JURNAL Kurikulum Dan Pengajaran Di Pesantren
JURNAL Kurikulum Dan Pengajaran Di Pesantren
1
pengajaran buku-buku islam klasik, serta institusi pendidikan umum terbuka
(pendidikan formal atau non-formal). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan membandingkan pengelolaan pembelajaran pada pesantren
mengenai kurikulum dan pengajaran di pesantren. Penelitian ini merupakan
penelitian komparatif dengan membandingkan jurnal yang membahas sistem
kurikulum dari pondok tebuireng, lirboyo dan amtsilati jepara.
Kata Kunci: Pesantren, Kurikulum, Dan Pengajaran
Latar Belakang
Pemikiran tentang adanya kurikulum adalah setua dengan adanya sistem pendidi
kan itu sendiri.1Oleh karena itu kaitannya dengan dunia pendidikan pengembanga
n dan pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambunga
n, baik dari segi isi dan muatan maupun dari segi waktu dan periodisasi evaluasin
ya. Di lihat dari segi substansi, maka kurikulum harus berkesinambungan antara s
atu jenjang dengan jenjang yang lainnya, sehingga tidak terjadi replikasi, sedangk
an dari segi waktu perubahan sosial itu selalu terjadi secara dinamis agar mampu
melakukan rekayasa perubahan-perubahan sosial.2 Perubahan kurikulum hendakn
ya adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, disamping
itu kurikulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta
didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran. Maka, wajar apabila kurik
ulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu penget
ahuan dan teknologi yang terjadi.3
Tujuan pesantren ditentukan oleh kebijakan Kiai sesuai dengan perkembangan p
esantren tersebut.4 Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam di Indonesia yang
pada umumnya menyelenggarakan berbagai satuan pendidikan, baik dalam bentuk
sekolah maupun madrasah, juga seyogyanya menjadikan prinsip pengembangan k
urikulum yang bermuatan nilai-nilai multikultural tersebut dalam kegiatan perenca
naan, implementasi, dan evaluasi kurikulumnya. Namun dalam praktiknya, butir i
ni tidak mudah dilakukan oleh pesantren, terutama pesantren tradisional (salafiya
h). Bagi pesantren tradisional, kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi k
urikulum merupakan kegiatan yang belum populer di kalangan pengelola pesantre
n. Kegiatan pendidikan pesantren tradisional pada umumnya merupakan hasil imp
rovisasi dari seorang Kiai secara intuitif yang disesuaikan dengan perkembangan
pesantrennya.5
Secara garis besar pesantren menghadapi tantangan makro dan mikro. Pada data
ran makro, pesantren ditantang untuk menggarap “triumvirat” kelembagaan, yakni
keluarga, lingkungan kerja dan pesantren itu sendiri. Sedangkan pada dataran mik
ro, pesantren dituntut untuk menata ulang interaksi antara santri dan Kiai, konsep
pendidikan yang digunakan serta kurikulum yang diterapkan. Baik tantangan mak
1
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah Pengantar Teor
etis Dan Pelaksanaan (BPFE, 1988).
2
Dede Rosyada, “Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana), Hlm. 65.,” 2004.
3
Khaerudin and makhfud Junaidi, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jogjakarta : Pilar Med
ia), Hlm. 23,” 2007.
4
Dwi Priyanto, “‘ Inovasi Kurikulum Pesantren’, (Purwokerto: Ibda), Hlm.1,” 2006.
5
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren: Telaah Terhadap Kurikulum Pondo
k Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (Pustaka Pelajar, 2011).
2
ro maupun mikro keduanya harus direspon pesantren melalui langkah-langkah str
ategis, sehingga dapat membuahkan hasil yang memuaskan.6
Melihat kontribusi pesantren tersebut, maka diperlukan penajaman kurikulum, s
ehingga eksistensi pesantren ke depan dapat dipertahankan. Oleh karena itu arah
pengembangan dan pembinaan kurikulum pesantren yang representatif ke depan a
dalah mengimplementasikan tiga keunggulan, unggul dari kajian kitab kuningnya,
unggul dari sektor bahasa dan unggul dari sisi sains dan teknologi.
Hal ini mengindikasikan bahwa pondok pesantren harus melakukan pembenaha
n dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan program pendidikannya.
