Copyright ©2021 ARCADE:This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.
0 International License[CC BY SA]
KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI PADA DESAIN RUANG GALERI
MENGGUNAKAN DIALUX EVO 9.2
(Studi Kasus: Desain Perancangan Gedung Pusat Pertunjukan Seni Dan
Budaya di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur)
Fenny Kartika Pratiwi1, Etty R. Kridarso2*, Julindiani Iskandar3
1,2,3 Program Studi Sarjana Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta Barat
Informasi Naskah: Abstract: The Gallery in the design of the Center for the Performing Arts and Culture has a
Diterima: function as an art exhibition using natural or artificial lighting by having standard of light intensity
23 Mei 2021 based on the Indonesian National Standard 03-6575-2001 Light Strength in the Gallery is 500
Lux and Greenship Rating Tools from Green Building Council Indonesia (GBCI), the minimum
Direvisi: standard for natural lighting areas is 30% of the total area. The purpose of this research was to
1 Juni 2021 determine the design of the gallery according to the standards based on the simulation results
Disetujui terbit: using these standards as a reference for assessment identification. Writing with quantitative
12 September 2021 methods using DIALux Evo 9.2 software for building simulation by adjusting the coordinates of
the building location, 3D building, and the effective hours from the sun source in the morning
Diterbitkan: (06.00 WIB & 08.00 WIB), afternoon (12.00 WIB & 14.00 WIB), and evening (16.00 WIB). The
Cetak: simulation results contains lux calculations, lighting contours, and lighting distribution. Based
30 November 2021 on the analysis, the gallery has complied the standard of natural lighting needs around 08.00
WIB to 16.00 WIB and the distribution of lighting is 42-76% based on factors in the form of size,
Online shape, dimensions of light openings, and building orientation. The results are used as the basis
30 November 2021 for the layout of the exhibition and artificial lighting points.
Keyword: Gallery, Natural Lighting, DIALux Evo 9.2
Abstrak: Ruang Galeri pada desain Gedung Pusat Pertunjukan Seni dan Budaya memiliki
fungsi sebagai ruang pameran karya seni dengan memanfaatkan pencahayaan alami ataupun
buatan dengan standar kuat intensitas cahaya berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-
6575-2001 Kuat Cahaya dalam Ruang Galeri yaitu 500 Lux dan Greenship Rating Tools dari
Green Building Council Indonesia (GBCI) yaitu standar minimal untuk area pencahayaan alami
adalah 30% dari total area. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui desain ruang galeri sesuai
standar berdasarkan hasil simulasi menggunakan standar tersebut sebagai acuan identifikasi
penilaian. Penulisan dengan metode kuantitatif menggunakan perangkat lunak untuk simulasi
bangunan yaitu DIALux Evo 9.2 dengan mengatur koordinat lokasi bangunan, 3D bangunan,
dan jam efektif pencahayaan dari sumber matahari yaitu pagi hari (06.00 WIB & 08.00 WIB),
siang hari (12.00 WIB & 14.00 WIB), dan sore hari (16.00 WIB). Data hasil simulasi berupa
perhitungan lux, kontur penerangan, dan distribusi pencahayaan. Berdasarkan hasil analisis
perangkat lunak, ruang galeri sudah memenuhi standar yaitu sekitar pukul 08.00 WIB hingga
16.00 WIB dan pesebaran pencahayaan 42-76% berdasarkan faktor ukuran, bentuk, dimensi
bukaan cahaya pada ruangan dan orientasi bangunan. Hasil analisis digunakan sebagai dasar
tata letak pameran dan titik pencahayaan buatan.
Kata Kunci: Ruang Galeri, Pencahayaan Alami, DIALux Evo 9.2
PENDAHULUAN memanfaatkan pencahayaan alami. Karena tidak
Desain perancangan Gedung Pusat Pertunjukan ada ketentuan tertentu untuk harus menggunakan
Seni dan Budaya di Taman Mini Indonesia Indah, pencahayaan buatan, selain itu juga dapat
Jakarta Timur memiliki beberapa fungsi ruang menghemat penggunaan energi listrik. Salah satu
dengan standar pencahayaan yang berbeda-beda, ruang memiliki keunikannya sendiri yaitu ruang
antara lain ruang pertunjukan, ruang latihan, galeri, dikarenakan memiliki kebutuhan
auditorium dan ruang galeri atau pameran. Pada pencahayaan dengan nilai renderasi sangat tinggi
ruang pertunjukan menggunakan pencahayaan sampai 100% sehingga barang ataupun material
buatan untuk keperluan keindahan panggung, lainnya secara visual dapat menampilkan tekstur
sementara ruang latihan, audiotorium dan galeri material maupun warna dengan nyata dan detail.
