Perubahan Bentuk Fungsi Dan Makna Tenun
Perubahan Bentuk Fungsi Dan Makna Tenun
ABSTRACT
This research was condected in Kampung Rempak Kabupaten Siak where tenun Siak
development area existed during the royal era. Tenun Siak cloth is one of the cultural
products of its society that was made and worn by royal family. During the time, Tenun Siak
cloth is not only worn by royal family but also by public society other than the royal society
with its forms and motives. The objective of the research is to understand of Tenun Siak cloth
related to motives, ascesorier and function change and meaning of Tenun Siak cloth
pertaining to the user, social status on the society. The research appleied qualitative
approach by following method develoved by Milles and Humberman. Data was collected by
applying field reseach to the Tenun Siak clocth. Data also being collected from informen, the
Siak cloth weaver, traditional expert, headvillagers and the capable men of the village.
Informen were determiend by purposive based on necessities. For data validity, it is important
to apply checking trustworthiness technic, subtitutive, dependecy and accuracy.The research
finds that there has been any change to the Tenun Siak cloth, the product change. Motives and
colors are now more varied, as well as form compared to the royal era, it also happens to the
use, Tenun Siak cloth is not only for royal family but it is also worn by people in general, in
anytime and at any place. Besides, the change also happens to the done tativec conotative
meaning and symbol of the Tenun Siak cloth. The change found due to internal change to the
weaver by economic motive as well as external change by the use of tool sets and also
communication along with technology.
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
30
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
31
menenun sutera dan songket dibawa oleh dihiasi dengan benang emas atau perak.
pedagang-pedagang Islam Arab dan India Namun saat ini, tenun songket Siak bukan
yang menguasai perdagangan di Asia hanya digunakan untuk kelengkapan adat
Tenggara”. Para pedagang ini membawa saja, namun sudah digunakan untuk
barang-barang dagangan tersebut dengan berbagai keperluan adat. Hal ini membuat
ajaran-ajaran agama Islam melalui Selat tenun Siak lebih bervarisi
Malaka ke Pelabuhan-pelabuhan Sumatera pengembangannya baik dari segi jenis,
dan Pantai Utara Jawa. bentuk, dan warna-warna yang ditampilkan.
Di tanah Melayu Riau, Warna-warna pada tenun songket Melayu
perkembangan tenun sejalan dengan Riau tidak lagi didominasi oleh satu warna
kebesaran dan kejayaan kerajaan Melayu di saja tetapi memadukan beberapa warna
masa lampau, terutama pada masa kerajaan perubahan ini dilakukan untuk mengikuti
Johor-Riau dan Riau-Johor sekitar tahun selera masyarakat.
1511 sampai dengan tahun 1787. Malik Tenun adalah pembuatan kain, dan
(2004) menjelaskan bahwa perkembangan pada prinsipnya kain tenun terjadi karena
tenun di tanah melayu Riau mengalami adanya persilangan antara dua benang yang
masa-masa gemilangnya yaitu pada masa terjalin saling tegak lurus satu sama
kebesaran kerajaan-kerajan Melayu daratan lainnya. Benang-benang tersebut terbagi
seperti Kerajaan Pelalawan (1530-1879), menjadi dua arah yaitu vertikal dan
Kerajaan Indragiri (1658-1838), dan horizontal. Benang yang arahnya vertikal
kerajaan Siak Sri Indrapura (1732-1858). atau mengikuti panjang kain dinamakan
Sampai pada saat ini tenun Melayu Riau benang lungsi, sedangkan benang yang
masih bertahan salah satunya yaitu Tenun arahnya horisontal atau mengikuti lebar
Siak. Kerajinan tenun Siak ini mulai kain disebut benang pakan. Menurut
dikenal orang pada tahun 1800 M. Pada Kartiwa (1986) bahwa tenun songket adalah
masa itu Kerajaan Siak Sri Indrapura berada kain yang ditenun dengan menggunakan
di bawah kepemimpinan Sultan Saidis benang emas atau perak dan dihasilkan dari
Syarief Ali Abdul Jalil Syaifuddin. Perintis daerah-daerah tertentu saja seperti misalnya
kerajinan tenun Siak waktu itu ialah Encik songket Palembang, songket Minangkabau,
Siti binti Ecik Karim yang berasal dari songket Siak dan sebagainaya.