Maka dari deskripsi diatas, jurnal ini tertarik untuk melakukan perbandingan
jurnal dan hasil penelitiannya dengan judul “Kurikulum Dan Pengajaran Di
Pesantren”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan diungkapkan
dalam jurnal ini adalah:
1. Bagaimana Sistem Kurikulum dan pengajaran dari ke-tiga pesantren tersebut?
2. Apa perbedaan Kurikulum yang di gunakan oleh ke-tiga pesantren tersebut?
3. Apa saja yang menjadi ciri khas dari ke-tiga pesantren tersebut?
Metode Penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap
pengelolaan kurikulum dan pengajaran di pesantren, maka penelitian ini
menggunakan jenis metode penelitian komparatif (perban-dingan) . Metode
penelitian perbandingan ialah terdapat berbagai unit sosial makro (makro,
budaya, daerah, sistem pendidikan, sistem ekonomi dan periode sejarah) dengan
tujuan metode perbandingan ialah membuat pernyataan umum mengenai
hubungan logis antar-konsep, pada unit makrososial, konsep-konsep
terwakili dalam variabel yang dapat diobservasi (Sutinah, pp.255-256).
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik
perbandingan jurnal dan hasil penelitiannya. Keabsahan data menggunakan
penelitian dari berbagai sumber(1) membandingkan data hasil menganalisis
jurnal, (2) membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat atau pandangan seseorang seperti masyarakat, santri, dan
orang yang memiliki kekuasaan pemimpin (kiyai), pengurus, dan (3)
membandingkan hasil penelitian dari jurnal dengan isi materi yang berkaitan.
Prosedurnya yaitu membandingkan antara data hasil menganalisis jurnal dan
hasil penelitiannya. Jika hasilnya sesuai antara satu dengan yang lainnya maka
keabsahan data dapat dipertanggung jawabkan. Akan tetapi jika hasilnya
tidak sesuai maka peneliti menggunakan hasil sebagai sumber data.
Dimana proses pengumpulan yang berlangsung selama pengumpulan
data, pasca pengumpulan data serta komponen-komponen analisis data yang
6
Mujamil Qomar, “Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jak
arta : Erlangga), Hlm. 76,” 2007.
3
saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data. Analisis yang
dikembangkan oleh Miles, Huberman, & saldan (2014, p. 16) menerangkan
bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil metode penelitian pada pengelolaan kurikulum dan pengajaran di
pesantren menjelaskan perbandingan kurikulum dan pengajaran di Pesantren
Tebuireng, Pesantren Amtsilati Jepara, dan Pesantren Lirboyo.
Tabel 1. Perbandingan Pengelolaan Kurikulum dan Pengajaran di Pesantren
Tebuireng
pondok pesantren Tebuireng telah beberapa kali melakukan perubahan kebija
ksanaan yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana umumnya pesantren,
sistem pengajaran yang digunakan adalah metode sorogan (santri membaca sen
diri materi pelajaran kitab kuning di hadapan guru), metode wetonan atau bando
ngan ataupun halaqah (kyai membaca kitab dan santri memberi makna). Semua
bentuk pengajaran tidak dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat pendi
dikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam (selesai) dikaji dan dii
kuti santri. Materi pelajarannya pun khusus berkisar tentang pengetahuan agam
a Islam, ilmu syari’at dan bahasa Arab. Inilah sesungguhnya misi utama berdiri
nya pondok pesantren.
Perubahan sistem pendidikan di pesantren ini pertama kali diadakan Kyai Has
yim Asy’ari pada tahun 1919 M. yakni dengan penerapan sistem madrasi (klasi
kal) dengan mendirikan Madrasah Salafiyah Syafi’iyah. Sistem pengajaran disaj
ikan secara berjenjang dalam dua tingkat, yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani.
Hingga pada tahun 1929 M. kembali dirintis pembaharuan, yakni dengan dim
asukkannya pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran. Satu bent
uk yang belum pernah ditempuh oleh pesantren manapun pada waktu itu. Dala
m perjalanan penyelenggaraan madrasah ini berjalan lancar. Namun demikian b
ukan tidak ada tantangan, karena sempat muncul reaksi dari para wali santri –ba
hkan– para ulama’ dari pesantren lain. Hal demikian dapat dimaklumi menging
at pelajaran umum saat itu dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda dan
semacamnya. Hingga banyak wali santri yang memindahkan putranya ke pondo
k lain. Namun madrasah ini berjalan terus, karena disadari bahwa ini pada saatn
ya nanti ilmu umum akan sangat diperlukan bagi para lulusan pesantren.
