ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Vol.2 No.1 April 2019
p-ISSN: 2615-4196 e-ISSN: 2615-4072
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SANTRI PONDOK PESANTREN
BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK
Abdul Halim Fathani
Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Islam Malang
Info Artikel Abstract
Mathematics, it's important to learn. Not only by students in public schools, but also students who are
Sejarah Artikel: studying in Islamic boarding schools. Mathematics courses need to be given to all students from an
Diterima 27 Feb 2019 early age to equip them with the ability to think logically, analytically, systematically, critically and
Direvisi 23 Mei 2019 creatively and the ability to work together. Some of the knowledge learned by the santri in Islamic
Disetujui 25 Mei boarding schools clearly requires mathematics. In the history of education in Indonesia, Islamic
2019 boarding schools have been shown to have a positive influence on national development in the field of
________________ education. Santri boarding schools are required to be able to integrate "content standards" boarding
Keywords: schools (religious sciences) and natural sciences (natural sciences), which includes mathematics.
Mathematics, Boarding However, not all students get the opportunity to learn mathematics in a fun way. In fact, in the plural
intelligence paradigm, in essence each individual (including santri) has mathematical intelligence
School, Multiple
with varying degrees of inclination. This plural intelligence is a learning modality and influences the
Intelligences quality of mathematics learning. Therefore, mathematics educators in Islamic boarding schools need
________________ to make improvements in carrying out the mathematics learning process so that they can facilitate the
Paper type: various conveniences and conveniences of students in learning mathematics.
Research paper
________________
Abstrak
Matematika, penting dipelajari. Tidak hanya oleh siswa di sekolah umum saja, melainkan juga para
santri yang sedang belajar di pondok pesantren. Matapelajaran Matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik sejak usia dini untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Beberapa ilmu yang dipelajari
para santri di pondok pesantren jelas membutuhkan ilmu matematika. Dalam sejarah pendidikan di
Indonesia, pondok pesantren telah terbukti memberikan pengaruh yang positif terhadap pembangunan
nasional dalam bidang pendidikan. Santri pondok pesantren dituntut untuk mampu mengintegrasikan
"standar isi" pesantren (ilmu-ilmu agama) dan sains kealaman (natural sciences), yang termasuk di
dalamnya adalah ilmu matematika. Namun, tidak semua santri mendapatkan kesempatan belajar
matematika secara menyenangkan. Padahal, dalam paradigma kecerdasan majemuk, pada hakikatnya
setiap individu (termasuk santri) itu memiliki kecerdasan matematik dengan derajat kecenderungan
yang bervariasi. Kecerdasan majemuk ini sebagai modalitas belajar dan mempengaruhi kualitas
penyelenggaraan pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pendidik matematika di pondok
pesantren perlu melakukan upaya perbaikan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
matematika sehingga dapat memfasilitasi berbagai kemudahan dan kenyamanan santri dalam belajar
matematika.
© 2019 Universitas Muria Kudus
Alamat korespondensi: p-ISSN 2615-4196
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muria Kudus
e-ISSN 2615-4072
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53 Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.175 Fax. (0291) 437198
E-mail: [email protected]
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
PENDAHULUAN juga untuk mendidik dan membekali calon-calon
Keberadaan pesantren sebagai lembaga ulama' atau da'i.
pendidikan yang didirikan atas peran serta Setiap lembaga pendidikan Islam, termasuk
masyarakat, dalam sistem pendidikan nasional telah pondok pesantren, tentu memiliki tujuan yang
mendapatkan legitimasi dalam Undang-Undang hendak dicapai atau telah ditetapkan agar
Sistem Pendidikan Nasional. Manfred Oepon programnya terarah. Secara khusus, pondok
Walfgang Karcher (1998) menyatakan pesantren pesantren bertujuan mempersiapkan para santri
dapat dikategorikan sebagai lembaga non-formal untuk menjadi orang ‗alim dalam ilmu agama yang
Islam, karena keberadaan dalam jalur pendidikan diajarkan kyai dan mengamalkannya dalam
kemasyarakatan memiliki program pendidikan yang masyarakat. Sedangkan secara umum, pondok
disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari pesantren bertujuan untuk membimbing santri
ketentuan formal. menjadi manusia berkepribadian Islam yang
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan sanggup dengan ilmu agamanya menjadi muballigh
Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3, dijelaskan Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
bahwa Pendidikan nasional berfungsi amalnya (Djamaludin dan Aly, 1998).
