100% found this document useful (1 vote)
185 views18 pages

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katoli

This document discusses improving learning outcomes in Religious Education and Character through the application of Problem Based Learning (PBL) methods in class III of SDN 10 Sengoret. It was found that only 37.5% of students achieved the minimum passing grade using conventional teaching methods. The study aims to implement PBL to actively involve students in learning and improve outcomes. PBL involves students solving problems through scientific processes to learn both knowledge and problem-solving skills. The research was conducted in two cycles, resulting in increased learning outcomes as shown by more students achieving the minimum passing grade both classically and individually.

Uploaded by

Telfiana Daima
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
185 views18 pages

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katoli

This document discusses improving learning outcomes in Religious Education and Character through the application of Problem Based Learning (PBL) methods in class III of SDN 10 Sengoret. It was found that only 37.5% of students achieved the minimum passing grade using conventional teaching methods. The study aims to implement PBL to actively involve students in learning and improve outcomes. PBL involves students solving problems through scientific processes to learn both knowledge and problem-solving skills. The research was conducted in two cycles, resulting in increased learning outcomes as shown by more students achieving the minimum passing grade both classically and individually.

Uploaded by

Telfiana Daima
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 18

SEMNASPA: PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DAN AGAMA

Vol. 4 No. 2 November 2023


e-ISSN : 2963-9336 dan p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379
DOI: https://doi.org/10.55606/semnaspa.v4i2. 1304

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti


Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B
SDN 10 Sengoret

Anastasia Sutarni
SDN 10 Sengoret
Korespondensi Penulis: [email protected]
Abstract. Classroom Action Research entitled Improving Learning Outcomes in Religious Education and
Character through the Application of PBL Methods in Class III Phase B of SDN 10 Sengoret was carried out to
improve the learning outcomes of students in class III phase B of SD Negeri 10 Sengoret, Parindu District, Sanggu
Regency. The research was carried out by applying the Problem Base Learning (PBL) learning method. PBL is
problem-based learning with a teaching model characterized by real problems as a context for students to learn
critical thinking and problem-solving skills and gain knowledge (Aris Shoimin 2014). Meanwhile, according to
Kamdi (2007), the Problem Based Learning Model is defined as a learning model that involves students trying to
solve problems through several stages of the scientific method so that students are expected to be able to learn
knowledge related to the problem and at the same time students are expected to have skills in solving problems.
The research was carried out in two cycles with the results of an increase in learning outcomes as indicated by
an increase in the percentage of students completing both classically and personally.

Keywords: Learning Outcomes. Dimensions of Mutual Cooperation, Problem Based Learning


Abstrak. Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti Melalui Penerapan Metode PBL Di Kelas III Fase B SDN 10 Sengoret ini dilakukan untuk menigkatkan
hasil belajar peserta didik di kelas III fase B SD Negeri 10 Sengoret. Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggu.
Penelitian dilakukan dengan menerapkan Metode pembelajaran Problem Base Learning (PBL). PBL adalah
adalah pembelajaran berbasis masalah dengan model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta
memperoleh pengetahuan (Aris Shoimin:2014). Sedangkan menurut Kamdi (2007) Model Problem Based
Learning diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan
masalah melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang
berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan hasil adanya peningkatan hasi belajar yang
ditujukkan dengan adanya peningkatan peningkatan prensentase ketuntasan siswa baik secara klasikal maupun
secara personal.
Kata Kunci: Hasil Belajar. Dimensi Gontong Royong, Problem Based Learning

LATAR BELAKANG
Pendidik sebagai pelaku pembelajaran membutuhkan seperangkat metode yang bisa
digunakan untuk memperoleh keberhasilan pendidikan yang diharapkan. Penggunaan metode
pendidikan tersebut harus mempertimbangkan segala faktor yang mempengaruhi suatu proses
pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi proses pendidikan tersebut yaitu: guru, anak didik,
tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, media pendidikan, dan ketersediaan waktu
pembelajaran. Seluruh faktor tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan sehingga tidak
boleh diabaikan oleh seorang pendidik dalam penentuan suatu metode pendidikan.
Untuk melakukan suatu pendidikan diperlukan suatu metode. Metode adalah salah satu
indikasi yang menentukan kualitas seorang pendidik yang berkompetensi. Penggunaan metode

