649-Dokumen Artikel Utama-2072-2-10-20200716
649-Dokumen Artikel Utama-2072-2-10-20200716
e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v6i1.649
©Komisi Pemberantasan Korupsi
Abstract
At schools, campuses, or class-based courses, anti-corruption education seems to focus mainly
on transferring theoretical knowledge that is included into various subjects. As such, anti-
corruption contents and behaviors might not be substantially addressed across courses.
Consequently, student acquisition of anti-corruption knowledge and behaviors are not properly
assessed. Drawing on literature review method, this article examines such reports that are based
on critical pedagogy. It found that critical pedagogy is relevant to bring anti-corruption
learning practices into real action against corruption. Therefore, by employing critical
pedagogy perspective, the learning practice will build students’ critical consciousness about the
disadvantages and losses caused by corruption and how they should take into action against it
properly. Based on the principles of stand-point theory, democratic attitude, contextuality, and
action-oriented outlook, critical pedagogy can work as a guide for the anti-corruption education
program and it could be organized collaboratively by engaging many stakeholders (inside and
outside the schools) and using a cross-curricular approach.
Abstrak
Pendidikan antikorupsi selama ini tampak berjalan sebatas teoretis yang dipelajari dalam
beberapa mata pelajaran di sekolah, perguruan tinggi, atau program-program khusus
tertentu. Orientasi praktik pendidikan antikorupsi belum sampai pada membelajarkan
sungguh-sungguh bagaimana siswa harus bersikap dalam menolak praktik korupsi dan
sistem yang toleran terhadap perilaku korup. Artikel ini menggunakan metode telaah pustaka
mengacu pada beberapa laporan mengenai praktik Pendidikan Antikorupsi yang
mendasarkan pada pedagogi kritis. Dalam hal ini pedagogi kritis layak dihadirkan sebagai
perspektif kritis pendidikan yang mendorong pembelajaran, siswa, dan juga guru serta
sekolah untuk membelajarkan nilai-nilai antikorupsi hingga pada sikap dan aksi antikorupsi.
Melalui perspektif pedagogi kritis pembelajaran diarahkan untuk membangun kesadaran
kritis siswa mengenai kerugian akibat korupsi dan bagaimana seharusnya mereka bersikap
dan bertindak. Teori sudut pandang, demokrasi, kontekstual, dan sikap atau tindakan riil
menjadi pegangan pembelajaran yang dapat dilakukan secara lintas kurikulum dan
kolaborasi melibatkan banyak pihak.
15
Edi Subkhan
16
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
disiplin, keadilan, kerja keras, dan sesuai dengan fakta bahwa kasus korupsi
keberanian. Fokus pembelajaran di kelas juga banyak terjadi di sekolah. Sekian
agar nilai-nilai tersebut dapat banyak oknum guru dan/atau pimpinan
terinternalisasi dalam sikap, perilaku, dan sekolah terbukti melakukan tindak
karakter siswa, akan menjadikan siswa korupsi. Dalam penelusuran
lebih fokus pada nilai-nilai tersebut, Darmaningtyas (2008) sejak awal 2000
namun justru menjauhkan dari sikap dan praktik pungutan liar, korupsi dana
tindakan antikorupsi langsung. Siswa yang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
jujur dan sederhana misalnya, ketika sejenisnya banyak dilakukan di lingkup
mereka masuk dalam dunia kerja tentu sekolah. Praktik korupsi tersebut tampak
akan mencegah mereka melakukan belum mereda hingga beberapa tahun
praktik korupsi. Namun, yang dibutuhkan terakhir. KPK bahkan menyatakan bahwa
untuk kejahatan luar biasa (extra ordinary korupsi justru paling banyak ditemukan di
crime) seperti korupsi tidak hanya butuh sektor pendidikan, walau tidak semuanya
individu yang tidak korup, melainkan dilakukan di lingkup sekolah atau kampus
gerakan melawan korupsi. Dengan kata (“KPK Temukan Korupsi,” 2018). Mengacu
lain, tidak hanya perlu gerakan kultural, pada data dari Indonesian Corruption
melainkan juga struktural yang ideologis Watch (ICW), Marthunis (2019) bahkan
dan politis (Gerakan Antikorupsi, 2004). mengatakan bahwa kondisi korupsi dana
Sebagai gerakan tentu akan lebih tepat pendidikan sudah gawat darurat. Artinya,
sasaran ketika siswa diajak langsung ketika pendidikan antikorupsi
untuk menjadi bagian dari kader mengandaikan sekolah sudah baik,
antikorupsi yang paham apa itu korupsi sejatinya hal itu tidak sesuai fakta, dan
dan bagaimana melawannya. konsekuensinya guru dan pimpinan
Kedua, tidak mengantisipasi potensi sekolah dulu yang harus lulus pendidikan
dan kemungkinan bahwa guru, sekolah, antikorupsi, alias harus bersih tidak
keluarga, dan bahkan lingkungan korupsi.
