Skripsi Full Wahyuni Syahdita
Skripsi Full Wahyuni Syahdita
SKRIPSI
OLEH :
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul:
Oleh:
WAHYUNI SYAHDITA PUTRI
NPM : 23.12.043
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan
dihadapan Komisi penguji Proposal pada ujian sidang Skripsi Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
Pembimbing,
ii
LEMBAR PERNYATAAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Peneliti
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Skripsi Ini Telah Diseminarkan di Depan Tim Penguji dan Diterima Sebagai
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
pada Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam
1. _________
2. _________
3. _________
Mengesahkan
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
Pakam.
3. Ns. Tati Murni Karo Karo, S.Kep, M.Kep Dekan Fakultas Keperawatan dan
Pakam.
5. Dr. Arif Sudjatmiko, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Grandmed Lubuk
Pakam.
v
6. Apt. Aminah. S, S.Farm, M.Farm selaku dosen pembimbing skripsi saya yang
7. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Institut Kesehatan Medistra yang telah
8. Kepada Kedua orang tua peneliti, Ayah tercinta dan Ibu tercinta, yang
senantiasa memberikan doa dan motivasi baik moril maupun materil kepada
kesempurnaan proposal ini. Namun demikian adanya, semoga proposal ini dapat
dijadikan acuan tindak selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
ilmu keperawatan.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9
2.1 Konsep Fraktur..................................................................................9
2.1.1 Definisi...................................................................................9
2.1.2 Etiologi...................................................................................9
2.1.3 Manifestasi Klinis...................................................................10
2.1.4 Patofisiologi............................................................................13
2.1.5 Klasifikasi...............................................................................14
2.1.6 Penatalaksanaan......................................................................15
2.2 Konsep Pembidaian...........................................................................16
2.2.1 Definisi...................................................................................16
2.2.2 Jenis........................................................................................16
2.2.3 Tujuan.....................................................................................17
2.2.4 Alat Untuk Pemasangan Bidai................................................17
2.2.5 Prinsip Dalam Pemasangan Bidai...........................................18
2.2.6 Mekanisme Pemasangan Bidai...............................................18
2.2.7 TeknikPemasangan Bidai.......................................................20
2.3 Konsep Skala Nyeri...........................................................................21
2.3.1 Definisi...................................................................................21
2.3.2 Klasifikasi...............................................................................21
2.3.3 Manajemen Nyeri...................................................................23
2.3.4 Skala Pengukuran Nyeri.........................................................24
2.4 Kerangka Teori..................................................................................28
2.5 Kerangka Konsep..............................................................................29
2.6 Hipotesis Penelitian...........................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................30
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................30
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................32
3.4 Kriteria Sampel................................................................................33
3.5 Instrumen Penelitian.........................................................................33
vii
3.6 Alur Penelitian.................................................................................34
3.7 Metode Pengumpulan Data..............................................................34
3.8 Variabel dan Definisi Operasional...................................................35
3.9 Metode Pengukuran.........................................................................36
3.10Metode Pengolahan Data.................................................................37
3.11Metode Analisa Data........................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................40
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur yaitu kerusakan semua kontinuitas pada tulang. Ada beragam jenis
fraktur berdasarkan tingkat keparahan dan lokasi fraktur. Adapun fraktur yang
terjadi pada semua kelompok usia, ini membuat kondisi umum pada orang yang
fraktur mengalami trauma secara terus menerus dan pada pasien yaitu lansia
pada bagian tubuh yang terkena cidera, muncul cemas akibat dari rasa sakit dan
rasa nyeri. Nyeri mengakibatkan jaringan sehat yang menimbulkan stress dari
yang harus segera diatasi dan apabila tidak diatasi maka akan membahayakan
tubuh atau menimbulkan efek saat proses penyembuhan dan dapat menyebabkan
kematian (Septiani, 2021). Nyeri dapat berdampak pada aktivitas sehari – hari
seperti gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas, personal hygine dan defisit
juta kasus fraktur di seluruh dunia, dengan tingkat prevalensi sebesar 12,7%.