Received September 09, 2023; Revised Oktober 10, 2023; Accepted November 15, 2023
* Anastasia Sutarni, [email protected]
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

yang tepat, tentu akan mendukung tingkat keberhasilan pembelajaran yang harapkan agar
tujuan pendidikan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Indikasinya adalah bagaimana
seorang pendidik jeli dalam memilih metode pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran
metode yang digunakan akan sangat mempengaruhi bagaimana cara belajar peserta didik.
Keberhasilan seorang pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan akan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana tehnik dan metode yang dipergunakan oleh seorang pendidik.
Tolak ukur keberhasilan terhadap suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar peserta
didik, Nilai hasil belajar dapat dipakai sebagai parameter untuk menilai keberhasilan proses
kegiatan pembelajaran di sekolah dan juga mengukur kinerja peneliti dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Observasi sementara peneliti di lapangan menunjukkan suatu indikasi bahwa metode
ceramah yang berpusat pada guru membuat peserta didik cepat bosan karena kurang terlibat
aktif dalam proses pembelajaran, anak didik sulit untuk memahami pelajaran yang diajarkan
dan diberikan oleh pendidik, peserta didik terlihat menganggap remeh dan kurang serius dalam
mengikuti pembelajaran Agama Katolik, adanya sebagian peserta didik yang kurang memiliki
motivasi belajar sehingga secara otomatis akan berpengaruh pada rendahnya hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti serta berakibat
pada tidak tercapainya ketuntasan belajar minimal (KKM) peserta didik.
Berdasarkan observasi awal ditemukan beberapa peserta didik lebih senang berbicara
dengan teman sebangkunya dibandingkan dengan mendengarkan penjelasan peneliti dan
peserta didik merasa mengantuk saat pelajaran berlangsung, sehingga hasil belajar peserta
didik kurang dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 75.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.1. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas III SD Negeri 10 Sengoret.
Kelas KKM Tuntas (%) Tidak (%) Jumlah
III 75 37,5 % 62,5 % 100%
Jumlah 7 Orang 11 Orang 18 Orang
Dari tabel di atas diperoleh data dari 18 orang peserta didik kelas III, yang mencapai nilai
tuntas 37,5% atau 7 orang dari 18 peserta didik dan 62,5% atau 11 orang peserta didik yang
belum mencapai nilai tuntas. Hasil ini masih jauh dari yang diharapkan yaitu ketuntasan 100
%. Berdasarkan hasil ini, peneliti berpendapat perlunya upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas III
materi elemen Gereja (Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi) di SD Negeri 10 Sengoret.

363 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut diperlukan metode pembelajaran yang


efektif dan menyenangkan yang melibatkan peran serta peserta didik agar aktif dalam
pembelajaran. Menurut peneliti model pembelajaran Problem Based Learning cocok
diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Problem Based
Learning merupakan model yang dapat merangsang peserta didik untuk aktif dan kritis karena
adanya sesi mengamati, identifikasi, mengumpulkan data, mengolah informasi, membuktikan,
mempresentasikan serta menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan secara
berkelompok. Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan diskusi dan tanya jawab mengenai
pokok bahasan tentang Gereja (Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi).
Dalam penelitian ini peneliti juga mencoba mengali nilai-nilai dimensi profil pelajar
Pancasila yang terdapat dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah dimensi gotong
royong yang ditujukkan peserta didik dalam usaha memecahkan permasalahan Bersama dalam
proses pembelajara

KAJIAN TEORITIS
1 Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologis Hasil Belajar berasal dari kata “Hasil dan Belajar”. Dalam Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia kata hasil berarti segala yang didapatkan dari jerih payah/usaha
(Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja: 2008) sedangkan kata belajar berarti usaha dalam
menguasai suatu keterampilan atau usaha dalam memperoleh ilmu.
Berdasarkan pengertian emologisnya, hasil belajar merupakan usaha untuk mengukur
kemampuan peserta didik setelah mendapatkan pengalaman belajar tertentu dalam mencapai
tujuan pembelajaran (M. Ngalim Purwanto: 2000). Hasil belajar juga merujuk pada
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan, berupa: pola-pola
perbuatan, pengertian-pengertian, apresiasi, abilitas (kompetensi), nilai-nilai, sikap, dan
keterampilan (Hamalik:2007). (Anas Sudijono: 1998) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah gambaran tentang suatu kemajuan / perkembangan peserta didik dari pertama mengikuti
program pendidikan sampai pada mereka mengakhiri program pendidikan yang ditempuhnya
tersebut.
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

