0% found this document useful (0 votes)
52 views

Proceeding Seminar Nasional: Coping Stress Pada Remaja Broken Home

This document summarizes a research study about coping with stress among teenagers from broken homes. The study aimed to understand the coping strategies used by three teenagers from broken home families in Kudus, Central Java, Indonesia. The results showed that coming from a broken home background caused changes in the informants' behavior, emotions, cognition, and physical health, prompting them to cope with stress. Factors influencing their coping included physical health, positive beliefs, problem-solving skills, social skills, social support, and material resources. Their coping strategies included both emotion-focused coping (e.g. avoidance, self-control) and problem-focused coping (e.g. active coping, planning). Emotion-focused coping was

Uploaded by

Dimas Ihsand
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
52 views

Proceeding Seminar Nasional: Coping Stress Pada Remaja Broken Home

This document summarizes a research study about coping with stress among teenagers from broken homes. The study aimed to understand the coping strategies used by three teenagers from broken home families in Kudus, Central Java, Indonesia. The results showed that coming from a broken home background caused changes in the informants' behavior, emotions, cognition, and physical health, prompting them to cope with stress. Factors influencing their coping included physical health, positive beliefs, problem-solving skills, social skills, social support, and material resources. Their coping strategies included both emotion-focused coping (e.g. avoidance, self-control) and problem-focused coping (e.g. active coping, planning). Emotion-focused coping was

Uploaded by

Dimas Ihsand
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

COPING STRESS PADA REMAJA BROKEN HOME

Chabibati Fatimatuz Zahra & Fajar Kawuryan


Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus
Email: [email protected]

Abstract. This research was aimed to find the coping stress in a broken home teenage. In
this research, the authors used a qualitative research. Informants who participated in this
research were three teenagers from broken home family in Kudus. The results of this
research showedthat the three in form an tshada broken home, which resulted in a change
of behavioral, emotional, cognitive, and physical. Factors that influence the in formants in
doing coping stress is physical health, positive beliefs, problem-solving skills, social skills,
social support, and material. Forms of coping strategies that are used by third informant
consists of emotion focused coping and problem focused coping. Coping stress form of
emotion focused copingt ends to be more widely used in the three informants. Such as
escape avoidance, self-control, accepting responsibility, positive reappraisal, and seeking
for social support. While coping strategies form problem focused coping is more used by
informants II because she has a high spirit in solving the problem, it can be seen from the
use of active oping, planning, and seeking social support for instrumentalis good.
Key word :coping stress, teenage, broken home

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui coping stres pada remaja broken
home. Penelitian ini berjenis kualitatif. Informan berjumlah tiga orang, merupakan remaja
yang berasal dari keluarga broken di Kudus. Hasil penelitian menunjukkan ketiga informan
denganlatar belakang keluarga broken mengalami perubahan pada perilaku, emosi, kognitif,
dan fisik disebabkan stres yang dialami. Hal tersebut memicu informan untuk melakukan
coping stress. Faktor-faktor yang mempengaruhi informan dalam melakukan coping stress
adalah kesehatan fisik, keyakinan yang positif, ketrampilan memecahkan masalah,
ketrampilan sosial, dukungan sosial, serta materi. Bentuk strategi coping yang digunakan
oleh ketiga informan terdiri dari emotion focused coping dan problem focused coping.
Strategi coping bentuk emotion focused coping cenderung lebih banyak digunakan pada
ketiga informan, seperti escape avoidance, self control, accepting responsibility, positive
reappraisal, dan seeking for social support. Sedangkan strategi coping bentuk problem
focused coping lebih banyak digunakan oleh informan II, karena memiliki semangat yang
tinggi dalam menyelesaikan permasalahannyaterlihat dari bentuk coping yang
digunakannya seperti active coping, planning, dan seeking social support for instrumental
reasons.
Kata kunci : coping stres, remaja, broken home

Latar Belakang Masalah remaja sebagai anak menjadi korban.


