0% found this document useful (0 votes)
63 views7 pages

Implementasi Open Source Intelligence Dalam Praktik Jurnalisme Di Media Online

This document discusses the use of open source intelligence (OSINT) in online journalism practices in Indonesia. It analyzes how the online media outlet Detik.com uses OSINT in its coverage, such as using social media to profile suspects. While OSINT allows journalists to find new perspectives beyond official statements, its use raises ethical issues around privacy that journalists must consider. The study aims to understand how Detik.com uses OSINT and its impact on readership, and to examine the media outlet's compliance with ethical codes when using OSINT techniques to gather and process data. It uses a qualitative case study approach involving interviews and documentation analysis.

Uploaded by

dika dika
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
63 views7 pages

Implementasi Open Source Intelligence Dalam Praktik Jurnalisme Di Media Online

This document discusses the use of open source intelligence (OSINT) in online journalism practices in Indonesia. It analyzes how the online media outlet Detik.com uses OSINT in its coverage, such as using social media to profile suspects. While OSINT allows journalists to find new perspectives beyond official statements, its use raises ethical issues around privacy that journalists must consider. The study aims to understand how Detik.com uses OSINT and its impact on readership, and to examine the media outlet's compliance with ethical codes when using OSINT techniques to gather and process data. It uses a qualitative case study approach involving interviews and documentation analysis.

Uploaded by

dika dika
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 7

Bandung Conference Series: Journalism https://doi.org/10.29313/bcsj.v3i2.

8818

Implementasi Open Source Intelligence dalam Praktik Jurnalisme di


Media Online
Mochammad Haris Wahyudi*, Arbaiyah Satriani
Prodi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Bandung, Indonesia.
*
[email protected], [email protected]

Abstract. According to the Headquarters Department of the Army, OSINT is an


intelligence activity that aims to find out certain information by collecting,
exploiting, and disseminating information obtained from open sources. Even so, the
implementation can be done anywhere. In Indonesia itself, the idea of OSINT
actually became a topic of conversation in 2004. Even in 2012, Kominfo held the
Indonesia Open Source Award (IOSA 2012). But until now its use is still
considered minimal. In the realm of journalism in Indonesia, this is also still rarely
done by the media. Therefore, researchers want to study how OSINT is used in
online media Detikcom and its effect on readership by taking the example of the
child murder case in Cimahi. This research uses a qualitative approach based on
case studies. There are two types of data collection methods, primary collection:
Observation, Interview, Literature Study, Internet Sources, and additional secondary
data collection: Documentation. In addition, representatives from the Press Council
and Detikcom editors as well as assistant editors became resource persons in this
study. The purpose of this study is to study how OSINT is used in online media and
its effect on readership. The online media Detik.com is the subject of this
investigation, and DetikCom's coverage of the child killings in Cimahi is the object.
Keywords: OSINT, Media Cyber, Online Media.

Abstrak. Menurut Headquarters Department of the Army, OSINT merupakan


sebuah kegiatan intelejen yang bertujuan untuk mengetahui informasi tertentu
dengan cara mengumpulkan, mengeksploitasi, dan menyebarluaskan sebuah
informasi yang didapat dari sumber terbuka. Meski begitu, Implementasinya bisa
dilakukan dimana saja. Di Indonesia sendiri, gagasan mengenai OSINT sebenarnya
sudah menjadi perbincangan pada 2004. Bahkan pada 2012, Kominfo sempat
menggelar perhelatan Indonesia Open Source Award (IOSA 2012). Namun sampai
saat ini penggunaannya masih dirasa minim. Dalam ranah jurnalisme di Indonesia,
hal ini juga masih terhitung jarang dilakukan oleh media. Oleh karena itu peneliti
ingin mempelajari bagaimana OSINT digunakan di media online Detikcom dan
pengaruhnya terhadap jumlah pembaca dengan mengambil contoh kasus
pembunuhan anak di Cimahi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
berbasis studi kasus. Ada dua jenis metode pengumpulan data, pengumpulan
primer: Observasi, Wawancara, Studi Literatur, Sumber Internet, dan pengumpulan
data sekunder tambahan: Dokumentasi. Selain itu, perwakilan dari Dewan Pers dan
redaktur Detikcom serta asisten redaktur menjadi narasumber dalam penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana OSINT digunakan
dalam media online dan pengaruhnya terhadap jumlah pembaca. Media online
Detik.com menjadi subjek investigasi ini, dan liputan DetikCom tentang
pembunuhan anak di Cimahi menjadi objeknya.
Kata Kunci: OSINT, Media Cyber, Media Online.

