Peredaran Matahari, Bumi Dan Bulan
Peredaran Matahari, Bumi Dan Bulan
Disusun oleh:
Kelompok 2
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Falak, dengan judul: Peredaran Matahari,
Bumi dan Bulan
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan Doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem tata surya kita terdiri dari matahari, planet-planet, bulan, dan benda-benda langit
lainnya. Matahari adalah pusatnya, memancarkan cahaya panas, dan memegang peran sentral
dalam mengendalikan Gerak semua benda-benda langit.
Bumi, tempat tinggal kita, mengalami dua gerakan utama. Rotasi menghasilkan siang dan
malam, sementara revolusi mengelilingi matahari, mempengaruhi musim dan cuaca global
Bulan, satelit alami bumi, Bulan juga mengalami rotasi dan revolusi serta bersama bumi
mengelilingi matahari atau di sebut hijriah.
Fenomena-fenomena ini, yang terus berjalan selama miliaran tahun, menginspirasi ilmuan,
astronom, untuk mengetahu tentang alam semesta. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kita
akan mempelajari tantang peredaran matahari, bumi dan bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gerak harian dan semu Matahari?
2. Apa yang dimaksud dengan gerak dan peredaran bumi?
3. Apa yang dimaksud dengan gerak dan peredaran bulan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Gerakan semu matahari adalah terlihatnya matahari bergerak dari arah timur ke barat
dan utara ke selatan. Gerakan ini disebut semu karena matahari sesungguhnya diam dan tidak
bergerak.1 Adapun gerakan semu matahari terbagi menjadi dua, yakni gerakan semu harian dan
gerak semu tahunan.
1. Gerak semu harian, terjadi akibat rotasi bumi. Periode menengahnya yakni 24 jam.
Arah pergerakan adalah dari timur ke barat.
2. Gerak semu tahunan, arah gerak semu tahunan matahari yakni ke arah timur sekitar
0°59’/hari. Periode gerak semu tahunan matahari adalah sekitar 365,25 hari,
akibatnya arah terbit dan tenggelam matahari selalu berubah letaknya sepanjang
tahun.2
Pada tanggal 21 Maret dan 23 September Matahari terbit tepat di titik timur dan
tenggelam tepat di titik barat, pada tanggal 22 Juni Matahari terbit dan tenggelam sejauh 23,5°
ke arah utara dari titik timur dan barat, sebaliknya pada tanggal 22 Desember Matahari berada
23,5° ke arah selatan dari titik timur dan barat. Posisi Matahari ketika berada di dua titik
terakhir disebut dengan soltitium, yang artinya pemberhentian Matahari. Hal tersebut karena
pada saat itu perubahan deklinasi Matahari sangat lambat seolah-olah berhenti. Sebaliknya
pada titik ekuinox, yakni ketika lintasan Matahari berada tepat pada titik timur dan barat,
perubahan deklinasi berlangsung cepat.3
Gerak atau rotasi bumi adalah gerakan bumi mengitari porosnya sendiri. Gerakan ini
dengan arah negatif atau timur, yaitu dari barat ke timur. Jika kita lihat dari pesawat
antariksa tepat di atas kutub utara, maka bumi berotasi berlawanan arah jarum jam (arah
negatif). Gerak rotasi bumi ini dapat di buktikan dengan percobaan bandul fouculat.4
2. Peredaran Bumi
Revolusi atau peredaran bumi adalah gerakan bumi orbitnya mengelilingi matahari.
Bidang orbit bumi mengeliling matahari disebut ekliptika. Selama mengitari matahari,
poros bumi selalu miring 23,5° terhadap garis yang tegak lurus ekliptika (lihat gambar
1
Nadia Faradiba, Gerak Semu Matahari dan Jenisnya, 2021
<https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/21/133300523/gerak-semu-matahari-dan-jenisnya> [accessed 3
October 2023].
2
Ahmad Rizal Sidik, Peredaran Matahari Menurut Al-Qur’an (Studi Atas Penafsiran Fakhruddin Al-Rāzī
Dalam Kitab Mafātīh Al-Ghaib), 2019, p. 13.
3
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak: Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta, Banyuwangi:
Bismillah Publisher, 132 (2012), p. 214.
4
Agus Fany Chandra Wijaya, GERAK BUMI DAN BULAN, p. 1.
2
1.). Orbit planet-planet lain tidak sebidang dengan ekliptika. Sudut antara bidang orbit
planet lain dengan ekliptika di sebut inklinasi.