310 Jurnal Arsitektur ARCADE: Vol. 5 No.3, November 2021
Copyright ©2021 ARCADE:This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License[CC BY SA]
Kebutuhan pencahayaan tersebut dapat Bagian Efisiensi dan Konservasi
memanfaatkan pencahayaan alami dari matahari Energi atau Energy Efficient &
untuk mendukung faktor renderasi sampai 100%, conservation (EEC) 2 mengenai
performasi, suasana ruang dan kenyamanan visual pencahayaan alami yaitu
mendukung desain bangunan untuk
pada ruang galeri yang digunakan untuk pameran
penggunaan pencahayaan alami
suatu karya seni baik itu karya kriya, lukisan, ataupun secara optimal dan untuk
barang seni lainnya. Tidak semua karya seni mengurangi konsumsi energi.
memiliki ketahanan terhadap sinar matahari Optimasi penggunaan
sehingga mempengaruhi pengelolaan dalam tata pencahayaan alami mencapai 30%
letak karya seni, maka disarankan untuk tentatif dan dari luas area lantai dengan kuat
tidak permanen dalam sirkulasi menyesuaikan penerangan mencapai 300 lux
kebutuhan dan syarat setiap karya seni.
Penulisan ini untuk menentukan parameter yang METODOLOGI PENELITIAN
akan dikaji yaitu pencahayaan alami berdasarkan Penggunaan metode kuantitatif menggunakan
hasil dari perancangan pada ruang galeri simulasi perangkat lunak DIALux Evo 9.2 dengan
menggunakan perangkat lunak DIALux Evo 9.2 dari langkah-langkah penelitian mengenai analisis
data tugas akhir perancangan Gedung Pusat pencahayaan alami ruang galeri pada perancangan
Pertunjukan Seni dan Budaya di Taman Mini Tugas Akhir Gedung Pertunjukan Seni dan Budaya
Indonesia Indah, Jakarta Timur. Dengan metode di TMII, Jakarta Timur.
kuantitatif. Perangkat lunak DIALux Evo 9.2
merupakan aplikasi simulasi bangunan terhadap
sistem pencahayaan hingga menghasilkan suatu
data analisis yang akan dibutuhkan untuk
mengetahui penyebaran, jangkauan, kontur, dan
kuat pencahayaan, kemudian disesuaikan dengan
standar pencahayaan alami yang digunakan untuk
mengetahui kesesusaian perancangan ruang galeri
dengan penerapan orientasi, ukuran, bentuk dan
dimensi bukaan untuk pencahayaan. Gambar 1. Diargram Alur Analisis Pencahayaan Alami
A. Perancangan Gedung Pusat Pertunjukan Seni
TINJUAN PUSTAKA dan Budaya
Peran pencahayaan alami dalam suatu ruangan juga Penelitian pencahayaan alami pada ruang galeri
dapat meminimalisir konsumsi energi listrik berupa berdasarkan perancangan tugas akhir Gedung
pencahayaan buatan pada bangunan yang pada Pusat Pertunjukan Seni dan Budaya berada di
umumnya hingga mencapai 45% penggunaan energi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur dengan
bangunan hanya pada pencahayaan saja. Ruang titik koordinat S -6°30'49.3" E 106°90'51.4" dari arah
galeri memiliki standar kuat pencahayaan hingga Utara berbatasan dengan Pemancingan Telaga
500 Lux dengan kelompok renderasi 1 (100%) Mina, arah barat berbatasan dengan kavling Taman
dengan temperatur warna antara warm (<3300 Budaya Tionghoa dan Museum Hakka, bagian Timur
Kelvin), Warm White (3300-5300 Kelvin) dan Cool berbatasan dengan permukiman, dan arah Selatan
Daylight (>5300 Kelvin) (Standar Nasional Indonesia berbatasan dengan lahan kosong.
03-6575-2001) dengan standar minimal area
pencahayaan alami adalah 30% dari luasan area
dalam ruangan (Greenship Rating Tools dari Green
Building Council Indonesia (GBCI).
