39-Article Text-168-3-10-20200520
39-Article Text-168-3-10-20200520
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
Abstract: The use of social media Instagram has increased to the corporate level, such as shopping centers
which have visitors to finding out all mall information via Instagram. Therefore we need the management of
social media content to be a means of communication between the company and its audience. This research
uses constructivist paradigm. The theory used is The Circular Model of Some by Regina Luttrell in his book
Social Media How to Engage, Share, and Connect. This research method is descriptive with a qualitative
approach. Data collection techniques used interviews with key informants in this research were the
management team of a social media shopping centers and the informants are visitors who are also followers
of the mall's Instagram. This research uses source triangulation for data validity techniques. From the results
that content management on instagram, the aspect of sharing begins with the purpose of using social media
for corporates. Optimize aspects make a schedule and utilizing the features available on Instagram. The
manage aspect is make media monitoring reports as an evaluation and accountability. In the aspect of
engaging, establishing good relations with the online community to get instagram exposure on the content
produced.
Keywords: Social Media Management, Content, Instagram.
Abstrak: Penggunaan media sosial Instagram mengalami pengingkatan hingga pada level korporat, seperti
pusat perbelanjaan (Mall) yang memiliki pegunjung dengan karakteristik mencari tahu segala informasi mal
melalui instagram. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan konten media sosial untuk menjadi sarana
komunikasi antara perusahan dengan khalayaknya. Penelitian ini menggunakan paradgima konstruktivis. Teori
yang digunakan yaitu The Circular Model of Some oleh Regina Luttrell dalam bukunya Media Sosial How to
Engage, Share, and Connect. Metode penelitian ini ialah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengambilan data ialah wawancara kepada key informan yaitu tim pengelola dari social media perusahaan
khususnya pusat perbelanjaan (Mall) dan informannya ialah pengunjung pusat perbelanjaan (Mall) yang juga
follower dari akun instagram Mal tersebut. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber untuk teknik
keabsahan data. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengelolaan konten pada media sosial instagram, aspek
share dimulai dengan memahami tujuan penggunaan media sosial bagi korporat. Aspek optimize, yaitu
membuat jadwal posting serta pemanfaatan fitur yang tersedia pada instagram. Aspek manage dilakukan
dengan membuat report media monitoring sebagai evaluasi serta pertanggung jawaban kepada manajemen
perusahaan. Pada aspek engage, menjalin hubungan baik dengan komunitas online untuk mendapatkan
instagram exposure pada konten yang dihasilkan.
Kata Kunci: Pengelolaan Media Sosial, Konten, Instagram.
Pendahuluan
Pada era digital saat ini, kita tengah dihadapi dengan segala perkembangan trend serta update yang
terjadi di dunia digital. Hal ini sangat berhubungan dengan kebutuhan manusia akan informasi dan
teknologi. Guna melengkapi kebutuhannya, manusia menggunakan berbagai cara dan media. Tak terlepas
juga dengan perkembangan media komunikasi yang semakin signifikan dengan kecanggihan teknologi di
1
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
seluruh dunia. Media digital memiliki keunggulan dalam peyampaian pesan yang dapat dikirim dengan
kapasitas data yang cukup besar dan media penyimpanannya yang tidak terbatas karena menggunakan
jaringan internet. Perkembangan teknologi dan internet yang sangat pesat ini yang telah membantu
masyarakat dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi. Jangkauan dari media komunikasi digital
ini memang bisa secara luas menjangkau khalayaknya.