mengembangkan kemampuan dan membentuk Fakta, selama ini, peserta didik yang belajar di
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat pesantren diidentikkan dengan orang yang
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, cenderung hanya menguasai satu bidang keilmuan,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta yakni ilmu agama ansich. Kajian keilmuan biasanya
didik agar menjadi manusia yang beriman dan cenderung didominasi berasal dari kitab kuning.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Kitab kuning ini biasanya berisi tentang fiqih, tafsir,
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan shorof, ushul fiqih, hadits, tauhid, tashawuf, sastra
menjadi warga negara yang demokratis serta Arab dan sebagainya.
bertanggung jawab. Kalau dilihat dari hakikat pencarian ilmu
Ketentuan ini tentu saja sudah berlaku dan bagi seorang santri, jika kita merujuk dalil naqli
diimplementasikan di pesantren. Pesantren sudah dalam al-Qur‘an, As‘ari (2017) menyatakan
sejak lama menjadi lembaga yang membentuk dengan jelas bahwa Allah SWT memberikan
watak dan peradaban bangsa serta mencerdaskan (secara implisit) petunjuk tentang bagaimana kita
kehidupan bangsa yang berbasis pada keimanan dan seharusnya belajar agar kita menjadi orang
ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. berilmu dan membawa kita kepada kebenaran
Pondok pesantren adalah suatu lembaga yang hakiki, serta terhindar dari tindak kebathilan.
pendidikan Islam yang tumbuh dan diakui oleh Di dalam al-Qur‘an, Allah SWT mendidik kita
masyarakat sekitar dengan sistem asrama yang dengan ayat atau kata-kata tertentu yang erat
santri-santrinya menerima pendidikan agama kaitannya dengan penggunaan daya pikir. Secara
melalui sistem pengajian atau madrasah, yang eksplisit, Allaw SWT menantang manusia untuk
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan berpikir, terutama menggunakan kata-kata Afalaa
kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai tatafakkaruun atau Afalaa ta’qiluun. Kita ditanya
dengan ciri khas yang bersifat kharismatis dan oleh Allah SWT dengan pertanyaan-pertanyaan
independen dalam segala hal (Djamaludin dan Aly, ―mengapa kalian tidak memikirkannya?‖ atau
1998). ―mengapa kalian tidak menggunakan akal?‖
Peserta didik yang belajar di pesantren dikenal
dengan sebutan istilah santri. Zamaksyari Dhofier PEMBAHASAN
(1983) mendefinisikan Santri adalah orang-orang Santri, Perlukah Belajar Matematika?
yang menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren. Matematika, merupakan salah satu ilmu yang
Para santri itu biasanya tinggal di pondok atau penting dipelajari. Tidak hanya oleh siswa sekolah
asrama, namun ada pula yang pergi pulang dari saja, melainkan juga para santri yang sedang belajar
rumahnya. Pondok adalah asrama para santri yang di pesantren. Apakah santri membutuhkan
merupakan ciri khas pesantren. Di tempat ini para matematika? Tentu butuh. Beberapa ilmu yang
santri bersama-sama belajar di bawah pimpinan dipelajari para santri di pesantren jelas
seorang atau beberapa orang kyai /ustadz atau orang membutuhkan ilmu matematika. Sebut saja,
yang dianggap senior. Pendidikan di pondok misalnya ketika belajar Ilmu Faraidh, Ilmu Falak,
pesantren lebih mengutamakan pembacaan dan Ilmu Pembagian Zakat, atau yang sejenisnya. Jadi,
pengenalan kitab-kitab klasik karangan-karangan tidak ada alasan lagi para santri untuk tidak
ulama' terkenal. Adapun tujuan pengajaran ini menyenangi (baca: belajar) matematika.
