CHAPTER 14

Permeability estimates

Abstract
Today there are many high-tech methods for measuring formation permeability,
either by promoting fluid movement and gauging draw-down pressures or by flip
ping protons with a nuclear magnetic resonance tool. However, there still exist a
number of proven, reliable methods for calculating permeability even from the old
est of the old, pre-digital logs. The summary of these analog methods, given here,
will serve to remind today's analyst that the way we got to see so far today is
1
because we stand on the shoulders of giants •

Early logging operations in South America. Image courtesy Schlumberger

Classical methods for permeability estimating

 14.1 Metode klasik untuk estimasi permeabilitas
Today we are fortunate to have access to tools and techniques that were not
available to the pioneers of formation evaluation. They had no nuclear mag
netic resonance (NMR) log and no wireline formation testers with pretest
capabilities. What they did have, instead, was reliance on basic petrophysical
relationships at the pore scale and their connections to log measurable enti
ties such as irreducible water saturation. This, coupled with grunt work with

1
With due thanks to Isaac Newton, of course.

Formation Evaluation with Pre-Digital Well Logs Copyright © 2020 Richard M. Bateman.
DOI: https://doi.org/10.1016/B978-0-12-820232-6.00014-5 Published by Elsevier Inc. All rights reserved. 193
19 Formation Evaluation with Pre-Digital Well Logs

core samples, allowed them to make thoughtful correlations of basic logging

measurements to the elusive estimation of permeability.
In this section, we will revisit some powerful but sometimes forgotten
methods of permeability estimating. They still have a place today in the
arsenal of the petrophysicist for insurance against the day when, for what
ever reason, the modem methods are not available or affordable.
Hari ini kami beruntung memiliki akses ke alat dan teknik yang tidak
tersedia bagi para pionir evaluasi formasi. Mereka tidak memiliki log
resonansi magnetik nuklir (NMR) nuklir dan tidak ada penguji formasi
wireline dengan kemampuan pretest. Apa yang mereka miliki, sebaliknya,
adalah ketergantungan pada hubungan petrofisika dasar pada skala pori dan
koneksi mereka untuk mencatat entitas terukur seperti saturasi air yang tidak
dapat direduksi. Ini, ditambah dengan pekerjaan kasar dengan sampel inti,
memungkinkan mereka untuk membuat korelasi yang bijaksana dari
pengukuran logging dasar dengan estimasi permeabilitas yang sulit
dipahami.
Pada bagian ini, kita akan meninjau kembali beberapa metode
pendugaan permeabilitas yang kuat namun terkadang terlupakan. Mereka
masih memiliki tempat hari ini di gudang ahli petrofisika untuk asuransi
terhadap hari ketika, untuk alasan apa pun, metode modern tidak tersedia
atau terjangkau.

 Resistivity gradients
One of the earliest methods relied on a simple resistivity log alone. As
2
more fully explained elsewhere, the column of fluids in the transition
zone between an oil-water contact and the point where irreducible water
saturation is reached shows a characteristic function of water saturation
against depth and an equally characteristic shape to a conventional forma
tion resistivity curve. Fig. 14.1 shows these curve shapes. Note, on the
diagram, that the water saturation (blue line) changes from 100% at the oil-
water contact to its irreducible value (Sw-irr) at the top of the transi tion
zone. In the case illustrated, Sw-irr is 32%. Between the two limits, the
saturation follows a curved path. Over the same interval, the forma tion
resistivity (green line) follows a straight line on this plot of depth in feet
versus Rt in Om. The gradient is quantifiable in ohm meter per foot. High-
permeability formations produce short transition zones, which are
characterized by low-resistivity gradients. Low-permeability formations
 Permeability estimates 19

Top transition zone

Oil water contact

10 20 30 JO 50 60 70 80 90 100

Water saturation % or Rt Q-m

Figure 14.1 Water saturation and formation resistivity in a transition zone.