Sebanyak 64,8 % dari total populasi penduduk Indonesia ialah pengguna internet aktif dan hal ini
mengalami peningkatan jumlah dari tahun sebelumnya yaitu diangka 54,68%. Begitu juga dengan
penggunaan dan perkembangan media sosial terus berkembang hingga saat ini. Sejalan dengan mudahnya
akses internet bagi banyak orang, internet of things, dan faktor-faktor lainnya. Media sosial saat ini telah
menjadi bagian dari gaya hidup. Masyarakat memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk berbagi
tentang segala hal mengenai keseharian mereka, ataupun momen-momen penting dalam hidup mereka agar
dapat berbagi dengan khalayak ramai. Tidak hanya itu, media sosial juga dapat berfungsi sebagai media
untuk berbagi berita dan pengetahuan sehingga dapat menambah informasi bagi para penggunanya. Total
pengguna mencapai 150 juta pengguna, ini berarti mayoritas penggunaan internet untuk bersosialisasi
melalui media sosial. Jumlah pengguna media sosial ini mencapai 56% dari jumlah total penduduk
Indonesia, dengan pengguna berbasis mobilenya mencapai 130 juta.
Tingginya penggunaan media sosial di Indonesia juga menciptakan peluang dalam hal strategi
perusahaan. Jika sebelumnya, iklan di media massa menjadi media yang paling digemari untuk alat promosi
perusahaan. Belakangan ini, sudah banyak juga perusahaan yang memanfaatkan media sosial sebagai cara
mereka menjalin komunikasi dengan para khalayaknya. Media sosial bisa menjadi sarana untuk
memudahkan interaksi dengan kemudahan seperti penyebaran informasi dari satu individu ke individu lain
menjadi sangat mudah. Media sosial merupakan perkembangan teknologi berbasis internet yang
memungkinkan penggunanya berinteraksi secara langsung dalam beberapa bentuk (Zarella, 2010).
Media sosial menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (Kotler, 2012), merupakan sarana bagi
konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, audio, dan video dengan satu sama lain dan dengan
perusahaan dan sebaliknya. Peran media sosial semakin diakui dalam mendongkrak kinerja bisnis. Media
sosial memungkinkan bisnis dapat mengubah cara berkomunikasi dengan pelanggan, memasarkan produk
dan jasa serta saling berinteraksi dengan pelanggan yang bertujuan untuk membangun hubungan yang baik
(Kotler, 2010).
Menambahkan penjelasan diatas, media sosial juga merupakan sarana yang sangat tepat untuk
pemasaran. Segala kemudahan mengakses ke berbagai penjuru tempat hanya dengan melalui berbagai jenis
gadget memudahkan pemasar untuk berkomunikasi dan lebih dekat dengan kosumen. Segala kenyamanan
yang bisa didapatkan melalui media sosial inilah yang memicu perkembangan pesat pemakaiannya (Danis,
2011).
Salah satu jenis media sosial popular yang mendukung dalam mengunggah dan berbagi gambar
adalah instagram. Sebagai media sosial dengan bentuk jejaring sosial berbagi foto/video, instagram juga
digunakan oleh perusahaan sebagai media informasi untuk memenuhi kebutuhan khalayaknya. Terlebih
bagi perusahaan yang memiliki customer sebagai pengguna aktif instagram yang selalu mengikuti update
dari postingan instagram perusahaan. Seperti pada jenis perusahaan pusat perbelanjaan atau lebih sering
dikenal dengan sebutan mall. Di mana customer sebuah mal biasanya memiliki karakteristik untuk mencari
tahu segala informasi terkait dengan mall yang ia ingin kunjungi melalui media sosial milik mal tersebut,
yaitu instagram karena dinilai lebih sering update informasi baik berupa informasi kegiatan/acara yang akan
2
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
berlangsung, promo belanja, fasilitas, dan lain sebagainya. Pengunjung mal yang tersebar di beberapa titik
baik itu di wilayah lokasi tempat mal tersebut maupun wilayah terdekat sekitarnya memerlukan informasi-
informasi yang tentunya berkualitas agar dapat menjawab kebutuhannya sehingga ia menjadi tahu akan hal
yang ia ingin cari ataupun ketahui sebelumnya.
Semakin meningkatnya pengguna instagram terlebih media sosial ini dapat digunakan secara
mobile di perangkat bergerak seperti telepon genggam atau komputer tablet dan juga banyak fitur-fitur
dalam instagram yang menarik minat para penggunanya untuk lebih eksplor platform media sosial
Instagram maka kelebihan - kelebihan ini yang menjadikan siapapun akan senang dan mudah mengakses
Instagram dimanapun dan kapanpun. Pada sisi semakin pesatnya pengguna instagram ini juga yang
ditangkap sebagai peluang perusahaan menjadikan Instagram sebagai salah satu media informasi untuk
menjangkau khalayaknya.
