Materi Ipa Fisika Getaran Dan Gelombang
Materi Ipa Fisika Getaran Dan Gelombang
Key Words: Critical Thinking Ability, Vibration and Wave Material, Descriptive Analysis.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Materi Getaran dan Gelombang, Analisis Deskriptif.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil informasi atau data secara langsung terhadap subjek penelitian. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Pekanbaru yang berjumlah 343
orang. Teknik pengambil sampel menggunakan teknik sampel acak (Simple Random
Sampling). Sampel diambil secara proportional random sampling, yaitu pengambilan
sampel dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
anggota sampel. Dalam menentukan jumlah sampel pada setiap kelas mengacu pada tabel
penentuan jumlah sampel dari Sugiyono (2013) dengan tingkat kesalahan 10%. Rumus
yang digunakan untuk memperoleh sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin
sehingga diperoleh sampel sebanyak 79 orang yang tersebar secara proporsional di setiap
kelas.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen tes yang terdiri dari 24
soal yang disusun berdasarkan indikator berpikir kritis menurut Ennis (2011). Indikator
berpikir kritis menurut Ennis terdiri dari 12 indikator yang terbagi kedalam 5 kelompok
aspek berpikir kritis, yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut dan mengatur strategi dan taktik.
Masing-masing indikator diambil 2 sub-indikator yang dianggap dapat mewakili setiap
indikator kemampuan berpikir kritis. Instrumen divalidasi menggunakan validitas
konstruk dengan menggunakan pendapat ahli yang berkualifikasi S3 dan S2 yaitu dua
orang dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau sebagai judgement
expert.
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VIII pada materi getaran dan gelombang
di SMP Negeri 4 Pekanbaru. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis dianalisis dengan
menggunakan teknik persentase dan akan dilihat kategori tingkat berpikir kritis siswa
melalui kategori yang dikembangkan oleh Setyowati (dalam Wahyu dan Fikri, 2018)
seperti pada Tabel 1.
Soal tes kemampuan berpikir kritis diujikan dengan jumlah 24 butir soal yang
dikembangkan berdasarkan 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan
menjadi 5 kelompok aspek berpikir kritis yang erdiri dari memberikan penjelasan
sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan
lanjut dan mengatur strategi dan taktik. Persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 4 Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis
peserta didik adalah sebesar 72,96% dengan kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan
kemampuan peserta didik secara keseluruhan sudah cukup baik, hanya dalam beberapa
aspek saja kemampuan peserta didik perlu ditingkatkan. Rata-rata kemampuan berpikir
kritis peserta didik berbeda pada setiap kelompok aspek berpikir. Aspek berpikir kritis
memberikan penjelasan sederhana memiliki persentase tertinggi dengan skor 86,50%
sedangkan aspek berpikir kritis yang terendah adalah aspek berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut dengan skor 65,19%.
Pada aspek ini peserta didik dituntut untuk dapat memfokuskan suatu pertanyaan,
menganalisis argumen dan mampu bertanya atau menjawab pertanyaan. Johnson (2007)
mengatakan seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki kemampuan
untuk mengevaluasi setiap argumen dan asumsi dari pemikiran orang lain. Proses berpikir
kritis mampu diketahui dengan suatu sikap keterampilan seseorang dalam memberikan
penjelasan verbal, menganalisis argumen dan membuat keputusan dalam memecahkan
masalah. Pada aspek ini kemampuan berpikir kritis peserta didik sebesar 86,50%.
93,67%
91,14% 86,08% 89,87%
83,54%
74,68%
Memfokuskan Pertanyaan
Persentase
Menganalisis Argumen
2 14 4 17 18 7
Nomor Soal
Gambar 1. Persentase aspek memberikan penjelasan sederhana (Sumber: Data
olahan hasil penelitian)
Pada aspek ini siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir yang teratur dan
dapat menggunakan pemikirannya dalam menelaah sesuatu dengan mempertimbangkan
apakah sumber informasi yang diterima dapat dipercaya atau tidak, mengobservasi suatu
permasalahan dan mempertimbangkan laporan observasi. Kemampuan ini membuat
siswa tidak gampang menerima informasi yang tidak memiliki referensi yang jelas dan
dapat melatih siswa untuk memiliki kebiasaan berhati-hati terhadap segala hal.
