Jurnal Variasi Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu Nangka
Jurnal Variasi Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu Nangka
1
PENDAHULUAN
Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui
dan banyak terdapat di Indonesia. Kayu juga merupakan bahan yang sangat
sering digunakan dalam kehidupan sehari–hari, bahkan untuk penggunannya
kayu tidak dapat digantikan oleh bahan lain karena memiliki sifat yang khas.
Selain itu kayu juga memiliki kekuatan yang baik dan memiliki nilai seni yang
khas seperti, corak, warna yang berbeda pada setiap jenis kayu. Salah satu
jenis kayu yang memiliki warna yang khas yaitu kayu dari pohon nangka, kayu
dari pohon nangka memilki warna kuning yang khas yang tidak dimiliki oleh
kayu kontruksi lainnya.
Pohon nangka (Artocarpus heterophyllus lamk) adalah jenis tanaman
buah yang merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di Indonesia.
Pohon nangka berbuah sepanjang tahun, yang dimana pohon nangka yang
berbuah besar, berbuah pada umur 5 -10 tahun sedangkan nangka mini pada
umur 1,5 - 2 tahun , buah nangka pada umumnya matang setelah 8 bulan
terhitung dari munculnya bunga. Pohon nangka dapat dimanfaatkan kayunya
apabila pohon nangka sudah habis masa produktifitas buah 20-30 tahun,
dikarenakan pohon nangkamemiliki umur maksimum produksi buah yaitu 20-30
tahun, dengan tinggi maksimal 10-15 m, setelah itu kayu nangka akan
dilakuakan peremajaan (Heyne, 1987).
Untuk mengetahui kualitas pemanfaatan kayu secara maksimum dapat
dicapai apabila sifat-sifat dasar dari kayu tersebut diketahui dengan jelas.
Salah satu sifat dasar kayu yang berguna sebagai pertimbangan dalam
penggunaan suatu jenis kayu.Penggunaan kayu secara tepat selalu
memerlukan persyaratan tertentu, dimana persyaratan itu baik secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisika dan
mekaniknya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Silvikultur dan Teknologi Hasil
Hutan Program Studi Kehutanan dan Laboratorium Alat dan Bahan Fakultas
Tehnik Universitas Mataram. Menggunakan Metode eksperimen dengan
model rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan 1 perlakuan.
Bahan yang digunakan adalah pohon nangka yang memiliki batang lurus
dan sehat dengan umur pohon ± 20 tahun dengan diameter sekitar 20cm–
30cm yaitu sebanyak 3 pohon. Sedangkan peralatan yang digunakan Cat
semprot, untuk member tanda arah utara pohon pada saat penebangan,
Chain saw, untuk menebang pohon, Geregaji ,untuk membuat contoh uji, Pita
ukur dan phiben, untuk mengukur panjang serta diameter pohon, Caliper
dengan ketelitian 0,001cm, untuk mengukur panjang ,lebar dan tebal contoh
uji, Timbangan analitik dengan ketelitian 0,001gram, untuk menimbang contoh
uji, Oven , untuk mengeringkan contoh uji fisika sehingga mencapai kering
tanur, Desikator, untuk mendinginkan contoh uji, Wadah, untuk tempat
mengeringkan udara contoh uji, Mesin uji mekanika, Alat tulis dan pelastik.
Pembuatan contoh uji
Pembuatan sempel uji sifat fisika dan mekanika dengan masing-masing
disk tersebut. untuk pengukuran kadar air dan berat jenis di potong ukuran
2x2x2 cm yang diambil dari setiap disk bagian pangkal, tengah,dan ujung, untuk
contoh uji dimensi kayu, ukurannya yaitu 2x2x4 cm sedangkan pada lengkung
stati , ukurannya adalah 2 x 2 x 30 cm.
