0% found this document useful (0 votes)
83 views8 pages

JURNAL Triple Fix

1. This study aims to determine the level of flood vulnerability in the Dolago watershed area of South Parigi District using GIS. 2. The analysis found that the area around the Dolago watershed has a very prone area to flooding covering 150.41 Ha, while flood-prone areas cover 3,881 ha located in the downstream part. 3. The results show that the level of flood vulnerability varies in the watershed area, with the most vulnerable located in the middle and downstream parts of the watershed.

Uploaded by

Fathur Rahman
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
83 views8 pages

JURNAL Triple Fix

1. This study aims to determine the level of flood vulnerability in the Dolago watershed area of South Parigi District using GIS. 2. The analysis found that the area around the Dolago watershed has a very prone area to flooding covering 150.41 Ha, while flood-prone areas cover 3,881 ha located in the downstream part. 3. The results show that the level of flood vulnerability varies in the watershed area, with the most vulnerable located in the middle and downstream parts of the watershed.

Uploaded by

Fathur Rahman
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI WILAYAH DAS DOLAGO

KECAMATAN PARIGI SELATAN MENGGUNAKAN


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Faturahman H. Lagago1, Akhbar2, Ida Arianingsih2, Hamzari2, Hasriani Muis2, Misrah2


Jurusan Kehutanan, Fakultas kehutanan Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Email: [email protected]
2
Staf Pengajar Fakultas kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
Geographic Information System (GIS) is for identification and mapping of areas that have the
potential for flooding. Floods often occur in watersheds (DAS), flash floods that occurred in Parigi
Selatan District on Sunday July 12, 2020, which resulted in piles of pieces of wood hitting the houses
of 7 residents missing and 12 houses that were threatened with loss due to overflowing water.This
study aims to determine the level of flood vulnerability using GIS in South Parigi District, Parigi
Moutong Regency. This research is expected to provide an overview and information regarding the
level of flood vulnerability that occurs in the Dolago watershed area. The method used is the method
of scoring and weighting. Scoring and weighting are carried out on several parameters, namely
rainfall, slope, soil type, and land use. Flood susceptibility zoning is obtained by scoring and
weighting methods based on these parameters.The results of the analysis that has been carried out in
the Dolago watershed area, Parigi Selatan District, Parigi Moutong Regency, it can be seen that the
area around the Dolago watershed has a very prone area to flooding which covers 150.41 Ha or
0.85% of the total area contained in the middle part of the watershed, while for flood-prone areas, an
area of 3,881 ha or 21.83% of the total area is located in the downstream part of the watershed, it is
quite prone to an area of 13,712 ha or 77.12% spread over the upstream part of the Dolago
watershed.
Keywords: Geographic Information System (GIS), flooding, scoring, weighting

