Propopal Inovasi
Propopal Inovasi
DISUSUN OLEH:
B. TUJUAN
D. PELAKSANAAN
1. Topik: Program inovasi “Pemeriksaan IPTT pada pasien Diabetes
Melitus “
2. Tempat : RS Bhayangkara Kota Makassar
E. DESKRIPSI PROGRAM
Metode IPTT dilakukan dengan cara jari pemeriksa harus memberikan
sentuhan ringan dan lembut selama 1-2 detik pada ujung jari kaki pertama,
ketiga dan kelima penderita, sementara mata pasien tertutup, subyek
diperintahkan untuk mengatakan ya kapan pun mereka merasakan sentuhan.
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Konsep Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang timbul sebagai akibat
dari minimnya kadar insulin baik secara mutlak maupun secara absolut.
Adanya perubahan pada sistem saraf tepi yakni pada neuropati perifer
yang mengakibatkan terganggunya sensivitas pada kaki merupakan
komplikasi yang di alami oleh pasien (Rahman et al., 2021).
Menurut WHO (2018) Diabetes Melitus(DM) merupakan kondisi
gangguan pada Pankreas sehingga produksi insulin atau jumlah insulin
menurun, yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, protei, yang ditandai kenaikan glukosa darah (Hiperglikemia),
dan untuk mengatasi gangguan pada tubuh dibutuhkan terapi secara
bertahap (Rahman, Maryuni and Rahmadhani, 2021).
B. Konsep Neuropaty
1. Definisi
Neuropathy adalah suatu kondisi dimana terjadinya kerusakan pada
saraf pasien dengan diabetes mellitus. Kondisi neuropathy paling sering
jarjadi pada saraf kaki. Neuropati dapat memengaruhi sistem motorik,
sensorik, dan otonom. Kondisi neuropathy pada pasien diabetes tidak
bisa disembuhkan sepenuhnya namun perkembangan neuropathy pada
pasien diabetes bisa diperlambat dengan cara menjaga kadar gula
darah dalam batas normal. Menjaga kadar gula darah dapat dilakukan
dengan cara menerapkan gaya hidup sehat yaitu dengan cara menjaga
berat badan tetap ideal, menjaga tekanan darah dalam kondisi normal,
tidak merokok, dan mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
Kerusakan saraf pada kaki khususnya dapat mengarah pada
munculnya luka diabetes yang diakibatkan oleh adanya infeksi
Clostridium perfringens. Jika tidak ditangani secara efektif maka
Kondisi ini dapat berlanjut dengan tindakan amputasi. Lebih dari
separuh penderita diabetes melitus mengalami keluhan dari kerusakan
saraf pada tingkatan tertentu. Hal ini terjadi karena kelebihan glukosa
akan mencederai dinding pembuluh kapiler yang berfungsi member
nutrisi pada saraf. Gejala yang muncul tergantung pada saraf mana yang
dipengaruhi. Biasanya gejala-gejala tersebut dimulai dari ujung-ujung
kaki kemudian akan menjalar ke bagian lain seiring bertambahnya waktu
sehingga perlu segera ditangani. Beberapa kepercayaan dimasyarakat
menunjukkan bahwa berjalan dipagi hari tanpa menggunakan alas kaki
dapat membantu mengurangi kesemutan pada kaki. Faktanya semua
penderita diabetes memiliki resiko terjadinya perlukaan yang akan
berlanjut menjadi infeksi berat. Dengan demikian penggunaan alas kaki
sangat dianjurkan oleh semua penderita diabetes.
Gejala sensori yang biasa dialami pada pasien dengan gangguan neuropathy pada
pasien dengan diabete mellitus
Kesemutan
Mati rasa, terutama pada tangan dan kaki.
Perubahan pada sensor perasa, seperti rasa sakit parah yang dirasakan.
Merasakan sensasi terbakar.
Rasa seperti sedang memakai kaus kaki atau sarung tangan.
Hilangnya kemampuan koordinasi tubuh.
Hilangnya refleks tubuh
2. Patogenesis
Neuropati diabetik merupakan suatu interaksi metabolik dan
factor iskemik. Hiperglikemia mengakibatkan aktivitas polyol
pathway, auto-oksidasi glukosa, dan aktifasi protein C kinase
yang berkontribusi terhadap perkembangan neuropati diabetik.
Peruahan metabolisme ini menyebabkan tidak berfungsinya sel
endotelial di pembuluh darah dan berhubungan dengan
abnormalitas sel Schwann dan metabolisme axonal. hiperglikemia
menyebabkan hipoksia endoneural oleh karena peningkatan
resistensi pembuluh darah endoneural. Hipoksia endoneural
merusak transportasi axon dan mengurangi aktivitas saraf sodium-
potassium-ATPase. Gangguan ini mengakibatkan atrofi pada
axon dan gangguan konduksi syaraf.
Bagi penderita neuropathy perifer biasanya tidak akan
merasakan adanya perubahan suhu diarea yang mengalami
neuropathy. Kondisi ini akan menyebabkan banyak penderita
neuropathy tidak menyadari bahwa kulitnya mengalami cedera
sehingga jika tidak ditangani segera akan menyebabkan infeksi
khususnya bagi penderita diabetes melitus.
