Jurnal Cindy Loho
Jurnal Cindy Loho
ABSTRACT
Motorboats on Lake Toba use wood as the main material. The construction of boats is used to b done traditionally
using the hand lay-up method by the people around the lake. The lack of awareness of ship safety causes there are
still ship safety problems on Lake Toba which are often neglected including construction conditions, dimensions,
main stability of the ship, and the unavailability of safety equipment on board. The absence of shipbuilding
documents couses ship construction not to comply with the measurement rules. The research is aimed at
implementing the dimensions and construction according of the rules of the Indonesian Classification Bureau,
determining the stability criteria for small ships against the rolling period test, compliance with safety equipment
and shipworthiness, and is required to have a ship’s national certificate and sign. This research uses literature
and analysis based on primary data, including dimensions and construction of the ship, loading, testing the ship’s
tilt or tilt in an oscillating state and not operating, and ship safety equipment. This research uses the method of
measuring and shaking test based on the regulations of the Indonesian Classification Bureau, and the Regulations
of the Director General on Land Transportation to determine the existing size of the regulations and determine
the main stability characteristics of the ship. The results of the anaysis carried out show that there is a difference
in the main size of the ship that does not meet he regulations of the Indonesian Classification Bureau and the
results of the feasibility analysis that have not been fulfilled on board the ship in accordance with the safety
regulations.
Keywords: Motor Shipworthiness, Small Ship Stability, Ship Safety Equipment.
ABSTRAK
Kapal Motor di Danau Toba menggunakan material utama kayu. Pembangunan kapal selama ini terbiasa
dilakukan secara tradisional menggunakan metode hand lay-up oleh masyarakat di sekitar danau. Minimnya
kesadaran terhadap keselamatan kapal menyebabkan masih terdapat permasalahan keselamatan kapal di Danau
Toba yang sering terabaikan meliputi kondisi konstruksi, dimensi, stabilitas utama kapal, serta belum
terpenuhinya alat keselamatan di atas kapal. Tidak adanya dokumen pembangunan kapal menyebabkan konstruksi
kapal tidak sesuai aturan pengukuran. Penelitian ditujukan untuk mengimplementasi dimensi dan konstruksi
sesuai aturan Biro Klasifikasi Indonesia, menentukan kriteria stabilitas kapal kecil terhadap uji oleng, pemenuhan
alat keselamatan dan kelaikan kapal, serta wajib memiliki surat dan tanda kebangsaan kapal. Penelitian
menggunakan literatur dan analisis berdasarkan data primer, meliputi dimensi dan konstruksi kapal, pemuatan,
uji coba oleng atau kemiringan kapal dalam keadaan osilasi dan tidak beroperasi, dan alat keselamatan kapal.
Penelitian menggunakan metode pengukuran dan uji oleng berdasarkan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia dan
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat untuk mengetahui besaran ukuran eksisting terhadap peraturan
dan menentukan karakteristik stabilitas utama kapal. Hasil analisis yang dilakukan menunjukan terdapat selisih
ukuran utama kapal yang belum memenuhi peraturan Biro Klasifikasi Indonesia serta hasil analisis kelaikan yang
belum terpenuhi di atas kapal sesuai dengan peraturan keselamatan.
Kata Kunci: Kelaikan Kapal Motor, Stabilitas Kapal Kecil, Alat Keselamatan Kapal.
I. Pendahuluan
Danau Toba sebagai salah satu kebanggaan masyarakat batak. Berperan sebagai sumber air, ekosistem
danau, perikanan, pengairan, pariwisata, sejarah, dan sentral alur pelayaran danau (Kurniawan &
Siahaan, 2021). Kapal Motor sebagai salah satu sarana moda angkutan di Danau Toba yang beroperasi
dari suatu titik pelabuhan menuju titik lainnya dalam suatu lintasan dengan tenaga penggerak (Hidayat
et al., 2019). Danau Toba melalui angkutan danau sebagai sarana dan pelabuhan sebagai prasarana
penghubung antar kabupaten (Siahaan & Hutajulu, 2018). Pembangunan kapal dilakukan secara
tradisional oleh masyarakat di sekitar danau dengan secara turun-temurun sebagai warisan.
Pembangunan tidak dikerjakan berdasarkan pengukuran ilmiah, tetapi dengan cara menakar berdasarkan
besar daya angkut yang diletakan ke atas kapal (Manik & Hadi, 2008).
