0% found this document useful (0 votes)
56 views9 pages

1 PB

This study aimed to identify malnutrition risks and evaluate the nutritional status of pediatric cancer patients undergoing chemotherapy treatment. It found that patients with significant malnutrition risk had lower energy and protein intake, over 2% weight loss, poorer nutritional status based on BMI/age, and longer hospitalization.

Uploaded by

nabila noor
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
56 views9 pages

1 PB

This study aimed to identify malnutrition risks and evaluate the nutritional status of pediatric cancer patients undergoing chemotherapy treatment. It found that patients with significant malnutrition risk had lower energy and protein intake, over 2% weight loss, poorer nutritional status based on BMI/age, and longer hospitalization.

Uploaded by

nabila noor
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

Agus Santosa, dkk: Identifikasi risiko malnutrisi dan evaluasi status nutrisi pasien kanker anak dengan pengobatan

kemoterapi
Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Vol 15 No 4 - April 2019 (137-145)
ISSN 1693-900X (Print), ISSN 2502-4140 (Online)
Online sejak Januari 2016 di https://jurnal.ugm.ac.id/jgki

Identifikasi risiko malnutrisi dan evaluasi status nutrisi pasien kanker


anak dengan pengobatan kemoterapi
Identification of malnutritional risk and nutrition status evaluation of pediatric cancer patients with chemotherapy
treatment
Agus Santosa1, Sri Mulatsih2, Susetyowati3

1
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Yogyakarta
2
Sub Pelayanan Hematologi-Onkologi Anak, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito/ Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat,
dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Departemen Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT
Background: Hospitalized childhood cancer patients had a high risk for malnutrition, either caused by the disease or effects of the cancer
treatment. Malnutrition in cancer patients gives negative impacts on treatment outcomes in the form of increasing morbidity and mortality
rates. Nutrition screening for identifying malnutrition risks could prevent malnutrition in hospitals. Objective: Investigating the influence
of malnutrition risk during hospitalization on the changes of nutritional status of childhood cancer patients with chemotherapy treatment.
Methods: This research was observational research with the nested case control design. The research subjects were childhood cancer
patients aged 2-18 years-old meeting the inclusion criteria. They were 64 in number consisting of the case group involving 32 patients
and control group involving the rest. During hospitalization, analyses of nutritional intake, change in body weight, nutritional status, and
hospitalization period. Furthermore, the analyses of the influence of malnutrition risk on outcome between those two groups were then
compared. Results: There was a significant influence of malnutrition risk on less energy intake (p<0.001), less protein intake (p=0.002),
weight loss >2% (p<0.001), poor nutritional status based on the IMT/U (p=0.011), and longer hospitalization (p=0.034). The group of
patients with malnutrition risks had risks of 15.5 (OR=15.5; CI 95%: 3.991-63.359) times higher for less energy intake, 6.12 (OR=6.12;
CI 95%: 1.675-24.906) times higher for less protein intake, and 45.3 (OR=45.3; CI 95%: 5.666-1940.768) times higher for weight loss
>2% than the group of patients without malnutrition risks. Conclusions: Patients with a significant risk of malnutrition had less energy
and protein intake, weight loss > 2%, poor nutritional status based on IMT/U, and longer hospitalization.

KEYWORDS: childhood cancer patients with chemotherapy treatment; malnutrition risk; nutrition screening SCAN; nutritional
status evaluation

ABSTRAK
Latar belakang: Pasien kanker anak yang dirawat di rumah sakit berisiko tinggi mengalami malnutrisi, yang disebabkan oleh penyakit
atau efek dari pengobatan kanker. Malnutrisi pada pasien kanker berdampak buruk pada hasil pengobatan berupa rawat inap yang lama,
meningkatkan angka kematian, dan biaya perawatan. Skrining gizi untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi dapat mencegah terjadinya
malnutrisi di rumah sakit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh risiko malnutrisi pada saat rawat inap terhadap perubahan
status nutrisi pada pasien kanker anak dengan pengobatan kemoterapi. Metode: Penelitian observasional dengan desain penelitian nested
case control. Subjek penelitian adalah pasien kanker anak usia 2-18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 32 pasien dengan
risiko malnutrisi dan 32 pasien tidak berisiko malnutrisi. Hasil: Risiko malnutrisi berpengaruh terhadap terjadinya asupan energi kurang
(p<0,01), asupan protein kurang (p=0,002), penurunan berat badan >2% (p<0,001), status gizi kurang bedasarkan IMT/U (p=0,011),
dan rawat inap lebih lama (p=0,014). Kelompok pasien dengan risiko malnutrisi memiliki risiko 15,5 (OR=15,5; CI 95%: 3,991-63,359)
kali lebih besar terhadap terjadinya asupan energi kurang; 6,12 (OR=6,12; CI 95%:1,675-24,906) kali lebih besar terhadap terjadinya
asupan protein kurang; dan 45,3 (OR=45,3; CI 95%: 5,666-1940,768) kali lebih besar terhadap terjadinya penurunan berat badan >2%
dibandingkan kelompok pasien tidak berisiko malnutrisi. Simpulan: Pasien dengan berisiko malnutrisi secara signifikan mempunyai
asupan energi dan protein kurang, penurunan berat badan lebih dari 2%, status gizi kurang berdasarkan IMT/U, dan rawat inap lebih lama.

