0% found this document useful (0 votes)
218 views11 pages

Analisis Kesalahan Bahasa Inggris Pada Tataran Fonologis

This document discusses phonological errors made by students learning English at the English Department of Trunojoyo Madura University. It analyzes errors in pronouncing consonant and vowel sounds in English words. The results show errors in consonant pronunciation take the form of sound replacement or replacing voiced sounds with voiceless sounds. Errors in vowel pronunciation include replacing one vowel with another, shortening schwa sounds, and simplifying vowel sounds. The factors determining these errors are interlingual and intralingual influences.

Uploaded by

aulia alwina a
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
218 views11 pages

Analisis Kesalahan Bahasa Inggris Pada Tataran Fonologis

This document discusses phonological errors made by students learning English at the English Department of Trunojoyo Madura University. It analyzes errors in pronouncing consonant and vowel sounds in English words. The results show errors in consonant pronunciation take the form of sound replacement or replacing voiced sounds with voiceless sounds. Errors in vowel pronunciation include replacing one vowel with another, shortening schwa sounds, and simplifying vowel sounds. The factors determining these errors are interlingual and intralingual influences.

Uploaded by

aulia alwina a
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INGGRIS PADA TATARAN

FONOLOGIS

Diva Wenanda
Suci Suryani
Program Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura

Abstract
Every second language learner cannot be free from making mistake since making
mistake is part of learning process (Brown, 2000). This process is also experienced
by English Learners in Indonesia. One of the aspects that second/foreign language
learners often make is phonological aspect. Error in phonological aspect can be in
the level of single sound in second/foreign language word. For instance, Indonesian
learners make mistake when uttering the letter g in the word finger. It is often that
learners utter /flɳ ʤər/ instead of /flŋɡ ər/. This phonological error also happen in
the word level. For example, when uttering the word occur, which should be uttered
as /ə’kər/, learners tend to utter it as /‘Ɔ kjur/. These mistakes or errors are not only
made by freshmen of English Department of University of Trunojoyo Madura, but
also made by senior.
This research aims to identify and describe the phonological errors of uttering
English words made by students of English department of UTM. This research
applied qualitative approach whose subjects are students of semester 4 of English
department of UTM who attended classes of speaking IVA and of speaking IVB.
Data collection was conducted by recording the students’ utterances during the
class. The data are the words containing errors in phonological aspects. The data
was the transcribed to ease the data analysis.
The result indicates that errors in uttering consonant sound are in the form of sound
replacement with the surrounding/similar sound as well as the replacement of
voiced sound with voiceless sound. While for the errors in uttering vowel sound, the
errors are in the form of replacing vowel sound with another vowel sound,
shortening schwa sound, simplifying vowel soun. The factors that determine the
errors are interlingual and intralingual.

Keywords: error analysis, phonology, consonant sound, vowel sound

LATAR BELAKANG
Setiap pembelajar bahasa kedua/bahasa asing tidak pernah lepas dari berbuat
kesalahan. Kesalahan tersebut merupakan bagian dari proses belajar (Brown, 2000).
Hal ini juga terjadi pada pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. Salah satu
kesalahan yang sering dilakukan oleh pembelajar bahasa Inggris adalah dalam aspek
fonologis.
Kesalahan aspek fonologis ini dapat berupa kesalahan pengucapan bunyi
tunggal dalam sebuah kata. Sebagai contoh, pembelajar mengucapkan bunyi /ɡ/
dalam kata finger. Pembelajar sering melafalkan kata /flŋɡər/ dengan /flɳʤər/.
Kesalahan aspek fonologis juga terjadi pada level pelafalan kata. Sebagai contoh,
kata occuryang seharusnya dilafalkan /ə’kər/, tetapi pembelajar bahasa Inggris
melafalkan kata tersebut dengan /‘Ɔkjur/. Kesalahan-kesalahan tersebut tidak hanya

