0% found this document useful (0 votes)
44 views

Jurnal Proteksi Modul 1

This document is a journal practicum about electrical power installation protection by Fachrul Rozi Ramadhan. It discusses installing primary protection devices in an electrical power control system. The goals are to understand coordination of primary protection devices and maximize protection of electrical equipment while making faults easy to detect. It describes primary and secondary protection relays, overcurrent relays, contactors, push buttons, and thermal overload relays. Placement of sensor elements for overcurrent protection of motors is also discussed.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
44 views

Jurnal Proteksi Modul 1

This document is a journal practicum about electrical power installation protection by Fachrul Rozi Ramadhan. It discusses installing primary protection devices in an electrical power control system. The goals are to understand coordination of primary protection devices and maximize protection of electrical equipment while making faults easy to detect. It describes primary and secondary protection relays, overcurrent relays, contactors, push buttons, and thermal overload relays. Placement of sensor elements for overcurrent protection of motors is also discussed.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 16

JURNAL PRAKTIKUM

PROTEKSI INSTALASI TENAGA LISTRIK

Nama : Fachrul Rozi Ramadhan


NIM : 2019-71-039
Kelas :B
Tgl Praktek : 21 September 2021
28 September 2021
5 Oktober 2021
12 Oktober 2021
Tgl. Presentasi : 19 Oktober 2021
Jurusan : D3 Teknologi Listrik
Asisten : Fadilah Ayu Aprilia

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA
2021
FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

PEMASANGAN ALAT PROTEKSI PRIMER PADA SISTEM


TENAGA LISTRIK

Fachrul Rozi Ramadhan 2019-71-039


Proteksi Instalasi Tenaga Listrik
Kelas B
E-mail: [email protected] (Fachrul Rozi Ramadhan)

ABSTRACT
The primary protection relay for the control system of electric power installations is to
maximize the work of protective equipment against the safety of the equipment being
protected while making it easy to find fault problems that occur, the scope is smaller, for
example, for house building installations and works more instantaneously. The secondary
protection relay has a wider scope, for example for transmission and its operation, there is
a time for it. An overcurrent relay is a relay that works based on an increase in current
that exceeds a certain safety value within a certain period of time, so that this relay can be
used as an overcurrent protection pattern. Over Current Relay (OCR) serves to protect
electrical equipment against overcurrent caused by short-circuit current disturbances. A
contactor (magnet switch) is an electrical device that works by electromagnetic induction
on a copper coil (coil) which is supplied with electric power, causing a magnetic field that
causes the NO (Normally Open) Auxiliary Contact to close and the NC (Normally Close)
Auxiliary Contact to open. Push Button is a button that is used to connect and disconnect
an electrical circuit by pressing it. Other names are pushbutton switches or momentary
switches. Push buttons generally have contacts that are indistinguishable from one
another. Thermal overload relay itself is a safety component on the main contactor or
protector when there is an excess current that can cause damage to an electric motor
circuit. If a current flows in an electrical panel is very large, then this TOR will give a
signal in the form of a change in the position of the NC-NO contact which will then be
forwarded to the electrical circuit to break the current on the electric motor load.

Key words: Primary protection relay, Secondary protection relay, Overcurrent relay,
Contactor and Push button

ABSTRAK

Relai proteksi primer terhadap sistem kontrol instalasi tenaga listrik adalah
memaksimalkan kerja alat proteksi terhadap keamanan alat yang diproteksi sekaligus
mudah untuk mencari masalah gangguan yang terjadi, cakupan nya lebih kecil misalnya
seperti untuk instalasi bangunan rumah dan kerjanya lebih instan. Relai proteksi sekunder
itu cakupan lebih luas misalnya untuk transmisi dan kerjanya itu ada waktu tandanya.
Relay arus lebih adalah suatu relai yang bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan arus
yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dalam jangka waktu tertentu, sehingga relai
ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih. Over Current Relay ( OCR ) ini
berfungsi untuk memproteksi peralatan listrik terhadap arus lebih yang disebabkan oleh
gangguan arus hubung singkat. Kontaktor (Saklar magnit) adalah alat elektrikal yang
bekerja dengan induksi elektromagnetik pada sebuah kumparan tembaga (coil) yang

