0% found this document useful (0 votes)
4 views9 pages

Alur Tata Laksana Pencegahan Transmisi Covid-19 Unit Dialisis

Semoga bermanfaat

Uploaded by

andi budiono
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
4 views9 pages

Alur Tata Laksana Pencegahan Transmisi Covid-19 Unit Dialisis

Semoga bermanfaat

Uploaded by

andi budiono
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

Alur tata laksana Pencegahan Transmisi Covid-19 Unit Dialisis

RS SENTOSA BOGOR

1. Panduan Umum Skrining untuk mengurangi Transmisi COVID-19


Unit dialisis sebaiknya melakukan skrining terhadap pasien, staf, dan pengunjung unit
dialisis yang memiliki kondisi sebagai berikut:
- Gejala dari infeksi saluran nafas, seperti demam, batuk, sesak atau nyeri
tenggorokan
- Memiliki kontak dengan orang dalam pemantauan dan atau pengawasan untuk
COVID 19
- Memiliki riwayat bepergian ke negara atau daerah dengan penyebaran COVID 19
dalam (sesuai ketetapan Kemenkes RI) 14 hari terakhir
- Tinggal di tempat atau daerah yang sedang terjadi penyebaran COVID 19 berbasis
komunitas
Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Panduan pasien Dialisis
- Unit dialisis harus mengidentifikasi pasien dengan gejala infeksi saluran nafas
sebelum masuk ke dalam area perawatan
- Pasien dengan gejala infeksi pernapasan harus memakai masker wajah (masker
bedah) saat memasuki area perawatan dan tetap memakai sampai mereka
meninggalkan unit dialisis
- Pasien harus memberi tahu staf tentang gejala demam atau pernapasan segera
setelah tiba di unit dialisis (pada saat registrasi di meja pendaftaran)
Unit dialisis juga sebaiknya memeriksa suhu tubuh pasien
- Meminta pasien menelepon terlebih dahulu untuk melaporkan mengenai adanya
demam atau gejala pernapasan sehingga dapat dipersiapkan sesuai prosedur
sebelum pasien datang
- Pasang tanda-tanda di pintu masuk dengan instruksi: kepada pasien dengan demam
atau gejala infeksi pernapasan untuk memberitahukan dan mengingatkan staf
dialisis sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat dilaksanakan
- Unit Dialisis harus memberikan instruksi kepada pasien dan staf dialisis (dalam
bahasa yang sesuai dan mudah dimengerti) tentang kebersihan tangan, pernapasan,
dan etika batuk
Instruksi harus mencakup cara menutupi hidung dan mulut saat batuk atau bersin,
membuang alat dan bahan yang terkontaminasi dalam wadah limbah, serta
bagaimana dan kapan mencuci tangan dengan baik dan benar
- Unit Dialisis harus memiliki persediaan alat kesehatan yang mencukupi untuk
memastikan kepatuhan terhadap kebersihan tangan, pernapasan, serta etika batuk.
Ini termasuk tisu dan wadah tanpa sentuhan untuk pembuangan tisu dan
perlengkapan kebersihan tangan lainnya
- Pengunjung/ keluarga dengan tanda dan gejala infeksi menular (demam,
menunjukkan tanda dan gejala penyakit menyerupai influenza) harus menunda
kunjungan sampai kondisinya tidak berpotensi menularkan penyakit (24 jam
setelah bebas demam tanpa obat penurun panas)
- Pasien Dialisis dilarang sementara menggunakan fasilitas transportasi publik
menuju dan pulang dari pusat pelayanan dialisis