KATA KUNCI: pasien kanker anak dengan pengobatan kemoterapi; risiko malnutrisi; skrining gizi SCAN; evaluasi status nutrisi

Korespondensi: Agus Santosa, Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan No.1, Senolowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia, e-mail: [email protected]

137
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 15, No. 4, April 2019: 137-145

PENDAHULUAN proses. Namun, tidak ada satupun dari metode skrining


tersebut yang spesifik untuk penilaian kanker anak.
Kanker merupakan penyebab paling umum
Secara khusus metode skrining pada anak-anak dengan
kematian terkait penyakit pada anak-anak di dunia. Di
kanker perlu mempertimbangkan tipe kanker, tahap
seluruh dunia, kanker merupakan salah satu penyebab
pengobatan, dan gejala klinis terkait nutrisi yang mungkin
utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya sedangkan
terjadi selama perawatan. Metode skrining yang ideal
di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus kanker anak
dapat dengan baik menilai anak-anak yang malnutrisi
setiap tahunnya (1). Berdasarkan data Riskesdas tahun
atau berisiko malnutrisi dan memerlukan penilaian gizi
2103, prevalensi penderita kanker pada semua golongan
lebih lanjut. Berdasarkan tujuan tersebut, metode skrining
umur di Indonesia sebesar 1,4% dengan prevalensi
nutrition screening tool for childhood cancer (SCAN)
kanker anak pada golongan usia kurang dari satu tahun
telah dikembangkan agar menjadi alat skrining dengan
sebesar 0,3%; usia 1-15 tahun sebesar 0,2%; dan
proses yang cepat dan sederhana untuk mengidentifikasi
prevalensi tertinggi usia 15-24 tahun sebesar 0,6% (2).
pasien kanker anak yang berisiko malnutrisi (6).
Terdapat kondisi yang mengkhawatirkan, bahwa 85%
Studi sebelumnya telah mengevaluasi penggunaan
pasien kanker anak di dunia tinggal di negara-negara
SCAN sebagai instrumen skrining gizi pasien kanker anak
berkembang, yang terdapat keterbatasan pada akses
yang dirawat di Queensland Children’s Cancer Centre.
pelayanan kesehatan yang memadai, keterlambatan
Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa validasi
dalam diagnosis penyakit, dan status kesehatan sering
skrining gizi SCAN terhadap pediatric subjective global
dipengaruhi penyakit menular dan malnutrisi (3).
nutrition assessment (SGNA) menunjukkan akurasi yang
Pengobatan kanker dengan kemoterapi memberikan
sangat baik (0,90; 95% CI: 0,78-1,00; p<0,001), 100%
efek yang mengganggu sistem saluran pencernaan
sensitif, 39% spesifik, 56% positive predictive value, dan
seperti mual, muntah, mucositis, diare, dan konstipasi
100% negative predictive value. Selain itu, kelompok
sehingga dapat menurunkan asupan makan. Malnutrisi
pasien berisiko malnutrisi secara signifikan memiliki
pada pasien kanker merupakan komplikasi yang sering
nilai lebih rendah pada Z-score berat badan (p=0,001),
terjadi dan akan berdampak buruk pada hasil terapi,
Z-score indeks massa tubuh (IMT) (p=0,001), dan indek
serta dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (4).
massa lemak (p=0,04) dibandingkan kelompok pasien
Data tentang prevalensi malnutrisi pada pasien kanker
tidak berisiko malnutrisi (6).
bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan untuk
Di Indonesia telah banyak dilakukan penelitian
mengevaluasi seperti jenis kanker, lokasi, dan penyebaran
dengan tujuan mengevaluasi identifikasi risiko malnutrisi
kanker serta pengobatan antikanker. Prevalensi malnutrisi
menggunakan alat skrining gizi terhadap perubahan
pada pasien kanker diperkirakan berkisar 15 - 80%
status nutrisi selama rawat inap, tetapi penelitian serupa
(5). Di negara-negara dengan sumber daya terbatas,
yang fokus pada pasien kanker anak masih sangat
prevalensi malnutrisi pada pasien kanker anak rata-rata
terbatas. Pengembangan penelitian yang fokus pada topik
50% sedangkan di negara-negara industri, prevalensi
tersebut pada pasien kanker anak menjadi penting untuk
malnutrisi berhubungan dengan jenis tumor dan derajat
menyediakan informasi dalam pengembangan protokol
penyakit (3).
klinis manajemen nutrisi dalam perawatan di rumah sakit.
Skrining gizi menjadi salah satu bagian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko
solusi terhadap tingginya prevalensi malnutrisi pada
malnutrisi terhadap perubahan status nutrisi pada pasien
pasien kanker anak (6). Skrining gizi berguna untuk
kanker anak dengan pengobatan kemoterapi.
mengidentifikasi dan memberikan intervensi nutrisi dini
dan secara periodik pada pasien risiko tinggi malnutrisi,
yang diharapkan dapat mencegah terjadinya penurunan BAHAN DAN METODE
berat badan yang signifikan atau munculnya tanda klinis
Penelitian ini adalah penelitian observasional
berkaitan malnutrisi (7). Pada saat ini, metode skrining
dengan rancangan studi nested case control yang
telah dikembangkan untuk berbagai tujuan, aplikasi, dan