Menurut Sinudarsono (2009)broken home
Masa remaja adalah masa pencarian adalah kondisi keluarga yang tidak
jati diri. Banyak hal dan dukungan positif harmonis dan tidak berjalan layaknya
yang dibutuhkan remaja dari orang-orang di keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera
sekitarnya agar mampu tumbuh dan karena sering terjadi keributan serta
berkembang sebagai pribadi yang perselisihan yang menyebabkan
berkepribadian utuh, salah satunya pertengkaran dan berakhir pada perceraian.
keluarga. Namun kenyataan kadang Kondisi ini dapat menimbulkan dampak
menunjukkan, remaja memiliki orangtua yang sangat besar terutama bagi anak-anak.
yang bermasalah sehingga mengakibatkan Bisa saja anak menjadi murung, sedih yang

iSBN : 978-602-71716-2-6 52
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak diantaranya adalah penundaandan


juga kehilangan pegangan serta panutan penolakan, menarik diri dari teman
dalam masa transisi menuju kedewasaan. dan keluarga, hilangnya nafsu
makan dan tenaga, ledakan emosi
Taylor (1999) menyatakan ada dan agresi, berubahnya pola tidur
beberapa tipe dari suatu peristiwa yang (tidur tidak nyenyak).
dapat dinilai sebagai suatu peristiwa yang b) Gejala- gejala emosi
dapat menimbulkan stres diantaranya Gejala- gejala emosi yang paling
adalah peristiwa yang tidak menyenangkan, umum adalah cemas, takut, mudah
tidak dapat dikontrol ataupun diprediksi, marah, dan depresi. Gejala lainnya,
peristiwa yang ambigu, dan kejadian yang ketakutan, frustasi, merasa bingung
tidak dapat diselesaikan masalahnya. dan kehilangan kendali.
Radley (Rahmayati, 2009) c) Gejala- gejala kognitif
mengungkapkan, bahwa istilah coping stres Gejala- gejala kognitif yang paling
dapat diartikan sebagai penyesuaian secara umum adalah hilangnya motivasi
kognitif dan perilaku menuju keadaan yang dan konsentrasi. Gejala- gejala
lebih baik, mengurangi dan bertoleransi mental dan kognitif lainnya adalah
dengan tuntutan-tuntutan yang ada kekhawatiran yang berlebihan.
mengakibatkan stres. Lazarus dan Folkman Salah satu gejala final dari gejala
(1988) mengungkapkan bahwa setiap kognitif ini adalah keinginan untuk
individu melakukan cara coping yang melarikan diri dari situasi dimana
berbeda-beda dalam menghadapi situasi individu berada.
yang menekan dari lingkungan, mekanisme d) Gejala- gejala fisik
atau cara coping ini bisa meliputi kognitif Gejala- gejala fisik yang umum
(pola pikir) dan perilaku (tindakan). adalah pegal- pegal dan lemas,
migrain dan sakit kepala, sakit
Penelitian ini bertujuan untuk punggung termasuk sakit punggung
mengetahui coping stress pada remaja bagian bawah, dan ketegangan otot
broken home.Manfaat teoritis yang ingin yang dapat dilihat dalam bentuk
dicapai dalam penelitian adalah memberi kejang urat. Pada sistem
sumbangan pengetahuan bagi kardiovaskular, stres seringkali
pengembangan disiplin psikologi, direflesikan dengan meningkatnya
khususnya psikologi klinis berkaitan detak jantung, hipertensi, dan
dengan masalah coping stres pada remaja buruknya peredaran darah arteri.
broken home. Pada sistem pernafasan, seringkali
diperlihatkan dengan tarikan nafas
Stres adalah keadaan internal yang
yang cepat, pendek- pendek, dan
diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh
kelelahan yang luar biasa.
atau kondisi lingkungan dan sosial yang
Radley (Rahmayati, 2009)
dinilai potensial membahayakan, tidak
mengungkapkan, bahwa istilah coping stres
terkendali atau melebihi kemampuan
dapat diartikan sebagai penyesuaian secara
individu untuk mengatasinya (Lazarus dan
kognitif dan perilaku menuju keadaan yang
Folkman, 1988).
lebih baik, mengurangi dan bertoleransi
Menurut Rice (Rahmayati, 2009), dengan tuntutan-tuntutan yang ada
secara umum gejala- gejala stres dapat mengakibatkan stres. Mu’tadin (2002)
dibedakan ke dalam empat macam jenis, menyatakan faktor yang mempengaruhi
yaitu : strategi coping ada 6 yaitu :

a) Gejala- gejala perilaku a) Kesehatan Fisik


Dari banyaknya gejala- gejala Kesehatan merupakan hal yang
perilaku yang timbul, beberapa penting, karena selama dalam usaha

iSBN : 978-602-71716-2-6 53
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