Corresponding Author
Email: [email protected] 166
Implementasi Open Source Intelligence dalam… | 167

A. Pendahuluan
Produk jurnalisme yang di dalamnya melibatkan metode open source intelligence (OSINT)
dinilai menarik, karena pembaca dapat menemukan perspektif dan temuan - temuan baru di
luar temuan umum yang berpaku pada hasil wawancara atau pernyataan pihak berwenang atau
pihak terkait lainnya. Misalnya berita dari kasus pembunuhan yang memakan korban seorang
anak di Cimahi pada
Selain memberikan keterangan tempat, OSINT juga mampu membantu penulis berita
dalam mencari profil pelaku kejahatan melalui proses profiling yang dilakukan dengan
menggunakan metode social media intelligence (SOCMINT).
Kelebihan lainnya dari penggunaan OSINT dalam proses pembuatan sebuah produk
jurnalistik juga terletak pada bagaimana kecakapan toolsnya yang dapat menyaring topik di
internet, sehingga menghindarkan penulis berita memberitakan sebuah kejadian dengan
kekeliruan dalam narasinya atau false context yang dinilai lebih berbahaya dibandingkan
HOAX .
Karena beberapa hal tersebut, OSINT seakan menjadi sebuah jawaban atas pernyataan
bahwa media sebagai industri dan para jurnalis yang tergabung di dalamnya selalu dituntut
agar dapat melihat lebih jauh ke depan guna memastikan produk yang mereka ciptakan
terkalibrasi dengan kebutuhan informasi masyarakat. Mengingat Inovasi menjadi sebuah
keharusan, ditengah angka persaingan media (terkhusus media online) yang semakin tinggi.
Fenomena penggunaan metode OSINT untuk keperluan jurnalistik di Indonesia
memang masih terhitung baru dan masih bisa dikatakan hanya beberapa media saja yang
memanfaatkan metode ini dalam beberapa tahun kebelakang. Di Indonesia praktik OSINT
untuk keperluan umum sebenarnya telah “diperkenalkan” oleh pemerintah sejak 2004 lalu.
Bahkan pada 2012, Kominfo sempat menggelar perhelatan Indonesia Open Source Award
(IOSA 2012) dengan harapan menumbuhkan minat menggunakan peranti lunak berbasis open
source baik di kalangan instansi pemerintah, wartawan dan juga masyarakat. Namun, hingga
kini penggunaannya dinilai masih sangat kurang. (Kominfo 2012)
Berdasarkan paparan Michael Bazzell mengenai OSINT dalam karyanya yang
berjudul Open Source Intelligence Techniques: Resources for Searching and Analyzing online
information edisi ke tujuh (Bazzell 2019: 6) secara resmi, OSINT didefinisikan sebagai
kegiatan intilejen dengan melibatkan pengumpulan informasti yang berasal dari sumber
terbuka, lantas mengeksploiasinya dan menyebarkan informasi tersebut ketika waktunya tepat,
kepada khalayak dan tujuan yang tepat.
Sebagaimana namanya, praktik OSINT hanya menggunakan sumber terbuka yang
tersedia di internet dan bisa diakses oleh siapa saja. Bahkan tanpa kita sadari, sebenarnya
selama ini kita sering melakukan praktik OSINT. Mulai dari mencari suatu barang di e-
commerce misalnya, atau hal sederhana lainnya seperti mencari arsip makalah di internet
untuk keperluan tugas.
Jika kita menilik sedikit ke belakang, OSINT pada mulaya merupakan sebuah kegiatan
pengumpulan informasi yang dilakukan oleh pihak intelijen dengan cara – cara tradisional.
Kejadian Pearl Harbour pada 7 desember 1941 yang kala itu menimpa Amerika membuat
urgensi akan informasi intelejen bagi pihak Amerika menjadi semakin jelas, sehingga
dibentuklah OSS (Office of Strategic Service) yang dikepalai oleh William Joseph Donovan
(Colquhoun 2016).
Dalam dunia jurnalisme, OSINT bertindak selaku pisau bedah bagi para jurnalis yang
ingin menyelami lautan arsip informasi di Internet guna melengkapi data atau fakta terkait
berita yang akan mereka buat. Fakta bagi produk jurnalistik merupakan tolak ukur suatu
produk tersebut akurat atau tidak. Keakuratan fakta menyangkut laporan wartawan mengenai
berbagai orang, tempat, dan keterangan lain. (Santana 2017: 137)
Meskipun bersifat legal, penggunaan sumber terbuka sebagai bagian dari praktik
kewartawanan memiliki batasan lain yang berkaitan dengan ranah moral dan etika para
jurnalis. Seperti yang tertulis pada buku Jurnalisme Kontemporer edisi 2 karya Septiawan
Santana K (2017: 273-274), dijelaskan bahwa praktik kewartawanan harus dilandasi etika.
Tanpa etika, moralisme jurnalisme pun surut. Moralitas menghubungkan etika dengan makna