masyarakat justru melakukan tindak Modul-modul pembelajaran
korupsi. Pada panduan-panduan tersebut antikorupsi tersebut seolah menghindar
yang ditekankan adalah pengkondisian dari fakta korupsi juga terjadi di
agar nilai-nilai antikorupsi terinternalisasi lingkungan pendidikan, termasuk sekolah
di dalam diri siswa, caranya: guru harus dan kampus. Belum tampak adanya
jadi teladan, segenap warga sekolah, orientasi pembelajaran yang setidaknya
keluarga, dan masyarakat harus jadi akan dapat membawa siswa menyadari
lingkungan yang baik yang menunjukkan potensi dan praktik korupsi di sekolahnya,
terimplementasikannya nilai-nilai apa dan berapa kerugian yang menimpa
antikorupsi. Pembelajaran yang tidak siswa, dan bagaimana harus bersikap
langsung pada soal korupsi akan tegas melawan praktik korupsi tersebut.
membiaskan/mendistraksi fokus belajar Sayangnya disorientasi pendidikan dan
siswa (sebenarnya mau belajar apa), pembelajaran antikorupsi di lingkungan
penekanan pada pengkondisian juga akan pendidikan tersebut belum atau bahkan
menjadikan siswa tampak dilihat sebagai tidak banyak yang mengkritik.
objek belajar yang pasif saja. Beberapa kajian yang menyasar
Di sisi lain, pengandaian bahwa konsep dan praktik pendidikan
guru, sekolah, keluarga, dan masyarakat antikorupsi di jenjang pendidikan dasar
pasti dapat menjadi lingkungan belajar dan menengah tidak tampak telaah
nilai-nilai antikorupsi bagi siswa tidak kritisnya. Misalnya yang dilakukan oleh
17
Edi Subkhan
18
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
19
Edi Subkhan
20
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
21
Edi Subkhan
menjauhkan skenario pembelajaran dari sosial. Apa yang telah diinisiasi oleh Freire
belajar hal yang mengawang-awang atau ketika mendampingi para petani di Brasil
sekadar teori-teori belaka, serta lebih melalui pendidikan jelas tidak sekadar
berupaya menjadikan pokok bahasan mengarahkan para petani untuk dapat
bukan sekadar dibahas sebagai bidang membaca, menulis, dan berhitung,
ilmu pengetahuan, melainkan punya akar melainkan mampu berdaulat atas dirinya
kontekstual yang jelas. sendiri dan menggunakan literasi mereka
Pendidikan antikorupsi akan (baca, tulis, hitung) sebagai alat untuk
tumpul—dan sebagaimana kritik di bagian memberdayakan diri, melawan
awal/pendahuluan artikel ini—dan penindasan, dan memperjuangkan
sekadar berputar-putar pada nilai-nilai, keadilan sosial (Freire, 1984, 2005).
