Article Text
Article Text
(p-ISSN: 2599-3194
Volume 3, Issue. 1, 2020, pp. 19-24
Sriliza1
1
Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambase, Indonesia
E mail: [email protected]
.
Abstrak: This research was carried out in Temajuk Village, Paloh District, Sambas Regency which
raised the values of Islamic education in the tradition of abstinence 40 days after giving birth to the
Sambas Malay community in Temajuk Village, Paloh District, Sambas Regency. the approach in
this research is qualitative. The type of research used in this research is a case study. The results of
this study are as follows: 1) the values of creed education in the tradition of abstinence 40 days
after giving birth to the Sambas Malay community in Temajuk Village, Paloh District, including a)
a strong belief in obeying the applicable rules in abstinence for 40 days which is in line with the
postpartum which is taught in Islam, b) belief in husband, parents, family and others in the
implementation of abstinence 40 days after giving birth. 2) the values of worship education in the
tradition of abstinence 40 days after giving birth to the Sambas Malay community in Temajuk
Village, Paloh District, including: a) obeying traditional teachings and rules that are in line with
Islamic teachings and rules, such as not praying during the puerperium and unrelated husband and
wife, b) get used to pray, glorify God and read religious books. 3) the values of moral education in
the tradition of abstinence 40 days after giving birth to the Sambas Malay community in Temajuk
Village, Paloh District, including: a) obeying and following the rules of abstinence that have been
passed down from generation to generation, b) obeying orders, teachings, and advice from
parents, c) do good and be polite to family and others.
Keywords: Value of Islamic Education, Tradition of Abstinence, Malay Society
https://doi.org/10.54069/attadrib.v3i1.111
How to Cite Sriliza (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Berpantang 40 Hari Setelah
Melahirkan Pada Masyarakat Melayu Sambas. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
3 (1) 19-24
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam yang bersumber pada ajaran Islam, yakni Alquran dan hadits pada tataran
implementasinya berkembang dalam berbagai bentuk. Mulai dari aktivitas pendidikan Islam yang
bersifat kelembagaan, kajian-kajian keislaman, serta yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat dalam bentuk budaya atau tradisi. Aktivitas Pendidikan Islam dalam konteks budaya
atau tradisi masyarakat biasanya tampak dari praktik budaya atau tradisi yang secara tersirat
memiliki nilai-nilai moral yang sejalan dengan syariat Islam. Praktik pendidik Islam yang
berkembang dalam bentuk budaya atau tradisi tersebut, juga berkembang pada masyarakat
Melayu Sambas. Masyarakat Melayu Sambas yang cenderung bersifat religious, maka dalam
berbagai aspek perilaku kehidupan tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Islam. Oleh karena itu
salah satu ciri dari local genius biasanya sangat terkait dengan sistem kepercayaan (Al Wasilah,
2009). Hal ini berarti bahwa karakteristik masyarakat Sambas yang cenderung bersifat relijius
Sriliza1
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi berpantang
selama 40 hari pada masyarakat Melayu Sambas di Desa Temajuk Kecamatan Paloh. Oleh karena
itu, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena bermaksud untuk mendeskripsikan dan
menganalisis nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat pada suatu tradisi yang berkembang di
masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study),
yakni penelitian yang mengkaji secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu peristiwa dan
aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga atau organisasi dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Dalam hal ini, kasus yang
dimaksud adalah tradisi berpantang selama 40 hari yang masih dipraktikkan oleh masyarakat
Melayu Sambas, khususnya di Desa Temajuk Kecamatan Paloh. Melalui studi kasus, penelitian
tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi berpantang selama 40 hari pada masyarakat
20 Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Issue. 1, 2020, pp. 19-24
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Berpantang 40 Hari Setelah Melahirkan Pada Masyarakat Melayu Sambas
Melayu Sambas di Desa Temajuk Kecamatan Paloh dapat menghasilkan informasi yang detil yang
mungkin tidak bisa diperoleh pada jenis penelitian yang lain.
PEMBAHASAN
Nilai-nilai pendidikan akidah dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada
masyarakat Melayu Sambas di Desa Temajuk Kecamatan Paloh
Kata value yang kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi nilai,
berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa Perancis Kuno valoir. (Rahmat Mulyana, 2004). Nilai
atau value termasuk salah satu bidang kajian dalam filsafat. Istilah nilai dalam filsafat dipakai untuk
menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata
kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian
(Kaelan, 2002).
Sejatinya nilai merupakan suatu kualitas atau sifat yang melekat pada objek, bukan objek
itu sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai berarti ada sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuatu tersebut. Dengan demikian, nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi
di balik kenyataan kenyataan lainnya. Adanya nilai karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai
pembawa nilai (wastranger), hal ini diperkuat dengan pendapat Milton Receachdan James Bank
mengemukakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup
sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai
sesuatu yang pantas atau sesuatu yang tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai (Mawardi
Lubis, 2008). Nilai merupakan realitas abstrak, dirasakan dalam pribadi masing-masing sebagai
prinsip dan pedoman dalam hidup. Nilai merupakan suatu daya dorong dalam kehidupan
seseorang baik pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu nilai berperan penting dalam proses
perubahan sosial (Yvon Ambroise, 1993).