PENDAHULUAN tempat-tempat tertentu, banjir merupakan


rutinitas tahunan. Lokasi kejadiannya bisa
Latar Belakang perkotaan atau pedesaan, negara sedang
Bencana alam tampak semakin meningkat berkembang atau negara maju sekalipun.
dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses (Darmawan dan Suprayogi, 2017)
alam maupun manusia itu sendiri yang Faktor penyebab banjir ditimbulkan oleh
menyebabkan korban jiwa, harta benda maupun kondisi dan peristiwa alam serta persoalan
material cukup besar. Bencana alam dapat banjir yang disebabkan oleh aktifitas penduduk.
dipicu oleh adanya penggundulan hutan, Kondisi dan peristiwa alam yang dimaksud,
pembukaan lahan usaha di lereng-lereng antara lain curah hujan yang tinggi; jumlah
pegunungan, dan pembuatan sawah-sawah aliran permukaan yang besar; melimpasnya air
basah pada daerah-daerah lereng lembah yang sungai; dan pembendungan muara sungai akibat
curam. Salah satu bencana alam yang sering air pasang dari laut. Faktor aktifitas penduduk
terjadi di Indonesia adalah bencana banjir (Sigit, berpengaruh terhadap kejadian banjir, seperti
dkk. 2011) reklamasi pantai; menyempitnya alur sungai
Banjir merupakan bencana alam paling akibat adanya pemukiman di sepanjang
sering terjadi, baik dilihat dari intensitasnya sempadan aliran sungai; dan pengendalian
pada suatu tempat maupun jumlah lokasi pemukiman di sepanjang sempadan sungai tidak
kejadian dalam setahun yaitu sekitar 40% di dilaksanakan dengan baik. (Martha, A. 2011)
antara bencana alam yang lain. Bahkan pada
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu METODE PENELITIAN
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang Waktu dan Tempat
berfungsi menampung, menyimpan dan Penelitian ini dilaksanakan selama tiga
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan bulan, di mulai dari bulan April sampai dengan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas bulan Juli tahun 2021. Lokasi penelitian
didarat merupakan pemisah topografis dan batas bertempat di wilayah DAS Dolago Kecamatan
di laut sampai dengan daerah perairan yang Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong.
masih terpengaruh aktivitas daratan (Asdak, Adapun peta lokasi pada penelitian ini dapat
2010). ditampilkan pada Gambar berikut:
Dalam penerapan SIG, data-data yang
diperlukan untuk pemetaan kawasan rawan
banjir berupa peta-peta tematik. Peta-peta
tematik yang berbeda, baik yang diperoleh dari
analisis penginderaan jauh maupun cara lain
dapat dipadukan untuk menghasilkan peta
turunan. Data-data yang terkumpul diolah untuk
mendapatkan informasi baru dengan
menggunakan SIG melalui metode
pengharkatan. Pada tahap pemasukan data, yang
diperlukan untuk penyusunan peta tingkat
kerawanan banjir dapat dilakukan melalui
digitasi peta. Sesudah semua data spasial Gambar 1: Lokasi penelitian Kecamatan Parigi
dimasukkan dalam komputer, kemudian Selatan, Kabupaten Parigi, Moutong
dilakukan pemasukan data atribut dan pemberian
harkat (Agusti.R.A, 2018) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Rumusan Masalah adalah :
Rumusan masalah dalam penelitian ini 1. 1 Unit laptop digunakan untuk mengolah
adalah bagaimana tingkat kerawanan banjir di data sebelum dan sesudah penelitian
wilayah DAS Dolago Kecamatan Parigi Selatan, 2. Kamera Digital sebagai alat untuk
Kabupaten Parigi Moutong menggunakan sistem mendokumentasikan kegiatan selama di
informasi geografis.? lapangan.
3. GPS ( Global Positioning System )
Tujuan Penelitian digunakan untuk mengambil dan merekam titik
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kordinat ditempat penelitian.
tingkat kerawanan banjir yang terjadi di wilayah 4. Alat tulis menulis (Pulpen, Pensil dan
DAS Dolago Kecamatan Parigi Selatan, buku ) digunakan sebagai alat untuk mencatat
Kabupaten Parigi Moutong mengunakan sistem dalam proses penelitian.
informasi geografis ( SIG ). 5. Software : ArcGIS 10.4, Microsoft Office
2019, dan Microsoft Exel 2019
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah Peta Kerja Sub DAS
diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan baik kepada pemerintah, masyarakat bersumber dari BPDAS-HL Palu Poso, Peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:30.000
maupun instansi yang terkait dan menjadi
referensi oleh peneliti selanjutnya mengenai bersumber dari Badan Informasi Geospasial
(BIG), Data Raster ( Digital Elevation Model )
tingkat kerawanan banjir yang ada di wilayah
DAS Dolago Kecamatan Parigi Selatan, bersumber dari DEMNAS Tahun 2021, Peta
jenis tanah dan peta pengunaan lahan dari BPKH
Kabupaten Parigi Moutong.
Wilayah XVI Palu ( Balai Pemantapan Kawasan
Hutan ) tahun 2020, dan data curah hujan 5
tahun terakhir dari Stasiun Pemantau Atmosfer Sedang ( 2001-2500
3 3
Global Lore Lindu Bariri. mm/Tahun )
Agak kering ( 1501-2000
Pengelolaan Data 4 2
mm/Tahun )
Pengelolaan data dalam penelitian ini Sumber : Akhbar.,R.,K. (2019) : Purnama A,
berdasarkan data yang diperoleh dari ( 2008 )
instansi/lembaga terkait, kemudian akan
dilakukan sistem tumpang susun terhadap Skor Penggunaan Lahan / Tutupan Lahan
parameter-parameter yang dibutuhkan dalam Penggunaan lahan akan mempengaruhi
penelitian ini. Parameter yang digunakan berupa kerawanan banjir suatu daerah. Penggunaan
kemiringan lahan, penggunaan lahan, jenis tanah lahan akan berperan pada besarnya air limpasan
dan data curah hujan yang sebelumnya telah hasil dari hujan yang telah melebihi laju
melalui pembobotan dan pemberian skoring infiltrasi.
pada masing-masing parameter kemudian di Tabel 3. Skor Kelas Penggunaan Lahan /
overlay. Tutupan Lahan
No. Kelas Skoring
Skoring 1 Sawah, tanah terbuka 5
Pemberian skor didasarkan pada pengaruh 2 Pertanian, lahan kering, 4
kelas tersebut terhadap kejadian. Semakin besar pemukiman
pengaruhnya terhadap kejadian, maka semakin 3 Semak, belukar dan alang- 3
tinggi nilai skornya. (Harto, 1993) alang
4 Perkebunan 2
Skor Kelas Kemiringan Lahan/Kelerengan
5 Hutan 1
Kemiringan lahan semakin curam maka Sumber : Akhbar.,R.,K. (2019)
air yang diteruskan semakin rendah. Air yang
berada pada lahan tersebut akan diteruskan ke Skor Jenis Tanah
tempat yang lebih rendah semakin cepat, Jenis tanah memiliki tekstur yang dapat
dibandingkan lahan yang kemiringannya rendah mempengaruhi atau memicu terjadi banjir
(landai). Sehingga kemungkinan terjadi berdasarkan tingkat daerah resapan air pada
genangan air atau banjir. suatu wilayah.
Tabel 1. Skor Kelas Lereng Tabel 4. Skor Kelas Jenis Tanah
No. Kelas Skoring No. Kelas Skoring
1 Datar ( 0-8 % ) 5 1 Litosol 5
2 Landai ( 8-15 % ) 4 2 Podsolik Merah Kuning 4
3 Agak curam ( 15-25 % ) 3 3 Brown Forest Soil 3
4 Curam ( 25-45 % ) 2 4 Aluvial 1
5 Sangat curam ( > 45% ) 1 Sumber : Akhbar.,R.,K. (2019)
Sumber : Akhbar.,R.,K. (2019) : Darmawan dan
Suprayogi, (2017) Pembobotan
Penentuan bobot untuk masing-masing
Skor Kelas Curah Hujan peta tematik didasarkan atas pertimbangan,
Daerah yang mempunyai curah hujan seberapa besar kemungkinan terjadi banjir
yang tinggi akan lebih mempengaruhi terhadap dipengaruhi oleh setiap parameter geografis
kejadian banjir. Berdasarkan hal tersebut, maka yang akan digunakan dalam analisis SIG
pemberian skor untuk daerah curah hujan (Suhardiman, 2012).
tersebut semakin tinggi. Tabel 5. Bobot Parameter Banjir
Tabel 2. Skor kelas curah hujan No. Parameter Bobot
No. Kelas Skoring 1. Penggunaan lahan/TutupanLahan 2
Basah 2. Kelas Lereng 5
1 ( > 3000 mm/Tahun ) 5 3. Jenis Tanah 3
4. Curah hujan 2
Agak basah ( 2501-3000 Sumber : Akhbar.,R.,K. (2019)
2 4
mm/Tahun )
Analisis Tingkat Kerawanan Banjir
Analisis ini ditujukan untuk penentuan
nilai kerawanan suatu daerah terhadap banjir.
Nilai kerawanan suatu daerah tehadap banjir
ditentukan dari total penjumlahan skor seluruh
parameter yang berpengaruh tehadap banjir.
Nilai kerawanan ditentukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

