0% found this document useful (0 votes)
61 views10 pages

Analisis Bencana Kekeringan Di Wilayah Kabupaten Serang Analysis of Drought Disaster in Region of Serang Regency

This document summarizes a study analyzing drought disaster in Serang Regency, Indonesia. It finds that drought is a common disaster in tropical regions due to seasonal changes from rainy to dry seasons. The study analyzed drought potential in Serang Regency from low to high levels. It showed that 179,650 hectares had moderate drought potential across most sub-districts. High-level drought affected 1,311 hectares in 11 sub-districts, impacting rice fields and settlements due to limited water supply. As a result, rice field productivity decreased from being able to plant twice or three times annually to just once or twice before becoming fallow.

Uploaded by

Novi Yani
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
61 views10 pages

Analisis Bencana Kekeringan Di Wilayah Kabupaten Serang Analysis of Drought Disaster in Region of Serang Regency

This document summarizes a study analyzing drought disaster in Serang Regency, Indonesia. It finds that drought is a common disaster in tropical regions due to seasonal changes from rainy to dry seasons. The study analyzed drought potential in Serang Regency from low to high levels. It showed that 179,650 hectares had moderate drought potential across most sub-districts. High-level drought affected 1,311 hectares in 11 sub-districts, impacting rice fields and settlements due to limited water supply. As a result, rice field productivity decreased from being able to plant twice or three times annually to just once or twice before becoming fallow.

Uploaded by

Novi Yani
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No.

1, Juni 2018

ANALISIS BENCANA KEKERINGAN DI WILAYAH


KABUPATEN SERANG

ANALYSIS OF DROUGHT DISASTER IN REGION OF


SERANG REGENCY
Hasmana Soewandita 1

Abstract

Drought is an almost common disaster in the tropics. This is due to


seasonal changes from the rainy season to the dry season. The imbalance
of time between these two seasons can lead to floods and the reverse of
drought. So also what happens in Serang Regency shows drought disaster
can occur both in the area of cultivation and settlement area. The purpose
of this research is to study the analysis of drought disaster in Serang
Regency. The results show the potential for drought from low to high grade
levels. A high-grade drought is possible due to the availability and
limitations of water over a relatively long time span. The result of the
analysis also shows that the level of the middle class reaches 179,650 Ha
with the potential spread in almost every sub-district. While high grade
drought occurs in an area of 1,311 Ha and occurred in the District of
Pontang, Tanara, Waringin Kurung, Mancak, Padarincang, Kramatwatu,
Ciomas, Cinangka, Bojonegara, Tirtayasa and Anyar. This drought occurs
in some areas in the rice fields for irrigation purposes as well as settlement
areas due to limited water supply. As a result of this drought in the rice
fields causes low soil productivity. Paddy fields that could have twice as
much as three times planted, it turns out that with this drought disaster can
only once or at most two times planting and afterwards in fallow or un-
planted conditions.

Keywords : droght, disaster, productivity

Abstrak

Kekeringan merupakan bencana yang hampir sering terjadi di


daerah tropis karena adanya perubahan musim dari musim penghujan ke
musim kemarau. Ketidakseimbangan waktu antara dua musim ini bisa
menyebabkan bencana banjir dan sebaliknya bencana kekeringan. Begitu
juga yang terjadi di wilayah Kabupaten Serang kecenderungan kejadian
bencana kekeringan ini juga bisa terjadi baik dikawasan budidaya maupun
dikawasan permukiman dimana air dimanfaatkan untuk keperluan sehari
hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis bencana
kekeringan di wilayah Kabupaten Serang. Hasil kajian menunjukkan
potensi kekeringan dari tingkat rendah hingga tingkat kelas
tinggi.Kekeringan kelas tinggi dimungkinkan kerena ketersediaan dan
keterbatasan air pada rentang waktu yang relatif lama. Hasil analisis juga
menunjukkan tingkat kelas sedang mencapai luasan 179.650 Ha yang
potensi sebarannya di hampir setiap kecamatan. Sedangkan tingkat
kekeringan kelas tinggi terjadi pada area seluas 1.311 Ha dan terjadi di
wilayah Kecamatan Pontang, Tanara, Waringin Kurung, Mancak,
Padarincang, Kramatwatu, Ciomas, Cinangka, Bojonegara, Tirtayasa dan

34
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

Anyar Kekeringan ini terjadi dibeberapa wilayah di area persawahan untuk


keperluan irigasi pertanian maupun kawasan permukiman karena
keterbatasan air bersih. Akibat kekeringan ini di area persawahan
menyebabkan produktivitas tanah jadi rendah. Lahan sawah yang
seharusnya bisa dua kali bahkan tiga kali tanam, ternyata dengan adanya
bencana kekeringan ini hanya bisa satu kali atau paling banyak dua kali
tanam dan setelah itu dalam kondisi bera.

