0% found this document useful (0 votes)
68 views

01 Finite Difference Methods

This document outlines a course on finite difference methods for unsteady open channel flow. The course aims to teach students how to analyze and solve unsteady open channel flow problems using numerical methods. It covers the basic equations of unsteady flow, method of characteristics, and numerical solution techniques like finite difference methods. Students will learn how to develop numerical models to simulate unsteady open channel flow conditions.
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
68 views

01 Finite Difference Methods

This document outlines a course on finite difference methods for unsteady open channel flow. The course aims to teach students how to analyze and solve unsteady open channel flow problems using numerical methods. It covers the basic equations of unsteady flow, method of characteristics, and numerical solution techniques like finite difference methods. Students will learn how to develop numerical models to simulate unsteady open channel flow conditions.
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 69

UNSTEADY FLOW IN OPEN CHANNEL

FINITE DIFFERENCE METHODS

Bambang Adi Riyanto


Joint Master Degree
in Water Resources Engineering
UNPAR – HOHAI UNIVERSITY
Merdeka Street Bandung
1
Syllabus of the Course
• Course objective/Expected competency:
 Students are able to analyze and solve problems involving
unsteady flow in open channels.
• Course content:
 Introduction
 Basic Equation of Unsteady Flow
 Method of the Characteristics
 Numerical Methods of Solution of the Unsteady Flow
Equations
 Simplified Equation of Unsteady Flow
 Practical Examples of Gradually Varied Unsteady Flow
 Rapidly Varying Flow
 Sudden Water Release

2
Syllabus of the Course
• Assignments:
 Before midterm exam
 Problem solving related to Method of Characteristic and
unsteady flow equations by numerical methods.
 After midterm exam
 Development of a numerical model of open channel flow
model under unsteady flow regime.
• References:
 K.Mahmood and V.Yevjevich,eds., 1975, Unsteady Flow in
Open Channels, Water Resources Pubilcations, Vol.1,
Fort Collins, Colorado
 K.Mahmood and V.Yevjevich,eds., 1975, Unsteady Flow in
Open Channels, Water Resources Pubilcations, Vol.2,
Fort Collins, Colorado.
 Chow, Ven Te, Maidment, David R, Mays, Larry W., 1988,
Applied Hydrology, McGraw-Hill.

3
Course Session
Sessi Specific objectives Topic Content Learning References
on methods
1 Students are able to Introduction Unsteady Flow in Open Lecture [1] Chapter
understand problems Channels 1, page 1-22
involving unsteady flow in Historical Development of
open channels. Unsteady Open Channel
Flow Equations.
Problems Involving
Unsteady Flow in Open
Channels
2 Students are able to Basic Equation of Basic Derivation Lecture [1] Chapter 2
understand the Unsteady Flow Additions to the Equations page 29-56
development of the two Assumptions and
partial differential Approximations
equations Integral Equations
3 Students are able to Method of the Outline of the Method Lecture and [1] Chapter 3
4 understand The MOC Characteristics Matrix Formulation of the assignment page 63-88
technique where the Indeterminacy Condition
problem of solving two Characteristics Directions
simultaneous PDE can be and Algoritmic Structures
replaced by the problem of An Alternative Formulation
solving four ordinary of the Method of
differential equations Characteristics
5 Students are able to solve Numerical Methods of The Methods of Lecture and [1] Chapter
6 the unsteady flow Solution of the Unsteady Characteristics assignment 4. page 89-
equations by using Flow Equations The Finite Difference 172
numerical methods Methods
The Unstable Method
The Diffusive Scheme
Preissmann Implicit Scheme
Midterm Exam
4
Course Session
7 Students are able to apply Simplified Equation of Linearization of Equations Lecture and [1] Chapter
simplified equation of Unsteady Flow Kinematic Routing assignment 5. page 183-
unsteady flow for 246
simplified versions of the
two partial differential
equations for gradually-
varied flow