Pentingnya Kapal Motor sebagai penggerak ekonomi, sehingga dalam pengoperasiannya harus
dilakukan secara selamat, aman, lancar, teratur, nyaman, dan efisien. Kendati demikian, hal tersebut
nyatanya masih belum terpenuhi, sehingga mengartikan kurangnya perhatian terhadap Kapal Motor
sebagai salah satu angkutan perairan nasional (Malisan & Jinca, 2019). Di sisi keselamatan, awak kapal
merupakan peranan penting, sebab itu awak kapal diharuskan mampu melayarkan angkutan perairan
dan muatan dalam kondisi aman dan selamat dari pelabuhan awal ke tujuan (Malisan, 2013). Suatu kapal
wajib memiliki kebangsaan agar negara pengampuh dapat membela kapal tersebut. Status hukum kapal
tidak hanya berbendera, tetapi termasuk surat kebangsaan yang dibawa nakhoda (Tegoeh, 2020).
Dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pada Pasal 1 ayat (3) bahwa angkutan
di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan
menggunakan kapal. Lebih lanjut diatur dalam Pasal 1 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2010 tentang Angkutan di Perairan juncto Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sugai dan Danau bahwa Angkutan Sungai dan
Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk,
rawa, anjir, kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan yang
diselenggarakan oleh pengusaha angkutan sugai dan danau. Pada Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sugai dan Danau yang
diaksud dengan kapal sungai dan danau adalah kapal yang dilengkapi dengan alat penggerak motor atau
bukan motor yang digunakan untuk angkutan sungai dan danau.
Bersumber pada BPTD Wilayah II Provinsi Sumatera Utara, permasalahan keselamatan kapal meliputi
kondisi konstruksi kapal, kelaikan kapal, tidak terpenuhinya alat keselamatan, pemuatan, status hukum
kapal, tanda dan kebangsaan kapal. Penelitian ini mengidentifikasi masalah tersebut menjadi tiga
rumusan masalah sebagai analisis meliputi dimensi dan konstruksi kapal sebagai aspek keselamatan,
kriteria stabilitas kapal kecil melalui pengujian oleng (rolling period test), dan pemenuhan alat
keselamatan di atas kapal sebagai persyaratan kelaikan kapal sebelum diizinkan berlayar. Tujuan
penelitian ini untuk mengimplementasikan dimensi dan konstruksi kapal yang tidak diukur dan diajukan
kepada Ditkapel agar memenuhi aturan sesuai peraturan Biro Klasifikasi Indonesia, dapat menentukan
kriteria stabilitas kapal kecil dikarenakan tidak adanya uji coba terkait stabilitas utama kapal, dan
pemenuhan alat keselamatan serta status hukum kapal.
Dikarenakan LOA kapal hampir sama, maka diambil LOA 17 meter dengan GT 44 seperti pada Gambar
1 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 2, didapati terdapat selisih sebesar 20 s.d. 80 mm. Hal tersebut tentu berdampak
buruk apabila kapal membawa muatan berlebih dan faktor eksternal. Dengan literatur terkait, dilakukan
estimasi perhitungan dimensi kapal yang memenuhi aturan BKI dengan ukuran awal kapal seperti pada
Tabel 3 di bawah ini dengan displacement yang lebih besar dapat menampung muatan.
Tabel 3.
Perhitungan Ukuran Awal Kapal
LOA LBP LWL T B H Geladak
20 m 16 m 16,32 m 0,80 m 5,50 m 2,20 m 2
Sumber: Penulis, 2021.
Berdasarkan Tabel 3 dilakukan perhitungan dan didapatkan nilai volume displacement sebesar
88 m3 dan berat displacement sebesar 88,79 ton.
Dari kondisi dimensi eksisting KM Tio 14 seperti pada Tabel 1, dilakukan pemodelan untuk
mengetahui body plan, plan, dan profile kapal tersebut dengan ukuran utama, koefisien bentuk
utama, dan perhitungan GT kapal sebagai berikut.
Tabel 4.
Pengukuran Dimensi Kapal Motor
NO Pengukuran Utama Koefisien Bentuk Utama Rekapitulasi
1 Length Over All (LOA) Koefisien Balok (Cb) = 0,70 (air tawar) L x (B/3) + H
= L1 + L2 = 33,29 meter
= 17 meter
2 Length Between Perpendicullar (LBP) Koefisien Bidang Garis Air (Cw) (B/3) + H
= 15,5 meter = 0,80 = 3,96 meter
3 Breadth (B) Koefisien Penampang Tengah (Cm) = L/H
= 5,50 meter 0,83 =7,98 meter
4 Draft (T) Koefisien Prismatik (Cp) = 0,84
= 0,60 meter
5 Height (H)
= 2,13 meter
6 Length of Water Line (LWL)
= 15,81 meter
7 Volume Displacement = 56,10 m3
8 Berat Displacement = 56,60 ton
Sumber: Penulis, 2021.
