0% found this document useful (0 votes)
34 views8 pages

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Di Areal 7f8485e5

This document summarizes a study on plant diversity and community interactions in high conservation value (HCV) areas of oil palm plantations in Riau Province, Indonesia. The study was conducted in three oil palm companies - PTPN V, PT Mitra Unggul Pusaka (MUP), and PT Ivomas Tunggal. Data on plant species diversity was collected in March-April 2016 using single plots and interviews, and analyzed using Margalef, Shannon-Wiener, and Evenness indices. The results showed different levels of plant diversity across the HCV areas of each company. Community interactions in the HCV areas involved utilization of plants for animal feed, food, firewood, and honey production.

Uploaded by

Veraa Lionyy
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
34 views8 pages

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Di Areal 7f8485e5

This document summarizes a study on plant diversity and community interactions in high conservation value (HCV) areas of oil palm plantations in Riau Province, Indonesia. The study was conducted in three oil palm companies - PTPN V, PT Mitra Unggul Pusaka (MUP), and PT Ivomas Tunggal. Data on plant species diversity was collected in March-April 2016 using single plots and interviews, and analyzed using Margalef, Shannon-Wiener, and Evenness indices. The results showed different levels of plant diversity across the HCV areas of each company. Community interactions in the HCV areas involved utilization of plants for animal feed, food, firewood, and honey production.

Uploaded by

Veraa Lionyy
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Media Konservasi Vol 21 No.

1 April 2016: 91-98

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN DI AREALNILAI KONSERVASI


TINGGI (NKT) PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PROVINSI RIAU

(The Diversity of Plant Species in High Conservation Value Area of Oil Palm Plantation in
Riau Province)

HAFIZAH NAHLUNNISA1), ERVIZAL A.M. ZUHUD2) DAN YANTO SANTOSA3)


1)
Mahasiswa Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
2,3)
Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB
Email: [email protected]

Diterima 29 Juli 2016 / Disetujui 29 September 2016

ABSTRACT

Palm oil plantation is important role of increased economic in Indonesia. Beside of that, the exsistence of palm oil plantation has negative
effect in ecology, that is decreasead of plant diversity. The area of high conservation value (HCV) is an effort to reducing the negative impact of oil
palm plantation. The purpose of this study is to identify the level of diversity of plant species and forms of community interaction in the area of HCV.
It is can used to basic of management of HCV areas that can be exploited in a sustainable manner. Data collected in the three palm oil companies in
Riau Province that PTPN V, PT Mitra Unggul Pusaka (MUP), and PT Ivomas Tunggal on March till April 2016. The data collection was using a
single plot and interviews. Data were analyzed using Margalef diversity index, Shannon wiener index, Evenness index, and descriptive analysis. The
result showed that the level of diversity of plant species in HCV in each company is different. The highest value of plant based species richness
Margalef index is PTPN V (16,836), while the value of the highest plant species diversity by Shannon wiener index is PT MUP (3,773). The highest
value by evenness index is PT MUP (0,901).Community interaction that occurs in the region of HCV is utilization such as animal feed, food plants,
firewood, and the honey-producing trees.

Keywords: diversity of species,interaction, oil palm plantations, plants

ABSTRAK

Perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting terhadap peningkatan perekonomian di Indonesia. Disisi lain, keberadaan perkebunan
kelapa sawit memberikan dampak negatif terhadap ekologi yaitu hilangnya keanekaragaman tumbuhan. Areal NKT adalah salah satu bentuk usaha
untuk mengurangi dampak negatif perkebunan sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat keanekaragaman spesies
tumbuhan dan bentuk interaksi masyarakat pada areal NKT. Hal ini sebagai dasar pengelolaan kawasan NKT agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Pengambilan data dilakukan di tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau yaitu PTPN V, PT Mitra Unggul Pusaka
(MUP), dan PT Ivomas Tunggal pada bulan Maret-April 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode petak tunggal dan
wawancara. Data dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman margalef, shanon wiener, dan evennes, serta analisis deskriptif. Hasil penelitian
diperoleh yaitu jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan pada NKT di setiap perusahaan berbeda. Nilai kekayaan spesies tumbuhan tertinggi
berdasarkan indeks Margalef yaitu pada PTPN V (16,836) sedangkan nilai keanekaragaman spesies tumbuhan tertinggi berdasarkan indeks Shanon
wiener yaitu PT MUP (3,773). Sedangkan indeks kemerataan tumbuhan tertinggi dengan indeks Evenness yaitu pada PT MUP (0,901). Interaksi
masyarakat yang terjadi pada kawasan NKT yaitu kegiatan pemanfaatan seperti pakan ternak, pangan, kayu bakar, dan pohon penghasil madu.