Namun, pada tahun 2020, jumlah kasus fraktur meningkat menjadi 18 juta orang,
namun dengan tingkat prevalensi yang turun menjadi 7,5%. Fraktur ini bisa
tahun 2020, kecelakaan lalu lintas menunjukkan peningkatan dari 8,2% pada
tahun 2018 menjadi 9,2% pada tahun 2020, yang mengakibatkan fraktur pada
1
sekitar 5,5 juta orang. Mayoritas fraktur tersebut terjadi pada ekstremitas bawah,
mencapai 67,9%, dan di antaranya, fraktur ini lebih sering terjadi pada kelompok
terdapat sekitar 5,5 juta kasus fraktur, dimana mayoritas terjadi pada bagian
ekstremitas bawah, mencapai 67,9%. Fraktur ini lebih cenderung dialami oleh
kelompok usia lanjut atau lansia, mencapai sekitar 14,5%. Kebanyakan insiden
fraktur disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang tercatat sebanyak 45,987
penumpang sepeda motor 19,2%, pejalan kaki 4,3%, pengendara non-motor 2,7%,
menjalani tindakan operasi sebagai bagian dari penanganan kondisi ini (Moesbar,
2018). Penelitian oleh Karolus, Dudut, dan Febriani (2020) di RSUP H. Adam
Malik Medan pada tahun 2018 menemukan bahwa mayoritas fraktur terjadi pada
bagian ekstremitas bawah, dengan 196 pasien mengalami fraktur pada area ini. Di
mengalami fraktur pada ekstremitas atas, 31 orang mengalami fraktur pada bahu
tinggi di berbagai negara baik negara baik negara maju maupun berkembang.
Pada tahun 2018 terdapat 103.672 kejadian kecelakaan dari jumlah kecelakaan
2
tersebut 5,8 % mengalami cidera fraktur dengan jenis fraktur paling banyak pada
ektrimitas bawah disusul dengan ektrimitas atas. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2018 juga menyebutkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di
fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti fraktur
humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur
femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan
mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas
adalah pria (63,8%). 4,5% Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada
usia dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua (diatas 70 tahun) (Balitbangkes, 2018).
Masalah utama yang dikeluhkan oleh pasien fraktur tertutup adalah masalah
nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian Sandra et al (2020) bahwa keluhan utama
pasien fraktur tertutup adalah nyeri. Dimana pada hasil pemeriksaan fisik regio
nyeri tekan, pulsasi distal teraba, sensibilitas normal, nyeri gerak aktif, nyeri gerak
pasif, dan luka terbuka tidak ada. Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat
gastrointestinal, endokrin, dan immunologik. Pasien dengan nyeri hebat dan stres
yang berkaitan dengan nyeri dapat tidak mampu untuk napas dalam dan
Instrumen yang biasa digunakan untuk mengkaji nyeri tersebut adalah skala
deskriptif, skala numerik, skala analog visual, skala wajah dan skala perilaku.
3
Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain
intensitas nyeri, karakteristik nyeri, faktor-faktor yang meredakan nyeri dan apa
atau trial and error, efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari dan
kekhawatiran individu tentang nyeri. Oleh sebab itu, nyeri yang dialami pasien
harus segera diatasi untuk mencegah terjadinya masalah lain pada pasien (Susanti
et al., 2020).
harus diimobilisasi atau dipertahakan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
kecemasan dan nyeri, latihan isometrik dan kembali ke aktivitas semula secara
dapat diberikan yaitu stimulasi dan masase kutaneus, terapi es dan panas,
pendekatan bedah neuro tersedia dan telah digunakan bagi pasien yang mengalami
4
nyeri. Nyeri tersebut dapat dihilangkan dengan medikasi dan pendekatan non
bedah lainnya seperti pembidaian (Sagaran et al., 2022). Imobilisasi sendi di atas
periode rehabilitasi yang lebih panjang. Saat fraktur mencapai stabilitas tertentu,
kisaran gerakan pada sendi proksimal dan distal fraktur tanpa membahayakan
sokongan pada tempat fraktur. Teknik imobilisasi dapat dicapai dengan cara
bagian yang patah. Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada
perlu mengetahui tindakan medis yang biasanya dilakukan oleh tim medis agar
dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien setelah ditangani oleh
tim medis (Achmad Fauzi et al., 2022). Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan
imobilisasi dan memposisikan satu atau beberapa sendi. Pada fraktur, bidai
5
imobilisasi fraktur dan mencegah nyeri yang timbul saat gerakan (Wirawan et al.,
2018).
mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan
yang mengalami fraktur yang terjadi pada tulang panjang, baik pada fraktur
tertutup maupun fraktur terbuka. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan fragmen tulang atau jaringan yang lebih parah. Adapun fungsi
pemasangan bidai yang dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien, tidak dikaji
lebih jauh. Belum ada pengkajian yang meliputi skala nyeri yang dirasakan
IGD Rs Wira Husada Kiasaran dalam 5 minggu terakhir yaitu pada bulan Januari
6
1.2 Rumusan Masalah
“Apakah ada Pengaruh Pemasangan Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Pemasangan Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur di Ruang IGD
pemasangan bidai.
pemasangan bidai.