Trengganu Malaysia. Alat tenun yang Di Siak Sri Indrapura, alat tenun
digunakan pada masa itu masih sederhana yang digunakan untuk menenun disebut
yaitu alat tenun ”Tumpu”. Sejalan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Alat
perubahan zaman, saat ini alat yang tenun Kek, jarang digunakan lagi karena
digunakan untuk bertenun pun mengalami alat ini lambat dalam pembuatan tenun
perubahan dan peningkatan yaitu dengan songket. Kain tenun songket Siak
menggunakan rumah-rumah tenun yang mengandung pengertian, hasil seni
disebut “Kek”. Benang yang digunakan kerajinan tangan masyarakat Melayu Siak.
pada masa itu adalah benang sutera, tetapi Dapat juga dikatakan bahwa kain songket
sekarang sudah bervariasi, di antaranya yang ada di tanah Melayu, khususnya Siak,
benang katun, emas, dan perak. Begitu juga merupakan bagian kebudayaan karena kain
dalam penggunaan warna, tenun Siak songket dalam kehidupan masyarakat
sekarang lebih tampak bervariasi dan Melayu umumnya dipakai pada waktu
banyak menggunakan warna. Selama ini, tertentu yang menuntut orang harus
tenun Siak banyak digunakan untuk memakainya, seperti pada acara-acara
kelengkapan pakaian adat, dengan lebih resmi atau perhelatan. Sebagaimana
banyak menggunakan warna hitam yang diungkapkan oleh Linton (1962), bahwa
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
32
benda-benda yang biasa dibuat atau Kebudayaan adalah pola-pola makna yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat, diwujudkan dan ditransmisikan secara terus
senantiasa memuja dipandang sebagai menerus dalam bentuk simbolis. Simbol
kebudayaan materil, dan dianggap sebagai pada hakikatnya ada dua yaitu:
bagian integral dari konfigurasi a. Simbol yang berasal dari alam yang
kebudayaan. terwujud melalui konsepsi-konsepsi dan
Dari uraian di atas, dapat struktur sosial,
disimpulkan bahwa tenun songket Siak b. Simbol yang berasal dari luar yang
merupakan hasil kebudayaan dari berwujud sebagai kenyataan-kenyataan
masyarakat Melayu Riau yang digunakan sosial.
untuk keperluan adat dan juga untuk
pakaian kantor serta keseharian. Lebih lanjut Geertz (1992)
mengatakan bahwa simbol adalah sarana
Jenis Songket Siak untuk menyimpan atau mengungkapkan
Dari pengamatan sementara di makna-makna apakah itu berupa gagasan
lapangan, tenun songket Siak jenisnya lebih (ideas), sikap-sikap (attitudes),
banyak dalam bentuk kelengkapan pakaian pertimbangan-pertimbangan (judgments),
adat, seperti pakaian kebesaran datuk-datuk, hasrat-hasrat (longings), atau kepercayaan-
pekaian pengaten, pekaian penyambutan kepercayaan (beliefs), serta abstraksi-
tamu kehormatan. Selain itu tenun songket abstraksi dari pengalaman tertentu
Siak juga digunakan untuk pakaian seragam (abstractions from experience fixed) dalam
kantor-kantor pemerintahan dan juga untuk bentuk yang dapat dimengerti.
benda-benda shovenir. Jenis kain songket Simbol pada kain tenun songket
Siak ini dapat di bagi atas tiga yaitu: Siak terlihat pada motif dari kain tenun
1. Kain tenun songket adat songket tersebut, tata cara penggunaan kain
Kain songket adat adalah kain songket tersebut dan juga waktu serta tempat
yang digunakan untuk pakaian kebesaran penggunaannya. Dalam penerapanya
para pemangku adat, pakaian tersebut simbol atau makna kain songket Siak
antara lain: (a) tanjak; (b) sandang/ mengacu pada bentuk, warna, tempat
selendang; (c) sarung; (d) celana; dan (e) penggunaan dan orang yang memakai.