b. Jenis-jenis Hasil Belajar


Howard Kingsley (dalam Nana Sudjana:1995) membagi tiga jenis hasil belajar yakni: (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Adapun
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis hasil belajar meliputi
tiga aspek yaitu: aspek kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah
psikomotor (psychomotor domain). Ketiga aspek tersebut menjadi indikator hasil belajar yang
tidak dapat dipisahkan dan saling menguatkan satu sama lain (Tohirin: 2006).
Jenis-jenis hasil belajar berhubungan erat dengan indikator-indikator yang disusun
berdasarkan taksonomi sebagai indikator ketercapaiannya.
Berikut tabel jenis hasil belajar dan indicator pencapaiannya (Muhidin Syah:199)
Tabel 2 Jenis hasil belajar dan indkator hasil belajar
No Jenis Hasi Belajar Indikator Hasil Belajar
1 Aspek Kognitif
a. Pengamatan 1) Dapat menunjukkan
2) Dapat membandingkan
3) Dapat menghubungkan

b. Ingatan 1) Dapat menyebutkan


2) Dapat menunjukkan kembali.

c. Pemahaman 1) Dapat menjelaskan


2) Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
1) Dapat memberikan contoh
d. Penerapan 2) Dapat menggunakan secara tepat

1) Dapat menguraikan
e. Analisi 2) Dapat mengklasifikasikan/ memilah-milah.

1) Dapat menghubungkan
2) Dapat menyimpulkan
f. Sintesis 3) Dapat menggeneralisasikan

365 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

2 Aspek Afektif
a. Penerimaan 1) Menunjukkan sikap menerima
2) Menunjukkan sikap mengingkari

b. Sambutan 1) Kesediaan berpartisipasi/ terlibat


2) Kesediaan memanfaatkan.

c. Apresiasi (sikap menghargai) 1) Menganggappenting dan bermanfaat


2) Menganggap indah dan harmonis;
3) Mengagumi.

1) Mengakui dan meyakini


d. Internalisasi (pendalaman) 2) Mengingkari

1) Melembagakan atau meniadakan


e. Karakterisasi 2) Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku
sehari-hari

3 Aspek Psikomorik
a. Keterampilan bergerak
dan Kecakapan mengkoordinasikan gerakmata,
bertindak tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya
1) Kefasihan melafalkan/ mengucapkan
b. Kecakapan ekspresi verbal dan 2) kecakapan membuat mimik dan gerakan
nonverval jasmani
c. Cara Mencapai Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan capaian belajar yang diperoleh peserta didik setelah melakukan
proses belajar. Sekolah merupakan pusat kegiatan proses belajar mengajar dimana peserta
melakukan aktifitas belajar. Paul B. Diedrich (dalam Sardirman A.M:2009)
mengklasifikasikan berbagai aktifitas yang dilakukan peserta didik di sekolah, yakni:
a. visual activities, seperti membaca, mendemotrasikan, memperhatikan gambar,
percobaan atau pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, contoh: bertanya, merumuskan, menyatakan, berdiskusi, interupsi,
berpendapat, wawancara, memberi saran.
c. Writing activities, contoh: menyalin, membuat laporan, angket, karangan dan menulis
cerita.
d. Drawing activities, contoh: membuat grafik, diagram, peta, menggambar.
e. Listening activities, contoh: mendengarkan diskusi, pidato, uraian, musik, percakapan
f. Mental activities, contoh: mengambil keputusan, menganalisis, memecahkan soal,
mengingat, menanggapi, mencari hubungan
g. Motor activities, contoh: berternak, bermain, berkebun, melakukan percobaan, model
reparasi, membuat konstruksi
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

h. Emotional activities, contoh: bergairah, gembira, tenang, bersemangat, berani, gugup,


bosan, berminat
Teori belajar dapat dimanfaatkan guru dalam mengoptimalkan hasil belajar peserta didik
dalam pendidikan. Contoh penerapan teori belajar yang dapat dilakukan guru disekolah
dalam mengoptimalkan hasil belajar peserta didik yaitu: (1) sikap belajar yang positif, (2)
mendaya gunakan hadiah, (3) prinsip umpan balik, (4) transfer belajar positif, (5) belajar
proses, (6) perhatian terhadap adanya perbedaan individu peserta didik, (7) guru sebagai
model (Irwanto dkk:2009). Selain memanfaatkan teori belajar, hasil belajar juga dapat
dicapai dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran, salah satunya adalah metode
Problem Based Learning.
2 Model Problem Based Learning
a. Pengertian Model Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pengertian pembelajaran berbasis masalah adalah metode mengajar dengan fokus
pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok,
umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian pembelajaran dilakukan dengan berpusat
pada peserta didik yang didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan
mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning adalah pembelajaran berbasis masalah
dengan model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta
memperoleh pengetahuan (Aris Shoimin:2014). Sedangkan menurut Kamdi (2007) Model
Problem Based Learning diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk berusaha memecahkan masalah melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa
diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan
sekaligus siswa diharapkan akan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.