norma, dan moralitas yang absurd ketika Orientasi pada tindakan riil ini menjadikan
pembelajarannya tidak kontekstual. pendidikan tidak sekadar menganggap
Dikatakan absurd karena menjadikan bahwa pembelajaran merupakan proses
upaya siswa mengenali dan melawan memberi bekal bagi siswa untuk dapat
perilaku korupsi di sekitarnya menjadi berbuat sesuatu kelak ketika lulus dan
bias atau terdistraksi pada pengutamaan menjadi bagian dari masyarakat,
atau pemfokusan siswa untuk menjadi melainkan melihat dan memposisikan
pribadi yang jujur, disiplin, adil, dan praksis pendidikan itu sendiri sebagai alat
sejenisnya. Siswa akan merasa tidak ada perubahan—tanpa harus menunggu siswa
gunanya belajar nilai-nilai antikorupsi di lulus. Orientasi ini penting sebagaimana
kelas, ketika potensi praktik korupsi yang pengalaman Freire bahwa kesadaran kritis
mungkin terjadi di sekolahnya atau yang muncul pada diri siswa tidak
lingkungan terdekat mereka lainnya tak otomatis menjadi gerak perubahan sosial
menjadi objek bahasan. Panduan-panduan (Au, 2012; Freire, 1982, 1984, 2005).
yang dikembangkan oleh KPK maupun Selain punya akar dalam tradisi
Kementerian Pendidikan (Farid & pedagogi kritis, upaya pembelajaran yang
Hasanudin, 2017b, 2017d, 2017c, 2017a; mengarahkan pada perlunya belajar
Puspito et al., 2011) memang tampak tidak sampai pada melakukan hal yang riil ini
tegas soal ini. Alhasil, ketika siswa belajar juga punya dasar teoretis pada
nilai-nilai antikorupsi di kelas namun tidak pendekatan pembelajaran berbasis
diperkenankan untuk mempertanyakan pengalaman (experiential learning) (Kolb
soal anggaran sekolahnya misalnya, maka & Kolb, 2009) dan belajar sembari
siswa akan meremehkan pembelajaran melakukan (learning by doing) yang
tersebut. Dalam jangka panjang—dan hal akarnya sampai pada pemikiran Dewey
ini yang paling berbahaya—mereka akan (1966). Secara garis besar intinya jika
belajar bahwa belajar nilai-nilai dikaitkan dengan pendidikan antikorupsi
antikorupsi di sekolah sejatinya hanya adalah: belajar nilai-nilai antikorupsi
formalitas belaka. Hanya belajar nilai-nilai harus sampai pada sikap dan tindakan
kejujuran, kedisiplinan, dan sejenisnya antikorupsi. Bukan sekadar mengarahkan
tapi tidak mengaitkan langsung dengan siswa jujur, disiplin, dan beberapa nilai
kasus korupsi yang mungkin terjadi di lain yang dirumuskan oleh KPK dan
lingkungan terdekatnya. Kementerian Pendidikan, melainkan
Keempat, mengarahkan pada sikap langsung pada sikap dan tindakan tidak
atau tindakan riil. Pedagogi kritis selalu melakukan korupsi dan berani melawan
mengarahkan praktik pendidikan sebagai praktik korupsi. Ketika dihadapkan pada
alat untuk dapat mendorong perubahan potensi dan praktik korupsi oleh oknum
22
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
23
Edi Subkhan
untuk memberikan pengalaman riil soal peran dalam memperjuangkan hak. Hal
pengelolaan anggaran daerah (Haetami et yang tidak diduga-duga justru muncul,
al., 2019, pp. 9–21). yakni anak-anak melakukan demonstrasi
Pembelajaran berprespektif sungguhan meminta Kepala Sekolah
pedagogi kritis yang dilakukan oleh dipecat. Pasalnya, menurut anak-anak,
Haetami terlihat lebih potensial mereka telah diminta sumbangan Rp.
menjadikan siswa mengenali betul potensi 60.000,- per siswa untuk komputer,
korupsi yang dapat terjadi dalam namun tidak ada wujudnya (Wisudo, 2017,
kehidupan sehari-hari mereka. Mereka pp. 68–75).
