Maizar Dan Nursamsul Kustiawan
Maizar Dan Nursamsul Kustiawan
The Effect of Fly Ash and Legin on the Development of Seeds and Green Bean
Production (Vigna radiata L)
ABSTRACT
The purpose of the research was to know the effect of Fly Ash and legin interaction on seed
development and green bean production (Vigna radiata L), and the main influence of each treatment.
The study used Completely Randomized Design (RAL) that consisted of two factors: Fly Ash waste
with 4 treatment levels, i.e without fly ash, giving flay ash 1.0; 1.5 and 2.0 kg plots, and Legin
Inoculation with 4 treatment levels, i.e without legin, inoculation of legin 5.0; 10.0 and 15.0 g / kg of
seed. The results showed that the interaction of legin and fly ash inoculation did not affect the growth
of green bean seeds, such as changes in seed moisture content, changes in dry seed weight, the rate of
dry matter seed collecting (KPBK), effective seeding time (WPE), number of pods and weight of 100
grains seed. However, it affected the percentage of pods and the weight of dry seed harvest.
Inoculation of 10 g of legin and 1.5 kg of fly ash was sufficient to produce the highest yield. Legin
inoculation affected all parametrs observed. Inokulasi green beans with 10.0 g legin/kg seeds show the
best seed development and production for all parameters that were observed. Fly ash feed affected all
observation parameters. Giving 1.5 kg of fly ash/plot was sufficient for green bean plants to produce
high seed development and production.
Keywords: Fly ash, Legin, Seed, Green Bean
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh interaksi Fly Ash dan legin terhadap
perkembangan biji dan produksi kacang hijau (Vigna radiata. L)” , serta pengaruh utama masing-
masing perlakuan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dari 2
faktor yaitu: Limbah Fly Ash dengan 4 taraf perlakuan, yakni tanpa fly ash, pemberian flay ash 1,0 ;
1,5 dan 2,0 kg plot, dan Inokulasi Legin dengan 4 taraf perlakuan, yakni tanpa legin, inokulasi legin
5,0 ; 10,0 dan 15,0 g/kg benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Interaksi inokulasi legin dan fly
ash tidak mempengaruhi pertumbuhan biji kacang hijau seperti perubahan kadar air biji, perubahan
berat kering biji, kecepatan penumpukan bahan kering biji (KPBK), waktu pengisian biji efektif
(WPE), jumlah polong dan berat 100 butir biji. Namun, hanya berpengaruh terhadap persentase polong
bernas dan berat biji kering panen.Pemberian inokulasi 10 g legin dan pemberian 1,5 kg fly ash sudah
cukup untuk menghasilkan produksi tertinggi.Inokulasi Legin berpengaruh terhadap semua parametr
yang diamati. Inokulasi kacang hijau dengan 10,0 g legin/kg benih menampilkan perkembangan biji
dan produksi yang terbaik untuk semua parameter yang telah diamati.Pemberian fly ash berpengaruh
terhadap semua parameter pengamatan. Pemberian fly ash1,5 kg/plot sudah cukup bagi tanaman
kacang hijau untuk menghasilkan perkembangan biji dan produksi yang tinggi.
Kata kunci: Fly ash, Legin, Kacang Hijau
47
Dinamika Pertanian April 2021
kacang hijau mengalami peningkatan menjadi dapat meningkatkan hasil jagung. Namun,
650 ton, dan pada tahun 2017 produksi kacang belum ada informasi pengaruhnya terhadap
hijau menjadi sangat rendah, yakni 447 ton perkembangan biji tanaman kacang hijau.