2
See Bateman's Openhole Log Analysis and Formation Evaluation, Chapter 6.
 PERMEABILITY FROM RESIS TIVITY GR ADIE NT

For dw i: 1. 025 ( uo •oter

) For dw • I.I ( 150.000 m. In for1not1on wotnl

I
I I V I
' I /,' I I _J_ I
V ·/ I I _
71 'ft
7 7 1-.- - -
a, Ba.OJo
.DI.Ot ile D4..0::a
r e1l 1ttvit y Q 'odltnt
.01 OJ 0.1 :i: (¥-·
Cl..J OA OS G1 I t J 11
a .01 .a> tK ,co .O'I' 0.1 o.t o o.40.S I
'
..L ) h Ro
a1 Basic resist iv ity Qrodl•nl
Figure 14.2 Permeability from resistivity gradient. Image courtesy Schlumberger.

produce long transition zones with high-resistivity gradients. The key to

quantitatively gauging formation permeability is thus to link the slope of
the resistivity (b,.R/b,.h) to permeability.
Salah satu metode paling awal mengandalkan log resistivitas sederhana saja.
Seperti yang lebih lengkap dijelaskan di tempat lain,2 kolom cairan di zona
transisi antara kontak minyak-air dan titik di mana air tak tereduksi
saturasi yang dicapai menunjukkan fungsi karakteristik kejenuhan air
terhadap kedalaman dan bentuk yang sama karakteristiknya dengan kurva
resistivitas formasi konvensional. Gambar 14.1 menunjukkan bentuk kurva
ini. Perhatikan, pada diagram, bahwa saturasi air (garis biru) berubah dari
100% pada kontak minyak-air menjadi nilai tak tereduksi (Sw-irr) di bagian
atas zona transisi. Dalam kasus yang diilustrasikan, Sw-irr adalah 32%. Di
antara dua batas, saturasi mengikuti jalur melengkung. Selama interval yang
sama, resistivitas formasi (garis hijau) mengikuti garis lurus pada plot
kedalaman ini dalam kaki versus Rt dalam Om. Gradien diukur dalam ohm
meter per kaki. Formasi permeabilitas tinggi menghasilkan zona transisi
pendek, yang dicirikan oleh gradien resistivitas rendah. Formasi
permeabilitas rendah menghasilkan zona transisi panjang dengan gradien
resistivitas tinggi. Kunci untuk mengukur permeabilitas formasi secara
kuantitatif adalah dengan menghubungkan kemiringan resistivitas (b,.R/b,.h)
dengan permeabilitas.
An early publication achieved this by use of two charts that are repro
duced here as Fig. 14.2. Note that the depth difference between the
owe and the top of the transition zone depends not only on the perme
ability of the formation but also on the fluids present and their densities.
This is just a reflection of the basic equation that states:
Sebuah publikasi awal mencapai ini dengan menggunakan dua grafik yang
direproduksi di sini sebagai Gambar. 14.2. Perhatikan bahwa perbedaan
kedalaman antara
berutang dan bagian atas zona transisi tidak hanya bergantung pada perme
kemampuan formasi tetapi juga pada fluida yang ada dan densitasnya. Ini
hanya refleksi dari persamaan dasar yang menyatakan:

h= 2T eos0
r ( Pw - Phy)

where h is the height above the owe, T is the surface tension, (} is the
contact angle, r is the radius of the capillary tube, Pw is the water density,
and Phy the hydrocarbon density. Thus, a given resistivity gradient is depen
dent on both the formation permeability and the fluids in the reservoir.
Inspection of Fig. 14.2 will reveal that it is built in two panels. The left
hand side is built for sea water salinity reservoirs (pw = 1.025 g/cc) and the
panel on the right for saltwater reservoirs (pw = 1.1 glee). On both the
ana lyst enters with the "Basic Resistivity Gradient," which is defined as:
di mana h adalah ketinggian di atas hutang, T adalah tegangan permukaan,
(} adalah sudut kontak, r adalah jari-jari pipa kapiler, Pw adalah massa jenis
air, dan Phy adalah rapat massa hidrokarbon. Jadi, gradien resistivitas yang
diberikan adalah tergantung pada permeabilitas formasi dan fluida dalam
reservoir. Inspeksi Gambar 14.2 akan mengungkapkan bahwa ia dibangun
dalam dua panel.
sisi samping dibangun untuk waduk salinitas air laut (pw = 1,025 g/cc) dan
panel di sebelah kanan untuk reservoir air asin (pw = 1.1 gembira). Pada
kedua analisis masuk dengan "Gradien Resistivitas Dasar", yang
didefinisikan sebagai:
/),.R 1
a = --x -
/),.D R,
where R 0 is the resistivity of the 100% water bearing formation below the
OWC. A line is then extended up the chart to intersect the API gravity
of the oil in the reservoir (or to the gas line), and the permeability is then
read in rnilli-Darcy (mD) on the Y-axis. The full equation solved graphi
cally by these charts is:
di mana R0 adalah resistivitas formasi bantalan air 100% di bawah OWC.
Sebuah garis kemudian diperpanjang ke atas grafik untuk memotong
gravitasi API minyak di reservoir (atau ke saluran gas), dan permeabilitas
kemudian dibaca dalam rnilli-Darcy (mD) pada sumbu Y. Persamaan
lengkap yang diselesaikan secara grafis dengan grafik ini adalah:
2