145
146 Volume X, Nomor 2, Juli 2016

dibuat oleh mahasiswa-mahasiswa semester awal, tetapi juga dibuat oleh mahasiswa
semester akhir.
Odden (2006) menyatakan bahwa pelafalan kata termasuk dalam area bidang
ilmu fonologi. Fonologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji
tentang struktur bunyi dalam sebuah bahasa. Lebih lanjut, menurut Odden, fonologi
meliputi dua bidang kajian, yaitu fonemik dan fonetik. Fonemik merupakan bidang
ilmu yang mengkaji distinctive sound; sementara fonetik adalah bidang ilmu yang
mengkaji speech sound atau bagaimana suatu bunyi diucapkan (Richards, Platt, &
Weber, 1992 dalam Tiono dan Yustanto, 2008).Sementara itu, Ur (1996)
menyatakan bahwa pronunciation meliputi tiga aspek, yaitu bunyi atau fonologi,
stressdan rythm, serta intonasi.
Brown (dalam Tiono dan Yostanto, 2008) menegaskan bahwa yang harus
dipahami pembelajar bahasa Inggris tentang pelafalan (pronunciation) adalah
bahwa pembelajar bahasa harus yakin bahwa mereka dapat mengkomunikasikan
pesan yang ingin disampaikan secara efektif dan pesan tersebut dapat dipahami.
Salah satu aspek penting yang sangat menunjang tersampaikan atau tidaknya sebuah
pesan yang ingin dikomunikasikan oleh partisipan dalam sebuah kegiatan
komunikasi adalah pelafalan kata.
Melafalkan kata dengan benar merupakan hal yang esensial dalam berbahasa
Inggris karena pelafalan yang berbeda dapat memberikan arti yang berbeda. Sebagai
contoh, kata now, know, dan no. Pembelajar bahasa Inggris seringkali melafalkan
kedua kata tersebut sama yaitu /no/. Kesalahan pelafalan tersebut tentu
menimbulkan kesalahan dalam memahami ucapan pembicara pada orang yang
mendengarkan ucapan tersebut. Akibatnya akan terjadi kesalahpahaman bagi kedua
partisipan dalam komunikasi.
Artikel ini akan mendeskripsikan kesalahan-kesalahan pelafalan/pengucapan
bunyi konsonan dan vocal dalam bahasa Inggris yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura serta faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut.

LANDASAN TEORI
Bunyi Vokal
Seperti halnya pada bahasa yang lain, bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu bunyi vokal dan bunyi konsonan. Jika dilihat
dari huruf, maka bahasa Inggris memiliki lima huruf vokal, yaitu A, I, U, E, O.
Namun jika dilihat dari aspek bunyi, maka bahasa Inggris memiliki banyak variasi
bunyi vokal.Bunyi vokal bahasa Inggris Amerika dan bunyi vokal bahasa Inggris
British memiliki perbedaan yang sedikit (Deterding dan Poedjosoedarmo, 1998).
Lebih lanjut Odden (2006) menyatakan bahwa bahasa Inggris Amerika memiliki
variasi bunyi vokal yang kaya.
Secara umum, bahasa Inggris memiliki 22 bunyi vokal yang dibagi menjadi
dua, yaitu monoftong dan diftong (Swan dan Smith, 2001). Monoftong merupakan
bunyi-bunyi vokal yang dilambangkan dengan satu simbol bunyi, seperti bunyi
vokal [Ɔ] dan [ə]. Lebih rinci symbol-symbol bunyi vokal yang termasuk dalam
monoftong dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini
Analisis Kesalahan Berbahasa…Diva Wenanda, Suci Suryani 147

Gambar 2.1. Klasifikasi bunyi vokal monoftong bahasa Inggris


(Sumber: www.yorku.ca/earmstro/ipa/diphtongs.html)

Kelompok bunyi vokal yang kedua adalah diftong. Diftong merupakan


bunyi vokal yang dilambangkan dengan dua simbol bunyi seperti [eI] dan [ƆI].
Selain itu Bahasa Inggris juga memiliki kelompok bunyi vokal yang disebut dengan
triftong, yaitu bunyi vokal yang dilambangkan dengan tiga simbol bunyi seperti
[ɛlə] dan [аUǝ]. Daftar bunyi diftong dan triftong bahasa Inggris lebih lengkap
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