3. Panduan untuk Staff Dialisis


Penapisan yang sama dilakukan untuk pengunjung harus diterapkan untuk staf unit
dialisis:
A. Staf dialisis yang memiliki tanda-tanda dan gejala infeksi pernapasan sebaiknya
segera melapor ke unit kerja masing-masing
B. Unit dialisis harus menerapkan kebijakan cuti sakit yang fleksibel dan konsisten,
dengan kebijakan kesehatan masyarakat yang memungkinkan anggota staf yang
sakit tinggal di rumah
C. Setiap anggota staf yang mengalami tanda-tanda dan gejala infeksi pernapasan,
harus :
- Segera hentikan pekerjaan (jika sedang bekerja), kenakan masker wajah,
dan isolasi diri di rumah
- Beri tahu tenaga administrasi unit dialisis, dan kumpulkan informasi
tentang individu yang bersangkutan, peralatan, dan lokasi serta riwayat
kontak ; dan Ikuti rekomendasi penanganan kasus terduga COVID 19
setempat untuk langkah selanjutnya
D. Semua staf dialisis (tim kerja unit dialisis) yang terdiri dari dokter, perawat dan
teknisi harus mendapat pelatihan (in house training) mengenai update
pengetahuan mengenai epidemi COVID 19 meliputi risiko infeksi, pencegahan
dan panduan terbaru mengenai COVID 19 dari pemerintah ataupun organisasi
profesi. Nama-nama staf yang sudah mengikuti dan belum mengikuti pelatihan
harus dicatat dan didokumentasikan dengan baik
E. Jadwal jam makan staf dialisis harus berbeda-beda untuk masing-masing staf
untuk menghindari aktivitas makan bersama antar staf di suatu ruangan tertentu.
Makan dan bercengkrama selama makan juga harus dihindari untuk
meminimalisir transmisi melalui droplet

4. Panduan Ruangan Pelayanan

Definisi Kasus
Definisi operasional pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional kasus COVID-19
yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi, kontak erat

1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu kriteria
epidemiologis:
Kriteria Klinis:
 Demam akut (≥ 380C)/ riwayat demam* dan batuk;
ATAU
 Terdapat 3 atau lebih gejala/ tanda akut berikut:
demam/ riwayat demam*, batuk, kelelahan (fatigue),sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat*, sesak nafas, anoreksia/ mual/
muntah*, diare, penurunan kesadaran
DAN
Kriteria Epidemiologis:
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau bekerja di
tempat berisiko tinggi penularan**; ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau bepergian
di negara/ wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal***; ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan,
baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis, serta petugas yang melaksanakan
kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
b. Seseorang dengan ISPA Berat****,
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi kriteria epidemiologis
dengan hasil rapid antigen SARSCoV-2 positif****

2. Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut
a. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis DAN memiliki riwayat kontak erat dengan
kasus probable; ATAU terkonfirmasi; ATAU berkaitan dengan cluster
COVID-19*****
b. Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID-19******
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra penciuman) atau
ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang
dapat diidentifikasi
d. Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan
DAN
memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi, atau
berkaitan dengan cluster COVID-19*****

3. Kasus Konfirmasi:
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Seseorang dengan hasil RT-PCR positif
b. Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif
DAN
memenuhi kriteria definisi kasus probable ATAU kasus suspek (kriteria A atau B)
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif
DAN
Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable ATAUterkonfirmasi.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)

4. Kontak Erat: Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau
konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat

Catatan:
* Gejala/tanda yang dipisahkan dengan garis miring (/) dihitung sebagai satu
gejala/tanda
** Risiko tinggi penularan:
Kriteria yang dapat dipertimbangkan:
a. Ada indikasi penularan/tidak jelas ada atau tidaknya penularan pada tempat
tersebut
b. Berada dalam suatu tempat pada waktu tertentu dalam kondisi berdekatan
secara jarak (contohnya lapas, rutan, tempat pengungsian, dan lain-lain)
Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko lokal oleh dinas kesehatan
setempat.

***Negara/ wilayah transmisi lokal adalah negara/wilayah yang melaporkan adanya kasus
konfirmasi yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan kasus
tersebut. Negara transmisi lokal merupakan negara yang termasuk dalam klasifikasi kasus
klaster dan transmisi komunitas, dapat dilihat melalui situs
https://www.who.int/emergencies/diseases/ novel-coronavirus-2019 /situation-reports.
Wilayah transmisi lokal di Indonesia dapat dilihat melalui situs
https://infeksiemerging.kemkes.go.id.

**** ISPA Berat yaitu Demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam, dan batuk, dan tidak lebih
dari 10 hari sejak onset, dan membutuhkan perawatan rumah sakit.

**** Perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR. Rekomendasi WHO terkait


pemeriksaan rapid antigen SARS-CoV-2: (1) Memiliki sensitivitas > 80% dan spesifisitas
> 97% jika dibandingkan dengan RT-PCR; (2) Hanya digunakan dalam kondisi RT-PCR
tidak tersedia atau membutuhkan hasil diagnosis yang cepat berdasarkan pertimbangan
klinis; dan (3) hanya dilakukan oleh petugas terlatih dalam 5-7 hari pertama onset gejala.
***** Cluster COVID-19 didefinisikan sebagai sekumpulan individu bergejala
(memenuhi kriteria klinis A & B kasus suspek) dilihat dari aspek waktu, tempat, dan
paparan yang sama.
 Paparan terhadap minimal 1 orang yang terkonfirmasi positif dengan RT-PCR
 Paparan terhadap minimal 2 orang bergejala dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-
2 positif

****** Gambaran radiologis yang sugestif ke arah COVID-19:


 X-Ray toraks: hazy opacities yang terdistribusi di bagian basal dan perifer paru
 CT Scan toraks: opasitas ground glass multipel bilateral yang terdistribusi di bagian
basal dan perifer paru
 USG paru: penebalan pleural lines, B lines (multifocal, diskret, atau konfluens), pola
konsolidasi dengan atau tanpa air bronchograms

Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang,
berat dan kritis.

1. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.
2. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala
yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala
tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare,
mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul
sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan
immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas
menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada demam.
3. Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam,
batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 >
93% dengan udara ruangan ATAU Anak-anak : pasien dengan tanda klinis
pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan
dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia
1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
4. Berat / Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam,
batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres
pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.
ATAU
Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
 sianosis sentral atau SpO2<93% ;
 distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang
sangat berat);
 tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang.
 Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11
bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis.

5. Jenis Ruangan
a. Ruangan HD untuk pasien regular, pemisahan jadwal dengan kasus
terkonfirmasi

b. Ruangan Isolasi Airborne adalah ruang isolasi dengan tekanan negatif, sesuai
standar isolasi airborne
c. Ruangan Isolasi biasa adalah ruang terpisah, tanpa tekanan negatif, setara
dengan ruang isolasi hepatitis B, dengan pintu tertutup rapat

6. Penempatan Pasien
Tabel Penempatan Pasien Sesuai Kriteria Kasus

Bagi unit dialisis dengan fasilitas ruang isolasi airborne penuh atau tidak ada maka
perawatan pasien dialisis dapat dilakukan dengan “fixed dialysis care system”, yaitu:

1. Pengaturan pasien dan petugas

 Pasien rutin harus tetap melanjutkan hemodialisis di tempat asalnya dan tidak
boleh melakukan travelling HD/ pindah tempat dialisis
 Jadwal shift dialisis dan perawat HD yang menangani pasien harus sama. Hal ini
untuk mencegah kontaminasi dan infeksi silang
 Apabila transmisi lokal pada komunitas setempat diidentifikasi dan unit dialisis
setempat memberikan pelayanan dialisis pada lebih dari satu pasien dengan suspek
atau confirmed COVID 19, maka pasien tersebut dan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan harus dijadwalkan pada shift yang sama

2. Ruang isolasi hepatitis B dapat digunakan untuk mendialisis pasien apabila:

 Pasien dengan dugaan atau konfirmasi COVID 19 dengan antigen permukaan


hepatitis B (HbsAg) positif maka ruangan tersebut dapat digunakan untuk pasien
COVID-19 dengan Hepatitis B atau;
 Ruangan tersebut belum pernah digunakan untuk pasien hepatitis B (Bukan
COVID-19), maka dapat digunakan untuk pasien COVID- 19

3. Dalam keadaan tidak ada ruang isolasi airborne atau ruang isolasi biasa, tindakan HD
dapat dilakukan diluar jadwal HD rutin (shift ketiga) untuk meminimalisir paparan
terhadap pasien lain, kecuali dalam kondisi gawat darurat pasien dapat bersama
dengan pasien lain dengan pengaturan khusus ; Pasien harus ditempatkan di sudut
atau end-of-row. Pasien harus dipisahkan setidaknya 6 kaki (1,8 meter) dari mesin
pasien terdekat (di semua arah) dan mesin, alat medis, furniture serta alat tulis tidak
boleh dipakai oleh pasien lain sebelum dilakukan desinfeksi sesuai standar
4. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang dirawat di ICU yang dilengkapi dengan
fasilitas HD dan atau CRRT, maka HD dilakukan di ruang isolasi ICU tetapi
apabila tidak memiliki fasilitas tersebut maka pasien harus dirawat di sudut atau end-
of-row. Pasien harus dipisahkan setidaknya 6 kaki (1,8 meter) dari pasien terdekat (di
semua arah) dan dan mesin, alat medis, furniture serta alat tulis tidak boleh dipakai
oleh pasien lain sebelum dilakukan desinfeksi sesuai standar
5. Tindakan hemodialisis harus menggunakan dializer single use. Dalam kondisi
terpaksa dengan alasan ketidaktersediaan dializer atau jumlah dializer terbatas
maka dapat digunakan dializer reuse dengan syarat proses reuse dilakukan di ruangan
dan mesin atau alat reuse terpisah dari pasien biasa dan petugas reuse menggunakan
APD level 2