2
Metode ini merujuk pada British Standar Nomer 373 tahun 1957 ukuransebagai
berikut:
Gambar 3.2. Contoh uji berat jenis dan kadar air (2cm x 2cm x 2cm)
3
Vku = Volume kayu kondisi kering udara
Vko = Volume kayu kondisi kering oven
Perhitungan penyusutan dari segar ke kering tanur adalah sebagai berikut:
Perubahan dimensi kayu
Dsegar−Dkt
S ( segar−kt )=
Dsegar
Keterangan:
S segar-kt = Penyusutan dari segar ke kering tanur (%)
D segar = Dimensi segar
Dkt = Dimensi kering tanur
Sifat mekanika kayu
Penghitungan untuk mendapatkan batas proporsi tegangan pada batas patah,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2 3 PL
ModulusRepture ( MoR ) ( kg/cm )= ¿)
2 bd 2
Keterangan :
P =beban pada batas patah atau maksimal(kg)
L =bentangan bebas pada contoh uji (cm)
b =lebat contoh uji(cm)
d =tinggi contoh uji(cm)
Selanjutnya sifat fisika dan mekanika dilakukan analisis data dengan menguji
analisis keragaman dengan menggunakan SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisika Kayu
Kadar Air
Hasil perhitungan sifat fisika pada kayu nangka (Artocarpus heterophyllus )
yaitu meliputi kadar air, berat jenis dan perubahan dimensi (penyusutan dan
pengembangan) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rata-rata Kadar Air Segar dan Kadar Air Kering Udara (%)
Kadar Air
Aksial
Kadar Air Segar Kadar air Kering Udara
P 97.35 12.83
T 96.81 11.73
U 84.86 12.13
Rata-rata 93.01 13.36
Keterangan: P : pangkal
T : tengah
U : ujung
Kadar air segar
Berdasarkan Tabel 4.1diketahui bahwa nilai rata-rata kadar air segar kayu
nangka yaitu 93.01%, dengan nilai kadar air tertinggi diperolehpada bagian
pangkal sebesar 97.35% dan nilai kadar air terendah diperoleh pada bagian
ujung sebesar 84.68%.Menurut (Bowyer,et al, 2003) keragaman nilai kadar air
dapat terjadi antar spesies, bahkan antar bagian dari pohon yang sama,selain
itu banyak sekali faktor - faktor yang menyebabkan variasi kadar air pada
sampel atau kayu-kayu lainnya yaitu seperti tempat tumbuh, lokasi geografis,
dan spesies itu sendiri. Kadar air basah kayu segar berkisar antara 40% (dari
berat kayu mutlak) pada kayu berat, hingga 200% pada kayu yang
4
ringan(Ardiansah, 2017 cit Seng,1964). Berdasarkan hasil uji analisis
keragaman pada taraf signifikan 5% diketahui bahwa kedudukan aksial
batang pada pohon tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air segar
kayu nangka.
Kadar air kering udara
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa nilai rata-rata kadar air kering
udara pada kayu nangka yaitu 13,36%, dengan nilai tertinggi diperoleh pada
bagian pangkal 12.83% dan terendah pada bagian tengah 11.73%. Kadar air
kayu akan berubah sesuai dengan kondisi iklim tempat dimana kayu berada
akibat dari perubahan suhu dan kelembaban udara (Bowyer,et al, 2003).
Menurut (Mahdie, 2010 cit Haygreen dan Bowyer, 1993) bahwa adanya sifat
disobsi kayu, maka kayu mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan air pada
kondisi seimbang tergantung pada suhu atmosfir. Di Indonesia nilai kadar air
kering udara berkisar antara 12 hingga 20% (Ardiansah, 2017 cit Seng, 1964).
Berdasarkan hasil uji analisis keragaman pada taraf signifikan 5% diketahui
bahwa kedudukan aksial batang pada pohon tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar air kering udara kayu nangka.
Berat Jenis
Tabel 4.2 Rata-rata Berat Jenis Volume Segar, berat jenis volume kering
udara dan berat jenis volume kering tanur (%).
Berat Jenis
Aksial Berat jenis Berat jenis kering Berat jenis tanur
Segar udara
P 0.60 0.62 0.63
T 0.51 0.52 0.55
U 0.52 0.54 0.56
Rata-rata 0.54 0.56 0.58
Berat Jenis Volume Segar
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai rata-rata berat jenis volume
segar kayu nangka yaitu 0,54 dengan nilai tertinggi diperoleh pada bagian
pangkal sebesar 0.60 dan terendah pada bagian tengah sebesar 0.51. Berat jenis
kayu berdasarkan (PPKI-NI 5-1961). Berdasarkan ketentuan berat jenis dan
kelas kuat kayu menurut (PPKI-NI 5-1961) berat jenis kayu nangka (Artocarpus
heterophyllus ) ini termasuk kelas kuat III (0,40-0,60) dan termasuk dalam kayu
berat sedang 0,36 sampai 0,56.sehingga dapat disimpulkan kayu nangka
memiliki kualitas yang baik.Berdasarkan hasil uji analisis keragaman pada taraf
signifikan 5% diketahui bahwa kedudukan aksial batang pada pohon tidak
berpengaruh nyata terhadap berat jenis kondisi segar kayu nangka.