147
148 Volume X, Nomor 2, Juli 2016

Gamber 2.2. Bunyi Diftong dan Triftong Bahasa Inggris


(Sumber: www.yorku.ca/earmstro/ipa/diphtongs.html)

Pembelajar bahasa Inggris dari Indonesia seringkali mengalami kesulitan


dalam mengucapkan beberapa bunyi vokal bahasa Inggris yang berbeda atau bahkan
tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia. Beberapa kesulitan yang dialami oleh
pembelajar bahasa Inggris adalah sebagai berikut: (Swan dan Smith, 2001; Ur,
1996)
1. Bahasa Inggris memiliki bunyi vokal panjang dan pendek seperti /I/ dan /i:/
pada kata bit dan beat, namun pembelajar bahasa Inggris di Indonesia
seringkali mengucapkan kedua bunyi vokal tersebut secara.
2. Pembelajar bahasa bahasa Inggris di Indonesia mengucapkan bunyi /æ/ dan
/e/ dengan sama, seperti kata hat yang seharusnya dilafalkan /hæt/ tetapi
dilafalkan /het/
3. Pembelajar seringkali kesulitan mengucapkan bunyi /ǝ/ seperti pada kata
away
4. Pembelajar juga seringkali mengucakan bunyi diftong sebagai bunyi
monoftong seperti bunyi /ei/ pada kata way yang diucapkan /we/

Bunyi Konsonan dalam Bahasa Inggris


Bahasa Inggris memiliki dua puluh empat bunyi konsonan. Tidak ada
perbedaan antara bunyi konsonan bahasa Inggris Amerika dan bahasa Inggris
British. Variasi konsonan hanya pada alofon atau variasi beberapa fonem
(Deterding dan Poedjosoedarmo, 1998).Secara rinci bunyi konsonan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Bunyi konsonan Bahasa Inggris

Berkaitan dengan bunyi konsonan, pembelajar tidak mengalami kesulitan


dalam melafalkan/mengucapkan bunyi konsonan yang juga ada dalam bahasa
Indonesia seperti bunyi /t/ dan /n/. Namun untuk bunyi konsonan yang tidak ada
dalam bahasa Indonesia, pembelajar seringkali mengalami kesulitan dalam
Analisis Kesalahan Berbahasa…Diva Wenanda, Suci Suryani 149

mengucapkannya. Secara detail kesulitan-kesulitan yang dialami pembelajar bahasa


Inggris di Indonesia adalah sebagai berikut: (Swan dan Smith, 2001; Ur, 1996)
1. Pembelajar seringkali kesulitan mengucapkan bunyi th yang memiliki dua
variasi, yaitu /θ/dan /ð/sehingga menggantinya dengan bunyi /t/ seperti pada
kata /θln/ diucapkan /tln/
2. Pembelajar bahasa Inggris seringkali mengucapkan bunyi /p/, /t/, dan /k/
hampir sama dengan bunyi /b/, /d/, dan /g/. Selain itu mereka mengucapakan
bunyi /p/, /t/, dan /k/ secara sama baik ketika bunyi itu terdapat di awal, tengah,
maupun akhir kata.
3. Pembelajar tidak dapat mengucapkan bunyi /b/, /d/, dan /g/secara voiced
4. Bunyi /v/ jarang digunakan dalam bahasa Indonesia, sehingga pembelajar
seringkali mengucapkan /v/ dengan /f/ seperti kata /faiv/ diucapkan /faif/
5. Bunyi /ʃ/ seringkali diganti dengan /s/ seperti pada kata /ʃlp/ diucapkan /slp/

