0% found this document useful (0 votes)
40 views20 pages

Preview

This document proposes the design of a 100,000 ton per year Linear Alkyl Benzene plant in Banten Province, Indonesia. Linear Alkyl Benzene is used as a raw material in detergent production. The plant would produce Linear Alkyl Benzene by reacting benzene and olefin in a fixed bed reactor. An economic analysis found the project to have a 50.10% return on investment before taxes and payback period of 1.45 years. The plant is considered economically viable and will help meet the growing domestic demand for Linear Alkyl Benzene.

Uploaded by

Andi Nursinar
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
40 views20 pages

Preview

This document proposes the design of a 100,000 ton per year Linear Alkyl Benzene plant in Banten Province, Indonesia. Linear Alkyl Benzene is used as a raw material in detergent production. The plant would produce Linear Alkyl Benzene by reacting benzene and olefin in a fixed bed reactor. An economic analysis found the project to have a 50.10% return on investment before taxes and payback period of 1.45 years. The plant is considered economically viable and will help meet the growing domestic demand for Linear Alkyl Benzene.

Uploaded by

Andi Nursinar
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 20

ABSTRACT

MANUFACTURE OF LINIER ALKIL BENZENA


FROM BENZENA AND OLEFIN
CAPACITY 100.000 TONS/YEAR
(Design Distillation Column (DC-301))

By

Doni Purnama

Linear Alkyl Benzene is one of chemical product that to be used as raw


material in detergent industry. The necessity of Linear Alkyl Benzene in
Indonesia is increasing every year and so far the need of that material is still
imported from abroad. So the development of Linear Alkyl Benzene plant is
needed to support industrial development in the country.
Linear Alkyl Benzene is produced by reacting Benzene and the olefin in
the multitubular fixed bed reactor at a temperature of 100 oC and pressure of 5,3
atm with 98% conversion. The reactor product flowed into the distillation tower-
301 to be separated from the raw materials that have not reacted, and then purified
by separating the main product by-product using distillation tower-102. After the
product was cooled and poured into the storage tank products. The purity of the
Linear Alkyl Benzene (major product) of 99,8%, and paraffin (product side) of
95,3%.
Plant's production capacity is planned 100,000 ton / year with 330 working
days within 1 year. The plant location is planned establishing in Banten Province
Cilegon industrial area. Labor required are 153 people with a business entity form
Limited Liability Company (PT), headed by a director who is assisted by the
director of production and director of finance with line and staff organizational
structure.
The supplying necessity of utility plant are namely treatment system and
water supply, steam supply systems, instrument air supply systems, and power
generation systems.
From economic analysis is obtained:
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 371.406.893.442
Working Capital Investment (WCI) = Rp 65.542.392.960
Total Capital Investment (TCI) = Rp 436.949.286.402
Break Even Point (BEP) = 55,60 %
Shut Down Point (SDP) = 45,23 %
Pay Out Time before taxes (POT)b = 1,45 years
Pay Out Time after taxes (POT)a = 1,75 years
Return on Investment before taxes(ROI)b = 50,10 %
Return on Investment after taxes (ROI)a = 40,08 %
Discounted cash flow (DCF) = 42,76 %
Consider the summary above, it is proper establishment of Linear Alkyl
Benzene plant is studied further, because the plant is profitable and has good
prospects.
ABSTRAK

PRARANCANGAN PABRIK LINIER ALKIL BENZENA


DARI BENZENA DAN OLEFIN
KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN
(Menara Distilasi -301 (MD-301))

Oleh

Doni Purnama

Linier Alkil Benzena merupakan salah satu produk industri kimia yang
digunakan sebagai bahan baku dalam industri deterjen. Kebutuhan Linier Alkil
Benzena di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya dan selama ini kebutuhan
bahan tersebut masih diimpor dari luar negeri. Sehingga pembangunan pabrik
Linier Alkil Benzena sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan industri
di dalam negeri.