Journalism
168 | Mochammad Haris Wahyudi, et al.

dan tujuan pemberitaan. Maka dari itu dalam pemberitaan yang melibatkan data personal yang
bersifat privacy pada berbagai lapisan kelompok sosial. Jurnalis harus mengacu kepada nilai -
nilai tertentu, di antaranya yaitu kepentingan publik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana menggunakan OSINT dalam pengumpulan dan pengolahan
data?
2. Mengetahui bagaimana penerapan kode etik di media online terkait penerapan OSINT
dalam proses pengumpulan data?

B. Metodologi Penelitian
Seperti yang tertulis pada buku Pengantar Komunikasi Massa karya Nurudin (2007),
komunikasi massa merupakan pengembangan dari kata media of mass communication (media
komunikasi massa) yang berarti komunikasi melalui media massa (media cetak dan
elektronik). Massa yang dimaksud dalam konteks komunikasi merupakan penerima pesan
yang berkaitan dengan media massa tersebut, yakni khalayak atau pembaca.
Media massa lekat kaitannya dengan istilah jurnalistik. Menurut Kusumaningrat
(2006), istilah jurnalistik atau journalism berasal dari kata journal yang berarti catatan harian
atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Journal berasal dari bahasa latin Djurnalis, yaitu
orang yang melakukan pekerjaan pencatatan.
Istilah jurnalistik ditinjau dari tiga sudut pandang, harfiah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiah, jurnalistik artinya kewartawanan atau kepenulisan. Secara sederhana
jurnalistik merujuk kepada disiplin keilmuan, sedangkan jurnalistik merujuk pada orang yang
melakukan kegiatan jurnalistik. Selain itu muncul istilah jurnalisme yang maknanya lebih
kepada sifat dan aktivitas jurnalistik (Herman & Harun, 2018: 28).
Adapun jurnalistik Online yang merupakan bagian dari jurnalistik. Asep Romli (2018)
pada buku Jurnalistik Online (Online Journalism) menjelaskan bahwa jurnalisme online
merupakan proses penyebaran informasi melalui media online. Jurnalisme online memiliki ciri
sebagai praktik jurnalistik yang mempertimbangkan beragam format media untuk menyusun
isi liputan yang memungkinkan terjadinya interaksi antara jurnalis dan audiens melalui
penggabungan berbagai elemen berita dengan sumber sumber online yang lain. Kelebihan
daripada jurnalisme online terletak pada interaksi antara penulis dan pembaca.
Berkaitan dengan hal ini, di Indonesia terdapat hukum yang mengikat segala bentuk
kegiatan jurnalistik. Hal ini dituangkan ke UU No. 40/1999 tentang Pers. Adalah kode etik
jurnalistik yang menghimpun etika profesi wartawan. Kode etik jurnalistik sendiri merupakan
himpunan etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas
dan profesionalitas wartawan.
Selain itu terdapat pula yang namanya pedoman media cyber. Kemerdekaan
berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari kemerdekaan
berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers.
Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar
pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan
kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan
masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber (Website Dewan Pers). Salah satu
poinnya, yakni:

Ruang Lingkup
1. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan
melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers
dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.
2. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau
dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar,

Vol. 3 No. 2 (2023), Hal: 166-172 ISSN: 2828-2175


Implementasi Open Source Intelligence dalam… | 169

suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti
blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.