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 1


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

dialirkan tenaga listrik sehingga menimbulkan medan magnet yang menyebabkan Kontak
Bantu NO (Normally Open) akan tertutup dan Kontak Bantu NC (Normally Close) akan
terbuka. Push Buttom adalah tombol yang digunakan untuk menghubungkan dan
memutuskan rangkaian listrik dengan cara ditekan. Nama lainnya adalah sakelar tombol
tekan atau sakelar sesaat. Tombol tekan umumnya memiliki kontak yang tidak bisa
dibedakan satu sama lain. Thermal overload relay sendiri merupakan sebuah komponen
pengaman pada kontaktor utama atau pelindung ketika terjadi arus berlebih yang bisa
mengakibatkan kerusakan pada suatu rangkaian motor listrik. Jika suatu arus mengalir
dalam sebuah panel listrik sangat besar, maka TOR ini akan memberikan sinyal berupa
perubahan posisi kontak NC-NO yang kemudian akan diteruskan pada rangkaian listrik
untuk memutus arus pada beban motr listrik.

Kata kunci: Relai proteksi primer, Relai proteksi sekunder, Relai arus lebih, Kontaktor
dan Push Buttom

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 2


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Kegagalan pada instalasi sistem tenaga listrik tidak mungkin dapat dihindari, untuk
mengurangi kerusakan dan memperkecil daerah gangguan maka dibutuhkan sistem
proteksi. Khususnya pada saluran distribusi, gangguan yang mungkin terjadi
sebagian besar adalah gangguan hubung singkat, baik hubung singkat tiga fasa,
antar fasa atau hubung singkat antara fasa dengan tanah Salah satu alat yang
termasuk sistem proteksi tersebut dinamakan relai. Relai mendeteksi adanya
gangguan dalam sistem tenaga listrik dan memberikan informasi secara otomatis
kepada pemutus tenaga agar memisahkan secepat mungkin peralatan listrik yang
dilindungi dengan gangguan. Sebagai langkah utama dalam mengatasi adanya
gangguan, khususnya pada saluran distribusi biasanya dipakai selain relai jarak
yaitu relai arus lebih dan relai gangguan tanah.

b. Tujuan
Memahami koordinasi alat proteksi primer pada alat kontrol sistem tenaga listrik.

2. Landasan Teori
a. Teori Modul
Koordinasi relai proteksi primer terhadap sistem kontrol instalasi tenaga listrik
adalah memaksimalkan kerja alat proteksi terhadap keamanan alat yang diproteksi
sekaligus mudah untuk mencari masalah gangguan yang terjadi.

b. Teori Tambahan
Syarat Proteksi Instalasi Listrik
Selain memperhatikan ketentuan instalasi listrik yang sesuai PUIL, dalam praktik
instalasi tenaga listrik juga harus memperhatikan system proteksinya. Tujuan
adanya proteksi adalah untuk melindungi dan mengamankan komponen instalasi
tenaga listrik.

Gambar 1. Instalasi Listrik

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 3


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

1. Proteksi Beban Lebih

Proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor, dan
perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat
beban lebih, atau sebagai akibat motor tak dapat diasut.(5541, puil 2000).
Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi, bila bertahan cukup
lama, akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada
motor tersebut.

Penggunaan proteksi beban lebih

 Dalam lingkungan dengan gas, uap, atau debu yang mudah terbakar atau
mudahmeledak, setiap motor yang dipasang tetap, harus diproteksi terhadap
beban lebih.(55421, puil 2000)

 Setiap motor fase tiga atau motor berdaya pengenal 1 PK atau lebih yang
dipasang tetap dan dijalankan tanpa pengawasan, harus diproteksi terhadap
beban lebih. (55422, puil 2000)

 Gawai proteksi yang dimaksud di atas (3) & (4) tidak boleh mempunyai
nilai pengenal, atau disetel pada nilai yang lebih tinggi dari yang diperlukan
untuk mengasutmotor pada beban penuh. Waktu tunda gawai proteksi beban
lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan untuk
memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh. (5543, puil
2000)

Penempatan unsur sensor

 Jika pengaman lebur digunakan sebagai proteksi beban lebih, pengaman


lebur itu harus dipasang pada setiap penghantar fase. (55441, puil 2000)

 Jika digunakan gawai proteksi yang bukan pengaman lebur, tabel berikut
menentukan penempatan dan jumlah minimum unsur pengindera seperti
kumparan trip, relai, dan pemutus termis. (55442, puil 2000)