baju (laki-laki dan perempuan). Menurtut Malik, dkk (2004), bahwa
2. Kain tenun songket keseharian pakaian orang Melayu Riau yang terbuat
Kain tenun yang digunakan untuk dari tenunan yang kaya akan khazanah
keperluan pakain sehari-hari adalah kain kebudayaan harus memiliki nilai tinggi
songket yang digunakan bukan secara bukan hanya sekedar berfungsi untuk
khusus pada acara adat. Umumnya kain melindungi tubuh, tetapi lebih dari itu
tenun yang digunakan sehari-hari ini berfungsi untuk menutup malu, menjeput
terdiri dari: (a) baju; (b) sarung; dan (c) budi, menjunjung adat, menolak bala, dan
kain samping. menjunjung bangsa. Selanjutnya Spradley,
3. Tenun songket shovenir 1997), menyatakan bahwa makna denotaif
adalah makna yang ditunjuk oleh kata-kata
Simbol atau Makna pada Kain Tenun atau lebih mengarah kepada pengertian
Songket Siak refrensial, sedangkan makna konotatif
Dalam pandangan Geertz (1992), adalah makna yang merujuk kepada aspek
berbagai fenomena yang terdapat dalam yang lebih luas yang di dalamnya
kehidupan sosial masyarakat dapat terkandung sekaligus semua signifikasi
terungkap lewat berbagai makna kultural.
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
33
sugesti dari simbol-simbol melebih arti lanjut dari unsur-unsur atau institusi sosial
referensialnya. budaya yang telah ada atau sama sekali
Simbol pada kain tenun songket ciptaan baru. Dengan demikian, ada
Siak terlihat pada motif dari kain tenun perubahan mendasar dan perubahan jumlah
songket tersebut, tata cara penggunaan kain unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
tersebut dan juga waktu serta tempat Dari pendapat di atas, dapat
penggunaannya. Dalam penerapanya dikatakan bahwa perubahan kebudayaan
simbol atau makna kain songket Siak adalah suatu keadaan dalam masyarakat
mengacu pada bentuk, warna, tempat yang terjadi karena ketidaksesuaian di
pengguanaan dan orang yang memakai. antara unsur-unsur kebudayaan yang saling
Menurtut Malik, dkk (2004), bahwa berbeda sehingga tercapai keadaan yang
pakaian orang Melayu Riau yang terbuat tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
dari tenunan yang kaya akan khazanah Perubahan kebudayaan disebabkan oleh:
kebudayaan harus memiliki nilai tinggi 1) Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
bukan hanya sekedar berfungsi untuk memiliki potensi mudah berubah,
melindungi tubuh tetapi lebih dari itu terutama unsur-unsur teknologi dan
berfungsi untuk menutup malu, menjeput ekonomi (kebudayaan material).
budi, menjunjung adat, menolak bala, dan 2) Adanya individu-individu yang mudah
menjunjung bangsa. menerima unsur-unsur perubahan
kebudayaan, terutama generasi muda.
Perubahan sosial-budaya 3) Adanya faktor adaptasi dengan
Perubahan budaya adalah gejala lingkungan alam yang mudah berubah.
umum yang terjadi sepanjang masa dalam
setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi Kebudayaan terwujud dalam bentuk
sesuai dengan hakikat dan sifat dasar budaya materi dan budaya nonmateri.
manusia yang selalu ingin mengadakan Kebudayaan itu juga menyangkut segala
perubahan. pikiran dan perilaku manusia yang secara
Menurut Sairin dalam Budiwirman fungsional dan disfungsional ditata dalam
(2003) bahwa perubahan kebudyaan masyarakat. Kain tenun songket yang
berkaitan erat dengan perubahan pola terdapat di daerah Siak merupakan budaya
kebutuhan biologis, sosiologis, dan materi yang berwujud kongkret di mana
psikologis. Maksudnya, kebudayaan dapat dilihat, diraba, serta difoto. Kain
senantiasa berubah mengiringi perubahan tenun Siak.