Nilai-nilai Islam itu pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-
ajaran tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu
prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-
pisahkan. Yang terpenting dengan wujud nilai-nilai Islam harus dapat di transformasikan dalam
lapangan kehidupan manusia. Hal tersebut Sejalan dengan karakteristik Islam sebagaimana
diungkapkan oleh Muhammad Yusuf Musa berikut ini. “Yaitu mengajarkan kesatuan agama, kesatuan
politik, kesatuan sosial, agama yang sesuai dengan akal dan fikiran, agama fitrah dan kejelasan, agama
kebebasan dan persamaan, dan agama kemanusiaan” Lapangan kehidupan manusia harus merupakan
satu kesatuan antara satu bidang dengan bidang kehidudpan lainnya.
Nilai dalam tradisi dan kebudayaan masyarakat Sambas begitu banyak, diantaranya
berpantang 40 hari. Nilai pendidikan Islam dalam berpantang 40 hari adalah akidah atau
keyakinan yang kuat untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam berpantang 40 hari yang sejalan
dengan masa nifas yang diajarkan dalam Islam serta kepercayaan terhadap suami, orang tua,
keluarga dan orang lain akan pelaksanaan berpantang 40 hari setelah melahirkan merupakan nilai-
nilai pendidikan Akidah.
Akidah atau keyakinan adalah pondasi bangunan Islam. Oleh karena itu usaha mendirikan
bangunan besar dan megah tanpa membuat fondasinya terlebih dahulu adalah sia-sia. Para ulama
yang mengajak orang ke jalan Allah harus mampu menterjemahkan seluruh metode dan konsep
Rabbani dalam kehidupannya. Ia harus menjadi Qur‟an di muka bumi. Bila ia bergerak dan
melangkah bersamanya. Seorang ulama harus mampu melaksanakan syariat Islam secara
menyeluruh tapi pada waktu yang sama ia tidak boleh membebani dengan masalah-masalah
furu‟iyah sebelum ia berhasil mengajarkan mereka hakekat Islam.
Sesungguhnya aqidah merupakan jiwa bagi setiap manusia. Dengan akidah manusia bisa
hidup dengan baik. Bila kehilangan akidah ini, maka ruhaninya mengalami kematian. Karena
akidah adalah cahaya yang apabila manusia tidak mendapatkannya, maka manusia akan tersesat
dan mengalami kebingungan di berbagai lembah kesesatan. Dan sesungguhnya aqidah adalah
Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Issue. 1, 2020, pp. 19-24 21
Sriliza1
sumber berbagai perasaan yang baik, dan tempat tumbuhnya perasaan yang luhur (Sayyid Sabiq,
2010).
Nilai aqidah erat kaitannya dengan nilai keimanan. Endang Syafruddin Anshari
mengemukakan aqidah ialah keyakinan hidup dalam arti khas, yaitu pengikraran yang bertolak
dari hati (Anshari, 1990). Pendapat Syafruddin tersebut sejalan dengan pendapat Nasaruddin
Razak, yaitu dalam Islam aqidah adalah iman atau keyakinan (Nasaruddin Razak). Nilai
pendidikan akidah adalah proses mengarahkan segala potensi yang ada pada diri manusia
terutama potensi kehambaan kepada Allah, sehingga pada dirinya tertanam keyakinan yang kuat
dalam hati sebagai pedoman dan landasan hidup di dunia dan di akhirat.
Nilai-nilai pendidikan ibadah dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada
masyarakat Melayu Sambas di Desa Temajuk Kecamatan Paloh
Ibadah merupakan elemen penting dalam agama, Ibadah adalah suatu wujud perbuatan
yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah Swt (Mansur Isna, 2001). Ibadah juga merupakan
kewajiban agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan
pundamen, sedangkan ibadah merupakan manisfestasi dari keimanan tersebut (Mansur Isna,
2001).
Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari
keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari keimanan. Dengan demikian kuat
atau lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah
yang dimiliki akan semangkin tinggi pula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cerminatau
bukti nyata dari aqidah.
Nilai pendidikan ibadah dalam berpantang 40 hari diantaranya adalah mematuhi ajaran
dan aturan adat yang sejalan dengan ajaran dan aturan dalam Islam, seperti tidak melaksanakan
sholat di masa nifas dan tidak berhubungan suami istri, serta membiasakan diri untuk berdo‟a,
bertasbih kepada Allah dan membaca buku-buku agama, merupakan nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada masyarakat Melayu Sambas di Desa
Temajuk Kecamatan Paloh. Ibadah merupakan ajaran islam yang tidak dapat dipisahkan dari
keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari keimanan. Dengan demikian kuat
atau lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah
yang dimiliki akan semangkin tinggi pula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cermin atau
bukti nyata dari aqidah.
Jika ditinjau lebih lanjut ibadah pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu: Pertama;
Ibadah „Am yaitu seluruh perbuatan yang dilakukan oleh setiap muslim dilandasi dengan niat
karena Allah Swt Ta‟ala. Kedua; Ibadah Khas yaitu suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan
perintah dari Allah Swt dan Rasul-Nya. Nilai pendidikan Ibadah adalah bentuk pengabdian
hamba terhadap Tuhannya secara langsung berdasarkan aturan-aturan, ketetapan dan syarat-
syaratnya.