138
Agus Santosa, dkk: Identifikasi risiko malnutrisi dan evaluasi status nutrisi pasien kanker anak dengan pengobatan kemoterapi

melibatkan pasien kanker anak usia 2-18 tahun yang jenis obat yang dibedakan menjadi golongan obat
dirawat di bangsal perawatan kanker anak Rumah kortikosteroid dan obat bukan golongan kortikosteroid.
Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito pada bulan Data asupan makan diperoleh dengan menggunakan
April sampai dengan Juni 2018. Populasi adalah pasien metode visual comstock dan food record selama pasien
anak yang menjalani pengobatan di bangsal perawatan dirawat di rumah sakit. Data asupan makan kemudian
anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sedangkan sampel dikonversi dalam energi dan protein menggunakan
adalah pasien kanker anak yang menjalani pengobatan sofware nutrisurvey kemudian dibandingkan dengan
kemoterapi di bangsal perawatan kanker anak RSUP kebutuhan energi pasien. Penentuan kebutuhan energi
Dr. Sardjito Yogyakarta. Kriteria inklusi adalah pasien pasien ditentukan menggunakan persamaan Schofield
sedang menjalani protokol pengobatan kemoterapi, sedangkan kebutuhan protein dihitung berdasarkan
kesadaran baik, tidak edema atau asites, dan tidak recommended dietary allowances (RDA) berdasarkan
terdapat massa atau tumor yang jelas. Pasien dropout umur. Data status nutrisi ditentukan berdasarkan
adalah pasien dalam kondisi kritis, pindah rawat ke unit perubahan berat badan yang diukur pada awal masuk
lain, membutuhkan perawatan intensif, meninggal, atau rumah sakit dan pada akhir rawat inap. Penimbangan
pulang atas permintaan sendiri. Pengambilan sampel berat badan menggunakan timbangan digital merk GEA
dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan ketelitian 0,1 kg. Data mengenai jenis kelamin,
mengambil subjek yang memenuhi kriteria pemilihan umur, lama rawat inap, diagnosis penyakit, dan terapi
sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. medis dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur
Perhitungan besar sampel berdasarkan perhitungan uji oleh peneliti dan enumerator seorang ahli gizi terlatih
hipotesis beda proporsi penelitian (8) sehingga diperoleh dengan lulusan D-III Poltekkes Kemenkes Jurusan Gizi.
jumlah sampel sebesar 32 responden untuk masing- Pada rancangan penelitian nested case control,
masing kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok sampel diidentifikasi pada awal penelitian dan diikuti
kontrol dan jumlah subjek penelitian secara keseluruhan dari waktu ke waktu, kasus adalah individu yang
adalah 64 responden. berkembang menjadi sakit sedangkan kontrol adalah
Variabel bebas penelitian ini adalah risiko sampel yang berkembang tidak sakit. Pada penelitian
malnutrisi yaitu diidentifikasi menggunakan alat skrining ini dilakukan skrining gizi menggunakan SCAN pada
gizi nutrition screening tool for childhood cancer (SCAN) pasien kanker anak yang baru masuk rawat inap (1 x 24
dengan kriteria berisiko malnutrisi (skor ≥ 3) dan tidak jam), perkembangan risiko malnutrisi dilakukan follow
berisiko (skor < 3). Variabel terikat adalah asupan zat up dengan melakukan skrining gizi ulang pada akhir
gizi, perubahan berat badan, status gizi, dan lama rawat rawat inap. Selanjutnya, dilakukan penetapan kelompok
inap. Asupan zat gizi dalam bentuk skala ordinal dengan pasien sebagai kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah
dua kategori yaitu asupan kurang (< 80% kebutuhan) dan pasien dengan risiko malnutrisi berdasarkan identifikasi
asupan baik (≥ 80% kebutuhan). Perubahan berat badan skrining gizi memiliki skor lebih dari atau sama dengan 3
dalam bentuk skala ordinal yaitu berat badan turun jika sedangkan kelompok kontrol adalah pasien tidak berisiko
berat badan berkurang lebih dari atau sama dengan 2% malnutrisi (skor < 3). Selama pasien menjalani perawatan
dari awal penimbangan sedangkan berat badan tetap jika dilakukan analisis asupan zat gizi, perubahan berat badan,
berat badan berkurang 0-2% atau bertambah dari awal status gizi, dan lama rawat inap.
penimbangan. Status gizi dalam bentuk skala ordinal Data yang terkumpul diedit untuk memastikan
yang dibedakan menjadi dua kategori yaitu status gizi kelengkapan dan kebenaran data, pemberian kode pada
kurang (Z-score < -2 SD) dan normal (Z-score ≥ 2 SD). variabel penelitian, kemudian dilakukan entry data dengan
Lama rawat inap dalam bentuk skala rasio adalah lamanya memasukkan pada software berupa microsoft excel dan
perawatan pasien di rumah sakit dihitung dengan cara program statistik stata versi 13. Analisa data univariat
tanggal keluar dikurangi tanggal masuk rumah sakit. dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi masing-
Sementara itu, variabel luar dalam penelitian ini adalah masing variabel dan analisis bivariat menggunakan uji