mengatasi stres individu dituntut untuk melibatkan pikiran dan tindakan yang
mengerahkan tenaga yang cukup besar. ditunjukan untuk mengatasi perasaan yang
b) Keyakinan atau pandangan positif menekan akibat dari situasi stres.
Keyakinan menjadi sumber daya Adapun bentuk-bentuk problem
psikologis yang sangat penting, seperti focused coping sebagai berikut : active
keyakinan akan nasibyang coping, planning, restraint coping, seeking
mengarahkan individu pada penilaian social support for instrumental reasons,
ketidakberdayaan yang akan dan suppressing of competing activitie,
menurunkan kemampuan strategi sedangkan bentuk-bentuk emotion focused
coping tipe : problem-solving focused coping sebagai berikut : distancing, escape-
coping. avoidance, self control, accepting
c) Ketrampilan memecahkan masalah responsibility, positive reappraisal, dan
Keterampilan ini meliputi kemampuan seeking for social support(Lazarus dan
untuk mencari informasi, menganalisa Folkman,1988).
situasi, mengidentifikasi masalah
dengan tujuan untuk menghasilkan Metode Penelitian
alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut Penelitian ini menggunakan metode
sehubungan dengan hasil yang ingin penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini
dicapai, dan pada akhirnya tidak semua remaja dapat dijadikan sebagai
melaksanakan rencana dengan informan, tetapi hanya remaja yang
melakukan suatu tindakan yang tepat. mempunyai identitas sesuai dengan pokok
d) Ketrampilan sosial permasalahan dalam penelitian ini, yaitu
Keterampilan ini meliputi kemampuan remaja yang mengalami stres dan berasal
untuk berkomunikasi dan bertingkah dari keluarga broken home.
laku dengan cara-cara yang sesuai Pengambilan data melalui
dengan nilai-nilai sosial yang berlaku wawancara dan observasi. Analisis data
di masyarakat. menggunakan koding, dengan tahapan
e) Dukungan sosial sebagai berikut : melakukan transkripsi
Dukungan ini meliputi dukungan hasil wawancara dan observasi, identifikasi
pemenuhan kebutuhan informasi dan kata kunci, menemukan tema dan kategori
emosional pada diri individu yang serta menyusun bagan teoritis. Kredibilitas
diberikan oleh orang tua, anggota hasil penelitian dilakukan dengan
keluarga lain, saudara, teman, dan menggunakan metode triangulasi. Metode
lingkungan masyarakat sekitarnya. triangulasi yang dipakai adalah : triangulasi
f) Materi sumber data, triangulasi metode, dan
Dukungan ini meliputi sumber daya triangulasi teori.
berupa uang, barang-barang atau
layanan yang biasanya dapat dibeli. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Lazarus dan Folkman (1988)
Coping Stress Informan I (NZ)
membagi cara copingberdasarkan tujuan
atau intensitas masing-masing individu ada Informan I adalah mahasiswa
dua, yaitu : (1) problem focused coping, semester V sebuah perguruan tinggi swasta
yakni coping yang memfokuskan pada di Kudus. NZ merupakan anak pertama dari
masalah yang melibatkan usaha yang dua bersaudara. Keluarga yang jarang
dilakukan untuk merubah beberapa hal bekomunikasi dan kurang kasih sayang
yang menyebabkan stres (stresor) dan (2) membuat NZ merasa bosan dengan
emotion focused coping yakni bentuk hidupnya. NZMerasa belum menemukan
coping yang lebih memfokuskan pada jati diri karena perilakunya belum baik dan
masalah emosi, bentuk coping ini lebih masih berbuat nakal seperti minum

iSBN : 978-602-71716-2-6 54
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

