0% found this document useful (0 votes)
51 views12 pages

Materi Ipa Fisika Getaran Dan Gelombang

This document summarizes a study that analyzed the critical thinking skills of 8th grade students in SMP Negeri 4 Pekanbaru, Indonesia on physics lessons about vibrations and waves. Researchers tested 79 students using a 24-question multiple choice test on critical thinking indicators. Results showed the average critical thinking skills score was 72.96%, in the high category of critical thinking skills. The study aimed to describe students' critical thinking ability and found most students demonstrated strong critical thinking based on the material taught.

Uploaded by

Mawaddah Mjuned
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
51 views12 pages

Materi Ipa Fisika Getaran Dan Gelombang

This document summarizes a study that analyzed the critical thinking skills of 8th grade students in SMP Negeri 4 Pekanbaru, Indonesia on physics lessons about vibrations and waves. Researchers tested 79 students using a 24-question multiple choice test on critical thinking indicators. Results showed the average critical thinking skills score was 72.96%, in the high category of critical thinking skills. The study aimed to describe students' critical thinking ability and found most students demonstrated strong critical thinking based on the material taught.

Uploaded by

Mawaddah Mjuned
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

THE ANALYSIS OF STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILLS ON

THE SCIENCE PHYSICS MATERIAL VIBRATION AND WAVE IN


CLASS VIII OF SMP NEGERI 4 PEKANBARU

Desi Natalia Zalukhu1), M. Nor2), Azhar3)


Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Phone number: 0822 8489 8465

Physics Education Study Program


Teachers Training and Education Faculty
University of Riau

Abstract: Science learning especially physics is a learning that educates students


to act on the basis of critical thinking and critical scientific behavior. The purpose of
this study is to describe the level of critical thinking skills of class VIII students in SMP
Negeri 4 Pekanbaru on the science physics material of Vibrations and Waves. The
population in this study were class VIII students of SMP Negeri 4 Pekanbaru that has
implemented the Curriculum 2013 totaling 343 student. Samples were taken by
proportional random sampling so that the sample was 79 student. The instrument was a
critical thinking test which is based on the indicator of critical thinking ability which
amounted to 24 multiple choice questions. The data were collected by giving a critical
thinking ability test to the samples. The data analysis in this study uses descriptive
analysis techniques using a percentage scale that provides an overview of the level of
students’ critical thinking skills. The results of this study shows information that the
average percentage of students’ critical thinking skills in class VIII of SMP Negeri 4
Pekanbaru is 72,96% in the high category of critical thinking skills.

Key Words: Critical Thinking Ability, Vibration and Wave Material, Descriptive Analysis.

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 1


ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
PADA MATERI IPA FISIKA GETARAN DAN GELOMBANG DI
KELAS VIII SMP NEGERI 4 PEKANBARU

Desi Natalia Zalukhu1), M. Nor2), Azhar3)


Email : [email protected], [email protected], [email protected]
Hp: 0822 8489 8465

Program Studi Pendidikan Fisika


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

Abstrak: Pembelajaran IPA khususnya fisika adalah suatu pembelajaran yang


mendidik siswa untuk bertindak atas dasar pemikiran kritis dan berperilaku ilmiah yang
kritis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 4 Pekanbaru pada materi IPA
Fisika Getaran dan Gelombang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 4 Pekanbaru yang telah menerapkan Kurikulum 2013 yang berjumlah 343
orang. Sampel diambil secara proportional random sampling dan diperoleh sampel
sebanyak 79 orang. Instrumen penelitian ini berupa soal tes kemampuan berpikir kritis
yang disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis yang berjumlah 24 butir
soal pilihan ganda. Data dikumpulkan dengan cara memberikan tes kemampuan berpikir
kritis pada sampel. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif menggunakan skala persentase yang memberikan gambaran tentang tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hasil penelitian ini memberikan informasi
bahwa persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas VIII SMP
Negeri 4 Pekanbaru sebesar 72,96% dengan tingkat kemampuan berpikir kritis dalam
kategori tinggi.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Materi Getaran dan Gelombang, Analisis Deskriptif.

