0% found this document useful (0 votes)
32 views16 pages

Makalah KRTJ 2022 Drainase Jalan (G Gunawan-Agus S-Neni K) - Gugun Gunawan

The document discusses inspection and handling of road drainage systems during the operational stage in Indonesia. It analyzed drainage components along 895 routes totaling 11,008.5 km in length. 6,672 km were found to be in very good condition, while 2,592.8 km were seriously damaged. The study looked at instances of flooding on roads and found locations were typically in low-lying areas, from surface runoff, or due to lack of routine maintenance. Proper design, inspection, and maintenance of drainage systems is important to prevent road damage and ensure adequate road service.

Uploaded by

muhammad sumedhi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
32 views16 pages

Makalah KRTJ 2022 Drainase Jalan (G Gunawan-Agus S-Neni K) - Gugun Gunawan

The document discusses inspection and handling of road drainage systems during the operational stage in Indonesia. It analyzed drainage components along 895 routes totaling 11,008.5 km in length. 6,672 km were found to be in very good condition, while 2,592.8 km were seriously damaged. The study looked at instances of flooding on roads and found locations were typically in low-lying areas, from surface runoff, or due to lack of routine maintenance. Proper design, inspection, and maintenance of drainage systems is important to prevent road damage and ensure adequate road service.

Uploaded by

muhammad sumedhi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 16

Inspection and Hamdling of Road Drainage at the Oprational Stage

G. Gunawan Agus Solihin


Directorate General of Highways Directorate General of Highways
Pavement Unit and Road Environment Pavement Unit and Road Environment
[email protected] [email protected]

Neni Kusnianti
Directorate General of Highways
Pavement Unit and Road Environment
[email protected]

ABSTRACT
Maintaining the standard of road service or performance requires careful attention to road drainage. In order to
prevent damage to the road construction, surface drainage structures work to manage water runoff on the road
surface and from the surrounding region. Similarly, the subsurface drainage system serves to lower groundwater
levels, intercept, and dispose of infiltrating water from the vicinity of the road, the road surface, or water that
rises from the subgrade of the road (Directorate General of Highways, 2002). This study was done using the
rapid function assessment method of drainage systems and inspection guidelines to get an overview of the
condition or functional category of drainage building elements and potential as well as the occurrence of
inundation or flooding, especially on national roads. The study also looked at several instances of inundation
and/or flooding in the road environment in operational conditions in Indonesia.

In accordance with the evaluation of the drainage components on 895 routes totaling 11,008.5 km in length,
6,672 Km are in very good shape. 828.3 Km is categorized as lightly damaged, while 2,592.8 Km is categorized
as seriously damaged. While roughly 429.2 km and 486.2 Km, respectively, fall into the good and moderate
categories of drainage element performance. Regarding the findings of special inspections for inundation or
flooding, the location is typically in the lowest part of the basin, runoff from the area, lack of routine/periodic
maintenance, drainage arrangements are still required, as well as the building's size or capacity and the
requirement for collaboration with the Regional Government in developing an environmentally sound drainage
system.
Keywords: inspection, handling, road drainage, routine and periodic maintenance.

Inspeksi dan Penanganan Drainase Jalan pada Tahap Operasional

G. Gunawan Agus Solihin


Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Jenderal Bina Marga
Balai Perkerasan dan Lingkungan Jalan Balai Perkerasan dan Lingkungan Jalan
Jl. AH. Nasution 264 Bandung Jl. AH. Nasution 264 Bandung
[email protected] [email protected]

Neni Kusnianti
Direktorat Jenderal Bina Marga
Balai Perkerasan dan Lingkungan Jalan
Jl. AH. Nasution 264 Bandung
[email protected]
ABSTRAK
Drainase jalan sangat memegang peranan penting dalam menjaga tingkat pelayanan jalan atau kinerja jalan.
Bangunan drainase permukaan berfungsi mengendalikan limpasan air dipermukaan jalan dan dari daerah
sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Begitu juga sistem darinase bawah permukaan berfungsi
menurunkan muka air tanah dan mencegat serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan
jalan atau air yang naik dari subgrade jalan (Direktorat jenderal Bina Marga, 2002).
Kondisi drainase jalan dan beberapa kejadian genangan dan/atau banjir di lingkungan jalan pada kondisi
operasional di Indonesia disampaikan dalam makalah ini, yang dilakukan dengan metode penilaian
keberfungsian secara cepat sistem darinase dan pedoman inspeksi untuk mendapatkan gambaran kondisi atau
kategori keberfungsian dari elemen bangunan drainase dan potensi serta terjadinya genangan atau banjir
khusunya jalan nasional.
Dari hasil penilaian keberfungsian elemen drainase dari sekitar 895 ruas jalan dengan panjang 11.008,5 Km,
sekitar 6.672 Km kategori kondisi baik sekali . sekitar 2.592,8 Km termasuk kategori rusak berat dan 828, 3
Km kategori rusak ringan. sementara sekitar 429,2 Km dan 486,2 Km berturut turut termasuk kategori baik dan
kategori sedang keberfungsian elemen drainasenya. Adapun hasil inpeksi khusus terjadinya genangan atau
banjir umumnya lokasi berada lokasi terendah pada cekungan, limpasan run off dari kawasan, kurangnya
pemeliharaan rutin/berkala, masih diperlukan penataan drainase baik dimensi atau kapasitasnya bangunan dan
diperlukannya koordinasi dengan Pemda dalam menyiapkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.
Kata kunci: inpeksi, penanganan , drainase jalan, pemeliharaan rutin dan berkala