Nilai Total = Bc*Sc+Bj*Sj+Bk*Sk+Bp*Sp

Keterangan :
C = Curah Hujan
J = Jenis Tanah
K = Kelas Lereng
P = Penggunaan Lahan
Pembuatan nilai interval kelas kerawanan
banjir bertujuan untuk membedakan kelas
kerawanan banjir antara yang satu dengan yang
lain. Rumus yang digunakan untuk membuat
kelas interval, adalah : (Sturgess dalam Akbar,
2013).

Ki = Xt – Xr
k HASIL DAN PEMBAHASAN
k = 1+3,3 log n
Kemiringan Lereng
Keterangan :
Kemiringan lereng, merupakan
Ki = Kelas Inteval
perbandingan antara selisih ketinggian dengan
Xt = Data Tertinggi
jarak datar pada dua tempat yang dinyatakan
Xr = Data Terendah
dalam persen. Kemiringan lahan semakin tinggi
k = Jumlah kelas yang diinginkan
maka air yang diteruskan semakin tinggi. Air
n = Jumlah data
yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan
Nilai interval ditentukan dengan ke tempat yang lebih rendah semakin cepat jika
pendekatan relatif dengan cara melihat nilai dibandingkan dengan lahan yang kemiringannya
maksimum dan nilai minimum tiap satuan rendah (landai). (Hasan, M. F. 2015)
pemetaan, kelas interval didapatkan dengan cara Tabel 8. Hasil Klasifikasi Kemiringan Lereng
mencari selisih antara data tertinggi dengan data Di DAS Dolago
terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang No. Kelas Skor Luas
diinginkan. 1 Datar ( 0-8 % ) 5 2.546
2 Landai ( 8-15 % ) 4 760
klasifikasi nilai skoring tingkat kerawanan Agak curam
banjir di kecamatan Parigi selatan, kabupaten 3 3 4.237
( 15-25 % )
Parigi moutong dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Nilai tingkat kerawanan banjir 4 Curam ( 25-45 % ) 2 1.310
No. Kriteria Nilai Sangat curam
5 1 8.927
1 Sangat rawan 50,8 - 60 ( > 45% )
2 Rawan 41,6 - < 50,8 Total 17.780
3 Cukup rawan 32,4 - < 41,6 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2021
4 Agak rawan 23,2 - < 32,4
5. Tidak rawan 14 - < 23,2
Sumber : Pengolahan Data 2021
4 Perkebunan 2 244
5 Hutan 1 14.024
Total 17.780