Kata kunci : kekeringan, bencana, produktivitas


1
Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT, Gedung 820 Geostech,
Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, email :
[email protected]

1. PENDAHULUAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Kabupaten Serang merilis hingga bulan
1.1 Latar Belakang Agustus 2017, sudah ada sebanyak 15 desa
di dua kecamatan yaitu di Kecamatan
Luas wilayah Kabupaten Serang Pontang dan Tirtaya yang mengalami
173.409 Ha. Kondisi tataguna lahan sangat kekeringan. Ada 13 desa yang tertimpa
bervariasi dari lahan hutan, kebun campuran, kekeringan, antara lain Desa Tirtayasa, Desa
permukiman hingga area budidaya Sujung, Desa Kebon, Desa Alan –
(persawahan). Eksistensi keman-faatan
tipologi penggunaan lahan ini sangat
tergantung dari kondisi kualitas lahannya,
baik budidaya maupun non budidaya
(konservasi). Faktor adanya unsur Desa Alang
kebencanaan inilah yang menentukan – alang, Desa Lontar, Desa Samparwadi,
eksistensi fungsional dari tipologi lahannya. Desa Laban dan DesaTengkurak. Namun
Salah satunya adalah bencana kekeringan hingga September 2017, wilayah kekeringan
yang menentukan eksistensi kemanfaatan sudah meluas hingga mencakup 23 desa
secara fungsional tipologi penggunaan yang tersebar di 5 kecamatan seperti di
lahan. Pada lahan budidaya seperti Pontang, Tirtayasa, Lebak Wangi, Tenara
persawahan, tegalan, perkebunan dan kebun dan Cikande.
campuran, bencana kekeringan turut Untuk kawasan lahan budidaya,
menentukan kinerja tanaman dan mengingat Kabupaten Serang juga
produktivitas lahan. Sedangkan pada mempunyai daerah irigasi yang cukup luas,
kawasan permukiman, bencana kekeringan beberapa lokasi juga terjadi kekeringan.
berkontribusi terhadap minimnya atau Pasokan air irigasi Bendung Pamarayan
kurangnya pasokan air untuk kebutuhan tidak sampai lokasi hilir kawasan
sehari hari (air minum). Berdasarkan histori persawahan sehingga terjadi keterbatasan
dan statistik kebencanaan Kabupaten jangkauan untuk mendapatkan aliran air
Serang, kejadian bencana kekeringan telah irigasi. Daerah Irigasi dari Bendung
terjadi beberapa kali dibeberapa lokasi. Pamarayan mengaliri area persawahan
Bencana kekeringan secara tercatat lebih seluas 31.000 Ha. Beberapa wilayah masih
pada bencana kekeringan terhadap dikawasan Tirtayasa dan Pontang tidak
ketersediaan air untuk keperluan sehari hari mendapatkan pengairan sehingga banyak
seperti kebutuhan air minum. Lokasi tanah bera yang tidak produktif, padahal
keterbatasan ketersediaan air bersih akibat secara karakteristik kesuburan daerah
kekeringan ini terjadi di wilayah pesisir pantai pantura Kabupaten Serang merupakan lahan
utara seperti di Kecamatan Pontang dan subur dengan tingkat produktivitas per
Kecamatan Tirtayasa. Sumber dari Badan hektarnya tergolong tinggi.