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan masukan yang
7
1.4.2 Bagi Peneliti
Pasien Fraktur.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Fraktur merupakan gangguan dari kontinuitas yang normal dari tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga seing kali terganggu. Sinar-
menunjukkan otot maupun ligamen yang robek, saraf terputus maupun pembuluh
darah yang pecah shingga dapat menjadi komplikasi pada pemulihan klien (Black
2.1.2 Etiologi
Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan suatu perdarahan, edema, dan
hematoma. Loka retak mungkin hanya retakan pada tulangm tanpa memindahkan
tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai
fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang
yang patah dikenal sebagai fraktru lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2019).
menjadi :
1. Cedera traumatic
9
a. Cedera langsung yaitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga
b. Cedera tidak langsung adalah pukulan langusng berda jauh dari lokasi
benturan.
2. Fraktur patologik
Kerusakan pada tulang akibat dari proses penyakit dengan trauma minor
pemeriksaan fisik, dan radiologi. Tanda dan gejala terjadinya fraktur yaitu :
1. Deformitas
2. Pembengkakan
Edema yang muncul segera, sebagian akibat dari akumulasi cairan seorosa
3. Memar
10
4. Spasme otot
5. Nyeri
Keluhan pada klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada
dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang
menyenangkan dan hanya dapat dijelaskan secara akurat oleh orang yang
orang itu berbeda (Alimul, 2015). Nyeri adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak nyaman yang terjadi akibat dari kerusakan jaringan, atau
kerusakan jaringan yang ada atau yang akan datang (Aydede, 2017).
medis dan juga menjadi alas an individu mencari bantuan medis. Kenyamanan
disebabkan oleh kerusakan jaringan yang terjadi dari suaru daerah tertentu (Siti
11
Cholifah, et al 2020). Klasifikasi Nyeri yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya datang dengan tiba – tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera yang spesifik. Nyeri yang merupakan respons biologis suatu
rangsangan cedera jaringan dan menjadi suatu tanda akan adanya kerusakan
jaringan, contohnya nyeri pasca operasi. Jika nyeri terjadi bukan karena
diperbaiki nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan (de Boer,
2018).
b. Nyeri Kronis
penyebab atau cedera yang spesifik terjadi nyeri terus menerus atau nyeri
6. Ketegangan
7. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
12
8. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
9. Perubahan neurovascular
vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan
10. Syok
2.1.4 Patofisiologi
Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin
hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan
mobil, maka tulang dapat pecah berkepingkeping. Saat terjadi fraktur, otot yang
melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan
menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat
menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun
bagian distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada
otot-otot sekitar. Fragmen fraktur pembuluh darah di korteks serta sumsum dari
tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi
13
cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera
pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara
fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan
Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan
fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan
jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan
3. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan
Menurut Yuliano & Erlina Sasra, (2020) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis
antara lain:
1. Fraktur tertutup Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan
luka pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak
14
2. Fraktur terbuka Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan
adanya luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan
dengan udara luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak.
Tulang yang patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun
tidak semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar. Fraktur terbuka
penyulit lainnya.
3. Fraktur kompleksitas Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada
dislokasi.
posisi semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah
tulang. Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau
dan fraktur klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi,
biasanya dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga
adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya
dilakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan
traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah
tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips. Cara kelima berupa
reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa
15
operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna
yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Cara yang
terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis (Lestari, 2022).
2.2.1 Definisi
Bidai adalah alat untuk menyangga dan menahan bagian tulang yang retak
atau patah agat tidak digerakkan, dengan tujuan untuk mengurangi pergerakan
ataupun pergeseran dari ujung tulang yang patau atau retak dan memberi istirahat
pada tulang yang patah. Bidai yang digunakan sebagai imobilisasi dan untuk
memposisikan satu atau beberapa sendi. Bidai digunakan sebagai pengurang nyeri
dalam berbagai jenis material untuk menghasilkan derajat rigiditas dan kontrol
2. Bidai yang dibentuk oleh pabrikan agar memperoleh stablillisasi sendi yaitu
cock-up splint yang bertujuan agar posisi pergerlangan tangan setelah tercapai
16
3. Bidai fungsional, bidai ini digunakan pada keadaan tertentu dalam membantu
pasien untuk aktivitas sehari – hari, tetapi bukan untuk metode rehabilitasi
2.2.3 Tujuan
Terdapat tujuan dalam pemasangan bidai yaitu antara lain sebagai berikut
1. Mempertahankan suatu posisi tulang yang abnormal atau patah agar tidak
bergerak.
2. Mitela yang sudah dilipat seperti dasi, yang berguna sebagai pengikat
17
2.2.5 Prinsip Dalam Pemasangan Bidai
berikut :
1. Bahan yang digunakan untuk pembidaian yaitu tidak mudah patas dan tidak
terlalu lentur.
