang dikumpulkan dan dukungan yang dapat dilakukan seseorang
dianalisis biasanya terdiri dari dua hal yaitu kata- menarik dari hubungan pribadi mereka”, tetapi
kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan- juga mencakup apa yang dilakukan untuk orang
perbuatan manusia. Dengan arti kata, dalam lain secara pribadi, (3) Civic Engagement
penelitian kualitatif tidak menganalisis angka- (Keterlibatan Masyarakat); Ini merujuk pada
238 | P a g e
ZENI EKA PUTRI, AZWAR https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

“tindakan dan perilaku yang dapat dilihat sebagai langsung biasanya menggunakan media tertentu.
berkontribusi positif terhadap kehidupan kolektif Salah satu media yang digunakan adalah
suatu komunitas atau masyarakat". Ini termasuk handphone. Dalam hal ini, baik orangtua atau
kegiatan-kegiatan seperti sukarelawan, politik pun anak tetap bisa melakukan interaksi dan
partisipasi dan bentuk-bentuk aksi masyarakat saling bertukar kabar. Dalam pengurangan
lainnya. (4) Trust and Cooperative Norms; Ini resiko bencana, potensi mendapatkan bantuan
mengacu pada kepercayaan dan norma kerja baik secara baik secara moril ataupun materil
sama atau nilai-nilai yang membentuk cara orang dari keluarga inti cukup besar.
berperilaku terhadap satu sama lain dan sebagai Extended family atau keluarga luas adalah
anggota masyarakat. Kepercayaan dan nilai-nilai keluarga besar yang merupakan gabungan dari
yang bermanfaat bagi masyarakat secara keluarga inti beserta sanak saudara baik dari
keseluruhan (seperti misalnya solidaritas dan pihak ayah ataupun pihak ibu seperti kakek,
kesetaraan) dapat tentukan berapa banyak orang nenek, sepupu, keponakan, cucu, dan lain
dalam suatu masyarakat yang mau bekerja sama sebagainya. Bentuk interaksi yang terjalin pada
satu sama lain. keluarga inti adalah asosiatif dan bersifat
Dari uraian di atas, penulis menggunakan kooperatif/kerjasama. Akan tetapi, frekuensi
modal sosial menurut Siegler yang melihat empat interaksi yang terjadi tidak sebanyak nuclear
aspek modal sosial yang lebih menyeluruh yaitu family. Hal ini disebabkan oleh lokasi jarak rumah
personal relationship, social network support, dengan keluarga luas. Ada yang jarak lokasi
civic engangement, dan trust and cooperative rumahnya berdekatan dan sering terjadi
norms. interaksi, ada juga yang jarak rumahnya
berjauhan. Sehingga memungkinkan adalah
1.1 Aspek Personal Relationship berinteraksi tidak langsung menggunakan
a. Hubungan/interaksi dalam keluarga handphone.
(nuclear familiy/extended family) bersifat
asosiatif b. Hubungan/interaksi dengan teman
dekat dan tetangga bersifat asosiatif dan
Nuclear family atau keluarga inti merupakan disosiatif
keluarga yang dibentuk dari ikatan perkawinan.
Keluarga ini biasanya terdiri dari ayah, ibu dan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
anak-anak. Berdasarkan hasil penelitian di hubungan/ interaksi sosial dengan teman dekat
lapangan hubungan interaksi dalam keluarga inti tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena kondisi
bersifat asosiatif yaitu bentuk dari hubungan dan situasi seperti teman dekat tidak tinggal
tersebut bersifat positif dan menghasilkan berdekatan atau tidak memiliki teman dekat.
persatuan. Dalam hal ini, bentuk interaksi sosial Interaksi peer group tidak bersifat dekat.
yang terjadi adalah korporasi/kerjasama. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, rumah
Frekuensi interaksi bisa terjadi setiap hari. penduduk di Kelurahan Pasie Nan Tigo tergolong
Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah saling padat. Hal ini menyebabkan jarak rumah satu
membantu dalam hal meminjamkan uang, saling dengan yang lainnya berdekatan. Menariknya,
berkirim makanan, dan saling berkunjung. hubungan interaksi dengan tetangga berbentuk
Interaksi orangtua dan anak terjadi secara asosiatif dan disosiatif.