Linier Alkil Benzena diproduksi dengan cara mereaksikan Benzena dan


Olefin di dalam reaktor Fixed Bed Multitubular pada suhu 100 oC dan tekanan
5,3 atm dengan konversi 98%. Produk Reaktor dialirkan ke menara distilasi-301
untuk dipisahkan dari bahan baku yang belum bereaksi dan kemudian dimurnikan
dengan cara memisahkan produk utama dengan produk samping menggunakan
menara distilasi-102. Setelah itu produk didinginkan lalu dialirkan ke tangki
penyimpanan produk. Kemurnian produk yang dihasilkan yaitu Linier Alkil
Benzena (produk utama) sebesar 99,8 % , dan Parafin (produk samping) sebesar
95,3 % .

Kapasitas produksi pabrik direncanakan 100.000 ton/tahun dengan 330


hari kerja dalam 1 tahun. Lokasi pabrik direncanakan didirikan di daerah kawasan
industri Cilegon Provinsi Banten. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 153
orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh
seorang Direktur Utama yang dibantu oleh Direktur Produksi dan Direktur
Keuangan dengan struktur organisasi line and staff.
Penyediaan kebutuhan utilitas pabrik berupa sistem pengolahan dan
penyediaan air, sistem penyediaan steam, sistem penyediaan udara instrumen, dan
sistem pembangkit tenaga listrik.

Dari analisis ekonomi diperoleh:


Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 371.406.893.442
Working Capital Investment (WCI) = Rp 65.542.392.960
Total Capital Investment (TCI) = Rp 436.949.286.402
Break Even Point (BEP) = 55,60 %
Shut Down Point (SDP) = 45,23 %
Pay Out Time before taxes (POT)b = 1,45 tahun
Pay Out Time after taxes (POT)a = 1,75 tahun
Return on Investment before taxes (ROI)b = 50,10 %
Return on Investment after taxes (ROI)a = 40,08 %
Discounted cash flow (DCF) = 42,76 %

Mempertimbangkan rangkuman di atas, sudah selayaknya pendirian pabrik


Linier Alkil Benzena ini dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang
menguntungkan dan mempunyai prospek yang baik.
LAPORAN TUGAS
PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE
DARI BENZENE DAN OLEFIN
KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN

Oleh :
Doni Purnama 0515041033
M.Harun Al Rasid 0515041048

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendirian Pabrik


Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan penduduk

juga semakin bertambah dan beraneka ragam. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan semakin

pesatnya pertumbuhan berbagai industri. Tetapi dalam pertumbuhannya,

keseimbangan terhadap lingkungan tidak boleh dilupakan. Salah satu

diantaranya adalah adanya pencemaran air yang diakibatkan penggunaan

deterjen yang non bio degradable (sukar terurai oleh mikro organisme).

Perkembangan industri Alkyl Benzene dimulai pada awal tahun 1940, dengan

ditemukannya Branch Alkyl Benzene (BAB). BAB diproduksi dengan cara

alkilasi friedel-Craft dari Benzene dan Propilen Tetramer ((C3H6)4). Sebagai

formulasi pembuatan deterjen, dalam perkembangannya BAB mampu

menggeser bahkan menggantikan fungsi dari sabun alami. (UOP, 1994).

Tetapi dewasa ini di negara-negara maju BAB sudah tidak digunakan lagi

karena memiliki kelemahan yang sangat merugikan, yaitu memiliki struktur

cabang yang sulit diuraikan oleh jasad-jasad renik dan mikro organisme (non

Biodegradable), sehingga menimbulkan polusi lingkungan yang serius. Oleh


2
karena itu pada awal tahun 1960 diadakan penelitian oleh para ahli untuk

menghasilkan Alkyl Benzene yang tidak menimbulkan polusi lingkungan.

Alkyl Benzene yang dihasilkan adalah tipe linier yang dikenal dengan Linier

Alkyl Benzene (LAB). LAB mulai dimanfaatkan oleh produsen sebagai

pengganti BAB karena dinilai lebih ramah terhadap lingkungan dan mudah

diuraikan oleh mikroorganisme (Bio degradable).