Verifikasi dan keberimbangan berita


1. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.
2. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama
untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.
3. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:
Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak;
Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel
dan kompeten;
Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak
dapat diwawancarai;
Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih
memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya.
Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan
menggunakan huruf miring.
4. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya
verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita
pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang belum terverifikasi.
Salah satu bentuk karya jurnalistik adalah berita. Bachen menyatakan bahwa tulisan
yang dibuat oleh wartawan dan kemudian dimuat di satu atau lebih media bisa diartikan
sebagai berita. Pengertian mengenai berita ini Bachen kemukakan berdasarkan kondisi di
tahun 1999. Berbeda dengan saat ini, berita tidak harus disiarkan di media tradisional seperti
media cetak, radio, atau televisi. Informasi di media sosisal dan media online dianggap berita
padahal bukan wartawan yang membuat atau menyiarkannya. Selama informasi yang disajikan
memenuhi standar berita profesional (harus relevan, menarik, lengkap, dan mengandung nilai
berita) siapa pun bisa menjadi jurnalis. (Supadiyanto 2020:22)
Menurut Michael Bazzell dalam karyanya yang berjudul Open Source Intelligence
Techniques: Resources for Searching and Analyzing online information edisi ke tujuh (Bazzell
2019: 6) menyatakan bahwa kecerdasan Sumber Terbuka atau OSINT, memiliki penjabaran
yang berbeda – beda bagi berbagai macam individu. Secara resmi, OSINT didefinisikan
sebagai kegiatan intilejen dengan melibatkan pengumpulan informasti yang berasal dari
sumber terbuka, lantas mengeksploiasinya dan menyebarkan informasi tersebut ketika
waktunya tepat, kepada khalayak dan tujuan yang tepat.
Bazzell juga menyatakan bahwa (Bazzell 2019: 6) dalam praktiknya, menemukan
informasi online gratis bukanlah tahap akhir dari analisis OSINT. Informasi yang tersedia
secara online tidak akan tersedia selamanya, maka dari itu perlu dilakukan pengarsipan.
Terutama jika data yang diperoleh diperuntukan bagi penyelidikan, pemeriksaan latar
belakang, atau mengidentifikasi karyawan bermasalah. Sesuai dengan metode pengumpulan
dan pelaporan yang dimana nantinya data akan dirinci dan dirujuk.
Selain itu, terdapat juga Hassan dan Hijazi dalam buku yang berjudul Open Source
Intelligence Methods and Tools A Practical Guide to Online (Hassan N.A. Hijazi R, 2018:
205) menjelaskan bahwa Kecerdasan media sosial (SOCMINT) mengacu pada pengumpulan
informasi dari platform media sosial yang bersifat terbuka ke publik (misalnya postingan
publik di Facebook) bukan private atau pribadi. Hal ini dikarenakan informasi pribadi tidak
bisa dapat diakses tanpa izin yang tepat (misalnya, pesan atau kiriman pribadi Facebook hanya
dibagi dengan teman). Meskipun mayoritas situs media sosial mengharuskan penggunanya
untuk mendaftar sebelum mengakses situs konten secara lengkap, banyak survei menunjukkan
bahwa pengguna media sosial mengharapkan beberapa bentuk privasi untuk aktivitas online
mereka (bahkan saat memposting konten dengan akses publik). Namun, pakar keamanan
umumnya menganggap informasi yang dibagikan di situs media sosial sebagai milik domain
OSINT karena itu adalah informasi publik yang dibagikan secara online public platform dan
dengan demikian dapat dieksploitasi untuk tujuan yang berbeda.

