100% found this document useful (1 vote)
439 views

STD Top Loading

Standard top loading.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
439 views

STD Top Loading

Standard top loading.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 22

STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

A. TUJUAN :
Memberikan pedoman bagi Operator, Group Leader (GL), atau PIC terkait, dalam hal penggalian
material dengan metode top loading.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari standar parameter ini adalah metode teknik operasi penggalian material dengan
metode top loading.

C. PERSIAPAN
1. Setiap operator yang mengoperasikan unit excavator harus merupakan operator COP kelas A.
2. Material overburden yang akan diloading memiliki fragmentasi yang baik, ditandai dengan waktu
digging time < 11 detik.
3. Mathing Factor (MF) 0,95.
4. Unit excavator tidak dalam keadaan low power engine dan hydrolik.
5. Lebar jenjang kerja sesuai STD Dimensi Kerja PPMS.
6. Dudukan excavator dan surface dudukan DT di front tidak amblas - amblasan, keras dan flat.
7. Kondisi & lebar jalan dan akses keluar masuk front & disposal sesuai standar.

D. AKTIFITAS OPERASIONAL
Metode teknik operasi penggalian material dengan tipe top loading adalah merupakan aktifitas yang
mengharuskan excavator untuk melakakukan loading material pada level track atau di bawah track,
dengan level DT selevel dengan level track excavator. Kondisi seperti ini biasa ditemukan di area
loading final tipe V-cut, loading soft material (mud & sub soil yang jika menggunakan tipe bench
loading maka unit excavator akan amblas), dan spoil. Metode top loading dibagi menjadi 2 tipe sebagai
berikut :
1. Bottom Level Track (BLT), adalah suatu proses loading dimana posisi material berada di bawah
elevasi track. Sebagai contoh pekerjaan BLT diantaranya proses loading V-Cut (Goodbye Cut).
(Gambar 1)
2. Same Level Track (SLT), adalah suatu proses loading dimana alat loader dan alat hauler sejajar, dan
posisi material yang digali adalah sama rata dengan alat loader dan hauler, pada lokasi daya dukung
tanah rendah (rawan amblas). Contoh : loading spoil (sequence mundur) dan loading old dump
(sequence maju). (Gambar 2)

Gambar 1. Botom Level Track (BLT)


STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

Gambar 2. Same Level Track (SLT)

1. Persiapan Pembuatan Front Loading


a. Unit support yang digunakan untuk pembuatan front loading adalah D155 atau D375.
b. Persiapan pembuatan front loading dilakukan sebelum unit excavator memasuki area front
loading.
c. Aktivitas spreading, dozing, cut & levelling di area point loading & area turning circle DT untuk
mengoptimalkan lebar jenjang kerja.

Gambar 3. Persiapan Front Loading Bottom Level Track (BLT)

Stock Material

Gambar 4. Persiapan Front Loading Same Level Track (SLT)


STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

2. Persiapan Surface Area Front Loading


a. Lakukan penimbunan dengan cara membuang material lunak dan mengganti dengan material
bagus apabila terdapat material lembek pada front. Implementasikan metode pad loading jika
diperlukan (lihat STD Pad Loading).
b. Lakukan spreading dan dozing di area point loading & area turning circle DT dengan tetap
memperhatikan kemiringan area untuk jalur air.
c. Lakukan pembentukan tanggul pengaman untuk DT dengan tinggi ½ tinggi tyre.

Gambar 5. Persiapan Surface Area Front Loading Bottom Level Track (BLT)

Gambar 6. Persiapan Surface Area Front Loading Same Level Track (SLT)
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

4. Persiapan Operasi
a. Buat tanggul pengaman (kecuali metode drive by loading) yang berfungsi sebagai stoper DT &
pengaman dari unit hauler dan loader. Dimensi tinggi tanggul pengaman adalah ½ dari tinggi
tyre unit hauler dan ketebalan tanggul 2 meter.
b. Usahakan kondisi front rata. Hal ini untuk mempermudah DT melakukan manuver.
c. Lakukan komunikasi 2 arah secara aktif antara unit loader dan hauler. Posisikan unit hauler
selalu di luar radius swing counterweight loader, agar unit hauler tidak tersenggol unit loader.