PENDAHULUAN
Jalan memegang peranan penting dalam pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan,
untuk itu kondisi jalan dituntut untuk bisa memberikan tingkat pelayanan yang memadai.
Struktur jalan disesain dengan konsep kedap terhadap air (UU-No 38/2006). Air yang ada
pada badan jalan baik datang dari air tanah maupun air hujan, harus dengan segera dialirkan
untuk mencegah kerusakan pada struktur jalan. Peran drainase jalan sangat memegang
peranan penting dalam menjaga tingkat pelayanan jalan. Dimana drainase permukaan
berfungsi mengendalikan limpasan air dipermukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar
tidak merusak konstruksi jalan. Sementara itu, drainase bawah permukaan berfungsi
menurunkan muka air tanah dan mencegat serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar
jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan (Direktorat jenderal Bina
Marga, 2002). Untuk meningkatkan kinerja pekerjaan konstruksi jalan serta menjamin dan
melindungi struktur badan jalan, telah disusun Pedoman Desain Drainase Jalan (PDDJ)
sebagai policy technology. SE no 23/SE/Db/2021.
Selama ini, penanganan sistem drainase jalan belum dilaksanakan secara komprehensif dan
terintegrasi mulai dari tahap perencanaan sampai tahap monitoring dan evaluasi kegiatan,
sehingga penanganan drainase jalan belum berkonstribusi secara optimal peningkatan kinerja
jalan khususnya kinerja drainase jalan yang lebih efektif dan lebih efisien. Dalam rangka itu
Bina Marga telah menyusun pedoman penilaian secara cepat keberfungsian bangunan
drainase untuk menyiapkan program kegiatan sistem drainase setiap tahunnya, serta
menyusun pedoman inspeksi drainase jalan, dalam rangka menyusun DED dan kebutuhan
anggaran secara detail untuk peningkatan keberfungsian dan meningkatkan kinerja bangunan
drainase.
Berdasarkan penjelasan di atas, dengan metode penilaian secara cepat dan inspeksi sistem
darinase, dilakukan penilaian keberfungsian dan inspeksi bangunan drainase di jalan nasional.
Dengan maksud untuk mendapatkan gambaran kondisi atau kategori keberfungsian dan
permasalahan serta penanganan bangunan drainase jalan, khususnya pada kondisi eksisting
atau pada tahap Operasional. Pada makalah ini kondisi bangunan drainase jalan dari
pendataan yang dilakukan BBPJN dan BPJN yang ada di Indonesia, serta beberapa kejadian
kejadian genangan dan/atau banjir dibeberapa ruas, disampaikan untuk memberikan
informasi dan mengetahui permasalahan dilapangan dan penanganan yang harus dilakukan
oleh penyelenggara jalan, dalam rangka meningkatkan keberfungsian dan kinerja bangunan
drainase .

TINJAUAN PUSTAKA
Perancangan Drainase Jalan
Perencanaan dan pengelolaan sistem drainase membutuhkan konsep dan pola pikir yang
menyeluruh dan sistem terpadu (Integrated system), melibatkan stakeholder terkait (Multi
Stakeholder) dan lintas sektoral guna menyelesaikan secara hulu-hilir
permasalahan-permasalahan drainase kawasan dan drainase jalan. (KPUPR, 2019).
Perancangan drainase jalan perkotaan (Permen Pu, No. 12/PRT/M/2014, SNI 02-2406-1991,
dan SNI 03-3424-1994), harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
● Fungsi prasarana dan sarana drainase jalan perkotaan sebagai pengumpul dan
pengaliran limpasan di atas permukaan jalan dapat sepenuhnya berdaya guna dan
berhasil guna.
● Klasifikasi jalan, konfigurasi jalan, dan ketersedian lahan/ruang (rumija dan ruwasja)
sesuai Peraturan Pekerjaan Umum, No. 19/PRT/M/2011.
● Keselamatan pengguna jalan.
● Kelancaran aliran air sesuai hukum gravitasi, yang ditentukan oleh elevasi permukaan
air di bagian hilir.
● Kecepatan aliran ditetapkan dengan memperhatikan kemungkinan erosi atau
sedimentasi dan keselamatan pengguna jalan.
● Daerah tangkapan air (catchment area) meliputi ruang pengawasan jalan (ruwasja)
dan ruang milik jalan (rumija) seperti dalam Gambar 1,serta menyesuaikan dengan
kondisi topografi atau bentuk kontur tanah.
● Faktor ekonomi dan lingkungan dalam pemilihan bentuk, dimensi, dan konstruksi
drainase jalan perkotaan.
● Kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan.
● Keterhubungan dengan tempat pembuangan air sementara (drainase kota).
● Dalam hal tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan, saluran drainase jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran
lingkungan.
● Aspek kelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan ketersediaan air
permukaan dan air tanah di hulu serta banjir di hilir.
● Tingkat kesadaran masyarakat dalam mencegah masuknya benda ke dalam saluran
yang menyebabkan tidak berfungsinya drainase.
● Saluran drainase jalan hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air
agar badan jalan bebas dari pengaruh air.
● Aspek kelestarian lingkungan hidup perkotaan dalam kaitannya dengan ketersediaan
air permukaan dan air tanah di hulu dan banjir di hilir.
● Tingkat kesadaran masyarakat dalam mencegah masuknya benda ke dalam saluran
yang menyebabkan tidak berfungsinya drainase jalan perkotaan (berbasis pada
kearifan lokal).
● Sistem jaringan drainase perkotaan, dan penyediaan ruang untuk penempatan
pertemuan antara saluran drainase jalan perkotaan dengan saluran drainase kota serta
bangunan pelengkapnya (apabila ada) oleh Pemerintah Daerah.