k 20 { 2.3a }
= (Pw -Phy )
k is in mD, fluid densities in glee, and the resistivity gradient is in nm/ft.
Fig. 14.3 illustrates the method with reference to a sandstone reservoir
at a depth of 67901• In this example, it is assumed that the 64" normal is a
SPOHTl.tif OUS·POTEHTIJ.l
milli\iolts ! R ESISTI V ITY
;; -ohm•. m1/m
..

._........-+-...._,, .,._i .±:.

.lj_'
l I
J I I

; ,LL
I

Figure 14.3 Example log for k from resistivity gradient.

 good estimate of Rt. Then a quick analysis of the section between 6786'
and the 100% water point at 6802' allows a calculation of the resistivity
gradient as follows:

Gambar 14.3 mengilustrasikan metode dengan mengacu pada reservoir batu

pasir pada kedalaman 67901 Dalam contoh ini, diasumsikan bahwa 64" normal
adalah perkiraan Rt yang baik. Kemudian analisis cepat penampang antara
6786' dan 100% titik air pada 6802' memungkinkan perhitungan gradien
resistivitas sebagai berikut:

Rt @ 6786 = 5.0 nm
Ra @ 6802 = 0.8 nm
fl.R = 5.0-0.8 = 4.2 nm
fl.D = 6802-6786 = 16'
fl.R 1
a = -x - = 0.33
fl.D R,
Then, assuming Pw = 1.1 (right-hand chart) and the hydrocarbon pre
sents is gas k = 15 mD.

 Alternative graphical solution for k from resistivity gradient •

Solusi grafis alternatif untuk k dari gradien resistivitas

An alternative graphical solution for permeability from

the resistivity gradient equation is offered by the chart of
Fig. 14.4. Here the resistivity

0
., 0
u
' e
0
"' 0
c
0

=6
..
;-
c:
•
0
Q,.

'
0
 o Bosic; Ruis 1v11 Grodi

Figure 14.4 Permeability from resistivity gradient. Image courtesy Schlumberger.

gradient remains on the X-axis, but the Y-axis is scaled in density
difference (in glee) between the water and the hydrocarbon phases
present. Lines of constant permeability are drawn diagonally across the
chart. Where plotted values intersect, the permeability is read. Low
perm lines are to the upper left and high-perm ones to the lower right.
The example taken from the log of Fig. 14.3 requires the same X-axis
input of 0.33 but a Y-axis input of 0.9 g/cc, corresponding to a density
difference of 1.1-0.2. The plotted point is shown on Fig. 14.4. The
same permeability value of 15 mD results.
Solusi grafis alternatif untuk permeabilitas dari persamaan gradien
resistivitas ditawarkan oleh grafik Gambar 14.4. Di sini gradien
resistivitas tetap pada sumbu X, tetapi sumbu Y diskalakan dalam
perbedaan densitas (dalam kegembiraan) antara air dan fase hidrokarbon
yang ada. Garis permeabilitas konstan digambarkan secara diagonal
melintasi grafik. Di mana nilai yang diplot berpotongan, permeabilitas
dibaca. Garis perm rendah berada di kiri atas dan garis perm tinggi di
kanan bawah. Contoh yang diambil dari log Gambar 14.3 membutuhkan
input sumbu X yang sama sebesar 0,33 tetapi input sumbu Y sebesar 0,9
g/cc, sesuai dengan perbedaan densitas 1,1-0,2. Titik yang diplot
ditunjukkan pada Gambar 14.4. Nilai permeabilitas yang sama dari hasil
15 mD.