Apek membangun keterampilan dasar, rata-rata siswa memiliki keterampilan
sebesar 68,04%, dimana persentase jawaban siswa pada aspek ini menunjukkan tingkat
penguasaaan keterampilan berpikir kritis kategori tinggi. Persentase keterampilan
84,81%
78,48%
60,76%
Persentase
Mengobservasi dan
Mempertimbangkan Hasil
Observasi
16 5 11 10
Nomor Soal
Keterampilan berpikir kritis pada membangun keterampilan dasar terdiri dari dua
indikator yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan (2)
mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi. Setiap indikator tersusun dari
sub-indikator dalam soal nomor 16, 5, 11, dan 10. Berdasarkan grafik pada Gambar 2
persentase keterampilan membangun keterampilan dasar tertinggi pada nomor 5, sub
indikator mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat sebesar 84,81%. Pada soal
ini siswa diminta untuk menyusun prosedur untuk mengetahui hubungan panjang tali
dengan periode getaran bandul, siswa sudah baik dalam kemampuan ini. Sedangkan
persentase keterampilan membangun keterampilan dasar terendah pada nomor 10, sub
indikator mempertanggungjawabkan hasil observasi sebesar 48,10%. Pada soal nomor 10
siswa diminta untuk mengidentifikasi penyebab penggaris tidak menghasilkan bunyi jika
digetarkan diatas meja. Kebanyakan siswa hal ini disebabkan karena meja tidak mampu
merambatkan bunyi, jawaban ini salah karena yang menyebabkan penggaris tidak
menghasilkan bunyi ketika digetarkan adalah tidak adanya gesekan antara getaran
penggaris dengan udara.
Kemampuan Menyimpulkan
Keterampilan berpikir kritis pada menyimpulkan terdiri dari tiga indikator yaitu
(1) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan (3) membuat dan menentukan hasil
pertimbangan. Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam soal nomor 22, 8, 6, 3,
19, dan 12. Berdasarkan grafik pada Gambar 3 persentase keterampilan menyimpulkan
tertinggi pada nomor 6, sub indikator mengemukakan hal yang umum 100% yang artinya
kemampuan siswa dalam mengemukakan hal yang umum sudah sangat baik. Sedangkan
persentase keterampilan menyimpulkan terendah pada nomor 22, sub indikator
mengkondisikan logika sebesar 1,27%. Soal nomor 22 meminta siswa untuk memilih
gelas mana yang menghasilkan nada paling tinggi dari enam gelas yang diisi dengan air
yang berbeda-beda ketinggiannya. Siswa yang menjawab salah terjebak dan memilih
gelas dengan air yang paling sedikit. Gelas dengan air yang paling sedikit akan
menghasilkan nada paling kuat bukan paling tinggi. Hanya 1 siswa yang mampu
menjawab soal ini dengan benar.
Pada aspek yang keempat ini, peneliti menyelidiki kemampuan siswa dalam
memahami arti dari suatu istilah untuk menjadi pengalaman lanjut. Aspek ini menuntut
siswa untuk dapat memahami informasi dan membuat suatu bentuk definisi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya juga mampu untuk mengidentifikasi
asumsi-asumsi. Dalam aspek ini siswa harus mengidentifikasi asumsi-asumsi dengan
91,12%
82,28%
Persentase
49,37%
37,97%
Mendefinisikan Istilah dan
Mempertimbangkan Suatu Definisi
Mengidentifikasi Asumsi-asumsi
1 13 21 20
Nomor Soal
Gambar 4. Persentase aspek memberikan penjelasan lanjut (Sumber: Data
olahan hasil penelitian)
Keterampilan berpikir kritis pada memberikan penjelasan lanjut terdiri dari dua
indikator yaitu (1) mendefinisikan istilah dan (2) mempertimbangkan suatu definisi dan
mengidentifikasi asumsi-asumsi. Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam soal
nomor 1, 13, 21, dan 20. Berdasarkan grafik pada Gambar 4 persentase keterampilan
memberikan penjelasan lanjut tertinggi pada nomor 1, sub indikator membuat bentuk
definisi sebesar 91,12%. Pada soal ini kemampuan membuat definisi dari suatu paragraf
sudah bagus. Sedangkan persentase keterampilan memberikan penjelasan lanjut terendah
pada nomor 20, sub indikator mengkonstruksi argumen sebesar 37,97%. Soal ini
menanyakan alasan utama pemasangan karpet di bioskop. Siswa memilih jawaban untuk
membuat suasana lebih tenang dengan meredam suara dari luar. Alasan tersebut memang
benar tetapi bukan hal tersebut tujuan utama pemasangan karpet di bioskop, melainkan
untuk mengurangi gaung.