Tabel 1. Standar Pencahayaan Alami pada Ruang
Jenis Ruang Ruang Galeri
Fungsi Ruang ruang pameran hasil karya seni dan
temporer (tidak permanen)
Standar Standar Nasional Indonesia 03-
Pencahayaan 6575-2001
Gambar 2. Kawasan TMII
Jenis ruang pameran memiliki Lokasi perencanaan terletak di Jl. Raya Mabes
standar kuat pencahayaan alami Hankam, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan
optimal 500 Lux, kelompok Cipayung, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta
renderasi 1 (100%) Regulasi lokasi tapak perencanaan:
Temperatur warna Warm (<3300
Luas Area : 72.000 m²
Kelvin), Warm White (3300-5300
Kelvin), Cool Daylight (>5300 KDB : 30%
Kelvin) KLB : 1,2
Greenship Rating Tools dari KB :4
Green Building Council Indonesia KDH : 45%
(GBCI) KTB : 40%
Fenny Kartika P, Etty R. Kridarso, Julindiani Iskandar: [Konsep Pencahayaan Alami pada Desain Ruang Galeri…] 311
Copyright ©2021 ARCADE:This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License[CC BY SA]
Pada desain perancangan: B. Spesifikasi Ruangan
KDB bangunan yaitu 21.400 m², KLB bangunan yaitu Spesifikasi ruang galeri berukuran 12,38 m²
24.320,5 m², dan KDH tapak yaitu 32.495 m².
Perancangan bangunan tidak menggunakan
besmen melainkan gedung parkir dengan bangunan
utama memiiliki 3 lantai dan gedung parkir 4 lantai.
Gambar 2. Denah dan Ukuran Ruang Galeri
Tabel 2. Spesifikasi Ruangan Galeri
Warna dan
Spesifikasi Karakteristik
Material
Selubung Dinding Pasif Dinding bata
Ruang & Selubung dengan cat putih
Gambar 3. Denah Lantai Dasar
Transparan Dinding Low-E
Ruang galeri terletak pada lantai kedua bangunan (Arah Utara) Glass
atau lantai satu dibagian sisi timur bangunan dengan
Dinding Pasif Dinding bata
bukaan kearah utara dan selatan.
& Selubung dengan cat putih
Transparan Dinding Low-E
(Arah Glass
Selatan)
Ruang Galeri Dinding Pasif Dinding bata
(Arah Barat) dengan cat putih
Dinding Pasif Dinding bata
& Selubung dengan cat putih
Transparan Dinding Low-E
(Arah Timur) Glass
Langit – Penutup Atas Panel cat putih
Langit Ruang dengan hanging
point
Gambar 4. Denah Lantai 1 Alas Lantai Lantai beton
dengan coating
C. Spesifikasi Bukaan Cahaya pada Ruangan
Ruang galeri pada perancangan Gedung Pusat
Pertunjukan Seni dan Budaya memiliki bukaan
cahaya dengan material kaca rendah emisi
(Low-E Glass) yang mengelilingi ruangan
Ruang Galeri
dengan tinggi kaca yaitu 9 meter.
Gambar 5. Denah Lantai 1 bagian Keyplan A
Ruang Galeri
Gambar 6. Potongan B-B’ Gambar 3. Tanda Dinding Kaca
312 Jurnal Arsitektur ARCADE: Vol. 5 No.3, November 2021
Copyright ©2021 ARCADE:This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License[CC BY SA]
5. Memasukkan data jam efektif pencahayaan
alami yaitu
• Pagi hari (6.00 WIB & 8.00 WIB)
Gambar 4. Ilustrasi Ruang Galeri
• Siang hari (12.00 WIB & 14.00 WIB)
D. Simulasi dengan Perangkat Lunak DIALux Evo
• Sore hari (16.00 WIB)
9.2
Lalu memulai simulasi analisis pada ruangan
Berdasarkan data spesifikasi ruang galeri dan
bukaan cahaya dari perancangan tugas akhir
Gedung Pusat Pertunjukan Seni dan Budaya
akan disimulasikan dengan perangkat lunak
DIALux Evo 9.2 dengan memperhatikan jam
efektif datangnya cahaya matahari. Simulasi
perangkat lunak ini menghasilkan data analisis
kuantitaf berupa penyebaran, jangkauan jarak,
kuat penerangan alami dan kontur cahaya 6. Membuka data analisis dari DIALux untuk
alami, sehingga perlu melakukan beberapa kali dapat melihat data penyebaran, jangkauan,
simulasi berdasarkan jam efektif untuk kontur, dan kuat penerangan cahaya alami.
menghasilkan kesimpulan berdasarkan 5
perbandingan dan kesesuaian dengan standar
6
pencahayaan alami.