Linier Alkyl Benzene adalah salah satu bahan kimia organik yang berbentuk

cairan jernih dengan rumus mokelul (C12H25C6H5). LAB digunakan sebagai

bahan baku pada industry deterjen. Dengan semakin meningkatnya

penggunaan deterjen dalam kehidupan manusia, mengakibatkan industri Alkyl

Benzene semakin berkembang pula. Di Indonesia dengan semakin

berkembangnya industri deterjen, kebutuhan LAB dari tahun ke tahun

semakin meningkat.

Sampai saat ini kebutuhan LAB yang terus meningkat baru dipenuhi oleh PT.

Unggul Indah Cahaya, Tbk, Merak Propinsi Banten dengan kapasitas

produksi 60.000 ton pertahun, yang merupakan satu satunya pabrik penghasil

LAB di Indonesia. 80% dari total kapasitas tersebut digunakan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri, sedangkan 20% lagi diekspor ke kawasan

asia pasifik diantaranya malaysia vietnam, singapura, australia dan selandia

baru (Sumber:www.uic.co.id, 2012). Dengan adanya peningkatan kebutuhan

LAB di dalam negeri dan baru satu pabrik penghasil LAB yang dapat

memenuhi kebutuhan itu, maka dirasa cukup penting untuk membangun

pabrik LAB di Indonesia


3
B. Kegunaan Produk
Penggunaan produk Linier Alkyl Benzene di Indonesia adalah untuk bahan
baku Linear Alkyl Sulfonat, di mana selanjutnya bahan tersebut digunakan
untuk pembuatan detergen, kosmetik, shampo dan lain-lain.

C. Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan linier alkil benzene adalah
benzene dan olefin. Benzene dapat diperoleh dari Pertamina kilang Cilacap
dengan kapasitas 200.000 ton/tahun sedangkan bahan baku olefin dibeli dari
Candra Asri dengan kapasitas 590.000 ton/tahun dan Pertamina 190.000
ton/tahun.

D. Analisa Pasar

a. Harga Bahan Baku dan Produk

Berikut ini harga bahan baku dan harga linier alkil benzene pada tahun-

tahun terakhir.

Tabel 1. Harga Bahan Baku dan Produk


Bahan BM (g/mol) Harga (US $/kg)
C6H6 78 0,700 (chemicalland21.com)
C12H24 168 1,230 (alibaba.com)
C12H25C6H5 247 1,950 (alibaba.com)

b. Kebutuhan Pasar

Pemenuhan kebutuhan linier alkil benzen di Indonesia selama ini sebagian

besar dari impor. Jumlah impor asam linier alkil benzen di Indonesia pada

beberapa tahun terakhir adalah sebagai berikut.


4
Kebutuhan LAB dari tahun ke tahun terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Impor LAB di Indonesia.
Tahun Kebutuhan (Ton/tahun)
2007 42.044,99
2008 61.802,78
2009 53.189,52
2010 89.964,70
2011 90.432,98
Sumber: Badan Pusat Statistik data impor (2007-2011)

Dari tabel di atas terlihat bahwa selama lima tahun terakhir, kebutuhan linier

alkil benzen dalam negeri mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan di

Indonesia hanya memiliki satu buah pabrik linier alkil benzen, sehingga

untuk memenuhi kebutuhan linier alkil benzen diperoleh dari impor.

Konsumsi linier alkil benzene di Indonesia diperkirakan akan terus

meningkat. Indikasi ini didasarkan atas perkembangan industri pemakainya

yang mengalami perkembangan cukup pesat. Di samping masih tingginya

minat investasi pada sektor industri, industri pemakai yang ada juga aktif

melakukan perluasan pabrik. Sehingga dengan pendirian pabrik ini

diharapkan kebutuhan linier alkil benzen dalam industri di Indonesia dapat

terpenuhi dan akan merangsang pertumbuhan pabrik baru yang

menggunakan bahan baku linier alkil benzen.

E. Kapasitas Perancangan Pabrik

Pabrik LAB direncanakan didirikan tahun 2013. Dalam penentuan kapasitas

rancangan pabrik ini, diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu perkiraan

kebutuhan LAB di Indonesia.