langsung dan tidak langsung. Secara langsung Bentuk hubungan asosiatif bersifat positif
terjadi apabila orangtua dan anak tinggal pada dan penyatuan. Dalam hal ini bersifat koorperatif
satu rumah, misalnya interaksi terjadi di rumah, atau kerjasama. Seperti saling membantu
melakukan percakapan di meja makan. Apabila apabila ada masalah keuangan. Akan tetapi,
anak tinggal tidak serumah dengan orangtua, hubungan yang terbentuk tidak secara personal,
interaksi langsung masih bisa terjadi, yaitu ketika seperti menjenguk saat sakit, takziah saat
anak datang berkunjung ke rumah orangtuanya. kematian. Selain itu, hubungan yang terbentuk
Apabila rumah anak jaraknya dekat dengan dengan tetangga juga bersifat disosiatif, yaitu
orangtua, anak bisa berkunjung setiap hari atau bersifat negatif dan mengarah ke arah
minimal sekali seminggu. Hal menarik lainnya perpecahan. Hal ini disebabkan oleh ketidak
yang ditemukan adalah, ada keluarga yang harmonisan dengan tetangga disebabkan
memang tinggal di daerah tersebut rumah tetangga tidak mau membantu baik secara moril
berdekat-dekatan bahkan bertetangga dengan atau materil apabila mengalami kesusahan.
keluarga batihnya. Sehingga proses interaksi Misalnya, ada ketidakmauan meminta bantuan
yang terjalin menjadi sering bahkan bertemu berupa pinjaman uang ke tetangga disebabkan
setiap hari. apabila dilakukan hal tersebut, maka tetangga
Interaksi tidak langsung terjadi apabila akan “menggunjingkan” si peminjam uang. Salah
orangtua dan anak terpisah jarak disebabkan satu tempat untuk berinteraksi adalah lapau.
karena tidak tinggal serumah dengan orangtua Bapak-bapak biasanya akan ke lapau untuk
ataupun anak yang merantau. Interaksi tidak bercengkrama dan "maota-ota”. Sehingga hu
239 | P a g e
https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020 ZENI EKA PUTRI, AZWAR
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

bungan dengan tetangga bisa tetap terjalin saling mengunjungi sekali dua minggu atau
dengan baik. sekali sebulan. Akan tetapi, selain itu juga bisa
Interaksi tergantung pada cara yang dilakukan komunikasi melalui alat komunikasi
digunakan oleh individu maupun kelompok dalam handphone.
menyikapi berbagai fenomena yang terdapat di Peran dari dukungan dalam pengurangan
dalam masyarakat. Sering kali, fenomena- resiko bencana juga dapat dilihat pada saat
fenomena lahir sebagai akibat pengaruh sosial terjadi bencana alam gempa bumi contohnya
budaya yang terurai berdasarkan letak geografis, pada tahun 2009 lalu. Anggota keluarga yang
etnis atau kesukuan, agama atau keyakinan rumahnya di pinggir pantai, mengungsi ke tempat
maupun ciri fisik. Fenomena dapat mengarah sanak keluarga yang rumahnya berada di zona
kepada indikasi disintegrasi apabila proses hijau. Selain itu, bagi yang tidak bersedia
interaksi masyarakat terjalin dengan buruk. mengungsi atau evakuasi, sanak keluarga akan
Namun, juga dapat memperkuat integrasi apabila berkunjung ke tempat keluarganya yang terkena
proses interaksi masyarakat berlangsung dengan dampak gempa di Kelurahan Pasie Nan Tigo
baik (Purbasari, 2019:5). Dari penelitian yang sekalian memberikan bantuan makanan, obat-
dilakukan, interaksi dalam keluarga dapat obatan, membersihkan rumah.
memperkuat integrasi. Akan tetapi, interaksi
dengan tetangga dan teman dekat ada yang b. Saling bertukar bantuan dan terlibat
memperkuat integrase dan ada yang mengarah dalam kegiatan sosial dengan tetang
pada disintegrasi. ga dan lingkungan sekitar baik yang
berhubungan dengan pengurangan
1.2 Social Network Support resiko bencana ataupun tidak.

Jaringan sosial (social network) menurut Damsar Masyarakat di Kelurahan Pasie Nan Tigo masih
adalah studi melihat hubungan antar individu terlibat aktif saling membantu baik dalam
yang memiliki makna subjektif yang dikaitkan/ keadaan terjadi bencana maupun tidak terjadi
dihubungkan dengan simpul dan ikatan. Simpul bencana. Biasanya, dalam hal perkawinan,
disini adalah aktor dalam jaringan dan ikatan masyarakat sekitar akan saling membantu.
adalah hubungan antar aktor. Ada sedikit Contohnya, akan datang membantu untuk
perbedaan antara jaringan sosial dengan Social memasak ke tempat baralek. Masyarakat akan
Network support/dukungan dari jaringan sosial. siap membantu di dapur untuk memasak
Social network support adalah merujuk pada hidangan baralek. Sifatnya adalah sukarela.