(Badan Pusat Statistik Propinsi Riau, 2016). Tanaman legum, bisa menambat
Pada Biji merupakan komponen hasil nitrogen dari udara jika bersimbiose dengan
utama yang sangat penting pada kacang hijau. bakteri rhizobium. Aktivitas rhizobium ini
Ukuran biji yang disebut juga berat kering biji menguntungkan tanaman legum. Menurut
adalah hasil perkalian kecepatan pengisian Novriani, 2011 aplikasi legin pada tanaman
bahan kering (KPBK) dengan lama waktu kacang tanah dapat meningkatkan jumlah bintil
pengisian efektif (WPE). Beberapa peneliti akar, sehingga nitrogen yang dihasilkan dari
telah melihat adanya hubungan positif antara bintil akar melalui proses fiksasi nitrogen
berat kering biji saat panen dengan hasil semakin tinggi. Hasil fiksasi nitrogen dapat
tanaman kacang hijau. Oleh sebab itu semua dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk
faktor yang mempengaruhi berat kering biji pertumbuhan daun, batang, akar, bunga dan
dapat menentukan hasil. ginofor. Pertumbuhan ginofor akan masuk ke
Walaupun kemampuan biji untuk dalam tanah dan bergerak horisontal untuk
menumpuk bahan kering merupakan salah satu membentuk polong.
faktor penting dalam proses produksi, aspek Berdasarkan telaah di atas secara umum
fisiologi yang mempengaruhi perkembangan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
biji belum begitu banyak dipahami. Thomas mengetahui pengaruh interaksi pemberian fly
(1993) menyatakan bahwa secara morfologi ash dan legin terhadapperkembangan biji dan
dan biokimia, kebanyakan peristiwa yang produksi kacang hijau.
terjadi selama perkembangan biji terjadi pula
pada masa pematangan. Selama masa METODOLOGI PENELITIAN
pematangan, perkembangan biji meningkat
dengan tajam baik volume maupun masa biji Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
dalam melakukan ekspansi dan akumulasi Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
penyimpanan karbohidrat, protein dan lipid Islam selama empat bulan,dimulai dari bulan
(Rosenberg dan Rinne, 1986). April sampai Agustus 2017.Penelitian ini
Beberapa penelitian telah dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
untuk menyelidiki factor-faktor yang (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor
mempengaruhi perkembangan biji pada pertama terdiri dari taraf yaitu tanpa fly ash,
beberapa tanaman pertanian. Ternyata, baik 1.0 kg fly ash /plot (9 Ton/Ha), 1.5 kg fly ash
laju maupun lamanya pengisian biji sangat /plot (14 Ton/Ha), 2.0 kg fly ash/plot (19
ditentukan oleh factor genetic (Egli, 1981), Ton/Ha). Faktor kedua inokulasi legin terdiri
seperti perbedaan varitas pada kacang hijau dari 4 taraf, yaitu tanpa Legin, 5,0 , 10,0 dan
dan faktor lingkungan (Poneleit, 1988), 15,0 g legin/kg benih.
kemampuan biji untuk menerima asimilat Pemberian limbah fly ash diberikan dua
(Jones dan Simmons, 1983) dan ketersediaan minggu sebelum tanam dengan mencampur
bahan kering yang akan ditumpuk ke dalam dengan tanah. Fly ash ini didapat dari PT
biji (Tollenar dan Daynard, 1978). RAPP Pangkalan Kerinci kab Pelalawan, Riau.
Fly ash bersifat basa (mempunyai pH Inokulasi Legin degan benih kacang hijau
10-13) dan mengandung kation-kation yang dilakukan sebelum penanaman dilakukan,
diperlukan tanaman seperti Ca, Mg, Zn, K, dan dengan cara membasahi biji kacang hijau
P serta tidak mengandung logam-logam berat dengan air sampai cukup basah dan campurkan
yang berbahaya bagi tanah dan tanaman, legin pada benih kacang hijau tersebut hingga
sehingga dapat dijadikan amelioran untuk merata dan dan segera ditanam jangan lebih
memperbaiki sifat kimia tanah khususnya dari 6 jam setelah inokulasi dilakukan.
tanah gambut. Fly ash memiliki potensi yang
cukup besar karena memiliki potensi hara yang HASIL DAN PEMBAHASAN
cukup baik, maka secara laboratories Pertumbuhan Berat Kering Biji/Biji.