Sistem jaringan saluran drainase jalan


Jaringan drainase jalan harus tersetruktur secara berjenjang sesuai perannya, yaitu sejalan
dengan ciri fisik dan lalu lintas ruas jalan . Begitu juga bangunan infrastruktur drainase jalan
baik bentuk maupun penempatan harus selaras dengan ciri-ciri fisik dan karakteristik
klasifikasi sistem jaringan jalan (fungsi, kelas dan tipe jalan).
Sistem drainase permukaan jalan (saluran; samping, tengah/median, gorong-gorong dan
lereng) bertujuan untuk mengendalikan aliran air di permukaan yang mengalir ke jalan dari
daerah tangkapan air hujan dan berakhir di saluran pembawa (outlet) buatan/alami (SNI
03-1724-1989). Aliran air tidak boleh dibiarkan menghasilkan volume atau kecepatan yang
cukup tinggi, bisa menyebabkan keausan fisik saluran di sepanjang saluran.
Sistem drainase jalan harus memenuhi dua aspek utama jika ingin efektif sepanjang umur
rencananya, yaitu melakukan: meminimalkan gangguan pola drainase alami dan
mengeringkan air dengan terkendali di permukaan dan bawah permukaan jauh dari jalan,
tetapi jangan sampai tidak terkendali di daerah hilir yang mengakibatkan kerusakan. Jika
tidak ada bangunan fasilitas saluran pembuang/pembawa akhir (alami/lingkungan), maka
otoritas jalan berkewajiban untuk membuat saluran sampai dengan saluran pembawa yang
ada (outlet).
Kondisi geografis memainkan peran penting dalam menentukan jenis dan bentuk struktur
bangunan fasilitas drainase jalan, tidak semua jenis dan bentuk rancangan dapat diadopsi
untuk lokasi tertentu, ada kemungkinan tidak sesuai. Peningkatan urbanisasi akan
meningkatkan laju debit aliran limpasan permukaan ke properti hilir, karena perubahan area
kedap air, akibat perubahan tutupan/guna lahan dan bangunan pelengkap jalan lainnya.
Sistem drainase jalan baru harus terintegrasi dengan pola sistem drainase yang sudah ada,
baik dengan drainase jalan yang berbeda status/klasifikasi jalan atau drainase
alami/lingkungan, maka dalam pelaksanaan bila diperlukan dapat melakukan koordinasi
dengan instansi terkait atau pemerintah daerah.
Penyediaan segala jenis fasilitas bangunan drainase jalan tidak boleh dilakukan tanpa
mempertimbangkan praktek pemeliharaan, ini penting dilakukan antara lain untuk:
● Kebutuhan akses jalan untuk pemeliharaan atau peningkatan.
● Kebutuhan jenis dan kapasitas peralatan pemeliharaan.
● Kebutuhan keselamatan khusus.
Dalam kelancaran aliran air, harus memperhatikan elevasi permukaan di bagian hulu dan
hilir, ini berkaitan bahwa aliran mengikuti hukum gravitasi, atau mengalir dari tempat lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah. Memperhatiakn daerah tangkapan air hujan yang akan
terkumpul di saluran drainase jalan.
Dalam sistem drainase jalan, harus memperhatikan muka air tanah, jenis tanah (geoteknik),
konfigurasi jalan, tataguna lahan, serta ketersedian lahan/ruang.
Karakteristik sistem drainase jalan luar kota (Pd.T-05/BM/2013)
● Lingkungan jalan luar kota, banyaknya fitur seperti; aliran alami, depresi, lahan
basah, dataran banjir, tanah permeabel, dan vegetasi untuk penyerapan (infiltrasi) dan
membantu mengendalikan; kecepatan limpasan, memperpanjang waktu konsentrasi,
menyaring sedimen, mengurangi polutan lainnya, dan mendaur ulang nutrisi.
● Adanya saluran irigasi dan/atau alami yang saling beririsan, yang berbeda elevasi dan
berbeda tujuan.
● Dalam drainase jalan harus hati-hati dalam memetakan dan mengidentifikasi sistem
saluran alami dan irigasi yang ada.
● Teknik yang melestarikan atau melindungi dan meningkatkan saluran alami sangat
dianjurkan. Rancangan yang baik untuk meningkatkan efektivitas sistem saluran
tersebut jangan sampai menghilangkan atau mengganti, apalagi mengabaikan.
● Jalan luar kota umumnya diperuntukan untuk kendaraan berkecepatan lebih tinggi,
untuk itu saluran permukaan terbuka lebih disarankan dalam bentuk Ѵ. Dengan
asumsi jika ada kendaraan yang hilang kendali tidak terjadi kecelakaan yang lebih
parah dan kendaraan lebih mudah untuk ke luar dari saluran tersebut.
PEMBAHASAN 1
Keberfungsian Sistem Drainase di Jalan Nasional
Pelaksanaan Inspeksi cara cepat drainase jalan dibeberapa balai BBPJN dan BPJN sudah
dilaksanakan pada Tahun 2022, dengan tujuan untuk mengetahui keberfungsian elemen
drainase dalam mengalirkan air , sehingga dianggap dapat menghindarkan terjadinya
kerusakan terhadap perkerasan jalan. Pengumpulan data inspeksi cara cepat mencakup
informasi lokasi dan kondisi elemen drainase. Adapun kondisi elemen meliputi : kemiringan
perkerasan jalan, kemiringan/elevasi bahu jalan, saluran tepi, inlet, outlet, gorong-gorong.
Dengan mengatahui kondisi elemen drainase penyelenggara jalan dapat menyiapkan
kebutuhan program pemeliharaan, baik pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan berkala,
sehingga dapat direncanakan program-program kegiatan terkait peningkatan fungsi dan
kinerja sistem drainase jalan. Pada Tabel1. disampaikan rekap data kodisi drainase jalan
nasional di Indonesia Th 2022.
Tabel 1. Rekap data Kondisi Drainase Jalan Nasional di Indonesia (Th. 2022)
TOTAL
KATEGORI KERUSAKAN  
JUMLA PANJANG
RUAS RUSAK
UNIT H RUAS
NO. JALAN BAIK SEDAN RINGA RUSAK
KERJA JALAN
SEKALI BAIK G N BERAT PENYEBAB KERUSAKAN
*)
Km Km Km Km Km Km
 