35
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

Untuk mengetahui sebaran potensi Tabel 1. Metoda Analisis Faktor-faktor yang


bencana kekeringan baik dikawasan berpengaruh terhadap Bencana Kekeringan
budidaya atau kawasan permukiman
diwilayah Kabupaten Serang, perlu kiranya
ada kajian analisis potensi bencana Kelas Nilai Skor
Parameter Nilai Nilai
No Potensi Tiap sub
kekeringan secara spasial, sehingga Berpengaruh Min Max
Kekeringan Parameter
sebarannya dapat diketahui dan antisipasi
apabila kejadian ini terjadi terutama pada I Jenis Tanah
wilayah wilayah yang mempunyai potensi (Tekstur)
bahaya bencana kekeringan tergolong tinggi. (bobot : 25%)
Halus 20 5 5 -
1.2 Tujuan
Agak Kasar 30 7.5 - -
Maksud dari kajian ini adalah Kasar 50 12.5 - 12.5
melakukan analisis potensi bencana II Curah Hujan
kekeringan di wilayah Kabupaten Serang. (40%)
Sedangkan tujuannya adalah memetakkan < 2000 mm 40 16 - 16
status kawasan terhadap ancaman tingkat 2000 mm –
kekeringan. 30 12 - -
3000 mm
3000 mm –
2. METODOLOGI 20 8 - -
4000 mm
> 4000 mm 10 4 4 -
2.1 Metoda Pengumpulan Data
III Land Cover
(25%)
Data yang dikumpulkan meliputi data Resapan Air,
primer dan sekunder. Data sekunder yang Hutan
dibutuhkan adalah peta peta tematik seperti Lindung, 10 2.5 2.5 -
peta curah hujan, peta tanah, peta lereng, Hutan
dan peta penggunaan lahan. Sedangkan Mangrove
data primer meliputi pengecekan lapangan Hutan
(ground check) kondisi penggunaan lahan Produksi
Konversi,
terkait pemanfaatan air untuk lahan 15 3.75 - -
Hutan
pertanian dan dukungan prasarana Produksi
pengairan dalam mendukung irigasi Terbatas
pertanian. Sebagaimana diketahui APL,
kekeringan pada lokasi persawahan Pertanian 20 5.0 - -
merupakan salah satu indikator dari bencana Lahan Kering
lahan (kekeringan). Permukiman 25 6.25 - -
Permukiman
2.2 Metoda Analisis Data 30 7.5 - 7.5
Perkotaan
IV Kelas lereng
Dengan bersumber dari peta-peta (10%)
tematik yang sudah dikumpulkan dilakukan 0-15 20 2 2 -
analisis lebih lanjut yaitu overlay dari peta
tanah (tekstur tanah), peta curah hujan, peta 15-25 30 3 - -
land use atau land cover dan peta >25 50 5 - 5
kelerengan. Dari hasil overlay berbagai peta
Total 13.5 41
tematik tersebut dilakukan analisis kelas
kekeringan berdasarkan bobot dan skor
pada masing faktor yang telah ditentukan. Dengan memperhatikan nilai komulatif atau
Adapun bobot dan skoring tiap faktor –faktor total dari faktor faktor yang berpengaruh dari
yang berpengaruh disajikan pada Tabel 1. nilai minimum dan nilai maksimum, didapat

36
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

pembagian kelas ancaman atau potensi subur dibandingkan tanah lainnya. Sebaran
bencana kekeringan sebagai berikut : ini diwilayah bagian timur dan membentang
dari selatan kerah utara kebanyak
 Kelas potensi bencana kekeringan merupakan hamparan tanah yang
Rendah dengan total nilai skor : dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
13.5 – 22.5 Sedangkan tanah Latosol mempunyai tekstur
 Kelas potensi bencana kekeringan liat dan dimanfaatkan untuk kebun
Sedang dengan total nilai skor : 22.5 campuran. Sedangkan tanah Regosol
– 31.5 merupakan tanah dengan tekstur pasiran
 Kelas potensi bencana kekeringan berada di dekat sekitar Gunung Karang.
Sedang dengan total nilai skor : 31.5 Sebaran setiap jenis tanah disajikan pada
- 41 peta Gambar 1, sedangkan sifat fisiknya
disajikan pada Tabel 1.
Pengolahan lebih lanjut dari hasil skoring ini
dilakukan dengan GIS dan menghasilkan Tabel 1. Jenis tanah pada setiap satuan
peta spasial potensi bencana kekeringan. lahan di Kabupaten Serang

3. HASIL DAN PEMBAHASAN No Jenis Tekstur Golongan


Tanah Kelas Tekstur
3.1 Tipe Tanah 1. Latosol Liat Halus
2. Aluvial Liat hingga Halus hingga
Tipe tanah sangat berpengaruh liat berpasir agak kasar
terhadap kemampuan tanah dalam 3. Regosol Pasir hingga Halus hingga
menyimpan air. Kemampuan tanah lempung kasar
berdebu
menyimpan air ini direprentasikan dengan
4. Mediteran Lempung Halus
kondisi kelembaban tanah, sehingga dapat sampai liat
memberikan indikasi tingkat kekeringan Sumber : Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar
karena terkait dengan ketersediaan air untuk Serang Skala 1 : 250.000
perakaran tanaman (Halwatura D, 2017).
Tipe tanah juga sangat terkait dengan
ketebalan solum. Dengan tebal yang
berbeda beda tentunya juga mempengaruhi
dalam penyimpanan air. Hasil penelitian
Gaines et al.(2016), kelembaban tanah pada
kedalaman 15 – 20 cm dapat
mempertahankan kelembaban yang baik
(kehilangan kekeringan lebih sedikit akan
tetapi pengisian air lebih banyak)
dibandingkan kedalaman tanah yang lainnya.
Dengan adanya informasi karakteristik
tanah serta data curah hujan dalam jangka
waktu yang panjang, maka dapat menduga
titik kritis dari titik layu permanen dari tanah
itu terhadap tanaman (Wang et. al.,
2015).Berdasarkan Peta Satuan Tanah Gambar 1. Peta sebaran jenis tanah di wilayah
lembar Serang, jenis tanah yang ada di Kabupaten Serang
wilayah Kabupaten Serang terdiri dari 4 jenis
tanah yaitu Latosol, Aluvial, Regosol dan 3.2 Tekstur Tanah dan Kemampuan
Mediteran. Sebaran jenis Latosol Tanah Menahan Air
mendominasi luasan area wilayah Tekstur tanah adalah keadaan tingkat
Kabupaten Serang sedangkan sisanya kehalusan tanah yang terjadi karena
Latosol, Regosol dan Mediteran. Tanah terdapatnya perbedaan komposisi
Aluvial relatif merupakan tanah yang lebih