dipandang perlu dilakukan penelitian untuk Pertumbuhan berat kering biji/biji tidak
memanfaatkan limbah pulp and paper (Fly ash) dipengruhi oleh interaksi fly ash dengan legin
agar bisa bernilai ekonomis. Pernelitian pada pengamatan berat kering biji/biji umur
Jumin, dkk (2010) menunjukkan bahwa fly ash 14, 21, 28 dan 35 hari setelah penyerbukan
48
Pengaruh Fly Ash dan Legin terhadap Perkembangan Biji dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L)
(HSP). Pengaruh utama legin hanya memberikan respon yang nyata terhadap berat
memberikan respon yang nyata terhadap berat kering biji/biji pada umur 14,21,28 dan 35
kering biji/biji pada umur 14 dan 21 HSP. HSP Tabel 1.
Sedangkan pengaruh utama pemberian fly ash
Tabel 1. Pertumbuhan Berat Kering Biji Kacang Hijau yang Diberi Perlakuan Inokulasi Legin dan
Fly ash (mg/biji).
Legin Fly ash (kg/plot) Rerata
(g/kg benih) 0 1,0 1,5 2,0
Umur 14 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 4,77 5,37 6,30 6,33 5,67 b
5,0 4,67 6,53 9,63 6,87 6,88 b
10,0 6,47 8,93 17,90 11,46 11,19 a
15,0 5,73 6,87 17,50 11,43 10,38 a
Rerata 5,41 c 6,93 c 12,88 a 9,00 b
Umur 19 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 28,20 29,03 50,23 30,27 34,43 b
5,0 25,63 29,30 54,20 40,17 37,33 b
10,0 32,57 41,03 63,83 50,37 46,70 a
15,0 27,63 34,77 53,03 49,77 41,30 a
Rerata 28,26 d 33,49 c 56,82 a 42,65 b
Umur 23 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 45,17 54,70 57,87 55,43 53,29
5,0 44,87 51,93 66,80 55,10 54,58
10,0 45,70 53,50 63,50 62,07 57,11
15,0 46,97 54,90 67,13 57,23 56,53
Rerata 45,68 c 53,94 bc 64,60 a 68,54 ab
Umur 27 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 51,27 53,57 69,90 59,53 55,44
5,0 47,70 56,20 69,23 57,43 57,64
10,0 49,63 57,97 71,43 49,57 59,30
15,0 49,77 59,60 66,40 63,13 59,71
Rerata 49,34 c 56,71 b 69,24 a 59,57 b
Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.
dengan dosis15,0 g/plot dan 5,0 g/plot.
Berat kering biji pada umur 14 HSP
Sedangkan tanpa pemberian fly ash
berbeda pada setiap taraf taraf perlakuan legin.
menghasilkan berat kering biji/biji yang paling
Inokulasi legin10,0 g/kg benih pada periode ini
rendah pada setiap periode pengamatan, yakni
menghasilkan berat biji/biji yang tertinggi,
6,91 mg/biji, 29,76 mg/biji, 47,18 mg/biji dan
yakni 12,69 mg, dan tanpa inokulasi dengan
50,84 mg/biji pada umur 14,21,28 dan 35 HSP.
berat kering biji yang paling rendah. Pada
Dengan demikian, pemberian fly ash 10,04
periode kedua umur 21 HSP inokulasi legin 10
g/plot mengalami peningkatan berat kering biji
g/kg benih masih tertinggi dalam pembentukan
yang terbesar dibandingkan dengan tanpa
berat kering biji, yakni 48,20 mg/biji dan yang
pemberian fly ash dan juga dibanding dengan
terendah tanpa perlakuan legin, yakni 35,93
pemberian fly ash dengan konsentrasi 5,0 dan
mg. Hal yang sama juga terjadi pada periode
15,0 g/plot. Antara umur 14 dan 21 HSP
umur 24 dan 29 HSP.
terjadingkatan akumulasi berat kering biji yang
Penggunaan fly ash sangat nyata
paling besar dibandingkan dengan periode
mempengaruhi pertumbuhan berat kering
lainnya. Inokulasi legin 10 g/kg benih
biji/biji pada setiap periode pengamatan.