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 2


PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perubahan


yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia telah terjangkit oleh revolusi di
bidang ilmu, teknologi, seni serta arus globalisasi, sehingga menuntut kesiapan semua
pihak untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi membawa tantangan tersendiri bagi kehidupan suatu bangsa termasuk
Indonesia. Untuk menghadapi perubahan tersebut beserta tantangannya, kemampuan
berpikir kritis menjadi aspek yang perlu ditekankan dalam pengajaran (Mulyati Arifin
dalam Herti Patmawati, 2011).
Menurut Ennis (1996), berpikir kritis adalah suatu proses untuk mengungkapkan
tujuan yang dilengkapi alasan tegas tentang suatu kepercayaan serta kegiatan yang
dilakukan. Keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat
tinggi yang secara esensial merupakan keterampilan menyelesaikan masalah (problem
solving). Membelajarkan berpikir kritis penting karena melalui berpikir kritis, siswa akan
dilatih untuk mengamati keadaan, memunculkan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
melakukan observasi dan mengumpulkan data, lalu memberikan kesimpulan (Sri
Wahyuni, 2015).
IPA menjadi suatu pembelajaran berorientasi aplikatif untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, rasa ingin tahu, kemampuan belajar dan pembangunan sikap peduli
pada lingkungan serta bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial.
Pembelajaran IPA khususnya fisika mendidik peserta didik di dalam pembelajarannya
untuk bertindak atas dasar pemikiran kritis dan berperilaku ilmiah yang kritis. Oleh sebab
itu siswa yang memiliki kemampuan baik dalam pelajaran fisika seharusnya memiliki
kemampuan berpikir kritis yang baik juga. Dikutip dari website resmi PISA 2018 dalam
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), Indonesia
menduduki peringkat 70 dari 78 negara yang mengikuti ajang ini di tahun 2018. Posisi
Indonesia yang terbilang rendah atau menduduki level 1 (berdasarkan sistem peringkat
PISA) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia tidak cukup baik.
Selain itu jika dilihat pencapaian Indonesia dalam Human Development Index (HDI)
tahun 2019, Indonesia berada diposisi 111, jauh di bawah negara tetangga yaitu Malaysia,
Singapura, Thailand dan negara lainnya. Dapat dilihat bahwa sistem pendidikan
Indonesia masih lemah, sehingga menghasilkan generasi yang kurang percaya diri,
kurang bisa bekerja, kurang terampil dan kurang berkarakter. Oleh sebab itu diperlukan
suatu pembaharuan untuk sistem pendidikan indonesia menjadi lebih berkualitas dan
bermutu guna meningkatkan kualitas SDM yang dapat bersaing di dunia internasional.
Upaya dalam meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia tidak luput
dari identifikasi awal terhadap kemampuan berpikir kritis setiap siswa di Indonesia. SMP
Negeri 4 Pekanbaru adalah salah satu SMP Negeri dengan prestasi akademik yang bagus
di kota Pekanbaru, kemampuan akademik yang bagus sering dianggap memiliki
kemampuan berpikir kritis yang bagus, untuk itu perlu dilakukan uji kemampuan berpikir
kritis peserta didik di SMP Negeri 4 Pekanbaru. Materi getaran dan gelombang adalah
salah satu materi IPA kelas VIII SMP yang dalam pelaksanaan pembelajarannya dapat
mendidik siswa untuk memiliki pemikiran yang kritis dan analitis. Siswa dapat
menginterpretasi tentang getaran, menginferensi tentang gerakan harmonis bandul,
menganalisis dan mengevaluasi tentang bagaimana terjadinya gelombang dan sifat-sifat
dari gelombang serta mengkomunikasikan ide-idenya setelah melakukan percobaan dan
pengamatan tentang getaran dan gelombang.

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 3


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Pekanbaru pada materi
IPA Fisika getaran dan gelombang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil informasi atau data secara langsung terhadap subjek penelitian. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Pekanbaru yang berjumlah 343
orang. Teknik pengambil sampel menggunakan teknik sampel acak (Simple Random
Sampling). Sampel diambil secara proportional random sampling, yaitu pengambilan
sampel dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
anggota sampel. Dalam menentukan jumlah sampel pada setiap kelas mengacu pada tabel
penentuan jumlah sampel dari Sugiyono (2013) dengan tingkat kesalahan 10%. Rumus
yang digunakan untuk memperoleh sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin
sehingga diperoleh sampel sebanyak 79 orang yang tersebar secara proporsional di setiap
kelas.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen tes yang terdiri dari 24
soal yang disusun berdasarkan indikator berpikir kritis menurut Ennis (2011). Indikator
berpikir kritis menurut Ennis terdiri dari 12 indikator yang terbagi kedalam 5 kelompok
aspek berpikir kritis, yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut dan mengatur strategi dan taktik.
Masing-masing indikator diambil 2 sub-indikator yang dianggap dapat mewakili setiap
indikator kemampuan berpikir kritis. Instrumen divalidasi menggunakan validitas
konstruk dengan menggunakan pendapat ahli yang berkualifikasi S3 dan S2 yaitu dua
orang dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau sebagai judgement
expert.
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VIII pada materi getaran dan gelombang
di SMP Negeri 4 Pekanbaru. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis dianalisis dengan
menggunakan teknik persentase dan akan dilihat kategori tingkat berpikir kritis siswa
melalui kategori yang dikembangkan oleh Setyowati (dalam Wahyu dan Fikri, 2018)
seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori Tingkat Berpikir Kritis Siswa