3. Ikatan pada bidai paling sedikit yaitu dua sendi terikat, bila lebih maka lebih
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang dan terlalu longgar agar sirkulasi darah
7. Mencegah infeksi
10. Pengobatan: antibiotic, anti tetanus, anti inflamasi, analgetic sebagai pengurang
berkut :
1. Memastikan lokasi luka, patah tulang ataupun cedera sendi dengan memeriksa
18
2. Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan bila perlu pada saat
tulang mencuat, buatlah donat menggunakan mitela dan letakkan pada tulang
3. Periksa dengan PMS korban, Pulsasi, Motorik, Sensorik. Periksa seluruh tubuh
korban sampai ujung apakah masih teraba nadi (pulsasi), masih dapat
digerakkan (motorik) dan masih dapat ditasakan sentuhan atau tidak (sensorik)
4. Tempatkan bidai pada minimal dua sisi anggota badan yang mengalami cedera.
melalui bawah bagian tubuh tersebut. Pindahkan ikatan bidai melalui celah
antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari pengikatan atau simpul di permukaan
6. Buatlah simpul didaerah pangkal dan ujung area tulang yang patah berada pada
satu sisi yang sama. Lalu memasitkan bidai dapat mencegah pergerakan sisi
anggota badan yang patah. Berikan padding atau bantalan pada daerah tonjolan
7. Cek ulang PMS korban apakah ujung tubuh tubuh korban yang cedera masih
teraba nadi (pulsasi) masih dapat digerakkan (motorik) dan dapat merasakan
8. Tanyakan pada korban apakah bidai dipasang terlalu kencang atau tidak, bila
korban sadar. Apabila korban tidak sadar maka lihat apakah ada tanda pucat
19
atau kebiruan, kulit diujung tubuh yang cedera menjadi dingin.(Natalia
b. Kain kassa
2. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
nanti.
c. Periksa bagian tubuh pasien yang mengalami cedera atau yang akan
dilakukan pembidaian
d. Gunakan bidai yang telah dibalut dengan pembalut ataupun kain kassa
f. Mitela atau kain kassa harus cukup jumlahnya dan dimulai dari sebelah
g. Usahakan balutan tidak terlalu kencang maupun kendor atau tidak terlalu
kencang.
20
2.3 Konsep Skala Nyeri
2.3.1 Definisi
Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling ditemukan pada masalah
traumatis (otot, tulang, dan sendi) biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang
biasanya digambarkan sebagai nyeri dalam tumpul yang bersifat tajam dan
menusuk. Nyeri ini dapat dihilangkan dengan imobilisasi. Nyeri tajam juga
ditimbulkan oleh infeksi nyeri tulang akibat spasme otot atau penekanan pada
Menurut “The International Association for the Study Of Pain (2011), nyeri
adalah suatu pengalaman seseorang yang meliputi perasaan dan emosi tidak
suatu jaringan yang dirasakan diarea yang terjadi kerusakan. Nyeri adalah
pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat
seperti kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas nyeri ringan
sampai berat dengan akhir dapat diantisipasi atau dapat diramalkan durasinya
Klasifikasi nyeri terdiri dari 2 jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, antara
21
1) Nyeri akut
Nyeri yang terjadi kurang dari 6 bulan yang dirasakan secara mendadak dan
intensitas ringan sampai beratdan lokasi nyeri dapat diidentifikasi. Nyeri akut
diaphoresis, dilapisi pupil dan ketegangan otot (Potter & Perry, 2010). Secara
berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. Klien yang mengalami nyeri akut
2023).
2) Nyeri kronik
Nyeri yang terjadi lebih dari 6bulan dan tidak dapat diketahui sumbernya.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang sulit dihilangkan. Sensasi nyeri dapat
berupa nyeri difusi sehingga sulit untuk mengidentifikasi sumber nyeri secara
diri, iritabel, mudah tersinggung, marah, dan tidak tertarik pada aktivitas fisik.
22
2.3.3 Manejemen Nyeri.
Manajemen pada nyeri yaitu terdiri dari manajemen farmakologi dan non
1) Manejemen farmakologi
akan memberikan efek euphoria karena obat ini menyebabkan ikatan dengan
disusunan saraf pusat. Digunakan untuk pasien dengan tingkat nyeri sedang
nalorfin dan pentasozin. Jenis obat tersebut memiliki rata-rata waktu paruh
Inflammatory Drugs (NSAIDs) obat jenis ini tidak hanya memiliki efek anti
nyeri namun dapat memberikan efek antinflamasi dan antipiretik. Terapi ini
digunankan untuk pasien nyeri ringan hingga sedang. Obat yang termasuk
parecetamol (Ghassani,2020).
memiliki resiko dan biaya. Tindakan non farmakologi merupakan terapi yang
praktis, dan tanpa efek yang merugikan (Potter & Perry, 2019).