367 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

b. Karakteristik Model Problem Based Learning


Menurut Amir M Taufik (2009) karakteristik PBL adalah sebagai berikut:
1. Masalah digunakan untuk mengawali pembelajaran untuk memicu rasa tertarik pada
apa yang dipelajari.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah fatual yang bermakna.
3. Masalah biasanya menuntut perspektif yang majemuk.
4. Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapat pembelajaran yang baru.
5. Mengutamakan belajar mandiri membuat peserta didik aktif dalam menemukan
ataupun memahami konsep.
6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, dengan berbagai sumber
pengetahuan yang digunakan.
7. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Karakteristik ini
memungkinkan peserta didik mampu memahami konsep secara kelompok.
Dari karakteristik yang dimiliki PBL sangat dimungkinkan dapat meningkatkan
pemahaman pada materi pembelajaran. Hal ini disebabkan karena PBL melatih peserta didik
untuk menemukan, mengembangkan dan mengaplikasi konsep yang dimiliki secara aktif dari
berbagai sumber pengetahuan dengan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model
Problem Based Learning (PBL) juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu di cermati
untuk keberhasilan penggunaanya. Kelebihan PBL meliputi:
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia
nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir.
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan


masalah dunia nyata (Sanjaya, 2007).
Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari (Sanjaya, 2007 dalam Informasi Pendidikan dan Kebudayaan
https://www.silabus.web.id/ )
3. Gontong Royong
Gontong Royaong adalah salah satu dimensi dari profil pelajar pancasila yang ingin
diteliti pada penelitian tindakan kelas ini. Dimana dalam konteks kurikulum merdeka,
diharapkan bahwa prifil pelajar pancasila dapat ditanamkan dalam proses
pembelajaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gotong royong adalah bekerja
bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu), menurut Sajogyo dan Pudjiwati
(2005, hlm. 28) megungkapkan “gotong royong adalah aktifitas bekerjasama antara
sejumlah besar warga desa untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu yang dianggap
berguna bagi kepentingan umum”.

METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua
siklus secara tatap muka. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 Sengoret melalui
pembelajaran tatap muka langsung. Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas
III semester 1 tahun ajaran 2023/2024 yang berjumlah 18 peserta didik. 10 peserta didik
berjenis kelamin laki-laki dan 8 peserta didik berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus dengan pembagian materi sebagai berikut:

369 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

Siklus Materi Jam Pelajaran Hari/Tanggal

Siklus 1 Sakramen Baptis 3 JP Jumat, 27 Oktober 2023

Siklus 2 Sakramen Ekaristi 3 JP Selasa, 3 Nopember 2023

B. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan menggunakan 2 siklus dimana setiap
siklus memiliki 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Masing
masing siklusnya terdiri dari 1 pertemuan. Pada siklus satu dilaksanakan dengan 1
pertemuan pada materi Sakramen Baptis, sedangkan siklus kedua juga dilaksanakan
dengan 1 pertemuan pada materi Sakramen Ekaristi. Siklus-siklus tersebut bertujuan untuk
mengambil data yang akan dianalisis pada langkah selanjutnya dalam penelitian ini. Data
tersebut berguna untuk mengetahui apakah adanya peningkatan hasil belajar dan gontong
royong peserta didik selama proses pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning. Prosedur penelitian ini menggunakan ketentuan yang berlaku dalam Penelitian
Tindakan Kelas dengan alur sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema Tahapan Siklus

Adapun tahapan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:


1. Tahap Perencanaan
Sesuai dengan rumusan masalah, peneliti membuat rencana Tindakan yang akan
dilakukan. Tindakan berupa pembelajaran mengunakan metode Problem Based Learning.
Kegiatan dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan pembelajaran Problem Based
Learning, yaitu dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan jadwal selama penelitian
b. Menyusun Tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran Agama Katolik
dengan Elemen Gereja (Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi) yang tertuang dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