Penyebab Terjadinya Error


Error merupakan sebuah bentuk penyimpangan yang dapat diamati dari
pembelajar bahasa kedua yang merefleksikan tingkat kompetensi pembelajar. Error
harus dibedakan dari mistake. Ketika melakukan sebuah error pembelajar tidak
dapat mengoreksi sendiri kesalahannya tersebut. Sedangkan ketika seseorang
melakukan mistake, dia dapat mengoreksi sendiri kesalahanya ketika ditunjukkan
kesalahanya tersebut (Brown, 2001).
Brown (2000) mendefinisikan penyebab terjadinya error menjadi empat
bagian, yaitu interlingual transfer, intralingual transfer, context of learning, dan
communication strategies. Hal serupa juga dikemukakan oleh James (dalam
AbiSamra, 2003:3). Menurut James (1998), faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya error adalah interlingual, intralingual, dan induced errors. Penelitian ini
hanya membatasi pada error yang disebabkan oleh faktor-faktor intralingual dan
interlingual.
Faktor interlingual merujuk pada faktor interference dari bahasa ibu atau
bahasa pertama pembelajar. Kesalahan ini terjadi karena adanya perbedaan dalam
sistem bahasa ibu dan sistem bahasa yang dipelajari (Wilkins, 1980). Hal ini terjadi
pada tahap awal dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Sebelum mempelajari
bahasa kedua/bahasa asing, pembelajar telah menguasai sistem bahasa
ibu/pertamanya, sehingga ketika memproduksi kalimat dalam bahasa yang
dipelajarinya, pembelajar masih cenderung menggunakan sistem bahasa ibu/bahasa
pertamanya (Brown, 2000). Sebagai contoh, seorang pembelajar bahasa Inggris dari
Indonesia akan mengucapkan bunyi /r/ pada kata ‘car’ secara bergetar atau
trillkarena dalam bahasa Indonesia bunyi /r/ diucapkan secaraalveolar trill.
Penyebab kesalahan dalam pembelajaran bahasa Inggris yang kedua adalah
faktor intralingual transfer. Faktor ini merujukpada kesalahan yang terjadi karena
sistem bahasa yang dipelajari. Brown (2000) menyatakan bahwa faktor ini
merupakan faktor utama dari kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar. Sebagai
contoh, bunyi /g/ pada kata finger diucapkan /ʤ/ sehingga pengucapannya menjadi
/flɳʤǝr/ Kesalahan karena faktor ini terjadi karena pembelajarmeng-generalisasi-
kan aturan-aturan dalam bahasa yang dipelajarinya (McKeating, 1981; Brown,
2000). Linguists mengklasifikasikan empat faktor yang termasuk dalam intralingual
transfer, yaitu overgeneralisation, ignorance of rules restriction, incomplete
application of rules, and false concept hypothesized.” (Richard, 1974)

149
150 Volume X, Nomor 2, Juli 2016

Berkaitan dengan error pada aspek fonologis khususnya bagaimana


mengucapkan/melafalkan kata dalam bahasa Inggris yang dilakukan oleh
pembelajar bahasa Inggris, Ur (1996) menyatakan bahwa beberapa hal yang
menjadi penyebab terjadinya error tersebut diantaranya adalah
1. bunyi-bunyi tertentu dalam bahasa Inggris tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia
sehingga pembelajar cenderung menggantinya dengan bunyi lain yang mirip
seperti bunyi /ð/ yang diganti dengan bunyi /d/
2. bunyi-bunyi tertentu yang merupakan fonem terpisah dalam bahasa Inggris
tetapi bukan merupakan fonem yang terpisah dalam bahasa Indonesia, seperti
bunyi /I/dan /i:/. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat satu jenis bunyi /I/
sehingga pembelajar seringkali tidak membedakan pengucapan ship dan sheep.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang dgunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Hal
ini karena penelitian ini akan mendeskripsikan kesalahan-kesalahan pada tataran
fonologis yang dilakukan oleh pembelajar bahasa Inggris di program studi Sastra
Inggris Universitas Trunojoyo Madura . Menurut Sudjana dan Ibrahim (2010)
beberapa ciri penelitian kualitatif adalah (1) menggunakan lingkungan alamiah
sebagai sumber data langsung, (2) bersifat deskriptif-analitik, (3) menekankan pada
proses bukan hasil, (4) bersifat induktif, dan (5) mengutamakan makna
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa semester 4 program Studi Sastra
Inggris yang mengambil mata kuliah Speaking IV. Jumlah mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Speaking IV sebanyak kurang lebih 135 orang. Pemilihan
ini didasari alasan bahwa mahasiswa pada kedua semester tersebut diasumsikan
telah memiliki kemampuan berbicara yang cukup lancar karena mereka telah
menempuh mata kuliah Speaking 1-3. Namun dalam penelitian ini subyek yang
diambil hanya 50 orang dari 2 kelas yaitu speaking IVA dan speaking IVB.
Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan secara random.