menjadi lebih tahu ada potensi korupsi Fragmen kedua ini bergerak lebih
dalam program PKH, alokasi dana APBD, jauh dengan menjadikan sekolah tempat
dan sejenisnya. Coba bandingkan misal siswa belajar sendiri sebagai lokus atau
siswa sekadar belajar di kelas mengenai sasaran belajar. Hal ini merupakan
nilai-nilai antikorupsi dalam bentuk Langkah yang lebih berani ketimbang arah
kedisiplinan, tanggung jawab, tidak dari panduan pembelajaran antikorupsi
mencontek, tidak plagiat, dan sejenisnya, yang selama ini beredar dari pemerintah
maka otomatis mereka akan terfokuskan dan KPK. Dengan mengajak siswa
pada pada upaya internalisasi nilai-nilai melakukan refleksi kritis atas
tersebut dalam diri mereka. Dominasi kemungkinan potensi korupsi di
orientasi pembelajaran antikorupsi lingkungan tempat mereka belajar, siswa
selama ini yang fokus pada internalisasi jadi paham bahwa pelajaran antikorupsi
nilai-nilai tersebut akan menjauhkan yang mereka lakukan bukan sekadar basa-
siswa dari mengenal betul potensi-potensi basi atau formalitas menuntaskan target
korupsi di sekitar mereka dan bagaimana kurikulum saja, melainkan betul-betul
melawannya. Apa yang dilakukan oleh berguna dalam memahami potensi
Haetami sekali lagi menunjukkan prinsip korupsi yang merugikan hak mereka
kontekstual dan langsung ke sasaran. sebagai siswa. Sekali lagi, coba bandingkan
Kedua, lain lagi dengan pengalaman dengan ketika siswa difokuskan untuk
Deny Surya Permana, yang mengajar di menginternalisasikan nilai-nilai kejujuran,
sebuah Sekolah Menengah Kejuruan kedisiplinan, tidak mencontek, dan
(SMK) di Pandeglang. Ketika mengajar, sejenisnya, tentu daya dobrak dan potensi
Deny mengajak siswa mendiskusikan untuk menjadikan siswa sebagai kader
problem kehidupan mereka, pokok antikorupsi tidak akan sebesar ketika
bahasannya mengenai hak dan kewajiban. siswa diajak untuk langsung mempelajari
Diskusi mengalir hingga beberapa anak kemungkinan-kemungkinan potensi
berseloroh mengenai kondisi kelas yang korup di lingkungan terdekatnya sendiri.
tidak ada AC-nya, padahal hak siswa untuk Berkaca dari dua fragmen
belajar di ruang yang nyaman, padahal pembelajaran antikorupsi di sekolah
mereka juga sudah membayar SPP. Deny tersebut, setidaknya terlihat bahwa
akhirnya berseloroh, “Bagaimana kalau di pembelajaran antikorupsi yang
sekolah terjadi korupsi? Apa yang akan diupayakan hingga ke praktik,
kalian lakukan?” Ada siswa yang kontekstual, demokratis, serta mengaitkan
menimpali, “Tidak mungkin di sekolah dengan posisi sosial siswa di sekolah dan
terjadi korupsi Pak.” Justru Deny masyarakat akan menjadikan siswa
menjawab, “Mungkin saja, toh guru juga antusias dan berhasil baik. Contoh
manusia biasa” (Wisudo, 2017, pp. 58–61). pertama menggambarkan pembelajaran
Pembelajaran berlanjut hingga bermain yang kontekstual dan kolaborasi antara
24
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
guru dengan pihak pemerintah daerah erat dengan kehidupan siswa. Guru jangan
untuk dapat menyertakan siswa mengikuti mengawali dengan bicara soal teori atau
rapat DPRD soal anggaran. Contoh kedua pengertian korupsi, mulailah dari apa yang
menggambarkan guru mencoba sedang menjadi perhatian khalayak ramai,
membangun kesadaran kritis siswa hingga terutama siswa-siswi, mulailah dari
bahkan mereka berani mendemo Kepala konteks.