Berat Jenis Volume Kering Udara
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa niali rata-rata berat jenis volume
kering udara kayu nangkayaitu 0.56%, dengan nilai tertinggi diperoleh pada
bagian pangkal sebesar 0.62 dan terendah pada bagian tengah 0.52.Berdasarkan
ketentuan berat jenis dan kelas kuat kayu menurut (PPKI-NI 5-1961) berat jenis
kayu nangka (Artocarpus heterophyllus ) ini termasuk kelas kuat III (0,40-0,60)
dan termasuk dalam kayu berat sedang yaitu 0,36 sampai 0,56.Berdasarkan
hasil uji analisis keragaman(Lampiran 2) pada taraf signifikan 5% diketahui
5
bahwa kedudukan aksial batang pada pohon tidak berpengaruh nyata terhadap
berat jenis kondisi segar kayu nangka.
Berat Jenis Volume Kering Tanur
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai rata-rata berat jenis volume
kering tanur kayu nangka yaitu 0.58% dengannilai tertinggi diperoleh pada
bagian pangkal sebesar 0.63 dan terendah pada bagian tengah 0,55.Berdasarkan
ketentuan berat jenis dan kelas kuat kayu menurut (PPKI-NI 5-1961) berat jenis
kayu nangka (Artocarpus heterophyllus ) ini termasuk kelas kuat III (0,40-0,60)
dan termasuk dalam kayu berat yaitu> 56.Sedangkan hasil uji analisis
keragaman pada taraf signifikan 5% bahwa kedudukan aksial batang pada pohon
tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis kondisi segar kayu nangka.
Perubahan Dimensi
Hasil perhitungan perubahan dimensi kayu nangka (Artocarpus
heterophyllus ) meliputi penyusutan dari kondisi segar sampai dengan kondisi
kering udara, penyusutan dari kondisi segar sampai dengan kondisi kerin tanur,
dan pengembangan dri kondisi kering udara sampai dengan kondisi basah
adalah sebagai berikut:
Penyusutan Dari Kondisi Segar Sampai Kondisi Kering Udara
Tabel 4.3 penyusutan radial dari kondisi segar sampai dengan kondisi kering
udara, penyusutan tangensial dari kondisi segar sampai kondisi kering udara,
penyusutan longitudinal dari kondisi segar sampai kondisi kering udara (%) .
Penyusutan dari kondisi segar sampai kondisi kering
Aksial udara (%).
6
pohon tidak berpengaruh nyata terhadap penyusutan tangensial dari kondisi
segar sampai kondisi kering udara kayu nangka.
Penyusutan Longitudinal Dari Kondisi Segar Sampai Kondisi Kering
Udara
Berdasarkan Tabel 4.5 penyusutan longitudinal dari kondisi segar sampai
kondisi kering udarakayu nangka (Artocarpus heterophyllus ) yang diperoleh
yaitu penyusutan tertinggi diperoleh pada bagian ujung sebesar 1.20 dan
terendah pada bagain pangkal 0.67. Untuk penggunaan praktis, penyusutan
arah longitudinal pada umumnya diabaikan karena sangat kecil (Haygreen dan
Bowyer, 1996). Berdasarkan hasil analisis keragaman (Lampiran3) pada taraf
signifikasi 5% bahwa kedudukan aksial batang pada pohon tidak berpengaruh
nyata terhadap penyusutan radial dari kondisi segar sampai kondisi kering
udara kayu nangka (Artocarpus heterophyllus ).
Penyusutan Dari Kondisi Segar Sampai Kondisi Kering Tanur.
Tabel 4.4 penyusutan radial dari kondisi segar sampai dengan kondisi kering
tanur, penyusutan tangensial dari kondisi segar sampai kondisi kering tanur,
penyusutan longitudinal dari kondisi segar sampai kondisi kering tanur (%) .
Penyusutan dari kondisi segar sampai kondisi
Aksial kering tanur (%).
