Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa Menurut Standar ACRL: Studi Kasus Peserta KKN UNDIP Di Masa Pandemi COVID-19
Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa Menurut Standar ACRL: Studi Kasus Peserta KKN UNDIP Di Masa Pandemi COVID-19
Abstract
In community empowerment learning activities via online, students are required to have information literacy skills,
especially when compiling teaching materials. The formulation of the problem in this research is how the literacy
level of Diponegoro University students participating in Team 1 KKN 2021 according to ACRL standards. The results
showed, in the aspect of the ability to determine the nature and scope of information, the majority of respondents were
at the 'very skilled' level to formulate the required information; and 'highly skilled' at identifying types and formats of
information, and the majority of respondents 'skilled enough' to re-evaluate the scope of information obtained. In the
second aspect, namely accessing information effectively and efficiently, the majority of respondents are at the 'skilled
enough' level to choose the search method; and being 'highly skilled' at using search strategies such as boolean
operators, truncation, URLs, and document types; and are 'highly skilled' at citing, recording, and managing
information sources. In the third aspect, which is evaluating information based on sources, the majority of respondents
are at the 'very skilled' level to summarize the main ideas cited; 'Skilled' to use the main idea from the information
obtained to construct new concepts; and being 'skilled enough' to compare and analyze the information obtained with
existing knowledge. In the fourth aspect, namely using information for a specific purpose, the majority of respondents
are at the 'very skilled' level for the: using new information and previous knowledge to produce works; communicate
the work with the right media; as well as using a bibliography in making works. In the fifth aspect, namely using
information ethically, the majority of respondents are at the 'skilled' level to use copyrighted information.
Abstrak
Dalam pelaksanaan KKN secara daring, mahasiswa harus memiliki keterampilan literasi informasi terutama untuk
keperluan menyusun modul dan bahan ajar untuk kegiatan pendampingan kepada masyarakat. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat literasi mahasiswa Universitas Diponegoro peserta KKN Tim 1 tahun
2021 menurut standar ACRL. Hasil penelitian menunjukkan, pada aspek kemampuan menentukan sifat dan cakupan
informasi, kemampuan mayoritas responden berada pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk merumuskan informasi yang
dibutuhkan; serta mengidentifikasi jenis dan ragam format informasi, dan mayoritas responden ‘cukup terampil’ untuk
mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang diperoleh. Pada aspek mengakses informasi dengan efektif
dan efisien, kemampuan mayoritas respon berada pada tingkat ‘cukup terampil’ untuk memilih metode penelusuran;
serta ‘sangat terampil’ untuk menggunakan strategi penelusuran seperti boolean operator, truncation, URL, dan tipe
dokumen; dan ‘sangat terampil’ untuk mengutip, mencatat, dan mengelola sumber informasi. Pada aspek
mengevaluasi berdasarkan sumber, kemampuan mayoritas responden berada pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk
meringkas ide utama yang dikutip; ‘terampil’ untuk menggunakan ide utama dari informasi yang diperoleh untuk
mengkonstruksi konsep baru; serta ‘cukup terampil’ untuk membandingkan dan menganalisa informasi yang
diperoleh dengan pengetahuan yang telah ada. Pada aspek menggunakan informasi untuk tujuan tertentu, kemampuan
mayoritas responden berada pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk ketiga hal berikut : menggunakan informasi baru
dan pengetahuan terdahulu untuk menghasilkan karya; mengkomunikasikan hasil karya dengan media yang tepat;
serta menggunakan daftar pustaka dalam pembuatan karya. Pada aspek menggunakan informasi secara etis, mayoritas
kemampuan responden berada pada tingkat ‘terampil’ untuk menggunakan informasi yang mengandung hak cipta.
53
54
1. Pendahuluan
Pandemi Covid-19 berdampak signifikan pada bidang pendidikan, seperti dilaporkan oleh United
Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang menyebutkan telah terjadi
penutupan fasilitas pendidikan di 191 negara di seluruh dunia, dan menyebabkan setidaknya 1,575,270,054
peserta didik dari tingkat pra-dasar sampai dengan tingkat atas yang terdampak, serta 86.034.287 peserta
didik di pendidikan tinggi juga ikut terdampak (Pujiastuti, 2020).