37
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang Gambar 2. Tipe tekstur dalam kemampuannya
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan menahan air
Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter Pergerakan air pada zona dangkal, zona
paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan perakaran < 30 cm juga telah diteliti terkait
ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan dengan ketersediaan air tanah dalam
ukuran < 0.002 mm (penggolongan mendukung pertumbuhan tanaman terkait
berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah produktivitas tanaman pada kondisi musim
sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat- kering (Naylor et al., 2016, Schwarzel et al.,
sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, 2006).
permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Sementara itu kaitan tekstur tanah
Suatu fraksi yang dominan pada suatu mampu menahan air dapat diilustrasikan
tanah akan menentukan ciri dan jenis yang secara grafis seperti pada Gambar 2.
bersangkutan. Tanah yang bertekstur pasir Sedangkan macam atau tipe tekstur mampu
mempunyai luas permukaan yang kecil menahan air seperti disajikan pada Tabel 2.
sehingga sulit menyimpan atau menyerap air
dan unsur hara. Tanah yang bertekstur Tabel 2. Tipe tekstur dalam kemapuannya
lempung atau liat mempunyai luas menahan air
permukaan yang besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan Kapasitas Air
unsur hara sangat tinggi. Tekstur tanah Tersedia
No Kelas Tekstur
ringan yaitu tanah yang didominasi fraksi (Inches/Foot of
Depth)
pasiran lebih mudah diolah dibandingkan
1. Pasir kasar 0.25–0.75
dengan tekstur berat yang didominasi fraksi
2. Pasir halus 0.75–1.00
lempung. 3. Pasir berdebu 1.10–1.20
Berkaitan dengan kekeringan, jenis 4. Debu berpasir 1.25–1.40
tanah yang direpresentasikan sifat fisik 5. Debu
seperti tekstur tanah juga mempengaruhi berpasirhalus 1.50–2.00
tingkat kemampuan tanah menahan air 6. Debu berlempung 2.00–2.50
(water holding capacity). Sebuah pemodelan Sumber : Plant and Soil Sciences eLibrary 2016
kandungan air tanah yaitu Hydrus digunakan
untuk mensimulasikan potensi air tanah pada Berdasarkan peta tanah, secara umum
tekstur tanah lempung dan berpasir dalam tanah-tanah yang ada di Kabupaten Serang
kondisi kekeringan untuk mempelajari mengandung tekstur yang halus hingga
tekanan air dan hasil produksi varietas kasar. Tanah yang mengandung tekstur
tanaman padi (Gupta et al. 2014). Lebih halus terdapat pada tanah dengan Latosol
lanjut Zhu et al. (2009) dengan pemodelan dan Aluvial. Sedangkan tanah yang
Hydrus-1D berhasil meneliti di iklim kering mempunyai tekstur berpasir adalah sebagian
(dengan tanah berpasir) dengan kekeringan Alluvial dan Regosol.
panjang untuk mempelajari pergerakan air Sementara itu, berdasarkan karakteristik
tanah ke dalam zona akar. fisik tanahnya secara umum tanah yang ada
di Kabupaten Serang mempunyai sifat
menahan air atau mempunyai kapasitas
menahan air yang relatif baik antara 1.25 –
2.5 inch/feet kedalaman perakaran tanaman.