Gambar 3: Peta Kemiringan Lereng


Penggunaan Lahan
Pengunaan lahan akan mempengaruhi
kerawanan banjir suatu daerah, Penggunaan
lahan akan berperan pada besarnya air limpasan Sumber : Hasil Pengolahan Data 2021
hasil dari hujan yang telah melebihi laju Gambar 4: Peta Penggunaan Lahan
infiltrasi. (Akhbar, R. K. 2019).
Tabel 9. Penggunaan Lahan Di DAS Dolago Jenis Tanah
Tahun 2020 Jenis tanah memiliki tekstur yang dapat
No Kelas Luas (Ha) mempengaruhi atau memicu terjadi banjir
. berdasarkan tingkat daerah resapan air pada
suatu wilayah, atau yang biasa kita sebut
1. Hutan Lahan Kering 13.327 sebagai proses infiltrasi. Infiltrasi adalah proses
Primer aliran air di dalam tanah secara vertikal akibat
2. Hutan Lahan Kering 677 adanya potensial gravitasi. (Darmawan dan
Sekunder Suprayogi, 2017)
3. Hutan Mangrove 19 Tabel 11. Hasil Klasifikasi Jenis Tanah Di DAS
Sekunder Dolago
No. Kelas Skor Luas
4. Pertanian Lahan Kering 244
1 Litosol 5 6.596
Campuran
Podsolik Merah
5. Semak Belukar 846 2 4 8.680
Kuning
6. Pertanian Lahan Kering 1.063
3 Aluvial 1 2.503
7. Pemukiman 159
Total 17.780
8. Sawah 10.40
9. Tambak 356
10. Badan Air 48
Total 17.780
Sumber : BPKH Wilayah XVI Palu

Tabel 10. Hasil Klasifikasi Penggunaan Lahan


Di DAS Dolago
No. Kelas Skor Luas
1 Sawah, tanah terbuka 5 1.445
2 Pertanian, lahan 4 1.222
kering, pemukiman
3 Semak, belukar dan 3 846 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2021
alang-alang Gambar 5: Peta Jenis Tanah
Curah Hujan Analisis Tingkat Kerawanan Banjir
Curah hujan merupakan salah satu Berdasarkan hasil analisis tingkat
komponen pengendali dalam sistem hidrologi. kerawanan banjir di DAS Dolago, di dapatkan
curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan klasifikasi tingkat kerawanan sebagai berikut :
(dalam mm) yang diterima di permukaan Tabel 13. Hasil Analisis Tingkat Kerawanan
sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi Banjir Di DAS Dolago
dan peresapan/perembesan ke dalam tanah. No Tingkat Luas
Nilai
(Mahfuz, M. 2016) . Kerawanan (Ha)
Tabel 12. Hasil Klasifikasi Curah Hujan Di 1 Sangat Rawan 50,8 - < 60 150,41
DAS Dolago 2 Rawan 41,6 - < 50,8 3.881,52
No. Kelas Skor Luas 3 Cukup Rawan 32,4 - < 41,6 13.712,26
1 2501-3000 mm/Tahun 4 17.780
4 Agak Rawan 23,2 - < 32,4 18,73
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2021
5 Tidak Rawan 14 - < 23,2 16,77
Total 17.779,69
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2021