Kini, pondok Pesantren Tebuireng telah berumur lebih dari 1 abad. Dinamika
pun menyertainya seiring dengan perjalanan pesantren ini, dari pergantian kepe
mimpinan (pengasuh), kebijakan, pembangunan sarana prasarana, jumlah santri,
dan sampai sistem pendidikan. Saat ini santri Tebuireng mencapai kurang lebih
2000 orang yang berasal dari berbagai daerah, baik Jawa maupun luar Jawa. Ha
nya saja, santri yang berasal dari Jawa lebih banyak dibanding luar Jawa yang k
ira-kira hanya lima pesennya.
Pondok Pesantren Tebuireng yang pada awal berdirinya adalah bertipe salaf,
dalam dinamikanya dan untuk sekarang ini tidak lagi dapat disebut dengan Pon
4
dok Pesantren Salaf sama sekali. Akan tetapi, pesantren ini di samping masih m
empertahankan sistem pendidikan salaf, dengan mengikuti perkembangan zama
n, menerapkan juga sistem pendidikan modern. Oleh karena itu, untuk sekarang
ini lebih tepat apabila menyebut Pondok Pesantren Tebuireng dengan sebutan P
ondok Pesantren Campuran atau Pondok Pesantren Terpadu (antara khalaf dan s
alaf).
Sistem campuran ini dapat dilihat, misalnya untuk yang salaf, model pengajar
an dengan sistem sorogan dan bandongan masih diterapkan, demikian pula deng
an masih adanya pengajaran terhadap kitab-kitab kuning (kitab salaf). Sementar
a itu, sistem khalaf atau modern dapat dilihat bahwa Pondok Pesantren Tebuire
ng telah menerapkan sistem klasikal (berkelaskelas atau berjenjang) dan bentuk
pendidikan madrasah (sekolah modern). Sistem modern dapat dilihat pula dari s
egi kurikulumnya (mengadopsi Depag dan Diknas) yang disediakan atau metod
e pengajarannya. Adapun jenjang-jenjang pendidikan umum yang ada di dalam
pesantren Tebuireng sebagai berikut: a). Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’
iyyah; b). Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyyah; c). SMP A. Wahid Hasyim
(Sekolah Standar Nasional); d). SMA A. Wahid Hasyim; e). Madrasah Muallim
in; dan f). Ma’had ‘Aly.
5
ai lembaga pendidikan non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang m
eliputi: Tauhid, tafsir, hadis, ushul fiqh, tasawuf, bahasa arab (Nahwu, sharaf, b
alaghah dan tajwid), mantik, akhlak. Pelaksanaan kurikulum pesantren ini berda
sarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kit
ab. Jadi ada tingkat awal, menengah dan tingkat lanjutan
2. Pesantren Modern; Pesantren jenis ini yang mengkombinasikan antara pesant
ren salaf dan juga model pendidikan formal dengan mendirikan satuan pendidik
an semacam SD/MI,SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan sampai pada perguruan
tinggi. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pesantren salaf yang diada
ptasikan dengan kurikulum pendidikan islam yang disponsori oleh Departemen
Agama dalam sekolah (Madrasah). Sedangkan kurikulum khusus pesantren dial
okasikan dalam muatan lokal atau mungkin diterapkan melalui kebijaksanaan se
ndiri. Gambaran kurikulum lainnya adalah pada pembagian waktu belajar, yaitu
mereka belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum yang ada di perguruan tinggi
(madrasah) pada waktu kuliah. Sedangkan waktu selebihnya dengan jam pelajar
an yang padat dari pagi sampai malam untuk mengkaji keilmuan islam khas pes
antren (pengajian kitab klasik).
Kurikulum pendidikan pesantren modern yang merupakan perpaduan antara p
esantren salaf dan sistem sekolah diharapkan akan mampu memumculkan outpu
t pesantren berkualitas yang tercermin dalam sikap aspiratif, progresif dan tidak
“ortodok”, sehingga santri bisa secara cepat dan beradaptasi dalam setiap bentu
k perubahan peradaban dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, karena
bukan golongan ekslusif dan memiliki kemampuan yang siap pakai.
