Laporan Kerja Praktek Mo
Laporan Kerja Praktek Mo
NRP. 4313.100.149
DOSEN PEMBIMBING :
Sehubungan dengan kerja praktik mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni
2016 sampai 20 Agustus 2016 di PT. Marine CadCam Indonesia – Batam, maka saya:
NRP : 4313100149
Dengan ini telah menyelesaikan laporan kerja praktik dan disetujui oleh dosen
pembimbing.
Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semesta alam dan berkat ridho-Nya pula penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktik di PT. Marine CadCam Indonesia yang dimulai
sejak tanggal 20 Juni hingga 20 Agustus 2016.
Laporan ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan
untuk dapat memenuhi mata kuliah Kerja Praktek (MO 091335) yang tujuannya agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan selama perkuliahan dan memiliki pengalaman
secara langsung di industri terkait. Selain itu, kerja praktik juga diharapakan menjadi sarana
untuk menjalin hubungan yang baik dengan tidak mengabaikan kemungkinan suatu taraf
pengembangan kerja sama antara mahasiswa dan perguruan tinggi serta pihak industri.
Penulis menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna sehingga saran dan
kritik yang membangun pada laporan ini sangat diharapkan agar dapat memberikan
kebermanfaatan seluas-luasnya bagi pembaca manapun.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan oleh banyak pihak
sehingga penulis mengucapkan rasa terima kasih atas segala bimbingan maupun bantuan
berupa dukungan dan materi serta do’a secara langsung maupun tidak langsung kepada:
1. Keluarga penulis yang tidak pernah berhenti sejak awal memberikan do’a, dukungan,
dan bantuan materi sejak awal perkuliahan.
2. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D., sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis untuk kerja praktik.
3. Dr. Hasan Ikhwani, M.Sc., sebagai koordinator kerja praktik yang telah memberikan
bimbingan dan persetujuan bagi penulis agar dapat sukses melaksanakan kerja praktik.
4. Dr. Eng. Rudi Walujo Prastianto, ST., MT., sebagai Ketua Jurusan Teknik Kelautan
ITS.
5. Karyawan Tata Usaha Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kemaritiman –
ITS, yang telah membantu mempersiapkan segala keperluan administrasi kerja praktik.
6. Bapak Akhmad Subkhan, S.Kom., sebagai General Manager dan Ibu Lenta Helena
Sinaga sebagai Human Resources Development yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk dapat kerja praktik di PT. Marine CadCam Indonesia.
7. Bapak Ongko Anggun Pradewo, S.T., sebagai supervisor yang senantiasa menemani
dan membimbing kepada penulis selama pelaksanaan kerja praktik.
8. Semua karyawan dan staf PT. Marine CadCam Indonesia yang telah memberikan
bantuan dan dukungan.
LAMPIRAN
SCANTLING CALCULATION REPORT
SURAT RESMI PERMOHONAN KP
SURAT PENERIMAAN KP
FORM KP-04 LAPORAN MINGGUAN KERJA PRAKTIK
FORM KP-05 LAPORAN HARIAN KERJA PRAKTIK
FORM KP-07 CONTACT PERSON UNTUK KERJASAMA DENGAN JURUSAN
Tabel 1. Proyek yang telah dikerjakan PT. Marine CadCam Indonesia ............................... 9
Untuk memenuhi lebih luas kebutuhan para client, PT. Marine CadCam Indonesia telah
mendirikan tiga departemen utama, yaitu:
1. Departemen Desain (Design)
Departemen ini terbagi menjadi dua divisi, yaitu:
Pada umumnya, PT. Marine CadCam Indonesia menghasilkan output berupa gambar
(drawing) dan model 3D bentuk konstruksi kapal maupun bangunan anjungan lepas pantai
(offshore platform) karena itu, hampir seluruh pekerjaan di perusahaan telah dilengkapi
berbagai software yang lengkap dan berlisensi untuk memenuhi permintaan para client.
Selain itu, PT. Marine CadCam Indonesia menyediakan jasa untuk pekerjaan sebagai
berikut ini:
1. Ship and Offshore Unit Design, Structural Engineering and Design
Mencakup kegiatan baik itu ship design maupun structural design yang sesuai dengan
Rule Class (ABS, DNV, dll) dan spesifikasi permintaan dari client.
2. Ship Modeling and Generation of Machine Codes for NC Machines Using Tribon
Software
Mencakup kegiatan pemodelan kapal untuk galangan dan ship owner clients dalam
menghasilkan kode mesin seperti DXF, EIA, dan ESSI untuk computer aided cutting
machine yang meliputi nesting pada steel plate untuk mengurangi jumlah plate yang
tidak dipakai.
3. Piping Work and Steel Work pada Modeling Produksi
PT. Marine CadCam Indonesia telah bekerja sama dengan berbagai galangan kapal di
Batam untuk kegiatan assembly block, gambar produksi perpipaan, kabel electric, dan
ducting ke galangan kapal agar dapat meningkatkan nilai tambah dari produktivitas
kapal yang mempermudah proses fabrikasi.
(halaman berikutnya)
Advisor/
Consultant
Engineering
Manager
Ship
Design Consultancy
Modelling
Ship
Conversion Hull
Launching
Calculation
New Building Piping
and Analysis
Electrical
Selain itu, PT. Marine CadCam Indonesia telah menjalin kerja sama dengan berbagai
client di tingkat internasional maupun nasional. Berikut ini adalah contoh perusahaan yang
pernah menjadi client PT. Marine CadCam Indonesia:
1. ASL Shipyard Pte. Ltd.
2. Dyna-Mac Engineering Pte. Ltd.
3. Jurong Shipyard Pte. Ltd.
4. Sembawang Shipyard Pte. Ltd.
5. ST Marine Shipyard Pte. Ltd.
6. Mega Drill Pte. Ltd.
7. Marcopolo Marine Pte. Ltd.
8. BMC Pte. Ltd.
9. PT. PAL Indonesia
10. Drako Shipping Pte. Ltd.
11. PT. Dowell Anadrill Schlumberger
12. Bluesky Offshore Pte. Ltd.
13. Seadragon Pte. Ltd.
14. Swiber Offshore Marine Pte. Ltd.
15. SBM Offshore NV Pte. Ltd
Alas (Bottom): Penumpu tengah (center girder) dan penumpu samping (side girder).
Penumpu tengah adalah pelat yang dipasang dengan posisi vertikal memanjang kapal
tepat pada bidang paruh (center line).
Adapun profil untuk membangun kapal mempunyai macam-macam bentuk dan ukuran.
Bentuk-bentuk pelat dan profilnya dapat diperhatikan pada Gambar 2 dan penggunaan
pelat serta profil-profilnya tersebut adalah sebagai berikut:
Pelat, sebagai bahan utama untuk membangun kapal dapat dilihat pada Gambar 2 (a).
Balok berpenampang bujur sangkar biasanya digunakan untuk balok-balok tinggi, lunas
dan lain-lain. Diperlihatkan pada Gambar 2 (b).
Profil penampang bulat pada umumnya digunakan untuk topang-topang yang kecil,
balok untuk pegangan tangan Gambar 2 (c).
Profil setengah bulat pada umumnya dipakai pada tepi-tepi pelat sehingga pelat tersebut
tidak tajam ujung tepinya, misalnya pada tepi ambang palka Gambar 2 (d).
Secara singkat akan dijabarkan penjelasan singkat mengenai hubungan antara kelima
pihak yang telah disebutkan di atas. Pada tahap awal perancangan, pihak owner yang diwakili
oleh owner representative menyerahkan design requirement kepada pihak konsultan.
Kemudian oleh pihak konsultan desain requirement ini diolah menjadi sebuah conceptual
design. Conceptual design tersebut diajukan lagi ke pihak owner rep. untuk mendapatkan
approval. Bila pihak owner rep. menyetujui conceptual design tersebut, maka prosedur
perancangan akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni design atau re-design drawing. Tapi
bila tidak, conceptual design tersebut akan kembali digodok oleh pihak konsultan sampai
mendapatkan persetujuan dari pihak owner rep. yang tentunya sudah dikonsultasikan dengan
owner kapal yang sesungguhnya.
Pada tahap design ini harus mendapatkan pengawasan dari classification society.
Selama proses design ini juga selalu mendapatkan persetujuan dari pihak owner rep. bila design
drawing disetujui oleh pihak owner rep. dan telah dibuat document approval, tahap selanjutnya
adalah construction drawing dan material spesifikasi. Kemudian proses diajukan lagi ke pihak
owner rep. untuk mendapatka persetujuan. Setelah itu diajukan ke class society dan flag
authority. Bila telah mendapatkan persetujuan pihak-pihak tersebut, tahapan selanjutnya
adalah persiapan konstruksi. Namun jika tidak, maka tahapan akan kembali ke design atau re-
design drawing.
7.1. Kesimpulan
Dari hasil pemantauan dan pengalaman penulis dalam mengikuti kerja praktik di PT.
Marine CadCam Indonesia selama hampir dua bulan ini dapat disimpulkan sebagaimana
berikut ini:
a. PT. Marine CadCam Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang terus aktif
hingga saat ini meskipun keadaan dan kondisi berada di tengah krisis ekonomi karena
harga minyak dunia yang turun yang berdampak pada berbagai industri di bidang baik
kemaritiman maupun migas.
b. Selain itu, PT. Marine CadCam Indonesia merupakan perusahaan yang terpercaya dan
telah melayani berbagai client dari berbagai tingkat, baik internasional maupun
nasional, yang berfokus pada jasa pembuatan desain kapal, pemodelan kapal 3D, dan
juga konsultan di bidang kemaritiman.
c. Sebagai perusahaan yang sejak awal berfokus pada design dan modelling konstruksi
bangunan laut, PT. Marine CadCam Indonesia telah dilengkapi berbagai fasilitas
termasuk IT Support yang salah satu penunjangnya adalah software yang berlisensi
(AutoCAD, Tribon, Aveva Marine, Foran, Nastran, dsb).
d. Secara lingkup, PT. Marine CadCam Indonesia telah cukup membuat para karyawan
nyaman untuk bekerja dan inovatif.
e. Secara bisnis, PT. Marine CadCam Indonesia masih terus dapat beroperasi dengan baik
dengan menjalin koordinasi yang baik antar departemen untuk saling mendukung dan
menerapkan slogan ‘Team Work as Power’.
7.2. Saran
Selama penulis melakukan kerja praktik di PT. Marine CadCam Indonesia, penulis
mendapatkan banyak kesempatan untuk mengembangkan skill seperti desain menggunakan
AutoCAD dan analisis berdasarkan hidrodinamika-struktur yang berdasarkan pengetahuan dan
pelajaran yang didapatkan selama kuliah di Jurusan Teknik Kelautan. Oleh karenanya, penulis
berharap kedepan dapat lebih termotivasi untuk lebih giat memperdalam ilmu dasar-dasar dan
aplikasi pengetahuan Teknik Kelautan agar pascalulus mampu lebih adaptif dengan industri
kemaritiman yang memiliki persoalan yang jauh lebih kompleks.
Rules for Building and Classing Steel Vessels, American Bureau of Shipping, 2015.
56 Meter – LCT ASL, Structural Calculation Report, D253-01000, Rev A1, Januari 14, 2011
Mencast Offshore 1 – 50 Pax Accom. Barge PT. Top Great Marine, Structural Calculation
Report, D253-01000, Rev A1, Januari 14, 2011
Sarira, Dana Putri. Laporan Kerja Praktek PT. Marine CadCam Indonesia. ITS: 2016.
Arina. Laporan Kerja Praktek PT. Marine CadCam Indonesia. ITS: 2009.
Ship Construction Sketches and Notes Kemp and Young, Stanford Maritime London, 1984.
SCANTLING
CALCULATION REPORT
Calculated by Supervisor
GENERAL NOTES
This report is a simulation of scantling calculation for project Bore Piling Hammer Support
Foundation and require further analysis. There is no relation with the real project or
commercial from this report.
REVISIONS
PURPOSE
The purpose of this report is to select the major scantlings for the project of BORE PILING
HAMMER SUPPORT FOUNDATION design. The subject vessel will be a 180 ft long ×
60 ft wide × 12 ft and will be owned and operated by the ASL Marine Pte Ltd. The vessel is
to be ABS classed.
PROCEDURE
Scantling calculations are performed based on the 2015 edition of the ABS Rules for Building
and Classing Steel Vessels. Calculations are performed to determine the required shell
plating, framing and girders; deck plating, framing and girders; bulkheads and stiffeners; and
superstructure decks, bulkheads, stiffeners and girders, all to a preliminary level. Finer details
have been omitted by grouping scantlings into common areas and taking the worst case
between any similar dimensions pertaining to nearby areas of the structure. All steel is
assumed to be ASTM A36, except for plating over 1/2 inch, which is to be ABS Grade A,
unless noted otherwise.
Final scantling sizes are selected with a minimum margin insofar as possible. After a future
constructability review, the number of different scantling sizes will be reduced ensuring
simplicity of construction.
REFERENCES
1. Rules for Building and Classing Steel Vessels, American Bureau of Shipping, 2015.
2. Alaska Class Ferry, Preliminary Scantling Calculation Report, 06137-006-061-1, Rev
0, November 24, 2010.