Kata kunci: interaksi, keanekaragaman spesies, perkebunan kelapa sawit, tumbuhan

PENDAHULUAN infrastruktur daerah (Aurora et al. 2015). Selain itu,


keberadaan perkebunan kelapa sawit juga memberikan
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas dampak negatif khususnya terhadap ekologi. Hal ini
perkebunan yang memiliki peran penting bagi dikarenakan adanya pembukaan dan konversi lahan
peningkatan ekonomi di Indonesia. Gingold et al. (2012) menjadi perkebunan kelapa sawit yang diduga meng-
menyatakan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia hilangkan atau mengurangi keanekaragaman hayati.
dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat sekitar, Yoza (2000) menyatakan bahwa sistem pembukaan lahan
meningkatkan pendapatan daerah, dan mengurangi dalam perkebunan kelapa sawit dengan membakar hutan
kemiskinan. Sawit juga menyumbang US$ 10,4 miliar menyebabkan hilangnya keaneka-ragaman spesies
atau 10,6% dari nilai ekspor sektor nonmigas pada akhir tumbuhan.
tahun 2009. Selain itu, sektor kelapa sawit menciptakan Pengurangan dampak negatif dari adanya per-
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan di wilayah kebunan kelapa sawit dilakukan dengan sertifikasi RSPO
pedesaan, mempercepat laju pembangunan ekonomi dan (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO

91
Keanekaragaman Spesie Tumbuhan

(Indonesian on Sustainable Palm Oil). RSPO dan ISPO merupakan bagian dari sempadan Sungai Rumbai. Lebar
dibuat sebagai respon untuk menanggapi masalah- sungai rumbai berkisar 6 meter. Satwaliar yang terdapat
masalah sosial dan lingkungan di negara-negara pada kawasan diantaranya: mamalia seperti monyet ekor
produsen kelapa sawit dengan tujuan mempromosikan panjang (Macaca fascicularis), burung yaitu kucica
produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan. kampung (Copsychus saularis), layang-layang batu
Salah satu syarat dalam sertifikasi RSPO dan ISPO (Hirundo tahitica), raja udang meninting (Alcedo
adalah terdapat areal bernilai konservasi tinggi (NKT) meninting),wiwik lurik (Cacomantis sonneratii), kareo
(Voge dan Adams 2014). NKT adalah nilai yang padi (Amaurornis phoenichurus). Areal taman di area
terkandung di dalam kawasan baik itu lingkungan atau perkantoran terdapat spesies tanaman yang dilakukan
sosial yang penting secara lokal maupun global (HCV penanaman, diantaranya: mahoni (Swietenia mahagoni),
Toolkit Indonesia 2008). NKT inilah yang menjadi dasar meranti (Shorea sp), sengon (P. falcataria), karet (Hevea
dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit di suatu brasiliensis), jati (Tectona grandis), tanjung (Mimusops
perusahaan. NKT bertujuan untuk mewujudkan elengi).
perkebunan yang lestari dan mencegah terjadinya Areal NKT pada PT MUP adalah kawasan hutan
dampak negatif. Selain itu, keberadaan NKT juga yang berbentuk lingkaran dengan luas sekitar 2,5 ha.
ditujukan sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan Areal NKT ini berupa hutan yang sengaja tidak ditebang
hidup dan konservasi sumber daya alam serta saat terjadinya pembukaan lahan. Terdapat pohon yang
keanekaragaman hayati sesuai dengan yang tertuang dilindungi pada areal NKT yaitu pohon sialang dengan
dalam konsep kriteria RSPO (ProForest 2005). spesies kempas (Koompassia excelsa). Selain itu terdapat
Riau merupakan provinsi yang memiliki areal jenis satwaliar yang dilindungi, diantaranya: owa ungko
perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan pegunungan (Hylobates agalis), raja udang meninting
luas mencapai 2.296.849 ha atau 20,96% dari total luas (Alcedo meninting), julang emas (Aceros corrugatus),
sawit di Indonesia (Ditjenbun 2014). Implikasi dari rangkong badak (Buceros rhinoceros).
keberadaan kebun kelapa sawit di Provinsi Riau ini Kondisi kawasan NKT pada lokasi penelitian
memerlukan pengelolaan kawasan NKT guna men- adalah berupa hutan rawa dengan luas 182,5 ha.
dukung pembangunan kepala sawit yang berkelanjutan. Kawasan ini didominasi oleh areal terbuka semak dan
Pengelolaan kawasan NKT dapat dilakukan secara lestari hanya ditemukan sebanyak 27 spesies pohon. Areal NKT
jika didukung dengan data yang memadai. Data tersebut juga didominasi oleh tumbuhan paku-pakuan dan jenis
meliputi aspek biodiversitas, lanskap, ekosistem, jasa tumbuhan pioneer seperti Macaranga sp. Terdapat
lingkungan, pemenuhan kebutuhan pokok, dan sosial berbagai jenis burung, diantaranya: kirik-kirik biru
budaya (ZSL 2011). Aspek biodiversitas dalam kawasan (Meropsviridis), elang tikus (Elanuscaeruleus), elang
NKT merupakan aspek dasar yang perlu dikaji. Salah ular bido (Spilornischeela).
satu kajian dari aspek biodiversitas yang dibutuhkan Kegiatan pengambilan data dilaksanakan pada
adalah keanekaragaman tumbuhan. Selain aspek bulan Maret-April 2016. Metode yang digunakan adalah
biodiversitas, data mengenai pemenuhan kebutuhan analisis vegetasi menggunakan petak tunggal. Ukuran
pokok, sosial budaya, dan bentuk interaksi pada plot untuk pohon (diameter diatas 19 cm) sebesar
masyarakat sekitar kawasan juga penting dalam 113,14x113,14 m2, sedangkan untuk pancang (diameter <
pengelolaan NKT. Tujuan dari penelitian ini adalah 10 cm, tinggi > 1,5 m) ukuran 40x40 m2. Bentuk plot
untuk mengidentifikasi tingkat keanekaragaman spesies yaitu persegi. Hal ini diacu dari penelitian Kusuma
tumbuhan dan bentuk interaksi masyarakat pada areal (2007) yang menyatakan untuk melakukan pengukuran
NKT. Hal ini sebagai dasar pengelolaan kawasan NKT dan pemantauan keanekaragaman tumbuhan, luas plot
agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. contoh optimal adalah 1.600 m2 untuk tingkat pancang
dan 12.800 m2 untuk tingkat pohon, dengan bentuk plot
persegi. ukuran plot semai dan tiang dengan ukuran
METODE PENELITIAN 10x10 m2, dan 60x60 m2 (Gambar 1).
Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies,
Pengambilan data dilakukan di tiga perusahaan jumlah individu setiap spesies, sedangkan untuk tiang
yaitu PTPN V Tamora di Kabupaten Kampar, PT Mitra dan pohon dicatat nama spesies, jumlah individu setiap
Unggul Pusaka (MUP) di Kabupaten Pelalawan, dan PT spesies, dan diameter batang. Jumlah plot yang
Ivomas Tunggal di Kabupaten Siak Provinsi Riau. digunakan pada areal NKT berbeda tergantung dari luas
Lokasi penelitian dilakukan di areal NKT pada masing- kawasan NKT. Pada NKT di PTPN V Tandun Tamora
masing perusahaan. Areal NKT umumnya berbentuk dengan luas 4 ha dilakukan pengukuran sebanyak 2 plot,
hutan dengan kondisi lokasi yang berbeda. Areal NKT NKT di PT MUP dengan luas sekitar 2,5 ha dan PT
yang ada di PTPN V Tamora berbentuk sempadan DAS Ivomas dengan luas 186,2 ha sebanyak 1 plot. Selain data
(Daerah Aliran Sungai). NKT yang ada di Kebun Tamora analisis vegetasi, data yang dikumpulkan mengenai
memiliki luas sekitar 10 ha yang terdiri dari areal interaksi masyarakat dengan kawasan dilakukan meng-
perkantoran, hutan, sempadan sungai, dan taman. Luas gunakan wawancara metode snowball.
hutan NKT di Kebun Tamora yaitu sekitar 4 ha yang

92
Media Konservasi Vol 21 No.1 April 2016: 91-98

Sedangkan nilai kemerataan tumbuhan dihitung


dengan menggunakan indeks kemerataan spesies
(evenness) dengan rumus yang digunakan yaitu:

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-


Wiener S = Jumlah spesies E = Indeks kemerataan
spesies (evenness). Nilai indeks kemerataan berkisar 0-1,
jika nilainya 0 menunjukan tingkat kemerataan spesies
tumbuhan pada komunitas tersebut sangat tidak merata,
Gambar 1 Petak pengamatan analisis vegetasi sedangkan jika nilainya mendekati 1 maka hampir
seluruh spesies yang ada mempunyai kelimpahan yang
Keterangan: sama (Magurran 1988).
a. Semai dan tumbuhan bawah (10 m x 10 m)
b. Pancang (40 m x 40 m)
c. Tiang (60 m x 60 m) HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Pohon (113,14 m x 113,14 m)
1. Keanekaragaman spesies tumbuhan
Analisis data untuk mengetahui nilai keaneka-
ragaman yaitu dengan menggunakan indeks Shanon Keanekaragaman hayati terbagi kedalam tiga
wiener, indeks margalef, dan indeks evenness. tingkatan yaitu keanekaragaman genetik, spesies, dan
Sedangkan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. komunitas (ekosistem). Keanekaragaman tersebut
Rumus yang digunakan untuk indeks Shanon-wiener menentukan kekuatan adaptasi dari populasi yang akan
adalah: menjadi bagian dari interaksi spesies. Keanekaragaman
terdiri dari dua komponen yang berbeda yaitu kekayaan
spesies dan kemerataan. Kekayaan spesies adalah jumlah
spesies total, sedangkan kemerataan adalah distribusi
kelimpahan (misalnya jumlah individu, biomassa, dan
Keterangan, H’= Indeks Keragaman Shannon-Wiener, S lain-lain) pada masing-masing spesies (Ludwig dan
= Jumlah spesies, ni = Jumlah individu spesies-i, N = Reynolds 1988).
Total jumlah individu semua spesies. Selain itu
keanekaragaman juga dihitung dengan menggunakan a. Indeks kekayaan spesies (Dmg)
indeks margalef. Nilai Indeks Margalef akan semakin
besar seiring dengan semakin luasnya plot contoh yang Kekayaan spesies tumbuhan dapat dihitung dengan
digunakan, dan semakin tinggi juga keanekaragamannya menggunakan beberapa cara yaitu indeks margalef,
yang ditunjukkan pula oleh semakin besar nilai kekayaan indeks menhinick, metode rarefaction, dan penduga
jenisnya (Boontawe et al. 1995). Persamaan Indeks jacknife. Perhitungan yang digunakan pada penelitian ini
Margalef yang digunakan adalah: yaitu dengan menggunakan indeks margalef. Hasil
perhitungan keanekaragaman spesies tumbuhan dengan
menggunakan indeks margalef diketahui bahwa nilai
kekayaan spesies pada NKT di PTPN V lebih lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan lainnya. (Gambar 1).

Gambar 1 Nilai kekayaan jenis dengan menggunakan indeks Margalef

93
Keanekaragaman Spesie Tumbuhan

Nilai kekayaan spesies tumbuhan ini sesuai dengan indeks margalef akan semakin besar juga dan
jumlah spesies yang ditemukan pada masing-masing menunjukkan semakin tinggi keanekaragamannya
perusahaan. PTPN memiliki nilai kekayaan spesies tinggi (Boontawee et al. 1995). Perbedaan nilai kekayaan ini
juga memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dapat disebabkan oleh luas area, dan kondisi habitat yang
dibandingkan dengan yang lainnya (Gambar 2). Jumlah berbeda. Hal ini yang menyebabkan nilai kekayaan
spesies yang ditemukan berbanding lurus dengan nilai spesies pada indeks ini tergantung dari jumlah spesies
kekayaan spesies tumbuhan dengan indeks margalef. tumbuhan yang ditemukan dalam suatu petak
Semakin luas petak contoh yang digunakan, maka nilai pengamatan.

Gambar 2 Perbandingan jumlah jenis pada areal NKT perusahaan

b. Indeks keanekaragaman spesies (H’) Keanekaragaman spesies umumnya menggunakan


beberapa indeks yaitu indeks simpson, indeks shanon
Indeks keanekaragaman menggabungkan kekayaan
wiener, indeks Brill, indeks Brillouin. Indeks yang paling
spesies dan kemerataan dalam satu nilai. Indeks
banyak digunakan dalam menentukan keanekaragaman
keanekaragaman seringkali sulit diinterpretasikan karena
jenis adalah indeks Shanon wiener (H’). Semakin besar
nilai indeks yang sama bisa dihasilkan dari berbagai
nilai H′ menunjukkan semakin tinggi keanekaragaman
kombinasi kekayaan spesies dan kemerataan. Nilai
jenis. PT MUP merupakan perusahaan yang memiliki
keanekaragaman yang sama bisa dihasilkan dari suatu
nilai keanekaragaman tertinggi dibandingkan dengan
komunitas yang tingkat kekayaan spesiesnya rendah
perusahaan lainnya berdasarkan indeks Shanon wiener
tetapi kemerataannya tinggi atau komunitas dengan
(Gambar 2).
kekayaan spesies tinggi namun kemerataannya rendah.