Maka dari itu di pondok pesantren Lirboyo kurikulum pendidikan yang diajar
kan adalah Sistem pengajaran di pondok pesantren terbagi menjadi dua yaitu sis
tem pembelajaran klasikal dan sistem pembelajaran non klaskal. Sistem pembel
ajaran klasikal diadopsi dari sistem pendidikan modern yaitu santri dikelompok
kan berdasarkan jenjang kelas sesuai tingkat kemampuannya, Tingkat Madrasah
Ibtida’iyah, tingkat Tsanawiyah (Mts),tingkat Aliyah (MA), tingkat I’dadiyyah
(SP). Sedangkan sistem pembelajaran non klasikal langsung dibimbing oleh kya
i dengan system sorogan dan bandongan.
Kurikulum pendidikan di pondok pesantren secara garis besar dibagi menjadi
7 kelompok mata pelajaran fiqih, hadits, qur’an, tauhid, sastra arab, tasawuf, taf
sir, pada masing-masing pelajaran tersebut pondok pesantren telah menentukan
kitab yang dipakai berdasarkan jenjang kelas atau kemampuan santri.
Sistem Pengajaran di Pondok Pesantren, di pondok pesantren Lirboyo sistem
pengajaran secara prinsip dibagi menjadi dua kelompok pertama klasikal dan ke
dua non klasikal.
1. Sistem klasikal, Sistem pendidikan klasikal adalah sebuah model pengajaran
yang bersifat formalistik. Orientasi pendidikan dan pengajarannya terumuskan s
ecara teratur dan prosedural, baik meliputi masa, kurikulum, tingkatan dan kegi
atan-kegiatannya. Pendidikan dengan sistem klasikal ini di Pondok Pesantren Li
rboyo (baik pondok putra maupun pondok putri) telah berdiri madrasah hidayat
ul mubtadi’ien.
6
Jenjang Pendidikan Madrasah di Pondok Pesantren Lirboyo dibagi menjadi e
mpat tingkatan, sedangkan penentuan tingkatan ditentukan berdasarkan kemam
puan santri dalam menguasai pelajaran yang telah ditentutan. Pembagian jenjan
g klasikal sebagai berikut;
1. Tingkat Madrasah Ibtida’iyah (MI) ditempuh 6 Tahun
2. Tingkat Tsanawiyah (Mts) ditempuh
3 Tahun 3. Tingkat Aliyah (MA) ditempuh 3 Tahun
4. I’dadiyyah (SP) ditempuh 1 Tahun
Madrasah I’dadiyah dikhususkan bagi santri yang mendaftar tidak dari awal ta
hun ajaran (bulan Syawal). I’dadiyah merupakan madrasah persiapan bagi santr
i baru yang nanti di awal tahun ajaran baru (tahun depan bagi santri baru) akan
beralih jenjang pendidikan yang lain dan santri baru tersebut boleh mendaftar k
e jenjang ibtida’yyah, tsanawwiyah maupun aliyah, tergantung kemampuan sant
ri baru tersebut.
Sistem klasikal yang diterapkan sebagai pembelajaran wajib yang disesuai de
ngan kemampuan masing-masing santri dalam menyerap dan memahami keilm
uan yang diberikan. Bersifat wajib bagi santri-santri dengan mata pelajaran yan
g telah dibakukan sebagai tingkatan-tingakatan pembelajaran. Di mulai pada pe
rtengahan bulan Syawal sampai pada akhir bulan Rajab di setiap tahunnya. Den
gan masa libur 2 kali dalam 1 tahun yakni 10 hari pada bulan Maulid dan 30 har
i di bulan Ramadlan.
2. Sistem Non Klasikal, Pendidikan non klasikal dalam Pondok Pesantren Lirbo
yo ini menggunakan metode weton atau bandongan dan sorogan. Metode weton
atau bandongan adalah sebuah model pengajian di mana seorang kyai atau ustad
z membacakan dan menjabarkan isi kandungan kitab kuning sementara murid at
au santri mendengarkan dan memberi makna.
Adapun sistem sorogan adalah berlaku sebaliknya yaitu santri atau murid me
mbaca sedangkan kyai atau ustadz mendengarkan sambil memberikan pembetul
an-pembentulan, komentar atau bimbingan yang diperlukan. Kedua metode ini s
ama-sama mempunyai nilai yang penting dan ciri penekanan pada pemahaman
sebuah disiplin ilmu, keduanya saling melengkapi satu sama lainnya. Istilah sor
ogan digunakan untuk sorogan Al-Qur’an dan sorogan Kitab Kuning.