23
Intervensi kognitif-perilaku mengubah presepsi, menurunkan ketakutan,
juga memberikan kontrol diri yang lebih. Terapi non farmakologi yang dapat
teknik nafas dalam, music, guide imagery dan distraksi (Black, 2021).
digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri yaitu Verbal Descriptor Scale (VDS),
1. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tigkat keparahan nyeri yang lebih
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak
24
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Nyeri
nyeri berat berat tidak
terkontrol
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
Tidak Nyeri
nyeri heba
3. Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien
25
Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Analog Visual
Keteranagan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
memukul.
mengalami kerusakan kognitif atau komunikasi, dan orang yang tidak dapat
26
Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Wajah.
Jelaskan pada klien bahwa setiap wajah adalah wajah seseorang, yang
terlihat bahagia karena ia tidak merasa nyeri (sakit) atau terlihat sedih
karena iamerasakan nyeri sedikit atau banyak. Wajah 0 sangat bahagia karena
tidak merasa nyeri sedikitpun. Wajah 1 nyeri hanya sedikit. Wajah 2 nyeri agak
banyak. Wajah 3 nyeri banyak. Wajah 4 nyeri sekali. Wajah 5 nyeri hebat yang
dapat kamu bayangkan, walaupun kamu tidak perlu menangis untuk merasakan
nyeri ini. Minta klien untuk memilih wajah yang paling menggambarkan
memilih wajah yang paling menggambarkan rasa nyerinya dan catat nomor
yang sesuai.
27
2.2 Kerangka Teori
Adapun kerangka teori dari penelitian ini dapat di lihat sebagai berikut :
Fraktur
1. Fraktur tertutup
2. Fraktur terbuka
3. Fraktur
kompleksitas
Klasifikasi :
Skala Pengukuran Nyeri : 1. Nyeri Akut
Nyeri 2. Nyeri Kronik
1. Verbal Descriptor Scale
(VDS)
(NRS).
Tujuan :
1. Memberikan suatu tekanan.
cedera.
lebih lanjut.
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Sumber: (Hasan et al,2019)
28
2.3 Kerangka Konsep
Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur di Ruang IGD Rs Wira
(Arikunto,2017)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
2020).
Nyeri Pada Pasien Fraktur di Ruang IGD Rs Wira Husada Kiasaran Tahun 2024
O1 X O2
Keterangan
O1 : Pre test sebelum perlakuan
O2 : Post test sesudah perlakuan
X : Pemasangan bidai
3.2.1 Lokasi
yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat yang ditentukan benar-
30
tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang akan membangun
pasien fraktur.
Rencana Penelitian ini akan dilakukan mulai dari bulan November 2023
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1.
Judul
Bimbingan
2. Proposal
(Bab1,2,3)
Seminar
3.
Proposal
Perbaikan
4.
Proposal
Pengumpulan
5.
Data
6. Analisa Data
Penulisan
7.
Laporan
Sidang
8.
skripsi
9. Pengumpulan
31
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur di ruang IGD Rs wira
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Total Populasi
80
n= 2
1+8 0 ( 0.2 )
32
80
n=
4,2
n=20 responden
Kisaran
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi yang
terdiri dari identitas umum responden yang terdapat pada bagian atas lembar
observasi. Sedangkan pada bagian bawah terdapat hasil peneltian pretest &
posttest.
33
3.6 Alur Penelitian
Sampel penelitian
Skala Nyeri
Pemasangan Bidai
Evaluasi
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari
Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari lembar observasi yang
34
berisikan tentang Pengaruh Pemasangan Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu
3.8.1 Variabel
subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lain misalnya tinggi
(Sastroasmonro, 2014 dalam Melisa, 2018). Variabel penelitian terdiri dari dua
yaitu:
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Saryono, 2016).
Variabel dependent (variabel terikat) pada penelitian ini adalah Skala Nyeri
35
mempermudah mengartikan makna dalam penelitian. Berikut adalah penjelasan
Lembar catatan untuk menulis hasil observasi pada pasien fraktur, dengan
penilaian Dilakukan.
36
3.9.2 Pengukuran Skala Nyeri
observasi pada dengan penilaian Skala 0 : tidak nyeri, Skala 1-3 : nyeri ringan,
Skala 4-6 : nyeri sedang, Skala7-9 : sangat nyeri, tetapi masih dapat
a. Editing
jawaban. Apabila pada tahap ini ditemukan data atau jawaban yang tidak
b. Coding
memudahkan analisa data. Coding ini berguna untuk mempermudah pada saat
melakukan analisis data dan mempercepat pada saat memasukkan data. Penulis
37
c. Entery
dilakukan entery data Proses ini penulis memasukkan data responden berupa
derajat nyeri, serta data umum yang berupa usia, pendidikan, pekerjaan, ke
d. Scoring
e. Tabulating
Teknik analisa data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan dan
untuk menjawab rumusan masalah. Analisa yang digunakan yaitu univariat dan
bivariat.