Efek pandemi terhadap bidang pendidikan juga telah dilaporkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) yang menyebutkan 646.192 satuan pendidikan,
68.801.708 peserta didik, dan 4.183.591 pendidik telah terkena dampak pandemi. Sebagai upaya membatasi
kerumunan dan meminimalkan penyebaran virus, pemerintah melalui Kemendikbud telah menerapkan
kebijakan pembelajaran melalui metode dalam jaringan (daring) sejak bulan Maret 2020. Sistem
pembelajaran melalui daring dilakukan tanpa tatap muka langsung, digantikan dengan pembelajaran
melalui perantara media elektronik dua arah, sehingga memungkinkan pembelajaran dilaksanakan secara
jarak jauh. Sistem pembelajaran daring juga menjadi salah satu poin dalam program adaptasi kebiasaan
baru di bidang pendidikan dalam masa pandemi.
Pada praktiknya, pembelajaran daring (termasuk di dalamnya kegiatan perkuliahan daring) dilakukan
melalui perangkat lunak/platform yang mendukung komunikasi dua arah. Perangkat lunak yang dapat
digunakan antara lain perangkat lunak spesifik untuk penyelenggaraan pembelajaran online atau yang
disebut sebagai learning management system (LMS). Perangkat lunak LMS merupakan perangkat lunak
yang memiliki fitur-fitur spesifik untuk menyelenggarakan pembelajaran virtual, seperti fitur untuk
pendaftaran peserta (enrollment), fitur kuis (assessment) dan ujian (examination), berikut dengan fitur
penilaian secara otomatis. Perangkat lunak LMS yang cukup banyak digunakan adalah Google Classroom.
Selain menggunakan LMS, pembelajaran daring juga dapat menggunakan perangkat lunak kolaborasi kerja
seperti Microsoft Teams, ataupun perangkat lunak video conference seperti Zoom, Google Meet, Visco
Webex, hingga Whatsapp Group. Perangkat lunak tersebut memiliki fitur yang cukup untuk
menyelenggarakan pembelajaran dan komunikasi dua arah, namun tidak memiliki fitur yang khusus
menangani penilaian kuis dan ujian.
Pembelajaran daring dengan perantara perangkat lunak yang disebutkan di atas, mengharuskan
peserta didik dan pendidik memiliki perangkat (gadget) dan akses jaringan internet yang memadai. Hal ini
sering menjadi kendala dalam pembelajaran, karena ketiadaan jaringan internet yang kuat, ataupun
ketidakmampuan finansial dalam membeli kuota internet. Sehingga hasil pembelajaran yang dilakukan
secara daring seringkali tidak maksimal, baik dari segi penyerapan dan pemahaman materi, maupun dari
ketercapaian penugasan (Wulandari, 2020).
Selain pada aspek pendidikan, aspek sosial dan ekonomi masyarakat secara umum juga terkena
dampak yang signifikan akibat pandemi. Secara umum, perekonomian Indonesia mengalami perlambatan,
yang terlihat pada sektor riil dan mikroekonomi dengan adanya fenomena penurunan daya beli, kelesuan
usaha mikro dan kecil karena kebijakan social distancing dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) maupun kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM); yang menimbulkan
gelombang fenomena Pengurangan Hak Kerja (PHK) bagi pegawai (Amalia, 2020).
Kondisi tersebut memerlukan intervensi yang responsif agar kehidupan sosial dan perekonomian
masyarakat dapat kembali pulih, dan dapat menjangkau biaya kuota internet untuk keperluan pendidikan
daring. Universitas Diponegoro sebagai perguruan tinggi terkemuka di wilayah Jawa Tengah sejak awal
pandemi telah berkontribusi dalam intervensi sosial ekonomi di masyarakat, beserta kegiatan-kegiatan
pencegahan dan penanggulangan dampak pandemi. Salah satu kontribusi Universitas Diponegoro adalah
melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang pada tahun akademik 2021 ini dilaksanakan di kampung
halaman masing-masing mahasiswa. Selama pandemi, kegiatan KKN Universitas Diponegoro tetap
dilaksanakan namun dengan mengadopsi protokol dan adaptasi kebiasaan baru. Kegiatan pembelajaran dan
pemberdayaan masyarakat (PPM) dilakukan di kampung halaman masing-masing dan dapat dilakukan
secara daring untuk meminimalkan kontak fisik dan kerumunan, dengan tetap mengedepankan aspek
implementasi ilmu pengetahuan dan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
Adapun kegiatan KKN difokuskan pada pencegahan dan penanggulangan dampak pandemi,
terutama di bidang pendidikan dan ekonomi. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan Universitas Diponegoro
dan mahasiswanya dapat berkontribusi dalam memberikan edukasi dan pendampingan untuk mengatasi
masalah di bidang pendidikan dan ekonomi.