3.3 Tataguna Lahan atau Tutupan Lahan

Faktor yang mempengaruhi kekeringan


disamping faktor input seperti curah hujan
yang memasok air dalam tanah juga sangat
dipengaruhi oleh faktor energi matahari yang

38
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

menyebabkan evepotranspirasi. Mekanisme defisit air (Luo et al., 2016, Tang et al.,
ini dapat diilustrasikan dengan perhitungan 2015).
neraca air. Curah hujan sebagai input dan Berdasarkan pendekatan land use,
Evapotranspirasi sebagai output serta ruang terbuka seperti badan air mempunyai
dinamika ketersediaan air tanah yang koefisien tanaman maksimal 1 (satu),
dipengaruhi oleh faktor tanaman. Faktor sedangkan kawasan budidaya seperti
tanaman yang mempengaruhi ini disebut daerah pertanian irigasi juga mempunyai
koefisien tanaman. Luas kanopi yang koefisien tanaman yang tinggi namun
direpresentasikan dari jenis tanaman dan dibawah 1 (satu). Tanaman hutan yang
fase pertumbuhan tanaman merupakan kondisi tutupan lahannya relatif lebih baik
bentuk koefisien tanaman yang berbeda- koefisien tanamannya dibawah 0.4.
beda. Makin banyak daun (kanopi makin Gambaran nilai koefisien tanaman terhadap
padat) maka transpirasinya juga makin kondisi tutupan lahan disajikan pada Tabel
besar. Evaporasi dan transpirasi merupakan 3.
bentuk output dari sistem neraca air. Hasil
penelitian Renteria et al., (2018) Tabel 3. Nilai Kc terhadap kondisi dan tipe
menunjukkan bahwa tanaman hutan penggunaan lahan.
mempunyai pengaruh yang berbeda
dibandingkan dengan tanaman budidaya No Tipe Penggunaan Kc
terhadap tanah dalam merespon kekeringan. Lahan
Hal ini bisa dijelaskan terkait evapotranpirasi 1. Permukiman Perkotaan 0,77
dari tanaman hutan dan tanaman budidaya 2. Badan Air 1,00
memang berbeda terutama kaitannya 3. Areal Pertanian 0,86
dengan intensitas tutupan lahan (kanopi Irigasi/Sawah
daun). Begitu juga hasil penelitian oleh 4. Hutan sekunder 0,38
Long Sun et. Al., (2018) tipe penggunaan 5. Hutan Cemara 0,31
lahan untuk kebun mempunyai total 6. Padang rumput 0,46
penggunaan air harian lebih banyak 7. Semak Belukar 0,44
8 Tegalan 0,43
dibandingkan dengan lahan dengan tipe
Sumber : Mendoza et. al. 2011
tutupan lahan hutan.
Dalam analisis kekeringan ini,
Berdasarkan peta tataguna lahan
analisisnya mencakup kawasan yang luas
Kabupaten Serang (Gambar 2), tipe tataguna
sehingga pertimbangan transpirasi tanaman
lahan yang ada di wilayah Kabupaten
yang merupakan luaran dari ketersediaan air
Serang terdiri dari : empang, gedung/
tidak semata dari tanaman budidaya seperti
bangunan, hutan, kebun campuran,
yang selama ini dilakukan untuk analisis
permukiman, rawa, sawah, semak belukar,
kesetimbangan air dalam rangka untuk
tegalang, tambak, sungai dan tanah kosong.
mengetahui surplus atau defisit air (untuk
Tipe tutupan lahan kebun campuran
rekomendasi irigasi). Pendekatan yang
mendominasi luasan terbesar di wilayah
dilakukan untuk analisis ini adalah tipe
Kabupaten Serang yaitu seluas 78280,8 Ha
penggunaan lahan atau tutupan lahan.
atau sekitar 40.91% dari total luas wilayah
Koefisien tanaman pada tanaman budidaya,
Kabupaten Serang. Sementara itu
makin tua fase pertumbuhan vegetatif, makin
Kabupaten Serang juga termasuk lumbung
tinggi koefisien tanamannya. Artinya
pangan nasional, mempunyai kawasan areal
tanaman yang mempunyai daun banyak,
pertanian lahan sawah seluas 55026,91 Ha
transpirasinya (penguapan oleh daun) akan
atau sekitar 28,75 % dari seluruh wilayah
lebih banyak. Namun seiring dengan umur
kabupaten Serang. Sebaran dan luas jenis
generatif, penguapannya akan menurun
tataguna lahan lainnya yang ada di wilayah
kembali. Berbagai karakteristik morfologis,
Kabupaten Serang seperti disajikan pada
anatomi dan fisiologis tanaman/vegetasi
Tabel 4.
berfungsi sebagai adaptasi kekeringan atau
penyangga terhadap dampak kerusakan dari