38
2. Analisa Data Bivariat
pengaruh dari kedua variabel tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan
uji willcoxon.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rs Wira Husada
Kiasaran pada 20 Mei – 27 Mei 2024 dengan responden sebanyak 20 Pasien. Pada
pembahasan bab ini akan dibahas penelitian tentang Pengaruh Pemasangan Bidai
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur di Ruang IGD Rs Wira Husada
Rumah Sakit Wira Husada Kiasaran mulai yang beralamat di Jalan raya
Kisaran. Rumah Sakit Wira Husada ini memiliki visi dan misi dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat. Salah satu indikator dari
rumah sakit ini adalah menjadi rumah sakit dengan pelayanan kesehatan paripurna
dan terpercaya. Salah satu misi dari rumah sakit ini adalah memberikan pelayanan
40
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang berusia 20-25 Tahun
responden (30.0%).
41
sebanyak 5 responden (25.0%), dan responden yang memiliki pendidikan S1
(20.0%).
Bidai (Pretest)
42
Sumber : Data Primer 2024
(0%), responden yang memiliki Skala 1-3 = Nyeri ringan sebanyak 1 responden
(5.0%), responden yang memiliki Skala 4-6 = Nyeri sedang sebanyak 2 responden
responden (30.0%), dan responden yang memiliki Skala 10 = Nyeri sangat hebat
Bidai (Posttest)
responden (15.0%), responden yang memiliki Skala 4-6 = Nyeri sedang sebanyak
43
4.3 Analisa Bivariat
Pasien Fraktur yaitu dengan menggunakan Shapiroo wilk test. Jika hasil
menunjukan p>0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, tetapi jika data
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil uji normalitas menggunakan Shapiroo wilk test
pada tabel diatas, didapatkan bahwa pre-test dan post-test termasuk data yang
Fraktur
pemasangan bidai (Pretest) dengan intensitas nyeri pada pasien fraktur sesudah
diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
intensitas nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan pemasangan bidai (Pretest)
44
dengan intensitas nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan pemasangan bidai
(Postest)
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa hasil pengujian yang tertera pada
tabel dapat diketahui bahwa probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,00. Hal ini
pemasangan bidai (Pretest) dengan intensitas nyeri pada pasien fraktur sesudah
45
BAB V
PEMBAHASAN
Bidai (Pretest)
sebanyak 0 responden (0%), responden yang memiliki Skala 1-3 = Nyeri ringan
sebanyak 1 responden (5.0%), responden yang memiliki Skala 4-6 = Nyeri sedang
Menurut asumsi peneliti bahwa keluhan utama pasien fraktur tertutup adalah
nyeri. Dimana pada hasil pemeriksaan fisik regio femur dekstra didapatkan
teraba, sensibilitas normal, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, dan luka terbuka
tidak ada. Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang
immunologik. Pasien dengan nyeri hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri
dapat tidak mampu untuk napas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan
46
fungsi. Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kecelakaan, reduksi
tulang harus diimobilisasi atau dipertahakan dalam posisi dan kesejajaran yang
kecemasan dan nyeri, latihan isometrik dan kembali ke aktivitas semula secara
dapat diberikan yaitu stimulasi dan masase kutaneus, terapi es dan panas,
pendekatan bedah neuro tersedia dan telah digunakan bagi pasien yang mengalami
nyeri. Nyeri tersebut dapat dihilangkan dengan medikasi dan pendekatan non
bedah lainnya seperti pembidaian (Sagaran et al., 2022). Imobilisasi sendi di atas
periode rehabilitasi yang lebih panjang. Saat fraktur mencapai stabilitas tertentu,
kisaran gerakan pada sendi proksimal dan distal fraktur tanpa membahayakan
sokongan pada tempat fraktur. Teknik imobilisasi dapat dicapai dengan cara
47
5.2 Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Sesudah Dilakukan Pemasangan
Bidai (Posttest)
Nyeri sedang sebanyak 2 responden (10.0%), responden yang memiliki Skala 7-9
= Sangat nyeri sebanyak 1 responden (5.0%), dan responden yang memiliki Skala
Menurut asumsi peneliti terjadi penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur
upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Pembidaian adalah suatu cara
jaringan lunak sekitarnya. Setiap perawat perlu mengetahui tindakan medis yang
biasanya dilakukan oleh tim medis agar dapat melakukan asuhan keperawatan
yang tepat bagi klien setelah ditangani oleh tim medis (Achmad Fauzi et al.,
jenis fraktur, komplikasi yang terjadi, dan keadaan sosia ekonomi klien secara
48
beberapa sendi. Pada fraktur, bidai digunakan untuk melindungi fraktur yang telah
juga digunakan untuk imobilisasi fraktur dan mencegah nyeri yang timbul saat
posisi semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah
tulang. Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau
dan fraktur klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi,
biasanya dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga
adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya
dilakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan
traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah
tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips. Cara kelima berupa
reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa
operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna
yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Cara yang
terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis (Lestari, 2022).