½T
tyre

2 M’

Gambar 7. Ilustrasi Aplikasi Tanggul Pengaman Pada Bottom Level Track

Gambar 8. Ilustrasi Aplikasi Tanggul Pengaman Pada Same Level Track


STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

5. Teknik Memposisikan Loader


a. Bottom Level Track (BLT)
• Landasan excavator harus rata dan keras, apabila landasan lembek/lumpur maka harus dibuang
dan diperbaiki /ditimbun dengan material keras.
• Track harus tegak lurus (menyilang) dengan jenjang kerja (free face) yang akan diloading.
• Posisi track adalah 1,5 meter dari free face.

Gambar 9. Teknik Memposisikan Loader pada Bottom Level Track

b. Same Level Track (SLT)


• Landasan excavator harus rata dan keras, apabila landasan lembek/lumpur maka harus dibuang
dan diperbaiki /ditimbun dengan material keras.
• Track harus tegak lurus (menyilang) dengan posisi bidang yang akan diloading.
• Posisi track terhadap bidang gali adalah minimal setengah dari panjang undercarriage.

Gambar 10. Teknik Memposisikan Loader pada Same Level Track


STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

6. Teknik Memposisikan Hauler


• Landasan DT harus rata dan keras, apabila material landasan lembek/lumpur maka front harus
diperbaiki /ditimbun dengan material yang keras. (Gambar 11)
• Front loading bersih dari tumpahan material dan bongkahan boulder.

Gambar 11. Landasan Hauler Pada Front Loading

6A. Side Loading (Track Tegak Lurus Tyre)

X pada metode ini memiliki nilai sama dengan ½ panjang


boom, atau jika menggunakan acuan lebar track maka nilainya
sebagai berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 6 6 5 5 5 4 4

Posisi track seperti ini dapat dilakukan jika sedang melakukan


X loading material yang memiliki jenjang rendah, seperti spoil
Arah pergerakan track

(max. selevel tinggi track) dan tidak rawan longsor. Karena jika
longsor maka unit loader tidak dapat melakukan evakuasi
dengan cepat.

Gambar 12. Ilustrasi Side Loading (Track Tegak Lurus Tyre)


STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

• Untuk memudahkan panduan operator hauler saat melakukan aktifitas spotting, dan aktifitas
spotting dapat dilakukan saat unit loader melakukan digging pertama, maka disarankan untuk dapat
ditambahkan panduan bendera seperti pada ilustrasi di bawah.

X Min. 60 CM

Min.
60 CM

Reflective

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


X 3.50 3.66 4.26 4.53 4.36 4.36 4.08

Gambar 13. Standar Bendera Top Loading

1 2

4 3

Gambar 14. Ilustrasi Aktifitas Spotting Saat Digging Pertama


pada Metode Side Loading (Track Tegak Lurus Tyre)
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

Penjelasan Gambar 14
1. Saat loader melakukan digging pertama, maka operator hauler dapat melakukan aktifitas spotting
mundur dengan acuan bendera pada loader dan juga tanggul pada front loading.
2. Lakukan spotting mundur dengan kecepatan maksimal 10 Km/jam. Turunkan kecepatan saat akan
mendekati tanggul (tanggul bukan berfungsi sebagai stopper).
3. Operator loader melakukan swing dalam kondisi muatan, pastikan bucket berada di elevasi lebih
tinggi dari elevasi vessel dari hauler.
4. Dumping material secara perlahan. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel untuk
mengurangi goncangan pada unit hauler.

6A. Side Loading (Dengan Metode Drive by Loading) (Opsi II)

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


X 4.35 4.57 5.28 5.68 5.29 5.29 5.13

Gambar 15. Ilustrasi Drive by Loading Menggunakan Panduan Bendera (Dilihat Dari Depan)

Metode ini terutama jika sedang melakukan loading material yang memiliki jenjang rendah, seperti
spoil, yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga loader harus sering geser dudukan karena material di
posisi loader awal telah habis.

