Implementasi Open Source Intelligence Dalam Praktik Jurnalisme Di Media Online
Implementasi Open Source Intelligence Dalam Praktik Jurnalisme Di Media Online
8818
Corresponding Author
Email: [email protected] 166
Implementasi Open Source Intelligence dalam… | 167
A. Pendahuluan
Produk jurnalisme yang di dalamnya melibatkan metode open source intelligence (OSINT)
dinilai menarik, karena pembaca dapat menemukan perspektif dan temuan - temuan baru di
luar temuan umum yang berpaku pada hasil wawancara atau pernyataan pihak berwenang atau
pihak terkait lainnya. Misalnya berita dari kasus pembunuhan yang memakan korban seorang
anak di Cimahi pada
Selain memberikan keterangan tempat, OSINT juga mampu membantu penulis berita
dalam mencari profil pelaku kejahatan melalui proses profiling yang dilakukan dengan
menggunakan metode social media intelligence (SOCMINT).
Kelebihan lainnya dari penggunaan OSINT dalam proses pembuatan sebuah produk
jurnalistik juga terletak pada bagaimana kecakapan toolsnya yang dapat menyaring topik di
internet, sehingga menghindarkan penulis berita memberitakan sebuah kejadian dengan
kekeliruan dalam narasinya atau false context yang dinilai lebih berbahaya dibandingkan
HOAX .
Karena beberapa hal tersebut, OSINT seakan menjadi sebuah jawaban atas pernyataan
bahwa media sebagai industri dan para jurnalis yang tergabung di dalamnya selalu dituntut
agar dapat melihat lebih jauh ke depan guna memastikan produk yang mereka ciptakan
terkalibrasi dengan kebutuhan informasi masyarakat. Mengingat Inovasi menjadi sebuah
keharusan, ditengah angka persaingan media (terkhusus media online) yang semakin tinggi.
Fenomena penggunaan metode OSINT untuk keperluan jurnalistik di Indonesia
memang masih terhitung baru dan masih bisa dikatakan hanya beberapa media saja yang
memanfaatkan metode ini dalam beberapa tahun kebelakang. Di Indonesia praktik OSINT
untuk keperluan umum sebenarnya telah “diperkenalkan” oleh pemerintah sejak 2004 lalu.
Bahkan pada 2012, Kominfo sempat menggelar perhelatan Indonesia Open Source Award
(IOSA 2012) dengan harapan menumbuhkan minat menggunakan peranti lunak berbasis open
source baik di kalangan instansi pemerintah, wartawan dan juga masyarakat. Namun, hingga
kini penggunaannya dinilai masih sangat kurang. (Kominfo 2012)
Berdasarkan paparan Michael Bazzell mengenai OSINT dalam karyanya yang
berjudul Open Source Intelligence Techniques: Resources for Searching and Analyzing online
information edisi ke tujuh (Bazzell 2019: 6) secara resmi, OSINT didefinisikan sebagai
kegiatan intilejen dengan melibatkan pengumpulan informasti yang berasal dari sumber
terbuka, lantas mengeksploiasinya dan menyebarkan informasi tersebut ketika waktunya tepat,
kepada khalayak dan tujuan yang tepat.
Sebagaimana namanya, praktik OSINT hanya menggunakan sumber terbuka yang
tersedia di internet dan bisa diakses oleh siapa saja. Bahkan tanpa kita sadari, sebenarnya
selama ini kita sering melakukan praktik OSINT. Mulai dari mencari suatu barang di e-
commerce misalnya, atau hal sederhana lainnya seperti mencari arsip makalah di internet
untuk keperluan tugas.
Jika kita menilik sedikit ke belakang, OSINT pada mulaya merupakan sebuah kegiatan
pengumpulan informasi yang dilakukan oleh pihak intelijen dengan cara – cara tradisional.
Kejadian Pearl Harbour pada 7 desember 1941 yang kala itu menimpa Amerika membuat
urgensi akan informasi intelejen bagi pihak Amerika menjadi semakin jelas, sehingga
dibentuklah OSS (Office of Strategic Service) yang dikepalai oleh William Joseph Donovan
(Colquhoun 2016).
Dalam dunia jurnalisme, OSINT bertindak selaku pisau bedah bagi para jurnalis yang
ingin menyelami lautan arsip informasi di Internet guna melengkapi data atau fakta terkait
berita yang akan mereka buat. Fakta bagi produk jurnalistik merupakan tolak ukur suatu
produk tersebut akurat atau tidak. Keakuratan fakta menyangkut laporan wartawan mengenai
berbagai orang, tempat, dan keterangan lain. (Santana 2017: 137)
Meskipun bersifat legal, penggunaan sumber terbuka sebagai bagian dari praktik
kewartawanan memiliki batasan lain yang berkaitan dengan ranah moral dan etika para
jurnalis. Seperti yang tertulis pada buku Jurnalisme Kontemporer edisi 2 karya Septiawan
Santana K (2017: 273-274), dijelaskan bahwa praktik kewartawanan harus dilandasi etika.
Tanpa etika, moralisme jurnalisme pun surut. Moralitas menghubungkan etika dengan makna
Journalism
168 | Mochammad Haris Wahyudi, et al.
dan tujuan pemberitaan. Maka dari itu dalam pemberitaan yang melibatkan data personal yang
bersifat privacy pada berbagai lapisan kelompok sosial. Jurnalis harus mengacu kepada nilai -
nilai tertentu, di antaranya yaitu kepentingan publik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana menggunakan OSINT dalam pengumpulan dan pengolahan
data?