No Persentase Pencapaian (%) Kategori
1. 80 < 𝑁 ≤ 100 SangatTinggi
2. 60 < 𝑁 ≤ 80 Tinggi
3. 40 < 𝑁 ≤ 60 Sedang
4. 20 < 𝑁 ≤ 40 Rendah
5. 0 < 𝑁 ≤ 20 SangatRendah

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 4


Untuk menghitung persentase skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai oleh
setiap siswa pada setiap kelompok aspek berpikir kritis menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


N= jumlah soal setiap kelompok aspek berpikir kritis x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Soal tes kemampuan berpikir kritis diujikan dengan jumlah 24 butir soal yang
dikembangkan berdasarkan 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan
menjadi 5 kelompok aspek berpikir kritis yang erdiri dari memberikan penjelasan
sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan
lanjut dan mengatur strategi dan taktik. Persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 4 Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Per Aspek


N0 Kelompok Aspek Berpikir Kritis Nomor Soal Rata-rata (%) Kategori
1. Memberikan Penjelasan Sederhana 2, 4, 4, 17, 18, 7 86,50 Sangat Tinggi
2. Membangun Keterampilan Dasar 16, 5, 11, 10 68,04 Tinggi
3. Menyimpulkan 22, 8, 6, 3, 19,12 77,64 Tinggi
4. Memberikan Penjelasan Lanjut 1, 13, 21, 20 65,19 Tinggi
5. Mengatur Strategi dan Taktik 9, 24, 23, 15 67,41 Tinggi
Rata-rata 72,96 Tinggi

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis
peserta didik adalah sebesar 72,96% dengan kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan
kemampuan peserta didik secara keseluruhan sudah cukup baik, hanya dalam beberapa
aspek saja kemampuan peserta didik perlu ditingkatkan. Rata-rata kemampuan berpikir
kritis peserta didik berbeda pada setiap kelompok aspek berpikir. Aspek berpikir kritis
memberikan penjelasan sederhana memiliki persentase tertinggi dengan skor 86,50%
sedangkan aspek berpikir kritis yang terendah adalah aspek berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut dengan skor 65,19%.

Kemampuan Memberikan Penjelasan Sederhana

Pada aspek ini peserta didik dituntut untuk dapat memfokuskan suatu pertanyaan,
menganalisis argumen dan mampu bertanya atau menjawab pertanyaan. Johnson (2007)
mengatakan seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki kemampuan
untuk mengevaluasi setiap argumen dan asumsi dari pemikiran orang lain. Proses berpikir
kritis mampu diketahui dengan suatu sikap keterampilan seseorang dalam memberikan
penjelasan verbal, menganalisis argumen dan membuat keputusan dalam memecahkan
masalah. Pada aspek ini kemampuan berpikir kritis peserta didik sebesar 86,50%.

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 5


Persentase keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator atau nomor
soal dapat dilihat dari grafik pada Gambar 1.

93,67%
91,14% 86,08% 89,87%
83,54%
74,68%
Memfokuskan Pertanyaan
Persentase

Menganalisis Argumen

Bertanya dan Menjawab


Pertanyaan

2 14 4 17 18 7
Nomor Soal
Gambar 1. Persentase aspek memberikan penjelasan sederhana (Sumber: Data
olahan hasil penelitian)

Keterampilan berpikir kritis pada aspek memberikan penjelasan sederhana terdiri


dari tiga indikator yaitu (1) memfokuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3)
bertanya dan menjawab pertanyaan. Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam
soal nomor 2, 14, 4,17,18, dan 7. Berdasarkan grafik pada Gambar 1 persentase pada
indikator memfokuskan pertanyaan dan menganalisis argumen sudah baik dengan
kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kemampuan
dalam merumuskan pertanyaan serta mengidentifikasi jawaban yang benar serta
mengidentifikasi kesimpulan dari suatu permasalahan. Persentase tertinggi dan terendah
pada aspek ini terdapat pada indikator bertanya dan menjawab pertanyaan. Skor terendah
pada soal nomor 18 dengan sub indikator memberikan penjelasan sederhana disebabkan
kurangnya pemahaman siswa tentang konsep perambatan bunyi.