yang terjadi pada kebutuhan masyarakat, Menurut Spradley (1997) bahwa
baik penetrasi kebudayaan luar maupun konsep kebudayaan adalah suatu sistem
karena terjadinya orientasi baru dari simbol yang mempunyai makna yang
kalangan internal masyarakat pendukung banyak mempunyai persamaan dengan
kebudayaan tersebut. interaksionalisme simbolik. Tenun songket
Selanjutnya Manan (1989) Siak yang semasa duhulunya hanya dikenal
mengatakan bahwa, perubahan sosial dalam lingkungan istana sebagai pekerjaan
budaya dapat terjadi dikarenakan oleh sambilan. Dalam pemakaiannya pun juga
dorongan dari berbagai faktor, baik yang terbatas bagi orang-orang kerajaan saja.
berasal dari dalam masyarakat, atau Namun sesuai dengan perkembangan waktu
didatangkan dari luar, ada yang secara dan zaman, pekerjaan menenun merembes
sadar atau ada yang secara tidak sadar. keluar tembok istana, begitu juga dalam
Perubahan yang terjadi ada yang pemakaiannya, tidak lagi terbatas di
merupakan pengembangan yang lebih kalangan istana, tetapi sudah dipakai oleh
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
34
banyak orang tanpa memperhitungkan dia bagi para kolektor, masyarakat pemakai dan
orang istana atau bukan. Terjadi para wisatawan yang datang ke Siak.
perkembangan yang pesat dan besar ini Sehubungan dengan itu tenun songket siak
karena kain tenun songket Siak bukan lagi pada masa lalu dengan sekarang tentu
digunakan semata untuk kelengkapan adat terdapat perubahan. Perubahan tersebut
tetapi juga digunakan untuk memenuhi akan di ungkap melalui penelitian ini.
kebutuhan hidup sehari-hari, tenun songket Untuk lebih jelasnya terlihat pada gambar
Siak sudah dijadikan sebagai barang kerangka pemikiran di bawah ini:
bawaan atau cinderamata khas dari Siak
Budaya Materi
Masyarakat Riau
Pakaian
Pria/wanita
Perubahan
Tradisional Baru
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
35
Pengumpulan Data
Penarikan
Kesimpulan/ Verivikasi
Gambar 2. Teknik Analisa Data
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
36
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
37
maron dari kulit jengkol, warna kuning dari antaranya adalah: (1) fungsi pakaian; (2)
kunyit. fungsi estetis; (3) fungsi ekonomi; dan (4)
Temuan khusus dalam penelitian ini fungsi sosial.
berkaitan dengan tenun itu sendiri. Temuan-
temuan yang dilihat berkenaan dengan: 3. Simbol dan Makna Tenun Songket
1. Bentuk Tenun Songket Siak Siak
Dari data di lapangan didapat bentuk Makna atau simbol ini dapat dilihat
tenun songket siak pada masa kerajaan dari bentuk kain tenun songket tersebut dan
berbeda dengan sekarang. Dimana pada bahkan motif yang diterapkan pada kain
masa kerajaan tenun songket siak dibuat tersebut, misalnya bentuk pakaian adat.
khusus untuk pakaian. Khususnya pakaian Untuk pakaian adat, tenun songket dapat
untuk raja dan permaisuri, maupun kerabat memiliki makna yang beragam pula.
istana. Tenun songket siak untuk pakaian Terutama pada tenun songket yang
ini terdiri dari kain samping, baju laki-laki digunakan untuk kelengkapan adat. Dari
dan perempuan, tanjak, celana, sarung data di lapangan didapat bahwa tenun
perempuan. Sedangkan untuk saat ini tenun songket yang digunakan untuk pakaian adat
songket siak dibuat lebih bervariasi. Selain mempunyai makna atau simbol yang tersilat
untuk pakaian seperti pada masa kerajaan, dalam nilai-nilai yaitu: (a) nilai malu; (b)
tenun songket siak juga dibuat berbentuk tahu diri; (c) mengandung tunjuk ajar; (d)
benda-benda shovenir dan elemen estetis menegakkan tuah, membangkitkan marwah;
lainnya. (e) mengenalkan Melayu; dan (f) menolak
bala.