“tingkat sumber daya atau dukungan yang dapat Tidak diberikan bayaran/upah untuk membantu
dilakukan seseorang menarik dari hubungan dalam kegiatan memasak baralek tersebut.
pribadi mereka”, tetapi juga mencakup apa yang Selain itu, masyarakat juga masih aktif terlibat
dilakukan untuk orang lain secara pribadi. Jadi, apabila ada kematian di kelurahan tersebut.
dari jaringan yang dimiliki, seperti tingkatan Masyarakat akan ikut menyolatkan dan
sumberdaya/dukungan yang dilakukan. menyelenggarakan jenazah di rumah duka.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, Biasanya pelayat sekitar juga akan datang
maka ditemukan mengenai social netwotk takziah dengan membawa beras ke rumah duka.
support yang dimiliki adalah sebagai berikut: Sifat-sifat bantuan yang diberikan masyarakat
adalah bantuan moril.
a. Memiliki keluarga yang dapat Selain itu, dukungan tetangga/masyarakat
diandalkan memberikan bantuan sekitar juga terlihat pada saat menghadapi
secara moril/materil ketika mengha bencana. Sebagai contoh, pada saat terjadi
dapi bencana gempa 2009, masyarakat saling membantu
seperti membersihkan rumah korban gempa
Keluarga, baik itu keluarga batih (nuclear family) yang rusak, membantu memasang terpal, juga
maupun keluarga luas (extended family) saling berbagi bantuan makanan. Akan tetapi,
merupakan sumber utama dukungan bagi tidak ada bantuan yang sifatnya berupa uang.
kelompok rentan. Hal ini juga dipengaruhi oleh Jadi, dapat diketahui bahwa kerjasama dan
hubungan keluarga dan kekerabatan yang dekat semangat kegotongroyongan masih ditemukan di
sehingga jaringan dan kepercayaan terbentuk. tengah masyarakat Kelurahan Pasie Nan Tigo.
Dukungan yang diberikan dari keluarga bisa
bersifat materil dan moril. Contoh, dari dukungan c. Pemerintah baik dari tingkat
materil dapat berupa sesama keluarga dapat kelurahan, kecamatan dan kota
saling meminjamkan uang apabila terdesak akan padang mengambil peran dalam
kebutuhan. Selain itu, dukungan moril juga pengurangan resiko bencana akan
ditunjukkan seperti saling berkunjung apabila tetapi belum maksimal.
rumah keluarga masih berada dalam kota yang
sama. Apabila dekat bisa saling mengunjungi Pemerintah Kota Padang di bawah BPBD Kota
setiap hari, namun apabila rumah jauh bisa Padang terlibat aktif dalam upaya pengurangan
240 | P a g e
ZENI EKA PUTRI, AZWAR https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

resiko bencana dalam mulai dari pemberian nelayan. Selain itu, ada juga kelompok penyu.
informasi sampai simulasi. Apalagi sudah Akan tetapi, kelompok-kelompok yang dibentuk
dibentuk juga KSB (Kelompok Siaga Bencana). tersebut, tidak berhubungan dengan keben
Akan tetapi, dalam pelaksanaan kegiatan KSB canaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
masih belum rutin. Ketika ada anggaran, baru secara gotong royong adalah seperti saat ada
kegiatan terlaksana. Hal ini mungkin juga event tertentu seperti 17 Agustusan. Ketika ada
dipengaruhi oleh keanggotaan yang bersifat acara-acara yang bersifat event tersebut, maka
sukarela. Kemudian, pihak kelurahan dan masyarakat akan saling membantu dalam
kecamatan lebih banyak sebagai fasilitator penyelenggaraan acara. Contohnya, adanya
pemerintah Kota/pihak universitas dalam perlombaan-perlombaan dalam memperingati 17
memberikan ilmu, bantuan bagi kelurahan Pasia agustusan, lomba balap karung, adanya musik
Nan Tigo. Belum ada inisiatif murni dari pihak orgen dan lain sebagainya. Selain itu, kegiatan
kelurahan dan kecamatan dalam pengurangan gotong royong diadakan juga untuk menyambut
resiko bencana. bulan Ramadhan. Akan tetapi, kegiatan-kegiatan
Kegiatan-kegiatan pengurangan resiko ini tidak berhubungan langsung dengan upaya
bencana diinisiasi oleh pemerintah khususnya pengurangan resiko bencana.