Kemampuan Membangun Keterampilan Dasar

Pada aspek ini siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir yang teratur dan
dapat menggunakan pemikirannya dalam menelaah sesuatu dengan mempertimbangkan
apakah sumber informasi yang diterima dapat dipercaya atau tidak, mengobservasi suatu
permasalahan dan mempertimbangkan laporan observasi. Kemampuan ini membuat
siswa tidak gampang menerima informasi yang tidak memiliki referensi yang jelas dan
dapat melatih siswa untuk memiliki kebiasaan berhati-hati terhadap segala hal.
Apek membangun keterampilan dasar, rata-rata siswa memiliki keterampilan
sebesar 68,04%, dimana persentase jawaban siswa pada aspek ini menunjukkan tingkat
penguasaaan keterampilan berpikir kritis kategori tinggi. Persentase keterampilan

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 6


berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator atau nomor soal dapat dilihat dari
grafik pada Gambar 2.

84,81%
78,48%

60,76%
Persentase

48,10% Mempertimbangkan Apakah


Sumber Dapat Dipercaya
atau Tidak

Mengobservasi dan
Mempertimbangkan Hasil
Observasi
16 5 11 10
Nomor Soal

Gambar 2. Persentase aspek membangun keterampilan dasar (Sumber: Data


olahan hasil penelitian)

Keterampilan berpikir kritis pada membangun keterampilan dasar terdiri dari dua
indikator yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan (2)
mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi. Setiap indikator tersusun dari
sub-indikator dalam soal nomor 16, 5, 11, dan 10. Berdasarkan grafik pada Gambar 2
persentase keterampilan membangun keterampilan dasar tertinggi pada nomor 5, sub
indikator mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat sebesar 84,81%. Pada soal
ini siswa diminta untuk menyusun prosedur untuk mengetahui hubungan panjang tali
dengan periode getaran bandul, siswa sudah baik dalam kemampuan ini. Sedangkan
persentase keterampilan membangun keterampilan dasar terendah pada nomor 10, sub
indikator mempertanggungjawabkan hasil observasi sebesar 48,10%. Pada soal nomor 10
siswa diminta untuk mengidentifikasi penyebab penggaris tidak menghasilkan bunyi jika
digetarkan diatas meja. Kebanyakan siswa hal ini disebabkan karena meja tidak mampu
merambatkan bunyi, jawaban ini salah karena yang menyebabkan penggaris tidak
menghasilkan bunyi ketika digetarkan adalah tidak adanya gesekan antara getaran
penggaris dengan udara.

Kemampuan Menyimpulkan

Aspek kesimpulan berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk


mengidentifikasi unsur-unsur yang diperlukan dalam membuat kesimpulan. Sumber yang
dapat dijadikan sebagai topik dalam mencari kesimpulan dapat bersumber dari data,
laporan, prinsip, penilaian, keyakinan atau pendapat dan penalaran. Santoso (2010)
menyatakan bahwa melalui penarikan kesimpulan yang dilakukan, siswa akan lebih
mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
Aspek menyimpulkan, rata-rata siswa memiliki keterampilan menyimpulkan
sebesar 77,64%, dimana persentase jawaban siswa pada aspek ini menunjukkan tingkat

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 7


penguasaaan keterampilan berpikir kritis kategori tinggi. Persentase keterampilan
berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator atau nomor soal dapat dilihat dari
grafik pada Gambar 3.

97,47% 100,00% 94,94%


86,08% 86,08%
Persentase

Mendeduksi dan Memper-


timbangkan Hasil Deduksi

Menginduksi dan Memper-


timbangkan Hasil Induksi

Membuat dan Menentukan


1,27%
Hasil Pertimbangan
22 8 6 3 19 12
Nomor Soal
Gambar 3. Persentase aspek menyimpulkan (Sumber: Data olahan hasil
penelitian)