8 Students are able to model Practical Examples of Representation of Physical Lecture and [1] Chapter
an open channel flow in Gradually Reality on One-Dimensional assignment 10. page 383-
systems such as a river Varied Unsteady Flow Models 400
reach, a tailrace or a river Model Calibration
basin Boundary Concitions
9 Students are able to Rapidly Varying Flow Different Forms of Surges Lecture and [2] Chapter
10 understand the unsteady Engineering Solutions for assignment 14. page 539-
rapidly varying flow and Steep Front Surges 578
are able to solve for the Mathematical Model of
steep front surge Surges
11 Students are able to solve Sudden Water Release Classification of Sudden Lecture and [1] Chapter
12 outflow hydrographs Water Releases assignment 5. page 587-
through dam breaches Complexities and 662
Simplifications in Practical
Solutions
Outflow Hydrographs
Through Dam Breaches
Final Exam

5
Types of Flow
• Open-channel flow can be classified into many types and
described in various ways.
• The following classification is made according to the
change in flow depth with respect to time and space

6
7
Persamaan yang digunakan untuk simulasi Hidrodinamik
adalah persamaan SAINT-VENANT, yang dikembangkan
dengan asumsi :
– Aliran 1 Dimensi, kedalaman dan kecepatan hanya berubah
pada arah memanjang saluran.
– Aliran berubah lambat laun sepanjang saluran sehingga
berlaku tekanan hidrostis dan percepatan vertikal dapat
diabikan.
– As saluran dianggap garis lurus.
– Kemiringan dasar saluran kecil dan dasar saluran tetap,
pengaruh gerusan dan endapan diabaikan.
– Kehilangan energi akibat gesekan dianggap sama dengan
kondisi aliran seragam sehingga rumus Chezy atau Manning
berlaku.
– Air dianggap sebagai cairan tak termampatkan dengan
kerapatan tetap pada seluruh aliran.
8
9
• Persamaan Saint Venant di atas dalam bentuk
Persamaan Diferensial Parsial, dan tidak dapat
diselesaikan secara analitis karena sifatnya Non Linier
• Untuk menyelesaikan, dicari solusinya dengan
pendekatan Numerik
• Metode penyelesaian dapat diklasifikasikan menjadi 2:
– Metode Karakteristik
– Metode Numerik Langsung
• Pada metode Numerik Langsung biasanya digunakan
pendekatan Beda Hingga (Finite Difference)

10
Metode Beda Hingga
 Dengan metode ini persamaan diferensial diubah
(didekati) menjadi persamaan beda hingga :
∂ ∆ ∂ ∆
≅ ; ≅
∂t ∆t ∂x ∆x
∆t (atau ∆x, ∆y, ∆z )
∂Q (atau ∂V , ∂h)
∂t (atau ∂x, ∂z )
∆Q (atau ∆V , ∆h)
Sumbu Q,V,h

Sumbu Q,V,h

Sumbu space (x,y,z) atau Waktu (t) Sumbu space (x,y,z) atau Waktu (t)

Kontinyu Diskrit 11
Metode Beda Hingga
 Pendekatan beda hingga dari suatu fungsi h(x)
menggunakan deret Taylor sebagai berikut :

h(X + ∆x) i+1

h(X) i
h(X - ∆x) i-1

Jarak X
X - ∆x X X + ∆x
12
Metode Beda Hingga
 Ekspansi h(x) pada h(x+∆x) menghasilkan :
h( x + ∆x) = h( x) + ∆x h' ( x) + 12 ∆x 2 h' ' ( x) + 16 ∆x 3 h' ' ' ( x) + 
1
dimana :
∂h ∂ 2h
h' ( x ) = ; h' ' ( x ) = 2
∂x ∂x
 Ekspansi h(x) pada h(x-∆x) menghasilkan :
h( x − ∆x) = h( x) − ∆x h' ( x) + 12 ∆x 2 h' ' ( x) − 16 ∆x 3 h' ' ' ( x) + 
2
13
Metode Beda Hingga
 Pendekatan Central-Difference diperoleh
dengan mengurangkan pers. 1) dan 2) :
h( x + ∆x) − h( x − ∆x) = 2∆x h' ( x) + 0(∆x )
3

dimana 0(∆x3) menunjukkan sisa yang berisi


variabel orde tiga atau lebih tinggi. Dengan
mengabaikan 0(∆x3) (0(∆x3 ≈ 0)) :