Keunggulan lainnya media sosial Instagram sebagai media informasi yang dapat digunakan oleh
perusahaan ialah pada instagram juga bisa dihubungkan dengan akun media sosial lainnya sehingga dengan
satu kali post di instagram, foto tersebut bisa kita share juga ke akun media sosial lain seperti twitter dan
juga facebook. Ditunjang juga dengan penggunaan hastag pada setiap postingan di instagram, layaknya
sebuah keyword pada search engine, fungsi dari hashtag pada instagram tidak jauh berbeda dari media
sosial twitter, dengan menggunakan hastag pengguna dapat langsung masuk ke topik yang ingin dilihat
atau dicari. Hashtag ini tentu akan sangat membantu dalam penyebaran informasi melalui konten yang
diposting pada instagram. Dengan mencantumkan hashtag terpopuler pada caption konten yang di upload
atau membuat hashtag unik yang hanya dimiliki sebuah konten tertentu. Tepat mecantumkan hashtag akan
mempercepat proses penyebaran informasi.
Sehubungan dengan kondisi saat ini, maka informasi datang dengan sangat cepat melalui media
sosial. Untuk itu masyarakat perlu selektif dalam menerima informasi. Hal tersebut bertujuan agar penerima
informasi tidak mudah terpengaruh oleh banyaknya informasi yang datang. Seseorang dapat mencarinya
secara online dimana terdapat ribuan informasi. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan konten media
sosial yang dalam hal ini ialah media sosial milik korporat salah satu nya ialah instagram untuk membantu
khalayak perusahaan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya dan menjadi media komunikasi
antara perusahan dengan khalayaknya. Dengan banyaknya pengunjung mal yang termasuk kedalam
masyarakat Indonesia yang mayoritas sebagai pengguna aktif media sosial Instagram, maka memberikan
informasi melalui sebuah konten di instagram, bisa menjadi salah satu cara untuk menarik perhatian
customer atau followers agar informasi tersampaikan ke pengunjung dengan baik.
Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas, maka fokus penelitian ini adalah pengelolaan
konten media sosial milik korporat. Dimana di fokuskan kepada konten pada akun Instagram sebuah Pusat
Perbelanjaan (Mall). Peneliti ingin menjabarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengelolaan konten media sosial korporat pada instagram
sebuah Pusat Perbelanjaan (Mall).
Menurut Atmoko instagram adalah layanan jejaring sosial berbasis fotografi. Instagram juga
merupakan suatu aplikasi jejaring sosial yang menggunakan foto sebagai sarana berkomunikasi. Aplikasi
jejaring sosial ini akan lebih memudahkan pengguna penyuka fotografi untuk berbagi hasil karya mereka
melalui social media. Instagram disukai karena kemudahan dan kecepatannya dalam berbagi foto ditambah
beberapa filter bergaya retro yang menarik. Jejaring sosial ini diresmikan pada tanggal 6 Oktober 2010 oleh
Kevin Systrom dan Mike Krieger yang mampu menjaring 25 ribu pengguna di hari pertama. Instagram
3
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
merupakan kependekan dari kata “instan-telegram”. Jadi bila dilihat dari perpaduan dua kata “insta” dan
“gram”, instagram berarti kemudahan dalam mengambil serta melihat foto yang kemudian dapat dikirimkan
atau dibagikan kepada orang lain (Atmoko, 2012).
Konten adalah pokok, tipe, atau unit dari informasi digital. Konten dapat berupa teks, citra, grafis,
video, suara, dokumen, laporan-laporan, dan lain-lain. Dengan kata lain, konten adalah semua hal yang
dapat dikelola dalam format elektronik (Simarmata, 2011). Menurut Cambridge Dictionary, salah satu
pengertian konten adalah “artikel atau bagian yang terdapat dalam majalah atau buku” (the articles or parts
contained in a magazine or book). Dalam Business Dictionary, konten memiliki arti:
1. Teks dari dokumen atau publikasi dalam bentuk apa pun. Konten adalah informasi dan komunikasi:
jumlah total dari kesegaran, keterbacaan, relevansi, dan kegunaan informasi yang disajikan, dan
cara penyajiannya.
