0% found this document useful (0 votes)
557 views21 pages

Tugas Paper Museum Kirti Griya Dan Makam-Ratna J-2022085142

1) The Museum Dewantara Kirti Griya was established in 1970 to preserve the legacy of Ki Hajar Dewantara and Tamansiswa. It is located in Yogyakarta at Ki Hajar Dewantara's former residence. 2) The museum contains collections from Ki Hajar Dewantara's life including furniture, photos, books, and more. It aims to educate new generations about Ki Hajar Dewantara's values of nationhood and character building. 3) In addition to exhibition rooms, the museum has a library containing rare works by and about Ki Hajar Dewantara, as well as a pendopo (pavilion) used for

Uploaded by

ratna barbara
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
557 views21 pages

Tugas Paper Museum Kirti Griya Dan Makam-Ratna J-2022085142

1) The Museum Dewantara Kirti Griya was established in 1970 to preserve the legacy of Ki Hajar Dewantara and Tamansiswa. It is located in Yogyakarta at Ki Hajar Dewantara's former residence. 2) The museum contains collections from Ki Hajar Dewantara's life including furniture, photos, books, and more. It aims to educate new generations about Ki Hajar Dewantara's values of nationhood and character building. 3) In addition to exhibition rooms, the museum has a library containing rare works by and about Ki Hajar Dewantara, as well as a pendopo (pavilion) used for