Tabel 5.
Perhitungan Gross Tonnage (GT)
NO GT
Geladak Utama (V1) Geladak (V2)
1 LDL = 16,62 meter p = 10 meter
2 Breadth (B) = 5,50 meter l = 3,60 meter
3 Draft (T) =1,66 meter t = 2,00 meter
4 Koefisien Blok (Cb) = 0,70
0,25 x (V1 + V2) = 44 GT
Sumber: Penulis, 2021.
Setelah didapatkan perhitungan pada Tabel 4 dan 5, dilakukan pemodelan dengan menggunakan
software Maxsurf dengan hasil pada Gambar 2, 3, dan 4 berikut.
Metode Uji Coba (Rolling Period Test) dalam menentukan nilai stabilitas utama mengggunakan nilai
rata-rata periode oleng (Tr), lebar kapal (B), dan Faktor (F) bernilai 0,88 sesuai dengan karakteristik
kapal seperti pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6.
Dimensi KM Jeremi Dinamala
LOA LBP T B H Kecepatan Tonase Material
22,5 m 19 m 0,60 m 3,80 m 2,60 m 12 knot 35 GT Kayu dan Besi
Sumber: Penulis, 2021.
Berdasarkan literatur Germanischer LLOYD pada Pedoman Petunjuk Pengujian Kemiringan dan
Periode Oleng Kapal 2003 Biro Klasifikasi Indonesia titik GM harus lebih besar dari 0,35 meter.
Menentukan nilai GM dengan perhitungan sebagai berikut.
(𝐹𝑥𝐵)2
𝐺𝑀 =
𝑇𝑟
(0,88 𝑥 3,80)2
𝐺𝑀 =
5,48
𝐺𝑀 = 0,57 𝑚
Uji coba diawali dengan memiringkan kapal, dikarenakan kapal dengan panjang 22,50 meter sehingga
membutuhkan power yang besar dengan menempatkan delapan orang pada salah satu sisi kapal yang
telah ditandai batas oleng maksimum sebesar 64,28 cm. Dilakukan enam kali pengujian dalam setiap 4
kali oleng dengan hasil seperti pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6.
Waktu Periode Oleng
Uji Coba Jumlah Oleng Periode Oleng (detik)
1 4 22,95
2 4 22,81
3 4 22,95
4 4 23,80
5 4 23,88
6 4 23,96
Jumlah Periode Oleng (T) 140,35
Periode Oleng Rata-rata (Tr) 5,84
Sumber: Penulis, 2021.
Dari hasil tersebut, didapatkan jumlah periode oleng (T) sebesar 140,35 dan periode oleng rata-rata (Tr)
sebesar 5,84. Setelah diakurasi dengan nilai GM, maka hasil perhitungan sama dengan besaran GM 0,57
m. Hal ini diartikan bahwa nilai GM terhadap kriteria stabilitas kapal kecil masih memenuhi dikarenakan
lebih besari dari 0,35 meter. Namun demikian, hal tersebut harus disesuaikan dengan berat muatan yang
diangkut ke atas kapal agar tidak berlebihan, karena apabila dalam pelayaran akan ada faktor eksternal
yang juga memepengaruhi stabilitas kapal.
C. Kelaikan Kapal
Kendala utama yang menjadi penyebab belum memadainya alat keselamatan di atas Kapal Motor adalah
biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi alat keselamatan tidak seimbang dengan biaya pendapatan
kapal. Pemenuhan alat keselamatan kapal jelas harus mengikuti peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor: KP.3424/AP.402/DRJD/2020 tentang Kapal Sungai dan Danau pada Pasal
5 ayat (2) meliputi material, konstruksi, permesinan dan kelistrikan, stabilitas, dan tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong, radio dan elektronika kapal sesuai tabel berikut.
Tabel 7.
Peralatan Navigasi
Jenis Perlengkapan Batasan GT / Ketentuan
Navigasi Panjang Kapal
Pedoman Magnet GT > 35 Wajib dilengkapi dengan 1 unit
pedoman magnet dan tambahan
1 unit mangkuk pedoman
magnet cadangan yang siap
digunakan setiap saat.
GT 7 s.d. 35 Wajib dilengkapi dengan 1 unit
pedoman magnet
GT < 7 Minimal menggunakan
pedoman magnet tangan
GPS GT 35 Wajib dilengkapi
AIS GT 35 Wajib dilengkapi
Echo Sounder GT 35 Wajib dilengkapi
Sumber: Perdirjen Hubdat, Kapal Sungai dan Danau, 2020.