PEMBAHASAN
Kesalahan pengucapan bunyi konsonan
Dari table diatas dapat dilihat bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan
oleh mahasiswa adalah kesalahan pada pengucapan bunyi-bunyi interdental, yaitu
bunyi /θ/ dan bunyi /ð/. Pada saat mengucapkan kata yang mengandung bunyi
interdental mahasiswa mengganti bunyi tersebut dengan bunyi alveolar, yaitu bunyi
/t/ dan /d/ seperti kata that dan think di bawah ini

/ðæt/ /dɛt/
/ɵIŋ/ /tIŋ/

Kesalahan ini terjadi karena adanya perbedaan system bunyi konsonan pada
bahasa Indonesia atau bahasa pertama pembelajar dengan system bunyi konsonan
pada bahasa Inggris sebagai bahasa target. Bahasa Indonesia tidak memiliki bunyi
interdental th voiceless /θ/ dan bunyi th voiced /ð/, sehingga untuk melafalkan
kata-kata yang mengandung bunyi-bunyi tersebut, mahasiswa mengganti kedua
bunyi tersebut dengan bunyi yang mendekati, yaitu bunyi /t/ untuk /θ/ dan bunyi
/d/ untuk /ð/.
Analisis Kesalahan Berbahasa…Diva Wenanda, Suci Suryani 151

Bunyi kedua yang sering dilafalkan salah oleh mahasiswa adalah bunyi
alveopalatal sh /ʃ/. Bunyi ini seringkali di lafalkan sama dengan bunyi alveolar s
/s/ seperti pada kata she

/ʃI/ /sI/

Hal ini terjadi karena adanya perbedaan system bunyi konsonan dalam bahasa
Indonesia atau bahasa pertama pembelajar dan bahasa Inggris. Dalam bahasa
Indonesia atau bahasa perama pembelajar tidak terdapat bunyi alveopalatal /ʃ/
sehingga mahasiswa mengganti bunyi tersebut dengan bunyi alveolar s /s/ yang
dianggap sama dengan bunyi alveopalatal /ʃ/.
Selain bunyi-bunyi yang tidak dimiliki oleh system bahasa Indonesia atau
bahasa pertama pembelajar, mahasiswa sebagai pembelajar bahasa Inggris juga
melakukan kesalahan dalm mengucapkan bunyi-bunyi yang ada dalam bahasa
Indonesia, yaitu bunyi /z/ dan bunyi /d/. Untuk kedua bunyi tersebut, pengucapan
yang salah yang dilakukan oleh mahasiswa adalah pada penghilangan vibrasi pada
vocal cord ketika mengucapkan kedua bunyi tersebut, sehingga bunyi /z/ yang
seharusnya voiced dilafalkan seperti bunyi /s/ yang merupakan bunyi voiceless, dan
bunyi alveolar voiced /d/ dilafalkan seperti bunyi alveolar voiceless /t/. Pelafalan
secara salah pada kedua bunyi tersebut terjadi ketika posisi kedua bunyi tersebut di
tengah dan diakhir, seperti pada kata example dan bad