menyebabkan terjadinya peningkatan
Pemberian fly ash10,0 g/plot menghasilkan
akumulasi berat kering biji yang terbesar yakni
berat kering biji/biji yang paling tinggi pada
35 mg/biji, diikuti oleh inokulasi legin15,0 dan
setiap pengamatan umur 14, 21, 28 dan 35
5,0 g/kg benih dan tanpa legin yang mengalami
HSP, dengan berat keringbiji/biji masing-
peningkatan masing-masingnya 30,92 mg/biji,
masingnya berturut-turut 14,28 mg/biji, 56,82
30,45 mg/biji dan 28,76 mg/biji. Sedangkan
mg/biji, 66,10 mg/biji dan 70,74 mg/biji.
periode umur 28 HSP sampai 35 HSP
Selanjutnya diikuti oleh perlakuan fly ash
49
Dinamika Pertanian April 2021
peningkatan akumulasi berat kering biji/biji Selain itu, biji kacang hijau dalam
sudah mulai melambat. Hal ini diesebabkan perkembangannya berusaha menyesuaikan diri
bahan kering yang disalurkkan ke biji dengan kondisi lingkungan yang seimbang
menjelang masak fisoloigi tidak sebanyak sehingga mengakibatkan penurunan kadar air
awalpengisian biji. Egli (1981) menyatakan yang berbeda pula. Atmaka et al (2000)
bahan kering yang dikirim ke biji akan menyatakan bahwa peningkatan kadar pati
bertambah secara eksponensial pada awal dalam biji akan menambah berat biji dan akan
perkembangannya dan diikuti pertambahan mengurangi air.
konstan dan diahiri dengan penambahan yang Pola penurunan kadar air biji akibar
relative lambat menjelang masak fisiologi. perlakuan fly ashhampir sama keadaannya
Kastono (2003) juga menyatakan bahwa seiring dengan perlakuan legin yang digunakan. Pada
peningkatan unsure hara tanaman maka periode awal dari perkembangan biji (umur 14
pertumbuhan organ vegetatif akan HSP), tanpa pemberian fly ash memiliki kadar
mempengaruhi hasil tanaman. Semakin besa air biji yang cukup tinggi 79,99%, diikuti
rnya pertumbuhan organ vegetatif yang dengan pemberian fly ash 5,0 kg/plot dan 15,0
berfungsi sebagai penghasil assimilat akan kg/plot. Sedangkan kadar air biji yang
meningkatkan pertumbuhan organ pemakai terendah (62,63%) terdapat pada perlakuan fly
(biji) yang akan memberikan hasil yang ash 10,0 kg/plot.
semakin besar pula. Penurunan kadar air biji selama proses
pemasakan biji sangat berbeda pada berbagai
Perubahan Kadar Air Biji (%). perlakuan fly ash. Perlakuan fly ash 0 kg/plot
Perubahan kadar air biji tidak
kadar air yang hilang selama perkembangan
dipengaruhi oleh interaksi fly ash dengan legin
biji adalah 62,12%, diikuti oleh perlakuan fly
pada pengamatan kadarair biji umur 14, 21, 28
ash 5,0 dan 15,0 kg/plot dengan penurunan
dan 35 hari setelah penyerbukan (HSP).
kadar airnya 58,75% dan 54,7%. Sedangkan,
Demikian juga pengaruh utama inokulasi legin.
perlakuan fly ash 10,0 kg/plot mengalami
Sedangkan pengaruh utama pemberian fly ash
penurunan kadar air yang rendah yakni,
memberikan respon yang nyata terhadap kadar
50,94%. Fenomena ini diduga karena
air biji pada umur 21 HSP (Tabel 2).
meningkatnya kandung bahan organic di dalam
Kadar air biji pada umur 14 HSP sangat
sel (karbohidrat protein, lipid), sehingga biji
tinggi, dimana pada periode ini perkembangan
menjadi lebih padat. Muzar (2006) melaporkan
biji belum lagi sempurna. Pada 21 HSP dengan
bahwa bila ditelusuri secara seksama
bertambahnya umur tanaman energy dan
penurunan hasil biji disebabkan tingginya curah
cadangan makanan semakin banyak dibutuhkan
hujan serta rendahnya intensitas cahaya
yang mengakibatkan ukuran biji bertambah.
terutama dalam rentang fase reproduktif.