3. Jenis-jenis neuropathy
a. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan dalam hal ini adalah perawat dan dokter yang
diharapkan mampu melakukan screening resiko diabetes dan
neuropathy dalam pencegahan luka diabetes (foot ulcer).
b. Kader kesehatan
Kader kesehatan dalam hal ini adalah perwakilan dari masyarakat
yang telah mendapatkan pelatihan dan bertugas untuk melakukan
screening resiko diabetes.
c. Keluarga (Caregiver)
Keluarga dalam hal ini adalah seseorang yang bertugas merawat dan
memonitor pasien diabetes dirumah.
4 Hal-hal yang perlu diperhatikan
Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan screening
pasien dengan diabetes dan resiko neuropathy adalah
a. Riwayat kesehatan pasien
Simtomatologi (Kaki/tungkai)
Rasa terbakar 2 0
Rasa Kebas 2 0
Kesemutan pada kaki 2 0
Rasa lemah 1 0
Kram pada kaki 1 0
Nyeri 1 0
Lokasi simtomatologi
Kaki 2
Tungkai 1
Lokasi lain selain kaki & tungkai 0
Waktu Eksaserbasi/kumat
Malam hari 2
Siang dan malam hari 1
Hanya disiang hari 0
Apakah pasien mengalami masalah 1 0
tidur akibat gejala tersebut
Gejala membaik ketika
Berjalan 2
Berdiri 1
Duduk atau berbaring 0
SKOR
Prosedur Pelaksanaan Screening Neuropathy dengan
Neuropathy System Score (NSS)
a. Persiapan
Dalam proses persiapan, langkah-langkah yang perlu dilakukan
antara lain:
1) Lakukan koordinsai dengan ahli atau pakar terkait
penyusunan materi kuisioner skrining dengan
menggunakan instrumen Neuropathy System Score
(NSS)
2) Persiapkan kuisioner dan pastikan pasien telah
terdiagnosa sebagai pasien diabetes
3) Persiapkan ruangan yang nyaman untuk pasien selama
proses skrining berlangsung
b. Pelaksanaan
1) Melakukan identifikasi calon peserta sasaran skrining
2) Sosialisasikan dengan jelas tujuan dan prosedur dari
proses skrining yang dilakukan kepada pasien
Sisi
Pemeriksaan Indikator Nilai
Kanan Kiri
Refleks akiles Normal 0
Menurun 1
Hilang 2
Sensibilitas Getar
Diukur melalui
sendi jempol Normal 0
pada
punggung kaki Menurun/Hilang 1
Sensasi Nyeri
Dilakukan pengukuranNormal 0
pada punggung kaki Menurun/Hilang 1
Persepsi Suhu Normal 0
Menurun/Hilang 1
SKOR
2) Sensibilitas Getar
- Instruksikan kepada pasien untuk semua maneuver
dilakukan dengan mata tertutup
- Pasien diminta untuk merespon segala ransangan
yang diberikan
- Amati kesimetrisan, konsistensi (Jika respon awal
tidak benar) maka lakukan pemeriksaan kembali
- Kemampuan pasien dalam menentukan sisi tubuh
(Kanan atau kiri) dan bagiannya kaki tangan atau
yang lainnya) yang dirangsang
Sentuhan ringan
- Alat: gumpalan kapas
- Instruksi kepada pasien untuk memberitahukan
setiap saaat merasakan rangsangan dan dibagian
mana lokasinya
- Jika pasien merasakan sentuhan yang
diberikan dengan menggunakan kapas dengan benar
maka kondisi nya normal dan diberikan skor 0
- Jika pasien tidak merasakan adanya
sentuhan/rangsangan maka berikan skor
3) Sensasi nyeri
- Alat: jarum tajam dan jatum tumpul
- Intruksikan kepada pasien untuk menginformasikan
kepada petugas kesehatan saat kaki disentuh dengan
menggunakan jarum yang tajam ataupun jarum yang
tumpul
- Pasien juga diminta menunjukkan dimana lokasi
yang dirasakan saat diberikan rangsangan
- Bila pasien dapat merasakan dan menyebutkan
dengan benar hasil pemeriksaan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat sensasi nyeri dan
diberikan skor 0. Sebaliknya bila mengataan tidak
ada sensasi nyeri maka diberikan skor 2
4) Persepsi suhu
Pada persepsi suhu, bila pasien masih mampu
mempersepsikan suhu dengan normal maka diberikan skor 0
namun bila pasien tidak mampu mempersepsikan suhu maka
diberikan skor 1
d. Evaluasi
1) Tenaga kesehatan menganalisa hasil skrining
2) Melakukan tindak lanjut bagi pasien yang memiliki gejala
neuropaty
3) Menyusun laporan hasil screening dan memberikan
rekomendasi untuk penanganan dalam mencegah terjadinya
foot ulcer.