X pada metode ini memiliki nilai sama dengan ¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan lebar
track maka nilainya sebagai berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 9 8 8 8 7 7 6
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

1 2
Arah pergerakan track

Arah pergerakan track


X X

4 3
Arah datangnya hauler

Arah datangnya hauler


Arah pergerakan track

Arah pergerakan track


X X

Gambar 16. Ilustrasi Drive by Loading (Dilihat Dari Atas)

Penjelasan Gambar 16
1. Saat loader melakukan digging pertama, maka operator hauler dapat melakukan aktifitas spotting
maju dengan acuan bendera pada loader.
2. Lakukan spotting maju dengan kecepatan maksimal 10 Km/jam. Turunkan kecepatan saat akan
mendekati tanggul (tanggul bukan berfungsi sebagai stopper).
3. Operator loader melakukan swing dalam kondisi muatan, pastikan bucket berada di elevasi lebih
tinggi dari elevasi vessel dari hauler.
4. Dumping material secara perlahan. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel
untuk mengurangi goncangan pada unit hauler.
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

6B. Side Loading (Track Sejajar Tyre)

Over burden Metode ini dilakukan jika secara lebar front


Coal
masih memungkinkan (dengan metode ini
maka swing angle max 90° sehinga cycle time
dapat lebih kecil jika dibandingkan back
loading). Jika lebar front tidak memungkinkan
X
maka lakukan metode back loading.
Daerah galian
Arah pergerakan track

High wall
X pada metode ini memiliki nilai sama dengan
¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan
lebar track maka nilainya sebagai berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 9 8 8 8 7 7 6

Gambar 17. Ilustrasi Side Loading (Track Sejajar Tyre)

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


X 4.35 4.57 5.28 5.68 5.29 5.29 5.13

Gambar 18. Side Loading (Track Sejajar Tyre) Menggunakan Panduan Bendera Dilihat dari Depan
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

Coal
Over burden
1 Coal
Over burden 2

High wall High wall

Coal
Over burden 4 Over burden
3
Coal

High wall High wall

Gambar 19. Ilustrasi Side Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Atas

Penjelasan Gambar 19
1. Saat loader melakukan digging pertama, maka operator hauler dapat melakukan aktifitas spotting
mundur dengan acuan bendera pada loader dan juga tanggul pada front loading.
2. Lakukan spotting mundur dengan kecepatan maksimal 10 Km/jam. Turunkan kecepatan saat akan
mendekati tanggul (tanggul bukan berfungsi sebagai stopper).
3. Operator loader melakukan swing dalam kondisi muatan, pastikan bucket berada di elevasi lebih
tinggi dari elevasi vessel dari hauler.
4. Dumping material secara perlahan. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel
untuk mengurangi goncangan pada unit hauler.
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

6C. Back Loading (Track Sejajar Tyre)

Metode ini dilakukan jika secara lebar front


tidak memungkinkan menggunakan metode
Over burden
Coal
side loading (area front sempit). Sehingga
posisi track pun dibuat sejajar tyre agar
loader tidak perlu reposisi track saat akan
berpindah/mundur saat melakukan aktifitas
Arah pergerakan track
loading.
X

Daerah galian X pada metode ini memiliki nilai sama


dengan ½ panjang boom, atau jika
menggunakan acuan lebar track maka
High wall
nilainya sebagai berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 6 6 5 5 5 4 4

Gambar 20. Ilustrasi Back Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Atas

Metode ini dapat dilakukan di lapangan


karena secara jangkauan arm loader
Over burden
Coal memungkinkan menjangkau ke vessel
terdepan dari unit hauler.

Metode ini dapat mengurangi cycle time dari


loader dengan swing angle yang lebih kecil
X (±150°), dengan syarat secara lebar front
Daerah galian
memenuhi untuk dilakukan metode ini
(operator loader dan GL pengawas aktifitas
High wall
ini wajib memastikan lebar front memenuhi
syarat sebelum metode ini dapat dilakukan).

Gambar 21. Ilustrasi Back Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Atas, dengan Swing Angle Kecil
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

Jarak Track Terhadap Tanggul pada Back Loading (Track Sejajar Tyre)

Untuk jarak track terhadap unit hauler (x) sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, yaitu ½ panjang
boom. Sedangkan jarak track terhadap tanggul panduan mundur hauler (x’) saat melakukan aktifitas
top loading adalah ¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan lebar track maka nilainya sebagai
berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 9 8 8 8 7 7 6

Gambar 22. Ilustrasi Back Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Samping

6D. Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre)

X pada metode ini memiliki nilai sama dengan


¾ panjang boom, atau jika menggunakan
acuan lebar track maka nilainya sebagai
berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 9 8 8 8 7 7 6

Metode ini seharusnya tidak dilakukan,


Arah pergerakan track

karena jika posisi track seperti ini, maka


seharusnya terjadi di front yang sangat lebar
(> lebar standart front PPMS).
X
Jika memang front nya sangat lebar, maka
sebaiknya sekalian saja hauler diletakan di
posisi side loading (sehingga swing angle
akan lebih kecil (max. 90°)).