BBPJN
JAKARTA
1 JABAR 22 48,900 12,100 5,300 3,500 3,400 24,600 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BBPJN
2 JATENG DIY 110 256,100 164,000 18,400 12,900 10,100 50,700 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BBPJN
JATIMN 1.174,90 234,70 1.900,10
3 BALI 271 3.606,200 0 0 154,000 142,500 0 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BBPJN
4 KALTIM 8 36,800 2,100 1,900 1,400 1,200 30,200 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh

BBPJN 206,50 2.351,50


5 SULSEL 191 3.588,700 700,500 0 165,600 164,600 0 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BBPJN
6 SUMSEL 1 0,100 - - 0,100 - - Sedimentasi, Vegetasi
BBPJN
7 SUMUT 2 0,200 0,100 0,100 - - - Sedimentasi, Vegetasi

228,70
8 BPJN ACEH 87 693,700 366,500 0 6,900 2,200 89,400 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh

9 BPJN BABEL 1 0,200 - 0,100 0,100 - - -


BPJN
10 BANTEN 2 0,200 0,200 - - - - -
BPJN
11 BENGKULU 10 16,800 1,700 0,700 1,200 0,800 12,400 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN
GORONTAL
12 O 6 1,900 0,500 - - - 1,400 Sedimentasi, Vegetasi

13 BPJN JAMBI - - - - - - - -
BPJN
14 JAYAPURA 14 53,000 3,400 1,600 2,200 2,800 43,000 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN
15 KALBAR 1 0,200 0,200 - - - - -
BPJN
16 KALSEL 1 0,300 0,200 0,100 - - - Sedimentasi, Vegetasi
BPJN
17 KALTARA 1 0,400 0,400 - - - - Sedimentasi, Vegetasi
BPJN
18 KALTENG 1 0,300 0,300 - - - - Sedimentasi, Vegetasi
BPJN
19 KEP.RIAU 3 16,100 0,100 - - - 16,000 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN 1.447,00
20 LAMPUNG 55 1.654,600 78,600 41,800 42,100 45,100 0 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
21 BPJN 1 - - - - elevasi bahu lebih tinggi dari elevasi perkerasan
MALUKU 0,200 0,200 jalan
BPJN
MALUKU
22 UTARA 11 105,600 4,300 5,100 5,000 5,200 86,000 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN
23 MERAUKE 1 0,300 0,300 - - - - Sedimentasi, Vegetasi

24 BPJN NTB 2 0,300 - 0,300       Sedimentasi, Vegetasi

25 BPJN NTT 15 28,900 5,100 0,800 0,700 1,300 21,000 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN PAPUA
26 BARAT 8 101,800 0,800 0,600 0,500 0,500 99,400 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh

27 BPJN RIAU 9 433,000 4,100 2,800 3,800 3,700 418,600 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN
28 SULBAR 1 0,100 0,100 - - - - -
BPJN
29 SULTENG 45 355,800 69,100 78,100 85,500 45,600 77,500 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN
30 SULTRA 4 0,700 0,400 0,100 0,100 - 0,100 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
31 BPJN SULUT 3 - - - - elevasi bahu lebih tinggi dari elevasi perkerasan
0,500 0,500 jalan
BPJN
32 SUMBAR 6 6,400 1,900 0,600 0,600 0,200 3,100 Sedimentasi, Vegetasi, Tergerus, Runtuh
BPJN - - - -
33 WAMEWA 2 0,200 0,200 Sedimentasi, Vegetasi

2.592,80 828,30 6.672,00


TOTAL 895 11.008,500 0 0 486,200 429,200 0  
Keterangan:
*) Ruas jalan yang disurvei kondisi drainasenya
- Tidak ada data.