139
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 15, No. 4, April 2019: 137-145

Chi-Square untuk mengetahui hubungan dua variabel Analisis bivariat hubungan risiko malnutrisi dengan
yaitu variabel bebas dan variabel terikat (9). Penilaian variabel terikat menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
kekuatan hubungan variabel bebas (risiko malnutrisi) yang signifikan risiko malnutrisi terhadap terjadinya
dan variabel terikat (asupan zat gizi, perubahan berat asupan energi kurang (p=<0,001), asupan protein kurang
badan, status gizi, lama rawat inap) dilakukan dengan (p=0,002), penurunan berat badan lebih dari 2% (p<0,001),
menghitung regresi binomial odds rasio (OR). Etika status gizi kurang berdasarkan IMT/U (p=0,011), dan
penelitian dinyatakan dengan ethical clearance yang rawat inap lebih lama (p=0,034). Kelompok pasien dengan
dikeluarkan oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran risiko malnutrisi berisiko 15,5 (OR=15,5; CI: 95% 3,991-
Universitas Gadjah Mada dengan nomor KE/FK/0426/ 63,359) kali lebih besar terhadap terjadinya asupan energi
EC/2018. Pengambilan data dilakukan setelah pasien dan kurang; 6,12 (OR=6,12; CI 95%: 1,675-24,906) kali lebih
orang tua pasien mendapatkan informasi terkait penelitian besar terhadap terjadinya asupan protein kurang; dan 45,3
dan memberikan persetujuan untuk mengikuti penelitian (OR=45,3; CI 95%: 5,666-1940,768) kali lebih besar
ini (informed consent). Peneliti menjamin confidentiality terhadap terjadinya penurunan berat badan lebih dari 2%
semua data yang dikumpulkan selama penelitian. dibandingkan kelompok pasien tidak berisiko malnutrisi
(Tabel 2).
Jenis obat berupa pemberian obat bukan
HASIL
kortikosteroid dan obat kortikosteroid merupakan
Terdapat 64 subjek penelitian yang memenuhi variabel luar yang diduga mempengaruhi hubungan
kriteria inklusi dan eksklusi, berusia 2-18 tahun dengan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis
diagnosis penyakit kanker yang sedang menjalani hubungan antara variabel terikat dengan jenis obat
perawatan di Instalasi Kesehatan Anak (Inska) RSUP Dr. diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
Sardjito ruang perawatan khusus kanker. Sebagian besar signifikan jenis obat terhadap terjadinya asupan energi
subjek berjenis kelamin laki-laki (54,7%) dan berumur kurang (p=0,019) dan asupan protein kurang (p=0,001).
2-9 tahun (70,3%). Identifikasi status gizi berdasarkan Sebaliknya, tidak ada pengaruh yang signifikan jenis
pengukuran antropometri diperoleh prevalensi malnutrisi obat terhadap terjadinya penurunan berat badan lebih
yaitu 28,1% stunting dan 9,4% wasting (7,8% diantaranya dari 2% (p=0,945), status gizi kurang berdasarkan
severely wasting) (Tabel 1). IMT/U (p=0,110), serta rawat inap yang lebih lama

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Risiko malnutrisi
Total
Karakteristik Ya Tidak p
(n=64)
(n=32) (n=32)
Jenis kelamin, n (%)
Perempuan 29 (45,3) 11 (34,4) 18 (56,2) 0,079
Laki – laki 35 (54,7) 21 (65,6) 14 (43,8)
Umur, n (%)
2 - < 10 tahun 45 (70,3) 21 (65,6) 24 (75,0) 0,412
10 – 18 tahun 19 (29,7) 11 (34,4) 8 (25,0)
Z-score TB/U, n (%)
Stunting 18 (28,1) 13 (40,6) 5 (15,6) 0,026*
Normal 46 (71,9) 19 (59,4) 27 (84,4)
Z-score IMT/U, n (%)
Severely wasting 5 (7,8) 5 (15,6) 0 (0) 0,080
Wasting 1 (1,6) 1 (3,1) 0 (0)
Normal 38 (59,4) 19 (59,4) 19 (59,4)
Overweight 8 (12,5) 2 (6,3) 6 (18,7)
Obesitas 12 (18,7) 5 (15,6) 7 (21,9)
*= signifikan dengan p<0,05