3. 56 Meter – LCT ASL, Structural Calculation Report, D253-01000, Rev A1, Januari 14,
2011
4. Mencast Offshore 1 – 50 Pax Accom. Barge PT. Top Great Marine, Structural
Calculation Report, D253-01000, Rev A1, Januari 14, 2011
HULL SCANTLING CALCULATION
Decks
PRINCIPAL DIMENSIONS
Length Overall L = 180 feet 54.86 meters
Breadth Overall B = 60 feet 18.288 meters
Depth Overall h = 12 feet 3.657 meters
Deck Loading P = 15 ton/m2 147090 N/m2
Longitudinal Stiffener s1= 572 mm 0.572 meters
Transverse Girder s2= 1524 mm 1.524 meters
Displacement ∆ = 1418.3 ton
Classification = ABS Steel Barges 2015
MATERIAL
All steel to be ABS grade A Minimum yield strength 235 N/mm2
Ultimate tensile strength 410 N/mm2
2 2
I = 0.03SMRL cm -m
= 0.03(0.321)(54.86) cm2-m2
= 0.89032178 cm2-m2
2 2
So, the hull girder moment of inertia as rule requirement is 0.84 cm -m
So, the minimum thickness as rule ABS 2015 for side shell plating amidships is 7.84 mm
So, the minimum thickness as rule requirement for bottom shell plating is 8.27 mm
So, the minimum thickness as rule requirement for shell plating is 8.0213 mm
So, the minimum thickness as rule requirement for bottom forward plating is 9.7373 mm
Based on 3-2-2/5.5, where the bow of ship-shape form, the thickness of the plating below
the waterline for the forward 0.16L is not to be less than obtained from the following
equations, but need not be greater than the thickness of the side shell plating amidships.
So, the minimum thickness as rule requirement for immersed bow plating 7.747 mm
= 5.864106948 mm
So, the minimum thickness as rule requirement for deck plating is 7.55 mm
So, the minimum thickness as rule requirement for deck plating at ends is 6.505 mm
SM = 7.8chsℓ2 cm3
where
c = 1
h = 0.02L + 0.76 m
= 0.02(54.86) + 0.76 m
= 1.8572 m
ℓ = Unsupported span, in meters, of the longitudinals as shown in 3-2-
5/Figure 1
= 1.524 m
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1)(1.8572)(0.572)(1.5242) cm3
3
= 19.24505872 cm
So, the minimum sections modulus for bottom longitudinal as rule requirement is
19.24 cm3
So, the minimum sections modulus for bottom longitudinal as rule requirement is
66.015 cm3
= 7.8(1.25)(4.1442)(0.572)(1.5242) cm3
3
= 53.67984892 cm
So, the minimum sections modulus for deck longitudinal as rule requirement is 53.67
cm3
So, the location of collision bulkhead (I) as rule requirement, between 2.743 m dan
6.403 m (measured from aft the forward perpendiucalr)
iii. Plating
Based on 3-2-6/5.1, Plating of watertight bulkheads is to be of the thickness obtained
from the following equation :
𝒔𝒌 𝒒𝒉
𝒕= + 𝟏. 𝟓 mm
𝒄
But not less than 6 mm (0.24 in.) or s/200 + 2.5 mm (s/200 + 0.10 in.), whichever is
greater.
where
a = longer edge of plate/shorter edge of plate
= 2.66434
k = 1 , where a > 2
Y = 235 N/mm2
q = 235/Y
= 1
= 5.8065 mm
So, the minimum thickness as rules requirement for collision bhd is 5.8 mm
= 5.2719 mm
So,the minimum thickness as rules requirement for other watertight bhd is 5.27 mm
iv. Stiffeners
Based on 3-2-6/5.3, Each stiffener, in association with the watertight bulkhead plating to
which it is attached, is to have a section modulus SM not less than obtained from the
following equations:
SM = 7.8chsℓ2Q cm3
where
c = 0.56 , for stiffeners having both ends attached
= 0.6 , for other stiffeners having none end attachments and for
stiffeners between horizontal girders
= 0.7 , for horizontal stiffeners on longitudinal bulkheads
h = Distance, in m (ft), from the middle of ℓ to the freeboard deck at center.
Where that distance is less than 6.10 m (20 ft), h is to be taken as 0.8
times the distance plus 1.22 m
= 1.8285 m
= 2.6828 m , 0.8h + 1.22 m
ℓ = which have a slope of about 45° and a thickness ind icated in 5-1-
1/Table 1, the length l may be measured to a point on the bracket equal
to 25% of the length of the bracket, as shown in 3-2-6/Figure 3.
= 1.8285 m , transverse bulkhead
= 1.524 m , longitudinal bulkhead
Q = 1 , for ordinary strength steel
So, the minimum section modulus for transverse bulkhead as rules requirement is
24.01 cm3
Longitudinal Bulkhead
SM = 7.8chsℓ2Q cm3
= 7.8(0.7)(2.6828)(0.572)(1.5242) cm3
= 19.46018225 cm3
So, the minimum section modulus for longitudinal bulkhead as rules requirement is
19.46 cm3
𝒔𝒌 𝒒𝒉
𝒕= + 𝟏. 𝟓 mm
𝟐𝟓𝟒
But not less than 6.5 mm or s/200 + 2.5 mm (s/200 + 0.10 in.), whichever is greater.
Where:
a = longer edge of plate/shorter edge of plate
= 2.66434
k = 1 , where a > 2
Y = 235 N/mm2
q = 235/Y
= 1
h = as defined in 5-2-1/3 (Tank Head for Scantlings)
Then Plating:
𝒔𝒌 𝒒𝒉
𝒕= + 𝟏. 𝟓
𝟐𝟓𝟒
572.1 1.5,577
𝑡= + 1.5
254
t = 6.81818 mm
So, the minimum thickness as rule requirement for tank bulkhead is 6.818 mm
ii. Stiffeners
Based on 3-2-7/3.3, Bulkhead stiffeners are to have their ends attached. Each stiffener, in
association with the plating to which it is attached, is to have a section modulus SM not
less than that obtained from the following equation:
SM = 7.8chsℓ2Q cm3
where
c = 1
, for horizontal or vertical stiffeners on transverse bulkheads
and vertical stiffeners on longitudinal bulkheads
Transverse Bulkhead
SM = 7.8chsℓ2Q cm3
= 7.8(1)(4.66275)(0.572)(1.2192)1cm3
= 194.1298924 cm3
Longitudinal Bulkhead
SM = 7.8chsℓ2Q cm3
= 7.8(0.9)(4.66275)(0.572)(??2)1 cm3
= 35.78981088 cm3
So, the minimum section modulus for longitudinal bulkhead of rules requirement is
44.52 cm3
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Hari Raya
Rabu, 6 Juli 2016 -
‘Idul Fitri
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Kamis, 14 Juli 2016 1. Redraw Hydraulic Crawler Crane tipe BMS 1000
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc, Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Senin, 1 Agustus
- Sakit
2016
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Lomba
Sabtu, 13 Agustus Olahraga untuk
-
2016 Acara 17an
Agustus
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
LAPORAN MINGGUAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
KERJA PRAKTIK
FORM KP-04
Hari
Rabu, 17 Agustus Kemerdekaan
-
2016 Indonesia ke-
71
Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik Dosen Pembimbing
Ongko Anggun Pradewo, S.T. Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.
LAMPIRAN E
FORM KP-05 LAPORAN HARIAN
KERJA PRAKTIK
Hari pertama penulis mendapat pengarahan secara langsung di ruang rapat oleh pihak
manajemen PT. Marine Cadcam Indonesia. Ibu Helena sebagai HR (Human Relations) menjadi
pembuka dalam pengarahan tersebut lalu penulis diperkenalkan anggota tim manajemen dan
ditekankan sejak awal tentang pentingnya memahami dan menaati regulasi yang ada di perusahaan
tersebut. Di antara regulasi yang utama adalah disiplin terhadap waktu dan proaktif dalam bekerja.
Disiplin terhadap waktu yang artinya setiap karyawan perusahaan termasuk peserta kerja praktik
harus bekerja mengikuti aturan jam kerja sebagaimana tabel berikut ini:
Di samping itu, penulis juga ditekankan untuk selalu proaktif dalam bekerja karena jika
penulis diam saja maka dianggap telah mengerti suatu permasalahan atau persoalan yang didapat.
Selain itu, Ibu Helena juga menegaskan tentang larangan dalam penggunaan gadget/smartphone
kecuali jika memang dibutuhkan atau keadaan yang mendesak. Untuk urusan pekerjaan, penulis
diberikan tempat akses pada satu komputer yang terletak di belakang supervisor penulis, Pak
Ongko, sehingga memudahkan untuk diawasi dan berkonsultasi.
Lalu terakhir, Pak Ongko sebagai salah satu leader di divisi Design yang juga alumni Teknik
Kelautan angkatan 1994 sekaligus supervisor atau pembimbing selama penulis kerja praktik
menjelaskan mengenai perihal apa saja yang akan penulis dapatkan selama kerja praktik. Di antara
Pak Ongko harapkan dari penulis adalah dapat memahami dunia industri kelautan atau perkapalan,
mengetahui pengalaman para alumni Teknik Kelautan di berbagai industri, mengenal dasar-dasar
struktur kapal, dan memahami ilmu hidrodinamika secara praktis yang merupakan pilar utama dari
pendidikan Teknik Kelautan untuk disimulasikan dengan proyek yang berkaitan.
Dokumentasi:
Gambar 1. Tampak luar kantor PT. MCCI Gambar 2. Ruang rapat kantor PT. MCCI
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Mengenal Tribon M-3 dan Membantu QC (Quality Control) untuk Memeriksa Gambar
Pada hari ini di waktu pagi, penulis masih diberi kebebasan untuk dapat beradaptasi di
lingkungan kantor, baik itu melihat-lihat apa yang ada di desk, membuka berbagai data proyek dari
komputer maupun sekadar berkenalan dengan karyawan setempat. Namun, penulis sempat diberi
tahu oleh salah satu staf IT, Mas Benny, bahwa untuk mempermudah komunikasi antar karyawan
via PC, penulis dapat melogin pada software ‘Spark – Instant Messenger‘ dengan username nama
lengkap penulis dengan default passwordnya ‘1234’.
Penulis juga menyempatkan diri untuk mengenali dan mempelajari salah satu software yang
sering digunakan oleh karyawan setempat, yaitu Tribon – M3. Di mana Tribon – M3 merupakan
salah satu aplikasi menggambar pada bangunan kapal untuk didesain maupun dimodelkan dengan
tampilan 3D agar salah satunya dapat lebih mudah untuk pengecekan setiap ruangan/block kapal.
Di samping itu, software Tribon – M3 ini telah menjadi salah satu software rujukan oleh hampir
setiap industri maritim. Sebab software tersebut telah didukung oleh sistem integrasi database
yang cukup lengkap antar bagian keilmuan, yang memungkinkan untuk mengoutput data secara
otomatis baik untuk data material, equipment, maupun struktur.
Pada siang hari, penulis diminta untuk masuk ke ruang rapat oleh Pak Ongko untuk memberi
penjelasan tentang proyek yang sedang dikerjakan yakni proyek Bore Piling Hammer Support
Foundation yang telah dikerjakan oleh beliau sejak 27 Mei 2016 lalu. Sebuah proyek yang dimiliki
oleh perusahaan ASL Marine LTD sebagai client untuk Marine Cadcam PTE LTD sebagai
perusahaan consultant engineering.
Lalu, penulis diminta untuk membantu menyelesaikan proyek yang sedang digarap oleh Pak
Ongko dengan melakukan QC (Quality Control) untuk memeriksa gambar yang telah dikerjakan
sebelumnya. Kemudian, penulis mengecek, mengevaluasi, dan membandingkan dari tabel daftar
equipment yang ada dengan gambar AutoCAD 2011 berupa kapal tampak atas atau Main Deck
pada kertas ukuran A3 General Arrangement Bore Piling Hammer Support Foundation dengan
menggunakan pulpen merah sebagai tanda tidak adanya gambar equipment dari daftar equipment
atau sebaliknya dan stabilo sebagai tanda atas kesesuaian antara daftar equipment dengan gambar
equipment pada gambar tampak atas kapal tersebut.
Selain itu, penulis juga diminta untuk membantu redraw gambar Hydraulic Crawler Crane
dengan menggunakan AutoCAD 2011 yang merupakan salah satu equipment pada kapal proyek
Bore Piling Hammer Support Foundation. Namun, hari ini, penulis fokus menyelesaikan
penugasan pertama sekaligus latihan sederhana sebelum mengenali dan membantu mengerjakan
proyek yang lebih menantang pada masa yang nanti.