Modul Ajar yang meliputi tujuan pembelajaran, capaian pembelajaran, materi


pembelajaran serta penilaian sebagai pengumpulan data yang menjadi bahan evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran dengan metode Problem Based
Learning. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan satu
kali pertemuan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Peneliti
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas berupa kegiatan interaksi antara peneliti dan
peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik. Kegiatan yang dilakukan
antara lain:
a. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning
sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun.
b. Melakukan pengamatan terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Melakukan tes untuk memperoleh data capaian pembelajaran
d. Pengamatan dan penilaian dilakukan dalam dua siklus
3. Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap hasil belajar dan variabel gontong


royong peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran dan tingkah laku
peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan lembar
pengamatan berdasarkan indikator-indikator. Pada setiap pertemuan diakhiri dengan
pemberian tes ulangan untuk mengukur target hasil belajar pada ke dua siklus .

4. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, guru menganalisis hasil pengamatan dan hasil tes
siklus 2. Guru dapat merefleksikan diri dengan melihat data observasi kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan untuk meningkatkan karakter kemandirian dan
hasil prestasi peserta didik. Baik dalam hal kekurangan maupun kelemahan yang
terjadi pada siklus 1 dan 2 menjadi suatu acuan untuk merancang pembelajaran atau
penelitian selanjutnya.

C. Populasi dan Sampel


Subjek penelitian adalah peserta didik kelas III SD Negeri 10 Sengoret yang
beragama Katolik dengan jumlah populasi sebanyak 18 orang. Adapun komposisinya
8 orang perempuan dan 10 orang laki-laki.

371 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

D. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa nilai yang diperoleh
peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal yang disusun berdasarkan capaian
pembelajaran berkaitan dengan materi Gereja (Sakramen Baptis dan Sakramen
Ekaristi). Peneliti juga menambahkan data kualitatif berupa aktifitas peserta didik
selama proses pembelajaran.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tugas peserta didik berupa tes awal
atau asesmen awal dan tes akhir ( mengerjakan LKPD ) proses pembelajaran.
Sedangkan data tambahan yang bersifat kualitatif diperoleh melalui observasi aktifitas
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
E. Teknik Analisa Data
Analisis data yang dilakukan pada saat penelitian tindakan kelas, peneliti
menganalisis data penskoran pada lembar jawaban hasil jawaban peserta didik. Data
penilaian diperoleh dari hasil tes dan pre tes, observasi untuk penilaian sikap dan
pengamatan untuk penilaian psikomotoriknya yang dikerjakan peserta didik dalam
LKPD yang disediakan oleh peneliti. Data hasil belajar ini berpedoman dengan KKTP
yang ada di Modul ajar tentang materi elemen Gereja (Sakramen Baptis dan Sakramen
Ekaristi).
Data hasil belajar diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
NA= Jumlah skor yang diperoleh peserta didik x 100
Jumlah skor maksimal
Tabel Pedoman Penilaian
Skor Kriteria Nilai
86-100 Sangat Baik
71-85 Baik
60-70 Cukup
≥ 60 Kurang/Perlu bimbingan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Siklus 1
Data Aktivitas Gotong Royong Dalam Pembelajaran
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2023 pada jam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SDN 10 Sengoret kelas III. Peserta
didik kelas III berjumlah 18 orang. Siklus 1 tersebut dilaksanakan satu kali pertemuan
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

selama 3 jam pelajaran. Setelah melaksanakan siklus 1 maka dapat diperoleh data
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Sikap Kerja Sama dan Gotong Royong dalam kelompok Siklus 1
Kriteria Penilaian Skor Skor Perolehan %

Peserta didik mampu bekerjasama dengan anggota 4 9 50%


kelompoknya dan terbuka dalam menerima ide
anggota kelompok yang lain
Peserta didik kurang mampu bekerja sama dengan 3 6 35%
siapa pun namun terbuka dalam menerima sesuatu
yang baru
Peserta didik mampu bekerjasama dengan siapa pun 2 2 10%
namun kurang terbuka dalam menerima sesuatu
yang baru
Peserta didik kurang mampu bekerjasama dengan 1 1 5%
siapapun dan kurang terbuka dalam menerima
sesuatu yang baru
SB= 9 orang, B= 6 orang, C= 2 orang, D= 1 orang
Nilai = Jumlah skor perolehan
4
Kriteria Penilaian
Kriteria Rentang Nilai
SB (Sangat Baik) 3,01 – 4,00
B (Baik) 2,01 – 3,00
C (Cukup) 1,01 – 2,00
D (Kurang/Perlu bimbingan) 0,10 – 1,00