Gambar 23. Ilustrasi Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre) Dilihat dari Atas
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

Jarak Track Terhadap Tanggul pada Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre)

Untuk jarak track terhadap unit hauler (x) sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, yaitu ¾ panjang
boom. Begitu juga untuk jarak track terhadap tanggul panduan mundur hauler (x’) saat melakukan
aktifitas top loading juga ¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan lebar track maka nilainya
sebagai berikut:

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Berapa Kali Lebar Track? 9 8 8 8 7 7 6

Gambar 24. Ilustrasi Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre) Dilihat dari Samping
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

7. Teknik Digging
a. Bottom Level Track (BLT)
• Pada saat melakukan digging, jangan paksakan ketika unit mulai terasa tidak stabil (miring) dan
ketika unit mulai amblas.
• Pada penerapan metode ini, maka lakukan digging sequence dari layer atas. (Gambar 25)
• Pada penerapan metode ini, jangan menarik arm > 30º agar track tidak mengenai teeth bucket.
(Gambar 26)
• Dilarang melakukan travel pada saat digging. (Gambar 27)
• Sudut bucket pada saat digging yang ideal adalah 40o. (Gambar 28)
b. Same Level Track (SLT)
• Pada saat melakukan digging, jangan paksakan ketika unit mulai terasa tidak stabil (miring) dan
ketika unit mulai amblas.
• Pada penerapan metode ini, maka lakukan digging sequence dari layer atas. (Gambar 25)
• Pada penerapan metode ini, hindari bucket menyentuh undercarriage. (Gambar 26)
• Apabila ada tumpukan material di sekitar track, maka harus diratakan pada saat maintenance
front oleh bulldozer ketika unit excavator berpindah posisi. Limpasan material saat proses
loading juga harus dijaga supaya tidak melebihi tinggi undercarriage dengan di ratakan
menggunakan bucket excavator.
• Dilarang melakukan travel pada saat digging. (Gambar 27)
• Sudut bucket pada saat digging yang ideal adalah 40o. (Gambar 28)

Gambar 25. Digging Sequence Dari Layer Atas Gambar 26. Jangan Menarik Arm > 30º Agar Track
Tidak Terkena Teeth Bucket.
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

Gambar 27. Dilarang Melakukan Travel Pada Gambar 28. Sudut Bucket Saat Digging (40o)
Saat Digging.

8. Teknik Swing
Tidak ada perbedaan antara teknik swing pada metode Bottom Level Track (BLT) dan Same Level
Track (SLT) yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat melakukan pergerakan swing muatan, lakukan kombinasi attachment dengan baik,
sehingga bucket cepat terangkat di atas vessel DT.
b. Pada saat swing kosongan, arahkan bucket ke posisi pengambilan sesuai urutuan digging
sequence.

9. Teknik Pemuatan Material Pada Vessel


a. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel untuk mengurangi goncangan pada
unit DT.
b. Gunakan kombinasi attachment yang tepat saat penumpahan material. Tempatkan material di
tengah tengah vessel DT.
c. Tahapan pengisian DT OB dimulai dari tengah, depan, belakang dan kemudian tahapan
spreading. Sebagai contoh ilustrasi lima (5) passing sebagai berikut :

1) Urutan pertama tempatkan material pada bagian tengah


vessel DT.
2) Urutan kedua, tempatkan material pada bagian depan
dengan melakukan penumpahan/spreading material dari
tengan mengarah ke bagian depan.
3) Urutan ketiga, tempatkan material pada bagian depan
vessel (tidak diizinkan melakukan pengisian hingga ke
bagian protector).
4) Urutan keempat, tempatkan material pada bagian
belakang.
5) Urutan kelima, lakukan spreading material untuk
menyeimbangkan bentuk muatan pada vessel dan
memastikan bentuk muatan sesuai dengan konstruksi
vessel (tidak terdapat ruang kosong pada vessel). Gambar 29. Urutan Penempatan Material
d. Pastikan muatan tidak overload. Pada Vessel DT
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

10. Pembentukan Jenjang Kerja


Pembentukan jenjang kerja untuk metode top loading ini yaitu memastikan pekerjaan loading sesuai dengan
design dari engineering agar area tambang menjadi rapi, teratur dan aman.