2. Esensi dari pesan atau wacana yang dikomunikasikan, sebagaimana dipahami atau diterima oleh
audiens yang dituju.
3. Lem ‘yang membuat situs web’ lengket ‘membuat pengunjung kembali, dan membuat mereka tidak
pergi.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan, konten adalah berbagai macam format dan informasi
yang tersaji melalui media, khususnya media baru, berupa tulisan, gambar, suara (audio), atau video .
Penelitian ini menggunakan Teori dari Regina Luttrell dalam buku Media Sosial How to Engage,
Share, and Connect tahun 2015 menyebutkan The Circular Model of Some bahwa terdapat beberapa tahap
yang perlu diperhatikan dalam mengelola media sosial. Terdapat empat aspek dalam model ini, keempat
aspek tersebut memiliki kekuatan dalam bagiannya masing-masing, tetapi bersama-sama aspek ini
memungkinkan strategi yang solid. Ketika sebuah perusahaan/instansi berbagi (sharing) sesuatu mereka
juga dapat mengelola (manage) atau terlibat (engage) dan bahkan mengoptimalkan (optimize) pesan mereka
secara bersamaan.
Berikut adalah penjelasan mengenai the Circular model of Some menurut Regina Luttrell dalam
bukunya Social Media (Regina, 2015):
1. Share (Menyebarkan): di mana pemirsa saya? Jenis jaringan apa yang mereka gunakan? Di mana
kita harus berbagi konten? Sangat penting bagi praktisi media sosial untuk memahami bagaimana
dan di mana konsumen mereka berinteraksi. Ini adalah kesempatan perusahaan untuk
menghubungkan, membangun kepercayaan, dan mengidentifikasi saluran yang memungkinkan
interaksi yang tepat. Dalam hal ini komunikator harus mempunyai strategi dalam menggunakan
media sosial serta media sosial apa saja yang digunakan agar komunikasi dapat berjalan efektif dan
efisien;
2. Optimize (Optimisasi), apakah ada masalah yang perlu ditangani? Jenis konten apa yang harus
dibagikan? Apakah kita memiliki orang yang berpengaruh terhadap perusahaan dan pendukung?
Di mana kita sedang diperbincangkan dan bagaimana? Mengoptimalkan setiap rekaman
percakapan adalah hal yang terpenting. Sebuah plan komunikasi yang kuat yang dioptimalkan
dengan baik menghasilkan dampak maksimum pada pesan, brand, dan juga nilai. Pada bagian ini
yakni mengoptimalkan pesan yang ingin disampaikan melalui media sosial. Hal ini dikarenakan
setiap media sosial memiliki karakteristik yang berbeda-beda;
3. Manage (Mengatur), apa pesan yang relevan yang harus kita kelola, pantau, dan ukur? Dengan
mengatur sistem manajemen media seperti dengan perusahaan Hootsuite dimana dapat terus
4
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
mengikuti percakapan yang terjadi di real-time, menanggapi konsumen langsung, mengirim pesan
pribadi, berbagi link, memantau percakapan dan mengukur keberhasilan atau kegagalan. Mantriks
merupakan bagian integral dalm mengelola strategi sosial. Sebagai praktisi kita harus
menggambarkan nilai upaya dan melaporkan kembali ke tingkat eksekutif. Pada tahap ini yakni
bagaimana komunikator mengatur media sosial dengan baik. Hal ini dikarenakan seringkali
perbincangan terjadi di media sosial secara cepat.