39
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

Tabel 4. Kondisi Tutupan Lahan di Wilayah menjadi aliran permukaan (run off). Run off
Kabupaten Serang atau aliran permukaan yang melewati diatas
Penggunaan permukaan tanah makin curam juga makin
No Luas (km2) (%)
Lahan cepat sehingga kesempatan air tersimpan
didalam tanah juga akan makin kecil.
1. Empang 49.50 Sehingga cadangan air yang tersimpan
0.03
dalam tanah pada tingkat kedalaman tertentu
2. Gedung / Bangunan 624.71 0.33
juga akan semakin kecil. Implikasinya
3. Hutan Rimba 20223.12 10.57 adalah karena stok cadangan air semakin
4. Kebun Campuran 78280.80 40.91 sedikit potensi kekeringannya akan menjadi
5. Permukiman 4.78 0.00 besar. Kondisi fisiografi kelerengan yang
ada di wilayah Kabupaten Serang mulai dari
Permukiman & Tempat 10524.6
6. 5.50 landai, datar hingga curam. Fisiografi datar
Kegiatan 3
hingga landai mencapai lebih dari 50%.
7. Rawa 183.11 0.10 Sebaran jenis kelas kelerengan yang ada
8. Sawah 55026.91 28.75 wilayah Kabupaten Serang seperti disajikan
9. Semak Belukar 2603.75 1.36 pada Tabel 5 dibawah ini.
10. Sungai 760.34 0.40 Tabel 5. Sebaran kelas kelerengan wilayah
11. Tambak 6706.54 3.50 yang ada di Kabupaten Serang.
12. Tanah Kosong 4414.41 2.31
No Kelas Luas (Ha) (%)
13. Tegalan / Ladang 11419.42 5.97 Lereng
14. Tidak teridentifikasi 546.81 0.29 1. 0 - 2% 87.188,04 59.64
Total 191368.84 100.00 2. 2 - 15% 37.794,74 25.85
3. 15 - 25% 9.966,29 6.82
Sumber : Analisis GIS dari Peta Land Use RTRW
Kabupaten Serang 2011 – 2031. 4. 25 - 40% 8.843,01 6.05
5. >40% 2.396,26 1.64
146.188,33 100.00
Sumber : Pengolahan dari peta topografi
Kabupaten Serang, 2017.

3.5 Faktor Iklim (Curah Hujan)

Iklim dalam hal ini curah hujan


mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap kondisi potensi kekeringan yang
ada disuatu wilayah tertentu. Untuk analisis
kekeringan metoda yang hanya bersumber
dari data series curah hujan merupakan hal
yang biasa dilakukan. Analisis kekekeringan
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di Wilayah
ini biasa disebut analisis kekeringan
Kabupaten Serang
meteorologis. Akan tetapi kenyataan yang
ada, kondisi biofisik lahan juga sangat
3.4 Faktor Kelerengan
mempengaruhi kapasitas tanah dalam
menahan air. Bobot faktor curah hujan yang
Faktor kelerengan juga
dipertimbangkan untuk analisis bencana
dipertimbangkan untuk menganalsisis
kekeringan ini adalah sebesar 35 %, dengan
potensi bencana kekeringan. Hal ini
pertimbangan curah hujan menjadi faktor
dikaitikan dengan alasan bahwa curah hujan
utama dibandingkan dengan ke tiga faktor
yang masuk kedalam tanah juga dipengaruhi
lainnya.
oleh kelerengan. Hujan yang jatuh diatas
tanah, apabila kecepatan resapan lebih
rendah dari pada intensitas hujan, akan

