JP 1 - 362-Revisi+Template
JP 1 - 362-Revisi+Template
*e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Used cooking oil contains compounds that trigger cancer and make this cooking oil unsuitable for use as a food
ingredient. To overcome this problem, it can be reused used cooking oil waste, such as the manufacture of non-
food products, for example, using used cooking oil as a wax base. The use of Aromatherapy Candles today is
very often used, because it is energy efficient and does not require electrical energy. The use of natural
ingredients used for aromatherapy is ginger and lemon rhizomes which are combined for the purpose of
enhancing the therapeutic effect and enriching the aroma of candles. The purpose of this study is to prove that
waste can be used as a base and aromatherapy can be used as a relaxation of the body. This research uses
experimental method which is done in two stages. The first phase of testing the base with a combination of used
cooking oil: stearic acid with a ratio of 500ml:250gr (FI), 150ml:50gr (FII), 20ml: 25gr (FIII). The second phase
of the preparation of aromatherapy candles and candle preparation evaluation test, includes organoleptic test
overall appearance of candles, melting point evaluation test, burn time evaluation test, evaluation test of the
degree of preference for aromatherapy candle preparations, evaluation test of the therapeutic effect produced
on aromatherapy candle preparations with the addition of a combination of ginger and lemon oils with
concentrations of 2%:2% (FI), 2.5%:3% (FII), 3%:4% (FIII). Used cooking oil can be formulated as a mixture
of wax base with a ratio of used cooking oil: stestearic acid (15ml : 25 gr), in formula III aroma candles produced
from a combination of ginger oil and lemon oil can be used as relaxation therapy.The difference in concentration
of ginger and lemon essential oil combination had an effect on the preference of the respondents.
This is an open access journal, and articles are distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Non-Commercial-
Share Alike 4.0 International License, which allows others to remix, tweak, and build upon the work non-commercially, as long as
appropriate credit is given and the new creations are licensed under the identical terms. ©2023 Jurnal Pharmacopoeia.
JP: Jurnal Pharmacopoeia
VOL. 2 (1). 2023 : 1 – 12
ABSTRAK
Minyak jelantah mengandung senyawa yang menjadi pemicu penyakit kanker dan minyak goreng ini menjadi
tidak layak untuk dipakai sebagai bahan makanan. untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan
pemanfaatan kembali limbah minyak jelantah, seperti pembuatan produk non pangan contohnya memanfaatkan
minyak jelantah sebagai basis lilin. Saat ini Lilin Aromaterapi seringkali digunakan, hal itu dikarenakan tidak
membutuhkan energi listrik dan hemat energi. Bahan alam yang dipakai untuk aromaterapi ialah jeruk lemon
dan rimpang jahe yang digabungkan dengan tujuan supaya memperkaya aroma lilin dan meningkatkan efek
terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa limbah bisa dipakai sebagai basis dan aromaterapi
dapat digunakan sebagai relaksasi tubuh. Penelitian ini mempergunakan metode experimental yang dilakukan
dengan dua tahap. Langkah pertama yaitu dengan pengujian basis dengan kombinasi minyak jelantah: asam
stearat dengan perbandingan 500ml:250gr (FI), 150ml:50gr (FII), 20ml:25gr (FIII). Tahap kedua pembuatan
sediaan lilin aromaterapi dan uji evaluasi sediaan lilin, meliputi uji organoleptis penampakan lilin secara
keseluruhan, uji evaluasi titik leleh, uji evaluasi waktu bakar, uji evaluasi tingkat kesukaan sediaan lilin
aromaterapi, uji evaluasi efek terapi yang dihasilkan terhadap sediaan lilin aromaterapi dengan penambahan
kombinasi minyak jahe dan lemon dengan konsentrasi 2%:2% (FI), 2,5%:3% (FII), 3%:4% (FIII). Minyak
jelantah dapat diformulasikan sebagai campuran basis lilin dengan perbandingan minyak jelantah: asam
stestearat (15ml: 25 gr), pada formula ke III lilin aroma yang dihasilkan dari kombinasi minyak jahe dan minyak
jeruk lemon dapat digunakan sebagai terapi relaksasi.Perbedaan konsentrasi dari kombinasi minyak atsiri jahe
dan lemon berpengaruh terhadap kesukaan pada responden.