4. Engage (Melibatkan), siapa yang kita libatkan dan bagaimana? Apakah kita ingin konsumen untuk
mengambil tindakan pada apa yang telah kita bagikan? Jika demikian, apa yang kita ingin mereka
lakukan? Mengelola strategi engagement merupakan hal yang sulit, tetapi ketika perusahaan
menyadari manfaat dari keterlibatan otentik hubungan yang tepat dapan dibangun. Dalam
pengelolaan media sosial, melibatkan audience dan influencers merupakan komponen yang sangat
penting dalam strategi media sosial.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis metode penelitian deskriptif - kualitatif, bertujuan
untuk mendapatkan gambaran yang seutuhnya (mendalam dan kontekstual) mengenai pengelolaan konten
media sosial korporat pada instagram sebuah Pusat Perbelanjaan (Mall) dalam memenuhi kebutuhan
informasi pengunjung.
Menurut Sukmadinata, penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang
lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, penelitian
deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti
melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan
hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
(Sukmadinata, 2011).
Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada
dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Di sini, peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini mengeksplor pengelolaan konten media sosial korporat
dengan mendeskripsikan pada hasil konten-konten yang telah dipublikasi melalu media sosial Instagram
milik Pusat Perbelanjaan (Mall).
Satori mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor
fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu
langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,
karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik
suatu artifak dan lain sebagainya (Satori, 2011).
Sedangkan penelitian secara online berbeda dengan penelitian manual hal ini terlihat jelas dari segi
kontennya yang bersifat virtual serta kestabilan dari isi konten yang disediakan. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang
dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan menerapkan
strategi verifikasi selama melakukan penelitian. Berdasarkan jenis penelitian, penelitian ini merupakan
5
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan hasil dari penyelesaian
masalah berdasarkan penyajian data, analisis dan interpretasi (Cholid, 2002).
Subjek dalam penelitian ialah sumber yang berkompeten untuk dimintai informasi sehubungan
dengan penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan subyek penelitian atau yang biasa disebut dengan
narasumber merupakan seseorang atau beberapa orang yang berperan sebagai sumber data. Pemilihan
informan tentunya harus memenuhi karakteristik yang telah ditetapkan demi diperolehnya data akurat dari
sumber-sumber yang memiliki kredibilitas tinggi. Key informan dalam penelitian ini ialah tim pengelola
social media perusahaan dan untuk informannnya yaitu pengunjung Pusat Perbelanjaan (Mall) yang
sekaligus juga menjadi follower dari akun instagram mal tersebut. Peneliti melakukan wawancara tidak
berstruktur (unstructured interview) secara langsung dengan key informan dan informan pada perusahaan
yang menjadi objek penelitian.
Teknik analisis data yang dilakukan berdasarkan Flow Analysis Models menurut Miles dan
Huberman (Elvinaro, 2011) yakni melalui tiga jenis kegiatan, yaitu reduksi, model Data (Data Display) dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti
melakukan pengecekan data penelitian yang diperoleh dari sumber wawancara. Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2004).
6
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
dalam mal tersebut sehingga begitu beragam bentuk konten yang dipublikasikan atau di-share pada
akun instagram milik sebuah pusat perbelanjaan (Mall).
2. Optimize
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pada aspek optimize ini, pengelolaan konten yang
dilakukan pada media sosial pusat perbelanjaan (Mall) dengan cara membuat jadwal postingan
(scheduling). Hal ini dilakukan dengan bantuan aplikasi sistem penjadwalan otomatis ataupun secara
manual untuk case tertentu. Seperti yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya karena bentuk
dan jenis konten yang beragam untuk diposting maka proses penjadwalan ini begitu penting agar
semuanya bisa terakomodir dengan baik serta tidak merusak tampilan feeds pada profil instagram
mal yang dimana salah satu kekuatan dari platform instagram ini ialah pada estetika tampilan yang
dapat menarik audience dan pada akhirnya menaikkan engagement konten pada instagram tersebut.