Sekolah karena diduga mengkorup uang Kedua, refleksi kritis. Tayangan
sumbangan, walau sebenarnya dugaan video atau berita tersebut jadikanlah
tersebut tidak secara implisit dibahas di sebagai bahan refleksi kritis oleh siswa.
kelas. Di sinilah tantangannya, sekali Seperti fragmen contoh pembelajaran
pedagogi kritis dijalankan sebagai acuan yang telah diuraikan sebelumnya
pembelajaran antikorupsi, maka sekolah (Haetami et al., 2019; Wisudo, 2017),
harus siap untuk dikritik, dikoreksi, atau namun ketika membahas ketimpangan
bahkan didemo siswa, karena harus tidak sosial yang disinyalir disebabkan oleh
ada yang ditutup-tutupi perihal anggaran korupsi atau kasus-kasus korupsi yang
yang potensial dikorupsi, semua harus terjadi di beberapa lembaga negara dan
transparan dan dapat diakses secara kerugian negara, jangan lantas sekadar
demokratis. berhenti di situ. Namun ajak siswa untuk
Mengacu pada contoh fragmen refleksi kritis: adakah kasus ketimpangan
tersebut, dapat dirumuskan secara lebih sosial yang telah ditayangkan tersebut
teoretis dan metodologis bagaimana juga terjadi di sekitar kita (baca: siswa dan
praktik pembelajaran antikorupsi di kelas, sekolah), apakah ada kaitannya dengan
di sekolah, terutama ketika disisipkan praktik korupsi? Prinsip kontekstualisasi
dalam mata pelajaran tertentu. dan demokrasi dijalankan di sini. Di sesi ini
Pertama, pembelajaran dimulai dari guru membuka ruang lebar bagi siswa
hal yang menarik siswa atau bermula dari untuk berbicara mengenai berbagai
siswa. Pada fragmen pertama ketika Guru kemungkinan dan mengaitkannya dengan
Haetami menampilkan gambar dan berita, betapa korupsi telah merugikan banyak
sejatinya ia sedang mencoba menarik pihak, termasuk hak-hak warga negara,
perhatian siswa sekarang yang memang hak-hak siswa. Jangan lupa kaitkan dengan
lebih suka hal-hal yang sifatnya visual, hak dan kewajiban siswa, guru, dan
terutama tontonan. Satu tayangan yang sekolah. Topik ini biasanya mampu
menarik sebenarnya adalah aksi siswa membangkitkan kesadaran kritis siswa,
SMA 3 Surakarta yang membongkar karena jika betul terjadi korupsi, maka
praktik korupsi di sekolahnya (lihat mereka adalah kelompok yang dirugikan
DrestaJumena, 2016). Di sinilah mengajak akibat korupsi dan mereka sudah
siswa mendiskusikan diri dan lingkungan merasakan akibatnya selama ini (lihat Au,
juga menarik dan menjadikan materi yang 2012).
dibahas bermula dari siswa. Tidak Ketiga, mencari informasi,
sebaliknya, bermula dari guru yang seolah menelaahnya, dan menyajikannya. Di
narsistik, bercerita pengalamannya saja tahap ketika ini siswa sejatinya belajar
dan siswa sekadar jadi pendengar. Dengan substansi materi (content) dengan cara
demikian, secara umum hal yang dapat mencari informasi, baik langsung dari
dilakukan di awal pertemuan di kelas lapangan maupun dari berbagai sumber
adalah: menayangkan tayangan yang informasi yang tersedia di dunia maya dan
menarik, bisa video atau berita dari lainnya. Di tahap ini pula pembelajaran
website yang terkait materi dan berkaitan yang dilakukan tidak sekadar teoretis,
25
Edi Subkhan
26
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
kritis tersebut perlu ditulis atau konteks lain, objek sasaran yang penting
diutarakan oleh tiap siswa. bisa jadi pengelolaan Bantuan Operasional
Beberapa catatan penting terkait Sekolah (BOS). Oleh karena itu, guru perlu
dengan rumusan tahap pembelajaran berangkat dari pengalaman atau suara
antikorupsi tersebut yaitu, (1) kelima siswa agar tahu konteks sosio-kultural
tahap tersebut tidak lantas selesai dalam yang dihadapi. Termasuk tahu betul
satu pertemuan, melainkan dapat problem yang penting dan tepat dijadikan
dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, sasaran belajar dalam pembelajaran
(2) penilaian hasil belajar dilihat dari antikorupsi, sehingga skenario
kesungguhan siswa dalam berproses, pembelajaran yang dikembangkan juga
terutama dalam berdiskusi, mencari tepat.