Analisis:
Dalam mengerjakan proses QC (Quality Control), penulis sadar tentang pentingnya dalam
pekerjaan QC sebab melalui proses ini dapat menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari
semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi (Wiki). Secara umum, tugas seseorang dalam
melakukan QC sebaiknya dapat melakukan tugas sebagai berikut:
penerimaan (accepted)
perbaikan (repair)
pengerjaan ulang (rework)
pencegahan dan peningkatan (preventive & corrective action)
Selain itu penulis juga mengenali berbagai part dari suatu gambar teknik seperti pada
Gambar 3 dengan adanya sebagai berikut:
Gambar 4. Bored Pile Equipment on Barge Gambar 5. Tampilan tutorial Tribon M2 untuk software Tribon M3
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ketiga penulis melanjutkan penugasan berikutnya dari hasil briefing pada siang hari
sebelumnya oleh Pak Ongko dan karena telah selesai melakukan Quality Control dengan
memeriksa gambar proyek kapal Bore Piling Hammer Support Foundation di hari sebelumnya,
maka penulis melanjutkan tugas untuk mensketch atau proses redrawing dengan salah satu
equipment terberat yang ada di atas proyek kapal Bore Piling Hammer Support Foundation yakni
Hydraulic Crawler Crane CKL2600i. Penulis diharapkan dapat melakukan redraw gambar
tersebut dengan tampak samping dan tampak depan yang disertai dengan keterangan dimensinya.
Untuk mempermudah dalam proses melakukan redrawing dari gambar PDF pada AutoCAD
2011, penulis menggunakan tool khusus dari Adobe Reader, yakni ‘Take a Snapshot’ untuk
mengambil gambar crane boom sebagaimana pada Gambar 6 yang akan penulis redraw melalui
garis-garis di atas gambar pada drawing area AutoCAD 2011.
Analisis:
Dalam proses redrawing yang penulis kerjakan, penulis belajar bahwa teknik redraw yang
efektif dan menghasilkan output sesuai permintaan client membutuhkan kesabaran dan ketelitian
yang tinggi apalagi penulis masih dalam tahap belajar. Dalam pengerjaan teknik ini, penulis
membuka file PDF yang memuat informasi dan gambar Hydraulic Crawler Crane CKL2600i
dengan resolusi yang tinggi sehingga dapat memudahkan proses redraw ini dan dapat membaca
garis-garis gambarnya dengan detail. Lalu, penulis akan menscreen shot seperti pada Gambar 6
yang akan penulis sertakan di drawing area pada AutoCAD 2011 untuk terlebih dahulu
penyesuaian skala dan ukuran dimensinya. Setelahnya, penulis akan mengikuti garis-garis sesuai
pada gambar yang telah di screen shot. Hasil redraw untuk Side View dan Front View Hydraulic
Crane tipe Kabelco CKL2600i seperti pada Gambar 7.
Dokumentasi:
Gambar 6. Dimensi umum untuk Redraw Crane Boom Gambar 7. Proses redrawing di AutoCAD 2011
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Memasang ANSYS 16.2 dan Sharing Pengalaman Alumni Teknik Kelautan ITS
Setelah penulis menyelesaikan penugasan pertama berupa Quality Control dan diikuti
penugasan berikutnya berupa redraw Hydraulic Crawler Crane tipe CKL2600i dari Pak Ongko,
penulis akhirnya memiliki waktu yang cukup senggang selama di kantor hari ini di samping Pak
Ongko belum lagi bersedia membagikan bantuan pekerjaan dari proyeknya atau arahan kerja
praktik sebab beliau sedang sibuk dalam menyelesaikan proyek Bore Pile Hammer Support
Foundation. Oleh karenanya Pak Ongko hanya menyarankan penulis untuk mencoba mempelajari
software MOSES atau ANSYS yang berkaitan dengan analisis hidrodinamika dengan tujuan untuk
mengisi waktu luang sebelum adanya penugasan baru. Penulis pun akhirnya memutuskan untuk
mempelajari software ANSYS di laptop penulis karena berhubung di kantor tidak menggunakan
software tersebut, namun pihak kantor memegang lisensi software yang hampir serupa dengan
ANSYS yang sama-sama program aplikasi yang berbasis Finite Element Analysis yakni
NeiFusion. Selain itu, penulis juga belum bisa akses dengan software NeiFusion karena telah
digunakan dua lisensinya saat ini sehingga ini menjadi salah satu alasan lain sebab penulis ingin
mempelajari software ANSYS. Penulis terlebih dahulu mencoba memasang software ANSYS 16.2
versi Student atau Free Edition.
Dalam proses penginstalan ANSYS 16.2 versi Student ini, penulis mendapati bahwa
dibutuhkan proses yang cukup lama sebab software tersebut menghabiskan memori yang cukup
besar atau sekitar 11 GB sehingga hampir sebagian besar waktu yang digunakan di kantor hanya
pada penginstalan software tersebut. Sampai pada akhirnya ANSYS 16.2 versi Student dapat
terinstal dengan baik tetapi penulis baru menyadari bahwa di samping memiliki kelebihan dengan
software yang berlisensi gratis untuk kalangan pelajar juga memiliki kekurangan dengan tidak
adanya produk ANSYS Aqwa (Hydrodynamic Diffraction – Hydrodynamic Time Responses) pada
ANSYS 16.2 versi Student. Penulis menduga karena ANSYS Aqwa adalah tools tersulit dan
termahal dibandingkan produk ANSYS yang lain sehingga menjadi alasan mengapa perusahaan
ANSYS membatasi produknya pada lisensi versi pelajar.
Tidak lama kemudian, Pak Ongko mendatangi penulis untuk menanyakan kegiatan yang
sedang dilakukan dan beliau juga berbagi pengalaman semasa kuliahnya. Setelah itu, beliau
membawa buku-buku diktatnya yang masih beliau simpan di desk kantornya yang kadang
diperlukan untuk membantu pekerjaannya terutama pada perhitungan analisis hidrodinamika dan
struktur.
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, penulis masih diberi kebebasan untuk melakukan hal yang berkaitan dengan
keilmuan dan pagi ini masih seperti kegiatan hari sebelumnya yaitu penulis lebih menghabiskan
waktu untuk mempelajari cara memasang ANSYS, sebuah software yang dapat membantu
menganalisis suatu struktur bangunan laut atau mengetahui profil suatu struktur, cara
memasangnya pun sebenarnya agak sulit dibanding software-software lain sebab ANSYS yang
dipasang adalah ANSYS versi terbaru, ANSYS 16.2 yang bukan versi Student seperti hari
sebelumnya. Karena begitu rumitnya memasang ANSYS 16.2 dan ternyata setelah berhasil
dipasang masih belum berhasil akses dengan ANSYS Aqwa di Project Schematic seperti pada
Gambar 9, sebuah tools yang umumnya digunakan dalam menganalisis struktur bangunan laut.
Akhirnya, penulis memutuskan untuk mencoba memasang ANSYS versi 15.0 (Gambar 10). Di
samping penulis sedang melakukan penginstalan ANSYS, penulis juga mencari bahan-bahan
material untuk Tutorial ANSYS dari berbagai sumber, baik dari internet maupun alumni.
Pada hari ini juga kesibukan Pak Ongko masih seperti hari sebelumnya namun beliau telah
mengabarkan bahwa besok hari Sabtu akan diberi pengarahan lagi di ruang rapat kantor untuk
penugasan baru.
Dokumentasi:
(halaman berikutnya)
Gambar 9. Project Schematic ANSYS 16.2 Full Version Gambar 10. Tampilan menu Installation ANSYS Products 15.0
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini yang berlangsung setengah hari sesuai aturan jam kerja kantor, penulis diberikan
berbagai bahan-bahan referensi untuk penugasan berikutnya. Pada penugasan kali ini, penulis
hanya di minta untuk mengulas bahan-bahan referensi terlebih dahulu sebelum diberi pengarahan
secara langsung tentang penjelasan penugasan baru ini.
Adapun daftar bahan referensi yang akan penulis gunakan dalam proses perhitungan dan
analisis struktur badan kapal adalah:
1. General Arrangement Hammer Support Foundation
2. Cara menghitung harga Section Modulus (s) dengan AutoCAD
3. Sampel bagian dalam konstruksi kapal
4. ABS Rules for Building and Classing Steel Barges 2015
5. Products Handbook Structural Steel dari Continental Steel Pte Ltd
Adapun tantangan bagi penulis untuk mencari jawaban-jawaban dari penugasan baru ini
adalah sebagai berikut:
1. Tebal plate deck minimal
2. Tebal plate bottom minimal
3. Tebal plate side shell minimal
4. Ukuran minimum longitudinal girder
5. Ukuran minimum transverse girder
6. Ukuran minimum longitudinal girder
Dokumentasi:
(halaman berikutnya)
Gambar 12. Aturan Standar dalam perhitungan struktur baja Gambar 13. Standar ABS 2015 dalam pembangunan kapal
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Pengarahan oleh Pak Ongko dan Mempelajari Definisi Struktur Kapal Secara Umum
Hari pertama pada minggu kedua, penulis akan melanjutkan penugasan baru yang diberikan
oleh Pak Ongko dari hari Sabtu dua hari sebelumnya. Sepanjang setengah hari ini penulis masih
melakukan pengulasan ulang terhadap bahan penugasan agar dapat mengerti secara mendalam.
Setelah penulis merasa cukup untuk mengulas bahan penugasan kali ini, penulis pun
berinisiatif untuk mengabarkan kepada Pak Ongko bahwa penulis telah mereview semuanya.
Tidak lama kemudian, Pak Ongko memberikan kabar bahwa akan ada pengarahan berikutnya di
ruangan meeting kantor pasca istirahat siangnya.
Dalam ruangan meeting tersebut, penulis dibekali tentang ilmu dasar tentang kekuatan pelat
atau struktur pada kapal dan juga penjelasan bagaimana struktur kapal bisa melengkung atau strict.
Bahwa sebab mengapa kapal dapat terbentuk sedemikian melengkung dan mampu menahan beban
di atasnya adalah adanya struktur pada transverse web, longitudinal stiffeners, girder, dan pelat.
Selain itu, Pak Ongko juga memberikan gambaran secara umum tentang bagaimana alur untuk
perhitungan ketebalan suatu pelat pada sisi-sisi kapal yang berlandaskan ‘ABS Rules for Building
and Classing Steel Barges 2016’.
Setelah penulis mendapatkan cukup pengarahan dari Pak Ongko, penulis ingin terlebih dahulu
mengulas definisi pada bagian kapal yang perlu diketahui agar memudahkan untuk analisis dan
perhitungan kekuatan pelat pada setiap sisi kapal. Penulis merujuk pada salah satu referensi
mengenai hal ini dan berikut pengertian berdasarkan pemahaman penulis setelah mempelajari
referensi yang berkaitan hal tersebut.
Analisis:
(halaman berikutnya)
Kekuatan beban pada struktur badan kapal dapat dikategorikan sebagai berikut:
Longitudinal strength loads
Transverse strength loads
Local strength loads
(1) Longitudinal Strength Loads: artinya beban yang mengenai pada hampir seluruh kekuatan
pada badan kapal yang mencakup besaran momen melengkung (bending moment), gaya geser, dan
momen puntiran (torsional moment) pada girder kapal. Karena bentuk kapal yang ramping, maka
akan terbentuk seolah-oleh seperti beam yang mana akan bereaksi sebagaimana beam pada
umumnya jika dikenai suatu beban luar. Dalam hal ini, beban luar dari kapal tentunya adalah beban
lingkungan seperti gelombang laut, angin, dan arus. Namun, jika penulis asumsikan bahwa sebuah
kapal bergerak secara diagonal melewati gelombang reguler seperti pada gambar Gambar 16 maka
penulis mendapati bahwa arah gelombang tidak hanya mempengaruhi momen kelengkungan
secara longitudinal atau arah pada bidang vertikal seperti beam pada umumnya namun karena
bergerak secara diagonal maka akan terjadi momen kelengkungan pada bidang horizontal yang
disebabkan adanya gaya yang menghantam pada side shell. Sebagai tambahan, gelombang laut
yang mengenai kapal pada side shell mengakibatkan adanya momen puntiran karena arahnya yang
juga variasi dari sisi kapal.
(2) Transverse Strength Loads: Secara singkat untuk memahami pengertian ini dapat kita
perhatikan ilustrasi pada Gambar 17 di mana adanya pengaruh tekanan hidrostatis pada bagian
badan kapal yang tercelup dan beban internal karena adanya berat kapal itu sendiri dan muatan
yang ada di dalamnya sehingga karena adanya beban ini akan memunculkan adanya deformasi
dari badan kapal itu sendiri.
(3) Local Strength Loads: Kekuatan pada beban lokal adalah beban yang mengenai pada
bagian shell panels, stiffeneres, dan konstruksi hubungan antara stiffeners. Untuk lebih jelasnya
seperti pada Gambar 18.
Dokumentasi:
(halaman berikutnya)
Gambar 16. Kapal dalam keadaan miring Gambar 17. Contoh adanya deformasi karena beban arah transverse
Gambar 18. Struktur bawah kapal yang dikenai tekanan air laut
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, kegiatan penulis masih hampir seperti hari sebelumnya yaitu penulis
melanjutkan penugasan ketiga setelah penugasan Quality Control dengan memeriksa kelengkapan
equipment pada proyek kapal Bore Piling Hammer Support Foundation dan redraw Hydraulic
Crane Boom tipe CKL2600i yang diberikan oleh Pak Ongko sebelumnya.