 Gawai proteksi beban lebih yang bukan pengaman lebur, pemutus termis
atau proteksi termis, harus memutuskan sejumlah penghantar fase yang tak
dibumikan secara cukup serta menghentikan arus ke motor. (5545, puil
2000)
Tabel 1. Penempatan Unsur Sensor Pengindera Proteksi Beban Lebih

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 4


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

 Pemutus termis, relai arus lebih, atau gawai proteksi beban lebih lainnya,
yang tidak mampu memutuskan arus hubung pendek, harus diproteksi
secukupnya dengan gawai proteksi hubung pendek. (5546, puil 2000)
Proteksi arus lebih untuk motor yang digunakan pada sirkit cabang
serbaguna harus diselenggarakan sebagai berikut: (5547, puil 2000)

 Satu motor atau lebih tanpa proteksi beban lebih dapat dihubungkan pada
sirkit cabang sebaguna, hanya apabila syarat yang ditentukan untuk setiap
dua motor atau lebih dalam syarat “proteksi hubung pendek sirkit cabang”
dipenuhi

 Motor dengan nilai pengenal lebih dari yang ditentukan dalam syarat
“proteksi hubung pendek sirkit cabang” dapat dihubungkan pada sirkit
cabang serbaguna, hanya apabila tiap motor diproteksi beban lebih.

 Jika motor dihubungkan pada sirkit akhir serbaguna dengan kontak tusuk,
dan setiap proteksi beban lebih ditiadakan menurut butir 1) di atas, nilai
pengenal kontak tusuk tidak boleh lebih dari 16 A pada 125 V, atau 10 A
pada 250 V. Jika proteksi beban lebih tersendiri, butir 2) di atas
mensyaratkan proteksi tersebutharus merupakan bagian dari motor atau
peranti bermotor yang dilengkapi tusuk kontak.

 Gawai proteksi beban lebih yang melindungi sirkit akhir tempat motor atau
peranti bermotor dihubungkan, harus mempunyai waktu tunda yang
memungkinkan motor diasut dan mencapai putaran penuh. (no. 5547, puil
2000)

 Gawai proteksi beban lebih yang dapat mengulang asut secara otomatis
setelah jatuh karena arus lebih, tidak boleh dipasang, kecuali bila hal itu
diperbolehkan untuk motor yang diproteksi. Motor yang setelah berhenti
dapat diasut secara otomatis, tidak boleh dipasang bila ulang asut otomatis
itu dapat mengakibatkan kecelakaan. (5548, puil 2000)

2. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Motor

Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus lebih yang diakibatkan

oleh hubung pendek, kecuali untuk motor berikut ini:

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 5


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

 Motor yang terhubung pada sirkit akhir, yang diproteksi oleh proteksi
arus hubung pendek yang mempunyai nilai pengenal atau setelan tidak
lebih dari 16A

 Gabungan motor yang merupakan bagian daripada mesin atau


perlengkapan, asal setiap motor diproteksi oleh satu atau lebih relai arus
lebih, yang mempunyai nilai pengenal lebih tinggi dari yang diperlukan,
dan dapat menggerakkan sebuah sakelar untuk menghentikan semua
motor sekaligus. (5551, puil 2000) Nilai pengenal atau setelan gawai
proteksi

 Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi arus hubung pendek harus
dipilih sehingga motor dapat diasut, sedangkan penghantar sirkit akhir,
gawai kendali, dan motor, tetap diproteksi terhadap arus hubung pendek.

 Untuk sirkit akhir yang mensuplai motor tunggal, nilai pengenal atau
setelan proteksi arus hubung pendek tidak boleh melebihi nilai yang
bersangkutan dalam tabel 2 di bawah ini.

 Untuk sirkit akhir yang mensuplai beberapa motor, nilai pengenal atau
setelan gawai proteksi hubung pendek, tidak boleh melebihi nilai
terbesar dihitung menurut tabel 2. untuk masing-masing motor,
ditambah dengan jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit akhir
itu.