2. Fungsi Kain Songket Siak bagi Selain filosofi yang terkandung
Masyarakat Melayu dalam pakaian adat Melayu Riau yang juga
Fungsi kain tenun songket Siak tidak lepas dari tenun songket tersebut
dapat dibedakan juga pada dua masa yaitu makna atau simbol tenun songket melayu
masa kerajaan dan masa sekarang ini. itu juga dapat terlihat motif-motif yang
a. Fungsi tenun songket siak pada masa lainnya. Setiap motif akan memberikan
kerajaan perlambang dan memiliki makna yang
Pada masa kerajaan tenun songket tertuang dalam bentuk pantun syair dalam
siak berfungsi sebagai: (1) Fungsi Pakaian, masyrakat Melayu. Dari data di lapangan
fungsi tenun songket untuk pakaian ini ada didapat bahwa tenun songket Siak telah
untuk pakaian harian khususnya orang- mengalami perubahan yang disebabkan
orang istana dan ada juga untuk pakaian oleh hal-hal yang mendasar yaitu adanya:
adat yaitu pakaian yang khusus dipakai oleh a. Pengaruh dari luar yang datang tanpa
menteri-menteri dan satuk-datuk istana; dan disengaja diterima oleh pengrajin dengan
(2) Fungsi Simbolis, tenun songket siak alasan ketertarikan atas corak, motif,
juga berfungsi simbolis, di mana kain tenun warna dengan tujuan supaya konsumen
yang dimiliki oleh seseorang akan dapat juga tertarik untuk membeli.
memberikan pelambang atau makna b. Tuntutan kebutuhan para pengrajin
tersendiri bagi si pemiliknya. Perlambang tenun Siak untuk meningkatkan
ini akan dapat menunjukan status sosial produktivitas dengan menciptakan
orang yang memakainya. bentuk-bentuk baru yang menggubah
b. Fungsi Tenun Songket pada Masa fungsi dari tenun songket Siak.
Sekarang c. Adanya tuntutan dari para konsumen
Dari temuan khusus didapat fungsi (masyarakat) yang menghendaki
tenun songket siak saat ini ada beberapa di
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
38
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
39
tenun yang sangat sederhana yaitu dengan penggunaannya terbatas pada kalangan
menggunakan alat tenun ”Tumpu” yang istana, namun sekarang sudah tidak terbatas
berkembang kemudian menjadi alat tenun lagi asalkan pantas dan cocok saja. Sesuai
”Kek” yang dalam proses pembuatan satu dengan data yang didapat di lapangan
helai kain songket memakan waktu lebih bahwa dalam penggunaan kain tenun Siak
kurang satu setengah sampai dua bulan, tidak ada lagi batas-batas yang baku
dengan adanya pengembangan ke alat tenun sebagaimana pada masa zaman kerajaan
bukan mesin (ATBM) membuat kegiatan dahulu. Orang tidak takut lagi untuk
bertenun sudah agak semakin cepat, yang menggunakan motif yang berantai (motif
mana untuk menghasilkan satu lembar kain Penuh) yang dulunya hanya dipakai oleh
tenun songket tidak lagi memakan waktu sultan kerabatnya. Tetapi kalau untuk
sampai satu bulan, tetapi sudah dapat sekarang ketentuan tersebut sudah tidak ada
diselesaikan dalam waktu satu minggu. lagi. Begitu juga dengan warna-warna dari
Kemajuan teknologi ini memberi kain tenun Siak, dimana warna-warna
dampak positif terhadap tenun Siak di mana tertentu seperti kuning, hitam dan hijau
peralatan dan bahan yang digunakan selama yang hanya boleh dipakai oleh sultan dan
ini sederhana dan terbatas sekarang tidak permaisuri serta para pejabat istana. Siapa
lagi. Sejalan dengan itu untuk membuat dan di mana saja kain tenun Siak dapat
kain tenun dapat diperoleh dengan cepat digunakan itu corak dan motifnya. Warna-
dan mudah, tidak seperti sebelumnya yang warna pada tenun songket melayu Riau
pencelupan benangnya dengan tidak lagi didominasi oleh satu warna saja
menggunakan bahan alamai, yang tetapi memadukan beberapa warna
menyebabkan sulitnya mendapatkan warna perubahan ini dilakukan untuk mengikuti