140
Agus Santosa, dkk: Identifikasi risiko malnutrisi dan evaluasi status nutrisi pasien kanker anak dengan pengobatan kemoterapi

Tabel 2. Hubungan risiko malnutrisi dengan variabel terikat

Asupan energi (n, %)


Variabel p-value OR CI 95%
Kurang Baik
Risiko malnutrisi
Risiko 25 (78,1) 7 (21,9) <0,001* 15,50a 3,991-63,359
Tidak berisiko 6 (18,8) 26 (81,2)
Asupan protein (n, %) p-value OR CI 95%
Kurang Baik
Risiko malnutrisi
Risiko 17 (53,1) 15 (46,9) 0,002* 6,12a 1,675-24,906
Tidak berisiko 5 (15,6) 27 (84,4)
Perubahan berat badan (n, %) p-value OR CI 95%
Turun >2% Tetap
Risiko malnutrisi
Risiko 19 (59,4) 13 (40,6) <0,001* 45,3a 5,666-1940,768
Tidak berisiko 1 (3,1) 31 (96,9)
IMT/U (n, %) p-value OR CI 95%
Gizi kurang Gizi baik
Risiko malnutrisi
Risiko 7 (21,9) 25 (78,1) 0,011* - -
Tidak berisiko 0 (0,0) 32 (100,0)
Lama rawat inap (hari) p-value
Risiko malnutrisi
Risiko 7,6 ± 8,6 0,034b*
Tidak berisiko 4,7 ± 4,0
* = signifikan dengan p<0,05; a = analisis regresi logistik; b = Mann-Whitney test

(p=0,265). Kelompok pasien yang diberikan obat bukan sebanyak 57% pasien malnutrisi saat diagnosis dan 8%
kortikosteroid berisiko 3,45 kali lebih besar (OR=3,45; diantaranya gizi buruk (10). Di sisi lain, hasil studi di
CI 95%: 1,071-11,490) terhadap terjadinya asupan energi Rumah Sakit Anak Nanjing, China melaporkan bahwa
kurang dan 7,67 kali lebih besar (OR=7,67; CI 95%: dari 1.325 pasien anak ditemukan prevalensi malnutrisi
1,791-45,109) terhadap terjadinya asupan protein kurang stunting (z-score TB/U <-2 SD) pada 95 pasien (7,2%),
dibandingkan pasien yang diberikan obat kortikosteroid underweight (z-score BB/U <-2SD) pada 152 pasien
(Tabel 3). Namun, hasil analisis hubungan jenis obat (11,5%), dan wasting ( z-score IMT <-2SD) pada 192
dengan risiko malnutrisi menunjukkan bahwa tidak ada pasien (14,5%) (11).
pengaruh yang signifikan jenis obat terhadap terjadinya Penelitian di negara dengan kondisi sosial ekonomi
risiko malnutrisi (p=0,611) (Tabel 4). yang baik menunjukkan prevalensi malnutrisi yang
berbeda dengan negara sosial ekonomi kurang. Di
Amerika Serikat, studi yang mengevaluasi prevalensi
BAHASAN
malnutrisi berdasarkan z-score BB/TB dan z-score TB/U
Prevalensi malnutrisi pada pasien kanker anak di ditemukan masing-masing sebesar 2% dan 3%. Studi
RSUP Dr. Sardjito ditemukan sebesar 28,1% stunting dan pada 19 anak Italia dengan solid tumor menemukan
9,4% wasting (7,8% diantaranya severely wasting). Tidak prevalensi malnutrisi berdasarkan z-score BB/TB
jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya terhadap sebesar 26% selama pengobatan antikanker. Perbedaan
1.154 pasien anak dan dewasa dengan diagnosis malignan prevalensi malnutrisi pada setiap penelitian kemungkinan
neoplasma di Brasil menunjukkan prevalensi malnutrisi disebabkan perbedaan stadium kanker saat diagnosis
saat diagnosis berdasarkan Z-score IMT sebesar 10,85%. dan saat pengobatan antikanker, serta parameter yang
Sementara itu, studi lain di Guatemala menunjukkan digunakan untuk mengevaluasi status gizi (10).

141
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 15, No. 4, April 2019: 137-145

Tabel 3. Hubungan variabel terikat dengan jenis obat

Asupan energi (n, %)


Variabel p-value ORc CI 95%
Kurang Baik
Jenis obat
Bukan kortikosteroid 23 (60,5) 15 (39,5) 0,019* 3,45 1,071-11,490
Kortikosteroid 8 (30,8) 18 (69,2)
Asupan protein (n, %) p-value OR CI 95%
Kurang Baik
Jenis obat
Bukan kortikosteroid 19 (50,0) 19 (50,0) 0,001* 7,67 1,791-45,109
Kortikosteroid 3 (11,5) 23 (88,5)
Perubahan berat badan (n, %) p-value OR CI 95%
Turun >2% Tetap
Jenis obat
Bukan kortikosteroid 12 (31,6) 26 (68,4) 0,945 1,04 0,313-3,569
Kortikosteroid 8 (30,8) 18 (69,2)
Status gizi IMT/U (n, %) p-value OR CI 95%
Kurang Baik
Jenis obat
Bukan kortikosteroid 2 (5,3) 36 (94,7) 0,110a 0,23 0,021-1,617
Kortikosteroid 5 (19,2) 21 (80,8)
Lama rawat inap (hari) p-value OR CI 95%
Jenis obat
Bukan kortikosteroid 5,5±6,6 0,265b
Kortikosteroid 7,2±7,1
* = signifikan dengan p<0,05; a = Fisher’s exact; b = Mann-Whitney test; c = analisis regresi logistik