49
5.3 Pengaruh Pemasangan Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Fraktur
Pasien Fraktur dengan menggunakan Shapiroo wilk test, didapatkan bahwa pre-
test dan post-test termasuk data yang berdistribusi tidak normal dengan
0,00. Hal ini berarti probabilitas < level of significance (α = 0,05), sehingga Ha
diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan
pemasangan bidai (Pretest) dengan intensitas nyeri pada pasien fraktur sesudah
penurunan skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan pemasangan bidai
rasa nyeri, mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak sekitarnya. Setiap perawat perlu mengetahui tindakan medis yang
biasanya dilakukan oleh tim medis agar dapat melakukan asuhan keperawatan
mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan
50
enkefalin yang dapat mengurangi nyeri. Penelitian Sagaran et al (2018)
yang mengalami fraktur yang terjadi pada tulang panjang, baik pada fraktur
tertutup maupun fraktur terbuka. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan fragmen tulang atau jaringan yang lebih parah. Adapun fungsi
pemasangan bidai yang dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien, tidak dikaji
lebih jauh. Belum ada pengkajian yang meliputi skala nyeri yang dirasakan
51
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Diketahui hasil pengujian yaitu probabilitas
yang dihasilkan sebesar 0,00. Hal ini berarti probabilitas < level of significance (α
bahwa ada Pengaruh Pemasangan Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
6.2 Saran
Pemasangan Bidai Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur dan bagi
52
pembuatan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.
53
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fauzi, Tri Mochartini, & Chusnul Chotimah. (2022). Sosialisasi dan
Pelatihan Teknik Pembidaian Kasus Patah Tulang Pada Masyarakat
Jatibening. Jurnal Antara Abdimas Keperawatan, 5(2), 49–53.
Aminah, C. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang p3k (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan) Terhadap Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Dalam Penanganan Cedera Anak Balita Di Rumah Tangga Di Desa
Tunjungseto Kecamatan Sempor
Ahmad, M., Anik, I., & Nuri, L. fitri. (2023). Penerapan Relaksasi Napas Dalam
Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di ruang
Bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Metro. Jurnal Kesehatan, 3.
Arikunto (2017). Aplikasi Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika
Arikunto, Suharsimi. 2020. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Balitbangkes. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan
Black dan Hawks,. (2020). Depression and anxiety associate with less remission
after 1 year in rheumatoid arthritis. Annals of the Rheumatic Diseases,
78(1),
Dinkes Kota Metro. (2021). Profil Kesehatan Kota Metro. Germas. Metro:
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Faidah, noor, & Alvita, G. W. (2022). Pengaruh Pemasangan Bidai dengan
Tingkat Nyeri pada Pasien Fraktur IGD RSUD Dr. Loekmono Hadi
Kudus. Jurnal Profesi Keperawatan, 9(1), 1–8.
Ghaisani. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. P. A. I dengan Dispepsia di
Ruangan Cempaka RS Polri Titus ULY Kupang.
Hardianto, T., Ayubbana, S., & Inayati, A. (2021). Penerapan Kompres Dingin
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur. Cendikia Muda,
2, 590–594.
Haryoko, Sapto, Bahartiar, Arwadi & Fajar (2020). Analisis Data Penelitian
Kualitatif ( Konsep, Teknik dan Prosedur Analisi). Makasar: Badan
Penerbit UNM
Lemone Priscilla,. (2020). STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN
PERAWATDALAM PENATALAKSANAAN PEMBIDAIAN PADAPASIEN
FRAKTUR DI INSTALASI GAWATDARURAT RUMAH SAKIT ISLAMAR
Nurnaningsih, N., Pengetahuan dan Sikap Perawatan, H., Wayan Romantika, I.,
I.,Indriastuti, D., Sarjana Keperawatan, P., & Karya Kesehatan, Stik.
(2021). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan
Penatalaksanaan Pembidaian Pasien Fraktur di RS X Sulawesi Tenggara.
In Journal of Holistic Nursing and Health Science (Vol. 4, Issue 1).
Nursalam, 2019.,Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitia Ilmu keperawatan,
Salemba Medika., Jakarta
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan
54
Notoatmodjo. (2012). Metodelogi Penelitan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Permatasari, C., & Sari, I. Y. (2022). Terapi Relaksasi Benson Untuk Menurunkan
Rasa Nyeri Pada Pasien Fraktur Femur Sinistra: Studi Kasus. JKM : Jurnal
Keperawatan Merdeka, 2(2), 216–220.
https://doi.org/10.36086/jkm.v2i2.1420
Platini, H., Chaidir, R., & Rahayu, U. (2020). Karakteristik Pasien Fraktur
Ekstermitas Bawah. Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah, 7.
https://doi.org/10.33867/jka.v7i1.166
Risnah, R., HR, R., Azhar, M. U., & Irwan, M. (2019). Terapi Non Farmakologi
Dalam Penanganan Diagnosis Nyeri Pada Fraktur :Systematic Review.