Gambar 1. Poros bumi selalu miring membentuk sudut 23,5° terhadap garis yang
tegak lurus ekliptika
Bumi berevolusi dalam arah negatif ( berlawanan arah jarum jam), artinya jika kita
berada dalam pesawat antariksa tepat di atas kutub maka kita akan melihat bumi
mengitari matahari dalam arah yang berlawanan arah jarum jam.5
Rotasi atau gerak bulan berputar pada porosnya dengan periode sekitar 27 hari lebih 7
jam dengan arah rotasi berlawanan dengan jarum jam. Lama rotasi bulan adalah sama
dengan lama revolusinya. Hal tersebut yang mengakibatkan permukaan bulan yang
menghadap ke bumi selalu sama.6
b. Peredaran Bulan
Revolusi atau peredaran bulan mengelilingi bumi memerlukan waktu sekitar 27 hari 7ʲ
43ᵐ 12 ͩ, sama dengan periode rotasinya. Sebagaimana rotasinya, arah revolusi bulan juga
berlawan dengan arah jarum jam. Lama revolusi bulan tersebut kemudian disebut 1 periode
sideris bulan.7
Gerak Bulan bersama bumi mengelilingi matahari. Bulan bergerak mengitari bumi,
maka secara otomatis bulan juga bergerak mengitari matahari bersama-sama dengan bumi.
Hal tersebut yang menyebabkan lintasan revolusi bulan tidak berbentuk lingkaran
sempurna melainkan lingkaran berpilin di mana titik awal revolusi bulan tidak bertemu titik
akhirnya. Satu lingkaran berpilin ini ditempuh bulan dalam waktu 29,5 hari. Adapun waktu
5
Wijaya, p. 3.
6
Hambali, p. 217.
7
Khazin Muhyiddin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik, Yogyakarta: Buana, 2008, p. 132.
3
yang diperlukan bulan untuk mencapai titik awalnya yakni sekitar 365,5 hari atau setelah
melewati kali lingkaran berpilin.8
Revolusi bulan mengelilingi bumi menyebabkan efek seolah-olah bentuk bulan dapat
berubah-ubah. Sejatinya hal ini diakibatkan perubahan sudut dari mana kita melihat bagian
bulan yang terkena sinar matahari. Peristiwa tersebut dinamakan dengan fase bulan dan
terulang setiap 29,5 hari, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh bulan untuk mengelilingi bumi.
8
Hambali, p. 224.
9
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab (Amythas Publicita: Center for Islamic Studies (CIS),
2007), p. 32.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerak harian matahari adalah bergeraknya matahari itu sendiri di sekitar porosnya sendiri.
Sedangkan gerak semu matahari adalah ilusi optik atau penglihatan kita itu sendiri seolah-olah
matahari yang bergerak.
Bumi bergerak atau berotasi di mana bumi berputar pada porosnya itu sendiri. Bumi
mengalami peredaran atau revolusi di mana bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari
yang lebih di kenal dengan 1 tahun.
Bulan juga bergerak atau berotasi dengan periode 27 hari 7 jam. Bulan mengalami
peredaran atau revolusi di mana bulan mengelilingi matahari periode bulan berevolusi sama
saja dengan berotasi. Rotasi dan revolusi bulan ternyata berlawanan arah jarum jam makanya
kena setiap kita melihat bulan tampaknya sama. Bukan hanya gerak dan beredar saja ternyata
bulan juga mengitari matahari. Bulan mengitari matahari bersamaan dengan bumi yang
menyebabkan lintasan revolusi bulan tidak berbentuk lingkaran sempurna melainkan lingkaran
berpilin di mana titik awal revolusi bulan tidak bertemu titik akhirnya. Satu lingkaran berpilin
ini ditempuh bulan dalam waktu 29,5 hari.
5
DAFTAR PUSTAKA
Hambali, Slamet, ‘Pengantar Ilmu Falak: Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta’,
Banyuwangi: Bismillah Publisher, 132 (2012)
Muhyiddin, Khazin, ‘Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik’, Yogyakarta: Buana, 2008
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab (Amythas Publicita: Center for Islamic
Studies (CIS), 2007)
Sidik, Ahmad Rizal, ‘Peredaran Matahari Menurut Al-Qur’an (Studi Atas Penafsiran
Fakhruddin Al-Rāzī Dalam Kitab Mafātīh Al-Ghaib)’, 2019