BPBD Kota Padang. Kegiatan yang sudah
dilakukan oleh pemerintah seperti memberikan  Dibentuknya KSB (Kelompok Siaga
informasi mengenai bencana khususnya Bencana) yang bersifat sukarela
bencana gempa bumi dan tsunami. Informasi dalam pengurangan resiko ben
yang diperoleh adalah mengenai apa saja yang cana
harus dilakukan pada saat pasca bencana, saat
bencana dan pasca bencana. Pemberian Belum ada kelompok kebencanaan yang sifatnya
informasi dilakukan dengan sistem ceramah dan button-up, kelompok yang dibentuk benar-benar
ada juga dengan penyebaran-penyebaran brosur dibentuk atas kesadaran masyarakat dan
mengenai kebencanaan. Salah satu contoh berdasarkan need assessment dari masyakat itu
brosur yang dibagikan adalah mengenai Padang sendiri. Kelompok bencana yang dimiliki Kelu
Kota Cerdas Bencana. Ini berisikan ciri-ciri rahan Pasie Nan Tigo adalah Kelompok Siaga
gempa berpotensi tsuami, apa yang harus Bencana (KSB) yang dibentuk oleh BPBD Kota
dilakukan saat terjadi bencana, tindakan apa Padang. Kelompok ini memiliki relawan KSB
yang harus dilakukan ketika gempa berpotensi yang berasal dari Kelurahan Pasie Nan Tigo.
tsunami. Selain itu, juga dilakukan simulasi KSB ini bertugas untuk memberikan informasi
bencana ke sekolah-sekolah dan kepada dalam menghadapi bencana, baik pada saat pra-
masyarakat. Salah satu contohnya adalah bencana, saat bencana, maupun setelah terjadi
adalah pada saat memperingati hari kebenca bencana. Sudah ada kegiatan pemberian
naan nasional. Diadakan kegiatan sosialisasi dan informasi tersebut dilakukan pada kelompok
simulasi di daerah yang rawan bencana. rentan. Keanggotaan bersifat sukarela.
Jaringan budaya, yaitu sistem komunikasi Ada beberapa penyebab yang ditemukan
melalui nilai-nilai budaya dimulai dan diperkuat. berkaitan dengan alasan kelompok rentan tidak
Jaringan budaya merupakan suatu jaringan berpartisipasi dalam kegiatan pengurangan
komunikasi informal yang merupakan saluran resiko bencana baik pada saat pemberian
komunikasi primer. Fungsi utamanya yaitu untuk informasi oleh BPBD Kota Padang/KSB maupun
menyalurkan informasi dan memberi interpretasi pada saat dilakukan simulasi yaitu; 1) Tidak bisa
terhadap informasi (Putri, 2018:141). Dalam meninggalkan pekerjaan, contohnya ketika
pelaksanaan kegiatan pemberian informasi, berprofesi sebagai nelayan yang sedang melaut.
BPBD sudah membentuk KSB yang anggotanya Kelompok rentan tidak bisa meninggalkan
berasal dari masyarakat daerah setempat. pekerjaannya untuk memperoleh informasi
Diharapkan dengan membentuk KSB, pemberian ataupun melakukan simulasi. Selain itu, ketika
informasi mengenai kebencanaan bisa dilakukan kelompok rentan bekerja sebagai pedagang,
secara rutin. Akan tetapi, hal ini terknedala maka dia memilih untuk membuka kedai/warung
karena kegiatan-kegiatan ini masih bergantung dibandingkan ikut kegiatan. Hal ini disebabkan
kepada anggaran yang diberikan. oleh keadaan ekonomi yang menyebabkan harus
memenuhi kebutuhan sehari-hari; 2) Kondisi fisik
1.3 Civic Engangement yang tidak memungkinkan. Khususnya bagi
 Keterlibatan aktif secara suka lansia, kegiatan pemberian informasi apalagi
rela dalam kegiatan sosial dan simulasi, yang mengharuskan berjalan dan
event mempraktekkan proses evakuasi tidak bisa
diikuti oleh lansia. Karena kondisi fisik yang tidak
Sebelumnya, di Kelurahan Pasie Nan Tigo, telah memungkinkan dan mulai sakit-sakitan. Sehing
memiliki kelompok-kelompok sosial. Seperti, ga lansia jarang yang mengikuti kegiatan
adanya kelompok arisan dan juga ada kelompok tersebut.