Pada umur 28 dan 35 HSP penurunan kadar air
Karena kondisi lingkungan semacam ini erat
disebabkan bentuk biji mulai padat .
hubungannya dengan menurunnya laju
Tanpa nokulasi memiliki kadar air biji
fotosintesis dan laju serapan hara, serta
yang tinggi di awal pembentukan biji umur 14
gangguan terhadap proses metabolism tanaman.
HSP kemudian diikuti oleh inokulasi legin 5,0
15,0 dan 10, 0 g/kg benih. Periode umur biji 21 Kecepatan Penumpukan Bahan Kering Biji.
HSP sampai 28 HSP inokulasi legin 10,0 g/kg Interaksi legin dan fly ash tidak nyata
benih menghasilkan penurunan kadar air biji pengaruhnya terhadap kecepatan penumpukan
yang cukup besar yakni 45,67%, kemudian bahan kering biji (KPBK). Namun, pengaruh
diikuti oleh inokulasi legin 15,0 g/kg benih utama legin dan fly ash sangat nyata
(37,60%), inokulasi legin 5,0 g/kg benih dan pengaruhnya Tabel 2 dan 3.
tanpa inokulasi legini masing, masing 36,83% Kecepatan penumpukan bahan kering
dan 35,57%. yang menyatakan berat bahan kering yang
Sedangkan pada saat panen penurunan diterima satu individu biji untuk setiap hari
kadar air dari ke empat taraf perlakuan bervariasi antar perlakuan inokulasi legin.
inokulasi legin tidaklah begitu berbeda. Inokulasi legin 10,0 g/kg benih memiliki
Kondisi ini disebabkan karena legin yang kecepatan penumpukan bahan kering biji yang
diionokulasikan mempunyai kemampuan yang tercepat dengan rata-rata 5,04 mg/biji/hari dan
berbeda-beda dan kemampuan dalam berbeda dengan tiga perlakuan leginlainnya
membentuk bintil akar. 15,0; 10,0 dan 0,0 g/kg benih. Ini menunjukkan
50
Pengaruh Fly Ash dan Legin terhadap Perkembangan Biji dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L)
bahwa kecepatan tanaman dalam melakukan dalam menghasilkan bintil akar. Tanaman
penumpukan bahan kering tanaman dengan jumlah bintil akar yang berbeda akan
dipengaruhi oleh factor kemampuan tanaman menghasilkan KPBK yang berbeda juga.
Tabel 2. Perubahan Kadar Air Biji Kacang Hijau dengan Perlakuan Inokulasi Legin dan Perlakuan Fly
ash.
Legin Fly ash (kg/plot))
Rerata
(g/kg benih) 0 1,0 1,5 2,0
Umur 14 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 88,20 74,07 65,83 77,83 76,48
5,0 80,28 75,91 62,17 77,22 73,89
10,0 78,87 68,89 62,78 73,33 70,97
15,0 72,59 71,31 59,72 71,33 68,73
Rerata 79,99 72,55 62,63 74,93
Umur 21 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 74,60 56,63 59,76 71,44 65,61
5,0 75,16 55,35 57,78 72,34 65,16
10,0 71,05 61,08 63,08 65,08 65,02
15,0 68,33 61,67 65,00 65,03 65,07
Rerata 72,29 c 58,68 b 49,12 a 68,37 c
Umur 20 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 38,33 26,67 24,91 30,37 30,07
5,0 43,98 21,70 17,95 28,52 28,04
10,0 26,22 16,34 14,76 20,56 19,47
15,0 38,36 23,33 18,49 29,47 27,42
Rerata 36,72 22,01 19,03 27,23
Umur 25 HSP (hari setelah penyerbukan )
0,0 19,32 15,13 11,87 19,89 17,53
5,0 19,91 15,11 13,60 19,91 17,13
10,0 16,30 13,10 9,58 19,45 14,61
15,0 15,83 11,87 11,71 21,67 15,27
Rerata 17,87 13,80 11,69 20,23
Angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ
pada taraf 5%.