minuman keras. Dari kebiasaannya yang dibiarkan dan menikmati rasa sakit hatinya
kurang baik membuat NZ menjadi sosok sendirian.Dalam melakukan strategi coping
yang suka menyendiri dan pendiam di mata NZ kurang mendapatkan dukungan sosial
teman-temannya. Selain itu NZ juga dari orang-orang disekelilingnya.NZ
membenci sosok ayah karena didikannya memiliki materi yang cukupdalam usahanya
yang kaku dan keras. mengurangi kondisi stres yang sedang
dialami. NZ menghabiskan hingga ratusan
Kondisi stres yang dialami NZ ribu untuk membeli kaos yang
terlihat dari beberapa gejala. Gejala disenanginya.
perilaku: pola tidur yang tidak teratur,
makan tidak teratur, kurang percaya diri, Strategi coping yang digunakan
minder dan sering mengalami mimpi buruk oleh NZ adalah emotion focused coping dan
mengenai permasalahan yang ada problem focused coping. NZ lebih sering
dikeluarganya.Perubahan pada perasaan : memilih untuk menghindari
sering bingung dan menjadi ketidaknyamanan berada di rumah dengan
pendiam.Perubahan kognitif : memiliki strategi escape avoidanceyaitutidur, pergi
kekhawatiran yang berlebihan. NZ juga bersama teman-teman atau pacarnya, dan
mengalami perubahan pada fisiknya ketika minum minuman keras. Ketika sedang
tertekan, yaitu sering pusing kepala. tertekan NZ mencoba mengatur emosinya
supaya tidak diketahui oleh orang lain,
Beberapa faktor yang bentuk coping seperti ini disebut dengan
mempengaruhi NZ ketika melakukan self control. Keduanya termasuk bentuk
coping stressadalah kesehatan fisiknya emotion focused coping.Penggunaan
yaitu sering merasa pusing ketika sedang problem focused coping denganactive
tertekan.NZ memiliki keyakinan yang besar coping sebagai langkah atau usaha
jika hal yang menimpa keluarganya tidak menghentikan konflik pertengkaran pada
bisa dirubah.Dalam menyelesaikan kedua orang tuanya, yakni dengan
masalahnya NZ meluapkan kisah menggedor pintu kamar kedua orang
hidupnyapada orang yang dipercayai, tuanya, sedangkan seeking social support
namun tetap mengalami kebingungan for instrumental reason digunakan NZ
setelah bercerita.Faktor lain dalam ketika menghadapi sebuah permasalahan
mempengaruhi coping stress yaitu dengan bercerita pada orang yang
ketrampilan sosial. NZ lebih senang jika dipercayainya.

iSBN : 978-602-71716-2-6 55
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

Gambar 1
Skema Interpretasi Informan I (NZ)

Kondisi broken home :


Tidak pernah merasakan kebahagiaan ataupun bercanda bersama keluarga.
Orang tua lebih mementingkan pekerjaan dari pada merawat anak.
Merasa minder, temannya sedikit karena tidak pernah dibiasakan untuk bersosialisasi
Awal kuliah IP menjadi 2,1 karena merasa tidak ada dukungan dari orang tua.

Gejala-gejala stres :
Faktor yang mempengaruhi 1. Gejala perilaku : kurang percaya diri,
strategi coping: minder, mimpi buruk, pola tidur tidak
1. Kesehatan fisik : sering teratur, tidak peduli pola makan.
pusing kepala 2. Gejala emosi : sering bingung
2. Keyakinan positif : harus 3. Gejala kognitif : kekhawatiran yang
bisa menerima keadaan berlebihan, menghindar dari suasana rumah
atau kondisi keluarga. 4. Gejala fisik : sering pusing kepala
3. Keterampilan memecahkan
masalah : cerita ke teman
tapi akhirnya bingung.
4. Keterampilan sosial : tidak
mau bersosialisasi Coping Stress
5. Dukungan sosial : kurang
dukungan sosial
6. Materi : terpenuhi
Emotion Focused Coping :
1. Distancing : informan tidak menggunakan
Problem Focused Coping : strategi distancing
1. Active Coping : 2. Self control :Menjadi pendiam agar
mencobamenghentikan konflik
ekspresi marahnya tidak berimbas kepada
pertengkaran orang tuanya dengan
menggedor pintu kamar. orang lain.
2. Planning : informan tidak 3. Escape avoidance :Menghindar dari
menggunakan strategi planning. permasalahan dengan tidur, pergi dengan
3. Restraint Coping: informan tidak pacar dan meminum minuman keras.
menggunakan strategi restraint 4. Accepting Responsibility: informan tidak
coping. menggunakan strategi accepting
4. Seeking social support for
responsibility
instrumental reason : mencari
nasihat dengan bercerita terhadap 5. Positive reappraisal: informan tidak
orang yang dipercayainya. menggunakan strategi positive reappraisal
5. Suppresing of competing activities: 6. Seeking social support for emotional
informan tidak menggunakan strategi reason: informan tidak menggunakan
suppresing of competing activities. strategi seeking social support for
emotional reason

iSBN : 978-602-71716-2-6 56
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