Pada penugasan simulasi perhitungan dan analisis ketebalan pelat pada kapal yang sama,
penulis masih memerlukan pemahaman secara definisi terlebih dahulu sebelum melakukan
perhitungan dan analisis secara mendalam untuk menjawab berbagai pertanyaan. Dalam hal ini
terutama pada definisi bagian kapal yang akan diperhitungkan kekuatan strukturnya sebagaimana
aturan standar pada ‘ABS Rules for Building and Classing Steel Barges 2016’. Definisi yang
dimaksud adalah seperti freeboard deck, forecastle deck, superstructure, bottom forward plating,
frame exposed deck, deck plating at ends, dsb. Sebab dengan memahami dan mengetahui bentuk
objek dari definisi tersebut akan mudah melanjutkan perhitungan dan analisis berikutnya.
Analisis:
Untuk lebih mudah memvisualisasikan dari definisi beberapa bagian pada kapal yang
dimaksud, maka penulis mencantumkan Gambar 19 (forecastle deck, superstructure), Gambar 20,
dan Gambar 21. Gambar 21 adalah ilustrasi sederhana yang diberikan oleh Pak Ongko mengenai
konstruksi kapal. Sedangkan pada Gambar 23 adalah gambaran mengenai frame spacing (s) pada
transverse dan longitudinal yang mana s merupakan salah satu variabel yang vital untuk digunakan
berbagai rumus perhitungan dan analisis kekuatan struktur pada pelat kapal. Untuk keterangan
garis pada Gambar 24 – General Arrangement Hammer Support Foundation adalah sebagai
berikut:
Jarak antara garis putus-putus dengan garis yang serupa secara horizontal adalah jarak antar
longitudinal stiffener (s = 572 mm) sedangkan untuk jarak antara garis putus-putus dengan garis
yang serupa secara vertikal adalah jarak antar transverse girder (s = 1524 mm).
Dokumentasi:
Gambar 20. Tampilan 3D konstruksi bagian dalam kapal Gambar 21. Ilustrasi konstruksi kapal oleh Pak Ongko
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ketiga minggu ini, penulis masih melanjutkan penugasan yang diberikan oleh Pak
Ongko sebelumnya. Setelah penulis merasa cukup dengan memahami berbagai definisi yang
berkaitan dengan struktur kapal untuk yang akan diperhitungkan kekuatannya maka penulis mulai
memfokuskan mempelajari dan melakukan perhitungan – analisis mengenai kekuatan pada deck
kapal yang berdasarkan aturan standar ‘ABS Rules 2016’. Namun, sebelumnya penulis perlu
mencantumkan dimensi yang diketahui pada kapal Bore Piling Hammer Support Foundation
sebagaimana berikut ini:
(halaman berikutnya)
No. CALCULATE AND DETERMINE
1. Minimum thickness of plate deck
2. Minimum thickness of plate bottom
3. Minimum thickness of plate side shell
4. Minimum length of longitudinal girder
5. Minimum length of transverse girder
6. Minimum length of stiffener
Analisis:
Dalam perhitungan kekuatan struktur pada kapal ini, penulis harus merujuk pada aturan
standar ‘ABS Rules 2016’ yang juga sebenarnya sekaligus mempermudah proses penugasan
simulasi ini. Penulis terlebih dahulu akan memperhitungkan kekuatan deck kapal sebelum pada
shell kapal.
Ketebalan Pelat Deck (Kekuatan Deck pada Longitudinal Beams dan Transverse Beams)
Berdasarkan 3-2-3/1.1.2(a) dan 3-2-3/1.1.2(b) pada ‘ABS Rules 2016’, setiap kekuatan deck,
ketebalan pelatnya (t) tidak boleh kurang dari hasil perhitungan sebagaimana berikut ini:
= 5.864106948 mm
= 15.62394928 mm
Untuk minimum ketebalan pelat pada forecastle deck (lihat Gambar 19), penulis merujuk pada
3-2-3/1.1.3 (ABS Rules 2016) di mana syarat ukuran panjang kapal (Length Overall) adalah
kurang dari 122 meter dan ketebalan pelatnya (t) pada forecastle deck tidak boleh kurang dari hasil
perhitungan atau minimum sebagaimana berikut ini:
Based on 3-2-3/1.7, the thickness of plating forward or aft of 0.1L from the ends is not to be less than 0.01
mm for each milimeter of frame spacing (0.01 in for each inch of frame spacing). In way deck cargo, the
requirements 3-2-3/1.5 also apply. Exposed freeboard deck plating forward of 0.05L from the forward
perpendicular is also not to be less in thickness than given by following equation:
Perhitungan di atas adalah salah satu contoh bagaimana penulis mencari ketebalan minimum
deck baik pada longitudinal beams, transverse beams, maupun semisal forecastle deck.
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari Kamis ini, kegiatan penulis masih seputar dengan penugasan yang sama seperti hari
sebelumnya, di mana penulis diberi tugas untuk mencoba melakukan simulasi perhitungan
kekuatan struktur kapal terutama bagaimana mengukur ketebalan minimum suatu pelat pada
proyek Bore Piling Hammer Support Foundation dengan aturan standar ‘ABS Rules 2016’.
Setelah hari sebelumnya penulis melakukan perhitungan ketebalan minimum pelat pada
decks, penulis kali ini akan menghitung Section Modulus atau Modulus Penampang (s) pada Deck
Longitudinals, Longitudinal Stiffeners, dan Transverse Girder.
Analisis:
Berdasarkan 3-1-2/13.1 pada ‘ABS Rules 2016’ (Required Section Modulus), pada
perhitungan scantling atau penunjang struktur pada pelat (frames dan stiffeners) seperti girder,
webs, etc. dibutuhkan besaran Section Modulus untuk mendapatkan panjang efektif suatu pelat dan
juga sebagai salah satu variabel yang akan diperhitungkan untuk menentukan kelayakan ketebalan
suatu pelat.
Secara umum, berdasarkan 3-2-1/3.3 pada ‘ABS Rules 2016’ (Section Modulus Calculation),
perhitungan section modulus akan diperhitungkan pada jenis pelat sebagai berikut:
Berikut hasil perhitungan Section Modulus oleh penulis dengan menggunakan Excel 2016:
Section Modulus of Hull Girder at Amidships
Based on 3-2-1/3.1, the required section modulus SMR amidships, to the deck and bottom is to be
obtained from following equation:
K
SMR = cm2-m
SMb
where
K = 0.629 + MS/(fp SMb) ≥ 1.0
= 1
C1 = 16.33(L/100)2 - 15.47(L/100) + 7.77
= 16.33(54.86/100)2 - 15.47(54.86/100) + 7.77 , 45 ≤ L ≤ 95 m
= 4.197866807
C2 = 0.01
∆
Cb =
1.025 x L x B x h
1004.57
=
1.025 x 54.86 x 18.288 x 3.657
= 0.267121818
Based on 3-2-5/3.1.1, the required section modulus for each deck longitudinal, in association with the
plating to which it is attached, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 7.8chsℓ2 cm3
where
c = 1.0
h = 0.02L + 0.76 meters
= 0.02(54.86) + 0.76 meters
= 1.8572 meters
ℓ = 6.096 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1)(1.8572)(0.572)(6.0962) cm3
= 307.9209395 cm3
= 307920.94 mm3
So, the minimum sections modulus for deck longitudinal as rule requirement is 307,920.94 mm3
Based on 3-2-5/3.1.1, the required section modulus for longitudinals stiffeners of strength decks and
effective lower decks, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 7.8chsℓ2 cm3
where
c = 1.0
h = 0.02L + 0.76 meters
= 0.02(54.86) + 0.76 meters
= 1.8572 meters
ℓ = 0.572 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1)(1.8572)(0.572)(0.5722) cm3
= 2.71107395 cm3
= 2711.07 mm3
Section Modulus of Transverse Girder
Based on 3-2-5/3.3, the required section modulus for each deck transverses, in association with the plating
to which it is attached, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 4.74chsℓ2 cm3
where
c = 1.0
h = 0.02L + 0.76 meters
= 0.02(54.86) + 0.76 meters
= 1.8572 meters
ℓ = 1.524 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1)(1.8572)(1.524)(1.5242) cm3
= 51.2752963 cm3
= 51275.30 mm3
So, the minimum sections modulus for transverse girder of strength decks and effective lower decks as
rule requirement: 51,275.30 mm3
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Menghitung Section Modulus pada Strength Local Decks dengan ABS Rules 2016
Pada hari ini setelah tiga hari sebelumnya terus berkutat dengan perhitungan tebal pelat
khususnya pada deck sebelum shell nantinya yang lumayan membutuhkan waktu yang cukup lama
sebab penulis belum pernah mendapatkan pengerjaan untuk seperti ini. Namun, berkat bantuan
dan bimbingan dari Pak Ongko serta penulis sempat menemukan arsip file di PC kantor berupa
proyek tahun 2010 lalu yang isinya kurang lebih sama mengenai simulasi penugasan untuk penulis
yang akhirnya membuat perhitungan dan analisis kali ini menjadi lebih mudah dan ringan.
Hari ini, penulis melanjutkan penugasan yang masih sama sebelumnya dan setelah selesai
melakukan perhitungan minimal ketebalan suatu pelat decks pada proyek yang terkait, maka
penulis harus mencari Section Modulus pada Hull Girder di Amidships, Deck Longitudinals,
Longitudinal Stiffeners, dan Transverse Girder untuk menentukan dimensi pelat yang akan
digunakan.
Analisis:
Pertama yang harus dilakukan untuk mencari section modulus pada Longitudinal Stiffeners
(misalnya) adalah penulis merujuk pada aturan standar steel catalog (Continental Steel Pte Ltd).
Sebagaimana pada hasil perhitungan sebelumnya untuk ketebalan minimal dari longitudinal beams
adalah 7.548 mm, maka penulis harus menentukan tebal pelat di atas 7.548 mm yang terdaftar
pada Gambar 29. Penulis akhirnya menentukan tebalnya 8 mm (75x50) pada pelat Longitudinal
Stiffeners sehingga dimensinya terdaftar sepanjang horizontal dari lingkaran kecil merah pada
Gambar 29.
Pemahaman penulis terkait section modulus untuk hubungan antara perhitungan minimum
tebal pelat sebelumnya dengan daftar steel catalog belum memadai sehingga penulis memutuskan
untuk menanyakan kepada Pak Ongko bahwa beliau akan memberikan pengarahan secara
langsung kepada penulis cara mencari section modulus suatu area tertentu dengan menggunakan
AutoCAD pada besok harinya.
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, penulis melanjutkan pekerjaan penugasan sebelumnya dengan mencari section
modulus (s) pada area tertentu. Meskipun Pak Ongko sebelumnya telah memberikan lembaran
langkah-langkah dalam mencari s dengan menggunakan AutoCAD (Gambar 30), namun penulis
meminta bantuan kepada Pak Ongko di hari sebelumnya untuk memberikan tahapan-tahapan
secara langsung dengan menggunakan PC agar penulis dapat mengerti secara praktis. Namun, hari
itu Pak Ongko belum bersedia membantu.
Oleh karena itu, Pak Ongko pada hari ini yang kegiatan karyawan kantor hanya berlangsung
setengah hari, memberikan pengarahan secara langsung dengan menggunakan PC di desk penulis
untuk bagaimana cara mencari nilai section modulus pada area tertentu dengan menggunakan
AutoCAD.
Analisis:
Sebelum memulai tahapan pada bawah ini, penulis sebelumnya harus menentukan ukuran
angka bar yang berdasarkan pada catalog steel agar sesuai dengan hasil perhitungan section
modulus minimum yang sesuai dengan ‘ABS Rules 2016’ sebelumnya.
Tahapan untuk mencari harga (s) dengan AutoCAD adalah sebagaimana berikut:
Dokumentasi:
Catatan: Perhitungan kekuatan struktur pada kapal proyek Bore Piling Hammer Support Foundation adalah
perhitungan simulasi yang sama sekali tidak terkait dengan progres proyek tersebut dan juga tidak ditujukan
untuk kepentingan komersial apapun oleh industri terkait.
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, kegiatan penulis masih sama seperti minggu sebelumnya di mana penulis
masih melanjutkan penugasan sebelumnya yang diberikan oleh Pak Ongko. Sepanjang hari ini
penulis kembali menghitung mengenai modulus penampang (section modulus) pada Deck
Longitudinals, Longitudinal Stiffeners, dan Transverse Girder.