Langkah-Langkah Perangkat lunak DIALux Evo
9.2 :
Tabel 3. Langkah-Langkah Simulasi Perangkat
Lunak DIALux Evo 9.2
Langkah – Langkah Simulasi Bangunan
dengan DIALux HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Membuka program DIALux Data analisis berdasarkan simulasi perangkat lunak
2. Memulai proyek baru, lalu meng-import data DIALux Evo 9.2 dengan titik koordinat lokasi berserta
denah bangunan yang sudah dibuat dengan jam efektif matahari yang telah ditentukan yaitu pukul
autocad 06.00 WIB, 08.00 WIB, 12.00 WIB, 14.00 WIB, dan
16.00 WIB maka dapat diklasifikasikan kuat
penerangan minimum, kuat penerangan maksimum,
presentase luas area ruangan yang terkena cahaya
matahari dan jangkauan cahaya masuk kedalam
ruangan untuk menjadi data kuantitaf.
Tabel 4. Hasil Perangkat Lunak DIALux Evo 9.2
Hasil Simulasi
DIALux (Kontur dan
Jam Kesimpulan
Jangkauan
Pencahayaan Alami)
06.00 - Kuat
3. Memastikan arah orientasi mata angin
WIB penerangan
bangunan
minimum: 0.00
4. Memasukkan titik koordinat lokasi ruang atau
Lux
bangunan
- Kuat
penerangan
maksimum: 0.00
Lux (<500 Lux)
- Luas area
terkena cahaya
alam: 0%
- Jangkauan
cahaya:
0 meter
5. Mulai membuat 3D ruangan
Fenny Kartika P, Etty R. Kridarso, Julindiani Iskandar: [Konsep Pencahayaan Alami pada Desain Ruang Galeri…] 313
Copyright ©2021 ARCADE:This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License[CC BY SA]
8.00 - Kuat Seni dan Budaya di Taman Mini Indonesia Indah di
WIB penerangan Jakarta Timur berdasarkan simulasi DIALux Evo 9.2
minimum: 0.00 menghasilkan kesimpulan jam optimal yang sesuai
Lux dengan Standar Nasional Indonesia 03-6575-2001
- Kuat mengenai Pencahayaan Alami pada Ruang Galeri
penerangan mencapai 500 Lux yaitu pada pukul 08.00 WIB,
maksimum: 538 12.00 WIB, 14.00 WIB, dan 16.00 WIB, dan yang
Lux (>500 Lux) memenuhi Greenship Rating Tools dari Green
- Luas area Building Council Indonesia (GBCI) Bagian Efisiensi
terkena cahaya dan Konservasi Energi atau Energy Efficient &
alami: 42% Conservation (EEC) 2 yang lebih dari 30% luas area
- Jangkauan yaitu pada pukul 08.00 WIB adalah 42% luas area,
cahaya: pukul 12.00 WIB adalah 76% luas area, pukul 14.00
8 meter WIB adalah 68% luas area, dan pukul 16.00 WIB
12.00 - Kuat adalah 54% luas area dengan kuat penerangan lebih
WIB penerangan dari 500 lux.
minimum: 0.00 Tidak semua karya seni dapat terpapar oleh cahaya
Lux matahari langsung, dikarenakan oleh kemungkinan
- Kuat sifat barang yang rentan, resiko pemudaran warna,
penerangan ataupun kekuatan dari karya seni. Maka dari hasil
maksimum: 958 simulasi DIALux Evo 9.2 dapat menghasilkan suatu
Lux (>500 Lux) desain alternatif penataan ruang pameran karya seni
- Luas area yang terhindar dari matahari langsung. Berdasarkan
terkena cahaya jam simulasi yang area ini tidak pernah terjangkau
alami: 76% oleh cahaya alami.