Journal of Islamic Nursing, 4(2), 77.
https://doi.org/10.24252/join.v4i2.10708
Risqiana, O. (2019). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN
LUKA TERHADAP KESIAPAN PERTOLONGAN PERTAMA LUKA
PADA SISWA SMP N 1 DUKUN .
Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2018). Distribusi Fraktur Femur Yang
Dirawat Di Rumah Sakit Dr.M.Djamil, Padang (2010-2012). Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(3), 586. https://doi.org/10.25077/jka.v6i3.742
Sandra, R., Nur, S. A., Morika, H. D., Sardi, W. M., Syedza, S., & Padang, S.
(2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post
Op Fraktur di Bangsal Bedah RS Dr Reksodiwiryo Padang. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika,11(2),17
Siwi Indra Sari, & Wahyuningsih Safitri. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode Demonstrasi Terhadap Praktik Pertolongan Pertama Luka
Bakar Pada Ibu Rumah Tangga di Garen RT.01/RW.04 Pandean
Ngemplak Boyolali. Jurnal KesMaDaSka.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. CV Alfabeta.
Sulistyo, A. (2016). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzzmedia.
Suryani, M., & Soesanto, E. (2020). Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Fraktur Tertutup Dengan Pemberian Terapi Kompres Dingin. Ners Muda,
1(3), 172. https://doi.org/10.26714/nm.v1i3.6304
Susanti, D. C., Suryani, S., & Rahmawati, R. (2020). Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur di Ruang
Kenanga RSUD Sunan Kalijaga Demak. The shine cahaya dunia d-iii
keperawatan, 5(1).
https://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/article/vie
w/204
Talibo, N. A., Katuuk, H. M., Riu, S. D. M., & Pattinasarani, N. S. (2023).
Pengaruh Edukasi Pembidaian Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Dalam
Memberikan Pertolongan Pertama Pada Fraktur Tulang Panjang Norman.
Jurnal Keperawatan, 15.
Wirawan, G. P. A., Azis, A., & Witarsa, I. M. S. (2018). Efektifitas pembidaian
back slab cast dan spalk terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien
fraktur ekstremitas bawah. Coping: Community of Publishing in Nursing,
5(3),135–140. https://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/51587
55
Lampiran 1
3. Seandainya keluarga pasien tidak menyetujui cara ini maka keluarga boleh
tidak mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu keluarga pasien tidak
4. Nama dan jati diri serta seluruh data yang terkumpul akan dijaga
kerahasiaannya
utama.
Peneliti
56
Lampiran 2
Kepada
Ditempat
Medistra Lubuk Pakam, maka saya akan bertanda tangan di bawah ini:
Nim : 23.12.043
2024.
responden dalam penelitian ini . Demikian atas kesediaannya dan kerja samanya,
Peneliti
57
Lampiran 3
Setelah memahami isi penjelasan lembar pertama, saya bersedia dengan suka
Medistra Lubuk Pakam yang bernama Wahyuni Syahdita Putri dengan judul
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan mengakibat negatif pada diri
saya dan saya berharap data yang didapatkan dari saya akan di jaga
Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Responden
(.............)
58
Lampiran 4
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Diagnosa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
59
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
60
26 Mei 2024 ( Nyeri sedang) ( Tidak nyeri)
Minggu Ny. C 29 Tahun Skala 6 Skala 0
26 Mei 2024 ( Nyeri sedang) ( Tidak nyeri)
Minggu Ny. A 26 Tahun Skala 3 Skala 1
26 Mei 2024 ( Nyeri ringan) ( Nyeri ringan)
Senin Ny. Y 26 Tahun Skala 10 Skala 2
27 Mei 2024 ( Nyeri sangat hebat) ( Nyeri ringan)
Senin Tn. K 35 Tahun Skala 10 Skala 3
27 Mei 2024 ( Nyeri sangat hebat) ( Nyeri ringan)
Senin Tn. M 35 Tahun Skala 10 Skala 4
27 Mei 2024 ( Nyeri sangat hebat) ( Nyeri sedang)
61
Lampiran 6
MASTER DATA
Nama Responden Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
62
Lampiran 7
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN BIDAI
63
Lampiran 8
DOKUMENTASI PENELITIAN
64
Lampiran 9
65
ANALISA DATA
1. Analisis Deskriptif
JENIS KELAMIN
USIA
PENDIDIKAN
66
PEKERJAAN
PRETEST
POSTTEST
67
2. Uji Normalitas
Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Test Statisticsa
POSTTEST -
PRETEST
Z -3.785b
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
68