adalah untuk memperdalam ajaran agama Islam dan
49
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
Namun, dalam realitanya, tidak semua belajar al-Qur‘an. Belajar matematika dengan
pesantren mengajarkan matematika kepada para pendekatan al-Qur‘an dapat memberi nilai plus bagi
santri. Lantas bagaimana para santri bisa faham santri, karena bisa lebih meningkatkan keimanan
akan materi yang terkandung dalam ilmu faraidh, dan ketaqwaan, yakni dengan merasakan bahwa Al-
ilmu falak, yang jelas-jelas membutuhkan Quran benar-benar mukjizat yang agung. Paradigma
pemahaman akan matematika tingkat dasar? pembelajaran matematika seperti inilah yang akan
Memang, materi matematika dasar yang dimaksud dapat melahirkan matematikawan ulul albab
di sini adalah materi aritmetika, trigonometri, logika (Fathani, 2017).
matematika, bilangan, dan sejenisnya. Mukjizat Al-Qur‘an, di antaranya telah
Sebagai contoh untuk materi aritmetika. dibuktikan oleh salah satu professor nonmuslim,
Materi aritmetika sudah dipelajari oleh siapapun yang karena ia takjub akan kehebatan al-Qur‘an,
yang pernah mengenyam bangku sekolah tingkat atas izin Allah, SWT, akhirnya memeluk agama
dasar (SD). Sehingga, bisa diasumsikan bahwa Islam. Ialah Profesor Jeffrey Lang seorang profesor
siapapun santrinya, sudah disimpulkan memahami Matematika yang memperoleh gelar master dan
materi matematika yang dibutuhkan tersebut. doktor dari Purdue University, West Lafayette,
Sehingga, tidak heran jika beberapa pesantren, Indiana pada 1981 (Oktavika, 2012). Tahun 1982,
menganggap tidak perlu lagi ―mengadakan‖ Jeffrey mendapati sejumlah kecil mahasiswa
pelajaran matematika di pesantren. Muslim memanfaatkan sebuah ruangan kecil di
Masalahnya, belum bisa dipastikan semua basement gereja untuk shalat. Ia memberanikan diri
santri ―dipastikan‖ memahami materi matematika mengunjungi tempat itu pada suatu hari. Setelah
yang dibutuhkan tersebut. Seorang kiai/ustadz yang beberapa jam di ruangan kecil itu, Jeffrey keluar
mengajar ilmu faraidh, ilmu falak, atau sejenisnya, dengan sebuah identitas baru; Muslim. Ia telah
tentu tidak bisa (boleh) menyalahkan santrinya, jika bersyahadat di sana, beberapa saat menjelang
ada santri yang memang benar-benar belum tengah hari. Memasuki waktu Dzuhur ia berbaur
memahami matematika. dan berdiri dalam barisan bersama para mahasiswa,
Memang, tugas seorang kiai/ustadz tidak bisa dipimpin seorang bernama Ghassan. Jeffrey
menyalahkan, apalagi santri tersebut sewaktu menunaikan shalat pertamanya (Oktavika, 2012).
sekolah juga sudah berikhtiar (belajar) dengan Untuk membangun generasi matematikawan
sungguh-sungguh secara maksimal. Dalam kondisi ulul albab adalah diperlukan pelbagai ikhtiar yang
yang lain, sungguh kasihan juga bagi santri yang dapat mengintegrasikan aspek dzikir, fikir, dan amal
dulu sewaktu sekolah (tingkat SD) berada dalam shaleh dalam satu kepribadian utuh dalam setiap
kondisi yang tidak nyaman untuk belajar matematikawan. Lebih jelasnya, dapat dicermati
matematika, sehingga mereka sampai merasa dalam bagan berikut:
―alergi‖ dengan matematika.
Menghadapi kenyataan inilah, sungguh
kehadiran kiai/ustadz justru diharapkan menjadi
―obat‖ penghilang alergi tersebut. Tantangan bagi
kiai/ustadz adalah bagaimana bisa menghadirkan
matematika yang dapat diterima oleh mereka yang
pernah memiliki pengalaman kurang baik terhadap
matematika.