Pengelolaan konten dalam tahap penjadwalan ini juga bertujuan untuk akun tetap aktif dimata para
followernya karena selalu memberikan update secara periodik. Mengenai jumlah postingan setiap
harinya, tidak ada angka pasti yang ditetapkan namun lebih kepada penyesuaian ketersediaan konten
ataupun terkait dengan tema-tema tertentu yang sedang menjadi fokus untuk lebih intens di share
agar mendapatkan awareness dari khalayak dan tetap diusahakan tidak menjadi konten yang sifatnya
mengganggu follower karena kuantitas yang berlebihan. Tidak hanya penjadwalan dari jumlah
konten yang akan di-share setiap harinya, namun langkah untuk mengoptimalisasikan konten ini juga
memperhatikan waktu posting dengan membaca karakteristik dari khalayak instagram atau biasa
disebut dengan prime time instagram. Hal ini bertujuan konten yang diposting akan tepat pada waktu
orang-orang sedang banyak mengakses platfrom instagram dan pesan yang disampaikan dalam
konten bisa langsung tepat sasaran hingga pada akhirnya menggungah minat khalayak untuk datang
ke pusat perbelanjaan (Mall) tersebut. Selain penjadwalan, pengelolaan yang dilakukan untuk lebih
optimal dari konten yang di-share ialah penggunaan fitur-fitur penunjang yang ada di instagram
untuk lebih menarik dan interakif kepada follower-nya sehingga bisa meningkatkan engagement dari
sebuah konten. Pentingnya update perkembangan dan fitur yang tengah trend juga sangat bermanfaat
terlebih karakteristik pengguna platform instagram ini ialah generasi muda yang sangat update
dengan perkembangan teknologi.
3. Manage
Proses pengendalian atau pengaturan dalam sebuah pengelolaan konten media sosial instagram
sebuah pusat perbelanjaan (Mall) dilakukan dengan membuat report media monitoring atau laporan
perkembangan aktivitas baik untuk konten maupun akun instagram itu sendiri. Hal ini dilakukan
untuk mengatur sistem manajemen media korporat dan mengetahui pergerakan yang terjadi pada
setiap konten yang diposting seperti respon dan feedback serta data instagram secara keseluruhan.
Beberapa indikator yang dilaporkan pada media monitoring kembali lagi pada fokus dan tujuan dari
sebuah pusat perbelanjaan (Mall) tersebut menggunakan media sosial instagram. Dari hasil penelitian
terlihat bahwa yang menjadi target dari pusat perbelanjaan (Mall) dalam penggunaan media sosial
instargam ini ialah pengunjung mal dan instagram digunakan sebagai salah satu strategi dari media
komunikasi kepada khalaknya melalui konten-konten yang di-share. Oleh karen itu kualitas konten
ialah penting untuk terus termonitor dengan baik seperti jumlah like, comment, ataupun share. Proses
monitoring ini berlangsung agar terciptanya sebuah alur yang bermula dari awareness, kemudian
engagement, sampai kepada akhirnya yaitu social commerce. Report media monitoring ini juga
7
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
sebagai bentuk pertanggung jawaban dari aktivitas pengelolaan konten pada media sosial kepada
manajemen perusahaan yang dalam hal ini ialah top manajemen pusat perbelanjaan (Mall). Dari
laporan ini yang kemudian menjadi key performance indikator yang dapat dievaluasi dan dijadikan
bahan analisa untuk mengambil langkah strategis kedepannya.
4. Engage
Tidak hanya dari segi internal dimana dalam pembuatan konten dan diposting pada akun
instagram milik pusat perbelanjaan (Mall) sendiri, namun pengelolaan konten juga dilakukan dengan
segi ekternal perusahaan seperti halnya bekerjasama dengan komuitas online ataupun public figure
agar mendapatkan instagram exposure sehingga konten yang di share akan lebih berdampak pada
mal tersebut. Hal ini akan menimbulkan efek bola salju atau yang sering disebut konten viral dalam
sebuah instagram. Lain hal-nya proses yang dilakukan ketika bekerjasama dengan komunitas online
seperti yang sudah banyak kita temui yaitu para buzzer, selebgram, influencer dan lain sebagainya.