241 | P a g e
https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020 ZENI EKA PUTRI, AZWAR
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

Dalam pelaksanaannya, kegiatan KSB ini 1.4 Trust and Coorperative Norms
memiliki beberapa kendala, yaitu; 1) Ketergan a. Memiliki trust terhadap keluarga
tungan terhadap dana dalam melaksanakan inti dan batih untuk memberikan
tugas. Kegiatan yang bersifat kebencanaan bantuan saat pra dan saat terjadi
belum bisa dilakukan rutin oleh KSB Pasie Nan bencana.
Tigo. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan
kegiatan dianggap harus memiliki dana yang Dalam pengurangan resiko bencana dan pada
mencukupi baru bisa dijalankan. Akibatnya, saat terjadi bencana, keluarga dianggap sebagai
apabila ada dana dari pemerintah yang turun, tempat pertama untuk mengadu dan membantu.
baru kegiatan yang berhubungan dengan Baik itu bantuan secara moril atau materil. Trust
kebencanaan dijalankan. Jika tidak, maka tidak terbentuk disebabkan adanya faktor kepercayaan
akan ada kegiatan. Belum ada kegiatan rutin karena hubungan keturunan/kekeluargaan.
KSB yang berhubungan dengan kebencanaan.
Biasanya KSB adalah relawan yang berasal dari b. Kurangnya trust terhadap pemerin
masyarakat setempat. tah dalam upaya pengurangan
2) Perlu peningkatan kapasitas anggota resiko bencana.
KSB. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas para
anggota KSB tersebut terhadap kemampuan Masyarakat dalam hal ini memiliki kepercayaan
dalam pengurangan resiko bencana. Ada terhadap pemerintah dalan mempersiapkan diri
lembaga lain yang sering datang untuk dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami.
membahas mengenai kebencanaan adalah pihak Hal ini disebabkan karena adanya kegiatan
kampus. Pada tahun 2019, kampus yang sudah simulasi dan pemberian informasi terhadap
melakukan kegiatan yang berhubungan pembe bencana yang dilakukan kepada masyarakat,
rian informasi tentang kebencanaan UMSB serta adanya bantuan-bantuan bencana yang
(Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat) diberikan terhadap korban gempa seperti 2009
dan STKIP PGRI Sumbar. Kegiatan dilakukan di yang lalu. Akan tetapi, kepercayaan terhadap
kantor Kelurahan Pasie Na Tigo. Biasanya dalam pemerintah tidak sepenuhnya, ada juga hal-hal
kegiatan ini, anggota KSB juga ikut dilibatkan. yang disanksikan berdasarkan pengalaman yang
Berdasarkan informasi dari Seksi pencegahan sudah terjadi. Contohnya pada saat 2009,
BPBD Sumbar, sebenarnya setiap tahun BPBD pemberian bantuan tidak merata terhadap
Kota Padang memberikan pelatihan untuk masyarakat yang menjadi korban gempa. Selain
anggot a KSB. Pelatihan ini diberikan sekali itu, shelter yang resmi dari pemerintah belum
setahun. dibangun di Kelurahan Pasie Nan Tigo. Sehingga
ada kekhawatiran mengenai tempat evakuasi
 Peran LSM dalam upaya yang dituju ketika bencana gempa bumi dan
pengurangan resiko bencana di tsunami terjadi.
Kelurahan Pasie Nan Tigo
 Nilai gotong royong
Selain itu, ada juga LSM yang pernah
mendampingi di Kelurahan Pasie Nan Tigo. Kelompok rentan memiliki kepercayaan terhadap
Ketika ditanya langsung ke masyarakat, mereka kemampuan masyarakat secara kolektif. Lagi,
tidak mengetahui apa nama pasti dari LSM hal ini disampaikan berdasarkan pengalaman
tersebut. Akan tetapi, pernah melakukan kegia pada saat kejadian gempa. Masyarakat secara
tan seperti membagikan informasi mengenai kolektif membantu membersihkan rumah ma
bencana. Hal ini juga diperkuat oleh informasi syarakat yang rusak akibat gempa, apabila saat
dari seksi kebencanaan BPBD Sumbar, salah terjadi gempa maka ada yang mobilnya kosong
satu LSM yang melakukan kegiatan di Pasie Nan akan memberikan tumpangan terhadap yang
Tigo adalah LSM Kagami. tidak punya kendaraan. Akan tetapi, ada juga
Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo, tidak ada yang tidak percaya terhadap kemampuan kolektif
kebiasaan/adat istiadat/kearifan lokal dalam masyarakat karena dianggap menyelematkan diri
masyarakat yang berhubungan dengan bencana. sendiri terlebih dahulu lebih penting saat
Dahulu memang ada upacara tolak bala, akan bencana dibandingkan harus membantu orang
tetapi hal tersebut tidak ditemukan lagi saat ini. lain.