ALUR PELAYANAN HD RS SENTOSA BOGOR

Kategori Pasien curiga COVID-19 yang


akan dilakukan HD:

Pasien Konfirmasi
Hasil pemeriksaan
HD dilakukan di
Pasien dengan keluhan yang penunjang Hasil pemeriksaan
ruang regular
mengarah ke kasus mendukung (Ro swab Ag/ PCR positif
dengan jadwal
thorax, DL)
terpisah

Untuk pelaksanaan HD di unit Dialisis RS SENTOSA BOGOR


Mengingat sarana & prasarana saat ini maka:
1. Pada Pasien Konfirmasi positif covid 19 tindakan HD dilakukan di ruangan HD
regular dengan jadwal terpisah dengan pasien regular
2. Jadwal Shift Perawat Dialisis selama Pandemi yaitu :
1 orang perawat HD yang bersertifikat dijadwalkan 1 orang perminggu bergantian,
KHUSUS untuk menangani pasien HD jadwal khusus
3. Hemodialisa dilakukan setiap hari Rabu dengan satu shift pelayanan
Shift 1 ; jam 7 – 11 wib
4. Selama pelaksanaan HD Petugas HARUS menggunakan APD tingkat III
5. Alur pemakaian ada pelepasan APD diatur sesuai ketentuan RS
- Setelah pelaksanaan HD dilakukan Disinfektan (Sesuai PPI RS SENTOSA
BOGOR)
- Transmisi pasien disesuaikan dengan tim COVID 19 RS SENTOSA BOGOR

Mengetahui, Bogor, 8 Januari 2021


Direktur Penanggung Jawab Unit Hemodialisis
RS SENTOSA Bogor RS SENTOSA Bogor

Drg. Margaretha Kurnia, MKM dr. Merianti, Sp.PD


Daftar Pustaka

CDC. (2020). Interim Additional Guidance for Infection Prevention and


Control. Recommendations for Patients with Suspected or Confirmed
COVID-19 in Outpatient Hemodialysis Facilities | CDC.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/healthcarefacilities/
dialysis.html

Centers for Medicare & Medicaid Services. (2020). Guidance for Infection
Control and Prevention of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in dialysis
facilities. https://www.cms.gov/files/document/qso-20-19-esrd.pdf

Chinese Society of Nephrology. (n.d.). Recommendations for prevention and


control of novel coronavirus infection in blood purification center (room)
from the Chinese Medical Association Nephrology Branch. Retrieved March
15, 2020, from http://www.cjn.org.cn/EN/abstract/abstract3298.shtml#

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2020). Pedoman


Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) (4th ed.).
Kementerian Kesehatan RI.

Guidelines for Dialysis of COVID-19 Patients. Government of India.


Ministry of Health & Family Welfare. 2020.

Journal Pre-proof The Novel Coronavirus 2019 Epidemic and Kidneys The
Naicker, S., Yang, C.-W., Hwang, S.-J., Liu, B.-C., Chen, J.-H., & Jha, V.
(2020). Novel Coronavirus 2019 Epidemic and Kidneys. Kidney
International. https://doi.org/10.1016/j.kint.2020.03.001 ISPD: Strategies
regarding COVID-19 in PD Patients.2020

Panduan pencegahan transmisi COVID 19 di unit dialisis.PERNEFRI. April


2020

Pedoman Tatalaksana Covid-19. Edisi 3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia


(PDPI). Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
(PERDATIN). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Desember 2020

You might also like