informasi, menelaahnya, menyajikannya Soal posisi guru yang barangkali
di kelas, serta usaha mereka untuk menjadi tidak aman ketika siswa
bertindak atau beraksi riil, serta tentu saja berhadapan vis a vis dengan pimpinan
dari refleksi kritis mereka atas apa yang sekolah, pengalaman Deny Surya Permana
telah mereka pelajari—termasuk refleksi (lihat Wisudo, 2017, pp. 58–73) dapat jadi
atas usaha dan aksi mereka, dalam contoh pelajaran menarik dan penting. Deny
fragmen kedua dari guru Deny (Wisudo, menunjukkan bagaimana ia juga
2017, pp. 58–73) keberhasilannya adalah melakukan pendekatan ke pihak sekolah,
ketika siswa-siswinya telah membuktikan bukan ke Kepala Sekolah yang didemo,
diri sebagai bagian dari gerakan melainkan ke Komite Sekolah dan guru-
antikorupsi secara riil terhadap dugaan guru lainnya. Bahkan ia juga meminta
adanya praktik korupsi di sekolah, dan (3) bantuan media massa. Topik ini menarik
guru harus membiasakan diri untuk dibahas, karena agaknya hampir di tiap
berhadapan dengan situasi yang tidak instansi sekolah atau kampus selalu ada
terprediksi, misal: siswa gagal resistensi dari pimpinannya terhadap hal-
memperoleh informasi, guru mendapat hal yang dapat mengganggu kenyamanan
tekanan dari Kepala Sekolah untuk dan harmoni, atau setidaknya dapat
menghentikan pembelajaran yang mencoreng citra atau nama baik lembaga.
membuat mereka tidak nyaman, dan Ke depan perlu riset untuk
sebagainya. mengidentifikasi dan mengembangkan
Pedagogi kritis menempatkan strategi apa yang tepat dan dapat
konteks sosio-kultural sebagai hal penting dilakukan oleh guru sebagai penggerak
yang harus dipertimbangkan dalam gerakan antikorupsi di sekolah. Agaknya
merancang skenario pembelajaran. Oleh perlindungan dan bantuan hukum dari
karena itu kelima langkah praktik aktivis gerakan sosial, termasuk organisasi
pembelajaran antikorupsi yang telah profesi jadi penting perannya—kecuali
dirumuskan dalam artikel ini perlu dibaca jika organisasi profesinya dijadikan alat
kembali dalam tiap-tiap konteks politik status quo oleh para elite oknum
pembelajaran antikorupsi yang beragam. guru dan pimpinan sekolah.
Boleh jadi di suatu sekolah atau perguruan
tinggi objek pembelajaran yang perlu Penutup
disasar bukan pengelolaan dana sekolah Pendidikan dan pembelajaran
oleh guru, tapi pengelolaan dana oleh antikorupsi sudah selayaknya bergeser
organisasi siswa, Organisasi Siswa Intra dari sekadar teori tanpa banyak aksi riil
Sekolah (OSIS), Pramuka atau acara pentas menjadi pembelajaran yang sampai pada
seni yang dikelola siswa misalnya. Di melakukan aksi riil mencegah dan
27
Edi Subkhan
melawan praktik korupsi. Dalam hal ini Au, W. (2012). Critical Curriculum Studies:
pedagogi kritis menjadi pegangan kuat Education, Consciousness, and the
dengan beberapa prinsipnya yang relevan Politics of Knowing. Routledge.