- Jangkauan Area yang diarsir adalah area yang maksimal untuk
cahaya: menghindari sinar matahari langsung dengan
25 meter memanfaatkan penggunaan material komponen
14.00 - Kuat yang sementara dan tidak permanen seperti bidang
WIB penerangan partisi dari berbagai material ataupun tirai yang
minimum: 0.00 dapat dimanfaatkan untuk tata letak pameran.
Lux
- Kuat
penerangan
maksimum:
1103 Lux (>500
Lux)
- Luas area
terkena cahaya
alami: 68%
- Jangkauan
cahaya:
26 meter
16.00 Kuat Gambar 4. Alternatif Penempatan Partisi pada Ruang
WIB penerangan Galeri
minimum: 0.00 Selain itu juga diperlukan penataan lampu buatan
Lux untuk area yang kuat penerangannya tidak sampai
Kuat 500 Lux menggunakan lampu dengan sensor
penerangan intensitas cahaya yang pengaturan sensor tersebut
maksimum: 525 menyesuaikan kuat penerangan ruang galeri
Lux (>500 Lux) berdasarkan SNI 03-6575-2001 yaitu 500 Lux.
Luas area Maka apabila ruangan tidak mencapai 500 Lux
terkena cahaya dalam suatu waktu, lampu akan otomatis
alami: 54% menyesuaikan kebutuhan intensitas cahaya yang
- Jangkauan kurang.
cahaya:
16 meter UCAPAN TERIMA KASIH
Tempat Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen
pamerannya KBK Teknologi Bangunan & Lingkungan, FTSP,
KESIMPULAN Universitas Trisakti yang telah memberikan
Data analisis pencahayaan alami pada perancangan bimbingan dalam penelitian dan Dr. Ir. Etty R.
tugas akhir perancangan Gedung Pusat Pertunjukan Kridarso, M.T. yang telah membantu dalam
314 Jurnal Arsitektur ARCADE: Vol. 5 No.3, November 2021
Copyright ©2021 ARCADE:This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License[CC BY SA]
penyusunan penulisan penelitian ini berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arvind, K. (2001). Climate responsive architecture: a
design handbook for energy efficient buildings.
Tata McGraw-Hill Education.
Bayu, A., Utami, S., & Kholid, M. (Mei 2014). Analisis
Kualitas Pencahayaan Menggunakan Pemodelan
Numeris Sesuai SNI Pencahayaan, Data
Pengukuran Langsung (On Site) dan Simulasi.
TEKNOFISIKA, Vol.3 No. 2, 63-71.
Green Building Council Indonesia. (2013, April).
GREENSHIP New Building Vesion 1.2.
Kamaruddin, M., Arief, Y., & Ahmad, M. (2016). Energy
Analysis of Efficient Lighting System Design for
Lecturing Room Using DIAlux Evo 3. Appl. Mech.
Mater., vol. 818, 174–178,
doi:10.4028/www.scientific.net/amm.818.174.
Mandala, A. (2019). Lighting Quality in the Architectural
Design Studio (Case Study: Architecture Design
Studio at Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, Indonesia). IOP Conf. Ser. Earth
Environ. Sci., vol. 238, no. 1, doi: 10.1088/1755-
1315/238/1/012032.
Mavromatidis, L., Marsault , X., & Lequay, H. (2013).
Daylight factor estimation at an early design stage
to reduce buildings’ energy consumption due to
artificial lighting: A numerical approach based on
Doehlert and Box-Behnken designs. Energy, vol.
65, 488–502, doi: 10.1016/j.energy.2013.12.028.
Satwiko, P. (2011). Pemakaian Perangkat Lunak Dialux
Sebagai Alat Bantu Proses Belajar Tata Cahaya.
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI Volume 9, Nomor
2, 142-154.
SNI 03-6575-2001. (2001). Tata Cara Perancangan
Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan
Gedung.
Wati, E. (April 2021). Penggunaan Software Optimasi
Pencahayaan Sebagai Media Pembelajaran
Mata Kuliah Fisika Bangunan. SAP (Susunan
Artikel Pendidikan) Vol. 4 No. 3.
Wijaya, D., Utami , G., & Prayitno, B. (2019). Optimization
of Natural and Artificial Lighting System Design in
the Library of the Faculty of Economics and
Business, Universitas Gadjah Mada. ICETAS,
doi: 10.1109/ICETAS48360.2019.9117347.
Fenny Kartika P, Etty R. Kridarso, Julindiani Iskandar: [Konsep Pencahayaan Alami pada Desain Ruang Galeri…] 315