Bagaimana solusinya? Melalui artikel ilmiah
ini, penulis ingin menawarkan di antara solusi
alternatif mengatasi situasi tersebut. Solusinya Gambar 1. Sosok Matematikawan Ulul Albab
adalah menghadirkan pembelajaran matematika
yang sesuai dengan karakter santri. Ialah Pembelajaran Matematika Integratif
pembelajaran matematika berbasis al-Qur‘an yang
Matematika merupakan ilmu pengetahuan
didasarkan atas keunikan individu (kecerdasan
dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam
majemuk).
kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun
Secara umum, santri, tentu akan senang jika
tidak langsung. Matematika juga merupakan ilmu
diajak untuk mempelajari al-Qur‘an, mengkaji al-
yang tidak terlepas dari agama. Pandangan ini
Quran, dan sejenisnya. Di sela-sela belajar al-
dengan jelas dapat diketahui kebenarannya dari
Qur‘an tersebut, kiai/ustadz dapat mengambil satu
ayat-ayat al-Qur‘an yang berkaitan dengan
topik Al-Quran untuk dikaji dari perspektif
matematika, di antaranya adalah ayat-ayat yang
matematika. Misalnya mengajak santri untuk
berbicara mengenai bilangan, operasi bilangan, dan
memahami operasi penjumlahan bilangan melalui
50
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
adanya penghitungan. Awan (2009) menegaskan islamisasi matematika tetapi islamisasi manusia dan
pentingnya sains dan matematika dalam Islam dapat lingkungan sekitarnya dengan matematika. Dengan
divisualisasikan oleh fakta bahwa ilmu matematika demikian, matematika menjadi sarana bagi manusia
digunakan dalam amalan-amalan (ritual) dalam dalam rangka menjalankan tujuan penciptaannya.
Islam. (Abdussakir dan Rosimanidar, 2017)
Dalam praktik pembelajaran, berarti Dalam Islam, semua ilmu bersumber dari
terlaksananya komunikasi efektif antara guru dan Allah Swt yang disediakan melalui ayat-ayat
peserta didik melalui media (wasilah). Demikian kauniyah (alam semesta) dan ayat-ayat qauliyah
juga, pembelajaran di pesantren. Dalam kasus (al-Quran). Mempelajari ilmu pengetahuan
pembelajaran matematika, kyai/ustadz sebagai guru termasuk matematika dalam Islam dilakukan
dan santri sebagai peserta didik mempelajari holistik melalui pemanfaatan potensi dzikir dan
matematika sebagai ikhtiar untuk pengembangan pikir dengan metode burhani, bayani, dan ‘irfani.
keilmuan. Tentu ini merupakan hal baru bagi santri Pendekatan rasionalis, empiris, dan logis (bayani
yang juga menjadikan sebagai tantangan. Santri dan burhani) diperlukan untuk memahami aspek
yang dalam kesehariannya berada dalam lingkungan nyata matematika. Sedangkan pendekatan intuitif,
pesantren sudah sangat nyaman ketika belajar imajinatif, dan metafisis (‗irfani) diperlukan untuk
materi keagamaan, seperti tauhid, fiqh, tasawuf, memahami aspek abstrak matematika. Kekuatan
aqidah, dan sejenisnya. Santri sangat mudah untuk utama dalam matematika justru terletak pada
memahami materi-materi yang terkandung dalam imajinasi atau intuisi yang kemudian diterima
al-Qur‘an. setelah dibuktikan secara logis atau deduktif
Dalam konteks integrasi, Integrasi (Abdussakir, 2007).