yang sesuai dengan yang dinginkan. selera masyarakat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Raga Pemaknaan masyarakat tentang seni
Maran (2007) mengatakan bahwa: tercermin dari fungsi kain tenun Siak. Kain
perubahan kebudayaan disebabkan oleh: tenun Siak selama ini berfungsi sebagai
1) Perubahan yang disebabkan oleh aktivitas kolektif masyarakat, dewasa ini
perubahan dalam lingkungan alam. mengarah pada aktivitas individual sebagai
2) Perubahan yang terjadi karena ada ciri masyarakat modern. Adanya
kontak dengan suatu kelompok penggunaan kain tenun songket Siak untuk
masyarakat yang memiliki norma- berbagai aktivitas memberikan simbol
norma, nilai-nilai, dan teknologi yang tersendiri yang akan memunculkan makna
berbeda. tersendiri pula. Hal ini tentu akan dapat
3) Perubahan yang terjadi karena discovery memunculkan simbol-simbol bagi si
(penemuan)dan invention (penciptaan pemakai. Munculnya simbol-simbol dalam
bentuk baru). penggunaan kain tenun songket juga akan
4) Perubahan yang terjadi karena suatu dapat terciptanya interaksionalisme
masyarakat atau bangsa mengadopsi simbolik dalam masyarakat. Sebagaimana
beberapa elemen kebudayaan meterial Spradley (1997), mengatakan bahwa
yang telah dikembangkan oleh bangsa konsep kebudayaan adalah suatu sistem
lain ditempat lain. simbol yang mempunyai makna yang
banyak mempunyai persamaan dengan
Pemakaian kain tenun Siak di luar interaksionalisme simbolik. Lebih lanjut
dari acara-acara adat telah membuat Blumer dalam Spradley (1997) mengatakan
menyebarnya penggunaan kain tenun Siak bahwa dalam kebudayaan ada tiga landasan
di masyrakat, yang selama ini yaitu: Pertama, manusia melakukan
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
40
berbagai hal atas dasar makna yang 3. Perubahan Makna Tenun Songket
diberikan kepada mereka. Kedua yang Siak Pada Masyrakat Melayu Riau
mendasari interaksionisme simbolik adalah Berdasarkan temuan khusus didapat
bahwa berbagai makna berasal atau muncul bahwa dalam penggunaan kain tenun
dari interaksi sosial seseorang dengan orang songket Siak pada masyarakat melayu Riau
lain. Ketiga, interaksionisme simbolik tidak sepenuhnya memperhatikan tentang
adalah makna yang ditangani atau simbol dan makna dari kain tenun songket
dimodifikasi melalui suatu proses Siak tersebut. Kecendrungan orang
penafsiran yang digunakan oleh orang memandang kain tenun songket itu hanya
dalam kaitannya dengan berbagai hal yang sebagai keindahan semata. Hal ini terlihat
dihadapinya. dari para pemakai kain tenun tersebut
disegala suasana dan tempat.
2. Perubahan fungsi tenun songket Siak Perubahan makna ini bisa dilihat
pada masyarakat melayu Riau secara denotatif dan konotatif, yaitu ada
Terjadi pengembangan berbagai makna yang dilihat dari segi fungsi atau
bentuk tenun Siak menyebabkan terjadi bahan pembuatannya, sedangkan makna
pula perubahan fungsi. Kain tenun Siak denotatif yaitu makna yang berkenaan
yang dahulu lebih banyak digunakan untuk dengan keyakinan atau mitos. Sebagaimana
pakaian sultan dan permaisuri serta anggota yang dikemukakan oleh Wiyancoko (2000)
kerajaan lainnya, namun sekarang itu tidak bahwa makna denotatif adalah makna lapis
lagi. Kain tenun Siak tidak semata untuk pertama, dapat segera dipelajari pada fisik
pakaian orang kerajaan tetapi sudah bagi produk (fungsi, material, dll). Makna
masyrakat umum, asalkan suka dan konotatif adalah makna yang pada lapisan
sanggup membeli itu akan dapat kedua, seperti halnya makna ideologis,
memakainya. Selain itu, kain songket Siak mitologis dan teologis yang melatari bentuk
ini juga telah dibuat dalam berbagai jenis fisik dan fungsi pratis suatu produk.