Biasanya mereka akan memposting sebuah konten yang mereka hasilkan sendiri yang mereka ambil
saat berada di pusat perbelanjaan (Mall)) tersebut untuk kemudian mereka share di instagram pribadi
milik mereka dengan penambahan caption yang secara persuasif mengajak follower-nya untuk juga
berkunjung ke mal tersebut.
Beberapa aspek secara teoritis dalam hal pengelolaan konten media sosial instagram ini ternyata
memang dilakukan secara prakteknnya didalam sebuah perusahaan yang pada penelitian ini ialah pusat
perbelanjaan (Mall). Penerapan lebih mendetail mengenai aktivitas pengelolaan pada masing-masing aspek
didalamnya juga kembali lagi menyesuaikan dengan tujuan dari penggunaan media sosial tersebut oleh
sebuah perusahaan.
Kesimpulan
Dalam pengelolaan konten pada media sosial instagram korporat, aspek share atau posting menjadi
pembahasan pertama yang dimulai dengan memahami tujuan dari penggunaan platfrom media sosial bagi
korporat. Selanjutnya pada aspek optimize, pengelolaan konten dilakukan dengan cara membuat jadwal
postingan (scheduling) serta pemanfaatan fitur yang tersedia pada platfrom media sosial instagram. Proses
pengendalian atau pengaturan (aspek manage) dalam sebuah pengelolaan konten media sosial instagram
juga dilakukan dengan membuat report media monitoring atau laporan perkembangan aktivitas baik untuk
konten maupun akun instagram itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengatur sistem manajemen media
korporat dan mengetahui pergerakan yang terjadi pada setiap konten yang diposting seperti respon dan
feedback serta data instagram secara keseluruhan. Report media monitoring ini juga sebagai bentuk
pertanggung jawaban dari aktivitas pengelolaan konten pada media sosial kepada manajemen perusahaan.
Dari laporan ini yang kemudian menjadi key performance indikator yang dapat dievaluasi dan dijadikan
bahan analisa untuk mengambil langkah strategis kedepannya. Pada aspek engage, pengelolaan tidak hanya
membuat konten secara internal namun juga menjalin hubungan baik dengan komunitas online untuk
mendapatkan instagram exposure pada konten yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. (2011). Metedologi Penelitian untuk Public Relations, kuantitatif dan kualitatif.
Bandung: Simbioasa Rekatama Media.
Atmoko Dwi, Bambang. (2012). Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Jakarta: Media Kita.
8
Jurnal Komunikasi Nusantara
E-ISSN. 2685-7650
Vol. 2 No. 1 (2020), pp 1-9
DOI: https://doi.org/10.33366/jkn.v2i1.39
Dedy N. Hidayat. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta:
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Furchan, Arief. (1992). Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the World, Unite! The Challenges and Opportunities of
Social Media. Business horizons.
Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. (2010). Marketing Management,14th Edition. United States of America:
Pearson.
Lexy Moleong. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roesdakarya.
Luttrell, Regina. (2015). Social Media: How to Enggae, Share and Connect. London: Rowman & Littlefield
Publishers.
McQuail, Denis. (2005). Mass Communication Theory Fifth Edition. London: Sage.
Mulyana, Dedy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyanto, Agus. (2009). Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka.
Nelson, R. R., Todd, P. A., and Wixom B. H. (2005). Antecedents of Information and System Quality: An
Empirical Examination Within the Context of Data Warehousing. Management Information
Systems, 21(4).
Pearson, A., Tadasina, S., Griffin, C. (2012). The Role of Eservice Quality and Information Quality In
Creating Website Loyalty. Southern Illinois University, Departement of Management.
Puntoadi, Danis. (2011). Meningkatkan Penjualan Melalui Media Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Satori, Djam’an & Komariah Aan. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Scholl, H. (2018). Profit from Facebook Intsagram Stories Marketing Ads. Estalontech.
Simarmata, J. (2010). Rekayasa Web. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Siswoutomo, W. (2009). Panduan Lengkap Membangun Toko Online dengan Joomla untuk Pemula.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Usman, Husami & Purnomo Setiady Akbar. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Zarella, D. (2010). The social media marketing book. Sebastopol, CA: O‟Reily Media Inc.