Uploaded by

ratna barbara
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 21

TUGAS PAPER

MATA KULIAH KETAMANSISWAAN

Pengampu : Dr. Rahayu Retnaningsih, S.Pd, M.Pd

Nama : Ratna Jayatri Utami

Kelas : 1D Pengasih

NIM : 2022085142

PRODI PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

2023
MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA
A. Sejarah Museum Dewantara Kirti Griya
Dunia pendidikan tanah air tidak terlepas dari peran RM. Suwardi Suryaningrat, cucu dari
Paku Alam III yang lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Tanggal kelahirannya
kemudian diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Rumah kediaman Ki
Hajar Dewantara lantas diabadikan menjadi Museum Dewantara Kirti Griya, yang berarti rumah
yang berisi hasil kerja keras Ki Hajar Dewantara.
Bangunan museum ini didirakan pada Tahun 1915. Bangunan museum ini tercatat dalam
buku register Kraton Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 1962 dengan nomor Angka 1383/1H.
Bangunan museum ini berdiri diatas tanah seluas 5.5942 yang dibeli atas nama Ki Hadjar
Dewantara, Ki Sudarminto, Ki Supratolo dari Mas Ajeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus
1935 dengan harga pembelian f3.000,00 (tiga ribu Gulden) meliputi persil yang berlokasi di
tempat tersebut beserta perabot rumah tangga. Pada tanggal 18 Agustu 1951 pembelian rumah
tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Tamansiswa. Pada tanggal 3 November 1957
bertepatan dengan hari perkawinan emas Ki Hadjar Dewantara, beliau menerima persembahan
bakti dari para alumni dan pecinta Tamansiswa berupa rumah tinggal di Jalan Kusumanegara 131
yang diberi nama Padepokan Ki Hadjar Dewantara. Pada saat rapat pamong Tamansiswa tahun
1958, Ki Hadjar mengajukan permintaan kepada sidang agar rumah bekas tempat tinggalnya di
komplek perguruan Tamansiswa Jalan Tamansiswa 31 dijadikan museum.
Setelah Ki Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April1959, mulai tahun 1960,
Tamansiswa berusaha mewujudkan gagasan almarhum Ki Hadjar Dewantara. Pada tahun 1963
dibentuklah panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari : Keluarga Ki Hadjar
Dewantara, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Sejarawan, dan Keluarga Besar Tamansiswa.
Pada tanggal 11 Oktober 1969, Ki Nayono menerima surat pribadi dari Nyi Hadjar Dewantara.
Dengan surat tersebut Ki Nayono tergugah untuk segera meminta perhatian kepada Majelis
Luhur agar bekas tempat tinggal Ki Hadjar yang sudah dinyatakan sebagai Dewantara Memorial
segera dijadikan museum. Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 1970,
museum diresmikan dan dibuka untuk umum. Upacara peresmian dan pembukaan dilakukan oleh
Nyi Hadjar Dewantara, Pemimpin Umum Persatuan Tamansiswa. Museum diberi nama
Dewantara Kirti Griya. Nama tersebut pemberian dari seorang ahli bahasa Jawa, Bapak
Hadiwidjono, yang artinya rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar Dewantara. Peresmian
museum ditandai dengan candrasengkala yang “ Miyat Ngaluhur Trusing Budi” yang
menunjukkan angka 1902 (Saka) atau 2 Mei 1970. Adapun makna yang terkandung didalamnya
yakni melalui museum para pengunjung diharapkan dapat mempelajari, memahami dan
kemudian mewujudkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya ke dalam tata kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Di museum inilah awal lahirnya Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 1971 yang dipimpin Mayor Supandi sebagai ketua I dan pada bulan Mei 2007 ,