5

a. Berdasarkan Impor LAB


Dari data pada Tabel 2. dapat dibuat regresi linier hubungan antara tahun
dengan impor LAB.

Gambar 1.1. Regresi linier hubungan antara tahun dengan impor


LAB

Persamaan hasil regresi linier yang diperoleh yaitu :


Impor (ton/tahun) = 1,2494.104 x tahun – 2,4995.107 ...(1)
Dengan persamaan (1) diperoleh kebutuhan LAB pada tahun 2018
sebesar 217.892 ton/tahun

b. Berdasarkan konsumsi LAS


Kebutuhan LAB dapat dicari berdasarkan konsumsi LAS di Indonesia,
berikut table proyeksi konsumsi LAS di Indonesia.
Tabel 3. Proyeksi konsumsi LAS di Indonesia
Tahun Konsumsi
2007 188.078
2008 194.661
2009 260.243
2010 270.089
2011 285.981
Sumber: Indochemical (2007-2011)
6
Dari data pada Tabel 3. dapat dibuat regresi linier hubungan antara tahun
dengan konsumsi LAS di indonesia.

Gambar 1.2. Regresi linier hubungan antara tahun dengan konsumsi


LAS

Persamaan hasil regresi linier yang diperoleh yaitu :


Konsumsi (ton/tahun) = 27123x-5E+07 ...(2)
Dengan persamaan (1) diperoleh konsumsi LAS pada tahun 2018 sebesar
477.160 ton/tahun.

Dari data konsumsi LAS tahun 2018 dapat dicari kebutuhan LAB
berdasarkan konsumsi LAS, dengan bantuan neraca massa:
C12H25C6H5 C12H25C6H4SO3Na

BM = 246 348

Berdasarkan neraca massa untuk memperoleh 348 kg LAS dibutuhkan


246 kg LAB. Sehingga diperoleh kebutuhan LAB tahun 2018 sebesar
337.403 ton/tahun
Dari total kebutuhan tersebut baru terpenuhi 60.000 ton/tahun oleh PT.
Unggul Indah Cahaya, Tbk, Merak Propinsi Banten.
Dari dua pertimbangan di atas maka dipilih kapasitas prarancangan
pabrik LAB sebesar 100.000 ton/tahun.
7
F. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik sangat berpengaruh terhadap keberadaan suatu proyek industri
baik dari segi komersial maupun kemungkinan dimasa mendatang. Banyak
faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi pabrik. Pendirian
pabrik LAB direncanakan di Cilegon Banten. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi ini dari segi ekonomi dan operasi adalah:
1. Penyediaan bahan baku
Penyediaan bahan baku relatif mudah karena Benzene dan olefin dapat
diperoleh dari kawasan industri Cilegon, Banten.
2. Pemasaran
Produk pabrik ini merupakan bahan baku untuk pembuatan deterjen,
sehingga pemasarannya diharapkan tidak cuma pada pabrik deterjen
yang ada di pulau Jawa saja melainkan bisa diekspor, sehingga lokasi
pabrik dipilih dekat pelabuhan.
3 Utilitas
Utilitas yang diperlukan adalah air, bahan bakar dan listrik. Lokasi
pabrik yang akan didirikan dekat dengan sumber air, baik sumber air
yang minum dan cuci yang diperoleh dari Krakatau Steel maupun air
laut yang dipergunakan sebagai pendingin.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan modal utama pendirian suatu pabrik, dengan
didirikannya pabrik di kawasan industri Cilegon yang padat
penduduknya memungkinkan untuk memperoleh tenaga kerja dengan
mudah dan berkualitas
5. Transportasi
Lokasi pabrik harus mudah dicapai sehingga mudah dalam pengiriman
bahan baku dan penyaluran produk, terdapat transportasi yang lancar
baik darat dan laut. Letak pabrik LAB ini di tepi jalan raya antara
Cilegon dan pelabuhan Merak, sehingga akan mempermudah transportasi
lewat darat. Selain itu juga posisi pabrik di tepi pantai Selat Sunda,
sehingga memudahkan transportasi melaui laut khususnya untuk bahan
baku yang diimpor dan produk yang akan diekspor.
BAB II
DESKRIPSI PROSES