Keterampilan berpikir kritis pada menyimpulkan terdiri dari tiga indikator yaitu
(1) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan (3) membuat dan menentukan hasil
pertimbangan. Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam soal nomor 22, 8, 6, 3,
19, dan 12. Berdasarkan grafik pada Gambar 3 persentase keterampilan menyimpulkan
tertinggi pada nomor 6, sub indikator mengemukakan hal yang umum 100% yang artinya
kemampuan siswa dalam mengemukakan hal yang umum sudah sangat baik. Sedangkan
persentase keterampilan menyimpulkan terendah pada nomor 22, sub indikator
mengkondisikan logika sebesar 1,27%. Soal nomor 22 meminta siswa untuk memilih
gelas mana yang menghasilkan nada paling tinggi dari enam gelas yang diisi dengan air
yang berbeda-beda ketinggiannya. Siswa yang menjawab salah terjebak dan memilih
gelas dengan air yang paling sedikit. Gelas dengan air yang paling sedikit akan
menghasilkan nada paling kuat bukan paling tinggi. Hanya 1 siswa yang mampu
menjawab soal ini dengan benar.

Kemampuan Memberikan Penjelasan Lanjut

Pada aspek yang keempat ini, peneliti menyelidiki kemampuan siswa dalam
memahami arti dari suatu istilah untuk menjadi pengalaman lanjut. Aspek ini menuntut
siswa untuk dapat memahami informasi dan membuat suatu bentuk definisi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya juga mampu untuk mengidentifikasi
asumsi-asumsi. Dalam aspek ini siswa harus mengidentifikasi asumsi-asumsi dengan

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 8


mengkonstruk sebuah argumen karena sebuah asumsi baru bisa diterima apabila jelas,
logis, dan didasarkan pada pengalaman yang luas (Ihwan Rizky, 2014).
Apek memberikan penjelasan lanjut, rata-rata siswa memiliki keterampilan
menyimpulkan sebesar 65,19%, dimana persentase jawaban siswa pada aspek ini
menunjukkan tingkat penguasaaan keterampilan berpikir kritis kategori tinggi.
Persentase keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator atau nomor
soal dapat dilihat dari grafik pada Gambar 4.

91,12%
82,28%
Persentase

49,37%
37,97%
Mendefinisikan Istilah dan
Mempertimbangkan Suatu Definisi

Mengidentifikasi Asumsi-asumsi

1 13 21 20
Nomor Soal
Gambar 4. Persentase aspek memberikan penjelasan lanjut (Sumber: Data
olahan hasil penelitian)

Keterampilan berpikir kritis pada memberikan penjelasan lanjut terdiri dari dua
indikator yaitu (1) mendefinisikan istilah dan (2) mempertimbangkan suatu definisi dan
mengidentifikasi asumsi-asumsi. Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam soal
nomor 1, 13, 21, dan 20. Berdasarkan grafik pada Gambar 4 persentase keterampilan
memberikan penjelasan lanjut tertinggi pada nomor 1, sub indikator membuat bentuk
definisi sebesar 91,12%. Pada soal ini kemampuan membuat definisi dari suatu paragraf
sudah bagus. Sedangkan persentase keterampilan memberikan penjelasan lanjut terendah
pada nomor 20, sub indikator mengkonstruksi argumen sebesar 37,97%. Soal ini
menanyakan alasan utama pemasangan karpet di bioskop. Siswa memilih jawaban untuk
membuat suasana lebih tenang dengan meredam suara dari luar. Alasan tersebut memang
benar tetapi bukan hal tersebut tujuan utama pemasangan karpet di bioskop, melainkan
untuk mengurangi gaung.

Kemampuan Mengatur Strategi dan Taktik

Aspek kelima ini, siswa dituntut untuk dapat mengungkap masalah dan
memutuskan tindakan dengan pertimbangan solusi yang mungkin dari apa yang sedang
mereka hadapi. Siswa melakukan dengan berdasarkan informasi dan pengalaman yang
telah dimiki dari interaksi kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat menghasilkan
keputusan yang sangat baik dan siswa ada pada sepenuh rasa untuk meyakini sebuah hasil
dan menetapkannya dalam sebuah tindakan (Ihwan Rizky, 2014).

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 9


Aspek mengatur strategi dan taktik, rata-rata siswa memiliki kemampuan sebesar
67,41%, dimana persentase jawaban siswa pada aspek ini menunjukkan tingkat
penguasaaan keterampilan berpikir kritis kategori tinggi. Persentase keterampilan
berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator atau nomor soal dapat dilihat dari
grafik pada Gambar 5.