 Jumlah dan penempatan unsur pengindera gawai proteksi hubung


pendek harus sesuai dengan ketentuan mengenai gawai proteksi beban
lebih

 Gawai proteksi hubung pendek harus dengan serentak memutuskan


penghantar tak dibumikan yang cukup jumlahnya untuk menghentikan
arus ke motor
Tabel 3. Nilai Pengenal atau Setelan Tertinggi Gawai Proteksi sirkit Motor
terhadap Hubung Pendek

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 6


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

 Jika tempat hubungan suatu cabang ke saluran utama tak dapat dicapai,
proteksi arus lebih sirkit motor boleh dipasang ditempat yang dapat
dicapai, asal penghantar antara sambungan dan proteksi mempunyai
KHA sekurangkurangnya 1/3 KHA saluran utama, tetapi panjangnya
tidak boleh lebih dari 10 m, dan dilindungi terhadap kerusakan mekanik.
(5552, puil 2000)

3. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Cabang

 Suatu sirkit cabang yang mensuplai beberapa motor dan terdiri atas
penghantar dengan ukuran yang sesuai, harus dilengkapi dengan
proteksi arus lebih yang tidak melebihi nilai pengenal atau setelan gawai
proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi, ditambah dengan jumlah arus
beban penuh semua motor lain yang disuplai oleh sirkit tersebut.

 Jika dua motor atau lebih dari suatu kelompok harus diasut serentak,
mungkin perlu dipasang penghantar saluran utama yang lebih besar, dan
jika demikian halnya maka perlu dipasang proteksi arus lebih dengan
nilai pengenal atau setelan yang sesuai.

 Untuk instalasi besar yang dipasangi sirkit yang besar sebagai


persediaan bagi perluasan atau perubahan di masa datang, proteksi arus
lebih dapat didasarkan pada KHA penghantar sirkit tersebut. (556, puil
2000)
3. Metode Penelitian
a. Alat dan Perlengkapan

1. Over Current Relay

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 7


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

2. Kontaktor

3. Push bottom

4. Lampu indikator

5. Tang Amper meter

6. Multi meter

7. Kabel

8. Tool kit

Alat Keselamatan Kerja dan Pelindung Diri

1. Sepatu Isolasi

2. Sarung tangan isolasi

3. Pakaian praktek

b. Gambar Rangkaian

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 8


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

c. Langkah Praktek

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 9


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

Percobaan 1

1. Perhatikan terhadap adanya bahaya kecelakaan, terutama sengatan


listrikKenali dan catat tanda / kode yang tercantum pada peralatan
praktek.

2. Pasanglah Kontaktor, Push bottom dan Lampu indikator.

3. Lakukan pengawatan instalasi tenaga tanpa dipasang Over Current


Relay ( gambar 1 ).

4. Masukkan catu daya, motor akan berputar, ukur besarnya arus yang
mengalir
5. Buatlah simulasi gangguan beban lebih / hubung singkat pada motor
atau saluran ke motor, perhatikan apa yang terjadi ?

6. Lepaskan catu daya

7. Lakukan pengawatan dengan menambah over current relay ( gambar 2 )

Percobaan 2

1. Masukkan catu daya, motor akan berputar, ukur besarnya arus yang
mengalir

2. Buatlah simulasi gangguan beban lebih / hubung singkat pada motor


atau saluran ke motor, perhatikan apa yang terjadi !

3. Lepaskan catu daya

4. Lakukan pengawatan dengan menambahkan auxilliary relay dan lampu


indikator gangguan ( gambar 3 )

Percobaan 3

1. Masukkan catu daya, motor akan berputar, ukur besarnya arus yang
mengalir

2. Buatlah simulasi gangguan beban lebih / hubung singkat pada motor


atau saluran ke motor, perhatikan apa yang terjadi !