A. Jenis-jenis Proses
1. Proses dengan Menggunakan Bahan Baku Chloroparaffin
Proses dengan bahan baku chloroparaffin dan benzen merupakan proses
tertua. Katalis yang digunakan yaitu AlCl3 (Farn, 2006). Bahan baku
chloroparaffin dan benzen masuk reaktor bersama-sama dengan katalis
AlCl3. Reaksi yang terjadi :
C12H25Cl + C6H6 C12H25C6H5 + HCl

Produk keluar reaktor dipisahkan dalam settler. Katalis keluar settler


direcycle ke reaktor sedangkan hidrokarbon masuk ke menara distilasi
untuk memisahkan benzen dan parafin dari LAB. Proses ini menghasilkan
hasil samping HCl (Zoller, 2009). Kelemahan dari proses ini adalah reaksi
sulit dikontrol, banyak hasil samping, dan terdapat sisa katalis (Farn,
2006). Kualitas LAB yang rendah dan secara ekonomis inferior
dibandingkan dengan proses berbahan baku olefin menyebabkan di
seluruh dunia tinggal satu pabrik saja yang masih beroperasi berdasarkan
rute ini (Zoller, 2009)

2. Proses dengan Menggunakan Bahan baku olefin


Pada proses dengan bahan baku olefin terdapat tiga variasi proses dengan
katalis yang berbeda, yaitu :
a. Katalis HF
Bahan baku olefin dan benzen dimasukkan ke dalam reaktor pertama
pada suhu 50oC dan tekanan 400 psig. Reaksi yang terjadi pada fase
cair yaitu:
9

C12H24 + C6H6 C12H25C6H5


Kekuatan asam dijaga 80 – 90% HF. Produk keluar reaktor pertama
dipisahkan dengan settler. Fase asam keluar settler direcycle ke reaktor
pertama sedangkan fase hidrokarbon dimasukkan ke dalam reaktor
kedua dengan penambahan HF. Produk keluar reaktor kedua dipisahkan
dengan settler. Fase asam keluar settler direcycle ke reaktor kedua
sedangkan fase hidrokarbon dimasukkan ke dalam stripper untuk
menghilangkan HF. Produk hidrokarbon keluar stripper masuk ke
menara distilasi untuk memisahkan benzen dan parafin dari LAB.
Konversi dari proses ini sebesar 70% (Zoller, 2009). Kelebihan proses
ini yaitu katalis sangat efisien dan produk LAB kualitasnya sangat
bagus. Namun kekurangannya memerlukan peralatan dengan metalurgi
yang spesial agar tahan HF, perlu penanganan dan pengambilan
kembali HF yang digunakan. Hal ini menyebabkan biaya peralatan dan
operasional menjadi mahal (Spitz, 2004). Limbah HF juga berbahaya
bagi lingkungan (Lei, 2003)
b. Katalis AlCl3
Bahan baku benzen, olefin, dan katalis AlCl3 dimasukkan ke dalam
reaktor. Proses ini dilakukan pada tekanan 200-600 psig dan temperatur
100-250 oC. Konversi dari prses ini sebesar 50-70 % Produk keluar
dipisahkan dan direcycle ke reaktor. Produk hidrokarbon keluar settler
masuk ke menara distilasi untuk memisahkan benzen dan parafin dari
LAB (Zoller, 2009). Kekurangan proses ini adalah banyaknya hasil
samping dan teknologi yang sudah ketinggalan jaman (Spitz, 2004).
Limbah katalis AlCl3 juga berbahaya bagi lingkungan (Lei, 2003)
c. Proses Detal
Proses ini menggunakan katalis solid acid dengan reaktor fixed bed.
Bahan baku benzen dan olefin masuk reaktor pada fase cair. Kondisi
operasi reaktor yaitu suhu 100oC dan tekanan 200 psig. konversi yang
diperoleh dengan menggunakan proses ini sebesar 98 %(Kocal, 1999).
Produk keluar reaktor masuk ke menara distilasi untuk memisahkan
benzen dan parafin dari LAB (Zoller, 2009). Kelebihan proses ini yaitu
10

katalisnya sangat efisien, proses lebih sederhana dibandingkan yang


lain, aman dan mudah dioperasikan, tidak perlu bahan dengan metalurgi
khusus sehingga modal yang diperlukan lebih sedikit, tidak ada limbah
berbahaya, biaya perawatan rendah, kualitas LAB sangat bagus (Spitz,
2004).