Coping StressInforman II (LR) keempat yang mempengaruhi strategi coping


adalah ketrampilan sosial. LR termasuk orang
LR adalah mahasiswa semester III yang memiliki ketrampilan sosial dalam
sebuah Sekolah Tinggidi Kudus. LR usahanya mengurangi tekanan. LR lebih
merupakan anak tunggal dari pernikahan memilih untuk curhat dengan temannya dari
ayahnya yang pertama dan saat ini tinggal di pada hanya diam.Faktor kelima yang dapat
perumahan yang elite di Kudus. LR meyakini mempengaruhi strategi coping adalah
bahwa perilaku ayahnya berubah semenjak dukungan sosial. Dukungan yang
terkena guna-guna dari salah satu didapatkannya dari Mi dan bundanya yang
pegawainya. Ayahnya menjadi sosok yang selalu ada untuk mengarahkan dan
kasar dan sering emosi yang tidak memberinya nasihat.Faktor keenam yang
terkendali.LR mendapat tekanan dari dapat mempengaruhi strategi coping adalah
tantenya yaitu adik kandung ayah, yang materi. Dapat dikatakan LR memiliki materi
selalu mengejar-ngejar LR untuk disuruh- yang lebih dari cukup dalam usahanya
suruh selayaknya pembantu. Hal ini mengurangi tekanan.
dikarenakan semasa kecil LR dirawat oleh
tantenya, hingga sekarang tantenya Strategi coping yang digunakan oleh
mengharapkan balasan dari bunda LR dengan LR pada awalnya menggunakan emotion
mentransfer uang setiap bulan serta focused coping. LR menggunakan coping
menyuruh LR bersih-bersih rumah seperti dengan bentuk self control, sebagai bentuk
pembantu. pertahanan diri seperti diam ketika sedang
tertekan. Hal ini dilakukan agar LR
Kondisi stres yang dialami LR tenang.LR ingin segera menyelesaikan
terlihat dari beberapa gejalanya, yakni gejala permasalahan yang sedang menimpanya, hal
perilaku : insomnia dan nafsu makannya ini karena LR merasa bersalah dan
berkurang. Hal ini dikarenakan LR bertanggungjawab atas permasalahan yang
terbayang-bayang oleh perlakuan kasar ayah terjadi. Strategi coping ini disebut dengan
kepada bundanya.Perubahan emosi juga accepting responsibility.LR merasa menjadi
dialami LR ketika sedang stres :panik dan lebih bisa bersyukur. Jika seseorang juga
bingung.Gejala kognitif : kurang bersemangat melihat ada yang jauh lebih kurang dari kata
dan malas ketika disuruh belajar di sempurna maka seseorang akan menjadi
rumah.Gejala fisik : mimisan. manusia yang lebih bisa bersyukur. Strategi
Terdapat beberapa faktor yang coping ini disebut dengan positive
mempengaruhi strategi coping pada informan reappraisal.
II LR, Faktor pertama berkaitan dengan Tidak hanya strategi coping pada
kesehatan fisik. LR sering mimisan ketika emotion focused coping yang digunakan oleh
sedang tertekan, maka hal ini akan LR, namun juga problem focused coping. Hal
menghambat usaha LR dalam mengurangi ini dikarenakan terdapat dukungan dari
stres yang dialaminya.Faktor yang kedua orang-orang terdekat LR yang membantu
adalah keyakinan positif,LR memiliki dalam usahanya mengurangi kondisi stres,
keyakinan bahwa semua permasalahan pasti yaitu Mi (guru SMA) dan juga bunda LR.
dapat terselesaikan. Faktor ketiga yang Coping ini disebut dengan seeking social
mempengaruhi strategi coping adalah support for instrumental reasons.Setelah
keterampilan dalam memecahkan masalah. mendapatkan dukungan dari orang-orang
LR termasuk orang yang memiliki terdekat, akhirnya LR menggunakan salah
keterampilan dalam memecahkan masalah, satu coping bentuk active cooping, yaitu
dengan cara mencari nasihat dari Mi (guru mengambil langkah aktif untuk mengurangi
SMA LR) dan menghampiri sumber masalah dampak dari sumber stres. Seperti misalnya
untuk diselesaikan dengan baik-baik.Faktor

iSBN : 978-602-71716-2-6 57
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