Data Capaian Hasil Pembelajaran Siklus 1


Data hasil belajar peserta didik diperoleh melalui tes tertulis dalam mengerjakan
LKPD yang diadakan setiap akhir siklus . Data perolehan nilai hasil belajar :

Berdasarkan tes atau hasil nilai LKPD yang dilakukan setelah proses pembelajaran pada
siklus 1, didapat sebaran nilai perolehan peserta didik sebagai berikut: Dari 18 orang peserta
didik, 9 orang peserta didik masuk dalam kategori mahir dengan nilai 86-100 (50%).
Sedangkan peserta didik dengan kategori cakap dengan nilai 71-85 ada 6 orang dari 18 peserta
didik (35 %) dan peserta didik dengan kategori layak dengan nilai 60-70 ada 2 orang dari 24
siswa ( 10 %). Dan berdasarkan perolehan nilai masih ditemukan 1 orang dari 24 peserta didk
(5 %) masih dalam kategori baru berkembang dengan nilai dibawah 60.
Dari siklus 1 dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan merupakan
hal baru bagi peserta didik. Pesrta didik masih melakukan penyesuaian. Namun dari proses
pembelajaran menunjukkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, hasil belajar

373 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

pun sudah mulai meningkat jika dibandingkan dengan hasil tahun lalu yang tidak menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning walaupun target ketercapaian belum tercapai
dalam siklus 1 ini. Peneliti menargetkan di modul ajar 1 materi Gereja ( Sakramen Baptis)
dengan kategori Mahir 55%, Baik 35%, Layak 10% dan belum berkembang 0%. Sedangkan
hasil yang didapat setelah melakukan proses pembelajaran menerapkan Problem Based
Learning di siklus 1 pada modul ajar 1 ialah mahir 50%, Baik 35%, layak 10% dan Belum
berkembang 5%. Hal ini menunjukan peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan
dengan hasil belajar sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
hanya mencapai tuntas 37% tidak tuntas 62% jauh sekali jika dibandingkan perolehan nilainya.
Sikap gotong royong pada peserta didik mulai berkembang walaupun dari perolehan nilai
belum menujukkan peningkatan yang signifikan. Tetapi peserta didik sudah menunjukkan
nilai-nilai yang ada di Profil Pelajar Pancasila dalam hal gontong royong.
Siklus 2
Data Aktivitas Gotong Royong Pada Pembelajaran Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7 Nopember 2023 pada jam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SDN 10 Sengoret kelas III. Peserta didik
yang beragama Katolik dikelas III berjumlah 18 orang. Siklus 2 tersebut dilaksanakan 1 kali
pertemuan selama 3 jam pelajaran. Setelah melaksanakan siklus 2 maka dapat diperoleh data
sebagai berikut:

Tabel 4.3 Sikap Kerja Sama dan Gotong Royong dalam kelompok Siklus 2
Kriteria Penilaian Skor Skor Perolehan %

Peserta didik mampu bekerjasama dengan 4 11 62,5%


anggota kelompoknya dan terbuka dalam
menerima ide anggota kelompok yang lain
Peserta didik kurang mampu bekerja sama 3 12 25%
dengan siapa pun namun terbuka dalam
menerima sesuatu yang baru
Peserta didik mampu bekerjasama dengan 2 2 12,5%
siapa pun namun kurang terbuka dalam
menerima sesuatu yang baru
Peserta didik kurang mampu bekerjasama 1 - -
dengan siapapun dan kurang terbuka dalam
menerima sesuatu yang baru

SB= 11 orang, B= 5 orang, B= 2 orang


Nilai = Jumlah skor perolehan 4
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

Kriteria Penilaian
Kriteria Rentang Nilai
SB (Sangat Baik) 3,01 – 4,00
B (Baik) 2,01 – 3,00
C (Cukup) 1,01 – 2,00
D (Kurang/Perlu bimbingan) 0,10 – 1,00