untuk keperluan pendidikan antikorupsi,
Bau, N. (2018). Penerapan Nilai-Nilai
yaitu teori sudut pandang, demokrasi, Pendidikan Antikorupsi di
kontekstual, dan mengarahkan pada sikap Madrasah Tsanawiyah Al-Yusra
atau tindakan riil. Prinsip-prinsip tersebut Gorontalo. Jurnal Ilmiah AL-Jauhari
saling terkait dan saling membutuhkan 3(1), 79–96.
satu sama lain. Dalam praktiknya,
pendidikan dan pembelajaran antikorupsi Begovic, B. (2005). Corruption: concepts,
types, causes and consequences.
hendaknya juga tidak bertele-tele
Documentos III(26): 1–9.
membahas pengertian-pengertian dan
norma-norma atau moralitas saja, Darder, A., Baltodano, M. P., & Torres, R. D.
melainkan harus mengajak siswa untuk (Eds.). (2009). The Critical
aktif mencari informasi dan kemudian Pedagogy Reader (2nd ed.).
merumuskan aksi, melakukan aksi, dan Routledge.
refleksi. Dengan begitu, pendidikan
Darmaningtyas. (2008). Utang dan Korupsi
antikorupsi akan memiliki daya ubah dan
Racun Pendidikan. Yashiba.
daya dobrak, termasuk dan terutama
terhadap kultur korup yang masih ada di Dewey, J. (1966). Democracy and
beberapa sekolah. Dengan menerapkan Education. Collier-Macmillan
prinsip-prinsip pedagogi kritis ini pula Canada, Ltd. Canada.
pembelajaran antikorupsi jadi lebih punya
DrestaJumena. (2016). Aksi Berani Murid
makna bagi siswa, karena mereka punya
SMA 3 Surakarta Membongkar
pengalaman riil bersikap tegas dalam Korupsi Gurunya [Video]. YouTube.
mencegah dan melawan praktik korupsi. https://www.youtube.com/watch?
v=6u4guDaFjX8
Referensi
Apple, M. W., Au, W., & Gandin, L. A. (Eds.). Farid, A., & Hasanudin, A. H. (Eds.).
(2009). The Routledge (2017a). Pendidikan Antikorupsi:
International Handbook of Critical Modul Penguatan Nilai-nilai
Education. Routledge. Antikorupsi pada Pendidikan Dasar
dan Menengah Tingkat SD/MI Kelas
Aria, F., & Harmanto. (2018). 1-3. Komisi Pemberantasan
Implementasi Pendidikan Korupsi. Jakarta.
Antikorupsi Melalui Budaya
Sekolah di SMA Negeri 1 Tarik Farid, A., & Hasanudin, A. H. (Eds.).
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kajian (2017b). Pendidikan Antikorupsi:
Moral Dan Kewarganegaraan 6(2): Modul Penguatan Nilai-nilai
520–534. Antikorupsi pada Pendidikan Dasar
dan Menengah Tingkat SD/MI Kelas
Asmorojati, A. W. (2017). Urgensi 4-6. Komisi Pemberantasan
Pendidikan Anti Korupsi dan KPK Korupsi. Jakarta.
dalam Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia. The Farid, A., & Hasanudin, A. H. (Eds.).
6th University Research Colloquium (2017c). Pendidikan Antikorupsi:
2017: 491–498. Modul Penguatan Nilai-nilai
Antikorupsi pada Pendidikan Dasar
dan Menengah Tingkat
28
Pendidikan Antikorupsi Perspektif Pedagogi Kritis
29
Edi Subkhan
Shor, I. (1987). Critical Teaching & Wisudo, B. (Ed.). (2017). Mengajar untuk
Everyday Life. The University of Perubahan: Pedagogi Kritis di
Chicago Press. Chicago. Ruang Kelas. Intrans Publishing.
30