Dalam pelaksanaan KKN, mahasiswa harus memiliki keterampilan dan penguasaan dalam
menggunakan informasi yang berkualitas, terutama dalam hal menyusun modul dan bahan ajar untuk
kegiatan pendampingan kepada masyarakat. Dalam ranah ilmu information science, terdapat beberapa
parameter yang harus dipenuhi agar suatu informasi dapat dikatakan berkualitas yaitu akurat, terkini, dan
relevan. Berbagai sumber informasi dapat digunakan sebagai acuan penyusunan modul dan bahan ajar,
maupun acuan penyelesaian masalah, jika memiliki ketiga atribut tersebut. Proses mencari hingga
mendapatkan informasi berkualitas dan memanfaatkannya sebagai manifestasi dalam tulisan dan dalam
pemecahan masalah adalah salah satu bentuk literasi informasi.
Terdapat beberapa definisi dari keterampilan literasi informasi, seperti yang diungkapkan oleh The
National Commision on Libraries and Information Science (NCLIS), yang mendefinisikan literasi informasi
sebagai keterampilan dalam pengelolaan sumberdaya informasi (Dangi, 2016). Sedangkan Chartered
Institute of Library and Information Professionals (CILIP) seperti dikuti (Tait, 2016) mendefinisikan
literasi informasi sebagai keterampilan pada diri seseorang untuk mengetahui kapan dan mengapa dirinya
a. Menentukan Sifat dan Cakupan Informasi, Indikator ini digunakan untuk mengetahui keterampilan
mahasiswa dalam hal : (a) merumuskan informasi yang dibutuhkan, (b) mengidentifikasi jenis dan
ragam format informasi, serta (c) kemampuan untuk mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi
yang diperoleh.
b. Mengakses Informasi dengan Efektif dan Efisien, Indikator ini digunakan untuk mengetahui
keterampilan mahasiswa dalam hal : (a) memilih metode penelusuran; (b) menggunakan strategi
penelusuran seperti boolean operator, truncation, URL, dan tipe dokumen; serta (c) mengutip, mencatat,
dan mengelola sumber informasi.
c. Mengevaluasi Informasi Berdasarkan Sumber, Indikator ini digunakan untuk mengetahui
keterampilan mahasiswa dalam hal : (a) meringkas ide utama yang dikutip; (b) menggunakan ide utama
dari informasi yang diperoleh untuk mengkonstruksi konsep baru; serta (c) membandingkan dan
menganalisa informasi yang diperoleh dengan pengetahuan yang telah ada.
d. Menggunakan Informasi untuk Tujuan Tertentu, Indikator ini digunakan untuk mengetahui
keterampilan mahasiswa dalam hal : (a) menggunakan informasi baru dan pengetahuan terdahulu untuk
menghasilkan karya; (b) mengkomunikasikan hasil karya dengan media yang tepat; serta (c)
menggunakan daftar pustaka dalam pembuatan karya.
e. Menggunakan Informasi Secara Etis, Indikator ini digunakan untuk mengetahui keterampilan
mahasiswa dalam (a) menggunakan informasi yang mengandung hak cipta; dan (b) mengenali informasi
yang perlu diakses dengan izin khusus.
Berdasarkan uraian tentang literasi informasi dan hubungannya dengan pelaksanaan KKN
Universitas Diponegoro yang berbasis pada PPM melalui media daring dalam adaptasi kebiasaan baru,
rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat literasi mahasiswa Universitas Diponegoro peserta
KKN Tim 1 tahun 2021 menurut standar ACRL.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
populasi mahasiswa Universitas Diponegoro peserta KKN Tim 1 tahun akademik 2021 yang berjumlah
2717 mahasiswa. Penelitian deskriptif merupakan metode untuk meneliti suatu kelompok manusia, objek,
sebuah kondisi, gagasan pemikiran, atau suatu peristiwa (Nazir, 2009). Lebih lanjut, Sugiyono (2014)
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif digunakan untuk menilai variabel mandiri, tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Responden yang menjadi sampel penelitian dipilih secara acak dan mewakili fakultas-fakultas yang
ada di Universitas Diponegoro. Sampel penelitian dipilih melalui simple random sampel hingga terkumpul
140 orang. Metode pengukuran literasi informasi digunakan melalui analisis statistik deskriptif
menggunakan nilai dengan skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang
suatu fenomena sosial (Djaali, 2008). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner
kepada responden terpilih. Analisis data dilakukan dengan menghitung frekuensi respon pada masing-
masing variabel/standar indikator literasi informasi, dimana frekuensi tersebut merepresentasikan berapa
kali suatu nilai hasil pengukuran terjadi dalam pengukuran sampel.
3. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengukur tingkat literasi informasi berdasarkan standar ACRL yang terdiri dari
Menentukan Sifat dan Cakupan Informasi, Mengakses Informasi dengan Efektif dan Efisien, Mengevaluasi
Informasi Berdasarkan Sumber, Menggunakan Informasi untuk Tujuan Tertentu, dan Menggunakan
Informasi Secara Etis. Hasil penelitian tingkat literasi digital dari responden disajikan pada sub bab 3.1
sampai dengan sub bab 3.5 berikut.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh mahasiswa yang menjadi responden penelitian memiliki
kemampuan dengan tingkat ‘sangat terampil’ untuk menentukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
dalam menyusul modul untuk kegiatan KKN. Mahasiswa juga dapat menentukan jenis dan ragam format
informasi yang diperlukan apakah berupa tulisan, data statitstik, atau gambar. Sedangkan pada kemampuan
mengevaluasi, meskipun mahasiswa yang memiliki kemampuan dengan tingkat ‘cukup terampil’ sebesar
84,1%. Hal ini tercermin dari pilihan sikap ‘tidak melakukan evaluasi informasi, atau tidak melakukan
komparasi informasi dari dua sumber berbeda’. Sejumlah mahasiswa yang belum memiliki kemampuan
evaluasi informasi, mungkin berhubungan dengan belum memperoleh perkuliahan metodologi penelitian
yang mengajarkan cara membandingkan informasi dari berbagai penelitian.
Secara umum, hasil pengukuran untuk indikator kemampuan menentukan sifat dan cakupan informasi
pada responden penelitian menunjukkan capaian mayoritas ‘sangat terampil’. Hal ini sesuai dengan
pendapat Naibaho (2015) yang menyatakan bahwa kemampuan literasi informasi bagi mahasiswa berada
pada tingkatan mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi pencarian informasi melalui penggunaan kata
kunci (keyword).
Indikator ini digunakan untuk mengetahui keterampilan mahasiswa dalam hal : (a) memilih metode
penelusuran; (b) menggunakan strategi penelusuran seperti boolean operator, truncation, URL, dan tipe
dokumen; serta (c) mengutip, mencatat, dan mengelola sumber informasi. Tabel 2 menunjukkan hasil
pengukuran kemampuan Mengakses Informasi dengan Efektif dan Efisien.
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas mahasiswa yang menjadi responden penelitian memiliki
kemampuan dengan tingkat ‘cukup terampil’ untuk memilih metode penelusuran informasi yang sesuai
dengan kebutuhan dalam menyusul modul untuk kegiatan KKN. Hal ini nampak dari pilihan sikap
mahasiswa yang menggunakan search engine umum seperti Google untuk pencarian informasi, dan hanya
sedikit mahasiwa yang menggunakan pencarian ke database jurnal atau katalog perpustakaan digital
(digilib). Pada aspek kedua tentang strategi pencarian, mayoritas mahasiswa berada pada tingkatan ‘sangat
terampil’, yang nampak pada pilihan sikap mahasiswa dalam menerapkan strategi pencarian tipe dokumen
(*.pdf, *ppt, *jpeg) dan juga pembatasan URL, meskipun masih sangat sedikit mahasiswa yang
menggunakan strategi pencarian dengan boolean. Sedangkan pada kemampuan mengutip dan mencatat
sumber informasi, mayaoritas mahasiswa berada pada tingkat ‘sangat terampil’ dengan persentase 89%.
Sejumlah mahasiswa yang belum memiliki kemampuan evaluasi informasi, mungkin berhubungan dengan
belum memperoleh perkuliahan metodologi penelitian yang mengajarkan cara membandingkan informasi
dari berbagai penelitian.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui keterampilan mahasiswa dalam hal : (a) meringkas ide
utama yang dikutip; (b) menggunakan ide utama dari informasi yang diperoleh untuk mengkonstruksi
konsep baru; serta (c) membandingkan dan menganalisa informasi yang diperoleh dengan pengetahuan
yang telah ada. Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran kemampuan evaluasi informasi berdasarkan
sumber.