matematika dan agama tidak dilakukan sekedar Implementasi pelaksanaan pembelajaran
mencari dalil-dalil agama untuk matematika. matematika bagi santri pesantren, tidak lain adalah
Terlebih lagi tidak dilakukan untuk mengislamkan penyelenggaraan pembelajaran matematika yang
matematika. Integrasi matematika dan agama bukan didasari atas semangat integrasi al-Qur‘an dan
proses islamisasi matematika. Integrasi ini bukan matematika. Model pembelajaran yang berbasis
untuk menghasilkan matematika Islam, karena jika integrasi al-Qur‘an dan matematika ini –salah
ini terjadi maka akan muncul juga matematika satunya- dapat merujuk pada gagasan yang yang
Kristen, matematika Hindu, matematika Budha, ditawarkan dan dikembangkan oleh Abdussakir dan
matematika Konghucu, atau lainnya. Integrasi ini Rosimanidar (2017). Rumusan model integrasi
bukan untuk memberi agama pada matematika, matematika dan al-Quran yang dimaksud
tetapi untuk membuat umat beragama lebih dipaparkan dalam tabel berikut.
beragama melalui matematika. Lebih khusus, bukan
Tabel 1. Rumusan Model Integrasi Matematika dan al-Qur‘an
NO. MODEL INTEGRASI URAIAN
Pada model integrasi ini, matematika dikaji dan dikembangkan dari al-
Qur‘an. Ide-ide matematis dalam al-Quran ada yang bersifat eksplisit
Mathematics from Al-Qur’an (Bilangan, relasi bilangan, operasi bilangan, rasio dan proporsi,
1. (Mengembangkan himpunan, dan pengukuran) dan ada yang implisit. (Relasi, fungsi,
Matematika dari Al-Quran) estimasi, statistika, dan pemodelan matematika). Dalam praktik di
kelas, pembelajaran dimulai dengan mengkaji ayat-ayat al-Quran yang
berkaitan dengan topik yang akan dibahas.
Mathematics for Al-Qur’an Pada model integrasi ini, matematika digunakan untuk melaksanakan
(Menggunakan Matematika perintah-perintah Allah yang termuat dalam al-Quran. Seperti
untuk Melaksanakan Al- menggunakan matematika dalam konteks fikih, yaitu penentuan
2. Qur’an) ukuran dua kulah, shalat, puasa, zakat, haji, dan pembagian harta
waris (faraidl). Dalam praktik pembelajaran, matematika diajarkan
dalam rangka mengembangkan potensi intelektual sekaligus potensi
spiritual siswa
Mathematics to Explore Al- Pada model integrasi ini, matematika digunakan untuk
Qur’an (Menggunakan mengeksplorasi keajaiban-keajaiban matematis yang terdapat dalam
3.
Matematika untuk Menguak al-Quran. Sebagai contoh Rashad Khalifa (1974), Ahmad Deedat
Keajaiban Matematis Al- (1979), Fahmi Basya (2003), Abdurrazzaq Naufal (2005), Abu Zahra
51
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
Qur’an) an-Najdi (2006), Abah Salma Alif Sampayya (2007), Caner
Taslaman (2010), Abdussakir (2006a, 2006b, 2007) mengkaji
keajaiban angka 19 dalam al-Quran. Abdud Daim al-Kahil (2008)
mengkaji keajaiban bilangan 7 dalam al-Quran melalui konsep
himpunan. Arifin Muftie (2007) mengkaji keajaiban bilangan 11
dalam al-Quran. Abdurrazzaq Naufal (2005) juga mengkaji keajaiban
statistik dalam al-Quran. Soemabrata (2006a dan 2006b) mengkaji
aspek-aspen numerik al-Quran. Masih banyak lagi keajaiban
matematis al-Quran yang perlu dikaji dalam rangka untuk semakin
meneguhkan keimanan.
Mathematics to Explain Al- Pada model integrasi ini, matematika digunakan untuk memberikan
Qur’an (Menggunakan penjelasan pada ayat al-Quran yang berkaitan dengan perhitungan
Matematika untuk matematis atau aspek matematis lainnya. Misalnya matematika
4. Menjelaskan Al-Qur’an) digunakan untuk menjelaskan lamanya nabi Nuh a.s tinggal bersama
kaumnya atau lamanya Ashhabul Kahfi tidur di dalam gua.