Pegambilan data dalam survai inspeksi cara cepat drainase jalan berfokus terhadap
kesesuaian dan keberfungsian elemen drainase jalan yang berpengaruh terhadap kinerja
perkerasan jalan. Sehingga dapat membantu perencanan dan pemangku kepentingan untuk
melakukan program pemeliharaan jalan yang tepat. Pada Tabel 1. diketahui dari sekitar 895
ruas jalan dengan panjang 11.008,5 Km , sekitar 2.592,8 Km termasuk kategori rusak berat
dan 828, 3 Km kategori rusak ringan. Hanya sekitar 6.672 Km kategori kondisi baik sekali .
sementara sekitar 429,2 Km dan 486,2 Km berturut turut termasuk kategori baik dan kategori
sedang keberfungsian elemen drainasenya.
Mengacu pada Indeks kondisi drainase permukaan (IKDP) , maka kodisi rusak berat adalah
ketidak berfungsian >60% IKDP 5, rusak ringan ketidak berfungsian saluran drainase
41-60% IKDP 4, kategori sedang ketidak berfungsian 21-40% IKDP 3 dan baik 1-20%
IKDP 2, serta baik sekali 0% IKDP 1 (IRMS V3, 2019).
Gambar 1 Prosentasi Kategori Drainase Jalan Nasional Indonesia (2022)
Pada Gambar 1 secara umum dapat diketahui dari sekitar 33 BBPJN/BPJN dan dari total panjang ruas
jalan 11.008,5 Km, kategori drainase jalan dengan melihat keberfungsian 6 elemen drainase, yaitu
kemiringan permukaan perkerasan, kemiringan bahu jalan, inlet, saluran tepi, gorong gorong dan
outlet, dapat diketahui sekitar 61% sistem drainase termasuk dalam kategori rusak berat, 4% kategori
rusak ringan, 4% kategori sedang, 7% kategori baik dan 24% termasuk kategori baik sekali.

Gambar 2. Penyebab Ketidak Berfungsian Elemen Drainase Jalan Nasional Indonesia 2022
Pada Gambar 2 penyebab ketidak berfungsian 6 elemen drainase jalan nasional di Indonesia
secara umum akibat sedimentasi dan vegetasi 27%, elevasi bahu jalan yang kemiringannya
tidak sesuai acuan atau lebih tinggi dari elevasi perkerasan jalan 6%, serta adanya 6 elemen
drainase yang keberfungsiannya menurun akibat sedimentasi, vegetasi, tergerus dan runtuh
52%, sisanya tidak teridentifikasi.
Gambaran ketidak berfungsian elemen drainase dapat memberikan indikasi atau
mengakibatkan dampak ikutan seperti:
● Adanya elevasi bahu lebih tinggi dari pada elevasi perkerasan jalan, hal ini akan
berpotensi terjadinya genangan di jalan nasional cukup tinggi, dan juga berpotensi
terhadap kecelakaan kendaraan (terbentuk lapisan tipis air ) serta terganggunya
kelancaran penggunan jalan.
● Kateggori penyebab kerusakan drainase akibat sedimen dan vegetasi, menandakan
belum optimalnya pelaksanaan pemeliharaan drainase jalan di lingkungan
penyelenggara jalan.
● Ketidak berfungsian elemen darinase akibat tergerus dan runtuh. Terjadinya gerusan
pada permukaan saluran bangunan drainase dapat diakibatkan antara lain oleh :
o debit yang belebih atau kapasitas bangunan drainase yang sudah telewati;
o kecepatan aliran tinggi melebihi batas kecepatan yang diperkenankan untuk
setiap jenis bangunan drainase,dan
o adanya rembesan air dari bawah bangunan drainase .
● sementara keruntuhan disamping didorong oleh hal-hal yang menyebakkan
tergerusnya permukaan saluran , juga dapat disebabkan antara lain oleh beban atau
kendaraan parkir yang ada dikanan kiri bangunan drainase yang menyebakan ablas
atau runtuh bangunan , seperti kendara berat yang parkir di bahu tanpa diperkeras
yang daya dukunnya rendah sehingga mengakibatkan dorongan atau tekanan pada
konstruksi bangunan drainase yang menyebabkan bangunan drainase runtuh.

Gambar 3 Prosentase Ketidak Berfungsian Komponen Drainase Jalan Nasional (2022)

Dari data penilaian secara cepat drainase jalan terkait ketidak berfungsian 6 elemen bangunan
darinase pada Gambar 3, elemen kemiringan permukaan perkerasan, elemen kemiringan bahu
jalan, elemen inlet,elemen saluran tepi, elemen gorong-gorong dan elemen outlet. Hasil
evaluasi secara umum ketidak berfungsian sistem drainase dari 6 elemen bangunan drainase
secara komulatif elemen yang menyumbang ketidak berfungsian berturut turut, kemiringan
bahu jalan 54%, saluran samping 37%, kemiringan perkerasan jalan 8%, inlet 1%, outlet dan
gorong-gorong 0%.
Mengacu pada pedoman desain drainase SE Bina Marga no 23 tahun 2021 kemiringan bahu
jalan jalan dan kemiringan perkerasan dilingkup pada Tabel 2.
Tabel 2.Tipikal kemiringan melintang badan jalan dan bahu jalan.
No Jenis lapisan perkerasan jalan Kemiringan Kemiringan bahu
melintan im (%) jalan (im)
1 Aspal, beton 2–3 3–5
2 Japat (jalan agregat pada tahan cuaca) 2–4 3–5
3 Kerikil 3–6 4–7
4 tanah 4–6 5–7
Sumber : SE Ditjen BM No 23 tahun 2021.
Disamping kemiringan melintang badan jalan dan bahu jalan , maka perlu diterapkan saluran
talang berupa kemiringan melintang dan memanjang jalan, maka aliran air permukaan di
perkerasan jalan akan terkumpul di saluran talang/tali air yang berada di tepi perkerasan jalan
berbatasan dengan bahu jalan atau trotoar mengarah ke inlet. Saluran yang menghubungkan
aliran air dari saluran talang/tali air menuju saluran samping atau tengah.
Adapun saluran samping dan inlet yang perlu menjadi perhatian adalah kemiringan
permukaan saluran samping sehingga air dapat mengalir secara gravitasi. Beberapa
persyaratan terkait kemiringan saluran samping terlingkup pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis permukaan saluran dan kemiringan saluran
No Jenis Material Kemiringan saluran (Is %)