 The Timur equation

After an exhaustive study, based on the core analysis, of many fields and
different productive formations, Timur published his results in the form
of an equation that came to be known as The Timur Equation. It relates
permeability to porosity and irreducible water saturation and is stated
as follows:

Setelah mempelajari secara mendalam, berdasarkan analisis inti, dari banyak

bidang dan formasi produktif yang berbeda, Timur menerbitkan hasilnya
dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal sebagai Persamaan Timur.
Ini menghubungkan permeabilitas dengan porositas dan saturasi air yang
tidak dapat direduksi dan dinyatakan sebagai berikut:
<P4.4
k = 0.136 2-
swirr
It should be noted that both porosity and water saturation are in % in
this version of the equation and the permeability is in mD. Fig. 14.5
shows a graphical representation of the Timur equation
Perlu dicatat bahwa baik porositas dan saturasi air dalam % dalam versi
persamaan ini dan permeabilitas dalam mD. Gambar 14.5 menunjukkan
representasi grafis dari persamaan Timur
 Wyllie and Rose
Similar in form to Timur's equation are the two equations published by
Wyllie and Rose. They are as follows:

Mirip dalam bentuk persamaan Timur adalah dua persamaan yang diterbitkan oleh
Wyllie dan Rose. Mereka adalah sebagai berikut:

and

3 )2
79<P
k = ( Swi (Dry gas)

Note that in the Wyllie and Rose equations, both the porosity and
water saturation are in fractional units. A modified version of these
 o.I- 5- 1.0 - z.e
ao i--1--1 I
w

"' 10

60

..
! 50 1---+l H-·l+--I·

ii 4D i---1--11-1--+ ,1-1+--1

I
i 30
;;;
r
7.-.Y--t--/--t---t-;i"'t--t--::Y't""-
.20 t-t-1f-/-.,.._f-tf---V- A u::1

"'

+-POfl0$1TY IN P[l'lC£NT Of' BULK VOLUllllll!

0 ..._..................... 10.._...._ ..._ ...3_0
.._2
., --'----..!, ...._--,4.,0!
Figure 14.5 Graphical representation of the Timur equation.

equations was included in the Schlumberger Chartbooks as shown in

Fig. 14.6.
Perhatikan bahwa dalam persamaan Wyllie dan Rose, baik porositas dan
saturasi air berada dalam satuan pecahan. Versi modifikasi dari persamaan
ini dimasukkan dalam Schlumberger Chartbooks seperti yang ditunjukkan
pada Gambar. 14.6
Noticeable on the plot of Fig. 14.6 are the secondary lines of constant
<PSw-irr product. These are significant additions to the petrophysicist's arse
nal. When a formation is above the transition zone, and thus at irreducible
water saturation, the product of <P and Sw is a constant referred to as the
bulk volume water at irredudble (BVW). Variations in porosity are normal
on a local scale. If reduced, a greater proportion of the pore throats are
small
ones or there are simply fewer pore throats. Either way, the mean radius r
 Permeability estimates 201

*" 60<ll
k, Perm
_,, -rn;ab;'!Jy, ---,--- --- --1
c:
2
§ 50-
:;:;
'iii
c:
ct! -
40-
<ll
>
0
_Q
ct!
§ 30
::i
ro
20
..<ll. .
( f )

ro
10
J
00 5 10 15 20 25 30 35 40
cp , Porosity, p.u.
Figure 14.6 Permeability from porosity and irreducible water saturation - after
Wyllie and Rose Omage courtesy Schlumberger)