3. Lepaskan catu daya

4. Lepas kembali pengawatan dan kembalikan semua barang ke tempat


semula

5. Lakukan analisa hasil percobaan

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 10


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

4. Hasil dan Pembahasan


a. Analisa
Setelah mengikuti praktikum modul 1 yang berjudul Pemasangan alat proteksi
primer pada alat kontrol sistem tenaga listrik, pada praktikum modul ini yang
bertujuan Memahami koordinasi alat proteksi primer pada alat konrol sistem tenaga
listrik. Adapun peralatan yang dipakai yaitu Over Current Relay, Kontaktor, Push
bottom, Lampu indicator, Tang Ampere meter, Multimeter, Kabel, Tool kit dan
Rheostat. Ada juga Alat Keselamatan Kerja dan Pelindung Diri yaitu Sepatu isolasi,
Sarung tangan isolasi dan Pakaian praktek. Ada Over Current Relay yang berfungsi
peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya
gangguan hubung singkat atau overload yang dapat merusak peralatan sistem
tenaga yang berada dalam wilayah proteksinya tersebut. Kontaktor atau bisa
dibilang saklar magnet yang berfungsi untuk menyambungkan dan memutuskan
arus listrik. Biasanya digunakan untuk aplikasi motor, heater, penerangan ataupun
distribusi daya listrik. Push button ini digunakan untuk mengontrol kondisi ON atau
OFF dari suatu rangkaian listrik khususnya pada bagian pengontrolan. Lampu
indicator ini berfungsi apabila sudah dinyatakan on pada instalasi tersebut, lampu
ini akan bernyala hijau dan apabila dinyatakan off pada instalasi tersebut, lampu ini
akan bernyala merah. Tang ampere juga bisa digunakan untuk mengukur tegangan
listrik. Selain itu bisa mengukur arus bolak-balik, fungsi tang ampere juga
mencakup pengukuran arus searah (DC). Multimeter merupakan alat pengukur
yang digunakan untuk mengetahui ukuran tegangan listrik, resistansi, dan arus
listrik. Kabel adalah bahan penghantar yang berfungsi untuk menyambungkan
instalasi listrik yang akan dirangkai. Tool kit adalah alat-alat dan bahan lengkap
untuk memasang rangkaian instalasi listrik. Rheostat atau hambatan merupakan
salah satu jenis resistor variabel yang berguna untuk mengendalikan arus yang
mengalir dan merubah resistansi dalam suatu rangkaian dan rheostat ini digunakan
pada saat praktikum hanya untuk melakukan gangguan instalasi listrik, jadi kita
bisa mengetahui fungsinya relay tersebut. Adapun tombol reset yaitu berfungsi
untuk mereset lampu dari relay indikator. Pada praktikum ini melakukan tiga
percobaan. Jadi sebelum melakukan praktikum, lebih baiknya mengikuti Langkah-
langkah praktikum nya yaitu pertama, Perhatikan terhadap adanya bahaya
kecelakaan, terutama sengatan listrik kenali dan catat tanda/kode yang tercantum
pada peralatan praktek. Kedua, Pasanglah kontaktor, Push bottom dan Lampu
indikator. Ketiga, Lakukan pengawatan instalasi tenaga tanpa dipasang Over
Current Relay (gambar 1). Keempat, Masukkan catu daya, motor akan berputar,
ukur besarnya arus yang mengalir. Kelima, Buatlah simulasi gangguan beban
lebih/hubung singkat pada motor atau saluran ke motor, perhatikan apa yang
terjadi. Keenam, Lepaskan catu daya dan yang terakhir, Lakukan pengawatan
dengan menambah over current relay (gambar 2). Hasil dari praktikum pada
percobaan pertama ini yaitu Pada saat sumber masuk, lalu Minniatur Circuit