PENDAHULUAN
Minyak goreng merupakan salah satu bahan untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, kegunaan minyak goreng di Indonesia itu sendiri menjadi
bahan dasar dalam proses memasak, berfungsi sebagai penghantar aliran panas untuk
makanan. Seringkali gorengan menjadi makanan dari bagian budaya masyarakat kita
(Fradiana, 2009). Umumnya minyak goreng dipakai oleh masyarakat ialah minyak dari
tanaman kelapa sawit. Beberapa konsumen minyak goreng paling besar yakni ada hotel,
restoran dan industri makanan. Pemakaian minyak goreng secara berulang-ulang akan
menghasilkan yang namanya minyak jelantah atau minyak goreng bebas, minyak jelantah ini
dihasilkan dari jenis jenis minyak goreng baik itu dari minyak sayur, minyak jagung dan
lainnya (Novitriani, 2013). Minyak jelantah sebenarnya masih bisa dimanfaatkan ulang
selepas melewati proses permunian ulang (reprosesing), akan tetapi dikarenakan masih
adanya perdebatan sengit dari keamanan pangan dalam mengkonsumsi minyak goreng hasil
reprosesing sebab diduga ada senyawa akrolein yang dapat menyebabkan keracunan bagi
manusia, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri non pangan contohnya
lilin (Fradiana, 2009).
Pembuatan lilin umumnya mempergunakan bahan berupa minyak lemak dari hewan
dan beeswax/lilin lebah, namun lilin tersebut menimbulkan bau tidak sedap, asap hitam dan
harga dari beeswax sulit diperoleh dan harganya cukup mahal. Fungsi lilin sebelum adanya
gas dan listrik yaitu dipakai sebagai sumber daya yang umumnya dipakai oleh masayrakat
pedesaan, Lilin yang menjadi sumber penerangan utama, tetapi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sediaan lilin dapat diinovasikan menjadi lilin aromaterapi (Delta,
2021).
Pembuatan lilin aromaterapi mempergunakan beberapa bahan dan salah satunya
mempergunakan minyak essential atau biasa disebut dengan minyak atsiri. Minyak atsiri
ialah zat yang memberi aroma pada tumbuhan. Komponen yang dimiliki dari minyak atsiri
berupa volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Minyak atsiri sekarang
ini sudah dipakai sebagai obat, bahan tambahan makanan, kosmetik dan parfum (Buchbauer,
1991). Cara merelaksasi pikiran setelah penat ditempat kerja salah satunya bisa diatasi
dengan mencium aromaterapi.
Beberapa bahan alam yang menghasilkan minyak dapat diperoleh dari hasil
penyulingan seperti minyak atsiri jahe dan lemon (Ulfa Marya, 2014). Diambil dengan cara
penyulingan atau destilasi, tujuan proses destilasi guna memperoleh destilat jahe dan lemon
atau uap air yang sudah didinginkan mlewat kondensor (Ketaren, 1985). Pemakaian metode
destilasi dengan alasan yaitu mempunyai manfaat diantaranya alatnya sederhana, waktunya
cepat, suhu konstan bisa dipertahankan, kecepatan dehidrasi diketahui dan volume bisa
langsung diketahui (Azizah S., Retnowati R, 2013).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, belum ada yang melakukan
penelitian yang sama dengan yang akan diteliti. Peneliti sebelumnya ada yang membuktikan
bahwa minyak jelantah dapat digunakan sebagai basis lilin tetapi ada peneliti sebelumnya
basis yang digunakan adalah kombinasi paraffin, sterain/asam stearat dan aromaterapi yang
digunakan peneliti tersebut masih hanya terbatas pada jenis aromaterapi lavender dan minyak
sereh (Sri Prabandi,2017). Sehingga penelitian ini termasuk penelitian baru yang
berkembang dari penelitian sebelumnya, Sehingga penulis membuat sediaan lilin
aromaterapi dari kombinasi minyak jahe dan minyak lemon dengan pemanfaatan minyak
jelantah sebagai basis yang menggunakan konsentrasi 2 kali pemakaian dan diharapkan pada
penelitian ini dapat membuktikan bahwa pemanfataan minyak jelantah dapat digunakan
sebagai basis serta perbedaan konsentrasi minyak atsiri jahe dan lemon dapat digunakan
sebagai relaksasi tubuh pada saat tubuh mengalami kondisi lelah dan penat (Raharja S.,
2006).
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah eksperimental yang dilakukan dengan
dua tahap (Jaedun, 2011). Langkah pertama yaitu dengan pengujian basis dengan kombinasi
minyak jelantah:asam stearat dengan perbandingan 500ml:250gr (FI), 150ml:50gr (FII),
20ml:25gr (FIII). Tahap kedua pembuatan sediaan lilin aromaterapi dan uji evaluasi sediaan
lilin, meliputi uji organoleptis penampakan lilin secara keseluruhan, uji evaluasi titik leleh,
uji evaluasi waktu bakar, uji evaluasi tingkat kesukaan sediaan lilin aromaterapi, uji evaluasi
efek terapi yang dihasilkan terhadap sediaan lilin aromaterapi dengan penambahan
kombinasi minyak jahe dan lemon dengan konsentrasi 2%:2% (FI), 2,5%:3% (FII), 3%:4%
(FIII). Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan aromaterapi dengan zat aktif
kombinasi konsentrasi minyak atsiri jahe dan jeruk lemon serta minyak jelantah sebagai
basis.