The minimum section modulus for longitudinal girders of strength decks was 307,920.94 mm3,
which is lower than 761,897.92 mm3
CONCLUSION: PASSED
ii. Section Modulus of Longitudinal Stiffeners
Based on 3-2-5/3.1.1, the required section modulus for longitudinals stiffeners of strength decks
and effective lower decks, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 7.8chsℓ2 cm3
where
c = 1.0
h = 0.02L + 0.76 meters
= 0.02(54.86) + 0.76 meters
= 1.8572 meters
ℓ = 0.572 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1)(1.8572)(0.572)(0.5722) cm3
= 2.71107395 cm3
= 2711.07 mm3
So, the minimum sections modulus for longitudinal stiffener of strength decks and effective
lower decks as rule requirement: 2,711.07 mm3
The minimum section modulus of for longitudinal stiffeners of strength decks was 2711.07
mm3, which is lower than 40,235.95 mm3
CONCLUSION: PASSED
iii. Section Modulus of Transverse Girder
Based on 3-2-5/3.3, the required section modulus for each deck transverses, in association with
the plating to which it is attached, is not to be less than that obtained from the following
equations:
SM = 4.74chsℓ2 cm3
where
c = 1.0
h = 0.02L + 0.76 meters
= 0.02(54.86) + 0.76 meters
= 1.8572 meters
ℓ = 1.524 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1)(1.8572)(1.524)(1.5242) cm3
= 51.2752963 cm3
= 51275.30 mm3
So, the minimum sections modulus for transverse girder of strength decks and effective lower
decks as rule requirement: 51,275.30 mm3
e = 1000 mm
ℓ/e = 1.524
from
table
ℓ/e 1 2
em1/e 0.36 0.64
Interpolation
0.52 2-1
=
x 0.64 - 0.36
x = 0.14672
em1/e = 0.36 + 0.147
= 0.50672 ---------------- REGIONS ----------------
Area: 13800.8000
em1 = 0.50672e mm Perimeter: 1847.4400
= 506.72 mm Bounding box: X: -256.7102 -- 250.0098
Y: -234.2190 -- 97.7810
Sec. Modulus Centroid: X: 0.0000
Y: 0.0000
Ix = 202831172 mm4
Moments of inertia: X: 202831171.9556
c = 234.219 mm Y: 164326015.9461
Product of inertia: XY: 5086790.0237
Ix Radii of gyration: X: 121.2314
SM = mm3 Y: 109.1192
c Principal moments and X-Y directions about
202831172 centroid:
= mm3
234.219 I: 203491835.5899 along [0.9917 0.1288]
J: 163665352.3119 along [-0.1288 0.9917]
= 865989.40 mm3
The minimum section modulus of for longitudinal stiffeners of strength decks was 51,275.30
mm3, which is lower than 865,989.4 mm3
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, penulis hanya memfokuskan pada mereview kembali hasil pekerjaan
perhitungan dan analisis kekuatan struktur pada badan kapal yang disimulasikan dengan proyek
kapal Bore Piling Hammer Support Foundation sebelumnya agar dapat memastikan segala
perhitungan dan analisisnya telah valid. Penulis juga memutuskan untuk melanjutkan kembali
perhitungan dan analisisnya secara tuntas pada minggu depan.
Di samping itu, penulis melakukan observasi pada data yang ada di PC kantor terutama di
‘Z:\LIBRARY’ yang berisikan banyak sekali referensi yang bermanfaat untuk pengembangan
hardskill dan pengetahuan secara umum tentang dunia ocean engineering bagi penulis ke depan.
Oleh karenanya, penulis sempat meminta izin kepada pihak IT, Mas Benny, untuk diizinkan
mencopy beberapa file referensi dari PC kantor ke laptop penulis.
Gambar 35 adalah salah satu cuplikan referensi yang didapat dari PC kantor untuk target
penulis yang ingin dipelajari selanjutnya karena menurut penulis dari isinya menunjukkan
penjelasan yang mudah dimengerti mengenai konsep gerakan struktur bangunan laut terutama soal
RAO (Response Amplitude Operator).
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Melanjutkan Perhitungan dan Analisis Struktur Kapal pada Side dan Bottom Shell
Pada perkembangan penugasan kali ini setelah tuntas melakukan perhitungan ketebalan pelat
minimum pada struktur kapal bagian decks (Longitudinal Beams – Stiffener, Transverse Beams –
Girder, Forecastle Deck, Platform Decks dan Deck Playing at Ends) adalah penulis melanjutkan
perhitungan dan analisis pada bagian shell plate. Shell plate pada struktur kapal terdiri dari dua
bagian, yaitu side shell dan bottom shell.
Namun, sebelum penulis melanjutkan perhitungan pada bagian shell plate, penulis sempat
kembali mengulas ulang pada perhitungan bagian decks untuk dapat memastikan bahwa segala
perhitungan baik itu minimum ketebalan pelat, section modulus pada penampang pelat, maupun
aturan standar ‘ABS Rules 2016’ telah valid.
Analisis:
Berikut ini hasil perhitungan dari penulis dengan menggunakan Excel 2016 berdasarkan
aturan standar ‘ABS Rules 2016’ mengenai ketebalan pelat minimum pada struktur kapal bagian
shell:
No. SOLUTION
1. SHELL PLATING THICKNESS
a. Side Shell Plating Amidships
Based on 3-2-2, the thickness of the slide shell plating within 0.4L amidships, as defined in 3-1-1/19, is
not to be less than obtained from the following equation:
Based on 3-2-2/5.1, the minimum shell plating thickness for 0.1L at ends is to be otained from the
following equations:
Based on 3-2-2/5.5, where the bow of ship-shape form, the thickness of the plating below the
waterline for the forward 0.16L is not to be less than obtained from the following equations, but need
not be greater than the thickness of the side shell plating amidships.
Based on 3-2-2/3.5, the thickness of the bottom shell plating within 0.4L amidships, as defined in 3-1-
1/21, is not to be less than that obtained from the following equations:
Longitudinal Framing
t = 0.045L + 0.007s + 1.8 mm , for L ≤ 123 meters
= 0.045(54.86) + 0.007(572) + 1.8 mm
= 8.2727 mm
Based on 3-2-2/5.3, the thickness of the bottom forward shell plating at ends, as defined in 3-1-1/33,
is not to be less than that obtained from the following equations:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari kedua ini, penulis memfokuskan pada perhitungan Section Modulus pada pelat
Shell setelah memastikan bahwa perhitungan pelat Shell sebelumnya sudah memenuhi aturan
standar ‘ABS Rules 2016’. Section Modulus pada pelat Shell adalah Bottom Longitudinal
Stiffener, Bottom Transverse Girder, dan Longitudinal Side Frame.
Adapun proses perhitungannya dengan Excel 2016 dan proses pencarian besaran Section
Modulus dengan AutoCAD 2017 adalah sebagai berikut:
CONCLUSION: PASSED
i. Bottom Longitudinal Stiffener
Based on 3-2-5/3.5, the required section modulus for bottom longitudinals stiffener with the
plating to which is attached, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 7.8chsℓ2 cm3
where
c = 1.34 , for bottom longitudinals
h = 2/3 x 12.67 meters
= 8.446666667 meters
ℓ = 0.572 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1.34)(8.57)(0.572)(0.5722) cm3
= 16.52238901 cm3
= 16522.39 mm3
So, the minimum sections modulus of longitudinal stiffener of strength decks and effective
lower decks as rule requirement: 16,522.39 mm3
with Shell Plating 10 mm
---------------- REGIONS ----------------
Area: 7386.5158
Perimeter: 1487.6478
Bounding box: X: -281.5971 -- 290.4029
Y: -88.5489 -- 21.4511
Centroid: X: 0.0000
Y: 0.0000
Moments of inertia: X: 8551470.3925
Sec. Modulus
Y: 157227026.2394
Ix = 8551470.393 mm4 Product of inertia: XY: -2491758.9329
c = 88.5489 mm Radii of gyration: X: 34.0252
Y: 145.8961
Principal moments and X-Y directions about
Ix
SM = mm3 centroid:
c I: 8509720.9635 along [0.9999 0.0168]
8551470.393 J: 157268775.6684 along [-0.0168 0.9999]
= mm3
88.5489
= 96573.42319 mm3
The minimum section modulus for longitudinal girders of strength decks was 16,522.39
mm3, which is lower than 96,573.42 mm3
CONCLUSION: PASSED
ii. Bottom Transverse Girder
Based on 3-2-5/3.7, the required section modulus for tramsverse girder of strength decks and
effective lower decks, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 4.74chsℓ2 cm3
where
c = 1.75 , for bottom transverses
h = 2/3 x 12.67 meters
= 8.446666667 meters
ℓ = 1.524 meters
So,
SM = 4.74chsℓ2 cm3
= 4.74(1.75)(8.45)(1.524)(1.5242) cm3
= 404.9666563 cm3
= 404966.6563 mm3
So, the minimum sections modulus of longitudinal stiffener of strength decks and effective
lower decks as rule requirement: 404,966.66 mm3
with Shell Plating 16 mm
Sec. Modulus ---------------- REGIONS ----------------
Area: 32102.0000
Ix = 3816278200 mm4 Perimeter: 3894.0000
c = 196.4766 mm Bounding box: X: -784.2680 -- 787.7320
Y: -196.4766 -- 44.5234
Centroid: X: 0.0000
Ix Y: 0.0000
SM = mm3
c Moments of inertia: X: 188226489.5508
188226489.6 Y: 5187049682.6167
= mm3 Product of inertia: XY: -7349097.5515
196.4766
Radii of gyration: X: 76.5728
= 958009.70 mm3 Y: 401.9705
Principal moments and X-Y directions about
centroid:
I: 188215685.1843 along [1.0000 0.0015]
J: 5187060486.9832 along [-0.0015 1.0000]
The minimum section modulus for longitudinal girders of strength decks was 404,966.66
mm3, which is lower than 958,009.7 mm3
CONCLUSION: PASSED
i. Longitudinal Side Frame
Based on 3-2-5/3.5, the required section modulus for longitudinals girder of strength decks and
effective lower decks, is not to be less than that obtained from the following equations:
SM = 7.8chsℓ2 cm3
where
c = 1.25 , for side longitudinals
h = 2/3 x 12.67 meters
= 8.446666667 meters
ℓ = 0.572 meters
So,
SM = 7.8chsℓ2 cm3
= 7.8(1.25)(8.57)(0.572)(0.5722) cm3
= 15.41267632 cm3
= 15412.68 mm3
So, the minimum sections modulus of longitudinal stiffener of strength decks and effective lower
decks as rule requirement: 15,412.68 mm3
with Shell Plating 10 mm
-------------- REGIONS --------------
Ix Area: 7286.5158
SM = mm3 Perimeter: 1467.6478
c Bounding box: X: -282.4906 -- 289.5094
7843014.018 Y: -89.6956 -- 20.3044
= mm3 Centroid: X: 0.0000
89.6956
Y: 0.0000
= 87440.34 mm3 Moments of inertia: X: 7843014.0184
Y: 156796458.8673
Product of inertia: XY: -1940173.7729
Radii of gyration: X: 32.8081
Y: 146.6926
Principal moments and X-Y directions about
centroid:
I: 7817746.8227 along [0.9999
0.0130]
J: 156821726.0630 along [-0.0130
0.9999]
The minimum section modulus for longitudinal girders of strength decks was 15,412.68 mm3,
which is lower than 87,440.34 mm3
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Di tengah proses penulis sedang menyelesaikan penugasan simulasi perhitungan dan analisis
kekuatan struktur proyek kapal Bore Piling Hammer Support Foundation, penulis mendapatkan
penugasan baru dari Pak Ongko, mengenai redraw Hydraulic Crane Crawler yang merupakan
penugasan yang sama seperti pada Minggu pertama. Namun, kali ini penulis mendapatkan tipe
BMS1000, sedangkan dua teman dari penulis yang lainnya mendapatkan tipe 7250-2F.
Pak Ongko meminta penulis untuk kembali meredraw Crane Crawler yang tujuannya untuk
memperkirakan space di main deck, mengoptimasikan layout equipment di main deck, memperkirakan
jarak ujung boom crane, mengangkat hammer grab ke casing rotator, perkiraan berat boom untuk design
boom support di main deck, memperkirakan lokasi yang pas untuk boom support di main deck, dsb pada
kapal proyek Bore Piling Hammer Support Foundation.
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Perhitungan dan Analisis Material Take Off pada Main Deck dan Bottom Plan
Setelah sebelumnya penulis menyelesaikan simulasi perhitungan kekuatan struktur pelat pada
Deck, Side Shell, dan Bottom Shell pada proyek kapal Bore Piling Hammer Support Foundation,
penulis melanjutkan perhitungan terakhir yaitu mengenai Material Take Off (MTO).
Perhitungan MTO adalah salah satu bagian terpenting dalam engineering dan konstruksi yang
berdasarkan jumlah total material yang akan dipakai beserta berat dan tipe yang dibutuhkan untuk
perencanaan membangun suatu struktur.
Analisis:
Berikut ini adalah hasil perhitungan penulis dengan menggunakan software Excel 2016
mengenai perhitungan MTO pada Main Deck yang jumlah struktur penopangnya empat (Midship
Plate, Deck Longitudinal Stiffener, Deck Girder, dan Deck Transverse Web) dan juga pada Bottom
(Bottom Plating, Bottom Longitudinal Stiffener, Bottm Girder, dan Bottom Transverse Web):
DECK
4 30 18288 - - 548.64 51.1 28035.5
TRANSVERSE WEB
Total unit Weight 95787.06
Tabel 3. MTO pada Main Deck
BOTTOM PLAN
PLATE
ITEM LENGTH WIDTH TOTAL WEIGHT WEIGHT
ITEMS QTY THICKNESS
DESCRIPTION (mm) (mm) LENGTH (m) (kg/m) (kg)
(mm)
BTM PLATING
1 1 54860 18288 10.3375 - - 45545.33
(Midship Plate)
BTM LONGI.