2. Mengetahui bagaimana penerapan kode etik di media online terkait penerapan OSINT
dalam proses pengumpulan data?
B. Metodologi Penelitian
Seperti yang tertulis pada buku Pengantar Komunikasi Massa karya Nurudin (2007),
komunikasi massa merupakan pengembangan dari kata media of mass communication (media
komunikasi massa) yang berarti komunikasi melalui media massa (media cetak dan
elektronik). Massa yang dimaksud dalam konteks komunikasi merupakan penerima pesan
yang berkaitan dengan media massa tersebut, yakni khalayak atau pembaca.
Media massa lekat kaitannya dengan istilah jurnalistik. Menurut Kusumaningrat
(2006), istilah jurnalistik atau journalism berasal dari kata journal yang berarti catatan harian
atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Journal berasal dari bahasa latin Djurnalis, yaitu
orang yang melakukan pekerjaan pencatatan.
Istilah jurnalistik ditinjau dari tiga sudut pandang, harfiah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiah, jurnalistik artinya kewartawanan atau kepenulisan. Secara sederhana
jurnalistik merujuk kepada disiplin keilmuan, sedangkan jurnalistik merujuk pada orang yang
melakukan kegiatan jurnalistik. Selain itu muncul istilah jurnalisme yang maknanya lebih
kepada sifat dan aktivitas jurnalistik (Herman & Harun, 2018: 28).
Adapun jurnalistik Online yang merupakan bagian dari jurnalistik. Asep Romli (2018)
pada buku Jurnalistik Online (Online Journalism) menjelaskan bahwa jurnalisme online
merupakan proses penyebaran informasi melalui media online. Jurnalisme online memiliki ciri
sebagai praktik jurnalistik yang mempertimbangkan beragam format media untuk menyusun
isi liputan yang memungkinkan terjadinya interaksi antara jurnalis dan audiens melalui
penggabungan berbagai elemen berita dengan sumber sumber online yang lain. Kelebihan
daripada jurnalisme online terletak pada interaksi antara penulis dan pembaca.
Berkaitan dengan hal ini, di Indonesia terdapat hukum yang mengikat segala bentuk
kegiatan jurnalistik. Hal ini dituangkan ke UU No. 40/1999 tentang Pers. Adalah kode etik
jurnalistik yang menghimpun etika profesi wartawan. Kode etik jurnalistik sendiri merupakan
himpunan etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas
dan profesionalitas wartawan.
Selain itu terdapat pula yang namanya pedoman media cyber. Kemerdekaan
berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari kemerdekaan
berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers.
Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar
pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan
kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan
masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber (Website Dewan Pers). Salah satu
poinnya, yakni:
Ruang Lingkup
1. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan
melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers
dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.
2. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau
dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar,
suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti
blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.
Journalism
170 | Mochammad Haris Wahyudi, et al.
D. Kesimpulan
Penggunaan OSINT dalam pemberitaan kasus kejahatan dapat membantu wartawan
mengungkapkan informasi secara lebih mendetail. Hal ini dapat dilakukan wartawan dengan
melakukan analisis mandiri melalui sumber terbuka dari mana saja, semisal menganalisis TKP
melalui rekaman CCTV yang tersebar di sosial media, atau mencari tau latar belakang seorang
pelaku melalui proses profiling media sosial si pelaku kejahatan.
Daftar Pustaka
[1] Dewan Pers Indonesia (2018) Media dan Praktik Abal - abal. Jurnal Dewan Pers
[2] Purnama, Finsensius Yuli, and Adven Sarbani. 2023. “Tular Nalar: Upaya Melahirkan
Lingkar Epistemik Literasi Digital.” Jurnal Riset Jurnalistik Dan Media Digital
3(1):49–52
[3] Haiyang Liu. 2017 Study on Application of Open Source Intelligence From Social
Media in the Military
[4] Colquhoun, Cameron. 2016. "A Brief History of Open Source Intelligence" dalam
www.bellingcat.com.
[5] Kominfo. 2012. Open Source Hemat Anggaran pemerintah Puluhan Miliar Rupiah.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/1770/open-source-hemat-anggaran-
pemerintah-puluhan-miliar-rupiah/0/sorotan_media
[6] Kominfo. 2012. Penggunaan "Open Source" Masih Rendah.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/1970/penggunaan-open-source-masih-
rendah/0/sorotan_media
[7] Santana, Septiawan. 2017. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
[8] National System for Geospatial Intelligence (2004) FM 2-0 Intelligence
[9] Reuters Institute. 2022. Digital News Report.
https://reutersinstitute.politics.ox.ac.uk/sites/default/files/2022-06/Digital_News-
Report_2022.pdf
[10] Jilan Dwina Suryaputri, and Ratri Rizki. 2022. “Fenomena Junalisme TikTok Di Media
Baru.” Jurnal Riset Jurnalistik Dan Media Digital 1(2):115–26. doi:
10.29313/jrjmd.v1i2.492.
[11] Nurudin, N. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. RajaGrafindo Persada.
[12] Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. JURNALISTIK Teori dan
Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
[13] Herman & Harun. 2018. Jurnalistik Praktis. Aceh: Syiah Kuala University Press.
[14] Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat. 2007. Jurnalistik: Teori & Praktik.
Journalism
172 | Mochammad Haris Wahyudi, et al.