kantor Barahmus dipindah ke Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Bangunan museum ini
menghadap ke arah barat (jalan Tamansiswa). Bangunan ini bergaya indis. Pada bagian depan
merupakan bangunan dengan atap
berbentuk limasan dan bangunan belakang atapnya berbentuk kampung. Bangunan museum
Dewantara Kirti Griya terdiri dari 9 bagian, yaitu ruang tamu, kamar kerja, ruang tengah, kamar
tidur keluarga, kamar tidur putri Ki Hadjar Dewantara, kamar tidur Ki Hadjar Dewantara,
emperan, kamar mandi/wc, dan dapur.
B. Visi, Misi dan Tujuan Museum Dewantara Kirti Griya
1. Visi
Melestarikan nilai-nilai perjuangan dan ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara dan Tamansiswa
dalam memperjuangkan pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan.
2. Misi
Mengembangkan dan menginformasikan koleksi benda sejarah peninggalan Ki Hadjar
Dewantara dan Tamansiswa untuk kepentingan studi, penelitian, dan rekreasi kepada masyarakat.
3. Tujuan
Adapun tujuan didirikannya Museum Dewantara Kirti Griya antara lain:
a. Mengajak generasi muda untuk mempelajari, memahami dan kemudian mampu mewujudukan
nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Melestarikan, mengamankan dan membudayakan nilai-nilai luhur konsep-konsep dan ajaran
Ki Hadjar Dewantara serta menjadikan bangsa yang berbudi pekerti luhur, berbudaya dan
bermartabat.
c. Sebagai pusat layanan bagi masyarakat luas dalam keperluan penelitian, pendidikan,
kebudayaan, politik dan lain sebagainya
C. Lokasi Museum Dewantara Kirti Griya
Pada awalnya lokasi museum ini merupakan tempat tinggal Ki Hadjar Dewantara, yang
merupakan milik Yayasan Persatuan Perguruan Taman Siswa berdiri tahun 3 Juli 1922 yang
terletak di dalam kompleks Majelis Luhur Taman Siswa, di Jl. Taman Siswa nomor 25 Kota
Yogyakarta.
D. Koleksi Museum Dewantara Kirti Griya
Koleksi museum adalah semua jenis benda bukti material sejarah hasil budaya Ki Hadjar
Dewantara mempunyai nilai bagi pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan,
teknologi, serta kebudayaan.
Ruang Pamer 1 Ruangan ini berada di bagian depan museum. Di ruangan ini terdapat
benda-benda yang pernah dimiliki dan digunakan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Ruang Pamer 2 Ruangan ini juga berada tepat di bagian depan museum. Di ruangan ini
terdapat foto-foto dokumentasi, kursi goyang, lemari, jam, koleksi suvenir, dan lambang
Tamansiswa.
Ruang Pamer 3 Ruangan ini berada di sebelah kanan ruang keluarga. Di ruangan ini
terdapat berbagai benda peninggalan Ki Hadjar Dewantara, diantaranya yaitu meja kursi tamu,
telepon, foto dokumentasi, dan patung Ki Hadjar Dewantara.
Ruang Pamer 4 Ruangan ini beada di sebelah kanan ruang tamu utama. Di ruangan ini
terdapat piano, meja kerja, foto dokumentasi, kumpulan buku Ki Hadjar Dewantara, radio,
piagam penghargaan, dan bendera Tamansiswa.
Ruang Pamer 5 Ruangan ini berada di sebelah kanan ruang kerja Ki Hadjar Dewantara.
Di ruangan ini terdapat meja rias Nyi Hadjar , foto Nyi Hadjar, koleksi kebaya dan kain Nyi
Hadjar beserta keluarga, dan perlengkapan Ki Hadjar Dewantara beserta istrinya.
Ruang Pamer 6 Ruangan ini berada di sebelah kanan kamar tidur Nyi Hadjar Dewantara.
Di ruangan ini tersimpan lemari pakaian, foto Ki Hadjar Dewantara beserta istri dan anaknya,
tempat tidur, dan gamelan Tamansiswa.