Gambar 6 : Peta Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor


dalam penentuan kawasan rawan banjir. Rawan Gambar 7 : Peta Tingkat Kerawanan Banjir
atau tidaknya suatu daerah, tergantung dari
intensitas curah hujan pada daerah tersebut. Faktor yang paling dominan yang menjadi
Semakin tinggi curah hujan disuatu daerah, penyebab kerawanan banjir adalah kemiringan
maka akan semakin tinggi potensi untuk lereng. hal ini disebabkan oleh wilayah yang
terjadinya banjir. cenderung datar dan rendah sehingga berpotensi
Grafik 1. Hasil Klasifikasi Curah Hujan 5 menjadi tampungan air ketika hujan yang
Tahun Terakhir Di DAS Dolago mengakibatkan terjadi banjir (Darmawan, K., &
Suprayogi, A. 2017). (Primayuda, A. 2006)
Grafik Curah Hujan Di DAS Dolago
3500
menggunakan enam parameter penyebab banjir,
3000 yaitu kemiringan lahan, bentuk lahan, curah
2500
2000 hujan, tekstur, penggunaan lahan, dan buffer
1500 sungai. Bobot terbesar diberikan terhadap
1000
500 parameter curah hujan, kemiringan lereng, dan
0
ar
i ri et il ei ni li us be
r er be
r
be
r
un
bentuk lahan.yang memicu terjadinya banjir
ua ar pr M Ju Ju st ob
nu ah
Ja Fe
br M A
A
gu
Se
pt
em
O
kt
N
ov
em
D
es
em
C
H
_T adalah kemiringan suatu wilayah, tutupan lahan,
drainase, curah hujan dan jenis tanah. Memicu
_
t al
To

2016 2017 2018 2019 2020 perubahan tutupan lahan adalah tanah yang
Sumber : Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore sebelumnya dijadikan lahan pertanian semakin
Lindu Bariri lama makin menurun produktivitas tanah maka
masyarakat kembali membuka lahan baru
disekitar lahan sebelumnya. (Akhbar, R. K.
2019).
KESIMPULAN Martha, A. 2011. Pemetaan kawasan berpotensi
Hasil analisis yang telah dilakukan di banjir menggunakan sistem informasi
DAS Dolago dapat diketahui daerah sangat georafis.
rawan berjumlah 150,41 (Ha) atau 0,85%, dari
total luas kawasan terdapat pada bagian tengah Primayuda, A. (2006). Pemetaan daerah
DAS Dolago, daerah rawan banjir sebesar rawan dan resiko banjir
3.881,52 (Ha) atau 21,83 % dari total luas menggunakan sistem informasi
kawasan terdapat pada bagian hilir, daerah geografis (Studi kasus Kabupaten
cukup rawan sebesar 13.712,26 (Ha) atau Trenggalek, Propinsi Jawa Timur).
77,12% dari total luas kawasan terdapat pada
bagian hulu, daerah agak rawan sebesar 18,73 Purnama, A. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan
(Ha) atau 0,11 % dan tidak rawan sebesar 16,77 Banjir di Daerah Aliran Sungai
(Ha) atau 0,09 % dari total luas kawasan dan Cisadane Menggunakan Sistem
tersebar di bagian pingiran DAS Dolago. Informasi Geografis. Institut Pertanian
Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, R.A., 2018. Analisis Spasial Tingkat Sigit, A. A., Priyono, P. P., & Andriyani, A. A.
Kerwanan Banjir di DAS Tuweley 2011. Applikasi Sistem Informasi
Kecamatan Baloan. Kabupaten Toli- Geografis (SIG) Berbasis Web Untuk
Toli Provinsi Sulawesi Tengah. Palu : Monitoring Banjir di Wilayah DAS
Universitas Tadulako Bengawan Solo Hulu. Semantik, 1(1).
Akbar, 2013. Arahan Pengendalian Banjir Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan
Berbasis GIS di Kecamatan Sinjai Utara Banjir Dengan System Informasi
Kabupaten Sinjai. Skripsi, Universitas Geografis (SIG) Pada Sub DAS
Islam Negeri Alauddin Makassar, 2013. Walanae Hilir. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
Akhbar., R., K. 2019. Analisis Spasial Rawan
Banjir Terhadap Dampak Lingkungan
Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi
Tengah. Jurnal Warta Rimba Volume 7
nomor 4. Desember 2019. Hal 172-180.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan


Daerah Aliran Sungai. Cetakan Kedua
(revisi). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Darmawan, K., & Suprayogi, A. 2017. Analisis


tingkat kerawanan banjir di kabupaten
sampang menggunakan metode overlay
dengan scoring berbasis sistem
informasi geografis. Jurnal Geodesi
Undip, 6(1), 31-40.

Harto, BR.S. 1993 . Analisis Hidrologi.


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hasan, M. Fuad, 2015 “Analisis Tingkat


Kerawanan Banjir Di Bengawan
Jero Kabupaten Lamongan”. Skripsi,
Universitas Negeri Surabaya,

You might also like