h( x + ∆x) − h( x − ∆x)
h' ( x ) ≈ 3
2∆x
Persamaan 3) mempunyai kesalahan orde ∆x2
(orde 2)
14
Metode Beda Hingga
 Pendekatan Forward-Difference diperoleh
dengan mengurangkan h(x) dari pers. 1)
h( x + ∆x) − h( x) = ∆x h' ( x) + 0(∆x 2 )

sehingga :
h( x + ∆x) − h( x)
h' ( x ) ≈ 4
∆x
Persamaan 4) mempunyai kesalahan orde ∆x
(orde 1)

15
Metode Beda Hingga
 Pendekatan Backward-Difference diperoleh
dengan mengurangkan h(x) dari pers. 2)
h( x) − h( x − ∆x) = ∆x h' ( x) + 0(∆x 2 )

sehingga :
h( x) − h( x − ∆x)
h' ( x ) ≈ 5
∆x
Persamaan 4) mempunyai kesalahan orde ∆x
(orde 1)

16
 Selanjutnya hanya akan dibahas Model 1
Dimensi, hanya ada sumbu x dan t
 Persamaan Kontinuitas dalam bentuk diskrit :
∆Q ∆A
+ =q
∆x ∆t
 Persamaan Momentum dalam bentuk diskrit :
∆V ∆V ∆y
+V +g − g (S0 − S f ) = 0
∆t ∆x ∆x
 Dengan adanya bentuk ∆x, maka saluran/sungai
harus dibagi-bagi menjadi potongan-potongan
sepanjang ∆x

17
 Dengan adanya bentuk ∆t, maka perhitungan
harus dilakukan secara bertahap dengan interval
waktu ∆t setiap tahapnya
 Maka dapat digambarkan sistem grid point x-t
sebagai berikut :
∆x ∆x
Waktu t
Kondisi batas hulu

Kondisi batas hilir


j,n+1 j+1,n+1
(n+1)∆t
∆t
n∆t
j-1,n j,n j+1,n ∆t
(n-1)∆t

Kondisi Awal
0 (j-1)∆x j∆x (j+1)∆ Jarak x
19
x
 Pembagian sistem saluran/sungai menjadi
potongan-potongan dengan panjang ∆x disebut
Skematisasi Sistem saluran/Sungai

Simpul

∆x3

Ruas

Skematisasi Sistem Saluran/Sungai


20
21
Diskretisasi Persamaan
• Penjabaran persamaan beda hingga yang
merupakan pendekatan dari persamaan diferensial
disebut : Diskretisasi Persamaan
• Ada banyak sekali cara diskretisasi persamaan ini,
tetapi dapat dikelompokkan ke dalam 2 grup
metoda :
– Metoda Eksplisit
– Metoda Implisit

22
Metoda Eksplisit dan Implisit
• Eksplisit :
– Nilai h (atau Q, V) di suatu titik pada langkah
waktu tertentu dihitung sepenuhnya dari nilai
–nilai pada langkah waktu sebelumnya.
• Implisit :
– Nilai h (atau Q, V) di suatu titik pada langkah
waktu tertentu dihitung dari nilai –nilai pada
langkah waktu sebelumnya dan langkah
waktu yang sama.

23
Metoda Eksplisit dan Implisit

t t

∆t ∆t

∆x x ∆x x

Metoda Eksplisit Metoda Implisit

24
Metoda Eksplisit
t
t3 Nilai dihitung :
h, Q, atau V
Kondisi batas hulu

Kondisi batas hilir


t2

t1

∆t

t0
∆x Kondisi Awal x

25
Metoda Implisit
t
t3 Nilai dihitung :
h, Q, atau V

Kondisi batas hilir


t2
Kondisi batas hulu

t1

∆t

t0
∆x
Kondisi Awal x

26
Contoh Skema Eksplisit
Beberapa contoh skema Eksplisit dan Diskretisasi
menurut skema tersebut :
– Forward difference in x, Forward difference in t
∆x ∆x
Waktu t ∂h h nj +1 − h nj