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 11


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

Breaker atau MCB di on kan, arus masuk kedalam semua peralatan isntalasi
tersebut, jadi pada lampu berwarna merah dalam keadaan tidak memiliki arus atau
tidak menyala dan lampu berwarna hijau dalam keadaan memiliki arus atau bisa
dibilang menyala. Kontaktor akan mentrigger coil dan menghasilkan medan magnet
maka arus akan mengalir ke NO push buttom on dan NC push buttom off. Apabila
tombol on ditekan maka NO (Normally Open) menjadi NC (Normal Close) dan
tombol off, awalnya NC (Normal Close) menjadi NO (Normally Open). Dan pada
akhirnya semua peralatan berjalan dengan lancar dan motor pun bergerak dengan
baik. Saat melakukan simulasi gangguan pada alat tidak ada yang mati karena pada
rangkaian tersebut belum dihubungkan dengan relay. Bila kabel output dari push
buttom off di lepas, motor akan mati, kontak sudah NC (Normal Close) jadi tidak
memiliki arus yang mengalir. Bila kabel output dari push buttom on di lepas maka
motor tidak mati karena dari push button on tidak dialiri arus dan arus nya ke push
button off. Pada percobaan apabila salah satu fasa di lepas kabel nyam aka motor
akan berbunyi mendengung lalu berat untuk berputarnya maka motort akan rusak.
Dan apabila dari awal tidak ada starting dan kabel fasa belum terhubung maka
motor tidak akan menyala. Kemudian apabila di lepas dua kabel fasa maka motor
akan langsung mati. Bila kontak bantu nya ditukar maka akan tetap menyala motor
nya tetapi lampu on dan off nya tertukar, pada saat simulasi gangguan beban
lebih/hubung singkat pada motor atau saluran ke motor, yang terjadi ialah suara
motor akan berdengung dan putarannya motor akan semakin lambat, meski terjadi
gangguan arus lebih sirkit tetapi tetap bekerja karena tidak menggunakan relai, jadi
apabila gangguan, rangkaian, motor tersebut akan tetap bekerja tetapi akan rusak
perlatannya jadi tiak langsung mati. Pada percobaan kedua yaitu Langkah-
langkahnya ialah pertama, Masukkan catu day, motor akan berputar, ukur besarnya
arus yang mengalir. Kedua, Buatlah simulasi gangguan beban lebih/hubung singkat
pada motor atau saluran ke motor, perhatikan apa yang terjadi. Ketiga, Lepaskan
catu daya. Keempat, Lakukan pengawatan dengan menambahkan auxiliary relay
dan lampu indikator gangguan (gambar 3). Hasil dari percobaan kedua ini yaitu
Pada saat sumber masuk, lalu Minniatur Circuit Breaker atau MCB di on kan, arus
masuk kedalam semua peralatan isntalasi tersebut, jadi pada lampu berwarna merah
dalam keadaan tidak memiliki arus atau tidak menyala dan lampu berwarna hijau
dalam keadaan memiliki arus atau bisa dibilang menyala. Kontaktor akan
mentrigger coil dan menghasilkan medan magnet maka arus akan mengalir ke NO
(Normally Open) push buttom on dan NC (Normal Close) push buttom off.
Apabila tombol on ditekan maka NO (Normally Open) menjadi NC dan tombol
off, awalnya NC (Normal Close) menjadi NO. Dan pada akhirnya semua peralatan
berjalan dengan lancar dan motor pun bergerak dengan baik. Tetapi di percobaan
kedua ini ditambah peralatannya ialah Relai arus lebih atau Thermal overload relay
(TOR), cara kerja pada Thermal overload relay yaitu Jadi, Apabila suhunya panas
atau adanya panas berlebih pada rangkaian instalasi makan TOR tersebut akan
bekerja. Pada kontaktor itu bekerja nya menarik tuasnya kalua relai itu cara
kerjanya mendorong tuasnya menjadi NC (Normal Close) maka arus akan
mengalir. Apabila dari kontak relai dari NO (Normally Open) ke NC (Normally
Close) ditukar kabel nya maka motor itu akan langsung mati. Jadi tidak ada
penguncinya, karena relai itu akan terhubung rangkaian seri bukan rangkaian
parallel, maka apabila seri itu kalua yang satu kabel nya di lepas maka pasti akan
mati semua dan tidak ada arus yang mengalir. Hasil pada simulasi gangguan beban