1 Tanah asli 0-5

2 Kerikil 5 – 7,5

3 Pasangan Batu 7,5

Sumber: SE Ditjen BM No 23 tahun 2021

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar elemen inlet dapat berfungsi secara optimum,
antara lain:
• Lokasi inlet jalan ditempatkan mulai pada titik terendah dari kemiringan memanjang jalan
(alinyemen vertical cekung) juga pada antara titik terendah dan tertinggi pada kemiringan
memanjang jalan .
• Inlet ditempatkan pada lokasi dimana terjadi perubahan pada kemiringan melintang jalan.
• Bagian hilir terjadi perubahan kemiringan longitudinal jalan, terutama di lokasi dengan
penurunan kemiringan jalan untuk mencegah sedimentasi dan meningkatkan keamanan.
• Kemiringan longitudinal dari jalan utama harus dipertahankan, tidak ada bentuk
palang/jendulan melintang yang harus dibangun di jalan utama untuk tujuan drainase.
Adapun keberadaan sedimen , sampah tanaman baik pada saluran samping dan inlet secara
rutin atau berkala perlu dilakukan kegiatn pemeliharaan rutin dan berkala. Untuk gorong
gorong dari penilaian cepat berfungsi baik, yang perlu diperhatikan adalah aspek kapasitas
atau kemampuan debit air yang dapat dialirkan dengan perubahan lahan sekitar lokasi.
PEMBAHASAN 2.
Tipikal Genangan dan Banjir di Jalan
Terjadinya genangan sampai banjir semakin meningkat diruas jalan baik jalan nasional
bahkan di jalan Tol. Penyebab terjadinya genangan dan atau banjir , antara lain akibat curah
hujan ekstrim dan run-off atau limpasan air hujan dari kawasan yang menyebabkan debit air
tinggi, yang melebihi kapasitas bangunan drainase. Kelebihan air dalam bentuk limpasan air
keluar dari saluran drainase jalan, dan secara alamiah akan mengalir berdasarka gaya
gravitasi, sehingga terkumpul pada elevasi terendah. Limpasan run-off ini akan menjadi
genangan bila sistem drainase tidak berfungsi secara optimum, dari mulai saluran permukaan
perkerasan jalan, bahu, inlet, saluran samping, gorong-gorong sampai outlet serta tidak
terintegrasi secara baik. Pada Tabel 4, dilakukan inspeksi sistem drainase dilokasi-lokasi
terjadinya genangan sampai banjir, untuk dapat mengidentifikasi penyebab-penyebab potensi
terjadinya genangan atau banjir disekitar lingkungan jalan.
Kegiatan inspeksi dilakukan dalam kondisi jalan sudah tidak tergenang atau banjir, inspeksi
didasarkan kondisi eksisting pada saat peninjauan lapangan.
Tabel 4. Hasil Inspeksi dan Rekomendasi Penanganan Genangan/Banjir di Ruas Jalan
No Kejadian banjir Hasil Inspeksi dan Rekomendasi penanganan .
Hasil inpeksi
• Elevasi jalan terjadinya genangan rendah (cekungan), sehingga berpotensi
limpasan air dari kawasan dan jalan kota/kab masuk ke jalan nasional.
• Saluran tepi, inlet dan gorong gorong tidak berfungsi secara optimum (PKL
/bangunan yang menggangu/menghambat saluran inlet sampai outlet)
• Dimensi bangunan drainase masih terdapat yang tidak sesuai dengan hasil
analisa hidrologi dan hidrolika (kapasitas debit kurang).
Rekomendasi penanganan
• Perbaikan dan lakukan kegiatan pemeliharaan rutin/berkala
• pulau jalan dapat dimanfaatkan untuk bak kontrol (untuk memudahkan
pemeliharaan saluran yang melintasi jalan, gorong-gorong dengan dimensi
kecil).
Lokasi A. • Penataan PKL /bangunan yang menggangu/menghambat saluran inlet
sampai outlet dari limpasan air permukaan jalan.
• Penataan Saluran lingkungan ke jalnas (drainase kawasan)
Hasil inspeksi :
• Limpasan air hujan dari kawasan, Daerah cekungan , Inlet/outlet ke gorong
gorong terganggu bangunan
• Tergangunya outlet gorong-gorong karena ada tanggul yg dibuat masyarakt
• Median barrier yang menghambat aliran
Rekomendasi penanganan:
• Penataan inlet yang terganggu bangunan/PKL
• Pemeliharan rutin dan berkala.
Lokasi B • Dibuat tali air yang melintas median barrier pada lokasi terendah cekungan ,
dengan memperhatikan keamanan, keselamatan pengguna jalan