Tabel 4. Hubungan risiko malnutrisi dengan jenis obat

Risiko malnutrisi
Variabel p-value OR1 CI 95%
Risiko Tidak berisiko
Jenis obat
Bukan kortikosteroid 20 (52,6) 18 (47,4) 0,611 1,30 0,425-3,971
Kortikosteroid 12 (46,2) 14 (53,8)
1
= analisis regresi logistik

Hubungan risiko malnutrisi dengan asupan zat gizi Asupan zat gizi yang kurang pada pasien anak
dengan kanker juga sejalan dengan studi sebelumnya
Asupan zat gizi selama perawatan diperoleh dari
yang menemukan bahwa rerata asupan energi dan
asupan makanan yang berasal dari rumah sakit dan dari
protein setelah pengobatan kemoterapi signifikan lebih
luar rumah sakit. Hasil analisis hubungan asupan zat
rendah (p<0,001) dibandingkan sebelum kemoterapi
gizi dengan risiko malnutrisi menunjukkan pengaruh
(12). Asupan makan yang inadekuat merupakan
signifikan risiko malnutrisi terhadap terjadinya asupan
penyebab terjadinya malnutrisi primer dan anak-anak
energi kurang (p<0,001) dan asupan protein kurang
dari negara dengan pendapatan rendah berisiko tinggi
(p=0,002). Berdasarkan skrining gizi, pasien yang
untuk terjadinya malnutrisi primer pada saat terdiagnosis
teridentifikasi berisiko malnutrisi mempunyai risiko 15,5
kanker. Sementara malnutrisi sekunder disebabkan oleh
kali lebih besar terhadap terjadinya asupan energi kurang
derajat penyakit dan anak sedang dalam pengobatan
dan 6,12 kali lebih besar terhadap terjadinya asupan
antikanker (13). Perbedaan hasil studi ini karena
protein kurang.

142
Agus Santosa, dkk: Identifikasi risiko malnutrisi dan evaluasi status nutrisi pasien kanker anak dengan pengobatan kemoterapi