LR ingin menunjukkan pada orang tuanya sebuah permasalahan bisa terselesaikan


karena mendapatkan juara I dari lomba OSN dengan tuntas dan tidak mau lari dari
Sosiologi sebagai usaha mendamaikan orang permasalahan. Langkah yang ditempuh LR
tuanya yang pada waktu itu belum untuk mengatasi sebuah permasalahannya
bercerai.LR juga menggunakan planning adalah berencana mendekati kedua
yang termasuk dalam problem focused orangtuanya dan mencari solusi bersama
copingyaitumemikirkan cara bagaimana orangtuanya.
Gambar 2
Skema Interpretasi Informan II (LR)

Kondisi Keluarga broken home :


Kurang kasih sayang karena sering ditinggal ayah dan ibu bekerja hingga ke luar kota.
Ingin bertemu ayahnya namun mendapatkan perlakuan kasar dari istri ayah yang baru.
Disuruh untuk bersih-bersih rumah tante seperti pembantu.
Nilai akademis menjadi turun ketika ayah dan ibunya akanbercerai
Ayah memilih bercerai dan menikahi selingkuhannya dengan syarat ibu melunasi hutang-
hutang ayah.

Faktor yang mempengaruhi strategi coping: Gejala-gejala stres :


1. Kesehatan fisik : Sering mimisan 1. Gejala perilaku : insomnia,
nafsu makan berkurang
2. Keyakinan positif : Semua permasalahan
2. Gejala emosi : panik,
pasti bisa diselesaikan bingung
3. Keterampilan memecahkan masalah: 3. Gejala kognitif : kurang
Mencari nasihat dan mengambil langkah semangat, malas belajar
aktif untuk menyelesaikan masalah 4. Gejala fisik : sering mimisan
4. Keterampilan sosial : selalu curhat dengan
temannya
5. Dukungan sosial : Mendapat dukungan
Coping Stress
dari Mi dan bunda
6. Materi : terpenuhi

Problem Focused Coping : Emotion Focused Coping:


1. Active coping : ingin menunjukkan pada 1. Distancing : informan tidak
orang tua mendapatkan juara I sebagai usaha menggunakan strategi distancing
mendamaikan orang tua 2. Escape avoidance : informan
2. Planning: mengatasi sebuah permasalahan tidak menggunakan strategi
dengan cara mendekati sumber permasalahan escape avoidance
dan dibicarakan dengan baik-baik. 3. Self control : Mengatur
emosinya dengan diam karena
3. Restraint coping: informan tidak
tidak ingin mengganggu yang
menggunakan strategi restraint coping lain.
4. Seeking social support for instrumental 4. Accepting responsibility: Segera
reason: mencari nasihat dari Mi dan bunda menyelesaikan masalah karena
5. Suppresing of competing activities: informan akan bersalah jika belum selesai
tidak menggunakan strategi suppresing of masalahnya
competing activities 5. Positive reappraisal: menjadi
manusia yang lebih bersyukur.

iSBN : 978-602-71716-2-6 58
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