∂t ∆t
Kondisi batas hulu

Kondisi batas hilir


j, n+1
(n+1)
∆t ∂h h nj+1 − h nj

n
j, n j+1,n ∂x ∆x
∆t
(n-1)

Kondisi Awal
0 (j-1) j (j+1) Jarak x

27
Contoh Skema Eksplisit
Beberapa contoh skema Eksplisit dan Diskretisasi
menurut skema tersebut :
– Backward difference in x, Forward difference in t
∆x ∆x
Waktu t ∂h h nj +1 − h nj

∂t ∆t
Kondisi batas hulu

Kondisi batas hilir


j, n+1
(n+1)
∆t ∂h h nj − h nj−1

n
j-1,n j, n ∂x ∆x
∆t
(n-1)

Kondisi Awal
0 (j-1) j (j+1) Jarak x

28
Contoh Skema Eksplisit
Beberapa contoh skema Eksplisit dan Diskretisasi
menurut skema tersebut :
– Centered difference in x, Forward difference in t
∆x ∆x
Waktu t ∂h h nj +1 − h nj

∂t ∆t
Kondisi batas hulu

Kondisi batas hilir


j, n+1
(n+1)
∆t ∂h h nj+1 − h nj−1

n
j-1,n j,n j+1,n
∂x 2∆x
∆t
(n-1)

Kondisi Awal
0 (j-1) j (j+1) Jarak x

29
Kriteria Courant
Metoda Eksplisit akan stabil bila memenuhi kriteria
Courant : ∆x
∆t ≤
gh
• Kriteria Courant berarti : kecepatan rambat gelombang
numerik harus lebih besar dari kecepatan rambat gelombang
sesungguhnya.
• Untuk metoda Implisit, tidak ada pembatasan demikian.
• Dengan adanya pembatasan Courant tersebut, bila pada
suatu skematisasi terdapat ∆x yang kecil dan dalam air yang
besar, akan mengakibatkan ∆t yang kecil yang akan
mempengaruhi sistem yang lain.
• Metoda Implisit sebaliknya tak terpengaruh hal tersebut di
atas, sehingga secara umum lebih disukai.
30
Contoh
Suatu gelombang panjang akan dihitung dengan metoda
Eksplisit dengan ∆x = 5 km dan h = 5 m, maka sesuai kriteria
Courant :

∆t≤(5.000)/(√(9,8 ×5)) = 714 detik ≈11,9 menit.

Karena periode gelombang bisa beberapa hari, maka


diperlukan langkah waktu yang besar untuk simulasi

31
Contoh Skema Implisit
Beberapa contoh skema Implisit dan Diskretisasi
menurut skema tersebut :
– Skema 4 titik
∆x ψ 1-ψ

Waktu t ∂h  h nj +1 − h nj   h nj++11 − h nj+1 


≈ (1 −ψ )   +ψ  
∂t  ∆ t   ∆ t 
j, n+1 j+1,n+1
(n+1) ∂h  h nj+1 − h nj   h nj++11 − h nj +1 
1-θ ≈ (1 − θ )   +θ  
θ ∂x  ∆ x   ∆ x 
n
j, n j+1,n ∆t

0 j (j+1) Jarak x
Skema Preismann
32
Contoh Skema Implisit
– Skema 6 titik
∆x ∆x
n +1
∂h h j − h j
n
Waktu t

∂t ∆t
j-1,n+1 j, n+1 j+1,n+1
(n+1) ∂h  h nj+1 − h nj−1   h nj++11 − h nj−+11 
1-θ ≈ (1 − θ )   +θ  
∂x  2 ∆x   2 ∆x 
θ
n
j-1,n j, n j+1,n ∆t

0 j (j+1) Jarak x

Untuk skema CRANK NICHOLSON, nilai θ = 0,5

33
Stabilitas, Konsistensi, Akurasi, Konvergensi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemilihan skema diskretisasi dan penentuan
∆x dan ∆t, antara lain :
– Stabilitas
– Konsistensi
– Akurasi
– Konvergensi