40
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

3.6 Analisis Potensi Bencana kekeringan adalah kekeringan pertanian.


Kekeringan Sebagaimana diketahui wilayah Kabupaten
Serang mempunyai lahan pertanian yang
Berdasarkan faktor-faktor yang sangat luas. Luas lahan sawah baik sawah
berpengaruh diatas, faktor curah hujan irigasi dan tadah hujan mencapai luasan
merupakan faktor yang mempengaruhi sekitar 55.026,91 Ha. Lahan sawah irigasi
kekeringan dengan bobot yang paling besar ini merupakan kawasan DI (daerah irigasi)
(35 %), sedangkan untuk jenis tanah dalam yang pengelolaannya dilakukan oleh Balai
hal ini tekstur tanah diberi bobot 20 % dan Besar Wilayah Sungai Ciujung Cidanau
kondisi tutupan lahan mempunyai bobot Cidurian. Daerah Irigasi (DI) Ciujung luas
masing sekitar 25 %. Untuk kelerengan layanan di wilayah Kabupaten Serang
diberi bobot yang paling kecil yaitu 10 mencapai sekitar 21.350 Ha (termasuk Kota
%.Hasil overlay dari berbagai peta tematik Cilegon). Sedangkan skala yang lebih kecil
tersebut, didapat peta potensi bencana daerah irigasi dikelola oleh Dinas Pekerjaan
kekeringan sebagai terlihat seperti pada peta Umum Kabupaten Serang, yang mana
Gambar 3. sebaran daerah irigasi yang dikelola oleh
kabupaten sebaran arealnya berada di
Kabupaten Serang bagian selatan. Untuk
derah irigasi dengan skala luas (lebih dari
1000 Ha), lokasi sebaran lahan pertaniannya
berada di wilayah tengah hingga utara
Kabupaten Serang. Sebagimana diketahui
berdasarkan hasil ground check (survei
lapangan), pada wilayah tengah Kabupaten
Serang, kebutuhan irigasi masih tercukup
dengan baik dari Bendung Pamarayan.
Akan tetapi air irigasi dari Bendung
Pamarayan ini tidak atau sudah berkurang
sampai kawasan lahan pertanian irigasi pada
Gambar 3. Peta Potensi Bencana wilayah Kabupaten Serang bagian utara.
Kekeringan di wilayah Kabupaten Serang Sehingga sering kali, lahan pertanian di
daerah irigasi kecamatan Tirtayasa dan
Berdasarkan peta potensi bencana Pontang sering kekeringan.
kekeringan tersebut, nampak bahwa potensi
bencana kekeringan dengan kelas tinggi
sekitar 1.311,41 Ha. Lebih lengkapnya
sebaran ancaman bencana kekeringan
dengan berbagai kelas ancaman seperti
disajikan pada Tabel 7. Ancaman kelas
potensi sedang mempunyai sebaran luasan
yang lebih besar dibandingkan dengan
potensi kekeringan dengan kelas rendah.
Ancaman kekeringan dengan kelas potensi
rendah seluas 10.406,66 Ha. Sedangkan
ancaman kekeringan dengan kelas potensi
sedang seluas 179.650,78 Ha. Wilayah yang
mempunyai potensi ancaman tinggi, Gambar 4. Sawah di Tirtayasa dan Pontang
sebarannya paling banyak berada di wilayah yang mengalami kekeringan karena
Kecamatan Anyar, Cinangka, Kramatwatu, terbatasnya suplai air irigasi.
Padarinang, Tanara dan Waringin-kurung.
Sebagaimana juga telah dijelaskan Tabel 7. Sebaran kelas potensi bencana
pada bab sebelumnya, salah satu jenis kekeringan di wilayah Kabupaten Serang.

41
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

Kelas Bahaya Bencana


Kecamatan
No Kekeringan (Ha)
Rendah Sedang Tinggi

1. Anyar 1,471.50 7,709.58 334.60


2. Bandung 15.12 2,944.49 -
3. Baros 65.62 5,241.60 -
4. Binuang 3.07 3,145.97 -
5. Bojonegara 162.14 4,066.51 50.97
6. Carenang 1.27 3,130.09 -
Gambar 5. Saluran irigasi di Pontang yang kering
7. Cikande 8.62 5,517.22 - tidak bisa menyalurkan air irigasi karena efisiensi
8. Cikeusal 4.86 7,713.28 - saluran irigasi yang rendah.
9. Cinangka 37.14 20,218.49 184.52
10. Ciomas 79.96 7,267.05 97.55 Selain aspek bencana kekeringan pada
lahan budidaya/pertanian, bencana
11. Ciruas 2.99 3,886.91 -
kekeringan juga sangat lekat pada
12. Gunungsari 3,091.59 3,587.13 7.32 ketersediaan air untuk kepentingan domestik
13. Jawilan 50.64 6,107.80 - atau kebutuhan sehari hari oleh masyarakat.
Ketersediaan air untuk kebutuhan
14. Kibin - 3,288.86 -
masyarakat Serang selama ini
15. Kopo 74.06 5,066.79 - mengandalkan PAM yang dikelola oleh
16. Kragilan 4.19 4,579.50 - pemerintah daerah terutama pada wilayah
perkotaan, sedangkan untuk wilayah
17. Kramatwatu 35.39 6,284.74 139.51
pedesaan mengandalkan sumur.
Lebak Sebagaimana diketahui masyarakat
18. - 3,555.85 -
Wangi
diwilayah bagian utara (pantura) seperti
19. Mancak 1,986.39 12,477.77 22.72
sebagian di Kecamatan Tirtayasa dan
20. Pabuaran 1,149.32 4,762.34 - Kecamatan Pontang yang selama ini
21. Padarincang 76.66 11,344.34 121.35 mengandalkan air tanah, juga terjadi
keterbatasan dan kendala dalam mengakses
22. Pamarayan 10.91 6,115.29 -
air bersih terutama dari air tanah. Kendala
23. Petir 7.06 7,567.77 - ini adalah kualitas air sumur (air tanah) yang
24. Pontang 2.24 6,054.61 40.69 sudah tidak layak (salin) akibat intrusi air
25. Puloampel 113.69 5,857.75
laut. Sehingga air dikawasan Kecamatan
Titayasa dan Pontang sering sekali tidak
26. Tanara 119.57 4,707.04 137.51 memenuhi standar baku mutu untuk air
27. Tirtayasa 426.03 5,672.81 - minum (kebutuhan rumah tangga). Secara
28. Tunjungteja 188.73 6,188.68 - kuantitas ketersediaan air masih tercukupi
akan tetapi dari segi kualitas tidak memenuhi
Waringinkur
29. 1,210.15 5,570.23 174.68 standar, sehingga masyarakat di dua
ung
Tidak kecamatan ini masih sering dan perlu
30. teridentifikas 7.75 20.29 - kebutuhan air, meskipun hal ini bukan
i dipandang sebagai bagian dari bancana
1,311.
Grand Total 10,406.66 179,650.78
41 kekeringan.
Sumber : Analisis dengan GIS Tahun 2016
4. KESIMPULAN