Data Capaian Hasil Pembelajaran Siklus 2


Berdasarkan data perolehan nilai diatas bila dijumlahkan seluruh nilai rata-rata kelas
adalah 1.529 dibagi jumlah peserta didik ( 18 orang) didapat nilai rata-rata kelas adalah 84,94.
Dengan demikian bila nilai KKM adalah 75,00 maka secara klasikal telah mencapai nilai
ketuntasan kelas. Perolehan nilai peserta didik di Siklus 2 membuktikan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil
belajar peserta didik materi Gereja ( Sakramen Ekaristi) kelas III fase B di SDN 10 Sengoret.
Dan ternyata dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning target
ketercapaian dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik tercapai dalam materi Gereja (
Sakramen Ekaristi) di SDN 10 Sengoret.
Namun secara individual masih ditemukan dua peserta didik memperoleh nilai
dibawah KKM 75, sehingga ketuntasan menjadi 90% dari 18 orang peserta didik. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan nilai sehingga ketuntasan mencapai 90%, model
pembelajaran Problem Based Learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas III di SDN 10 Sengoret dan target ketercapaian pun tercapai. Dalam siklus 2 ini peneliti
menggunakan modul ajar 2 yang materi elemen Gereja ( Sakramen Ekaristi) menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning, dengan target ketercapaian Mahir 60%, Baik
30%, layak 10% dan Belum Berkembang 0%.
Dapat disimpulkan oleh peneliti dalam siklus 2 ini, penerapan metode Problem Based
Learning menjadikan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas III fase B SD Negeri 10 Sengoret dalam
materi Gereja (Sakramen Ekaristi), langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based
Learning dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar peserta Materi
Gereja ( Sakramen Ekaristi) Pada fase B kelas III di SDN 10 Sengoret. Dan Model
Pembelajaran Problem Based Learning mampu mencapai ketercapaian target pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik melalui Materi Gereja ( Sakramen Ekaristi) Pada fase B kelas III
di SDN 10 Sengoret.

375 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

Perkembangan Siklus 1 dan Siklus 2


4.3.1 Perkembangan Aktivitas Gotong Royong dari Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru pengamat pada aspek gotong
royong dalam kegiatan diskusi kelompok diperoleh hasil yang positif. Dibandingkan dengan
hasil pengamatan aspek gotong royong pada siklus 1, pada siklus 2 ditemukan adanya
peningkatan.
Pada siklus 2 ditemukan ada 62,5 % siswa atau 11 dari 18 peserta didik memperoleh
kriteria sangat baik sudah mencapai pemahaman dan mampu bekerjasama dengan anggota
kelompoknya dan terbuka dalam menerima ide anggota kelompok yang lain. Terdapat 25 %
atau 5 dari 18 peserta didik memperoleh kriteria baik dengan kriteria kurang mampu bekerja
sama dengan siapa pun namun terbuka dalam menerima sesuatu yang baru. Dan ditemukan 12,
5% atau 2 dari 18 peserta didik yang masih dalam kategori cukup, mampu bekerjasama dengan
siapa pun namun kurang terbuka dalam menerima sesuatu yang baru.
Dari hasil pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan peserta didik dalam melakukan kerja sama dan gotong royong untuk
memecahkan masalah dalam diskusi. Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based
Learning mampu meningkatkan nila-nilai kerja sama dan gontong royong peserta didik, sesuai
dengan kriteria yang tercantum dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ( P.5).

Perkembangan Perolehan Nilai dari Siklus 1 dan Siklus 2


Dari hasil pembelajaran berupa nilai yang diperoleh melalui pengerjaan LKPD yang
dilakukan setelah proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2 ditemukan
adanya peningkatan hasil belajar.
Pada siklus 1 perolehan nilai peserta didk pada kategori mahir dengan nilai 86-100 adalah 50%
atau 9 dari 18 orang peserta didik. Sedangkan pada siklus 2 peserta didik dengan kategori
mahir( 86-100) adalah 60% atau 11 dari 18 peserta didik. Dengan demikian pada kategori
mahir terjadi peningkatan sebesar 10% pada siklus 2. Pada kategori cakap, secara persentasi
tetap bertahan dengan perolehan 35% atau 5 dari 18 peserta didik. Pada kategori layak juga
bertahan perolehan presentasinya yakni 10% atau 2 dari 18 peserta didik. Pada kategori baru
berkembang mengalami penurunan disiklus 2, di siklus 1 Perolehan nilai dengan kriteria baru
berkembang ada 5% atau 1 dari 18 peserta didik, atau masih ada yang memperoleh nilai baru
berkembang, tetapi dalam siklus 2 mengalami penurunan menjadi 0% yang memperoleh baru
berkembang. Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah kategori baru berkembang menjadi
0%, jadi ada peningkatan nilai hasil belajar pada siklus 2.
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