Nilai-nilai Pendidikan akhlak dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada masyarakat
Melayu Sambas di Desa Temajuk Kecamatan Paloh
Pendidikan akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama,
karena yang baik menurut akhlak, baik pula menurut agama,dan yang buruk menurut ajaran
agama buruk juga menurut akhlak. Akhlak berasal dari bahasa arab jama‟ dari khuluqun, yang
secara bahasa berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Ahmad Amin merumuskan
“akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh sebagian manusia kepada yanglainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatanmereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat” (Hamzah Ya‟qub, 1996). Dengan demikian, akhlak menurut Ahmad Amin adalah
berorientasi kepada perkara baik dan buruk yang menjadi pilihan bagi setiap manusia
dalammemecahkan berbagai masalah kehidupan.
22 Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Issue. 1, 2020, pp. 19-24
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Berpantang 40 Hari Setelah Melahirkan Pada Masyarakat Melayu Sambas
Pendidikan akhlak dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada masyarakat Melayu
Sambas di Desa Temajuk Kecamatan paloh diantaranya mematuhi dan mengikuti aturan
berpantang yang telah ada turun temurun dari jaman nenek moyang dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, mematuhi perintah, ajaran, dan nasehat orang tua, serta berbuat baik dan
sopan-santun kepada keluarga maupun kepada orang lain, merupakan nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada masyarakat Melayu Sambas di
Desa Temajuk Kecamatan Paloh. Pendidikan akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan agama, karena yang baik menurut akhlak, baik pula menurut agama dan yang
buruk menurut ajaran agama buruk juga menurut akhlak. Akhlak menurut Ahmad Amin adalah
berorientasi kepada perkara baik dan buruk yang menjadi pilihan bagi setiap manusia
dalammemecahkan berbagai masalah kehidupan. Akhlak merupakan suatu sifat mental manusia
dimana hubungan dengan Allah Swt dan dengan sesama manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan
aktivitas manusia dalam hubungan dengan dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya.
Akhlak merupakan realisasi dari keimanan yang dimiliki oleh seseorang.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dipaparkan, dalam temuan penelitian tentang Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Tradisi Berpantang 40 Hari Setelah Melahirkan pada Masyarakat Melayu
Sambas Di Desa Temajuk Kecamatan Paloh adalah sebagai berikut. Nilai-nilai pendidikan akidah
dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada masyarakat Melayu Sambas di Desa
Temajuk Kecamatan Paloh di antaranya adalah: 1) Keyakinan yang kuat untuk mematuhi aturan
yang berlaku dalam berpantang 40 hari yang sejalan dengan masa nifas yang diajarkan dalam
Islam. 2) Kepercayaan terhadap suami, orang tua, keluarga dan orang lain akan pelaksanaan
berpantang 40 hari setelah melahirkan.
Nilai-nilai pendidikan ibadah dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada
masyarakat Melayu Sambas di Desa Temajuk Kecamatan Paloh di antaranya adalah: 1) Mematuhi
ajaran dan aturan adat yang sejalan dengan ajaran dan aturan dalam Islam, seperti tidak
melaksanakan sholat di masa nifas dan tidak berhubungan suami istri. 2) Membiasakan diri untuk
berdo‟a, bertasbih kepada Allah dan membaca buku-buku agama. Nilai-nilai Pendidikan akhlak
dalam tradisi berpantang 40 hari setelah melahirkan pada masyarakat Melayu Sambas di Desa
Temajuk Kecamatan Paloh. 1) Mematuhi dan mengikuti aturan berpantang yang telah ada turun
temurun dari jaman nenek moyang. 2) Mematuhi perintah, ajaran, dan nasehat orang tua. 3)
Berbuat baik dan sopan santun kepada keluarga maupun kepada orang lain
REFERENSI
Al Wasilah,dkk. (2009). Etnopedagogis, ( Bandung: Kiblat).
Ambroise, Yvon. (1993). Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: PT Grasindo).
Cahyani, Ika. (2017). Mitos dalam Ritual Ruwatan Masyarakat Madura di kecamatan Gending
Kabupaten Probolinggo. Jurnal edukasi: IV (1):13-19
Endang Syafruddin Anshari, (1990). Wawasan Islam Pokok-pokok Pemikiran Tentang Islam, (Jakarta,
Raja Wali), cet-2.
Hasbullah, rewang. (2012). Kearifan Lokal dalam Membangun Solidaritas dan Integrasi Sosial
Masyarakat di Desa Bukit Batu Kabupaten Bekalis. jurnal Sosialisasi Budaya: Vol. 9, No. 2
Heri, Kurniawan. (2018). Nilai-nilai kearifan lokal tradisi bertabuh dalam perspektif moralitas Islam.
Tesis.
Isna, Mansur. (2001). Dirkursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama).
Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Issue. 1, 2020, pp. 19-24 23
Sriliza1
24 Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Issue. 1, 2020, pp. 19-24