34
Stabilitas
Suatu skema numerik disebut stabil bila fluktuasi hasil
hitungnya pada waktu t tidak semakin membesar pada
langkah waktu berikutnya atau dengan kata lain kesalahan
akibat pembulatan dan skema numerik yang digunakan
tidak boleh semakin membesar dari waktu ke waktu

h h

t t
Tidak Stabil Stabil

35
36
37
Stabilitas
Ada 3 macam kondisi stabilitas :
– Stabil tanpa syarat
– Stabil bersyarat
– Tidak stabil

38
Region of Influence
C- C+
t
dx/dt = V - C
Region of dx/dt = V + C
Influence
tn

C=√(g × A/B)

tn-1
A x

• Penjelasan tentang Region of Influence dengan melihat suatu


fenomena perambatan riak gelombang di permukaan air seperti
gambar di atas.
• Sebuah batu yang dijatuhkan ke dalam air akan menimbulkan
gerakan perambatan gelombang pada permukaan sepanjang waktu
(t) pada semua arah, yaitu arah X+ dan X-

39
Region of Influence
• Bila gerakan tersebut digambarkan pada bidang X-t,
maka suatu gerakan di titik A akan merambat ke hulu
mengikuti trayektori (lintasan) C- dan ke arah hilir
mengikuti trayektori C+
• Bidang yang dibatasi C- dan C+ inilah yang dipengaruhi
oleh suatu gerakan di A pada saat t = n-1. Daerah inilah
yang disebut Region of Influence

40
Domain of Independence
t C- C+
tn
D

Domain of
Independence

tn-1
A B x
• Sebuah titik D di bidang X-t mempunyai daerah
ketergantungan yang dibatasi oleh dua trayektori
gerakan yang datang dari titik A (C+) dan B (C-)

41
Domain of Independence
• Skema Eksplisit :
t C- C- C+ C+
tn
F
Domain of
Independence
E
tn-1

C ∆x A ∆x B ∆x D x
Titik batas hilir (node)
Titik batas hulu (node)

42
Domain of Independence
• Domain of Independence titik F adalah segitiga
CDF, jadi nilai F tergantung pada nilai-nilai di titik
C, A, B dan D.

• Bila dihitung dari nilai di titik-titik A dan B saja,


terjadi kekurangan informasi sehingga dapat
menyebabkan instabilitas.
 A  ∆x
• Syarat stabilitas : Cr = V ± g  <1
 B  ∆t

43
Domain of Independence
• Skema Implisit :
t C- C+

tn

Domain of
Solution
tn-1
∆x ∆x ∆x x
Titik batas hilir (node)
Titik batas hulu (node)

44
Domain of Independence
• Penyelesaian persamaan dilakukan sekaligus dengan
melibatkan seluruh simpul, karenanya domanin dari
solusinya adalah seluruh simpul dari batas hulu hingga
batas hilir

• Karena itu tidak terjadi kekurangan informasi seperti


pada skema Eksplisit. Konsekwensinya ∆t dapat
diperbesar

45
Konsistensi
• Suatu skema beda hingga disebut konsisten bila
uraian persamaan beda hingganya semakin
mendekati persamaan diferensialnya untuk
∆x→0 dan ∆t→0

46
Konvergensi
• Suatu solusi persamaan beda hingga disebut
Konvergen bila semakin mendekati solusi
persamaan diferensialnya (eksak) dengan
semakin mengecilnya ∆x dan ∆t

47
Akurasi
• Akurasi hasil suatu model ditentukan oleh
banyak hal, antara lain :
– Akurasi skematisasi
– Akurasi numerik
• Akurasi numerik sangat ditentukan oleh jenis
skema beda hingga yang dipakai. Kesalahan
yang ditimbulkannya disebut “truncation error”
• Representasi gelombang hasil hitungan harus
mendekati yang sebenarnya, baik bentuk,
perambatan maupun peredamannya