Tabel 8.
Peralatan Komunikasi
Jenis Alat Komunikasi Batasan GT / Panjang Ketentuan
Kapal
Radio VHF GT 7 1 unit
Public Adressor GT 35 1 unit
Alat Komunikasi GT < 7 1 unit
Sederhana (Telepon
Seluler atau Handy Talky)
Sumber: Perdirjen Hubdat, Kapal Sungai dan Danau, 2020.
Tabel 9.
Perlengkapan Keselamatan
Jenis Perlengkapan Ukuran Kapal Ketentuan
Keselamatan
Pelampung penolong GT < 7 Alat pelampung sederhana
GT 7 s.d. 35 Total 1 unit dilengkapi
dengan tali apung
GT 35 s.d. 100 Total 6 unit, 2 unit
dilengkapi dengan tali
apung
GT > 100 Total 6 unit, 3 dilengkapi
dengan lampu yang dapat
menyala sendiri dan 2 unit
dilengkapi dengan tali
apung
Baju penolong GT < 7 1 unit
Tali buangan 30 m GT 35 2 unit
Rocket Parachute GT 35 1 unit
Peluit Semua Ukuran 1 unit
Sumber: Perdirjen Hubdat, Kapal Sungai dan Danau, 2020.
Tabel 10.
Peralatan Pemadam Kebakaran
Jenis Pemadam Ukuran Kapal Ketentuan
Kebakaran
Portable Dry Powder ( GT 35 1 unit
4,5 kg)
Portable Foam (4,5 kg) GT 35 1 unit
Fire Bucket GT < 7 1 unit
GT 7 s.d. 35 2 unit
GT 35 4 unit
Sumber: Perdirjen Hubdat, Kapal Sungai dan Danau, 2020.
Selain dari pemenuhan alat keselamatan, kapal motor yang beroperasi di Danau Toba harus memenuhi
dan memiliki status hukum kapal sebagai legalitas meliputi proses pengukuran serta pendaftaran dan
tanda kebangsaan kapal. Legalitas inilah yang sah diperuntukan untuk kapal non konvensi di perairan
Indonesia. Di perairan Danau Toba sendiri, masih banyak kapal motor yang belum memiki status hukum
kapal dikarenakan pembangunan awal tanpa melalui pengukuran dan desain gambar sehingga tidak
adanya dokumen pembangunan tersebut.
Dalam Standar Kapal Non Konvensi (Non Convention Vessel Standard) Berbendera Indonesia,
dijelaskan bahwa standar kapal termasuk salah satunya pengukuran kapal yang dievaluasi, dibina, dan
diawasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Namun, setelah disahkan regulasi Direktur Jenderal
Perhubungan Darat pada tanggal 30 Juni 2020, pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh Perhubungan
Darat. Adapun kriteria status hukum kapal dijelaskan seperti pada Gambar 6 di bawah ini.
METODE
AHLI UKUR KAPAL
PENGUKURAN
• MENGELUARKAN • METODE DALAM
DAFTAR UKUR NEGERI
SEBAGAI DASAR • METODE
PENERBITAN INTERNATIONAL
SURAT UKUR
PENGUKURAN
STATUS HUKUM
HIPOTEK KAPAL
PENDAFTARAN HAK
UNTUK KAPAL LEBIH
MILIK KAPAL
KAPAL
DARI GT 7
PENDAFTARAN
KAPAL • GROSS AKTE KAPAL • AKTE HIPOTEK
GT 7 KEATAS • BALIKNAMA HIPOTEK
• BALIK NAMA HAK • PENCORETAN
MILIK KAPAL
TANDA KEBANGSAAN • PENGHAPUSAN
KAPAL
TANDA KEBANGSAAN KAPAL
• PAS SUNGAI DAN DANAU
IV. Kesimpulan
1. Dengan menggunakan literatur dari Undang-Undang, Peraturan Menteri, Peraturan Dirjen Hubdat,
dan Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia tentang kapal sungai dan danau terkait dimensi,
konstruksi, uji oleng, dan kelaikan kapal didapatkan bahwa Kapal Motor di perairan Danau Toba
masih belum memenuhi kelaikan dan keselamatan.
2. Pembangunan kapal masih dilakukan dengan metode hand lay-up, sehingga tidak ada desain
gambar kapal dan pengujian stabilitas. Penggunaan material kayu umumnya menggunakan kayu
jior dan kayu ingul.
3. Hasil konstruksi dan dimensi kapal GT 44 (KM Tio 14) di Danau Toba dengan BKI memiliki selisih
sebanyak 20 s.d. 80 mm.