2
Apakah anda pernah merasakan
nyeri seperti terbakar pada kaki
3
Apakah kaki anda kurang
sensitive terhadap sentuhan
4
Apakah anda sering merasa keram
pada kaki
Apakah anda pernah merasakan nyeri
5
seperti tertusuk pada kaki atau telapak
kaki
6
Apakah kulit anda terasa nyeri
jika tersentuh kain
8
Apakah anda pernah mengalami
luka terbuka pada kaki
9
Apakah dokter pernah
menyampaikan kalau anda
terkena diabetic neuropathy
10
Apakah anda merasa lelah setiap saat
11
Apakah anda merasa kurang baik
pada malam hari
12
Apakah kaki anda sakit saat berjalan
13
Apakah anda mampu
merasakan pijakan kaki
anda ketika berjalan
14
Apakah kulit kaki anda kering
dan pecah-pecah
15
Apakah anda pernah amputasi
TOTAL
4. SCREENING NEUROPATHY DENGAN
MENGGUNAKAN IPSWICH TOUCH TEST (IpTT)
Ipswich Touch Test (IpTT) merupakan metode yang
digunakan untuk mendeteksi adanya neuropati pada kaki diabetik
yang dilakukan dengan cara menyentuh ujung pertama, ketiga dan
kelima jari-jari kedua kaki. Tindakan ini hanya memerlukan waktu
1-2 detik melalui jari telunjuk dalam mendeteksi masalah dalam
sensasi pada kaki diabetik.
b. Pelaksanaan
1) Lakukan sentuhan ringan IpTT dengan
mengistirahatkan ujung jari telunjuk selama 1-2
detik pada ujung jari kaki pertama, ketiga, dan
kelima dan dorsum hallux.
2) Ada dua metode dalam penilaian diantaranya
- Sebelum melakukan pemeriksaan, anjurkan pasien untuk
menutup mata dan lakukan sentuhan dengan lembut
- Metode A dengan menggunakan sentuhan pada kedua
kaki bagian atas dan dikatakan neuropati jika pasien tidak
merasakan sensasi lebih dari 2 tempat dari 8 lokasi yang
diperiksa.
- Metode B dengan menggunakan sentuhan pada ujung
ujung jari kaki pertama, ketiga, dan kelima. Kondisi
neuropathy dapat disimpulkan jika pasien tidak
merasakan sensasi sentuhan pada 2 tempat dari 6 lokasi
yang dilakukan pemeriksaan.
- Pemeriksa diinstruksikan untuk tidak mendorong, atau
mengetuk yang dapat menyebabkan timbulnya sensasi
lain selain sentuhan ringan.
c. Evaluasi
1) Tenaga kesehatan menganalisa hasil skrining
2) Melakukan tindak lanjut bagi pasien yang memiliki
gejala neuropaty
3) Menyusun laporan hasil screening dan memberikan
rekomendasi untuk penanganan dalam mencegah
terjadinya foot ulcer
a. Persiapan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan alat monofilament test adalah
1) Jelaskan kepada klien proses dan
tujuan tindakan pemeriksaan dengan
menggunakan alat monofilament test
2) Siapakan alat monofilament semmes-Weinstein 10-
gram atau 5-gram
3) Atur posisi klien berbaring dengan telapan kaki datar
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Pelaksanaan
1) Lakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2) Anjurkan pasien dalam kondisi rileks. Saat
dilakukan pemeriksaan anjurkan pasien menutup
mata.
3) Instruksikan kepada klien untuk mengatakan “iya”
jika merasakan adanya stimulus yang dirasakan.
Namun jika stimulus yang dirasakan kurang maka
klien perlu menjawab iya, namun stimulus
berkurang.
4) Lakukan kalibrasi dalam pemeriksaan
- Sentuhkan monofilament pada bagian dorsal dari ibu jari
kaki dan sentuhkan juga pada bagian proksimal kuku kaki
- Tekan monofilament test hingga 2 detik sampai menekuk
dan angkat secara perlahan. Gunakan gerakan yang lembut
saat melakukan pemeriksaan
- Instruksikan kepada pasien untuk mengidentifikasi adanya
sensasi setiap sentuhan yang dilakukan
5) Lakukan secara berulang pada 4 titik kaki kanan dan
kaki kiri dengan memposisikan monofilament tegak
lurus dengan telapak kaki. Lakukan pemeriksaan ini
secara acak
6) Jangan lakukan pemeriksaan pada daerah yang
terdapat luka, kallus, atau pada jaringan mati.
c. Evaluasi
1) Observasi keadaan klien setelah dilakukan pemeriksaan
2) Simpulkan hasil yang dilakukan dan baca hasil
interpretasi pemeriksaan mengikuti tabel sebagai
berikut:
Tabel 8. Interpretasi hasil pemeriksaan kaki dengan Monofilament
Test
INTEPRETASI
Resiko Mampu merasakan sentuhan atau sensasi pada
renda seluruh bagian
telapak kaki dan teraba nadi pada kaki
B. Sumber Penulisan
C. Sasaran Penulisan
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat menerima asuhan keperawatan non
farmakologi dan juga pengetahuan yang dapat meminimalkan risiko
ulkus diabetik.
2. Bagi Perawat
Perawat dapat mendeteksi dini risiko ulkus diabetik sehingga dapat
melakukan intervensi awal untuk pencegahan.