Gambar 2 Nilai keanekaragaman jenis dengan menggunakan indeks Shanon wiener


Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai keaneka- semakin stabil komunitas di kawasan tersebut
ragaman spesies tumbuhan di PT MUP lebih tinggi (Wirakusumah 2003). Sehingga dengan nilai PT MUP
dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Semakin yang tinggi menunjukkan bahwa komunitas pada
tinggi nilai keanekaragaman suatu kawasan menunjukkan kawasan tersebut cukup stabil. Nilai indeks shanon

94
Media Konservasi Vol 21 No.1 April 2016: 91-98

wiener tergantung pada jumlah individu pada spesies beberapa spesies yang memiliki jumlah individu tinggi,
tumbuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa jika dengan total sebanyak 212 individu, akan memiliki nilai
terdapat spesies tumbuhan yang memiliki jumlah indeks Shanon wiener yang lebih tinggi. Sedangkan pada
individu tinggi, dengan total seluruh individu yang PTPN memiliki spesies tumbuhan dengan jumlah
proposional dengan jumlah individu masing-masing individu yang tinggi, dengan total individu yang tidak
spesies, maka nilai keanekaragamannya akan lebih proposional yaitu sebanyak 2003 individu akan
tinggi. Hal ini ditunjukkan pada PT MUP terdapat menurunkan nilai indeks (Tabel 1).

Tabel 1 Perbandingan nilai keanekaragaman Shanon wiener (H’) pada beberapa spesies di PT MUP dan PTPN
Perusahaan Nama spesies Jumlah individu H’ Kepadatan (ind/ha)
PT MUP Jasminum insigne Blume 17 0,20235 13
Jumlah spesies : 58 Helicia excelsa 12 0,16255 9
Jumlah individu : 212 Castanopsis sp 11 0,15352 9
Clerodendrum sp. 11 0,15352 9
Pouteria malaccensis 11 0,15352 9
Xanthophyllum amoenuem 11 0,15352 9
Combretum tetralophum 10 0,14406 8
Porterandia anisophylla 9 0,13412 7
Aporosa antennifera 7 0,11262 5
Derris sp 7 0,11262 5
PTPN Ottochloa nodosa 483 0,342991 189
Jumlah spesies : 129 Stenochlaena palustris 441 0,333195 172
Jumlah individu : 2003 Asystasia gangetica 339 0,300649 132
Paspalum conjugatum 263 0,266578 103
Homalomena latifrons 64 0,110028 25
Mikania scandens 46 0,086666 18
Crassocephalum crepidioides 44 0,083875 17
Cyanthillium cinereum 28 0,059693 11
Macaranga sp 22 0,049551 9
Mikania micrantha 19 0,044184 7

Hasil tingkat keanekaragaman pada indeks Shanon yang tidak proposional. Sehingga dari penelitian ini
wiener berbeda dengan nilai kekayaan indeks Margalef. disimpulkan bahwa jumlah individu merupakan peubah
Hal ini menunjukkan bahwa nilai indeks Shannon- penting dalam transformasi nilai indeks keanekaragaman
Wiener tidak berbanding lurus dengan jumlah spesies spesies (Shanon wiener). Pada indeks shanon wiener
tumbuhan. Sesuai dengan pernyataan Kusuma (2007) penambahan jumlah spesies tidak selalu direspon dengan
bahwa Simpson dan Shannon-Wiener tidak nyata untuk penambahan nilai indeks. Hal ini sesuai dengan yang
jumlah individu, dan indeks Margalef merupakan indeks terjadi pada nilai indeks Shanon wiener yang ada di
yang nyata dengan nilai hubungan yang paling tinggi PTPN. Tingginya jumlah spesies pada perusahaan ini
dibandingkan dengan indeks lainnya. Selain itu, indeks namun tidak proporsional dengan jumlah individu akan
Margalef merupakan indeks yang paling sensitif menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan
dibandingkan dengan indeks lainnya. Hal ini di perjelas dengan PT MUP.
oleh pernyataan Magurran (1988) bahwa indeks
Margalef memiliki kemampuan merespon perbedaan c. Indeks kemerataan (Evenness)
kekayaan spesies yang baik dan kesensitifan tinggi. Nilai
Nilai indeks kemerataan digunakan untuk mengukur
indeks Shanon wiener yang dihasilkan memiliki nilai
derajat kemerataan kelimpahan individu spesies dalam
tinggi jika terdapat jumlah spesies yang tinggi dan
komunitas. Kemerataan menggambarkan keseimbangan
jumlah individu yang tinggi pada masing-masing spesies,
antara satu komunitas dengan komunitas lainnya.
sedangkan nilai indeks margalef akan tinggi jika terdapat
Menurut Magurran (1988) nilai kemerataan yang
jumlah spesies yang tinggi. Sehingga kesensitifan
mendekati satu menunjukkan bahwa suatu komunitas
keragaman spesies tumbuhan pada indeks margalef akan
semakin merata penyebarannya, sedangkan jika nilai
diperoleh dengan bertambahnya jumlah spesies.
mendekati nol maka semakin tidak rata. Hasil per-
Studi kasus pada penelitian yang dilakukan oleh
hitungan indeks kemerataan yang paling tertinggi adalah
Kusuma (2007) terjadi penurunan nilai indeks ketika
0,898 pada PT MUP. Sedangkan nilai kemerataan paling
adanya penambahan jumlah spesies dan jumlah individu
rendah adalah 0,514 pada PTPN (Gambar 3).