4. Berat muatan Kapal GT 44 (KM Tio 14) adalah 7,18 ton. Berat kapal kosong adalah sebesar 8,50
ton, sehingga jumlah total berat kapal seluruhnya yang terangkut adalah 15,68 ton.
5. Dengan dilakukannya uji oleng (rolling period test) dalam keadaan osilasi didapat bahwa stabilitas
kapal motor dengan panjang di atas di bawah 24 meter dalam keadaan baik di titik GM dengan nilai
0,57 meter.
6. Setelah dilakukan pemeriksaan alat keselamatan kapal, hampir semua kapal belum memenuhi
jumlah alat keselamatan dengan jumlah penumpang yang diangkut. Selain itu, belum adanya
dokumen kapal yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai legalitas untuk
pendaftaran dan kebangsaan kapal sungai danau.
V. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi dari Ahli Ukur dan Marine Inspector dari Balai Pengelola Transportasi
Darat Wilayah II Provinsi Sumatera Utara terutama kepada kepala tukang pembangunan kapal
motor di galangan tradisional terkait perancangan desain gambar kapal dan pengujian stabilitas.
2. Pengangkutan muatan sebelum kapal berlayar perlu diperhatikan sehingga letak titik berat (KG)
kapal tidak menjadi salah satu penyebab kecelakaan terutama ketika keadaan gelombang dan cuaca
yang tiba-tiba tidak baik saat saat kapal berlayar.
3. Perlu adanya perbantuan pemerintah setempat untuk estafet memenuhi alat keselamatan dan
pengurusan dokumen kapal sehingga penegakan hukum terhadap kapal yang masih belum
memperhatikan keselamatan agar dapat ditindak secara tegas dan resmi.
4. Dinas Perhubungan daerah kabupaten di kawasan Danau Toba agar lebih memperhatikan dermaga
sandar kapal motor yang tidak sesuai dengan sarat tinggi air agar menghindari terjadinya gagal
muat kendaraan roda dua ke atas kapal.
5. Dinas Perhubungan daerah kabupaten di kawasan Danau Toba agar lebih melakukan penertiban
manifes penumpang dan kendaraan sebelum kapal berangkat dan memastikan jumlah penumpang
dan kendaraan sesuai.
6. Perlunya pemasangan kompas, gps, dan radio komunikasi pelayaran secara merata guna
meminimalisir apabila tiba-tiba terjadi cuaca buruk atau gelombang tinggi pada saat berlayar untuk
mengetahui posisi dan koordinat kapal.
Daftar Pustaka
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran. Jakarta: Kementerian Perhubungan.
Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan. Jakarta.
[Kemenhub RI] Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau. Jakarta (ID):
Kemenhub RI.
Hidayat, M. I., Danilwan, Y., Kesuma, N., Sutria, Y., & Telaoembanoea, F. (2019). IMPLEMENTASI
PENGGUNAAN PERALATAN KESELAMATAN PELAYARAN KAWASAN DANAU
TOBA. Jurdimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Royal, 2(1), 33–38.
Kurniawan, A., & Siahaan, W. J. (2021). Traditional Ship Stability Evaluation in Toba Lake. KnE Social
Sciences, 415–431.
Malisan, J. (2013). Kajian Pengawakan Kapal Tonase Kurang Dari GT 7 Pada Wilayah Perairan
Pedalaman Dalam Meningkatkan Keselamatan Pelayaran, Studi Kasus: Sampit. Warta Penelitian
Perhubungan, 25(1). https://doi.org/10.25104/warlit.v25i1.700.
Malisan, J., & Jinca, M. Y. (2019). Kajian Strategi Peningkatan Keselamatan Pelayaran Kapal-Kapal
Tradisional. Warta Penelitian Perhubungan, 24(3). https://doi.org/10.25104/warlit.v24i3.1008.
Manik, P., & Hadi, E. S. (2008). Studi Hull Form Kapal Barang-Penumpang Tradisional Di Danau Toba
Sumatera Utara. KAPAL: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kelautan, 5(3), 159–164.
Siahaan, N. M., & Hutajulu, N. R. E. (2018). Studi Pintu Masuk Utama Dermaga Pelabuhan Danau
Terhadap Kenyamanan Penumpang Studi Kasus: Pelabuhan Ajibata, Danau Toba. Talenta
Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA), 1(2).
https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i2.212.
Tegoeh, H. F. (2020). Pemberian Status Hukum Terhadap Kapal Yang Berkebangsaan Indonesia. Jurnal
Ilmu Hukum.