is smaller, and more water can be held in the pore maintaining the con
stant cp Sw-irr product.
Terlihat pada plot Gambar 14.6 adalah garis sekunder dari konstanta<Produk PSw-
irr. Ini adalah tambahan yang signifikan untuk pantat ahli petrofisika. Ketika suatu
formasi berada di atas zona transisi, dan dengan demikian pada saturasi air tak
tereduksi, produk <P dan Sw adalah konstanta yang disebut sebagai volume curah air
pada tak tereduksi (BVW). Variasi porositas normal pada skala lokal. Jika dikurangi,
sebagian besar pori-pori tenggorokan kecil
satu atau hanya ada lebih sedikit pori-pori tenggorokan. Either way, jari-jari rata-rata
r lebih kecil, dan lebih banyak air dapat ditahan di pori mempertahankan produk cp
Sw-irr konstan
Reservoirs may thus be characterized by the B VW product, and this
can be used as a basis for predicting production characteristics. For points
not at irreducible saturation, some water production is to be expected
depending on the mobility ratio (fewµ 0 /k 0JLw) for the particular fluids
present. Fig. 14.7 shows the cpSw product at irreducible saturation for a
number of formations. Note that in a low-porosity, low-permeability for
mations, surprisingly high water saturations can be tolerated without fear
of water production. Conversely, in formations with good porosity and
permeability, even when they have moderate values of Sw, water produc
tion can be expected.
Reservoir dengan demikian dapat dicirikan oleh produk B VW, dan ini
dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi karakteristik produksi.
Untuk titik-titik yang tidak berada pada saturasi tak tereduksi, beberapa
200 Formation Evaluation with Pre-Digital Well Logs
produksi air diharapkan tergantung pada rasio mobilitas (sedikitµ 0 /k 0JLw)
untuk cairan tertentu yang ada. Gambar 14.7 menunjukkan produk cpSw
pada saturasi tak tereduksi untuk a jumlah formasi. Perhatikan bahwa dalam
porositas rendah, permeabilitas rendah untuk mation, saturasi air yang
sangat tinggi dapat ditoleransi tanpa takut produksi air. Sebaliknya, dalam
formasi dengan porositas dan permeabilitas yang baik, bahkan ketika
memiliki nilai Sw yang sedang, produksi air dapat diharapkan.
An interesting variation on this theme is the empirical permeability
chart that was published by Elgen. Fig. 14.8 shows Sw-irr on the Y-axis
and lines of constant cp across the body of the plot and the output read as
k on the X-axis.
Variasi yang menarik dari tema ini adalah grafik permeabilitas empiris yang diterbitkan oleh
Elgen. Gambar 14.8 menunjukkan Sw-irr pada sumbu Y dan garis konstan cp di seluruh
tubuh plot dan output dibaca sebagai
k pada sumbu X.
 -+- Pleistocene
... - ··
x
"....... ........_
"""
' .............. 1 '- -Miocene
' I "°' r-...
30
20
'
.... ' k
r--.. '
I " ' r-.. ',
-.x- Frio Ohnos
-- Wilcox
' r-. t'......: R' -Red caw

!'...... :-.... ' " -+- Cotton valley

' ' ' '
... '
....
....... '
.... .. Spiro
1 '- ......... I ' -c - Smackowr
r--..
"'' !"'. -..N ' Arbuckle
' r-.. -+- Hunton, Elenberl!l!r

'
10 20 50 100

Sw-irr.%

Figure 14.7 Lines of constant cpSw at irreducible for common formations.

E MPIRI CA L PE RMEAB I LI T Y CHA RT

100

•
90
00
10
00
00
..
•o "a:....'..
)0

"
..
"e'
20

10
w

J
..
0. . : .
' ......
.
;:;
:>
0
...
"'

10 2 •o IOO 200 000 1

0 0
PCAMC M I LLI
ABIUTY DARC I [$
Figure 14.8 Alternative permeability chart. After Elgen.
20 Formation Evaluation with Pre-Digital Well Logs

14.6 Kozeny-Carman correlation

The Kozeny-Carman correlation relates permeability to both porosity and
specific surface area of a porous system. Hopefully porosity can be derived
from pre-digital logs as covered in Chapters 4 through 7. However, the spe
cific surface area is not something that is simple to measure or to calculate
from any known well logs. All is not lost; however, since the basic Kozeny
correlation is a combination of a porosity-dependent function and a pore
structure constant. The first is simple to compute from:

Korelasi Kozeny-Carman menghubungkan permeabilitas dengan porositas dan

luas permukaan spesifik dari sistem berpori. Mudah-mudahan porositas dapat
diturunkan dari log pra-digital seperti yang dibahas dalam Bab 4 sampai 7.
Namun, luas permukaan spesifik bukanlah sesuatu yang sederhana untuk diukur
atau dihitung dari log sumur yang dikenal. Semua tidak hilang; namun, karena
korelasi Kozeny dasar adalah kombinasi dari fungsi yang bergantung pada
porositas dan konstanta struktur pori. Yang pertama sederhana untuk dihitung
dari:<P3
k = Constant X
(1-<P)2
Fig. 14.9 plots the basic Kozeny function with an arbitrary constant
5
value set to 10 .
The controlling parameter in any rock system is the pore throat radius.
That is what fundamentally controls permeability and hence fluid flow.
A good indicator of pore throat radius, in tum, is the irreducible water satura
tion. If Sw-irr is high, then the pore throats are small and vice versa. High
perm reservoirs have low irreducible water saturations. This opens the door
for use to be made of pre-digital porosity estimates to be coupled with water
saturation estimates above the top of the transition zone to set up a local cali
bration for a Kozeny-type permeability algorithm. The shape of the porosity
versus permeability graph (Fig. 14.9) will be the same; just the values on the
Y-axis will change depending on local calibration. This is effectively just a
question of moving the whole curve, shown on Figure 4.9, up or down the
page depending on the characteristics of the flow unit of interest.
Parameter pengontrol dalam sistem batuan apa pun adalah jari-jari pori
tenggorokan. Itulah yang pada dasarnya mengontrol permeabilitas dan
karenanya aliran fluida. Indikator yang baik dari radius pori tenggorokan, pada
gilirannya, adalah saturasi air yang tidak dapat direduksi. Jika Sw-irr tinggi,
maka pori-pori tenggorokan kecil dan sebaliknya. Reservoir perm tinggi
memiliki saturasi air tak tereduksi yang rendah. Ini membuka pintu untuk
digunakan untuk membuat perkiraan porositas pra-digital untuk digabungkan
dengan perkiraan saturasi air di atas bagian atas zona transisi untuk menyiapkan
kalibrasi lokal untuk algoritma permeabilitas tipe Kozeny. Bentuk grafik
porositas versus permeabilitas (Gbr. 14.9) akan sama; hanya nilai pada sumbu Y
yang akan berubah tergantung pada kalibrasi lokal. Ini secara efektif hanya
masalah memindahkan seluruh kurva, yang ditunjukkan pada Gambar 4.9, ke
atas atau ke bawah halaman tergantung pada karakteristik unit aliran yang
diinginkan.
 Permeability estimates 203

10,000.0

10
§ 00.0
'+:l
u 1
c:
..El 00.0
;...
c:
ll.)
N
1
0 0.0

LO

0 0.05 0.1 0.15 0.10.2 0.25 0.3 0.35

Fractional porosity
Figure 14.9 Basic Kozeny function versus porosity.
14.7 Raymer and Freeman
A variation on the resistivity gradient method for deternllning permeability
is offered by the Raymer and Freeman method. They used a general expres
sion based on the porosity and transition zone length, that is, the height in
the reservoir from the free water level to the top of the transition zone
where irreducible water saturation is reached. They offered two versions of
their formula, one for oil-water cases and another for gas-water. Their
equations are as follows:
Sebuah variasi pada metode gradien resistivitas untuk menentukan
permeabilitas ditawarkan oleh metode Raymer dan Freeman. Mereka
menggunakan ekspresi umum berdasarkan porositas dan panjang zona
transisi, yaitu ketinggian reservoir dari permukaan air bebas ke puncak zona
transisi di mana saturasi air tak tereduksi tercapai. Mereka menawarkan dua
versi formula mereka, satu untuk wadah minyak-air dan satu lagi untuk air-
gas. Persamaan mereka adalah sebagai berikut:
2
122 }
k = ¢{h( pw _ ) for water-oil systems

and
2
140
k = ¢ h( pw _ Pg) for water-gas systems
{ }

Note that the water, oil, and gas densities are in g/cc, h is in ft, poros
ity is fractional, and k is in mD.
Perhatikan bahwa massa jenis air, minyak, dan gas dalam g/cc, h dalam ft,
porositas dalam pecahan, dan k dalam mD.