Journalism
170 | Mochammad Haris Wahyudi, et al.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori uses and gratification yang memiliki
anggapan bahwa individu atau komunikan sadar akan kebutuhan mereka dan bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Disini media hanya menjadi salah satu cara pemenuhan
kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka,
atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain. Uses and Garatifications
mengasumsikan khalayak sebagai individu yang “pintar” di mana mereka hanya
mengkonsumsi media yang mampu memenuhi kepentingan-kepentingan yang mereka bawa.
Teori ini melihat ‘bagaimana dan seberapa besar media dapat memenuhi kebutuhan khalayak”
bukan “bagaimana dan seberapa besar suatu media dapat mempengaruhi khalayak.
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori uses and
gratifications ini. Salah satunya yaitu asumsi dasar dari tokoh yang mempelopori munculnya
teori uses and gratifications, Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch (Baran dan
Davis, 2009) yang menguraikan lima asumsi-asumsi dasar dari teori ini yaitu:
Khalayak memiliki peran aktif
Khalayak bukanlah penerima (audiens) yang pasif atas apapun yang media sajikan. Khalayak
memiliki peran dalam memilih dan menentukan isi program media. Perilaku komunikasi
khalayak mengacu kepada target dan tujuan yang ingin dicapai serta berdasarkan kepada
motivasi, khalayak melakukan pilihan terhadap media berdasarkan motivasi, tujuan dan
kebutuhan personal lainnya.
Khalayak bebas memilih media
Pada prinsipnya, khalayak secara bebas menyeleksi media dan program-programnya yang
terbaik agar bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya. Produser media mungkin
tak menyadari penggunaan oleh khalayak yang menjadi sasaran program, dan anggota
khalayak yang berbeda mungkin memanfaatkan program yang sama untuk memuaskan
kebutuhan yang berbeda. Khalayak mengambil inisiatif dalam penggunaan media. Kita
memilih untuk menonton acara berita yang ada di telievisi jika sedang membutuhkan
informasi begitu juga sebaliknya, kita akan memilih tayangan komedi apabila membutuhkan
hiburan.
Media bukan satu-satunya sumber pemuas
Media bukanlah satu-satunya sarana yang dapat memuaskan kebutuhan khalayak. Media
bersaing dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dalam hal pilihan, kegunaan dan perhatian
untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Khalayak dapat memuaskan kebutuhannya tanpa
media semisal pergi berlibur, olahraga, menari, memancing dan sebagainya.
Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak
atau audiens.
Individu dianggap cukup paham untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi
tertentu. Audiensi melakukan pilihan secara sadar mengenai penggunaan media yang
digunakannya. Riset awal terhadap teori uses and gratifications adalah dengan mewawancarai
responden untuk menanyakan mengapa ia mengonsumsi media tertentu dan secara langsung
melakukan observasi terhadap reaksi responden selama wawancara berlangsung. Namun
dengan seiring berkembangnya teori ini, pendekatan kualitatif tersebut ditinggalkan dan
beralih menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pencegahan Signifikansi nilai Kultural
Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah. Program atau
muatan media harus bersifat global karena akan ditangkap oleh khalayak yang beragam dari
kultur yang beragam pula.

D. Kesimpulan
Penggunaan OSINT dalam pemberitaan kasus kejahatan dapat membantu wartawan
mengungkapkan informasi secara lebih mendetail. Hal ini dapat dilakukan wartawan dengan
melakukan analisis mandiri melalui sumber terbuka dari mana saja, semisal menganalisis TKP
melalui rekaman CCTV yang tersebar di sosial media, atau mencari tau latar belakang seorang
pelaku melalui proses profiling media sosial si pelaku kejahatan.

Vol. 3 No. 2 (2023), Hal: 166-172 ISSN: 2828-2175


Implementasi Open Source Intelligence dalam… | 171

Informasi yang didapatkan melalui analisis mandiri menggunakan metode OSINT


sejatinya tidak melanggar hukum, namun jika dikaitkan dengan disiplin keilmuan jurnalistik
maka wartawan wajib memvaliditas informasi informasi yang didapatnya.
Dalam hal ini banyak hal yang dapat dilakukan wartawan untuk memverifikasi
informasi hasil analisis menggunakan metode OSINT, salah satunya dengan menggunakan
tools yang berkaitan dengan informasi temuannya. Contohnya jika wartawan menemukan
sosial media dari pelaku kejahataan melalui tahapan profiling maka wartawan dapat mengecek
temuannya menggunakan tool yang dinamakan mxview. Selama praktik OSINT ini digunakan
secara profesional, etis, dan bertanggung jawab maka informasi yang ditemukan dapat
dipergunakan sebagai data tambahan ataupun data utama dari sebuah berita.
Dengan bertambahnya informasi yang diperoleh, secara tidak langsung mengantarkan
seorang wartawan membuat karya dengan proses narasi yang lebih kaya. Hal ini tentu menjadi
nilai lebih bagi berbagai pihak, baik pembaca ataupun media itu sendiri. Selain itu, interaksi
yang terjadi pada laman web pun menjadi semakin interaktif dikarenakan audiens atau
pembaca bisa berinteraksi dengan tautan online yang dapat mereka akses.
Secara keseluruhan, penerapan OSINT di portal media online dapat meningkatkan
kepuasan pembaca dalam memperoleh informasi sehingga media online dapat meningkatkan
layanan terhadap pembacanya. Selain itu penerapan osint pada karya jurnalistik juga mampu
menarik jumlah pembaca meski proses pengerjaannya membutuhkan keahlian lebih dan
mungkin juga tim khusus. Namun bisa dikatakan, hal ini merupakan bentuk investasi yang
baik bagi pihak media, terutama saat ini masih sedikit media online di Indonesia yang
menggunakan penerapan ini.