B. Pemilihan Proses Bahan baku Benzen dan Olefin

1. Perbandingan proses
Berdasarkan ketiga proses tersebut, maka perbandingan proses

pembuatan LAB dapat dilihat seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan LAB

No PROSES
SIFAT AlCl3 Alkylation HF Detal Process
Alkylation

1 Bahan Baku Benzen dan olefin Olefin dan benzen dan


benzen olefin

2 Katalis AlCl3 HF solid acid

3 Temperatur 100–250oC 50oC 100oC

4 Tekanan 200–600 psig 400 psig 200 psig

5 Konversi 50–70% 70% 98%

Dari uraian keempat alternatif proses di atas maka dipilih proses Detal.
11

2. Potensial Ekonomi

Tabel 2.2 harga bahan baku dan produk

Bahan BM (kg/kmol) Harga (US $/kg)

Benzena 78 0,650

Olefin 168 1,050

LAB 247 1,950

Parafin 170 1,500

Proses Detal

Reaksi yang terjadi:

C12H24 + C6H6 C12H25C6H5


Olefin(A) Benzen(B) LAB(C)
Konversi (X) = 98 %

Reaktan pembatas : Olefin

Basis 1 kg produk ( LAB) = 4,049 x 10-3 kmol

NC = NC0 + NA0.X

4,049 x 10-3 kmol = (0 + NA0. 0.98) kmol

NA0 = (4,049 x 10-3/0,98) kmol

NA0 = 4,132 x 10-3 kmol

= 4,132 x 10-3 kmol x 168 kg/kmol

= 0,694 kg

NB0 =NA0 = 4,132 x 10-3 kmol

= 4,132 x 10-3 kmol x 78 kg/kmol

= 0,322 kg
12

Harga penjualan produk :

LAB = 1 kg x US $ 1,950/kg = US $ 1,950

Total harga penjualan = US $ 1,950

Biaya pembelian bahan baku :

Olefin = 0,694 kg x US $ 1,05/kg = US $ 0,729

Benzen = 0,322 kg x US $ 0,65/kg = US $ 0,209

Total harga pembelian bahan baku = US $ 0,938

Profit/keuntungan = harga jual produk – harga bahan baku

= US $ (1,950 – 0,938)

= US $ 1,012

C. Tinjauan Thermodinamika
Menurut tinjauan termodinamika, reaksi dapat diketahui bersifat
endotermis ataupun eksotermis dengan menghitung Perubahan entalpi karena
reaksi (Δ HºR). Perubahan entalpi reaksi ini dihitung menggunakan panas
pembentukan standar (Δ Hºf) pada suhu 298ºK dari reaktan dan produk
sebagai berikut :

Δ HºR = Δ Hºf produk - Δ Hºf reaktan


Δ GoR = -RT ln K
(Smith, 1970)
1) Menghitung Δ H°R
Δ H°R 298 = Δ H°f 298 C12H25C6H5 - Δ H° f 298 C12H24 - Δ H° f 298 C6H6
Tabel 2.1. Harga Δ Hºf 298 dan Δ Gºf 298 masing–masing komponen pada
keadaan standar.
Komponen Δ Hºf 298 (kJ/mol) Δ Gºf 298 (kJ/mol)
C6H6 82,93 129,66
C12H24 -165,35 137,90
C12H25C6H5 -178,70 211,79
( Yaws, 1999)
13

Δ H°R 298 = (-178,70)-(-165,35+82,93)


= -96,28 kJ/mol
Tanda negatif menunjukkan reaksi bersifat eksotermis.
Reaksi dijalankan pada suhu 100oC. Panas reaksi pada suhu reaktor
dicari dengan persamaan :
T
HR T  HR 298 K   ( (n
298
i Cp i ) produk   (n i Cp i ) reaktan )