Pada model integrasi ini, matematika digunakan sebagai sarana untuk
Mathematics to Deliver Al- mengajarkan dan menyampaikan kandungan materi al-Quran kepada
Qur’an (Menggunakan siswa. Sebagai contoh, dalam menjelaskan konsep himpunan
Matematika untuk menggunakan contoh himpunan nama shalat wajib, shalat sunnah,
5. Menyampaikan Al-Qur’an) nama hari-hari atau bulan-bulan dalam Islam, nama nabi, nama
malaikat, nama nabi ulul „azmi, nama surat dalam al-Quran, nama
surat Madaniyah, atau nama surat Makkiyah. Dalam menjelaskan
relasi dan fungsi, menggunakan contoh nama shalat dan raka‟ atnya,
nama surat dan jumlah ayatnya, atau amal perbuatan dan balasannya.
Mathematics with Al-Qur’an Pada model integrasi ini, matematika dikaitkan dengan kandungan
(Mengajarkan Matematika nilai-nilai al-Quran. Matematika dilandasi nilai-nilai al-Quran untuk
6. dengan Nilai-nilai Al-Qur’an) mengembangkan al-akhlaqul karimah dalam rangka mencipta siswa
menjadi khaira ummah yang diliputi ‘amilush shalihah. Nilai-nilai al-
Quran diinternalisasi melalui pembelajaran matematika.
Atas dasar hal tersebut, ketika santri belajar mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa
matematika tentu akan menjadi mudah jika mengenai nilai profetik sebesar 71,74%. Hasil
difasilitasi dengan pendekatan al-Qur‘an. As‘ari peningkatan ini dipengaruhi faktor dari pemahaman
(2017) berpendapat bahwa Pembelajaran ilmu agama yang kuat.
Matematika Qur‘ani adalah pembelajaran
matematika ke depan. Pembelajaran Matematika
Qur‘ani adalah pembelajaran yang bersandar pada
prinsip belajar dalam al-Qur‘an, yaitu menggunakan
daya pikir. Pembelajaran Matematika Qur‘ani,
karenanya, harus mampu mengembangkan empat
keterampilan berpikir yang diperlukan dalam hidup
di era global, yaitu berpikir kritis, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif (4Cs).
Fokus dari Pembelajaran Matematika
Qur‘ani bukan semata penguasaan muatan
matematika, tetapi lebih mengarah kepada
pengembangan 4Cs yang dengan itu ilmu
matematika dapat dikembangkan sekaligus
pengembangan kemampuan untuk bertahan hidup
dan mewarnai kehidupan di era global. Gambar 2. Langkah-langkah Pembelajaran
Sebagaimana halnya hasil penelitian Marom (2018), Matematika bagi Santri Pondok Pesantren
bahwa integrasi proses pembelajaran model
matematika ekologi dengan Ayat-ayat Al Qur‘an
52
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
Perspektif Kecerdasan Majemuk memang ahli di dalam kemampuan logis-matematis
Kurikulum sekolah di Indonesia, menuntut dan bahasa.
siapapun siswanya, ketika belajar di sekolah Musfiroh (2008) dalam bukunya,
(tingkat SD, SMP, SMA) pasti harus mempelajari menjelaskan bahwa esensi teori Multiple
matematika. Jadi, meskipun ada beberapa siswa Intelligences menurut Gardner adalah menghargai
yang memang secara fitrah bukan termasuk keunikan setiap individu, berbagai variasi cara
golongan kelompok orang yang cerdas matematika, belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai
tetap harus ―mau‖ belajar matematika sewaktu di mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk
sekolah. Lagi-lagi, menjadi tugas guru, ialah mengaktualisasikan diri di dunia ini. Jika teori
memfasilitasi mereka –baik yang cerdas matematika Multiple Intelligences ini benar-benar diterapkan
atau yang bukan- agar merasa nyaman dalam dalam strategi pembelajaran, maka pendekatan
belajar matematika. pembelajaran yang digunakan oleh guru merupakan
Terkait hal ini, penulis teringat paradigma pendekatan secara personal. (Dannenhoffer, 1993).