produk, bukan semata untuk pakaian saja. Secara konotatif tenun songket Siak
Terjadinya perubahan fungsi pada terlihat dari makna yang terdapat pada
tenun songket Siak sesuai dengan situasi nama-nama motif yang terdapat pada kain
masyarakat Siak yang dulunya adalah tenun songket tersebut. Sebagai mana yang
kerajaan yang sarat dengan berbagai aturan dikatakan oleh Malik dkk. (2004), bahwa
dan ketentuan, membuat tenun songket Siak pada masyarakat Melayu itu setiap benda
tidak begitu banyak memiliki fungsi di ada maknanya, ada cara pemakaiannya, ada
masyarakat. tetapi sekarang tenun Siak artinya, ada letak ada sifatnya. Makna-
telah banyak mengalami perubahan, bukan makna yang terdapat pada kain tenun
saja sebagai pakaian tetapi juga sebagai songket Siak tersirat dari motif-motif yang
benda eatetis. Adanya rencana kedepan ditampilkan sebagai simbol dari
Siak menjadi pusat kebudayaan Melayu di kebudayaan masyarakat tersebut.
Riau dan juga digalakkan sebagai daerah
kunjungan wisata tentu keberadaan dari
kain tenun songket Siak juga ikut berubah. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Berdasarkan seluruh pembahasan di
oleh Max Weber dalam Poerwanto (2000), depan, maka dapat ditarik kesimpulan,
bahwa perubahan sosial budaya adalah bahwa tenun songket Siak saat ini di
perubahan situasi dalam masyarakat sebagai tengah-tengah masyarakat Riau telah
akibat adanya ketidak sesuaian unsur-unsur. menggalami perubahan seiring dengan
terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
41
dan teknologi. Perubahan yang terdajadi dahulunya memiliki khasanah tinggi tetap
dapat terlihat dari: terjaga.
1. Perubahan pada jenis produk tenun Walaupun adanya pengembangan
Songket Siak tenun songket kepada bentuk-bentuk baru,
Perkembangan tenun songket Siak hendaknya tentang penggunaan dan fungsi
dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau kain tenun songket dalam upacara adat pada
saat ini telah mengalami perubahan yaitu masyarakat Melayu dibuat kesamaan
dari segi bentuk, corak dan ragam hias. Dari persepsi, dimulai dari proses pembuatan
segi bentuk tenun siak baukan saja dibuat sampai kepada tata cara pemakaian supaya
untuk pakaian adat tetapi sudah banyak tetap sesuai dengan nilai-nilai filosofi adat
dibuat untuk berbagai pakaian dan benda- di bumi Melayu.
benda shovenir serta elemen estetis. Untuk Saran berikutya berkaitan dengan
corak, tenun songket siak selain masih permodalan dimana pengrajin yang masih
memakai corak lama juga menggunakan mengeluh tentang modal untuk perluasan
corak yang baru dengan memodifikasi dari usaha, hendaknya dari pihak pemerintah
corak lama, selain itu perubahan corak juga memberikan pinjaman lunak yang dapat
terjadi karena adanya pesanan dari mempermudah pengrajin dalam
konsumen. Dari segi ragam hias juga pengembangan usaha. Selain itu juga dapat
demikian. Selain masih memakai ragam terjadinya pembukaan sentra-sentra baru
hias lama para pengrajin juga melakukan bagi pengrajin yang sudah mahir. Dengan
perubahan ragam hias sesuai dengan selera begitu dapat menambah sentra-sentra
konsumen. kerajinan tenun di Siak.
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |
42
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 1 | April - September 2016 | ISSN: 2303-1514 |