Pada penelitian ini alat yang dipergunakan meliputi serangkaian alat destilasi (statif,
klem, selang, labu alas bulat, pipa alonga, pipa T, kondensor), erlenmayer, gelas ukur,
beacker glass, pipa kapiler, timbangan digital, panci, thermometer, stopwatch, kompor
masak, kaki tiga, wadah gelas kaca, cawan poerselin, vial, dan pisau dan bahan yang
dipergunakan pada penelitian ini diantaranya ada minyak jelantah bekas gorengan pemakaian
2x, asam stearat, rimpang jahe, jeruk lemon, pewarna crayon, aquades, kawat kasa, spiritus,
dan korek api.
Minyak atsiri jahe sangat baik digunakan sebagai penghilang rasa sakit,
memperbaiki sirkulasi pernafasan selain itu minyak atsiri jahe dapat digunakan sebagai
analgesic untuk meredakan nyeri dan relaksasi tubuh (Lintang Pancarani, 2020).
Menurut (Anonim, 2013) “kemampuan yang dimiliki dari minyak atsiri lemon yaitu
dapat menyegarkan pikiran, dengan menghapus emosi negatif dan menciptakan pikiran
dalam bingkai positif. Selain itu menghirup minyak atsiri lemon bisa membantu dalam
meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi’’.
Pengujian Basis Lilin Aromaterapi
Lilin aromaterapi dalam penelitian ini yaitu menggunakan minyak jelantah
berfungsi sebagai basis untuk lilin (Aldira Dzulhijjana, 2021). uji basis dengan tujuan untuk
mendapatkan basis yang terbaik.
Secara keseluruhan hasil pengamatan pada penampakan lilin dalam penentuan basis
lilin aromaterapi terbaik, menghasilkan lilin dengan formula ke-III memiliki penampakan
lilin yang bagus, tidak retak, tidak ada cekungan, dan basis lilin keras (Saraswati, 1956).
Formulasi
Tabel 4 Formulasi Lilin Aromaterapi
Asam stearate 25 gr 25 gr 25 gr
Proses pertama yang dilakukan yaitu memanaskan minyak jelantah dengan api
sedang kemudian ditambahkan asam stearat diaduk hingga homogen, kemudian setelah
homogen dipindahkan dalam mangkuk kecil dan ditambahakan dengan pewarna secukupnya,
ditunggu selama 1-2 menit kemudian ditambahkan minyak atsiri jahe dan lemon sesuai
dengan konsentrasi masing-masing pada formula I, II, III. Selanjutnya yaitu mencetak lilin
dengan sumbu ditengah yang telah diukur sebelumnya.
Uji yang pertama yaitu uji organoleptis, tujuan dari uji ini ialah mengamati bau,
warna dan bentuk dari sediaan lilin aromaterapi. Dari hasil uji evaluasi organoleptis
didapatkan hasil bahwa penampakan fisik lilin memenuhi syarat yaitu tidak retak, tidak
pecah, tidak ada gelumbung udara dan aroma yang dihasilkan sesuai dengan konsentrasi yang
diteteskan pada masing masing formula.
Tingkat Kesukaan
Skala Formula I Formula II Formula III Keterangan
1 0 1 0 1. Tidak suka
2 3 9 1 2. Kurang suka
3 1 5 2 3. Biasa saja
4 12 3 8 4. Suka
5 4 2 9 5. Sangat Suka
Total 20 20 20
Hasil Kuisoner Tingkat Kesukaan terhadap warna lilin dan perbedaan aromaterapi
menghasilkan bahwasanya tingkat kesukaan sesuai pada skala pertama dengan skor 1 (Tidak
suka) paling banyak pada formula II berjumlah 1 penelis dan presentase kesukaan 5%, pada
skala kedua dengan skor 2 (kurang suka) paling banyak pada formula II berjumlah 9 penelis
dan presentase kesukaan 45%, pada skala ketiga yaitu dengan skor 3 (Biasa saja) paling
banyak pada formula II dengan jumlah 5 penelis dan presentase kesukaan 25%, pada skala
keempat dengan skor 4 (suka) paling banyak pada formula I dengan jumlah 12 penelis dan
presentase kesukaan 60%, pada skala tertinggi yaitu dengan skala 5 (sangat suka) paling
banyak pada formula III dengan jumlah 9 penelis dan presentase kesukaan 45%. tingkat
kesukaan pada skala tertinggi yakni dengan skor 5 (sangat suka) pada formula III sebab
warna pada formula III memiliki warna (biru) yang banyak disukai penelis dan perbedaan
konsentrasi yang terbaik menurut dugaan yaitu pada formula III dengan konsentrasi
(3%:4%).