Hasil inspeksi :
• Limpasan air hujan dari kawasan yang tinggi pada kondisi ekstrim.
• Saluran tepi yang tidak berfungsi secara baik.
Rekomendasi penanganan:
• Pemeliharaan rutin dan berkala
• penataan dan perbaikan inlet serta tali air (Letak saluran lebih tinggi dari
permukaan jalan ).
• Perbaikan kapasitas gorong-gorong (dimensi)
• Penataan utilitas yang berpengaruh terhadap penurunan fungsi/kapasitas
gorong gorong.
Lokais C • Koordinasi instansi terkait (Pemda, Bina Marga) dalam rangka penanganan
sistem drainase kawasan

Hasil inspeksi:
• Pada curah hujan tinggi terjadi genangan
• Air dari saluran samping terhambat elevasi muka air sungai lebih tinggi dari
outlet.
• Penyempitan Saluran sungai
• Lokasi daerah cekungan.
Rekomendasi penanganan:
• Pemeliharaan rutin dan berkala.
• Peningkatan kapasitas dan dimensi saluran
• Normalisasi saluran sungai dan penataan utilitas
• Perlu disiapkan desain saluran permukaan yang mampu menurunkan
Lokasi D kecepatan aliran aliran (misal pematah arus/tanggul saluran), dengan
memperhatikan ketinggian pintu outlet dan elevasi muka air sungai.
Hasil inspekasi :
• Limpasan runoff dari kawasan (galian C dan kawasan permukiman)
• Kondisi dan kapasitas drainase saluran kurang.
• Gorong gorong tidak berfungsi secara baik (pada curah hujan tinggi aliran
dapat berbalik ke saluran tepi)
• Daerah cekungan
Rekomendasi penanganan:
• Pemeliharaan rutin dan berkala (sedimen dari lokasi galian C)
• Penataan kapasitas dan dimensi serta jumlah bangunan drainase (analisa
hidrologi/hidrolika)
• terintergrasinya sistem drainase dari inlet sampai ke outlet
• Lakukan Koordinasi instansi terkait (Pemda Serang, Bina Marga) dalam
rangka penanganan sistem drainase secara kawasan.

Lokasi E
Hasil inspeksi:
● Curah hujan ang tinggi dan kiriman banjir dari kawasan (info kejadian banjir
atau genangan setelah hujan relatif kecil).
● Lokasi berada dilokasi dengan elevasi terendah pada daerah cekungan.
Rekomendasi penanganan:
Hasil REKOMTEK dan Persetujuan Kementrian PUPR :
Lokasi F 1) Pembangunan konstruksi jembatan jalan tol ,bentang 20,904 m dan lebar 40,276
m.
2) Elevasi bentang bagian terbawah gelagar (girder) konstruksi jembatan jalan tol di
Sungai Cibenda sekurang-kurangnya 1,52 m di atas elevasi muka air banjir.
3) Pemegang Izin harus membangun polder yang memadai untuk debit banjir Q25
di sekitar lokasi jembatan sebagai pengendali banjir.
4) Beberapa catatan hasil kunjungan yang perlu menjadi perhatian Dalam
pelaksanaan konstruksi antara lain:
● menerapkan pengelolaan sistem drainase sementara dan pemeliharaan
drainase yang ada selama kontruksi.
● Pemeliharaan Rutin dan berkala (pemindahan/pembuangan sampah dan
sedimen).
● Penataan/pengaturan barrier agar aliran lebih lancar.
● Pengaturan dan penataan arah pertemuan antara saluran samping arah
Jakarta-Serpong dan outlet gorong gorong (SNI 03-1724-1989), seperti: pada
saluran tepi dapat dilengkapi bangunan pintu air atau pengatur aliran, agar
antrian/aliran air lancar (dapat disesuaikan), mengingat adanya perbedaan
dimensi saluran yang arah hilir ke pemukiman warga (lebar sekitar 6 m),
sementara gorong-gorong 8 m dan 4 m saluran tepi arah jakarta dan 1 m
saluran tepi arah Serpong.
● Membuang lumpur atau material galian, untuk menghindari pendangkalan.
● Disiapkannya bangunan drainase ramah lingkungan bila memungkinkan
kerjasama dengan Pemda dan SDA di Hulu dan Hilir (seperti: polder).

Sumber : Laporan kegitan inspeksi, 2022


Pada Tabel 4, tentang hasil inspeksi dan rekomendasi awal penanganan genangan/banjir di
ruas jalan, yang Idealnya kunjungan/inspeksi lapangan dilakukan saat terjadi banjir atau didukung
dengan dokumentasi (foto dan film drone) saat terjadi banjir untuk bisa memastikan penyebab
terjadinya genangan air dan spot-spot mana saja terjadi penyumbatan air. Dengan keterbatasan
pelaksanaan inspeksi secara umum, beberpa hal yang perlu mejadi perhatian untuk beberapa lokasi
yang terjadinya genangan/banjir adalah:
1) Umumnya lokasi berada lokasi terendah pada cekungan , sehingga perlu diperhatikan dalam
mendesain sistem drainase di daerah cekungan, secara umum dapat mengacu pada Gambar 4.
Dengan tetap memperhatikan kesinambungan antara perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran
samping, harus bertingkat, untuk aliran permukaan mengalir ke titik pengumpulan. Pada saat
curah hujan tinggi dan air dalam saluran tidak habis meresap di sepanjang saluran, maka perlu
dibuatkan saluran bantu untuk menuju saluran alam atau sungai terdekat. Pada jalan yang
berubah dari menurun kemudian menanjak, saluran bantu dibuat pada tempat perubahan
tersebut (SE Ditjen Bina Marga, No 23 Tahun 2021, Pd.T-02-2006-B, Pd.T-05/BM/2013),
Gambar 4.
Gambar 4. Pembuatan saluran bantu ke alur alam atau sungai