Daftar Pustaka
[1] Dewan Pers Indonesia (2018) Media dan Praktik Abal - abal. Jurnal Dewan Pers
[2] Purnama, Finsensius Yuli, and Adven Sarbani. 2023. “Tular Nalar: Upaya Melahirkan
Lingkar Epistemik Literasi Digital.” Jurnal Riset Jurnalistik Dan Media Digital
3(1):49–52
[3] Haiyang Liu. 2017 Study on Application of Open Source Intelligence From Social
Media in the Military
[4] Colquhoun, Cameron. 2016. "A Brief History of Open Source Intelligence" dalam
www.bellingcat.com.
[5] Kominfo. 2012. Open Source Hemat Anggaran pemerintah Puluhan Miliar Rupiah.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/1770/open-source-hemat-anggaran-
pemerintah-puluhan-miliar-rupiah/0/sorotan_media
[6] Kominfo. 2012. Penggunaan "Open Source" Masih Rendah.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/1970/penggunaan-open-source-masih-
rendah/0/sorotan_media
[7] Santana, Septiawan. 2017. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
[8] National System for Geospatial Intelligence (2004) FM 2-0 Intelligence
[9] Reuters Institute. 2022. Digital News Report.
https://reutersinstitute.politics.ox.ac.uk/sites/default/files/2022-06/Digital_News-
Report_2022.pdf
[10] Jilan Dwina Suryaputri, and Ratri Rizki. 2022. “Fenomena Junalisme TikTok Di Media
Baru.” Jurnal Riset Jurnalistik Dan Media Digital 1(2):115–26. doi:
10.29313/jrjmd.v1i2.492.
[11] Nurudin, N. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. RajaGrafindo Persada.
[12] Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. JURNALISTIK Teori dan
Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
[13] Herman & Harun. 2018. Jurnalistik Praktis. Aceh: Syiah Kuala University Press.
[14] Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat. 2007. Jurnalistik: Teori & Praktik.

Journalism
172 | Mochammad Haris Wahyudi, et al.

Bandung: Remaja Rosdakarya.


[15] Romli, Asep Syamsul M. (2018). Jurnalistik online: Panduan mengelola media online.
Nuansa Cendekia.-
[16] Azwar. 2018. 4 Pilar Jurnalistik. Jakarta: PRANAMEDIA GROUP.
[17] Dewan Pers Indonesia (online). 2012. https://dewanpers.or.id/kebijakan/pedoman
[18] Sugiyanto. 2020. Pengantar Jurnalisme Koonvergentif: Menjawab Tren Industri Media
Digital. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
[19] Bazzell, Michael. 2019. Open Source Intelligence Techniques: Resources for Searching
and Analyzing Online Information.
[20] Muhamamd Falah Ramadhan, and Askurifai Askurifai. 2021. “Komunikasi Publik
Supporter Bali United Melalui Media Live Streaming Youtube Pada Konser Tribun
Voice.” Jurnal Riset Jurnalistik Dan Media Digital 1(2):79–83. doi:
10.29313/jrjmd.v1i2.425.
[21] National Geospatial-Intelligence Agency. 2006. National Research Council yang
berjudul Priorities for GEOINT Research at the National Geospatial-Intelligence
Agency
[22] NATIONAL SYSTEM FOR GEOSPATIAL INTELLIGENCE. 2018. Geospatial
Intelligence (GEOINT) Basic Doctrine
[23] Hassan Nihad.A dan Hijazi R. 2018. Open Source Intelligence Methods and Tools A
Practical Guide to Online
[24] Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2012. Jurnalistik : teori dan
praktik.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[25] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta. Ardianto, Elvinaro, dkk. Komunikasi Massa. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, Cet. 3, 2014.
[26] Yin, Robert K. 2015. Studi Kasus: Desain & Metode. Penerjemah: M. Duazi Mudzakir.
Depok: PT Rajagrafindo Persada.
[27] Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
[28] Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
[29] Creswell, John W. 2010. Research Design : Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan
Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[30] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,dan
R&D. Bandung: Alfabeta
[31] Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Pelangi Aksara
Yogyakarta.

Vol. 3 No. 2 (2023), Hal: 166-172 ISSN: 2828-2175

You might also like