PERPUSTAKAAN MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA

Museum sebagai institusi yang bergerak dibidang ilmu pengetahuan menyediakan


fasilitas perpustakaan sebagai sumber pustaka bagi pengelola maupun pengunjung. Sebagai
musem memorial tokoh pendidikan, tentu saja koleksi buku di perpustakaan Museum Dewantara
Kirti Griya memiliki banyak koleksi buku-buku yang bermanfaat baik dahulu, sekarang maupun
masa depan. Koleksi unggulan perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya adalah koleksi
langka yang terdiri atas koleksi majalah Pusara, manuskrip dan lainya.

Jadwal Kunjungan Museum Dewantara Kirti Griya Senin-Kamis 08.00-13.00 Jum’at


08.00-11.00 Sabtu 08.00-12.00  Hari besar Nasional dan Minggu tutup.  Kunjungan di luar
hari/jam buka dapat dilakukan dengan pemberitahuan sebelumnya. Tiket Masuk: Sukarela

Tampak depan dan dalam perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya


E. Fasilitas Museum Dewantara Kirti Griya
1. Pendopo Agung Tamansiswa
Bagi Tamansiswa, Pendopo adalah sebuah tempat yang diliputi suasana keluhuran budi. Pendopo
Agung Tamansiswa ini bergaya Jawa Yogyakarta dengan ukuran 17m × 17m. Sedangkan lantai
Pendopo lebih tinggi satu meter dari lantai tanah dan tinggi Pendopo 12 meter, pada tahun 1952
Pendopo diperluas dengan menambah sayap kanan kiri Pendopo dan tempat penyimpanan
gamelan. Di depan Pendopo terdapat patung Ki Hadjar Dewantara, patung tersebut terbuat dari
perunggu. Di depan patung terdapat tulisan TUT WURI HANDAYANI dan di bagian belakang
patung tertulis pembuat patung yaitu Ki Hendrojasmoro yang merupakan bekas Pamong
Tamansiswa cabang Kebumen. Di resmikan pada hari Selasa, 16 Desember 1975 oleh Sri Sultan
Hamengkubuwana IX.
Pendopo Agung Tamansiswa sebagai Monumen Persatuan Tamansiswa menghadap ke barat.
Terdiri dari ruang kuncung karena berada didepan dengan bentuk atap kecil tinggi dibagian
depan
bertuliskan Pendopo Tamansiswa, ruang pokok ada di tengah dan luas, ruang-ruang sayap berada
di kiri dan kanan pendopo, kemudian menyambung ruang sayap belakang digunakan untuk
menyimpan peralatan kesenian berupa seperangkat gamelan yang digunakan untuk mengiringi
melatih tari para siswa oleh para pamong Tamansiswa.Lokasi Museum dan Pendopo Tamansiswa
berada dalam satu lokasi/ komplek: di Jalan Tamansiswa nomor 31 Yogyakarta.
2. Perpustakaan
Keberadaan Perpustakaan merupakan sarana pendukung Museum, karena berisi buku-buku
bacaan koleksi Ki Hadjar Dewantara dan berbagai buku kenangan yang berasal dari sahabat-
sahabat. Ki Hadjar Dewantara dahulu adalah juga sebagai wartawan terkenal mempunyai
kesenangan menulis, karya tulisan-tulisanya banyak dimuat di surat-surat kabar dan majalah.
Salah satu tulisannya yang terkenal adalah karangan dalam bahasa Belanda dengan judul “Ik was
an Nelerland“ bila di
terjemahkan adalah “ Bila aku seorang Belanda” tulisan ini mengungkapkan tentang hasutan,
sindiran, makian ejekan, keprihatinan yang ditujukan untuk koloni atau antek-antek Belanda,
karena isinya yang sangat menusuk perasaan orang Belanda pada saat itu, akibatnya Ki Hadjar di
panggil dan di tangkap. Selain itu di dalam perpustakaan terdapat buku-buku tentang
Ketamansiswaan yang berisi konsep-konsep pemikiran karya Ki Hadjar Dewantara dalam bidang
pendidikan, sastra budaya, politik, berbangsa dan bernegara. Jumlah koleksi museum sebanyak
1.205 buah, dan jumlah koleksi perpustakaan museum sebanyak 2.100 buku. Jumlah keseluruhan
koleksi 3.305 buah.
3. Tempat Parkir
Museum Dewantara Kirti Griya memiliki tempat parkir yang cukup untuk menampung
kendaraan tamu yang datang. Tempat parkir ini memiliki luas 200m2 yang dapat menampung
kendaraan roda dua, mobil dan bis berukuran besar.
4. Toilet
Museum Dewantara Kirti Griya memiliki toilet sehingga memudahkan pengunjung yang
berkepentingan menggunakannya.
5. Mushola
Untuk umat muslim yang datang ke Museum Dewantara Kirti Griya disediakan mushola sebagai
tempat ibadah.
2. Taman Wijaya Brata adalah makam untuk keluarga Taman Siswa yang berlokasi di
Celeban, kelurahan Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta.[1] Selain itu di tempat ini tokoh
pendidikan Indonesia pendiri perguruan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara, serta para pendiri
lainnya dikebumikan.

Nama Lainnya : Taman Wijaya Brata

Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional dalam bidang pendidikan
sehingga gelar Bapak Pendidikan Nasional disematkan pada dirinya. Ki Hajar Dewantara lahir di
Yogykarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Randen Mas Soewardi Soeryaningrat. Pada
saat berusia 40 tahun, ia menanggalkan gelar bangsawannya dan menggati nama menjadi Ki
Hajar Dewantara. Selama hidupnya ia mengabdikan diri untuk kepentingan bangsanya.
Pengabdiannya dimulai dengan menjadi wartawan surat kabar yang eksis pada saat itu serta akti
di organisasi Boedi Oetama. Pada saat ia aktif di organisasi Boemipoetra ia menulis berbagai
artikel yang salah satunya berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Orang
Belanda). Akibat dari tulisannya tersebut, Ki Hajar Dewantara dihukum tanpa proses diadili dan
dibuang di Pulau Bangka.

Puncak dari perjuangannya adalah pada tahun 1922 ia mendirikan perguruan tinggi yang
bercorak nasional dan diberi nama National Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan
Nasional Tamansiswa). Perguruan tinggi ini menekankan pendidikan rasa kebangsaan untuk
mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Pada masa paska
kemerdekaan Ki Hajar Dewantara menduduki posisi strategis dalam pemerintahan yang dipimpin
oleh Ir Soekarno. Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di
Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya.

Dalam sebuah pembicaraan Ki Hadjar Dewantara dengan Ki Soedarminto (Ketua Umum Majelis


Luhur Tamansiswa) diutarakanlah bahwa dia menginginkan suatu tempat untuk istirahat.