Coping Stres Remaja Broken home Informan I


Coping StressInforman III (GE) strategi coping adalah ketrampilan sosial. GE
kurang memiliki ketrampilan sosial. GE
GE adalah pelajar kelas XII sebuah sering emosi hingga tak terkendali ketika
SMK swasta di Kudus. GE merupakan anak sedang mendapatkan permasalahan, seperti
pertama dari empat bersaudara dan tinggal di misalnya sering bertengkar dengan tetangga
Wergu Kudus bersama neneknya. GE depan rumahnya.
mengalami konflik dengan ayah dan akhirnya
terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif Faktor kelima yang dapat
seperti minumminuman keras.Ayah GE tidak mempengaruhi strategi coping adalah
pernah memikirkan rasa sakit hati yang dukungan sosial. GE mendapatkan dukungan
dialami GE karena memiliki wanita lain dari keluarga dan teman-temannya, bentuk-
selain ibunya. Di rumah, GE juga mengalami bentuk dukungan yang diberikan dari
konflik dengan nenek yang dari ibu. Hal ini keluarga maupun teman dijadikan pedoman
dikarenakan perilaku nenek yang kurang baik untuk lebih semangat lagi.Faktor keenam
kepada GE dan juga ketiga adiknya. yang dapat mempengaruhi strategi coping
adalah materi. GE tidak terlalu memikirkan
Kondisi keluarga yang tidak utuh dan uang dalam usahanya melakukan strategi
tekanan dari orang rumah membuat GE coping. Hal ini karena uang bersifat
mengalami gejala-gejala stres. Gejala stres kondisional, GE berpikiran bahwa jika
yang pertama adalah gejala perilaku : tidura memiliki materi tidak bisa menjamin
tidak nyenyak dan nafsu makan kebahagiaan seseorang.
berkurang.Gejala yang kedua adalah
mengalami perubahan pada emosinya : emosi Strategi coping yang digunakan oleh
tidak terkendali jika permasalahan GE menggunakan emotion focused coping
menghampirinya. Jika sedang tidak terkendali dan problem focused coping. GE tertekan
emosinya, GE memilih untuk keluar rumah karena menghadapi perilaku yang kurang
agar tidak menyakiti atau menyerang adik- baik dari nenek, sehingga membuat GE dan
adiknya.Gejala stres yang ketiga gejala ibunya bertengkar, namun setelah itu GE
kognitif : sulit fokus dan konsentrasi ketika menyesali perbuatannya dan meminta maaf
pelajaran sedang berlangsung.Gejala stres kepada ibunya.GE lebih sering memilih untuk
yang keempat adalah mengalami perubahan menghindari permasalahan yang dihadapinya.
mengenai kesehatan fisiknya : pusing kepala. Strategi ini disebut dengan escape avoidance.
GE menghindar dari permasalahan rumah
Terdapat beberapa faktor yang dengan pergi bersama teman-temannya ke
mempengaruhi strategi coping pada tempat hiburan dan minum minuman keras.
GE.Faktor yang pertama mengenai kesehatan
fisik. GE mengalami sakit kepala hingga Dalam menyelesaikan
berhari-hari ketika sedang tertekan, maka hal permasalahannya GE mendapat dukungan
ini akan menghambat usaha GE dalam dari teman-temannya. Strategi coping ini
mengurangi stres yang dialaminya.Faktor disebut dengan seeking for social support,
yang kedua adalah keyakinan positif.GE GE merasa senang dengan keberadaan
berkeyakinan bahwa semua permasalahan temannya (Jo) yang selalu menengahi
pasti ada jalan keluarnya.Faktor ketiga yang informan dengan teman-temannya yang lain
mempengaruhi strategi coping adalah jika sedang bertengkar. GE meyakini semua
ketrampilan dalam memecahkan masalah. masalah berakhir bahagia. Hal ini
Dalam menyelesaikan masalahnya GE menunjukkan bahwa GE menggunakan
bercerita kepada teman agar menemukan strategi coping possitive reappraisal. Strategi
solusi.Faktor keempat yang mempengaruhi active coping yang termasuk pada problem

iSBN : 978-602-71716-2-6 59
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

focused coping digunakan oleh informan GE karena GE ingin mendapatkan kejelasan


sebagai usahanya mempersatukan keluarga mengenai status ayahnya yang ternyata sudah
dengan memberi masukan kepada ayahnya pernah menikah tujuh kali. Hal ini disebut
agar menjadi ayah yang baik.GE berusaha dengan strategi seeking social support for
mencari informasi mengenai status ayahnya, instrumental reasons.

Gambar 3
Skema Interpretasi Informan III (GE)

Kondisi Keluarga broken home :


Iri dengan teman-temannya, sejak 6 tahun merasakan ketidakutuhan keluarga
Terjerumus ke hal negatif karena orang tua tidak menjalin komunikasi dengan baik.
Tidak pernah merasakan kasih sayang ayah, karena temperamen ayah yang keras dan
kaku.
Tidak nyaman berada di rumah karena sering mengalami konflik dengan nenek.
Sakit hati pada ayah karena ayah tidak memikirkan kondisi anak dan memiliki wanita
idaman lain yang tak terhitung jumlahnya.

Faktor yang mempengaruhi strategi Gejala-gejala stres :