/Igza:mpƏl /IksampƏ
/ l/
/bæd/ /bɛt/

Kesalahan ini terjadi karena dalam system bahasa Indonesia bunyi /z/ dan /d/
tidak pernah berada pada posisi tengah maupun akhir. Oleh karena itu ketika
menemui kata yang mengandung salah satu dari bunyi tersebut di posisi tengah atau
akhir mahasiswa cenderung melafalkan seperti bunyi /s/ dan /t/
Selain kesalahan berupa penggantian bunyi konsonan tertentu dengan bunyi
konsonan yang mendekati atau serupa, kesalahan lain yang dilakukan oleh
pembelajar adalah menambahkan bunyi sesuai dengan ejaan kata seperti pada kata
should berikut ini

/ʃƱd/ /sUld/

Kesalahan pengucapan bunyi vokal


Dari analisis data dapat diketahui, bahwa kesalahan pengucapan bunyi vokal
yang dilakukan oleh pembelajar bervariasi. Kesalahan yang pertama dan banyak
dilakukan oleh pembelajar adalah pengucapan bunyi schwa atau bunyi vocal
panjang. Dalam mengucapkan bunyi schwa ini, pembelajar cenderung
menggantinya dengan bunyi vocal pendek, seperti pada kata-kata berikut:

/gɜ:(r)l/ /gƏl/
/Igza:mpƏl/ /IksampƏl/

151
152 Volume X, Nomor 2, Juli 2016

/di:kri:sIŋ/ /dIkrIsIŋ/

/wɜ:rkIŋ/ /wƆrkIŋ/

Bunyi vokal yang juga sering diucapkan secara salah oleh pembelajar adalah
bunyi /æ/. Ketika mengucapkan bunyi ini pembelajar cenderung
menyederhanakannya dan menggantinya dengan bunyi /ɛ/. Bunyi /æ/ merupakan
perpaduan dari bunyi /a/ dan bunyi /ɛ/, sehingga untuk mengucapkan secara benar,
pembelajar mengalami kesulitan dan menyederhanakannnya dengan mengganti
bunyi tersebut dengan bunyi yang mendekati, seperti pada contoh berikut:

/ðæt/ /dɛt/

Kesalahan yang juga sering dilakukan adalah mengucapkan huruf e. Dalam


mengucapkan huruf e dalam bahasa Inggris, pembelajar sering melakukan
kesalahan. Pada kenyataannya, huruf e dalam system bahasa Inggris memiliki
beberapa variasi pelafalannya, yaitu /I/, /ɛ/, /ə/, dan /e/. Pada penelitian ini, data
menunjukkan salah satu kesalahan yang dilakukan pembelajar adalah melafalkan
huruf e secara sama, yaitu /I/ seperti pada kata beggar dan revenue berikut:

/begƏr/ /bIgƏr/

/revƏnu:/ /rIfIɳU/

Kesalahan pengucapan huruf e yang lain adalah huruf e yang seharusnya


dilafalkan /I/, tetapi oleh pembelajar dilafalkan /e/, seperti pada kata reduce di
bawah ini:

/rIdu:s/ /redus/

Selain huruf e, huruf vocal lain yang juga seringkali dilafalkan secara salah
oleh pembelajar adalah huruf o. Dalam system bahasa Inggris, hurus o juga
memiliki variasi dalam pelafalannya, yaitu /Ɔ/ dan /Ə/. Dari data yang didapat,
pembelajar juga sering melakukan kesalahan dalam melafalkan huruf o, seperti pada
kata working dan condition di bawah ini:

/wɜ:rkIŋ/ /wƆrkIŋ/
/kƏndIʃƏn/ /kƆndIsƏn/
/kƏntrƏƱl/ /kɒntrɒl/
/prƏmƏƱt/ /promot/
/kƏntrƏƱl/ /kɒntrɒl/