Di hadapan seorang guru (biasa disebut Penyorog), seorang peserta didik (san
tri) membaca kitab kuning beserta maknanya, biasanya menggunakan bahasa Ja
wa dengan metode pemaknaan ala “utawi iku”. Sedangkan Penyorog menyimak
bacaan, mengingatkan kesalahan dan sesekali meluruskan cara bacaan yang ben
ar.
Dengan metode pemaknaan “utawi iku” semacam ini, terangkum empat sisi p
elatihan
a. Kebenaran harakat, baik harakat mufradat (satu per satu kata) dan harakat ter
kait i’rab
7
b. Kebenaran tarkib (posisi kata dalam kalimat, mirip dengan S-P-O-K {Subyek
– Predikat – Obyek – Keterangan} dalam struktur bahasa Indonesia)
c. Kebenaran makna mufradat (kosakata)8
8
kan sistem berbasis kompetisi serta kompetensi dalam kurikulumnya merupaka
n tidak lain mengakui serta mengapresiasi santri-santri yang pintar serta giat, tet
api senantiasa membimbing santri yang pemahamannya agak lelet. Dengan dem
ikian, terwujud persaingan yang sehat dalam belajar, santri berlomba- lomba bu
at kilat berakhir.
Pembatasan kurikulum dicoba secara kolaboratif di mana seluruh anggota yan
g terdiri dari kepala pembelajaran jenjang Amtsilati, kepala pembelajaran jenjan
g Pasca Amtsilati, pengurus bidang pembelajaran, serta perwakilan guru bersam
a- sama melaksanakan pembatasan kurikulum secara komprehensif. Komponen
yang tercantum di dalam dokumen pembatasan kurikulum merupakan (1) Jenja
ng kelas, (2) Mata pelajaran, (3) Kompetensi kurikulum pondok, serta (4) Hasil
pembatasan kurikulum. Hasil pembatasan kurikulum dijadikan rujukan buat me
ningkatkan silabus.
Pengembangan silabus di Pondok Pesantren Darul Falah “Amtsilati” Jepara di
coba secara kolaboratif, ialah seluruh anggota regu yang terdiri dari kepala pem
belajaran jenjang Amtsilati, kepala pembelajaran jenjang Pasca Amtsilati, peng
urus koordinator bidang pembelajaran, serta perwakilan guru bersama- sama me
laksanakan pembatasan kurikulum, serta secara komprehensif, ialah mencakup t
otalitas tingakatan kelas dari kelas sangat dasar hingga kelas sangat atas. Komp
onen yang terdapat di dalam dokumen pengembangan silabus terdiri dari jenjan
g kelas, mata pelajaran, kompetensi Pengajaran, serta alokasi waktu. Pengemba
ngan silabus dicoba secara mandiri oleh yang tergabung dalam pengurus bidang
pembelajaran.
Supaya implementasi kurikulum Pondok Pesantren Darul Falah “Amtsilati” J
epara berjalan efisien, hingga diresmikan serangkaian langkah- langkah pengor
ganisasian yang terdiri dari pimpinan pondok menetapkan kebijakan kurikulum,
pengurus bidang pembelajaran menetapkan silabus, kepala pembelajaran Amtsil
ati serta Pasca Amtsilati dan pengurus bidang pembelajaran menetapkan struktu
r kurikulum serta agenda pelajaran, penjaga mengesahkan struktur kurikulum se
rta agenda pelajaran, penjaga menghasilkan SK penugasan serta pembagian tug
as guru.
Implementtasi kurikulum di Pondok Pesantren Darul Falah “Amtsilati” Jepara
dilaksanakan dalam wujud aktivitas Pengajaran. Pondok Pesantren Darul Falah
“Amtsilati” Jepara melaksanakan 3 model aktivitas Pengajaran, ialah Pengajara
n klasikal (intrakurikuler), Pengajaran non klasikal (co- kurikuler), serta ekstrak
urikuler.