95
Keanekaragaman Spesie Tumbuhan

Gambar 3 Nilai kemeretaan jenis dengan menggunakan indeks evenness.

Perbedaan kemerataan tumbuhan pada beberapa kawasan. Pola interaksi tergantung pada lokasi NKT dan
perusahaan ini menunjukkan bahwa pada NKT disetiap kondisi masyarakat. Interaksi yang terjadi umumnya
perusahaan memiliki komposisi jumlah individu pada dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan atau pegawai
tiap spesies yang berbeda. Kemerataan merupakan perusahaan yang dapat menjangkau kawasan dengan
indikator adanya gejala dominasi pada setiap spesies mudah. Namun umumnya masyarakat yang merupakan
dalam suatu komunitas. Perbedaan nilai kemerataan pegawai perusahaan tidak berani untuk masuk kedalam
antara tiap perusahaan menunjukkan terdapatnya spesies kawasan NKT. Hal ini dikarenakan kawasan yang
yang mendominasi atau memiliki nilai individu yang berbentuk hutan dan umumnya merupakan masyarakat
tinggi. PT MUP memiliki nilai kemerataan yang tinggi pendatang.
(0,898) dikarenakan pada perusahaan ini memiliki
spesies dengan masing-masing jumlah individu yang a. PTPN V Tamora
relatif sama atau merata. Sedangkan PTPN memiliki nilai
PTPN V Tamora memiliki interaksi masyarakat
kemerataan yang rendah (0,514) dikarenakan adanya
yang sedikit dengan kawasan. Masyarakat yang
spesies yang memiliki jumlah individu yang tinggi atau
memanfaatkan kawasan NKT di PTPN V Tamora adalah
spesies dominan, dan jumlah individu pada setiap spesies
masyarakat yang merupakan pegawai perusahaan.
tidak sama atau tidak merata. Hal ini sesuai dengan hasil
Masyarakat memanfaatkan kawasan NKT yang memiliki
pengamatan yaitu terdapatnya spesies yang mendominasi
tumbuhan rumput yang cukup banyak sebagai pakan
yaitu spesies tumbuhan bawah berupa rumput Ottochloa
ternak kambing. Masyarakat melepasliarkan kambing
nodosa dengan jumlah individu 483 (kerapatan 24.150
peliharaannya untuk mencari pakan pada tiap sore dan
ind/ha), Stenochlaena sp dengan jumlah individu 441
hampir dilakukan tiap hari. Selain areal NKT, vegetasi
(kerapatan 20.250 ind/ha), dan Paspalum conjugatum
bawah pada areal tanaman sawit dan areal pinggir jalan
dengan jumlah individu 263 (kerapatan 13.150 ind/ha).
juga dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Interaksi
Sedangkan pada spesies lain di PTPN V memiliki jumlah
pemanfaatan lahan vegetasi bawah sebagai pakan ternak
individu 1 di lokasi pengamatan. Rendahnya nilai
ini sesuai dengan arahan oleh Maluyu (2008) yaitu
kemerataan tersebut dikarenakan rentang nilai jumlah
perlunya optimalisasi pemanfaatan lahan perkebunan
individu pada masing-masing spesies yang cukup jauh
sawit dalam mendukung ketersediaan pakan ternak
yaitu 1-483 individu.
ruminansia. Selain itu menurut Syarifuddin (2011) jenis
hijauan di bawah perkebunan kelapa sawit yang banyak
2. Interaksi masyarakat dengan kawasan NKT
dijadikan sebagai pakan ternak adalah Axonopus
Keanekaragaman spesies tumbuhan yang berbeda compressus (Sw.) Beauv, Ludwigia perennis L,
umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy, dan Cyperus kyllingia.
abiotik. Namun adanya interaksi masyarakat dengan Hal ini sesuai dengan spesies dominan yang ditemukan
kawasan NKT tersebut dapat mempengaruhi komunitas pada NKT PTPN V Tamora yaitu spesies Axonopus
dan tingkat keanekaragaman pada kawasan tersebut. compressus (Sw.) Beauv dan Cyperus kyllingia. Jumlah
Syarifuddin (2011) menyatakan bahwa keragaman jenis individu spesies tersebut tergolong banyak, sehingga
vegetasi hijauan pada perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan
disebabkan oleh faktor alami dan campur tangan ternak. Selain untuk pakan ternak, kawasan NKT juga
manusia. Hal ini dikarenakan kegiatan pemanfaatan, dimanfaatkan sebagai areal tempat mencari kayu bakar.
budidaya tumbuhan yang ada di suatu kawasan dapat Kayu bakar yang digunakan yaitu kayu yang sudah
mempengaruhi keberadaan dari spesies tersebut. tumbang, terpotong, atau terjatuh. Masyarakat tidak
Areal NKT pada setiap perusahaan memiliki pola menebang pohon yang terdapat didalam hutan untuk
interaksi yang berbeda dengan masyarakat di sekitar bahan kayu bakar.