14.8 SP and core permeability correlations

A seminal paper published by Archie in 1950 showed core and log data
gathered in a sand-shale sequence from an Eocene- Wilcox sandstone in
Mercy Texas. Archie noticed that there was a fairly good correlation
between the SP deflection in millivolts and the core derived permeability,
measured in mD. His data are given in the table and graph below
(Fig. 14.10).
Makalah mani yang diterbitkan oleh Archie pada tahun 1950 menunjukkan
data inti dan log yang dikumpulkan dalam urutan serpih pasir dari batu pasir
Eosen-Wilcox di Mercy Texas. Archie memperhatikan bahwa ada korelasi
yang cukup baik antara defleksi SP dalam milivolt dan permeabilitas
turunan inti, yang diukur dalam mD. Datanya diberikan dalam tabel dan
grafik di bawah ini
SP k 100
1 0.
2 0. 10
4 0
0
5 .
0
0 .
 6 0
-
6 0 I. 0.1
7 0
0 .01
8 0
0
8 4.
0 001
1 2 0 2 4 60 8 1 1
0
1 0
2 0 0 0 0 2
SP
1 8 mV
0 0
Figure 14.10 SP and permeability correlation.
 A "best fit" line of the data points gives an expression for permeability
in terms of SP deflection for this particular dataset as:

Garis "paling sesuai" dari titik data memberikan ekspresi permeabilitas

dalam hal defleksi SP untuk kumpulan data khusus ini sebagai:

k = 10CHU-4)

While this fit worked well for Archie in Mercy Texas, it may not be
applicable elsewhere, and the reader is urged to build custom correlations
where core permeabilities and SP logs are available to suite particular plays
of interest.

Meskipun kecocokan ini bekerja dengan baik untuk Archie di Mercy

Texas, ini mungkin tidak berlaku di tempat lain, dan pembaca didesak untuk
membangun korelasi khusus di mana permeabilitas inti dan log SP tersedia
untuk menyesuaikan permainan tertentu yang diminati.

14.9 Summary
There are a number of relatively simple methods for determine perme
ability :from pre-digital well logs. The required inputs can be as simple as
a resistivity log or may require additional porosity information coupled
with some knowledge of reservoir fluids. The reader is referred to
Chapter 3 for help on resistivity logs and to Section III for pointers on
porosity estimation from Chapters 4 through 9.

Ada sejumlah metode yang relatif sederhana untuk menentukan

kemampuan perme: dari log sumur pra-digital. Input yang diperlukan dapat
sesederhana log resistivitas atau mungkin memerlukan informasi porositas
tambahan ditambah dengan beberapa pengetahuan tentang fluida reservoir.
Pembaca dirujuk ke Bab 3 untuk bantuan tentang log resistivitas dan ke
Bagian III untuk petunjuk tentang estimasi porositas dari Bab 4 sampai 9.

Further reading
Carman, P.C., 1938. The detennination of the specific surface of powders. J. Soc. Chem.
Ind. Trans. 57, 225.
Carman, P.C., 1956. Flow of Gases Through Porous Media. Butterworths Scientific
Publications, London.
Coates, G.R., Dumanoir, J. L., 1973. A new approach to improved log-derived perme
ability. SPWLA Fourteenth Annual Logging Symposium, 6-9 May.
Kozeny, J., 1927. Ueber kapillare Leitung des Wassers im Boden. Wien, Akad. Wiss. 136
(2a), 271.
Morris, R.L., Biggs, W.P., 1967. Using log-derived values of water saturation and poros
ity. Transactions of the SPWLA 8th Annual Logging Symposium.
Raymer, L.L., Freeman, P.M., 1984. In-situ determination of capillary pressure, pore
throat size and distribution, and permeability from wireline data. SPWLA Twenty
Fifth Annual Logging Symposium, 10-13June.
Rose, W., Wyllie, M.RJ., 1949. A note on the theoretical description of wetting liquid
relative permeability data. Pet. Trans. AlME, 1 (9).
Timur, A., 1968. An investigation of permeability, porosity, & residual water saturation
relationships for sandstone reservoirs. Log Analyst IX (4), SPWLA-1968-vIXn4a2.
Wyllie, M.RJ., Gregory, A.R., 1955. Fluid flow through unconsolidated porous aggre
 gates, effects of porosity and particle shape on kozeny-carman constant. Indus, Eng.
Chem. 47, 1379-1388.
Wyllie, M.RJ., Rose, W.D., 1950. Application of the Kozeny equation to consolidated
porous media. Nature 165, 972.
Wyllie, M.RJ., Splanger, M.B., 1952. Application of electrical resistivity measurements to
problem of fluid flow in porous media. Bull. Am. Assoc. Pet. Geol. 36, 359-403.