Uji efek terapi yang dirasakan dimuat dalam tingkatan yaitu (tidak berefek, rileks,
segar, tenang,agak segar, myaman, dan sesak). Hasil penelitian terhadap efek terapi yang
dirasakan penelis sesuai pendapat setiap penelis bahwasanya lilin pada formula III memberi
efek terapi yang terbaik yaitu rileks dengan jumla penelis 6 penelis dan presentasenya 30%,
pada formula III menghasilkan efek terapi segar dan agak segar dengan jumlah penelis 4
penelis dan presentasenya 20%. Hasil ini sesuai dugaan bahwa pada formula III akan
menghasilkan efek terapi terbaik yaitu rileks, segar, dan agak segar hal ini dikarenakan pada
formula III kandungan minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya yaitu
(3%:4%) sehingga aroma yang dirasakan dapat diterima baik oleh indera penciuman dan
dapat menjadi terapi dan refleksi.
Hasil penelitian sesuai rata rata menunjukan bahwasanya pada lilin formula II waktu
bakar yang paling cepat yaitu bertahan selama 53,14 menit. Sementara lilin formula III
dengan waktu bakar terlama bertahan selama 53,99 menit. Menurut teori (Oppenheimer,
2001) didapatkan hasil bawa semakin banyaknya asam stearat maka akan semakin lama lilin
menyala, proses pengamatan ini sesuai dengan teori yang mana asam stearat dipakai dalam
meningkatkan konsistensi dan daya tahan nyala lilin.
1 54 55 60
2 57 56 54
3 53 57 57
Rata rata 54,6666 56 57
Standar titik leleh lilin sesuai SNI 0386-1989-A/SII 0348-1980 yaitu 50℃-58℃ Sedangkan
menurut (Lintang Pancarani, 2020) standar titik leleh aromaterapi yaitu 53,25℃-55,84℃.
Hasil yang diperoleh dari uji titik leleh menunjukan titik leleh antara 54,6℃-57℃. Rentang
kisaran titik ini masih memenuhi standar titik leleh lilin yaitu 50℃-58℃. Titik leleh tertinggi
yaitu pada formula III dengan rata rata 57℃ dan titik leleh terendah yaitu pada formula I
yaitu 54,6℃.
KESIMPULAN
Minyak jelantah dengan konsentrasi 2 kali pemakaian bisa dipergunakan menjadi
bahan dasar dalam membuat lilin aromaterapi/ basis lilin dan hasil yang diperoleh dari efek
terapi atas penggabungan minyak rimpang jahe dan minyak jeruk lemon pada sediaan lilin
aromaterapi yang dibuat yakni tenang, segar dan rileks serta perbedaan dari konsentrasi
minyak atsiri yang disukai penelis pada sediaan lilin aromaterapi yang dibuat yakni pada
formula III dengan perbandingan antara minyak atsiri jahe dan minyak kulit jeruk lemon
yaitu (3%:4%).
DAFTAR PUSTAKA
Aldira Dzulhijjana, Azmi Silmi, 2021. Pemanfaatan minyak jelantah sebagai Bahan Dasar
pembuatan lilin aromaterapi dalam upaya menekan pencemaran lingkungan.
Volume 1.
Azizah S., Retnowati R, S. (2013). Isolasi dan karakterisasi terhadap minyak jeruk dari jeruk
segar dari hasil destilasi uap. Universitas Brawijaya.
Delta. (2021). Pemanfaatan Minyak Jelantah (waste cooking oil) dalam pembuatan lilin
aromaterapi. Kesehatan Luwu Raya, Vol 7. No.2.
Fradiana, A. dkk. (2009). Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas dari KFC dengan
menggunakan adsorben karbon aktif. Seminar Tugas Akhir SI Jurusan Teknik
Kimia.
Lintang Pancarani, Wilda Amanati, J. S. (2020). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Ginger
Scanted Candle sebagai aroma penghangat tubuh. Politeknik Harapan Bersama
Tegal, 7 No.1.
Novitriani, K. (2013). Permunian Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada, 9 No.1.
Oppenheimer, B. (2001). The Candle Makers Companion. Massachusetts USA: Storey Book.
Halaman 46-47.
Saraswati. (1956). Bekreasi dengan Lilin.Jakarta: Bharata Karya Aksara Halaman 55.
Sri Prabandi, R. F. (n.d.) 2017. Formulasi dan Aktivitas Kombinasi Minyak Jeruk dan Minyak
Sereh pada Sediaan Lilin Aromaterapi. volume 6 No 1.
Ulfa Marya. (2014). Minyak Atsiri Jeruk Lemon. Journal Universitas Sumatera Utara.