Ki Soedarminto menarik kesimpulan bahwa tempat istirahat yang pernah diajukan oleh Ki
Hadjar Dewantara adalah sebuah makam keluarga Tamansiswa. Gagasan makam untuk keluarga
Tamansiswa diketengahkan dalam Rapat Besar Umum (Kongres) Taman Siswa tahun 1952.
Kongres pun menyetujui gagasan tersebut.
Untuk mewujudkan gagasan tersebut maka Majelis Luhur membuat panitia.

Ketua: Ki Soedarminto

Panitera: Ki R.P Soedarmo

Bendahara: Nyi Aring Hertog

Anggota: Ki Kanapi dan Ki Hadi Yoesman

Pada tahun 1953 panitia mendapatkan tanah milik bapak H. Hasyim di


Celeban, Yogyakarta yang terdiri dua bagian masing-masing 1.073 m2 dan 1.338 m2, jumlah
keseluruhan 2.411 m2 dengan harga Rp. 12.055,00 (dua belas ribu lima puluh lima rupiah).
Selain itu Majelis Luhur juga mendapatkan tanah yang besebelahan dengan yang di beli oleh
panitia. Tanah tersebut milik Bapak Kartosentono dengan luas 1.280 m2 dengan harga Rp.
12.000,00 (dua belas ribu rupiah).

Makam di beri nama Taman Wijaya Brata. Taman berarti kebun, wijaya berarti kemenangan, jaya
dan brata kewajiaban sumpah, janji. Arti keseluruhan yaitu tempat untuk mencapai kemenangan.

Ki Soedarminta pencetus gagasan pengadaan makam wafat pada tahun 1956 dan dikebumikan di
tanah makam yang baru tersebut. Berarti almarhum adalah orang pertama yang dimakamkan
sedangkan Ki Hadjar Dewantara wafat pada hari Minggu, 26 April 1959.

Pembangunan makam terbagi menjadi dua tahap.

Tahap pertama

Tanah berupa tegalan / pekarangan selanjutnya dibenahi dan disempurnakan sebagai sebuah
makam yang layak. Pembangunan tahap pertama selesai pada tahun 1963 yang ditandai dengan
candrasengakala RINARAS TRUS BASUKINING WIJI yang menunjukan tahun 1895 Jawa.

Arti dari candrasengakala tersebut rinaras berarti harmonis/serasi, trus berarti menuju,


sampai, basukining berarti sehat sejahtera, wiji berarti buah. Arti keseluruhan candrasengkala
tersebut yaitu suasana harmonis menciptakan generasi baru yang hidup dalam suasana sejahtera
atau bahagia.

Tahap dua
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.: 021
/ A-I / 1979, tanggal 30 Juli, makam akan dipugar dan dilanjutkan pembangunannya dengan
anggaran Repelita tahun 1979 - 1980 sebesar Rp. 21.000.000,-

Pemugaran meliputi:

1. Penyempurnaan gapura dengan tidak mengubah relief.

2. Pengratun ditingkatkan dengan mempertahankan bentuk. Genting diganti dengan kayu sirap.

3. Meningkatkan pagar yang mengelilingi pagar.

Pembangunan yang merupakan realisasi dari rencana:

1. Membuat relief yang mengelilingi makam[2]

2. Mendirikan pakeliran dengan wukir pancadarma

3. Fasilitas parkir

4. Jalan lingkar

Pemugaran dilaksanakan pada Hari Kamis legi, 6 Maret 1989 dan berakhir pada Jumat Pon, 2
Mei 1980. Selesainya tahap dua ditandai dengan suryasengkala Hening Mangesti Pambuka
Wiji. Wiji berarti bakal buah menunjukan angka 0, pambuka berarti awal menunjukan angka
8, mangesti berarti cita-cita menunjukan angka 9 dan hening berarti bening, suci menunjukan
angka 1. Arti keseluruhan suryasengkala yaitu bercita-cita tinggi / suci untuk membawa generasi
baru dalam kehidupan yang tinggi dan luhur.

Galeri Foto
Gambar : Makam Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara

Gambar : Makam Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara


Gambar: Makam tampak depan
Gambar : Kelas 1D pengasih melakukan kunjungan ke makam Bersama ibu Dosen Dr. Rahayu,
S.Pd, M.Pd

You might also like