Tabel 3. Kecepatan Penumpukan Bahan Kering Biji Kacang Hijau yang Diberi Legin dan Fly ash
(mg/biji/hari).
Legin Fly ash (kg/plot))
Rerata
(g/kg benih) 0,0 5,0 10,0 15,0
0,0 2,98 3,53 5,75 3,93 4,05 b
5,0 3,37 3,34 6,19 3,42 4,08 b
10,0 4.58 4.09 6.56 4.92 5,04 a
15,0 3,83 3,12 5,48 5,03 4,36 b
Rerata 3,69 c 3,72 bc 5,99 a 4,33 b
Angka-angka pada barisdan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5%.
Peningkatan pupk fly ash menjadi 10,0 yang banyak, menyebabkan terjadinya
kg/plot menyebabkan peningkatan KPBK yang mobilisasi dan transportasi dari bagian
lebih besar (5,99 mg/biji/plot) dibanding fly ash vegetative ke tempat perkembangan biji.
yang lebih rendah. Data ini menunjukkan Ukuran biji tergantung pada factor-faktor
bahwa pemberian dosis fly ash tersebut yang mengendalikan penyediaan asimilat untuk
meningkatkan KPBK sebesar 62% dibanding pengisian biji. Cahaya yang rendah
tanpa fly ash. Hal ini mengindikasikan besarnya menyebabkan laju assimilate lebih lambat
pengaruh genetik terhadap laju pengisian bahan sehinggaberpengaruh terhadap hasil biji.
kering biji pada tanaman kacang hijau. Priestley (1986) melaporkan ukuran biji
Gardner et al (1991) juga melaporkan bahwa biasanya dikaitkan dengan kandungan
perkembangan biji menuntut kebutuhan nutrisi cadangan makanan dan ukuran embrio, dimana
51
Dinamika Pertanian April 2021
semakin besar ukuran biji maka unsure hara kepada perkembangan dan pembesaran sel pada
semakin banyak dibutuhkan. biji tersebut asal jumlah asimilat tidak terbatas.
Beberapa factor lingkungan seperti
Waktu Pengisian Biji Efektif.
temperature, intensitas cahaya, kadar air dan
Waktu pengisian biji efektif (WPE) tidak
ketersediaan unsur hara sangat mempengaruhi
dipengaruhi oleh interaksi legin dan fly ash
perkembangan biji (Rasyat et al, 2014). KPBK
Namun pengaruh utamalegindan fly ash sangat
lebih banyak ditentukan oleh kemampuan biji
nyata pengaruhnya Tabel 4.
untuk menerima asimilat yang tergantung
Tabel 4. Waktu Pengisian Biji Efektif Kacang Hijau dengan Penggunaan Legin dan Fly ash (hari).
Legin Fly ash (kg/plot)) Rerata
(g/kg benih) 0,0 5,0 10,0 15,0
0,0 19,87 19,50 15,80 21,47 19,16 a
5,0 20,27 18,80 17,93 18,10 18,78 a
10,0 15,57 17,27 11,17 13,47 14,37 c
15,0 20,57 17,33 14,60 15,37 16,97 b
Rerata 19,07 c 18,23 bc 15,08 a 17,11 b
Angka-angka pada barisdan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5%.
tersebut dengan hari yang lebih pendek
Inokulasi legin 10,0 g/kg benih
dihasilkan dari laju penumpukan bahan kering
menghasilkan waktu pengisian biji paling
yang lebih besar.