Terampil 84%
Menggunakan ide utama dari informasi
yang diperoleh untuk mengkonstruksi
konsep baru
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian,
memiliki kemampuan pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk meringkas ide utama dari suatu informasi baru,
namun kemampuan pada mayoritas responden menurun ke tingkat ‘terampil’ untuk aspek mengkonstruksi
konsep baru, dan kembali menurun ke tingkat ‘cukup terampil’ pada aspek evaluasi informasi.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui keterampilan mahasiswa dalam hal : (a) menggunakan
informasi baru dan pengetahuan terdahulu untuk menghasilkan karya; (b) mengkomunikasikan hasil karya
dengan media yang tepat; serta (c) menggunakan daftar pustaka dalam pembuatan karya. Tabel 4
menunjukkan hasil pengukuran kemampuan menggunakan informasi untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian,
memiliki kemampuan pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk ketiga hal berikut : menggunakan informasi
baru untuk menghasilkan karya; mengkomunikasikan hasil karya dengan media tepat; serta menggunakan
daftar pustaka. Hal ini nampak dari pilihan sikap dan capaian luaran kegiatan berupa modul yang digunakan
selama kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat (PPM)
Indikator ini digunakan untuk mengetahui keterampilan mahasiswa dalam hal menggunakan informasi
yang mengandung hak cipta Tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran kemampuan menggunakan informasi
secara etis.
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian memiliki
kemampuan pada tingkat ‘terampil’ untuk menggunakan informasi yang mengandung hak cipta. Hal
tersebut nampak pada kemampuan dan pilihan sikap dalam hal ‘menggunakan gambar atau ilustrasi dari
google dengan atribusi hak cipta’, dimana masih banyak mahasiswa yang menggunakan gambar, ilustrasi,
infografis, dan desin layout, yang memiliki hak cipta.
4. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan mayoritas respon memiliki tingkat literasi informasi pada tingkat ‘sangat
terampil’ jika diukur menggunakan standar ACRL. Pada aspek kemampuan menentukan sifat dan cakupan
informasi, kemampuan mayoritas responden berada pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk merumuskan
informasi yang dibutuhkan; serta mengidentifikasi jenis dan ragam format informasi, dan mayoritas
responden ‘cukup terampil’ untuk mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang diperoleh. Pada
aspek mengakses informasi dengan efektif dan efisien, kemampuan mayoritas respon berada pada tingkat
‘cukup terampil’ untuk memilih metode penelusuran; serta ‘sangat terampil’ untuk menggunakan strategi
penelusuran seperti boolean operator, truncation, URL, dan tipe dokumen; dan ‘sangat terampil’ untuk
mengutip, mencatat, dan mengelola sumber informasi. Pada aspek mengevaluasi berdasarkan sumber,
kemampuan mayoritas responden berada pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk meringkas ide utama yang
dikutip; ‘terampil’ untuk menggunakan ide utama dari informasi yang diperoleh untuk mengkonstruksi
konsep baru; serta ‘cukup terampil’ untuk membandingkan dan menganalisa informasi yang diperoleh
dengan pengetahuan yang telah ada. Pada aspek menggunakan informasi untuk tujuan tertentu, kemampuan
mayoritas responden berada pada tingkat ‘sangat terampil’ untuk ketiga hal berikut : menggunakan
informasi baru dan pengetahuan terdahulu untuk menghasilkan karya; mengkomunikasikan hasil karya
dengan media yang tepat; serta menggunakan daftar pustaka dalam pembuatan karya. Pada aspek
menggunakan informasi secara etis, mayoritas kemampuan responden berada pada tingkat ‘terampil’ untuk
menggunakan informasi yang mengandung hak cipta.
Daftar Pustaka
Amalia, Febi. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Masyarakat dan Bantuan Pemerintah.
Beritalima.com. https://beritalima.com/dampak-covid-19-terhadap- perekonomian-masyarakat-
dan-bantuan-pemerintah/
Dangi, Ram Kumar, and Sanjiv Saraf. 2016. Information Literacy in Banaras Hindu University Library
System. International Journal of Information Disemination and Technology 3 (6) : 207
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Eynon A. (2013) Welsh Information Literacy Project, Library and Information Research, 37(114), 17-22.
Naibaho, Kalarensi. 2015. Merancang Program Pendidikan Pemakai untuk Pemustaka Digital Native di
Perpustakaan Universitas Indonesia. Visi Pustaka 17 (2) : 96-109
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pujiastuti, Setyo. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Pendiidikan Anak. Rubrik “Inspirasi Untuk
Kebijakan” SKH Kedaulatan Rakyat, Edisi Jumat 03 Juli 2020.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta
Tait, Elizabeth & Edwards, Robert. 2016. Information literacy and information seeking of public sector
managers in the Welsh Government. Library & Information Science Research.Vol 10.