Kekeringan diwilayah Kabupaten


Serang mempunyai potensi dari tingkat
rendah hingga tingkat kelas tinggi.

42
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 13, No. 1, Juni 2018

Kekeringan tingkat kelas sedang mencapai Gaines et al., 2016. Reliance on shallow soil
luasan 179.650 Ha yang potensi sebarannya water in a mixed-hardwood forest in
di hampir setiap kecamatan. Sedangkan central Pennsylvania. Tree
tingkat kekeringan kelas tinggi terjadi pada Physiol., 36 (4) (2016), pp. 444-458.
area seluas 1.311 Ha dan sebarannnya
terjadi di wilayah Kecamatan Pontang, Gupta et al., 2014. Evaluation of TRMM
Tanara, Waringin Kurung, Mancak, rainfall for soil moisture prediction in
Padarincang, Kramatwatu, Ciomas, a subtropical climate. Environ. Earth
Cinangka, Bojonegara dan Tirtayasa. Paling Sci., 71 (10) (2014), pp. 4421.
luas area yang terdampak kekeringan tingkat
tinggi mencapai area seluas 334.60 Ha dan Long Sun et. Al., 2018. Hydraulic
terjadi di Kecamatan Anyar. Kekeringan ini redistribution and its contribution to
terjadi dibeberapa wilayah di area water retention during short-term
persawahan untuk keperluan irigasi drought in the summer rainy season
pertanian maupun kawasan permukiman in a humid area. Journal of
karena keterbatasan air bersih. Akibat Hydrology. Volume 566, November
kekeringan di area persawahan 2018, Pages 377-385.
menyebabkan produktivitas tanah jadi
rendah. Lahan sawah yang seharusnya bisa Naylor et al., 2016. A hydropedological
dua kali bahkan tiga kali tanam, ternyata approach to quantifying groundwater
dengan adanya bencana kekeringan ini recharge in various glacial settings of
hanya bisa satu kali atau paling banyak dua the mid-continental USA. Hydrol.
kali tanam dan setelah itu dalam kondisi Process., 30 (10) (2016), pp. 1594-
bera. 1608.

DAFTAR PUSTAKA Tang et al., 2015. Incorporating root


hydraulic redistribution in CLM4. 5:
Halwatura et. al. 2017. Capability of effects on predicted site and global
meteorological drought indices for evapotrans-piration, soil moisture,
detecting soil moisture droughts. and water storage. J. Adv. Model.
Journal of Hydrology Regional Study. Earth Syst., 7 (4) (2015), pp. 1828-
Volume 12 August 2017. Pages 396- 1848.
412.
Wang, et. al. 2015. Commonly used drought Schwarzel. 2006. Measurement and
indices as indicators of soil moisture modeling of soil-water dynamics and
in China. J. evapotranspiration of drained
Hydrometeorol., 16 (3) (2015), peatland soils. J. Plant Nutr. Soil
pp. 1397-1408. Sci., 169 (6) (2006), pp. 762-774.
Luo et al., 2016. Plant transpiration and Renteria et al. 2018. Soil legacies
Groundwater dynamics in water- determine the resistance of an
limited climates: Impacts of hydraulic experimental plant-soil system to
redistribution Water Resour. drought. CATENA. Volume
Res., 52 (6) (2016), pp. 4416 – 4437. 166, July 2018, Pages 271-278

Zhu et al., 2009. Simulation of Populus


euphratica root uptake of
groundwater in an arid woodland of
the Ejina Basin. China. Hydrol.
Process., 23 (17) (2009),
pp. 2460-2469.

43

You might also like