Pada saat terjadi bencana gempa bumi,
masyarakat akan berusaha mencari tempat yang 2. Peluang dan Hambatan dalam Meman
lebih tinggi atau jauh dari pantai untuk faatkan Modal Sosial
menghindari kemungkinan gempa bumi yang
berpotensi tsunami. Dalam melihat peluang dan hambatan, peneliti
melakukan analisis SWOT terhadap modal sosial
yang dimiliki. Analisis SWOT adalah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
242 | P a g e
ZENI EKA PUTRI, AZWAR https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

(weaknesses), peluang (opportunities), dan a. Kelompok Siaga Bencana belum


ancaman (threats). Berikut uraiannya: berdaya. Sehingga dalam melaksanakan
tugas masih tergantung ada/tidaknya
1) Kekuatan (Strength) adalah kemampuan dana BPBD Kota Padang
atau sumber daya yang dimiliki yang b. Potensi adanya korban bencana gempa
dapat dimanfaatkan demi keberhasilan. bumi dan tsunami masih tinggi karena
a. Hubungan/interaksi dalam keluarga (nuclear belum adanya shelter yang memadai
familiy/extended family) intens dan bersifat yang dibangun pemerintah.
asosiatif (kerjasama). c. Keluarga ada yang jaraknya berjauhan
b. Memiliki keluarga yang dapat diandalkan sehingga sulit memperoleh pertolongan
memberikan bantuan secara moril/materil langsung apabila terjadi bencana.
ketika menghadapi bencana. Walaupun Kota Padang merupakan daerah
c. Saling bertukar bantuan dan terlibat dalam yang rawan bencana gempa bumi dan tsunami,
kegiatan sosial dengan tetangga dan akan tetapi masyarakat yang berada di zona
lingkungan sekitar baik yang berhubungan merah enggan untuk pindah dan mencari rumah
dengan pengurangan resiko bencana yang lebih aman bencana yang terletak di zona
ataupun tidak. hijau. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal
d. Keterlibatan aktif secara sukarela dalam seperti; 1) Sudah memiliki rumah dan aset milik
kegiatan sosial dan event sendiri di daerah zona merah; 2) Terikat dengan
e. Dibentuknya KSB (Kelompok Siaga mata pencarian yang berada di zona merah; 3)
Bencana) yang bersifat sukarela dalam Tidak memiliki cukup dana berlebih untuk pindah
pengurangan resiko bencana ke daerah yang lebih aman; 4) Pasrah dan
f. Memiliki trust terhadap keluarga inti dan percaya kehidupan dan kematian berada di
batih. tangan yang kuasa.
g. Memiliki trust terhadap kemampuan ma Ketika membahas mengenai peluang dalam
syarakat secara kolektif pemanfaatan modal sosial, terbuka lebar untuk
strategi memanfaatkan modal sosial yang dimiliki
2) Kelemahan (Weaknesses) adalah dalam pengurangan resiko bencana. Berikut
kekurangan atau faktor penghambat uraian peluangnya pemanfaatannya:
yang ada di dalam 1. Memperkuat ketahanan dan pemberdayaan
a. Hubungan/interaksi dengan teman dekat keluarga dalam upaya pengurangan resiko
dan tetangga bersifat asosiatif dan bencana. Karena jika melihat kepada
disosiatif kekuatan yang dimiliki modal sosial, diketahui
b. Pemerintah baik dari tingkat kelurahan, bahwa kelompok rentan memiliki interaksi
kecamatan dan kota padang mengambil yang intens dan asosiatif. Kelompok rentan
peran dalam pengurangan resiko ben menganggap keluarga yang dapat diandalkan
cana akan tetapi belum maksimal. ketika terjadi bencana. Hal ini memberikan
c. Kurangnya trust terhadap pemerintah peluang untuk melakukan memperkuat
dalam upaya pengurangan resiko ketahanan dan memberdayakan keluarga
bencana. sebagai upaya pengurangan resiko bencana.
d. Adanya kendala masyarakat berpar Sebelum memberdayakan pada tataran
tisipasi dalam kegiatan pengurangan komunitas yang lebih besar, bisa dimulai dari
resiko bencana karena tidak bisa tatanan keluarga terlebih dahulu.