kedua studi sebelumnya tidak melakukan identifikasi tinggi malnutrisi memiliki rerata lebih rendah untuk
risiko malnutrisi menggunakan alat skrining gizi, median z-score BB/U (p<0,001), z-score TB/U (p<0,001),
sedangkan pada penelitian ini dilakukan identifikasi z-score BB/TB (p<0,001), dan z-score IMT (p=<0,001)
risiko malnutrisi menggunakan alat skrining gizi SCAN dibandingkan pasien dengan risiko malnutrisi rendah
yang menyimpulkan bahwa pasien yang teridentifikasi dan sedang (11).
berisiko malnutrisi berdasarkan skrining gizi SCAN Hasil studi lain melaporkan bahwa faktor yang
berisiko lebih besar terhadap terjadinya asupan energi paling berpengaruh terhadap penurunan berat badan
dan protein kurang. pada anak-anak selama rawat inap di rumah sakit adalah
Berdasarkan wawancara dan pengamatan peneliti, asupan makan rendah, nyeri, dan keparahan penyakit
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan asupan (15). Penyebab dasar dari penurunan berat badan adalah
makan pasien tidak adekuat pada penelitian ini yaitu hypophagia seperti asupan makan kurang dari kebutuhan
pada saat awal rawat inap, pasien cenderung mengalami energi. Konsumsi makanan ini sangat dipengaruhi oleh
penurunan nafsu makan. Hal ini dapat disebabkan proses kemoterapi atau radioterapi yang berkaitan dengan mual
adaptasi lingkungan baru, anak tidak mau makan makanan dan muntah (16).
dari rumah sakit karena rasa makanan tidak menarik Jumlah insiden penurunan berat badan dan
sehingga keluarga pasien membelikan makanan dari luar status gizi kurang yang tinggi pada subjek penelitian
rumah sakit atau membawakan makanan dari rumah. ini kemungkinan disebabkan beberapa faktor. Selain
Faktor lain yang menyebabkan asupan makan tidak disebabkan oleh penyakit kanker sendiri yang
adekuat adalah efek obat kemoterapi yang menurunkan meningkatkan pengeluaran energi, peningkatan
nafsu makan, serta pasien harus dipuasakan sebelum katabolisme, gangguan metabolisme dan pemanfaatan
dilakukan tindakan pemberian obat kemoterapi seperti nutrisi, serta pengobatan antikanker memiliki dampak
methotrexate intrathecal (MTX IT). Studi sebelumnya yang besar. Di samping itu, faktor-faktor lain yang
menyatakan beberapa kondisi yang memperberat asupan banyak terjadi terutama di negara-negara berkembang
makan tidak adekuat adalah memuasakan pasien untuk yaitu kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan dukungan
tindakan diagnostik atau medis serta tidak adanya tenaga kesehatan yang memadai dapat meningkatkan risiko
khusus di rumah sakit yang memberikan asupan makan gizi. Faktor lain yaitu tidak ada evaluasi status gizi yang
bagi pasien yang memerlukan (14). menyeluruh dan berkala serta keterbatasan keterlibatan
tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan nutrisi
Hubungan risiko malnutrisi dengan status gizi awal kemungkinan merupakan faktor yang menyebabkan
tingginya prevalensi malnutrisi (10).
Hasil analisis menunjukkan pengaruh yang
signifikan risiko malnutrisi terhadap terjadinya penurunan
Hubungan risiko malnutrisi dengan lama rawat inap
berat badan lebih dari 2% (p<0,001) dan status gizi
kurang berdasarkan IMT/U (p=0,011). Pasien dengan Penelitian ini menemukan perbedaan yang
risiko malnutrisi berisiko 45,3 kali lebih besar terhadap signifkan (p=0,034) pada lama rawat inap antara pasien
terjadinya penurunan berat badan lebih dari 2%. Hasil yang berisiko malnutrisi dan tidak berisiko malnutrisi.
penelitian ini sejalan dengan studi sebelumnya yang Pasien dengan risiko malnutrisi mempunyai rerata
menggunakan skrining gizi SCAN untuk mengidentifikasi rawat inap lebih lama ±2,9 hari dibandingkan pasien
risiko malnutrisi yaitu kelompok yang berisiko malnutrisi tidak berisiko malnutrisi. Hasil penelitian ini sesuai
memiliki nilai lebih rendah untuk Z-score BB (p=0,001) dengan penelitian di Rumah Sakit Anak Nanjing, China
dan Z-score IMT (p=0,001) dibandingkan kelompok yang menemukan bahwa pasien dengan risiko tinggi
pasien tidak berisiko malnutrisi (6). Sementara hasil malnutrisi berdasarkan skrining gizi STRONGkid’s
penelitian di Rumah Sakit Anak Nanjing, China yang secara signifikan mempunyai lama tinggal di rumah sakit
melakukan skrining gizi menggunakan STRONGkids lebih lama (p<0,001), penurunan berat badan lebih banyak
diperoleh bahwa pada kelompok pasien yang berisiko (p<0,001), dan lebih rentan mengalami komplikasi infeksi

143
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 15, No. 4, April 2019: 137-145