Huruf o pada kedua kata tersebut seharusnya dilafalkan dengan /Ə/ pendek
pada kata condition, dan /Ə/ panjang atau schwa pada kata working, tetapi
pembelajar melafalkannya dengan bunyi /Ɔ/. Sedangkan pada kata ketiga, control,
Analisis Kesalahan Berbahasa…Diva Wenanda, Suci Suryani 153

pembelajar mengucapkan huruf o dengan /ɒ/, yang seharusnya /Ə/. Pada kata
promote, huruf o yang seharusnya dilafalkan /Ə/, tetpi dilafalkan /o/ oleh
pembelajar
Kesalahan pengucapan bunyi monoftong lain yang juga ditemukan adalah
pengucapan huruf u. Dalam system bahasa Inggris huruf u memiliki beberapa
variasi pengucapan/pelafalan, antara lain /Ə/ seperti pada kata abacus /æbƏkƏs/,
/ju/ seperti pada kata /ju:nIvɜ:sƏti/, dan /ʌ/ seperti pada kata /bʌg/. Namun pada
kenyataannya pembelajar cenderung melafalkan huruf u secara /u/, seperti pada data
berikut:
/dIfIkƏlt/ /dIfIkUlt/

Dari data diatas dapat dilihat bahwa huruf u pada kata difficult yang seharusnya
dibaca /Ə/, tetapi dibaca /U/ oleh pembelajar
Kesalahan terkait pengucapan huruf vocal berikutnya adalah pengucapan bunyi
diftong. Dalam mengucapkan bunyi diftong, pembelajar bahasa Inggris cenderung
menggantinya dengan bunyi monoftong, atau bunyi tunggal. Beberapa kesalahan
yang diperoleh dari data adalah sebagai berikut:

/dIsgreIsful/ /dIsgresful/

/ƏbaƱt/ /Əbɒt/
/steIt /stet/

/lƏƱkeIʃƏn/ /lokesƏn/

Dari table diatas dapat dilihat bahwa dalam melafalkan bunyi diftong,
pembelajar cenderung menggantinya dengan bunyi monoftong. Sebagai contoh
huruf a pada kata disgraceful yang seharusnya dilafalkan sebagai diftong /eI/,
dilafalkan sebagai monoftong /e/. Hal ini juga terjadi pada diftong /aƱ/ pada kata
about yang dilafalkan /ɒ/, diftong /eI/ pada kata state yang dilafalkan /e/, dan
diftong /ƏƱ/ pada kata location yang dilafalkan /o/, dan /eI/ pada kata location
yang dilafalkan /e/. Dalam mengucapkan bunyi diftong menjadi bunyi monoftong,
pembelajar menggantinya dengan bunyi monoftong yang mendekati atau mirip.

Penyebab terjadinya kesalahan


Analisis data menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan pelafalan bunyi
konsonan oleh mahasiswa program studi Sastra Inggris lebih banyak disebabkan
oleh faktor interlingual, yaitu perbedaan system bahasa Inggris dan bahasa
pertama/kedua pembelajar. Namun demikian beberapa bentuk kesalahan pelafalan
bunyi konsonan juga disebabkan oleh factor intralingual, yaitu factor didalam
system bahasa Inggris sendiri.
Factor interlingual yang menyebabkan terjadinya kesalahan pelafalan bunyi
konsonan adalah tidak adanya beberapa bunyi konsonan dalam bahasa Indonesia,
seperti bunyi interdental /ð/ dan bunyi /θ/, bunyi alveopalatal /ʃ/. Faktor interlingual
yang lain adalah adanya perbedaan cara mengucapkan bunyi voiced dan voiceless.
Dalam system bunyi bahasa Inggris pelafalan bunyi voiced dan voiceless seperti
bunyi /b/ dan /p/ sangat berbeda pada vibrasi vocal cord, tetapi dalam bahasa