Aspek kelima ini, siswa dituntut untuk dapat mengungkap masalah dan
memutuskan tindakan dengan pertimbangan solusi yang mungkin dari apa yang sedang
mereka hadapi. Siswa melakukan dengan berdasarkan informasi dan pengalaman yang
telah dimiki dari interaksi kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat menghasilkan
keputusan yang sangat baik dan siswa ada pada sepenuh rasa untuk meyakini sebuah hasil
dan menetapkannya dalam sebuah tindakan (Ihwan Rizky, 2014).
94,94%
64,56%
Persentase
55,70% 54,43%
Menentukan Suatu Tindakan
24
15
Berinteraksi dengan Orang Lain
9 24 23 15
Nomor Soal
Gambar 5. Persentase aspek mengatur strategi dan taktik (Sumber: Data olahan
hasil penelitian)
Keterampilan berpikir kritis pada mengatur strategi dan taktik terdiri dari dua
indikator yaitu (1) menentukan suatu tindakan dan (2) berinteraksi dengan orang lain.
Setiap indikator tersusun dari sub-indikator dalam soal nomor 9, 24, 23, dan 15.
Berdasarkan grafik pada Gambar 5 persentase keterampilan mengatur strategi dan taktik
tertinggi pada nomor 24, sub indikator mengamati penerapannya sebesar 94,94%. Yang
berarti kemampuan siswa dalam mengamati penerapan dari suatu konsep sudah sangat
bagus. Sedangkan persentase keterampilan lanjut mengatur strategi dan taktik terendah
pada nomor 15, sub indikator menggunakan strategi retorika sebesar 54,43%. Soal ini
berisi tentang efek Doppler, siswa tidak paham dalam membedakan pengaruh pengamat
atau sumber bunyi bergerak terhadap frekuensi bunyi yang didengar pengamat.
Simpulan
Berdasarkan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kritis peserta didik di SMP Negeri 4 Pekanbaru pada materi getaran dan gelombang sudah
sangat baik dengan berada pada kategori tinggi. Persentase rata-rata kemampuan berpikir
kritis peserta didik untuk setiap aspek dan indikator kemampuan berpikir kritis sudah
cukup baik dan sebagian besar siswa sudah memahami keterampilan setiap aspek
Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Development. OECD, & Programme for International Student Assessment. (2018). PISA
2018. (Online), https://www.oecd.org/ (diakses 28 April 2020).
Ennis, R. (2011). Critical thinking: Reflection and perspective Part II. Inquiry: Critical
thinking across the Disciplines, 26(2), 5-19.
Ennis, R. H. (1996). Critical thinking (Vol. 14, pp. 48-51). Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall.
Ihwan Rizky. 2014. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Dengan Menggunakan
Media Pembelajaran (Video) Pada Materi Minyak Bumi. Skripsi. Fitk
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. (diterjemahkan oleh A. Chaedar
Alwasilah). Mizan Learning Center. Bandung.
Sri Wahyuni. (2015). Pengembangan Bahan Ajar IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP. In PROSIDING: Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika (Vol. 6, No. 6).
Wahyu Arini dan Fikri Juliadi. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata
Pelajarn Fisika Untuk Pokok Bahasan Vektor Siswa Kelas X SMA Negeri 4
Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Berkala Fisika Indonesia, Volime 10(1) :10.
(Online). www.journal.uad.ac.id (diakses 1 Maret 2019)