96
Media Konservasi Vol 21 No.1 April 2016: 91-98

b. PT Mitra Unggul Pusaka (MUP) SIMPULAN


Keberadaan kawasan NKT PT MUP sangat erat
Jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan di
kaitannya dengan keberadaan pohon sialang yang
masing-masing perusahaan adalah 133 spesies pada NKT
memiliki kearifan lokal dengan masyarakat kawasan.
PTPN V, 66 spesies pada NKT MUP, dan 27 spesies
Areal hutan yang hanya sekitar 2,5 ha tersebut sengaja
pada NKT Ivomas. Berdasarkan indeks kekayaan spesies
tidak ditebang dikarenakan keberadaan pohon sialang
Margalef yang paling tertinggi adalah di PTPN V (Dmg
dengan jenis kempas (Kompassia excelsa). Hal ini sesuai
= 17,38). Sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis
dengan penelitian Anggraheni (2012) yang menyatakan
Shanon wiener diperoleh PT MUP memiliki nilai
bahwa secara adat terdapat imbo kopungan sialang
keanekaragaman terbesar (H’=3,77). PT Ivomas
(rimba kepungan sialang) untuk perlindungan pohon
memiliki nilai keanekaragaman spesies tumbuhan
sialang dengan luas ± 2 hektar, yang dalam kisaran
terkecil (Dmg=4,407, H’=1.966) diantara perusahaan
luasan tersebut lingkungan sekitar sialang tidak
lainnya. Tingkat kemerataan spesies tertinggi adalah PT
diperkenankan diganggu. Hal ini yang menyebabkan
MUP (E=0,90) dan terendah adalah PTPN V (E=0,019).
terdapatnya kawasan NKT dengan keanekaragaman
Sehingga terdapat beberapa spesies tumbuhan yang
spesies tumbuhan yang masih dijaga dikarenakan untuk
dominan di PTPN V. Terdapat interaksi yang terjadi
melindungi pohon sialang.
antara masyarakat sekitar kawasan dengan areal NKT.
Pohon sialang merupakan penyebutan dari
Interaksi yang terjadi dapat berupa pemanfaatan
masyarakat Riau terhadap pohon lebah madu hutan yang
tumbuhan sebagai pakan ternak, tumbuhan pangan, kayu
merupakan jenis pohon-pohon yang secara rutin,
bakar, dan penghasil madu.
khususnya pada saat musim pembungaan menjadi tempat
lebah A.dorsata bersarang (Hadisoesilo dan Kuntadi
2007). Sari (2012) menyatakan sialang adalah jenis
DAFTAR PUSTAKA
pohon yang besar dan tinggi batangnya, garis tengah
batang pohonnya bisa mencapai 100 cm atau lebih, dan
Anggraheni BL. 2012. Pengetahuan lokal pemanenan
tingginya bisa mencapai 26 - 30 meter. Pohon sialang di
hutan madu Tesso Nilo [tesis]. Bogor (ID): Institut
kawasan NKT MUP ini memiliki diameter sebesar
Pertanian Bogor.
152,867 cm dengan tinggi sekitar 28 meter. Pada pohon
ini terdapat satu sarang lebah yang memiliki madu yang Asrianny, Marian, Oka NP. 2008. Keanekaragaman dan
belum matang. Madu akan dipanen bersama-sama oleh Kelimpahan Jenis Liana (Tumbuhan Memanjat)
masyarakat. Hasil dari panen akan dikonsumsi sendiri pada HutanAlam di Hutan Pendidikan Universitas
dan dijual. Namun saat ini sudah tidak banyak Hasanuddin. Jurnal Perennial. 5(1): 23-30.
masyarakat yang ikut dalam pemanenan lebah di pohon
Aurora L, Palmer B, Paoli G, Prasodjo R, Schweithelm J.
sialang tersebut karena beberapa masyarakat ber-
2015. Perkembangan Kerangka Tata Kelola Kelapa
anggapan bahwa harus menunggu waktu yang cukup
Sawit di Indonesia: Implikasi untuk Sektor Kelapa
lama dalam memanen lebah madu.
Sawit yang Bebas dari Deforestasi dan Bebas dari
Interaksi masyarakat pada areal NKT MUP juga
Gambut. Bogor (ID): Daemeter Consulting.
dilakukan dengan pemanfaatan kayu. Pemanfaatan
dilakukan dengan melakukan penebangan pada beberapa Boontawee B, Phengkhlai C, Kao-sa-ard A. 1995.
spesies pohon yang dilakukan secara ilegal. Sehingga Monitoring and measuring forest biodiversity in
beberapa areal pada NKT memiliki areal yang terbuka, Thailand. In Boyle TJB, Boontawee B. Measuring
dan terdapat banyak spesies tumbuhan yang masih dalam and monitoring biodiversityin tropical and
kondisi anakan. temperate forests. Bogor (ID): CIFOR.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014.
c. PT Ivomas Tunggal
Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa Sawit 2013-
Pemanfaatan kawasan NKT oleh masyarakat 2015. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan,
dilakukan dengan mengambil tumbuhan pangan yang ada Kementerian Pertanian.
di dalam kawasan NKT. Umumnya masyarakat
Gingold, Beth, Rosenbarger A, Muliastra YIKD, Stolle
memanfaatkan spesies tumbuhan yang tumbuh secara liar
untuk menjadi tanaman pangan. Adapun spesies yang F, Sudana IM, Manessa MDM, Murdimanto A,
dimanfaatkan adalah pakis sayur (Diplazium esculentum) Tiangga SB, Madusari CC, Douard P. 2012.
Panduan mengidentifiasi lahan terdegradasi untuk
dan daun singkong (Manihot esculenta). Selain itu
budidaya kelapa sawit ramah lingkungan. Working
kawasan NKT pernah dimanfaatkan sebagai tempat
Paper. World Resources Institute and Sekala,
memancing, namun saat ini kegiatan memancing tidak
pernah dilakukan dikarenakan berkurangnya ketersediaan Washington D.C.
ikan. Tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan yang Hadisoesilo S, Kuntadi. 2007. Kearifan Tradisional
rendah pada kawasan ini berpengaruh terhadap interaksi dalam “Budidaya” Lebah Hutan (Apis dorsata).
masyarakat terhadap areal NKT. Bogor (ID): Balitbanghut Departeman Kehutanan.