Dengan membandingkan hasil peroleh nilai yang didapat oleh peserta didik dari siklus
1 dan siklus 2 peneliti dapat memberikan pernyataan bahwa penerapan metode Problem Based
Learning hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti di kelas III SD Negeri 10 Sengoret mengalami peningkataan, langkah-langkah Model
Pembelajaran Problem Based Learning dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan
hasil belajar peserta Materi Gereja ( Sakramen Ekaristi) Pada SDN 10 Sengoret. Dan Model
Pembelajaran Problem Based Learning mampu mencapai ketercapaian target pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik melalui Materi Gereja (Sakramen Ekaristi) Pada SDN 10 Sengoret
sesuai modul ajar 2 peneliti.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning Di Kelas III Fase B SDN 10
Sengoret, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode PBL dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan nilai peserta didik dari siklus 1 yang semakin meningkat pada siklus 2.
Peningkatan hasil belajar terjadi secara individual dan secara klasikal.
2. Langkah – langkah model pembelajaran Problem Based Learning dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mampu meningkatkan hasil
belajar peserta didik, kerja sama dan gontong royong peserta didik, serta mampu
menumbuhkan kreatif, keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran belangsung.
3. Penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran Agama Katolik dan
Budi Pekerti mampu membantu peneliti mencapai target ketercapain yang 60% mahir,
30%, cakap, 10% layak, 0% mulai berkembang.
4. Penerapan metode Problem Based Learning yang juga mampu meningkatkan dimensi
gotong royong peserta didik. Hal terlihat pada adanya perkembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kerjasama dan keterbukaan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah pemebelajaran yang dilakukan dalam diskusi kelompok.
Saran
Berdasarkan penelitian Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning Di Kelas III Fase B SDN 10
Sengoret, peneliti memberikan saran terhadap berbagai pihak yaitu.

377 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023


e-ISSN : 2963-9336, p-ISSN 2963-9344, Hal 362-379

1. Bagi Guru
Guru hendaknya mencoba berbagai metode dalam pembelajan guna meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan
metode Problem Based Learning dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi Peserta Didik
Peserta didik hendaknya semakin aktif dalam proses pembelajaran dan kreatif mencari
sumber belajar agar semakin dapat memecahkan persolan-persoalan dalam pembelajaran.
Metode PBL menuntut keterlibatan aktif peserta didik.
3. Bagi Sekolah
Metode Problem Based Learning diharapkan dapat menjadi rekomendasi oleh sekolah
untuk dapat diterapkan pada setiap mata Pelajaran. Penerapan ini diharapkan untuk dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada setiap mata Pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman, (2009), Interaksi dan Motivasi Mengajar, Jakarta: Raja Wali

Eni Roni Sari Sembiring, (2022), Penerapan Model Problem Based Learning Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Untuk Memahami Materi Bunuh Diri dan
Euthanasia Di Kelas XI MIPA2 Cahaya Medan Tahun Pelajaran 2021/2022. Diunduh
12 Juli 2023, Dari http://jurnal.yayasanseramal.id/index.php/QVJ/index)

Irwanto dkk, (2009), Dasar-Dasar Psikologi Umum, Jakarta: Studio Press

Kamidi dkk. (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Malang: Universitas Negeri Malang

Rahmadani, Normala N dan Indri Anugraha Heni, (2017) Peningkatan Akativitas Belajara
Matematika Melalui Prblem Baseb Learning Bagi Siswa Kelas 4 SD, PGSD
Universitas Kristen Satya Wacana

Sudjana, Nana, (1995), Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

Syah, Muhidin, (1999), Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana

Salam, Buhanuddin, (2002), Pengantar Pedagogik, Jakarta: Renika Cipta

Shoimin, Aris, (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta:
Ar-ruzz Media

Taufif, Amir M, (2009), Inovasi Pendidikan Melalui PBL, Jakarta: KencanaPranada Media

Tohirin, (2006), Psikologi Pembelajaran Islam, Jakarta: Raja Gravindo


Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Melalui Penerapan Metode
Problem Based Learning Di Kelas Iii Fase B SDN 10 Sengoret

Ukur Damani, Rah, (2020), Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik Melalui
Model Pembelajaran Berbasih Masalah, Jurnal Global Edukasi Vol.4 No.1. Diunduh
12 Juli 2023 dari: http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JGE

379 SEMNASPA - VOL. 4 NO. 2 NOVEMBER 2023

You might also like