(p<0,001) dibandingkan pasien dengan risiko malnutrisi SIMPULAN DAN SARAN


sedang dan rendah (11). Lebih lanjut, rawat inap yang
Terdapat pengaruh yang signifikan risiko malnutrisi
lama dapat meningkatkan terjadinya malnutrisi rumah
terhadap terjadinya asupan energi kurang, asupan protein
sakit seperti studi terhadap 326 pasien anak di Rumah
kurang, penurunan berat badan lebih dari 2%, status
Sakit Sanglah Bali yang menilai insiden malnutrisi pasien
gizi kurang berdasarkan IMT/U, dan rawat inap lebih
anak terkait lama rawat inap menunjukkan bahwa rawat
lama. Pencegahan terjadinya malnutrisi di rumah sakit
inap yang lebih lama merupakan faktor risiko penting
pada pasien kanker anak yang menjalani pengobatan
terjadinya malnutrisi rumah sakit. Kejadian malnutrisi
kemoterapi, diperlukan pendekatan kolaborasi antara tim
rumah sakit selama rawat inap pada pasien anak dengan
kesehatan dengan menjamin terpenuhinya asupan makan
lama rawat inap lebih dari 14 hari ditemukan 8,1 kali
sesuai dengan kebutuhan nutrisi, serta meningkatkan
lebih tinggi (CI 95%: 3,84-13,47; p<0,001) dibandingkan
pengetahuan orang tua dan pasien kanker dengan
pasien dengan lama rawat inap 2-14 hari (17).
pemberian edukasi yang berkesinambungan dalam
pengelolaan penyakit kanker.
Hubungan variabel luar dengan variabel terikat dan
variabel bebas
Pernyataan konflik kepentingan
Analisis hubungan variabel luar jenis obat Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan
terhadap variabel terikat pada penelitian ini menunjukkan dalam penelitian ini.
pengaruh yang signifikan jenis obat terhadap terjadinya
asupan energi kurang (p=0,019) dan asupan protein
RUJUKAN
kurang (p=0,001). Sementara terhadap variabel terikat
1. Pusdatin Kementerian Kesehatan RI. Situasi penyakit
lainnya menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan
kanker. [series online] 2015 [cited 2018 Januari 9].
jenis obat terhadap terjadinya penurunan berat badan
Available from: URL: https://pusdatin.kemkes.go.id/
lebih dari 2% (p=0,945), status gizi kurang berdasarkan resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.
IMT/U (p=0,110), serta rawat inap yang lebih lama pdf
(p=0,265). Demikian juga dengan variabel luar jenis obat 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
yang menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifkan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
terhadap variabel bebas risiko malnutrisi (p=0,611).
3. Sala A, Pencharz P, Barr RD. Children, cancer, and nutrition:
Kejadian malnutrisi pada anak-anak dengan
a dynamic triangle in review. Cancer. 2004;100(4):677-87.
kanker adalah multifaktorial (18). Kejadian malnutrisi doi: 10.1002/cncr.11833
anak dengan kanker tergantung pada tipe tumor, 4. Mahan, Raymon. Krause’s; food & the nutrition care
stadium, lokasi, organ tubuh yang terdampak, jenis process. 14th edition. St Louis, Missouri: Elsevier; 2017.
terapi antikanker, dan respon pasien terhadap terapi (10). 5. Santarpia L, Contaldo F, Pasanisi F. Nutritional screening
and early treatment of malnutrition in cancer patients.
Faktor penting penyebab lain adalah perubahan indera
J Cachexia Sarcopenia Muscle 2011;2(1):27-35. doi:
perasa, anoreksia, mukositis, emesis, dan diare (3).
10.1007/s13539-011-0022-x
Penyakit tumor menyebabkan perubahan metabolisme, 6. Murphy AJ, White M, Viani K, Mosby TT. Evaluation
seperti peningkatan siklus cori, kegagalan pengaturan of the nutrition screening tool for childhood cancer
pengeluaran energi yang efektif ketika terjadi asupan (SCAN). Clin Nutr. 2016;35(1):219-224. doi: 10.1016/j.
energi yang berkurang, dan peningkatan lipolisis. Semua clnu.2015.02.009
7. Huhmann MB, Cunningham RS. Importance of nutritional
faktor tersebut menyebabkan penggunaan nutrisi yang
screening in treatment of cancer-related weight loss.
tidak efektif dan berkontribusi terhadap terjadinya
Lancet Oncol. 2005;6(5):334-43. doi: 10.1016/S1470-
malnutrisi (18). 2045(05)70170-4

144
Agus Santosa, dkk: Identifikasi risiko malnutrisi dan evaluasi status nutrisi pasien kanker anak dengan pengobatan kemoterapi

8. Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwangga SK. Besar 13. Mosby TT, Barr RD, Pencharz PB. Nutritional assessment of
sampel dalam penelitian kesehatan. (Alih bahasa: Pramono children with cancer. J Pediatr Oncol Nurs. 2009;26(4):186-
D, Kusnanto H). Yogyakarta: Gadjah Mada University 97. doi: 10.1177/1043454209340326
Press; 1997. 14. Hendricks KM, Loughrey CM, Duggan C, Olsen LG,
9. Dahlan MS. Mendiagnosis dan menatalaksana 13 penyakit Fulhan K, Schuuster H, et al. Manual of pediatric. 3th
statistik: disertai aplikasi program Stata. Jakarta: CV edition. Philadhelpia: BC Decker Publisher; 2005.
Sagung Seto; 2010. 15. Sermet-Gaudelus I, Poisson-Salomon AS, Colomb V,
10. Maia-Lemos PS, Ceragioli-Oliveira FL, Monteiro-Caran Brusset MC, Mosser F, Ricour C, et al. Simple pediatric
EM. Nutritional status at diagnosis in children with cancer nutritional risk score to identify children at risk of
in Brazil. Pediatr Ther. 2016;6:295. doi: 10.4172/2161- malnutrition. Am J Clin Nutr. 2000;72(1):64-70. doi:
0665.1000295 10.1093/ajcn/72.1.64
11. Cao J, Peng L, Li R, Chen Y, Li X, Li X, et al. (2014). 16. Picton SV. Aspects of altered metabolism in children with
Nutritional risk screening and its clinical significance cancer. Int J Cancer Suppl. 1998;11:62-4.
in hospitalized children. Clin Nutr. 2014;33(3):432-6. doi: 17. Girsang SN, Sidiartha IGL. The incidence of in-hospital
10.1016/j.clnu.2013.06.009 malnutrition in children at Sanglah Hospital Denpasar
12. Maliki Z, Kandiah M, Chan YM, Esfandbod M, Vakili M, and its association with length of stay. Medicina.
Yeganeh MZ, et al. The effect of dietary intake changes 2017;48(2):98-102. doi: 10.15562/medicina.v48i2.35
on nutritional status in acute leukaemia patients after 18. Cross R, Marino L, Bowley, N. Nutrition in the pediatric
first induction chemotherapy. Eur J Cancer Care (Engl). oncology patient. Cape Town Metropole Pediatric Interest
2015;24(4):542-52. doi: 10.1111/ecc.12262 Group. Cape Town: Red Cross Children’s Hospital; 2009.

145

You might also like