coping: 1. Gejala perilaku : tidur tidak nyenyak, nafsu
1. Kesehatan fisik : sering pusing makan berkurang.
hingga 2 hari. 2. Gejala emosi : sering emosi tidak
2. Keyakinan positif : Setiap terkendali.
permasalahan ada jalan keluar. 3. Gejala kognitif : kurang bisa
3. Keterampilan memecahkan berkonsentrasi dalam belajar.
masalah : bermusyawarah dengan 4. Gejala fisik : sering pusing kepala
teman mengenai permasalahan
yang dialaminya.
4. Keterampilan sosial : Mudah emosi Coping Stres
ketika mendapatkan ejekan dari
tetangganya
5. Dukungan sosial : mendapat
dukungan dr keluarga dan teman
6. Materi : kondisional Emotion Focused Coping:
1. Distancing : informan tidak
Problem Focused Coping : menggunakan strategi distancing
1. Active Coping: memberi masukan 2. Escape avoidance:meminum minuman
kepada ayahnya agar menjadi ayah keras karena sakit hai melihat ayah pergi
yang baik. dengan wanita lain
2. Planning: informan tidak 3. Self Control : informan tidak
menggunakan strategi planning menggunakan strategi self control
3. Restraint Coping: informan tidak 4. Accepting responsibility : informan tidak
menggunakan strategi restraint coping menggunakan strategi accepting
4. Seeking social support for responsibility
instrumental reason : mencari 5. Possitive reappraisal : Meyakini akan
informasi mengenai status ayah adanya sebuah permasalahan berakhir
5. Suppresing of competing activities: dengan bahagia
informan tidak menggunakan strategi 6. Seeking for social support :Keberadaan
suppresing of competing activities teman (Jo) yang selalu menengahi jika
informan bertengkar

iSBN : 978-602-71716-2-6 60
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

Kesimpulan Anak (P2TPA) Rekso Dyah Utami


Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Universitas Islam Negeri Sunan
ketiga informan dengan latar belakang Kalijaga (UIN SUKA)
keluarga broken menyebabkan informan
mengalami stres. Kondisi ketiga informan Hurlock, E. B. (2006). Psikologi
yang mengalami stres ditunjukkan dengan Perkembangan : Suatu Pendekatan
perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, dan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta
fisik diantaranya insomnia, kurang nafsu : Erlangga
makan, sulit mengendalikan emosi, kurang
konsentrasi, kurang semangat, dan sering Lazarus, R.S. dan Folkman, S. 1988. Coping
mengalami sakit kepala. as a Mediator of Emotion. Journal of
Bentuk coping stres yang digunakan Personality and Social Psychology, 54,
oleh ketiga informan terdiri dari emotion (3), 466-475
focused coping dan problem focused
coping.Coping stres bentuk emotion focused Lestari, D. W. (2014) Penerimaan Diri dan
coping cenderung lebih banyak digunakan Strategi Coping Pada Remaja Korban
pada ketiga informan, seperti escape Perceraian Orang Tua.
avoidance, self control, accepting http://ejournal.psikologi.fisip-
responsibility, positive reappraisal, dan unmul.ac.id/ (26 September 2015)
seeking for social support. Sedangkan coping
Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian
stres bentuk problem focused coping lebih
Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
banyak digunakan oleh informan II karena
Rosdakarya
memiliki semangat yang tinggi dalam
menyelesaikan permasalahannya, hal ini
Mu’tadin, Z. 2002. Strategi Coping.
terlihat dari bentuk coping yang
http://www.e-psikologi.com
digunakannya seperti active coping, planning,
dan seeking social support for instrumental Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan
reasons. Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta : Lembaga Pengembangan
Sarana Pengukuran dan Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Psikologi (LPSP3).
Aztradiana, Z. (2009). Coping Stress Calon
Rahmayati (2009). Stres dan Coping Remaja
Anggota Legislatif Tidak Terpilih Pada
yang mengalami perceraian pada
Pemilu Legislatif 2009. Skripsi. Medan
Orangtua. Skripsi. Universitas
: Universitas Sumatera Utara
Gunadharma
Fatimah, L. (2010). Hubungan Persepsi Anak
Santrock, J. W. (2003). Adolescence
Terhadap Keharmonisan Keluarga dan
Psikologi Perkembangan. Jakarta :
Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi
Erlangga
Belajar. Tesis. Universitas Sebelas
Maret Surakarta Sinudarsono, M. R. (2009). Depresi Pada
Remaja Putri Keluarga Broken Home
Haryanto, D. (2008). Konseling Pada
Di Tinjau Dari Persepsi Terhadap
Keluarga Broken Home Di Pusat
Keluarga. Skripsi. Semarang :
Pelayanan Terpadu Perempuan Dan

iSBN : 978-602-71716-2-6 61
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL
“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

Universitas Katolik Sugijapranata


(UNIKA).

Taylor, S.E. 1999. Health Psychology (4th


edition). Boston : McGraw-Hill

iSBN : 978-602-71716-2-6 62

You might also like