Impelementasi kurikulum di Pondok Pesantren Darul Falah“ Amtsilati” Jepar
a sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hamalik, kalau implementasi kurikulu
m merupakan pelaksanaan ataupun penerapan program kurikulum yang sudah d
ibesarkan dalam sesi tadinya, setelah itu diujicobakan dengan penerapan serta p
engelolaan, sembari tetap dicoba penyesuaian terhadap suasana lapangan serta c
iri partisipan didik, baik pertumbuhan intelektual, emosional, dan fisiknya.10
10
Oemar Hamalik, “Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
238.,” 2008.
9
Penerapan Pengajaran di Pondok Pesantren Darul Falah “Amtsilati” Jepara m
enganut sistem berbasis kompetisi serta kompetensi yang bisa memicu motivasi
belajar santri lewat persaingan secara sehat di antara santri, sehingga bisa memi
nimalisir santri buat bermalas- malasan sebab tertinggal oleh santri yang lain.11
10
sarkan jenjang kelas sesuai tingkat kemampuannya, Tingkat Madrasah Ibtida’iyah,
tingkat Tsanawiyah (Mts),tingkat Aliyah (MA), tingkat I’dadiyyah (SP). Sedangk
an sistem pembelajaran non klasikal langsung dibimbing oleh kyai dengan system
sorogan dan bandongan. Kurikulum pendidikan di pondok pesantren secara garis
besar dibagi menjadi 7 kelompok mata pelajaran fiqih, hadits, qur’an, tauhid, sastr
a arab, tasawuf, tafsir, pada masing-masing pelajaran tersebut pondok pesantren te
lah menentukan kitab yang dipakai berdasarkan jenjang kelas atau kemampuan sa
ntri.
Sistem Pengajaran di Pondok Pesantren, di pondok pesantren Lirboyo sistem pe
ngajaran secara prinsip dibagi menjadi dua kelompok pertama klasikal dan kedua
non klasikal.
3. Kurikulum dan Pengajaran di Pesantren Amtsilati Jepara
Pondok Pesantren Darul Falah “Amtsilati” Jepara selaku energi tarik kalau men
awarkan kurikulum berbasis kompetisi serta kompetensi (kurikulum Amtsilati) de
ngan memakai tata cara Amtsilati yang memudahkan serta memesatkan santri me
mahami ilmu nahwu sharaf. Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Darul Fa
lah“ Amtsilati” Jepara dirancang dalam waktu 6 bulan santri sanggup membaca ki
tab kuning/ kitab gundul.8 Tidak hanya itu, modul kurikulum yang diajarkan pula
lumayan komprehensif, mulai dari Fiqih Thoharoh, Ubudiyah, Muamalah, Munak
ahah, Jinayah, hingga kelas Tafsir.
Dalam mengimplementasikan kurikulum pada proses Pengajaran, Pondok Pesa
ntren Darul Falah“ Amtsilati” Jepara melaksanakan 3 model aktivitas Pengajaran,
ialah Pengajaran klasikal( intrakurikuler), Pengajaran non klasikal( co- kurikuler),
serta ekstrakurikuler.
Daftar pustaka
Alam, Mufassirul, and Fikri Maulana. “Manajemen Kurikulum Pesantren Salaf D
arul Falah ‘Amtsilati’ Jepara.” IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Isl
am 4, no. 02 (November 4, 2021): 199–220. https://doi.org/10.37542/iq.v4
i02.244.
Aly, Abdullah. Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren: Telaah Terhadap K
urikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Pustaka Pe
lajar, 2011.
Choliq, Abdul. “Manajemen Pendidikan Islam (Semarang:Rafi Sarana Perkasa), 7
7.,” 2002.
Hamalik, Oemar. “Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya),238.,” 2008.
Junaidi, Kholid. “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren di Indonesia (Suatu Kajian
Sistem Kurikulum di Pondok Pesantren Lirboyo).” Istawa: Jurnal Pendidi
kan Islam 2, no. 1 (February 21, 2017): 95. https://doi.org/10.24269/ijpi.v2
i1.364.
Khaerudin, and makhfud Junaidi. “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jogjak
arta : Pilar Media), Hlm. 23,” 2007.
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoretis Dan Pelaksanaan. BPFE, 1988.
11
Priyanto, Dwi. “‘ Inovasi Kurikulum Pesantren’, (Purwokerto: Ibda), Hlm.1,” 200
6.
Qomar, Mujamil. “Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisa
si Institusi, (Jakarta : Erlangga), Hlm. 76,” 2007.
Rosyada, Dede. “Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana), Hlm. 6
5.,” 2004.
12