Panas jenis cairan


Persamaan panas jenis (yaws, 1999):
Cp=A+BT+CT2+DT3

dimana : Cp = panas jenis cairan, kJ/kmol/K


T = Suhu gas, K
A, B, C, D = Tetapan
Data dari Yaws,1999

Senyawa A B C D
C6H6 -31,7 1,30E+00 -3,61E-03 3,82E-06
C12H24 129,2 1,58E+00 -4,05E-03 4,39E-06
C12H25C6H5 202,92 2,08E+00 -4,55E-03 4,20E-06
Perhitungan :
T

Senyawa
298
 Cp
C6H6 10685,69
C12H24 27703,32
C12H25C6H5 41030,12

Panas reaksi pada suhu reaktor:

HR 373 = -93,639 kJ/mol


2) Menghitung Δ G°reaksi dan K
Δ G°R 298 = Δ G° f 298 C12H25C6H5 + Δ G° f 298 C12H24 - Δ G° f 298

C6H6
= (211,79) - (137,90 + 129,66)
= -55,71 kJ/mol
14

Menurut Yaws (1999), bila Δ G°R lebih kecil dari 0 kjoule/mol


maka reaksi mudah terjadi.
Δ G°R = - R T ln K
-55,71 kJ/mol = -( 8,314 . 10-3 kJ/mol.K ) . (298 K) . Ln K
ln K = 22,97
K298 = 2,98.1022

Nilai K pada suhu reaksi dihitung dengan persamaan (Smith, 2001,


hal.459):

K 373 H R  1 1 
ln    
K 298 R  T373 T298 

K 373  93,639  1 1 
ln 22
 3 
 
2,98.10 8,314.10  373 298 

K298 = 1,486.1019

Nilai K yang sangat besar menunjukkan reaksi ireversible.

D. Uraian Proses

Secara garis besar, langkah proses pembuatan asam adipat dapat dibagi

menjadi 3 tahap utama :

1. Tahap Penyiapan Bahan Baku

Benzena dari tangki penyimpanan 101 (ST-101), olefin dari tangki

penyimpanan 102 (ST-102) dan aliran recycle dinaikan tekananya dengan

menggunakan pompa proses 101, 102 dan 304 (PP-101, PP-102 dan PP-

304) hingga 5,3 atm agar sesuai untuk kondisi reaktor, lalu dicampur

dalam mix point 101 (MP-101). Keluaran mix point 101 di panaskan
15

terlebih dahulu oleh heater 101 (HE-101) agar sesuai dengan kondisi

proses di dalam reaktor yaitu hingga 100oC.

2. Tahap Reaksi Pembentukan Linier Alkil Benzena

Setelah dipanaskan di HE-101 campuran cairan umpan direaksikan di

dalam reaktor 201 (RE-201).

Reaksi pembentukan linier alkil benzena berlangsung dalam reaktor fixed bed

multitubular pada tekanan 5,3 atm, suhu 100°C dan perbandingan benzen :

olefin = 10:1 untuk mendapatkan konversi sebesar 98 %(Kocal, 1999). Reaksi

yang terjadi:

C12H24 + C6H6 C12H25C6H5

Reaksi tersebut juga menghasilkan hasil samping berupa asam glutarat dan

sikloheksanol, karena adanya katalis kobalt asetat dan inisiator

sikloheksanon. Reaksi yang terjadi :

Reaksi utama :

C6H12(l) + 5/2 O2(g) C6H10O4(l) + H2O(l)

Produk reaktor selanjutnya diturunkan tekanannya menjadi 1 atm,

kemudian diumpankan ke menara destilasi 301 (MD-301).

3. Tahap Pemurnian Produk

Produk keluar reaktor masuk ke menara distilasi (MD-01) untuk

memisahkan benzen dan olefin dari parafin dan linier alkil benzena.

Benzen dan olefin keluar sebagai hasil atas MD-301 selanjutnya

direcycle sedangkan parafin dan LAB keluar sebagai hasil bawah MD-

You might also like