48
Bentuk
h Bentuk Sebenarnya

Bentuk Hasil Hitungan

∆x1 ∆x2 ∆x3 X


h
Bentuk Sebenarnya

Bentuk Hasil Hitungan

∆t ∆t ∆t t

49
Perambatan dan Peredaman
h Perambatan Posisi hasil hitungan pada t = t1
t=0
Posisi seharusnya pada t = t1

Kesalahan posisi karena kesalahan numerik

X
h Peredaman
t=0 Redaman seharusnya

Redaman akibat Bentuk seharusnya pada t = t1


kesalahan numerik
Bentuk hasil hitungan pada t = t1

X 50
Pengaruh Kondisi Awal dan Kondisi Batas

t6

t5
C-
C- t4 C+
Kondisi batas hulu

Kondisi batas hilir


C+
t3
C

t2

t1
Kondisi Awal
t0
A B

51
• Dalam suatu simulasi biasanya kondisi awal tidak diketahui, jadi
digunakan nilai sembarang yang salah.
• Di sisi lain kondisi batas biasanya diketahui (dari pengukuran atau
peramalan atau perhitungan).
• Kondisi awal diterapkan pada semua simpul pada t = t0.
• Kondisi batas terdapat pada simpul batas hulu dan hilir sepanjang
waktu.
• Di luar segi tiga ABC pengaruh kondisi awal(nilai salah) bercampur
dengan kondisi benar dari kondisi batas.
• Karena dari waktu ke waktu tidak ada tambahan informasi nilai
salah, sementara tambahan nilai benar selalu ada, maka pengaruh
nilai salah semakin mengecil sehingga suatu saat dapat diabiakan.
• Kondisi model setelah saat itu disebut steady state atau stasioner.
Pada kondisi ini hasil hitungan sudah benar.
52
SKEMA EKSPLISIT
• Pada waktu (n+1), dalam air pada pada waktu (n) telah
diketahui baik dari kondisi awal atau hasil perhitungan
sebelumnya.
• Jika digunakan persamaan kontinuitas dan persamaan
momentum di bawah, untuk perhitungan antara waktu
(n) dan (n+1), variabel Qin dan yin telah diketahui untuk i
= 1,2,3, …..,N.
• Variabel yang tidak diketahui adalah Qin+1 dan yin+1,
untuk i = 1,2,3,….N. A dan Sf merupakan fungsi dari Q
dan y.
• Untuk skema beda hingga eksplisit, persamaan aljabar
dapat disusun untuk menentukan kondisi aliran pada
setiap simpul (node) dari grid perhitungan.
• Persamaan beda hingga sebagai berikut:
53
54
55
56
57
SKEMA IMPLISIT
• Pada skema beda hingga implisit, nilai variabel pada waktu
(n+1) maupun (n) digunakan untuk menghitung diferensial
waktu maupun ruang pada persamaan Saint Venant.
• Akan terbentuk persamaan aljabar non linier yang harus
diselesaikan secara simultan untuk memperoleh nilai variabel
yang tidak diketahui pada waktu (n+1).
• Misalkan panjang total saluran dibagi menjadi (N-1) segmen,
maka setiap interval waktu perhitungan, akan terdapat 2N
bilangan tak diketahui : Qin+1 dan yin+1 untuk i = 1, 2, 3 …., N.
• Jumlah persamaan yang dapat dikembangkan berdasarkan
persamaan kontinuitas dan momentum adalah 2N – 2.
• Kekurangan dua persamaan di atas diperoleh dari kondisi
batas hulu dan kondisi batas hilir.

58
SKEMA IMPLISIT
• Untuk aliran subkritis, diperlukan kondisi batas hulu dan hilir,
sedangkan untuk aliran superkritis diperlukan dua kondisi
batas pada bagian hulu.
• Banyak skema implisit yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, berikut akan diuraikan
Skema Implisit 4 titik dari Preissman
• Formulasi berikut untuk rumus kontinuitas dan momentum di
bawah.

59
Persamaan pada ruas

60
Persamaan pada ruas

61
Persamaan pada ruas

62
Persamaan Kondisi Batas

63
Prosedur Penyelesaian

64
Prosedur Penyelesaian

65
Prosedur Penyelesaian

66
Prosedur Penyelesaian

67
Prosedur Penyelesaian

68
Prosedur Penyelesaian

69
Prosedur Penyelesaian

70

You might also like