Radial Tangensial Longitudinal
7
adalah kurang dari 6,5% untuk mebel, macam-macam panel, kosen dan produk
kerajinan kayu sedangkan untuk kayu bangunan masih bisa dipakai sampai
penyusutan tidak lebih dari 9,5%. (Kasmudjo 2001). Berdasarjab hasil analisis
keragaman (Lampiran 4) pada taraf signifikasi 5% bahwa kedudukan aksial
batang pada pohon tidak berpengaruh nyata terhadap penyusutan radial dari
kondisi segar sampai kondisi kering udara kayu nangka .
Pengembangan Dari Kondisi Kering Udara Sampai Kondisi Basah
Tabel 4.6pengembangan radial dari kondisi kering udara sampai dengan
kondisi basah, pengembangan tangensial dari kondisi kering udara sampai
kondisi basah, pengembangan longitudinal dari kondisi kering udara sampai
kondisi basah (%).
pengembangan dari kondisi segar sampai kondisi kering
Aksial tanur (%).
Radial Tangensial Longitudinal
P 0.70 0.38 0.11
T 1.58 0.47 0.19
U 3.61 0.88 0.49
Rata-rata 1.96 0.58 0.26
8
Nilai rata-rata keteguhan lengkung statik pada batas patah (MOR) kayu nangka
pada kedudukan aksial disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.8 Rata-rataKeteguhan Lengkung Statik Pada Batas Patah (MOR).
P T U Rata-rata
812.57 587.90 564.97 655.15
Dari hasil perhitungan keteguhan lengkung statik pada batas patah (MOR) kayu
nangka menurut kelas kuat Indonesia masuk dalam kelas kuat III yang memiliki
kisaran nilai MoR 500 – 725 kg/cm2( kamasudirdja, 1970). Berdasarkan Tabel
4.8 keteguhan lengkung statik pada batas patah (MOR) kayu nangka
(Artocarpus heterophyllus ) yang diperoleh nilai tertinggi pada bagian pangkal
sebesar 812.57 dan terendah pada bagian ujung sebesar 564.97. Berdasarkan
hasil analisis keragaman pada taraf signifikan 5% bahwa kedudukan aksial
batang pada pohon berpengaruh nyata terhadap keteguhan lengkung statik
pada baratas patah (MoR) kayu nangka.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
terhadap parameter-parameter yang diamati, dapat diambil kesimpilan sebagai
berikut:
1. Nilai rata-rata sifat fisika kayu nangka(Artocarpus heterophyllus ) yaitu
kadar air segar dan kering udara sebesar 93.01% dan 13.36%. berat
jenis volume segar ,kering udara dan kering tanur sebesar 0.54, 0.56 dan
0.58. Penyusutan radial,tangensial dan longitudinal Kondisi Segar
Sampai Kondisi Kering Udara sebesar 2.68%, 4.21% dan 0,67%.
Penyusutan radial,tangensial dan longitudinal Kondisi Segar Sampai
Kondisi Kering tanur sebesar 3.37%, 5.59% dan 1.92. pengembangan
radial, tangensial dan longitudinal kering udara sampai basah sebesar
1.96%, 0.58% dan 0.25% dan keteguhan lengkung statik pada batas
patah MoR sebesar 655.15 kg/cm2.
2. Nilai vasriasi aksial tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisika dan
mekanika kayu nangka (Artocarpus heterophyllus )
3. Kayu nangka (Artocarpus heterophyllus ) termasuk dalam kelas kuat II-III
dapat digunakan sebagai bahan baku mebel dan kerajinan.
Saran
Berdasarkan hasil sifat fisika dan mekanika kayu nangka (Artocarpus
heterophyllus ) pada kedudukan aksial dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengujian MoE kayu nangka
(Artocarpus heterophyllus ).
2. Perlu dilakukan penelitian kayu nangka (Artocarpus heterophyllus )
didaerah lain untuk membandingkan dan dapat melengkapi data tentang
kayu nangka.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1957.Standar British nomer 373, 1957. Methods of Testing Small Clear
Specimen Of Timbe. London
Ardiansah, A.F. 2017.Variasi Aksia Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jati
(Tectona Grandis Linn.f.) Sumbawa Batar. Skripsi. Program Studi Kehutanan,
Universitas Mataram. Mataram.
9
Asdar, M., LempangM. 2008. Karakteristik Anatomi, Fisika Mekanik,
Pengeringan dan Keterawetan Kayu (Aleurites moluccana Wild). Jurnal
Perennial 2. 19-25.