efektif (14,37 hari), dibanding tiga perlakuan
Soto et al, (2008) mengemukakan bahwa
leginlainnya, sedangkan tanpa legin memiliki
laju pengisian bijiyang tinggi dan berlangsung
waktu efektif yang lebih panjang (19,16 hari)
relative lama akan menghasilkan bobot biji
dalam pembentukan biji. Ini menunjukkan
yang tinggi selama biji sebagai sink dapat
bahwa efektifitas tanaman dalam pengisian biji
menampung asimilat. Sebaliknya, bila sink
juga dipengaruhi oleh factor simbiosis bakteri
cukup banyak tapi hasil asimilat rendah
Rhizobium dengan perakaran tanaman kacang
mengakibatkan kehampan biji. Selama masa
hijau. Pembentukan nodul (bintil akar) yang
pengisian biji, pertumbuhan biji dipengaruhi
efektif sanagat berberan dalam penambatan N
oleh konsentrasi CO2dan intensitas cahaya,
yang diperlukan dalam perkembangan biji.
namun lamanya pengisian biji tidak ada
Fly ash mempengaruhi efektifitas
hubunga dengan konsentrasi N (tetapi P) biji
pengesian biji. Pemberian fly ash dengan dosis
pada saat masak, laju pengisian konstan selama
10,0 kg/plot sangat efektif dalam pengisian biji,
periode pengisian biji meskipun ketersediaan
yang dicerminkan dengan waktu pengisian biji
asimilat dimodifikasi. Keragaman laju
yang lebih pendek, hanya 15,08 hari dibanding
pengisian biji tergantung pada kondisi
dengan perlakuan fospat yang lebih rendah.
pertumbuhan diantara periode pembungaan
Sebaliknya tanpa pemakaian fly ashakan
hingga awal pengisian biji. Tanpa pemberian
memperpanjang waktu bagai tanaman dalam
fly ash dengan nilai WPE yang lebih rendah
pengisian biji, sehingga tidak efektif.
dan nilai KPBK nya yang rendah hal ini karena
Waktu pengisian biji menggambarkan
kedua proses tersebut dipengaruhi oleh
waktu yang dibutuhkan oleh biji untuk
ketersedian unsur N pada tanaman.
berkembangdengan sempurna (mencapai berat
kering maksimum) jika biji tersebut Jumlah Polong per Tanaman
berkembang dengan kecepatan konstan.WPE Jumlah polong pertanaman sangat
dipengaruhi oleh berat keringt saat panen dan dipenagrui oleh interaksi legin dan fly ash
kecepatan penumpukan bahan kering. Semakin Demikian juga pengaruh utama legindan fly ash
tinggi berat kering panen maka semakin tinggi Tabel 5.
pula WPE nya, dan sebaliknya. Hasil KPBK Inokulasi legin 10,0 g/kg benihdan fly
yang tinggi dari inokulaasi legin 10 g/kg benih, ash 1,5 kg/plot menghasilkan jumlah polong
pada akhirnya juga menghasilkan waktu paling banyak (41,00 buah), yang berbeda
pengsian biji yang paling efektif pula bagi nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil ini
perlakuan legin 10 kg/kg benih.Hal ini mengalami peningkatan 35,3 % dibanding
menunjukkan bahwa pengisian biji efektif pada perlakuan kontrol yang hanya menghasilkan
perlakuan inokulasi legin 10 kg/kg benih jumlah polong 30,31 buah. Data ini
52
Pengaruh Fly Ash dan Legin terhadap Perkembangan Biji dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L)
menunjukkan bahwa variasi jumlah polong oleh legin dan fly ash.
pada tanaman kacang hijau yang disebabkan
Tabel 5. Jumlah Polong per Tanaman dari Kacang Hijau yang Diberi Legin dan Fly ash.