kecerdasan yang dicetuskan Howard Gardner. Hal ini, tentunya akan membawa
Paradigma kecerdasan Gardner adalah kecerdasan konsekuensi bahwa seorang guru harus ―sabar‖
jamak (multiple intelligences). Terdapat 4 (empat) untuk bisa membuat bagaimana siswa dapat
poin kunci kecerdasan jamak versi Gardner. Yakni: menemukan kegairahannya dalam belajar, dan
1) Setiap orang mempunyai 8 kecerdasan atau lebih; pembelajaran tidak hanya ditargetkan untuk
2) Pada umumnya orang dapat mengembangkan ―menghabiskan‖ materi dalam kurikulum. Dengan
setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan menerapkan strategi pembelajaran (matematika),
yang memadai; 3) Kecerdasan-kecerdasan maka guru harus mengetahui, bahwa akan ada
umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang beragam profil gaya belajar siswa, yaitu:
kompleks, tidak berdiri sendiri-sendiri; dan 4) Ada a. Santri yang belajar matematika dengan
banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap menggunakan kecerdasan Linguistik.
kategori. Adapun, 8 kecerdasan jamak tersebut b. Santri yang belajar matematika dengan
adalah: kecerdasan linguistik, kecerdasan menggunakan kecerdasan Matematis.
matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan c. Santri yang belajar matematika dengan
musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan menggunakan kecerdasan Visual-Spasial.
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan d. Santri yang belajar matematika dengan
kecerdasan naturalis. menggunakan kecerdasan Musikal.
Kecerdasan jamak tersebut menjadi e. Santri yang belajar matematika dengan
modalitas dalam pembelajaran. Kecen-derungan menggunakan kecerdasan Kinestetis.
kecerdasan yang dimiliki setiap individu f. Santri yang belajar matematika dengan
mempengaruhi gaya belajar seseorang (Munro, menggunakan kecerdasan Interpersonal.
1994). g. Santri yang belajar matematika dengan
Setiap orang memiliki gaya belajar menggunakan kecerdasan Intrapersonal.
yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih h. Santri yang belajar matematika dengan
baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang menggunakan kecerdasan Naturalis.
lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak
berbakat. Setiap individu secara potensial pasti
berbakat—tetapi ia mewujud dengan cara yang
berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang
bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada
individu yang cerdas secara logika-matematika,
namun ada juga individu yang cerdas di bidang
kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak
dari teori Howard Gardner mengenai intelligensi ini
telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran,
antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya
belajar pebelajar. Suatu cara pandang baru inilah
yang mengakui ke-unik-an setiap individu manusia.
Menurut Gardner (1993) setiap orang
berbeda karena memiliki kombinasi kecedasan yang
berlainan. Lebih lanjut Gardner mengatakan bahwa Gambar 3. Paradigma Pembelajaran Matematika
kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang bagi Santri Pondok Pesantren Berbasis
Kecerdasan Majemuk
53
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
Learning‖ oleh HMJ Pendidikan Matematika
Hemat penulis, jika sembilan profil gaya IAIN Bukittinggi, tanggal 26 April 2017.
belajar santri dalam belajar matematika di atas Abdussakir. 2007. Ketika Kyai Mengajar
benar-benar dapat dirangkum (baca: didesain) oleh Matematika. Malang: UIN-Maliki Press
kiai/ustadz dalam pelaksanaan kegiatan proses Asari, Abdur Rahman. 2017. Pembelajaran
pembelajaran (baca: Lesson Plan) dan benar-benar Matematika Qur'ani. Makalah disampaikan
dilaksanakan, maka tidak akan ditemukan santri dalam Seminar Nasional Integrasi Nilai-Nilai
yang benci terhadap matematika. Walhasil, siswa Islam dalam Matematika di UIN Maulana
menyenangi belajar matematika, siswa menjadi Malik Ibrahim Malang. Tanggal 06 Mei 2017.
enjoy dan tidak takut ketika waktunya pelajaran Awan, Noor Muhammad. 2009. ―Quran and
matematika. Mathematics-I‖. Jihat al-Islam Vol. 3 (July-
December 2009) No.1
SIMPULAN Dannenhoffer, Joan V. and Radin, Robert J. 1993.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang Using Multiple Intelligence Theory in the
wajib kifayah untuk dipelajari bagi umat Islam. Mathematics Classroom (Session 1265).