97
Keanekaragaman Spesie Tumbuhan

[HCV Toolkit Indonesia] Konsorsium Revisi HCV Betung Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten
Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Kawasan Bernilai Pelalawan. Jom Faperta. 1 (2).
Konservasi Tinggi.
Syarifuddin H. 2011. Komposisi dan struktur hijauan
Kusuma S. 2007. Penentuan bentuk dan luas plot contoh pakan ternak di bawah perkebunan kelapa sawit.
optimal pengukuran keanekaragaman spesies Agrinak 1(1): 25-30.
tumbuhan pada ekosistem hutan hujan dataran
Voge AK, Adams FH. 2014. Analisa minyak kelapa
rendah: Studi kasus di Taman Nasional Kutai
sawit berkelanjutan-tuntutan atau realitas? Potensi
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
dan keterbatasan Roundtable on Sustainable Palm
Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Oil (RSPO). Bread for the World – Protestant
Primer on Methods and Computing. Singapore Development Service Protestant Agency for
(SG): John Wiley and Sons. Diaconia and Develpment Caroline-Michaelis-
Straße 1 10115 Berlin, Germany.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its
Measurement. New Jersey (US): Princeton Wirakusumah S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi
University Press. Populasi dan Komunitas. Jakarta (ID): UI Press.
Maluyu H. 2008. Optimalisasi pemanfaatan lahan Yoza D. 2000. Dampak perkebunan kelapa sawit
perkebunan sawit dalam mendukung ketersediaan terhadap keanekaragaman jenis burung di areal
pakan ternak ruminansia. Prosiding seminar perkebunan PT Ramajaya Pramukti Kabuapten Dati
Nasional Sapi Potong. II Kampar Propinsi Dati I Riau [skripsi]. Bogor:
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Proforest. 2005. Konsep Kriteria RSPO Minyak Sawit
Lestari. Jakarta (ID): HSBC Malaysia, Doesn [ZSL] Zoological Society of London’s Conservation
Foundation Negeri Belanda. Programme in Indonesia. 2011. A Practical
Handbook for Conserving High Conservation Value
Sari G, Yoza D, Mardhiansyah M. 2012. Pola
Species and Habitatswithin oil palm landscapes.
Pengelolaan Pohon Sialang oleh Masyarakat Desa

98

You might also like