Legin Fly ash (kg/plot)) Rerata
(g/kg benih) 0,0 1,0 1,5 2,0
0,0 30,33 l 31,00 jkl 33,11 f-k 32,00 h-l 31,61 d
5,0 32,11 h-l 33,33 f-j 34,89 d-g 33,67 e-i 33,50 c
10,0 35,22 def 36,00 b-e 41,00 a 37,89 bc 37,53 a
15,0 32,67 g-l 34,33 e-h 38,33 b 36,78 bcd 35,53 b
Rerata 32,58 d 33,67 c 36,83 a 35,09 b
Angka-angka pada barisdan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5%.
lingkungan sehingga sering didapat tanaman
Kuruseng et al (2006), menyatakan
sejenis tetapi dengan karakter yang berbeda.
bahwa factor genetik tanaman merupakan salah
Hasil penelitian ini mennjukkan bhwa
satu penyebab perbedaan jumlah polong pada
pembentukan polong juga dipengaruhi oleh
suatu tanaman. Selain itu, pada dasarnya
inokulasi legin yang pada akhirnya legin
jumlah polong pada tanaman kacang hijau juga
tersebut akan mempengaruhi ketersedian
dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan
Nitrogen pada tanaman. Disis lain, pemberian
tanaman, dan fakktor lingkungan lainnya.
fly ash juga dapat menyumbangkan beberapa
Perbedaan penampilan (fenotip) tanaman
unsur hara seperti Posfor walaupun dalam
dari berbagai legin diakibatkan pengaruh
jumlah yang relatif sedikit.
genetik dan lingkungan. Gen-gen yang
beragam dari masing-masing varitas Berat Kering Biji Panen per Tanaman
mempunyai karakter yang beragam pula. Berat Kering Biji panen per tanaman
Lingkungan memberikan peranan dalam rangka dipengaruhi oleh interaksi legin dan fly ash
penampilan yang sebenarnya terkandung dalam Demikian juga, pengaruh utamalegin dan fly
gen tersebut. Penampilan suatu gen masih ash Tabel 6.
labil, karena masih dipengaruhi oleh factor
Tabel 6. Berat Kering Biji Panen per Tanaman Kacang Hijau yang Diberi Legin dan Fly ash.
Legin Fly ash (kg/plot)) Rerata
(g/kg benih) 0,0 1,0 1,5 2,0
0,0 12,17 n 13,50 lm 20,00 e 16,17 ij 15,46 c
5,0 12,67 mn 17,00 hi 20,93 de 18,17 fg 17,19 b
10,0 15,17 jk 18,83 f 24,17 a 22,37 bc 20,13 a
15,0 14,27 kl 17,67 gh 23,37 ab 21,77 cd 19,24 a
Rerata 13,57 d 16,75 c 22,09 a 19,62 b
Angka-angka pada barisdan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5%.
ash 1,5 kg/plot dengan berat kering biji per
Pemberian fly ash secara umum mampu
tanaman 24,17 g. Peningkatan fly ash melebihi
meningkatkan hasil berat kering biji per
2,0 kg/plot akan menurunkan hasil. Pada
tanaman pada berbagai taraf inokulasi legin.
inokulasi legin 15,0 g/kg benih dengan hasil
Hal ini disebabkan kebutuhan tanaman
tertinggi 23,37 g juga diperoleh dengan
terhadap unsur hara yang mungkin dapat
pemberian fly ash1,5 kg/plot. Data tersebut
disumbangkan oleh fly ash dan dampak tidak
menunjukkan bahwa perlakuan fly ash pada
langsung terhadap inokulasi legindalam
tanaman kacang hijau masih dapat mentolerir
pembentukan biji telah tercukupi, sehingga
pemberian fly ash sampai pada takaran 1,5
proses fisiologi berlangsung secara optimal
kg/plot.
pada tanaman kacang hijau, mulai dari
Hal ini menunjukkan pentingngnya
pengisian biji sampai masak fisologis dan
inokulasi dalam menentukan hasil tanaman
akhirnya mampu meningkatkan hasil per
kacang hijau Hal ini disebabkan karena
tanaman.
pengaruh ketersedian nitrogen pada tanaman
Perlakuan legin 10 g/kg benih,
lebih dominan dalam menentukan bentuk dan
peningkatan hasil dicapai dengan pemberian fly
ukuran biji, sehingga mempengaruhi hasil yang
53
Dinamika Pertanian April 2021
54
Pengaruh Fly Ash dan Legin terhadap Perkembangan Biji dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L)
55
Dinamika Pertanian April 2021
56