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 12


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

lebih/hubung singkatb pada motor atau saluran ke motor, maka yang terjadi yaitu
motor akan langsung mati karena proteksi dari peralatan relay tersebut akan mulai
bekerja. Pada percobaan ketiga, Langkah-langkah nya yaitu pertama, Masukkan
catu daya, motor akan berputar, ukur besarnya arus yang mengalir. Kedua, Buatlah
simulasi gangguan beban lebih/hubung singkat pada motor atau saluran ke motor,
perhatikan apa yang terjadi. Ketiga, Lepaskan catu daya. Keempat, Lepas kembali
pengawatan dan kembalikan semua barang ke tempat semula. Kelima, Lakukan
Analisa hasil percobaan. Hasil dari percobaan ketiga ini yaitu Pada saat sumber
masuk, lalu Miniatur Circuit Breaker atau MCB di on kan, arus masuk kedalam
semua peralatan isntalasi tersebut, jadi pada lampu berwarna merah dalam keadaan
tidak memiliki arus atau tidak menyala dan lampu berwarna hijau dalam keadaan
memiliki arus atau bisa dibilang menyala. Kontaktor akan mentrigger coil dan
menghasilkan medan magnet maka arus akan mengalir ke NO (Normally Open)
push buttom on dan NC (Normal Close) push buttom off. Apabila tombol on
ditekan maka NO (Normally Open) menjadi NC dan tombol off, awalnya NC
(Normal Close) menjadi NO. Dan pada akhirnya semua peralatan berjalan dengan
lancar dan motor pun bergerak dengan baik. Relai arus lebih atau Thermal overload
relay (TOR), cara kerja pada Thermal overload relay yaitu Jadi, Apabila suhunya
panas atau adanya panas berlebih pada rangkaian instalasi makan TOR tersebut
akan bekerja. Dan ditambahkan peralatannya yaitu relai bantu dan lampu indikator,
ada juga ditambahkan tombol reset. Pada relai bantu ini bekerja dengan car atuas
akan mendorong dan terhubung ke lampu, maka lampu akan menyala. Karena
perlatan tersebut juga menggunakan rangkaian parallel. Jadi cara kerja pada lampu
indikator ini yaitu apabila terjadi short circuit maka lampu indikatornya akan
menyala jadi itu sedang terjadi adanya gangguan. Simulasi gangguan beban
lebih/hubung singkat pada motor atau saluran ke motor, maka yang terjadi ialah
benda pada motor akan langsung mati dan lampu indikator pada relai itu akan
menyala, maka terjadi gangguan salah satu fasanya. Semisal ada gangguan pada
ketiga kabel fasa yang terhubung pada relai maka ketiga relai nya juga akan
menyala. Jadi kegunaan auxilillary dan lampu indikator adalah untuk mengtahui
gangguan berada pada fasa mana, semisal diberi gangguan pada fasa R maka lampu
relay yang sudah terhubung dengan fasa R akan menyala. Fungsi dari tombol reset
tersebut yaitu untuk mematikan atau mereset lampu indikator pada relai apabila
terjadi gangguan. Pada proteksi primer adalah cakupan atau jangkauan nya lebih
kecil msalnya seperti untuk instalasi bangunan pada rumah dan kerjanya juga lebih
instan. Kalau proteksi sekunder yaitu cakupan atau jangkauannya lebih luas
misalnya digunakan untuk transmisi dan kerja nya juga ada waktu tundanya.
Macam-macam penggunaan untuk proteksi primer di sistem pembangkitan yaitu
PMT, Relai arus lebih, Relai hubung tanah, Relai hubung jarak dan Relai hubung
arah.

b. Tugas Akhir

1. Pada percobaan 1, mengapa meski terjadi gangguan arus lebih sirkit tetap
bekerja ?

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 13


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

2. Pada percobaan 2, mengapa meskipun hanya salah satu fasa saja yang
gangguan, sirkit 3 fasa terbuka dan menyebabkan motor berhenti / tidak
bekerja ?

3. Pada percobaan 3, apakah kegunaan auxilliary relay dan lampu indikator

4. Apakah fungsi tombol “ RESET “ ?


5. Sebutkan macam-macam penggunaan proteksi primer di sistem
pembangkitan !

Jawaban
1. Karena pada percobaan pertama, tidak menggunakan relai, jadi apabila
terjadi gangguan, rangkaian dan motor tersebut akan tetap bekerja tetapi
akan rusak peralatannya jadi tidak langsung mati.
2. Karena pada percobaan kedua, Ketika terdapat gangguan di fasa R tetapi
akan ketiga fasanya terbuka semua atau NO semua jadi akan mati.
3. Pada percobaan ketiga ini, kegunaan auxiliary relay dan lampu indikator
yaitu untuk mengetahui gangguan berada pada fasa mana, missal diberi
gangguan pada fasa R maka lampu Relay R itu akan menyala.
4. Fungsi tombol RESET ini adalah untuk mematikan atau mereset lampu
pada relay apabila terjadi gangguan.
5.
 PMT
 Relay arus lebih
 Relay hubung jarak
 Relay hubung arah

5. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Pada saat mengikuti praktikum modul 1 ini yang berjudul Pemasangan alat
proteksi primer pada alat kontrol sistem tenaga listrik, saya dapat memahami
koordinasi alat proteksi primer pada alat kontrol sistem tenaga listrik. Yang
sebagaimana saya dapat mengetahui gangguan-gangguan pada instalasi listrik
tersebut.

b. Saran
Sebenarnya sudah bagus dalam pemaparan materi praktikum modul 1 ini yang
berjudul Pemasangan alat proteksi primer pada alat kontrol sistem tenaga listrik,
tetapi pada teori modul 1 ini lebih di perbanyak lagi agar lebih lengkap dan jelas.

6. Daftar Pustaka
[1] Modul “Proteksi Instalasi Tenaga Listrik”
[2] https://www.samrasyid.com/2020/04/syarat-proteksi-instalasi-listrik.html

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 14


FACHRUL ROZI RAMADHAN
2019-71-039

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK | 15

You might also like