2 26 54860 - - 1426.36 13 18542.68
STIFFENER
BTM TRANSVERSE
4 30 18288 - - 548.64 31.4 17227.3
WEB
Total unit Weight 84760.51
Tabel 4. MTO pada Bottom Shell
NB: Italic number : Assumption based on incomplete information dimensions of the vessel
Underline number : Assumption based on MTO Example
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Menyelesaikan Perhitungan MTO pada Side Shell dan Membuat Laporan Khusus untuk
Hasil Perhitungan pada struktur kapal proyek Bore Piling Hammer Support Foundation
Pada perkembangkan penugasan hari ini, penulis lebih menghabiskan waktu untuk
menyelesaikan perhitungan MTO sebelumnya dan setelah menganalisis total berat bagian Main
Deck dan Bottom pada kapal proyek Bore Piling Hammer Support Foundation, penulis tinggal
menyelesaikan perhitungan dan analisis MTO pada bagian Side Shell yang jumlah struktur
penopangnya terdapat tiga (Shell (Midship Plating, Shell Transverse Web, dan Side Longitudinal).
Selain itu, penulis juga membuat laporan khusus untuk segala simulasi perhitungan dan
analisis kekuatan struktur pada kapal proyek Bore Piling Hammer Support Foundation yang telah
dikerjakan sejak hampir seminggu lalu yang akan ditujukan pada Pak Ongko dan juga pihak
jurusan penulis sebagai lampiran dari laporan Kerja Praktik 2016.
Dokumentasi:
SIDE SHELL PROFILE
PLATE
ITEM LENGTH WIDTH TOTAL WEIGHT WEIGHT
ITEMS QTY THICKNESS
DESCRIPTION (mm) (mm) LENGTH (m) (kg/m) (kg)
(mm)
SHELL PLATING
1 2 54860 3657 9.80525 - - 22615.49
(Midship Plate)
SHELL
2 2 3657 - - 7314 43.1 315233.4
TRANSVERSE WEB
SHELL
3 6 54860 - - 329160 12.3 4048668
LONGITUDINAL
Total unit Weight 4386517
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Penugasan baru oleh Pak Ongko berupa Perhitungan dan Analisis Wave Load pada Bore
Piling Hammer Support Foundation
Pada hari ini setelah penulis berhasil menyelesaikan penugasan simulasi perhitungan kekuatan
struktur pada kapal proyek Bore Piling Hammer Support Foundation dalam waktu hampir satu
minggu, penulis kembali diajak oleh Pak Ongko untuk ke ruang meeting dalam pengarahan
penugasan berikutnya dan juga sharing pengalaman pribadi Pak Ongko soal dunia industri
kelautan. Dalam pengarahan kali ini, penulis diberi penjelasan mengenai simulasi analisis dan
perhitungan Wave Load atau beban gelombang pada suatu bangunan laut, dalam kasus ini
bangunan lautnya adalah kapal proyek yang sama. Namun, perbedaannya terdapat pada empat pile
yang tertancap pada kapal untuk proses mooring di daerah perairan tertentu. Penulis hanya diminta
untuk menghitung dan analisis besaran wave load pada kapal proyek tersebut dan juga menentukan
ukuran minimum pile yang tertancap pada kapal tersebut.
Adapun bahan yang diberikan untuk membantu penugasan kali ini adalah:
Dokumentasi:
Gambar 44. Data Lingkungan Gambar 45. Rumus hitungan sederhana mengenai Wave Load
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Diskusi Penugasan Wave Load Calculation dan Mempelajari ANSYS Aqwa 16.2
Pada hari ini, penulis bersama seorang teman KP memulai mengerjakan tugas perhitungan dan
analisis beban laut terhadap suatu struktur bangunan laut di pedalaman yang cukup dangkal dan
terdapat empat pile pada kapal untuk ditancapkan pada dasar laut yang tujuannya untuk melakukan
proses eksplorasi dan produksi. Sepanjang diskusi, kami membahas seputar rumus-rumus berserta
variabelnya untuk menjadi acuan dalam perhitungan wave load ini.
Namun, di tengah hari ini penulis memutuskan untuk menunda penugasan perhitungan Wave
Load ini karena ingin mempelajari software yang berbasis Finite Element Analysis (FEA) yakni
ANSYS Aqwa versi 16.2 setelah berhasil penginstalan pada empat minggu sebelumnya. Salah satu
sebab mengapa penulis ingin mempelajari ANSYS ini adalah karena di kantor lisensi software
NeiFusion yang sama-sama berbasis FEA seperti ANSYS belum bisa digunakan oleh penulis
karena sedang digunakan oleh karyawan untuk keperluan proyek.
Penulis menggunakan objek kapal FSO yang telah didesain menggunakan software
MAXSURF dan memiliki dimensi utama sebagai berikut:
Parameter Ukuran
Length 285.6 m
Breadth 50 m
Draft 12.15 m
Depth 31.6 m
KG 17.136 m
Kxx 18 m
Kyy 71.4 m
Kzz 71.4 m
Tabel 6. Data ukuran utama model kapal FSO
Analisis dan Dokumentasi:
ANSYS Aqwa adalah modul terintegrasi untuk menganalisis hidrodinamika yang didasarkan
metode difraksi atau radiasi 3D. ANSYS Workbench mengimplementasikan hidrodinamika difraksi
dan simulasi time domain.
Gambar 46. Proses mengexport file model kapal FSO ke tipe .igs
(halaman berikutnya)
Gambar 47. Proses Pengeditan Model FSO untuk dianalisis Hidrodynamic Diffraction
Penulis mencukupkan diri untuk mempelajari dan mengaplikasikan ANYS Aqwa pada proses
pemodelan kapal FSO yang akan dianalisis berdasarkan Hydrodynamic Diffraction pada hari ini
karena keterbatasan waktu dan juga beberapa kali gagal yang membuat penulis harus mengulang
dari awal dalam proses pengaturan model geometrinya untuk disesuaikan dengan modul ANSYS
Aqwa agar dapat dianalisis selanjutnya.
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Penginputan Data Model dan Lingkungan untuk Kelengkapan Output dan Report
Pada hari kedua, penulis berencana untuk menyempatkan kembali belajar software ANSYS
Aqwa agar penulis memiliki salah satu keahlian dengan kemampuan analisis hidrodinamika
berbasis Finite Element Analysis (FEA). Pada hari sebelumnya, penulis telah mengatur model
kapal FSO dengan Design Modeller agar dapat di analisis selanjutnya dengan penginputan data
keperluan terlebih dahulu baik pada data kapal FSO maupun data lingkungan sebelum pada
pengaturan Hydrodynamic Diffraction.
Global
Y 45 B RY 45 B
(Sway) 90 C (Pitch) 90 C
180 D 180 D
0 A 0 A
Z 45 B RZ 45 B
(Heave) 90 C (Yaw) 90 C
180 D 180 D
Tabel 7. Kondisi derajat yang diinginkan untuk menyatakan RAO
Setelah semua tahapan dari Tahapan ke-1 hingga ke Tahapan ke-5 berhasil dilakukan dengan
teliti dan benar, maka langkah terakhir untuk mendapatkan informasi output Hidrostatis, RAOs,
dan Pressure – Motionnya adalah menklik kanan pada ‘Solution A5’ lalu pilih ‘Solve’ untuk
memproses running Hydrodynamic Diffractions.
Gambar 50. Proses Solving ANSYS Aqwa 16.2 untuk Hidrostatis, RAOs, dan Pressure - Motions pada model FSO
Berikut ini salah satu output dari hasil perhitungan hidrostatis dan pressure – motions oleh
ANSYS Aqwa:
(halaman berikutnya)
Gambar 51. Hydrostatis Results, salah satu output ANSYS Aqwa 16.2
Gambar 52. Pressure and Motion, salah satu output ANSYS Aqwa 16.2 dalam bentuk animasi
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, penulis masih melanjutkan tutorial ANSYS Aqwa 16.2 untuk mempelajari cara
penginputan data yang tepat dan memahami hasil outputannya dengan pengetahuan dasar-dasar
ilmu Hidrodinamika serta secara spesifik mengenai konsep RAO (Response Amplitude Operator)
dan Time Response.
Dasar Teori
Metode spektra merupakan cara untuk mengetahui suatu respons struktur akibat beban
gelombang reguler dalam tiap-tiap frekuensi. ‘Response Amplitude’ Operator (RAO) atau sering
disebut ‘Transfer Function’ adalah fungsi respon yang terjadi akibat gelombang dalam rentang
frekuensi yang mengenai struktur offshore. RAO dapat juga didefinisikan sebagai hubungan antara
amplitudo respons terhadap amplitudo gelombang. Amplitudo respons bisa berupa gerakan,
tegangan, maupun getaran. (Dini, 2015)
RAO juga disebut sebagai Transfer Function karena RAO merupakan alat untuk mentransfer
beban luar (gelombang) dalam bentuk respons pada suatu struktur (Chakrabakti, 1987). Persamaan
RAO dapat dicari sebagai berikut:
𝑅𝑎
𝑅𝐴𝑂 = (3.15)
𝜁𝑎
dengan:
𝑅𝑎 : amplitudo respon struktur (m)
Analisis respon gerakan dilakukan untuk mencari karakteristik respon gerak struktur dengan
pembebanan gelombang arah sudut 0o, 45o, 90o, dan 180o. Analisa dilakukan dengan
membandingkan RAO (Response Amplitude Operator) gerakan pada tiap sudut arah datang
gelombang. Dari perbandingan tersebut maka akan diketahui gerakan maksimum yang terjadi pada
model untuk tiap-tiap gerakan. Hasil RAO yang merupakan output dari ANSYS Aqwa disajikan
dalam bentuk grafik yang sumbu x merupakan fungsi frekuensi dan sumbu y merupakan fungsi
RAO. Hasil RAO pada gelombang reguler dapat dilihat pada Grafik 1 – 6:
1. Gerakan Surge
Gerakan surge (gelora) adalah gerak linear yang memanjang pada sumbu x atau dari depan ke
belakang (busur/buritan).
Meninjau pada karakteristik gerakan surge dalam Grafik 1, secara intuisi gerakan ini
didominasi oleh gelombang buritan atau gelombang datang pada sumbu x (heading atau following
sea) akan menyebabkan FSO mengalami respons struktur secara signifikan dibandingkan pada
gelombang datang dari arah sisi (stern quartening seas 45o dan beam seas 90o) yang respons
strukturnya cukup sedikit.
Dari Grafik 1, gerakan surge, terdapat respons terbesar saat pada frekuensi antara 0.033 Hz –
0.05882 Hz kemudian turun secara berangsur-angsur sampai pada frekuensi 0.08431 Hz hingga
kemudian naik secara perlahan untuk arah 0o dan 180o. Untuk RAO arah gelombang 0o dan 180o
memiliki amplitudo tertinggi yang hampir sama dengan besaran 1.224 m/m yang terjadi pada
frekuensi 0.0333 Hz. Lalu, untuk RAO arah gelombang 45o nilai amplitudo tertingginya adalah
0.9032 m/m pada frekuensi yang sama sebelumnya. RAO surge arah gelombang datang 90o adalah
yang paling kecil dan nilai amplitudo terbesarnya pada frekuensi 0.1098 Hz hanya mencapai pada
0.02118 m/m. Secara intuisi mengapa pada arah 0o, 45o, dan 180o mendominasi besaran
amplitudonya, berdasarkan grafik juga menunjukkan arah yang sama-sama signifikan, dan
memiliki pola yang sama adalah karena keduanya searah (0o dan 180o) pada porosnya sehingga
responsnya mendominasi dari arah sisi lainnya seperti pada arah pembebanan 45o, sebaliknya
untuk arah gelombang 900.
Grafik 1. Grafik RAO gerakan surge dengan variasi empat arah gelombang datang
2. Gerakan Sway
Gerakan sway adalah gerak linear secara lateral pada sumbu y atau dari sisi ke sisi (port-
kanan).
Pada gerakan sway, Grafik 2, intensitas respons tidak terjadi sedikit pun sebab gerakan sway
secara intuisi tidak akan terjadi pada gelombang buritan ataupun haluan pada arah pembenanan 0o
dan 180o karena tegak lurus dengan arah gelombang dari gerakan sway. Selain itu, gerakan sway
secara signifikan terjadi pada pembebanan 90o dengan awalan 1.31095 m/m pada frekuensi awal
0.033 Hz lalu kemudian turun drastis pada frekuensi 0.04608 – 0.05882 Hz hingga naik lagi
beberapa saat lalu turun hingga ke titik terendah responsnya pada frekuensi 0.25 Hz dengan
amplitudo sebesar 0.0251886882. Sedangkan pada arah pembebanan 45o yang responsnya hampir
berpengaruh sebagaimana pada pembebanan 90o dengan besaran amplitudonya 0.8877 m/m pada
frekuensi pertama.
Seiring bertambahnya frekuensi atau semakin banyak gelombang yang terjadi dalam satu
detik, respons strukturnya akan semakin berkurang. Hal ini karena frekuensi gelombang
berbanding terbalik pada periode gelombang.
Grafik 2. Grafik RAO gerakan sway dengan variasi empat arah gelombang datang
3. Gerakan Heave
Gerakan heave (mengangkat) adalah gerak linear secara vertikal pada sumbu z (atas – bawah).
RAO gerakan heave pada Grafik 3 adalah merupakan contoh yang dapat menjelaskan suatu
sistem dinamis yang mengalami eksitasi beban (gelombang) harmonik. Pada daerah frekuensi
rendah RAO heave mempunyai harga sekitar 1.003 m/m, sesuai dengan kondisi bardging dan
secara bertahap naik. Selain itu, besaran gaya akibat propagasi gelombang arah samping (90o)
cenderung memiliki besaran amplitudo yang lebih besar dibandingkan dengan arah yang lainnya
(0o, 45o, 180o). Hal ini dapat diperhatikan bahwa kurva dari arah samping lebih besar dibandingkan
dari arah seperempat haluan maupun arah haluan.