94,94%

64,56%
Persentase

55,70% 54,43%
Menentukan Suatu Tindakan
24

15
Berinteraksi dengan Orang Lain

9 24 23 15
Nomor Soal

Gambar 5. Persentase aspek mengatur strategi dan taktik (Sumber: Data olahan
hasil penelitian)

Keterampilan berpikir kritis pada mengatur strategi dan taktik terdiri dari dua
indikator yaitu (1) menentukan suatu tindakan dan (2) berinteraksi dengan orang lain.
Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam soal nomor 9, 24, 23, dan 15.
Berdasarkan grafik pada Gambar 5 persentase keterampilan mengatur strategi dan taktik
tertinggi pada nomor 24, sub indikator mengamati penerapannya sebesar 94,94%. Yang
berarti kemampuan siswa dalam mengamati penerapan dari suatu konsep sudah sangat
bagus. Sedangkan persentase keterampilan lanjut mengatur strategi dan taktik terendah
pada nomor 15, sub indikator menggunakan strategi retorika sebesar 54,43%. Soal ini
berisi tentang efek Doppler, siswa tidak paham dalam membedakan pengaruh pengamat
atau sumber bunyi bergerak terhadap frekuensi bunyi yang didengar pengamat.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Berdasarkan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kritis peserta didik di SMP Negeri 4 Pekanbaru pada materi getaran dan gelombang sudah
sangat baik dengan berada pada kategori tinggi. Persentase rata-rata kemampuan berpikir
kritis peserta didik untuk setiap aspek dan indikator kemampuan berpikir kritis sudah
cukup baik dan sebagian besar siswa sudah memahami keterampilan setiap aspek

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 10


kemampuan berpikir kritis. Aspek memberikan penjelasan sederhana berada pada
kategori sangat tinggi, artinya siswa sudah sangat baik dalam memahami aspek ini. Aspek
membangun keterampilan dasar termasuk kategori tinggi, siswa sudah tergolong sangat
baik dalam memahami keterampilan ini. Aspek menyimpulkan termasuk dalam kategori
tinggi, artinya siswa sudah baik dalam memahami keterampilan ini. Aspek memberikan
penjelasan lanjut termasuk pada kategori tinggi, siswa baik dalam menguasai aspek ini.
Aspek mengatur strategi dan taktik termasuk kategori tinggi, yang berarti siswa sudah
baik dalam menguasai aspek ini. Melihat fakta ini kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi getaran dan gelombang sudah baik.

Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti merekomendasikan agar guru dapat


lebih kreatif dalam merancang dan mengembangkan perangkat pembelajaran agar
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga menjadi habit, baik
pada materi getaran dan gelombang atau materi IPA yang lainnya. Guru harus melibatkan
siswa dalam situasi pembelajaran yang mampu merangsang kemampuan siswa dalam
berpikir kritis melalui berbagai model pembelajaran aktif. Pembelajaran fisika untuk
siswa juga diharapkan lebih menekankan kepada contoh-contoh aplikasi fisika di dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk peneliti selanjutnya supaya dapat melakukan penelitian
eksperimen untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan-
penerapan strategi pembelajaran dan metode-metode pembelajaran yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Development. OECD, & Programme for International Student Assessment. (2018). PISA
2018. (Online), https://www.oecd.org/ (diakses 28 April 2020).

Ennis, R. (2011). Critical thinking: Reflection and perspective Part II. Inquiry: Critical
thinking across the Disciplines, 26(2), 5-19.

Ennis, R. H. (1996). Critical thinking (Vol. 14, pp. 48-51). Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall.

Herti Patmawati. (2011). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada


Pembelajaran Elektrolit dan Non Eletrolit dengan Metode Praktikum. Skripsi
dipublikasikan. FKIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Ihwan Rizky. 2014. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Dengan Menggunakan
Media Pembelajaran (Video) Pada Materi Minyak Bumi. Skripsi. Fitk
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. (diterjemahkan oleh A. Chaedar
Alwasilah). Mizan Learning Center. Bandung.

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 11


Santoso, S. (2010). Statistik Nonparametrik. Elex Media Komputindo.

Sri Wahyuni. (2015). Pengembangan Bahan Ajar IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP. In PROSIDING: Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika (Vol. 6, No. 6).

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Wahyu Arini dan Fikri Juliadi. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata
Pelajarn Fisika Untuk Pokok Bahasan Vektor Siswa Kelas X SMA Negeri 4
Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Berkala Fisika Indonesia, Volime 10(1) :10.
(Online). www.journal.uad.ac.id (diakses 1 Maret 2019)

JOM FKIP - UR VOLUME 7 EDISI 1 JANUARI - JUNI 2020 12

You might also like