Burhanuddin, V. 1996. Sifat Fisika,Kibenteli (Kibatalia arborea),Fakultas
Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Burhanuddin, V., Ulfah, D., & Emelya, R. 2016. Sifat Fisika Dan Nilai Keteguhan
Rekat Kayu Kecapi (Sandoricum koetjape Merr) edisi juli, Fakultas Kehutanan
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Bowyer, J.L.,Shmulsky, R., & Heygreen, J.G. 2003. Forset Products and Wood
Science. An Introduction. 4th Edision. Iowa State Press, USA.
Dumanauw, J.F. 1992. Mengenal Kayu. Pendidikan Kayu Atas Konisius.
Yogyakarta.
Harijadi, A.R, 2009.Kadar Air Titik Jenuh Serat Beberapa Jenis Kayu
Perdagangan Indonesia. Skripsi. Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hill, CAS. 2006. Wood modification. Chemical, thermal and other processes.
John Wiley & Sons. England.
Heyne, K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Cetakan I. Badan Litbang
Kehutanan, Jakarta.
Iswanto, A.H. 2008. Sifat fisis kayu: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa
Jenis Kayu. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Karlinasari, L., Rita, I., &Rahayu, IS. 2009. Perubahan Kekakuan Dinamis Kayu
Setelah Pengujian Keawetan Alami Kayu Nangka dan Manginium. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Hasil Hutan, 2 (1) : 40-43. Jakarta.
Kasmudjo. 2010.Teknologi Hasil Hutan. Cakrawala Media. Yogyakarta.
Mahdie, M.F. 2010. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Bongin (Irvingia malayana
Oliv)Dari Desa Karali III Kabupaten Murung Raya. Kalimanta.
Marsoem S.N., 1996.Petunjuk Praktikum Fisika Kayu. Fakultas Kehutanan
UGM, Yogyakarta.
————, 2004. Pembangunan Hutan Tanaman Acacia mangium.PT. Musi
Hutan Persada, Sumatera Selatan.
Mahdie, M.F. 2010. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Bongin (Irvingia Malayana
Oliv) Dari Desa Karali Iii Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah. Program
Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung
Mangkurat Jl. A.Yani Km 36. Banjarbaru.
Mulyono, S. B. F.,1988. Mengenal Kayu. Kanisius, Yogyakarta.
Naresworo, N. 2011.Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus
Cadamba (Roxb) Miq).
Natsir M. 2004. Hubungan Sifat Fisika dan Wetabilitas Kayu Jabon
(Anthecephalus chinensis (Lamk.) A. Rich. Ex Walp. Sys.) Terhadap Keteguhan
Rekat. (Skripsi).Banjarbaru: Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung
Mangkurat. Bajarbaru.
Pandit, I.K.N. & H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu
sebagai Bahan Bangunan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.
Panshin A.J. 2003. Texbook of Wood Technology Volume I. Mc Graw Hill Book
Company, New York.
[PKKI] Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia PKKI NI-5,1961.Departemen
Pekerjaan Umum Dan Tenaga Listrik Bandung.
10
Praptoyo, H, 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Malia
Azedarache Linn.) Dari Hutan Rakyat Yogyakarta. Jurusan Teknologi Hasil
Hutan Fakultas Kehutanan Unifersitas Gajah Mada. Yogyakarta..
Prawirohatmodji, S. 2012. Sifat Fisika Kayu. Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan Unifersitas Gajah Mada. Yogyakayta.
Prawirohatmodjo S. 2001. Fariabilitas Sifat Kayu. Bagian Penerbitan Yayasan
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yokyakarta.
Febrian, R.I, 2014. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Tumih (Combretocarpus
Rotundatus (Miq.) Danser) Asal Kalimantan Tengah. Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simpson,W., AT. Wolden. 2011.Physical Properties And Moisture Relactions To
Wood . Chapter .3. Wood Handbook. Forest Product Society, USA.
Soenardi, 1976. Sifat-Sifat Kimia Kayu. Yayasan Pembinaan Fakultas
Kehutanan UGM.
Siska, G. 2012. Pemanfaatan Kayu Pupu Pelanduk (Neoscortechinia
kingii)Famili Euphorbiaceae Sebagai Bahan Baku Pertukangan Pada Arah
Aksial dan Radial Batang.
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat.
Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Tsaumis G. 1991. Science and Tecnologiy Of Wood. Struktur, Propertis,
Utilization. Van Nostrand Reinhold. New York.
Widyastuti, Y.E. 1993. Nangka dan Cempedak Ragam Jenis dan
Pembudidayaan. Penebar Swadaya: Jakarta.
11