meninggalkan pekerjaan dan permasala 2. Memberikan informasi dan simulasi mengenai
han fisik (sakit-sakitan) apalagi bagi kebencanaan di event-event kelurahan dan
lansia. kegiatan sosial. Hal ini karna adanya
keterlibatan aktif dalam kegiatan peringatan
3) Kesempatan (Opportunity) adalah faktor hari besar seperti kemerdekaan, adanya
dari luar yang dapat dimanfaatkan demi kelompok arisan, kelompok nelayan dan lain
keberhasilan sebagainya. Dalam hal ini, perlu ditingkatkan
a. Peran LSM dalam upaya pengurangan keaktifan selain KSB, juga adanya dukungan
resiko bencana di Kelurahan Pasie Nan pihak kelurahan dan kecamatan.
Tigo 3. Memperkuat dan memberdayakan KSB.
b. Peran PT dalam upaya pengurangan Selanjutnya KSB memperkuat komunitas.
resiko bencana Langkah awal perlu adanya pemberdayaan
anggota KSB sehingga kegiatan pengurangan
4) Ancaman (Treats) adalah faktor dari luar resiko bencana bisa berjalan karena
juga yang mengancam keberhasilan dan kesadaran masyarakat bahwa pentingnya
tidak dapat diatasi dari dalam. pengurangan resiko bencana dilakukan.
4. Memanfaatkan LSM dan PT untuk penguatan
komunitas dan pemberdayaan.
243 | P a g e
https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020 ZENI EKA PUTRI, AZWAR
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

Adapun strategi dalam menghadapi asosiatif dan disosiatif; 2) Social network support,
tantangan dalam pemanfaatan modal sosial seperti memiliki keluarga yang bias diandalkan
adalah sebagai berikut: dalam memberi bantuan moril dan materil, saling
1. Meningkatkan kapasitas KSB (Kelompok bertukar bantuan dan terlibat dalam kegiatan
Siaga Bencana) yang bersifat sukarela sosial dengan tetangga dan lingkungan sekitar
dalam pengurangan resiko bencana. baik yang berhubungan dengan pengurangan
KSB dalam melaksanakan tugasnya resiko bencana ataupun tidak, serta pemerintah
tergantung dana. Sehingga apabila tidak baik dari tingkat kelurahan, kecamatan dan Kota
ada dana, tidak bisa melakukan Padang mengambil peran dalam pengurangan
pekerjaan. Hal perlu dilakukan adalah resiko bencana akan tetapi belum maksimal; 3)
meningkatkan kesadaran bahwa Civic engangement, seperti keterlibatan aktif
pengurangan resiko bencana ini adalah secara sukarela dalam kegiatan sosial dan event,
kebutuhan bersama, sehingga tidak dibentuknya KSB (Kelompok Siaga Bencana)
perlu menunggu terlebih dahulu dana yang bersifat sukarela, dan adanya peran LSM
baru dilaksanakan. dalam upaya pengurangan resiko bencana; 4)
2. Keterlibatan lansia dalam pengurangan Trust and cooperative norm, seperti memiliki trust
resiko bencana karena lansia sering terhadap keluarga inti dan batih untuk mem
tidak terlibat karena permasalahan fisik berikan bantuan saat pra dan saat terjadi
yang tidak memungkinkan untuk hadir bencana, kurangnya trust terhadap pemerintah
dalam kegiatan pemberian informasi dalam upaya pengurangan resiko bencana, dan
ataupun simulasi. adanya nilai gotongroyong. Selain itu, dalam
3. Membangun kesadaran bahwa pengu memanfaatkan modal sosial terdapat peluang
rangan resiko bencana adalah tanggung dan tantangan. Baik secara internal ataupun
jawab bersama. Salah satunya dengan secara eksternal. Oleh karena itu, diperlukan
mencari alternatif shelter sementara di berbagai macam strategi dalam memanfaatkan
Kelurahan Pasie Nan Tigo atau peluang dan menghadapi tantangan dalam
mewakafkan tanah yang bisa dijadikan memanfaatkan modal sosial pada kelompok
tempat untuk membangun shelter. rentan. Sehingga upaya pengurangan resiko
bencana dapat dilakukan dengan maksimal.