153
154 Volume X, Nomor 2, Juli 2016

Indonesia, atau pada orang Indonesia, bunyi voiced dan voiceless ini tidak terlalu
berbeda dalam pengucapannya
Sedangkan factor intralingual adalah factor dalam system bahasa Inggris
sendiri. Adanya perbedaan antara ejaan kata dan pengucapannya membuat
pembelajar melakukan kesalahan, seperti ketika mengucapkan kata actually, huruf t
yang seharusnya diucapkan /ʧ/ tetapi diucapkan /t/ oleh pembelajar. Hal ini yang
sering menyebabkan pembelajar melakukan kesalahan.
Untuk kesalahan pengucapan bunyi vocal, analisis data menunjukkan bahwa
terjadinya kesalahan pelafalan bunyi vokal bahasa Inggris oleh mahasiswa program
studi Sastra Inggris lebih banyak disebabkan oleh factor-factor intralingual, yaitu
factor didalam system bahasa Inggris sendiri. System bunyi vocal dalam bahasa
Inggris memiliki variasi lebih banyak dari pada system bunyi dalam bahasa
Indonesia. Selain itu, ketidakkonsistenan system bunyi vocal bahasa Inggris juga
menyebakan pembelajar melakukan kesalahan.

SIMPULAN
Dari hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk-bentuk
kesalahan pelafalan bunyi konsonan bahasa Inggris yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi Sastra Inggris UTM diantaranya penggantian bunyi konsonan tertentu
yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dengan bunyi konsonan yang mendekati
Bentuk-bentuk kesalahan pelafalan bunyi vocal bahasa Inggris oleh mahasiswa
program studi Sastra Inggris UTM diantaranya adalah penggantian bunyi vocal,
pemendekan bunyi vocal schwa (panjang), serta penyederhanaan bunyi vocal.
Penyebab terjadinya kesalahan pelafalan bunyi konsonan bahasa Inggris dan
bunyi vocal bahasa Inggris adalah adanya factor intralingual dan factor interlingual.
Kesalahan pengucapan bunyi konsonan lebih banyak disebabkan oleh factor
interlingual, sedangkan kesalahan pengucapan bunyi vocal lebih banyak disebabkan
oleh factor intralingual.

DAFTAR PUSTAKA
AbiSamra, Nada. 2003. An Analysis of Errors in Arabic Speakers’ English Writings.
Diakses dari http://abisamra03.tripod.com/nada/languageacq-
erroranalysis.html pada tanggal 7 Juli 2012
Brown, H. Douglas. 2000.Principles of Language Teaching and Learning. San
Francisco: Longman
Deterding, D.H., dan Poedjosoedarmo, G.R., 1998. The Sound of English Phonetics
and Phonology for English Teachers in Southeast Asia. Singapore: Prentice
Hall
D. McKeating, Error Analysis: in Gerry Abbot, John Greenwood, Douglas
McKeating, and Peter Wingard (Eds.), The Teaching of English as an
International Language: A Practical Guide, (Collins: Glasglow and
London, 1981),
Goldwater, et.al.2010. Which words are hard to recognize? Prosodic, lexical,
anddisfluency factors that increase speech recognition error rates. Jurnal
Speech Communication 52 (2010).
www.yorku.ca/earmstro/ipa/diphtongs.html. Diakses pada tanggal 20 April 2015
Jack C. Richards. 1974. A non-Contrastive Approach to Error Analysis. In Jack C.
Richards (Ed.), Error Analysis: Perspective on Second Language
Acquisition. London: Longman
Odden, D. 2006. Introducing Phonology. Cambridge: Cambridge University Press.
Analisis Kesalahan Berbahasa…Diva Wenanda, Suci Suryani 155

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2010. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo
Swan, Michael dan Smith, Bernard. 2001. Learner English 2nd Edition. Cambridge:
Cambridge University Press.
Tiono, Nani Indrajani dan Yostanto, Arlene Maria. 2008. A Study of English
Phonological Errors Produced by English Department Students. Jurnal
Kata Volume 10 No. 1, Juni 2008. Diakses dari
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?Department!D=ING pada
tanggal 15 April 2015
Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching: Practice and Theory.
Cambridge: Cambridge University Press.
https://lilisharitsjah.wordpress.com/2012/10/02/sistem-fonetik-bahasa-indonesia-
dan-bahasa-jerman/ diakses pada 23 Agustus 2016

155

You might also like