Ada kenaikan sedikit tajam pada sekitar frekuensi 0.08431 Hz – 0.1098 Hz di hampir setiap
arah pembebanan derajat kecuali pada arah 90o, hal ini karena respons struktur mengalami
multiplication ketika frekuensi gelombang akan sama dengan frekuensi natural struktur untuk
heave. Kondisi ini juga disebut resonansi yang sangat penting untuk bisa dihindari ketika
mendesain suatu bangunan laut.
Pada kondisi stasioner, gerakan heave terbesar terjadi saat gelombang berpropagasi dari
haluan atau pembebanan 180o yang mengakibatkan RAO heave naik mencapai puncaknya sekitar
0.1834 m/m (0o), 0.194074 m/m (45o), 1.22884655 m/m (90o), dan 0.236324 m/m (180o) yang
masing-masing juga merupakan resonansi terbesar pada puncaknya. RAO heave setelah melalui
puncaknya akan menurun drastis pada frekuensi tinggi.
Gelombang berfrekuensi tinggi artinya periodenya lebih kecil, dan mempunyai peluang
kejadian yang lebih tinggi, yakni mencapai sekitar 66% untuk perairan di seluruh dunia [Hogben
& Lumb (1967)]. RAO heave mempunyai harga mendekati 0.0 m/m pada frekuensi sekitar
0.22451 Hz (0 derajat), dan 0.25 Hz untuk arah gelombang datang dari 45 derajat, 90 derajat, dan
180 derajat.
Grafik 3. Grafik RAO gerakan heave dengan variasi empat arah gelombang datang
4. Gerakan Roll
Gerakan roll atau dalam keadaan gulungan adalah gerakan rotasi degan arah miring yang
berpusat pada poros sumbu x. Sebuah kemiringan yang terjadi ini disebut list atau heel. Heel bisa
terjadi karena adanya tekanan angin pada layar, saat membelok, atau tindakan kru lainnya. Heel
juga biasanya disebabkan karena banyaknya air yang masuk, kerusakan akibat pertempuran,
pergeseran kargo, dll.
Pada gerakan roll, seperti terlihat pada Grafik 4, tidak terjadi pola perubahan apapun pada
kurva RAO pada arah pembebanan 0o dan 180o, hal ini dikarenakan olengan yang terjadi secara
signifikan pada sumbu x berasal dari gelombang datang ke samping struktur (45o dan 90o).
Dari Grafik 4, secara jelas dilihat pada frekuensi antara 0.04608 Hz – 0.05882 Hz mengalami
kenaikan drastis untuk arah samping hingga ke puncak besaran amplitudonya dengan masing-
masing besarannya adalah 28.64 °/m (45o) dan 43.808 °/m (90o) sedangkan untuk arah haluan
dengan range frekuensi yang sama dengan sebelumnya juga mengalami kenaikan puncak namun
sangat tidak signifikan sebagaimana besarannya hanya berkisar 0.0071 °/m (0o) dan 0.00762 °/m
(180o).
Hal tersebut wajar terjadi karena untuk gerakan roll amplitudo besar pada sudut arah
pembebanan yang mendominasi yaitu dari arah melintang struktur FSO, sebaliknya untuk
pembebanan dari arah longitudinal struktur.
Grafik 4. Grafik RAO gerakan roll dengan variasi empat arah gelombang datang
5. Gerakan Pitch
Gerakan pitch adalah gerak rotasi yang terjadi pada sumbu y atau lateralis. Offset atau
kemiringan dari poros y-nya disebut sebagai trim atau out of trim.
Sedangkan karakteristik gerakan pitch bila diamati dari kurva RAOnya dalam Grafik 1.5
adalah mode rotasi. Mengkaji efek arah gelombang dan struktur FSO, sebagaimana halnya dengan
gerakan heave, intensitas gerakan pitch lebih didominasi oleh gelombang datang dari arah 45o,
dengan puncak kurva mencapai 0.6966119006 °/m. Sedangkan kurva terbesar atau amplitudo
terbesar dari arah haluan (0o, 180o) sebesar 0.6255617649 °/m dan 0.6227421 °/m pada frekuensi
0.05882 – 0.08431 Hz. Pada frekuensi kisaran tersebut juga terjadi resonansi pada hampir semua
arah pembebanan. Amplitudo saat gerakan roll sangat kecil polanya pada frekuensi 0.1098 Hz
yaitu 0.1091404799 °/m dari arah 90o. Hal ini secara intuisi benar karena untuk gerakan pitch
amplitudo besar pada sudut arah pembebanan yang mendominasi yaitu dari arah membujur
struktur FSO, sebaliknya untuk pembebanan dari arah melintang struktur.
Grafik 5. Grafik RAO gerakan pitch dengan variasi empat arah gelombang datang
6. Gerakan Yaw
Gerakan yaw atau dalam kondisi mengoleng ini adalah gerak rotasi yang mengarah pada poros
z. Offset atau penyimpangan dari normal pada sumbunya disebut sebagai deviation atau set.
Memperhatikan kurva RAO gerakan yaw dalam Grafik 6, pada arah pembebanan 0 dan 180
derajat tidak terjadi sedikitpun gerakan karena faktor simetri dalam arah melintang. Pada saat
gerakan yaw terjadi di gelombang menyilang maka dapat diharapkan bahwa efek kopel dari
gerakan yaw akan terjadi. Besar kecilnya efek kopel akan sangat tergantung dari intensitas gerakan
rollnya.
Dari grafik RAO di bawah dapat diketahui bahwa amplitudo terbesar dihasilkan oleh arah
sudut 45o dan 90o dengan besaran masing-masing mencapai 0.310349 °/m dan 0.185987 °/m.
Berdasarkan amplitudo terbesar yang menyebabkan gerakan yaw pada struktur dengan sudut arah
pembebanan 450 dan 1350 bahwa hal tersebut wajar terjadi karena untuk gerakan yaw amplitudo
besar terjadi pada sudut arah pembebanan yang mengarah tidak pada arah tegak lurus maupun
sejajar struktur.
Grafik 6. Grafik RAO gerakan yaw dengan variasi empat arah gelombang datang
Dari analisis RAO model struktur menggunakan software ANSYS Aqwa 16.2 yang kemudian di
sajikan dengan grafik di bawah ini:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, penulis masih ingin melanjutkan mempelajari ANSYS Aqwa 16.2. Jika
sebelumnya penulis telah berhasil mempelajari salah satu dari dua modul ANSYS Aqwa, yakni
Hydrodynamic Diffraction Response’, maka kali ini penulis akan mempelajari modul kedua yakni
Hydrodynamic Time Response. Berikut ini alur tahapan umum dalam menganalisis hidrodinamik
terhadap respons waktunya:
Gambar 53. Langkah dalam melakukan Hydrodynamic Time Response pada ANSYS Aqwa 16.2
3. Penulis menentukan posisi (x, y, z) ‘Fixed Point’ sesuai data yang diberikan sebagaimana
informasi berikut ini:
4. (Klik kanan ‘FSO’ -> ‘Add’ -> ‘Connection Point’ -> Klik kiri ‘Connection Point 10’) lalu
penulis mengisi sesuai data sebagaimana informasi berikut ini:
Gambar 56. Informasi Analysis Gambar 57. Data Arus yang mengenai FSO
SettingSettings
Gambar 58. Informasi Data Angin
Gambar 59. Data Irregular Wave pada laut yang mengenai FSO
Setelah semua tahapan dari Tahapan ke-1 hingga ke Tahapan ke-3 berhasil dilakukan dengan
teliti dan benar, maka langkah terakhir untuk mendapatkan informasi output Hidrostatis, RAOs,
dan Pressure – Motionnya adalah menklik kanan pada ‘Solution A5’ lalu pilih ‘Solve’ untuk
memproses running Hydrodynamic Diffractions.
Berikut ini salah satu hasil outputan setelah melakukan semua tahapan di atas untuk kemudian
di analisis respons hidrodinamika terhadap waktu pada FSO ditambat dengan mooring lines untuk
mengetahui pengaruh redamannya.
Informasi dari Grafik 7 menandakan bahwa respon struktur FSO saat ditambat dengan
mooring line mengalamai relatif stabil berdasarkan gerakan pitch dengan tenggang waktu antara
0 s – 2000 s. Dengan kata lain, properti yang dimiliki oleh mooring line dan lokasi lingkungan
yang ditempatkan telah sesuai namun harus dianalisis lebih lanjut lagi berdasarkan gerakan lain,
baik itu secara transnasional maupun rotasional.
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Setelah merasa cukup untuk memahami dasar-dasar dalam memfungsikan tool Aqwa pada
ANSYS 16.2., penulis tertarik untuk kembali mereview salah satu software yang pernah dipelajari di
jurusan dan juga sering digunakan dalam pemodelan bangunan apung di dunia industri migas yakni
SACS.
Jadi hari ini penulis melakukan berbagai pengecekan data-data yang perlu akan diinput pada
SACS seperti peralatan atau equipments yang akan di pasang pada Main Deck dan Cellar Deck serta
yang perlu diperhatikan adalah menyeleksi peralatan yang diperlukan untuk tipe platform ‘Wellhead
& Production’.
Dokumentasi:
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, kegiatan penulis adalah melanjutkan tugas simulasi yang diberikan oleh Pak
Ongko untuk perhitungan dan analisis mengenai Wave Load terhadap suatu kapal yang ditambat
empat pile (masing-masing ditambat dua pile di sisi kanan-kiri kapal) pada area laut tertentu.
Namun, penulis lebih tertarik untuk terlebih dahulu mengulas kembali teori dasar dari
perhitungan Wave Load sehingga pada hari ini penulis mencari bahan-bahan berkaitan dengan
teori wave load dan hidrodinamika di komputer milik kantor. Penulis merujuk pada referensi-
referensi yang terdapat di link Z:\LIBRARY\Ocean Wave\Stokes Wave Theory.
Salah satu referensi yang menjadi perhatian utama dari penulis untuk diulas kembali adalah
file ‘Wave Hydrodynamics’ yang ternyata dibuat oleh Dosen Teknik Kelautan ITS, Pak Suntoyo,
PhD. Adapun hasil pengulasan ulang hari ini hanya sebatas pada pengertian definisi-definisi yang
perlu diingat dan berikut hasil rangkuman murni dari penyimpulan pribadi sekaligus dokumentasi
kegiatan penulis untuk Sheet pertama pada file Excel 2016 untuk perhitungan Wave Load
Calculation berikutnya.
Adanya gelombang laut disebabkan karena berbagai faktor lingkungan seperti angin, gempa
bumi, gravitasi yang ditarik oleh bulan, restoring force, tegangan pada permukaan laut, gravitasi
bumi, rotasi bumi, atau frekuensi dari gelombang laut itu sendiri.
Gelombang Angin
Gelombang angin terjadi disebabkan karena adanya pergeseran oleh angin terhadap permukaan
laut. Saat gelombang angin menyentuh bagian permukaan laut maka akan muncul perbedaan
pergeseran/pergesekan dan tekanan-suhu yang menyebabkan munculnya berbagai riak kecil
pada permukaan laut.
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Pada hari ini, kegiatan penulis hampir sama seperti hari sebelumnya, yakni mengulas kembali
teori-teori dasar yang diperlukan sebelum melakukan analisis dan perhitungan tugas simulasi yang
diberikan oleh Pak Ongko pada waktu beberapa hari sebelumnya mengenai Wave Load Calculation
dan Minimum Thickness Pile pada kapal yang tertambat dengan empat pile di area laut tertentu.
Penulis sengaja melakukan pengulasan ulang terhadap teori yang berkaitan untuk tugas
simulasi ini karena penulis ingin memahami secara totalitas mengenai wave hydrodynamics yang
merupakan salah satu pilar utama dalam pendidikan Teknik Kelautan.
Adapun salah satu teori yang diulas oleh penulis adalah mengenai kecepatan, panjang, dan
periode-frekuensi suatu gelombang. Penulis merujuk pada dua referensi mengenai teori dasar dari
ilmu hidrodinamika dan juga bagian dari ilmu teknik pantai yakni PPT. Wave Hydrodynamics oleh
Pak Suntoyo, Ph.D. dan Basic Coastal Engineering oleh Robert M. Sorensen.
Berikut hasil salah satu rangkuman murni dari kesimpulan yang dipahami oleh penulis untuk
memahami asal-usul penurunan rumus mengenai hubungan antara kecepatan, panjang, dan periode
gelombang.