2) Limpasan run off dari kawasan “berkontribusi “ tinggi terjadinya banjir atau genangan dalam
perhitungan, evaluasi dan penangan, perlu memperhatikan: Catchment area (SE Ditjen Bina
Marga, No 23 Tahun 2021), Koordinasi instansi (Pemda, BBWS, PUPR), Penanganan secara
kawasan (Kolam resapan, pond atau polder) (SNI 03-2453-2002, Pd.T-02-2006-B,
Pd.T-05/BM/2013).

Gambar 5. Daerah tagkapan


Catatan Luas daerah layanan (A)
1) didasarkan panjang segmen jalan yang ditinjau;
2) batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar.
3) Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan beberapa saluran (Lihat sub bab drainase
lereng).
Hal-hal lain yang perlu dilakukan untuk pengendalian genangan atau banjir sebagai peyeleggara jalan
adalah:
● pelaksanaan pemeliharaan rutin/berkala ,
● Penataan PKL /bangunan
● Penataan Saluran lingkungan , kapasitas bangunan drainase serta utilitas (dalam
gorong2/saluran)
● Lakukan Koordinasi instansi terkait (Pemda, Bina Marga).
● Perlu disiapkan desain saluran permukaan yang mampu menurunkan kecepatan aliran aliran
(misal pematah arus/tanggul saluran), dengan memperhatikan ketinggian pintu outlet dan
elevasi muka air sungai.
● Penataan drainase sekitar lokasi baik fisik bangunan dan kapasitasnya/dimensi (hasil analisa
hidrologi/hidrolika)
● Dipastikan terintergrasinya limpasan air dari inlet sampai ke outlet akhir dapat berfungsi baik
dengan sistem gravitasi (Untuk mengalirkan air).
● Pembangunan jalan yang melewati sungai, ijin pemanfaatan SDA perlu digunakan sebagai
acuan dalam mendesain jalan.
● Disiapkannya sistem drainase yang berwawasan lingkungan bila memungkinkan kerjasama
dengan Pemda dan SDA di Hulu dan Hilir (seperti: polder).

KESIMPULAN
1. Dari hasil penilaian keberfungsian elemen drainase dari sekitar 895 ruas jalan dengan panjang
11.008,5 Km, sekitar 6.672 Km kategori kondisi baik sekali . sekitar 2.592,8 Km termasuk
kategori rusak berat dan 828, 3 Km kategori rusak ringan. sementara sekitar 429,2 Km dan
486,2 Km berturut turut termasuk kategori baik dan kategori sedang keberfungsian elemen
drainasenya.
2. Hasil evaluasi secara umum ketidak berfungsian sistem drainase dari 6 elemen bangunan
drainase secara komulatif elemen yang menyumbang ketidak berfungsian berturut turut,
kemiringan bahu jalan 54%, saluran samping 37%, kemiringan perkerasan jalan 8%, inlet 1%,
outlet dan gorong-gorong 0%.
3. Hasil inpeksi khusus terjadinya genangan atau banjir baik dijalan nasional atau tol, umumnya
akibat lokasi berada lokasi terendah pada cekungan, limpasan run off dari kawasan, kurangnya
pemeliharaan rutin/berkala, masih diperlukan penataan drainase baik dimensi atau kapasitasnya
dan diperlukannya koordinasi dengan Pemda setempat yang dilalui dalam menanganni run-off
dari kawasan, terintegrasi sistem drainase dari drainase perkerasan, inlet sampai outlet serta
menyiapkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang
Jalan;
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Naskah Ilmiah untuk melengkapi Pedoman Perencanaan Drainase Jalan, November
2019.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.2021. Surat Edaran Ditjen Bina Marga,
No 23 Tahun 2021, tentang Desain Perencanaan Drainase Jalan .
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umumn, No. 12/PRT/M/2014, tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2013. Pedoman Pd.T-05/BM/2013,
Desain Drainase Jalan Perkotaan;
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2011. Peraturan Kementrian Pekerjaan
Umum, No. 19/PRT/M/2011, tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Desain
Teknis Jalan.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2006. Pedoman Pd.T-02-2006-B,
Pedoman Desain Sistem Drainase Jalan;
Standar Nasional Indonesia.2002. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Desain Sumur Resapan Air
Hujan untuk Lahan Pekarangan;
Standar Nasional Indonesia.1994. SNI 03-3424-1994, Tata Cara Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan;
Standar Nasional Indonesia . 1991. SNI 02-2406-1991, Tati Cara Desain Umum Drainase
Perkotaan;
Standar Nasional Indonesia .1991. SNI 03-2415-1991, Metode Perhitungan Debit Banjir;
Standar Nasional Indonesia. 1989. SNI 03-1724-1989, Tafa Cara Desain Hidrologi dan
Hidrolika untuk Bangunan di Sungai;
Bina Marga, 2005. Manual N0 01-1/BM/2005, Hidrolika untuk Pekerjaan Jalan dan
Jembatan.

You might also like