Santri pondok pesantren harus mengambil peran ini. Ward College of Technology at the
Oleh karena itu, dengan modal keilmuan keagamaa University of Hartford
yang kuat dengan mengoptimalkan kecenderungan Dhofier, Zamakhsyari. 1983. Tradisi Pesantren.
kecerdasan majemuk yang dimilikinya, santri harus Jakarta: LP3ES.
memiliki tekad yang kuad dalam belajar Djamaludin dan Abdullah Aly. 1998. Kapita
matematika. Tentu materi mate-matika yang Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
dipelajari merupakan materi matematika yang Setia.
dibutuhkan untuk penguatan ilmu yang ditekuni Fathani, Abdul Halim. 2017. Integrasi Ilmu:
para santri. Perspektif Al-Ghazali dalam Analisis Logika
Profil santri ketika belajar matematika adalah Fuzzy. Malang: Genius Media.
melahirkan sosok matematikawan yang ulul albab. Fathani, Abdul Halim. 2017. Matematikawan Ulul
Ialah santri yang menggunakan matematika sebagai Albab: Membumikan Matematika dalam
sarana untuk berdzikir kepada Allah swt, yakni Dimensi Spiritual, Teoretis, dan Aplikatif.
dengan mengimplementasikan pembelajaran Dalam Mistar, Junaidi (Editor), Antologi
mathematics from, for, to, dan with al-Quran. Pemikiran Pendidikan Karakter (hlm. 285-
Kedua, santri yang yang selalu memikirkan dan 294). Jakarta: Nirmana Media
melakukan kajian dan riset dalam rangka Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences:
mengembangkan keilmuan matematika dalam The Theory in Practice. New York:
bingkai al-Qur‘aan. Dan, yang ketiga, seorang santri BasicBooks.
yang dapat memberikan kontribusi riil terhadap Karcher, Manfred Oepon Walfgang. 1988.
manfaatnya dalam kehidupan dan memberikan Dinamika Pesantren. Jakarta: P3M.
sumbangsih terhadap disiplin keilmuan yang Marom, Saiful. 2018. Meningkatkan Pemahaman
ditekuninya melalui matematika. Nilai Profetik Melalui Konsep Integrasi
Pembelajaran Model Matematika. ANARGYA:
UCAPAN TERIMA KASIH Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol.1
No.2 Oktober 2018. 136-140.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Munro, John. 1994. Multiple Intelligences and
Tim Pengelola Jurnal Anargya Universitas Muria
Mathematics Teaching. Paper Presented at the
Kudus yang telah memberikan kesempatan kepada
Annual Conference of the Australian
penulis untuk mempublikasikan karya tulis ini
Remedial Mathematical Education
melalui penerbitan jurnal.
Association Melbourne, January 1994.
Musrifoh, T. 2008. Cara Cerdas Belajar Sambil
DAFTAR PUSTAKA
Bermain. Bandung: PT. Grasindo.
Abdussakir dan Rosimanidar. 2017. Model Oktavika, Devi Anggraini. Jeffrey Lang: Takjub
Integrasi Matematika dan Al-Quran serta dengan Alquran, Profesor Matematika itu
Praktik Pembelajarannya. Makalah Seminar Memeluk Islam. Harian Republika, 30 April
Nasional Integrasi Matematika di dalam Al- 2012. (Online)
Quran dengan Tema ―Build a Competitive https://www.republika.co.id/berita/dunia-
and Intellectual Young Mathematician islam/mualaf/12/04/30/m39ldz-jeffrey-lang-
Through Mathematics Competition and takjub-dengan-alquran-profesor-matematika-
Integrating Islamic Values in Mathematics itu-memeluk-islam. Diakses 10 Oktober 2018.
54
Abdul Halim Fathani
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.1, April 2019
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003
55