𝐿
1 𝐶=
𝑇
Persamaan lain mengenai kecepatan gelombang yang menghubungkan antara panjang
gelombang dan kedalaman air adalah:
𝐿 𝑔𝐿 2𝜋𝑑
= √ tanh( )
𝑇 2𝜋 𝐿
𝐿2 𝑔𝐿 2𝜋𝑑
= tanh( )
𝑇 2 2𝜋 𝐿
𝐿 𝑔𝑇 2𝜋𝑑
= tanh( )
𝑇 2𝜋 𝐿
𝑔𝑇 2𝜋𝑑
3 𝐶= tanh( )
2𝜋 𝐿
selain menemukan persamaan lain dari C, didapat juga persamaan yang menentukan nilai L atau
panjang suatu gelombang dari hasil uraian penghubungan dua persamaan diatas adalah:
𝑔𝑇 2 2𝜋𝑑
𝐿= tanh( )
2𝜋 𝐿
ketika nilai d/L (rasio kedalaman laut terhadap panjang satu gelombang) bernilai lebih dari 0.5
(d/L > 0.5) maka rasio tersebut menandakan kondisi kedalaman laut berada pada laut dalam
(deep water) sehingga panjang gelombangnya adalah:
𝑔𝑇 2
𝐿= (𝑑𝑒𝑒𝑝 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟)
2𝜋
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Mengulas Teori Gelombang Airy dan Redraw General Arrangement PT. COOEC
Indonesia
Pada hari kelima ini, kegiatan penulis masih seputar pengulasan ulang tentang teori-teori yang
mendasar dari ilmu teknik kelautan sebelum melakukan perhitungan dan analisis untuk tugas
simulasi yang diberikan oleh Pak Ongko. Pengulasan teori yang dilakukan oleh penulis kali ini
adalah teori gelombang reguler atau sering diistilahkan dengan Gelombang Airy (linier).
Penulis sengaja melakukan pengulasan ulang terkait teori ini karena teori ini adalah salah satu
pijakan munculnya teori gelombang Stokes yang akan digunakan nanti dalam perhitungan Wave
Load dan sebenarnya teori ini dari Teori Perturbasi yang merupakan metode matematik untuk
memperoleh perkiraan solusi dari suatu permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara eksak
atau non-linier.
Selain penulis berfokus pada pengulasan ulang teori Gelombang Airy untuk tugas simulasi
perhitungan Wave Load, penulis juga mendapat tawaran oleh Pak Ongko berupa proyek dari
Direktur PT. Marine Cadcam Indonesia, Pak Chan Lim Yan. Tawaran tersebut adalah sekaligus
penugasan berikutnya di tengah progres penulis menyelesaikan tugas simulasi Wave Load
Calculation dan penugasan baru ini adalah redraw sebuah kapal tampak samping dengan
menggunakan software AutoCAD 2011 nantinya. Deadline dari penugasan baru ini pada weekend
minggu berikutnya.
(halaman berikutnya)
Gambar 62. Tulisan Penulis untuk Penurunan Rumus Kecepatan Partikel Horizontal
Gambar 63. Elevation View (Project MDA & MBH Gas Field Integrated Development - FEED) PT. Cooec Indonesia
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Melakukan redraw ‘General Arrangement’ dari sebuah FPU (Floating Production Unit)
oleh PT. COOEC Indonesia dengan menggunakan AutoCAD 2011
Pada hari ini, penulis memulai pekerjaan redraw gambar ‘General Arrangement’ tampak
samping atau elevation view dari kapal jenis FPU atau Floating Production Unit sebagaimana
permintaan oleh Direktur Utama PT. Marine CadCam Indonesia, Pak Chan, melalui Pak Akhmad
sebagai General Manager perusahaan yang kemudian diteruskan ke supervisor penulis, Pak
Ongko.
Dari keterangan General Arrangement ini adalah bahwa proyek desain ini ternyata dilakukan
pada tahun 2012 yang merupakan proyek bersama antara pihak PT. COOEC Indonesia dan Husky
Oil (Madura) Ltd.
Sesaat penulis melakukan hal tersebut, penulis memikirkan cara yang lebih efisien agar proses
redraw tersebut dapat berjalan cepat karena berhubung keesokan harinya akan segera dikirimkan
kepada Pak Chan untuk dapat di antisipasi sejak awal jika memang ada revisi sebelum fiksasi pada
deadline akhir minggu ini. Oleh karenanya, penulis sempat meminta tolong kepada pihak IT
Support untuk dapat membantu proses konversi dari gambar ‘General Arrangement’ FPU jenis
PDF ini ke jenis .dwg agar dapat dibuka langsung dengan AutoCAD namun bukan berarti
pekerjaan penulis telah langsung selesai. Penulis harus meninjau kembali hasil konversi tersebut
yang sudah hampir jadi di area drawing pada AutoCAD. Hasil tinjauan tersebut adalah penulis
harus memastikan garis-garis sesuai pada gambar aslinya, keterangan gambar dapat jelas dilihat,
menghubungkan antar garis yang terputus-putus karena efek konversi jenis gambar CAD, dan yang
paling penting sesuai bimbingan dari supervisor adalah memperhatikan perhitungan skala dan
sesuaikan principal dimension awal dengan hasil redrawnya.
Dokumentasi:
Berikut ini hasil redraw oleh penulis pada gambar General Arrangement FPU dengan
AutoCAD:
Gambar 64. Screenshot dari hasil proses redrawing Elevation View FPU PT. COOEC Indonesia
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Melakukan pengecekan report harian selama lima Minggu sebelum dicetak untuk
reviewer saat presentasi keesokan harinya
Selama penulis berada di kantor hari ini, penulis hanya memfokuskan pada persiapan untuk
presentasi dan evaluasi keesokan harinya. Oleh karenanya, penulis mengulas ulang secara penuh
kegiatan penulis selama dari awal hingga hari ini di laporan harian penulis. Penulis merevisi
beberapa hal yang diperlukan dan agar dapat menghasilkan laporan yang baik bagi perusahaan dan
jurusan nantinya.
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Menyiapkan Power Point 2016 untuk bahan yang akan dipresentasikan di hadapan
manajemen PT. Marine CadCam Indonesia
Pada hari ini, penulis masih fokus melakukan sebagaimana pada hari sebelumnya untuk
menyiapkan presentasi terbaik pada sore harinya dengan bantuan software Power Point 2016.
Penulis melakukan sedikit mengulas ulang laporan harian yang kemudian menjadi referensi utama
dalam konten Power Point nantinya. Di antara poin-poin utama yang penulis ingin sampaikan hasil
apa yang telah dipelajari oleh penulis selama di beri kesempatan untuk KP di kantor adalah
sebagaimana pada slide ketiga dokumentasi berikut ini:
Dokumentasi:
Gambar 65. Screenshot beberapa slide sebagai bahan presentasi untuk evaluasi
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Mendapatkan Arahan oleh Pak Ongko Mengenai Data Baru untuk Perhitungan Wave
Load pada suatu struktur
Penulis hari ini bersama dua teman Kerja Praktik yang lainnya mendapatkan pengarahan baru
mengenai revisi atas simulasi perhitungan Wave Load pada struktur kapal proyek Pile Bore
Hammer Support Foundation yang kemudian akan diperhitungkan juga berapa diameter minimal
untuk spud yang tertancap pada tanah dari kapal agar kapal tersebut mampu mempertahankan
posisinya. Perhitungan diameter minimal untuk spud ini tujuannya adalah agar dapat
menyesuaikan ukuran spud di pasaran dan alasan efisiensi serta ekonomis. Selain itu juga,
diharapkan dengan revisi berdasarkan data yang baru dapat membuat simulasi ini mendekati
keadaan sesuai lapangan yang pernah terjadi.
Berikut ini daftar berkas yang dijadikan bahan untuk revisi kali ini:
MESG – Floating Barge (Force Calculation for Spud)
Port Information of Jurang Island (Singapura)
Jurong Island, Vopak Banyan Terminal
Wave and Sea Scale for Fully Arisan Sea
An overview of the marine physical system of Singapore
Dokumentasi:
Berikut ini dokumentasi berkas untuk data baru yang diberikan oleh Pak Ongko hari ini:
(halaman berikutnya)
Gambar 66. Berkas untuk bahan revisi perhitungan beban gelombang pada bangunan apung
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Merevisi Laporan Simulasi Perhitungan Kekuatan Struktur pada Hull ‘Bore Pile
Hammer Support Foundation’
Pada hari ini, penulis mendapatkan arahan oleh Pak Ongko bahwa untuk presentasi perbaikan
laporan kerja praktik sebelumnya, penulis cukup memaparkan mengenai hasil perhitungan
kekuatan struktur pada hull proyek kapal ‘Bore Pile Hammer Support Foundation’ bukan
sebagaimana seperti Selasa sebelumnya.
Oleh karena itu, penulis akhirnya kembali mengulas hasil perhitungan sebelumnya
berdasarkan referensi baru yang penulis dapatkan tentang contoh perhitungan pada kapal proyek
‘330 ft Ballastable Barge’. Setelah penulis membandingkan dengan hasil perhitungan sebelumnya
secara teliti, penulis akhirnya mengganti beberapa hal yang juga berdasarkan keterangan sumber
aturan ‘ABS Rules for Steel Vessel 2015’.
Di antara bagian penulis yang direvisikan untuk ‘Hull Construction - Calculation Based on
Rules’ adalah sebagai berikut:
Longitudinal Strength (Strength Standard, Hull Girder of Moment Inertia)
Shell Plating (Side - Bottom Shell Plating Amidship, Shell Plating at Ends, Bottom
Forward Plating, Immersed Bow Plating)
Deck Plating (Deck Plating Thickness, Deck Plating at Ends)
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Merevisi Laporan Simulasi Perhitungan Kekuatan Struktur pada Hull ‘Bore Pile
Hammer Support Foundation’
Pada hari kelima ini, kegiatan penulis masih hampir seperti pada hari sebelumnya untuk
melanjutkan revisi laporan simulasi perhitungan kekuatan struktur pada proyek yang sama selama
ini yakni, Bore Piling Hammer Support Foundation. Kali ini, penulis berfokus pada beberapa hal
yang ingin direvisi sebagaimana berikut ini:
Main Framing (Minimum Thickness)
Fore End Construction (Deck Longitudinal, Bottom and Side Longitudinals)
Watertight Bulkheads (Collision Bulkhead, Other Waterlight Bulkheads, Plating,
Stiffeners, Stringer and Webs)
Tank Bulkheads (Plating, Stiffeners, Stringer and Webs)
Dokumentasi:
(halaman berikutnya)
Gambar 67. Screenshot Proses Revisi untuk Hull Construction Calculation
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Mengulas Ulang Perhitungan Kekuatan Struktur Proyek Kapal Bore Piling Hammer
Support Foundation
Pada hari ini, penulis melanjutkan pekerjaan minggu sebelumnya mengenai penugasan
simulasi perhitungan kekuatan struktur yang akan direvisi kembali hingga hari ini. Untuk
memperkaya wawasan dan mempermudah penulis melanjutkan perhitungan kali ini, penulis
menggunakan beberapa referensi berbahasa inggris sebagaimana daftar berikut ini:
Selain itu, yang menjadi fokusan penulis untuk hal yang perlu direvisi dan dilanjutkan
perhitungannya adalah sebagaimana daftar berikut ini:
Deck Beams
Deck Beams Vehicle
Deck Girders, Chords, and Transverses
Side and Botom Frames
Side Transverse and Bottom Girders, Chords, and Transverses
Tank Bulheads – Stringers and Webs
Watertight Bulkheads – Stringers and Webs
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Mengulas Ulang Perhitungan Kekuatan Struktur Proyek Kapal Bore Piling Hammer
Support Foundation dan Persiapan Presentasi Akhir
Hari ini adalah waktu presentasi akhir bagi penulis untuk syarat kelulusan KP dari PT. Marine
CadCam Indonesia. Jadwal yang diberikan ada pada pukul 16.00 WIB. Selama hampir seharian di kantor,
penulis hanya mengulas sedikit mengenai hasil perhitungan secara keseluruhan beserta pembuatan Power
Point untuk alat presentasi dan print-out tiga eksamplar untuk tiga penguji di ruang meeting kantor PT.
Marine CadCam Indonesia.
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Melakukan Revisi Laporan untuk Syarat Mendapatkan Sertifikat Kelulusan KP oleh
pihak PT. Marine CadCam Indonesia
Pada hari ini, penulis melakukan revisi atas hasil presentasi mengenai laporan kerja praktik
selama hampir dua bulan di PT. Marine CadCam Indonesia. Revisi yang didapatkan oleh penguji
dari Pak Ongko, Pak Eko, Pak Nurman, Pak Ahmad, dan Mas Benny adalah berupa mengenai
kesalahan input rumus koefisien blok dan juga masalah format penyusunan laporan.
Dokumentasi:
Gambar 68. Hasil Perhitungan Cb dan SMR sebelumnya Gambar 69. Hasil Perhitungan Cb dan SMR sebelumnya setelah direvisi
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik
Kegiatan: Menemui Para Penguji untuk Dimintai Keterangan Setelah Perbaikan Laporan Kerja
Praktik
Setelah hari sebelumnya memperbaiki laporan kerja praktik dari hasil presentasi akhir Selasa
lalu, penulis akan menemui setiap penguji hari ini yakni Pak Iman sebagai pengganti Mas Benny
yang berhalangan hadir, Pak Ongko, Pak Eko, dan Pak Nurman untuk diminta keterangan tertulis
di formulir Berita Acara Presentasi untuk syarat ditetapkan penulis atas kelulusan presentasi
akhir.
Gambar 70. Formulir Berita Acara Presentasi yang telah disetujui hasil laporan akhir
Mengetahui/Menyetujui
Supervisor Kerja Praktik