D. KESIMPULAN
E. UCAPAN TERIMAKASIH

D
ari hasil penelitian, maka dapat disim

P
pulkan bahwa kelompok rentan pada enulis mengucapkan terimakasih kepada
Kelurahan Pasie Nan Tigo sudah memiliki informan yang telah meluangkan waktunya
modal sosial dari 4 apek yaitu; 1) Personal dalam penelitian ini. Selain itu, penulis
relationship, seperti adanya hubungan/ interaksi juga mengucapkan terimakasih kepada semua
keluarga (baik itu nuclear family dan extended pihak yang telah memberikan dukungan baik
family) yang bersifat asosiatif, sedangkan moril ataupun materil terhadap terbitnya artikel
interaksi dengan teman dekat/ tetangga bersifat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada


Amri, Robi. Muhammad dkk. (2016). Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB
Anwar, Herryal Z. (2012). Kerentanan dan Kapasitas Respon Masyarakat Kota Padang terhadap
Bencana Tsunami. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Vol 22 No. 1 tahun 2012
Azwar. (2019). Walfare State Policy Model as Poverty Reduction Strategy in the West Sumatera
Districts and and Cities. Jurnal Antropologi: Isu-isu Sosial Budaya Vol 21 No 2 Tahun 2019 (hal 233)
Desiyanti, Armalia. (2018). Statistik Daerah Kota Padang. Padang: BPS Kota Padang
Febriana. (2015). Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Siaga Bencana dalam Menghadapi Gempa Bumi
di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Vol 2 No 3 Agustus 2015
(hal 41-49)
Fitri, Wanda. (2014). Nilai Budaya Lokal, Resiliensi, dan Kesiapan Menghadapi Bencana Alam.
Personifikasi Vol 5 No 2 November 2014 (hal 133-135)
Harli, Yomal. (2015). Tingkat Kerentanan Sosial Masyarakat Kota Padang di Wilayah Rawan Tsunami
dengan Analisis Sistem Informasi Geografis (GIS). Padang: Tesis Jurusan Teknik Sipil Program
Pascasarjana Bung Hatta.
L Zamzami et al. (2020). ‘Socio-Cultural Impacts Of Marine Conservation Areas In Indonesian Fishing
Communities’. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 430 012016
Motkuri, Venkatanarayana.(2018). Some Notes on the Concept of Social Capital: A Review of
Perspectives, Definitions, and Measurement. MPRA Paper No.86362, 25 April 2018
244 | P a g e
ZENI EKA PUTRI, AZWAR https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020
ZENI EKA PUTRI, AZWAR/JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA - VOL. 22 NO. 02 (DECEMBER 2020)

Purbasari, Verbena Ayu Ningsih dan Sunarto. (2019). Interaksi Sosial Etnis Cina-Jawa Kota Surakarta. Jurnal
Antropologi: Isu-isu Sosial Budaya Vol 21 No 1 Tahun 2019 (hal 5)
Putri, Siska Elasta. (2018). Pemetaan Jaringan Sosial dalam Organisasi: Studi pada Distributor Tupperware
Unit Simabur Indah di Batusangkar Sumatera Barat. Jurnal Antropologi: Isu-isu Sosial Budaya Vol 20
No 2 Tahun 2018 (hal 141)
Sitorus, Purnama Betty Rosalina. (2018). Budaya Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat Kepulauan
Mentawai Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jurnal Vokasi Indonesia Volume 16 No 2
Tahun 2018 (hal 30)
Tanzil dkk. (2019). Modal Sosial dan Mitigasi Bencana pada Masyarakat Pulau Makasar Kota Baubau.
Talenta Conference Series: Local Wisdom Social and Arts Volume 2 Issue 3 Tahun 2019
Teja, Mohammad. (2018). Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Kelompok Rentan dalam Menghadapi
Bencana Alam di Lombok. Info SINGKAT (Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis) Vol X. No
17/ Puslit/ September/2018 (Hal 13-18)
UNDP. (2012). Panduan: Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas
Verayanti, Lany. (2013). Pemanfaatan Modal Sosial sebagai Strategi Masyarakat dalam Mengatasi Dampak
dan Upaya Menurunkan Tingkat Resiko Bencana. Studi Kasus: Nagari Batu Kalang Kecamatan
Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Padang: Tesis Jurusan
Sosiologi FISIP Universitas Andalas.
Yunarti, Tatik. (2018). Kepemimpinan dan Pengelolaan Modal Sosial dalam Penanggulangan Bencana Banjir.
Jurnal Makna Volume 3 No 1 Maret 2018 (hal 126).

245 | P a g e
https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p236-245.2020 ZENI EKA PUTRI, AZWAR

You might also like