11. Pembentukan Surface


a. Apabila landasan DT masih lembek, buang material yang lembek dan ganti dengan material keras dan
kering.
b. Membentuk drainage, sehingga tidak ada potensi genangan air.

12. Sequence Pergerakan Loader Pada Proses Loading


a. Bottom Level Track (BLT)

Base Base

(ii)
(i)

Base
Base

(iv)
(iii)

Base

(vi)
(v)

Gambar 30. Urutan Pergerakan Loader Pada Bottom


Level Track (BLT)
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

12. Sequence Pergerakan Loader Pada Proses Loading


b. Same Level Track (SLT)

Stock Material Loading

Stock Material Loading

(i) (ii)

Stock Material Loading


Stock Material Loading

(iv)
(iii)

Stock Material Loading


Stock Material Loading

(vi)
(v)

Gambar 31. Urutan Pergerakan Loader Pada Same


Level Track (SLT)
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

13. Posisi track / undercarriage saat melakukan aktifitas top loading.


A. Sejajar material / bench

Posisi track seperti ini dapat dilakukan jika sedang


melakukan loading material pada lebar front yang
cukup dan memiliki jenjang rendah, serta volume
material tidak terlalu banyak, seperti spoil dan coal
pile.
X
Karena jika metode ini diterapkan pada material
Arah pergerakan track

lain, maka jika terjadi longsor, unit loader tidak


dapat melakukan evakuasi dengan cepat.

Gambar 32. Posisi Track Sejajar Material Saat Top Loading

B. Tegak Lurus material / bench

Front Sempit

Posisi track seperti ini dilakukan jika sedang


Over burden melakukan loading material di front yang sempit
Coal
(lebar front < standar PPMS). Sehingga loader tidak
perlu reposisi track saat akan berpindah/mundur saat
melakukan aktifitas loading.
Arah pergerakan track

Daerah galian

High wall

Front Lebar

Pada front yang lebar, maka dilakukan metode


seperti pada gambar di samping. Sehingga saat
terjadi longsor, loader dapat segera melakukan
evakuasi dengan cepat. Pergerakkan track harus
dilakukan secara zig – zag seperti pada gambar di
samping.

Gambar 33. Posisi Track Tegak Lurus Material Saat Top Loading
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

14. Lebar front minimum aktifitas top loading.

Side Loading

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Y (Radius Swing dari
Counter Weight ke
13.50 15.50 16.50 17.50 17.50 17.50 18.50
Bucket Saat Top
Loading)
Lebar HD 465 (inc spion) 6.00 6.00 NA NA NA NA NA
Lebar HD 785 (inc spion) 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00
Lebar HD 1500 (inc spion) NA NA NA 7.70 7.70 7.70 7.70
Total WG Minimum
Y + 1/2 L + 1/2 L (Safety
24.00 26.00 27.00 29.05 29.05 29.05 30.05
Factor Kanan) + 1/2 L
(Safety Factor Kiri)

Back Loading

EGI PC 800/850 PC 1250 PC 2000 PC 3000 EX 2500 EX 2600 PC 4000


Y (Radius Swing dari
Counter Weight ke Bucket 13.50 15.50 16.50 17.50 17.50 17.50 18.50
Saat Top Loading)

Lebar HD 465 (inc spion) 6.00 6.00 NA NA NA NA NA


Lebar HD 785 (inc spion) 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00
Lebar HD 1500 (inc spion) NA NA NA 7.70 7.70 7.70 7.70
Total WG Minimum
Y + 1/2 L (Safety Factor
20.50 22.50 23.50 24.50 24.50 24.50 25.50
Kanan) + 1/2 L (Safety
Factor Kiri)

Gambar 34. Standar Lebar Front Minimum


STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

D. KEBIJAKAN
• Opsi lain yang dapat digunakan dalam menentukan jarak antara unit loader dan hauler saat melakukan
aktifitas top loading adalah dengan menggunakan pin boom – arm sebagai acuannya, untuk semua
EGI unit loader, pada saat posisi bucket sedang berada di atas vessel hauler. Hal ini berlaku baik
metode side loading dan back loading.

Gambar 35. Acuan Opsional Jarak Hauler terhadap Loader

• PC 800 dan PC 1250 (atau setara) sebaiknya tidak melakukan aktifitas top loading jika dipasangkan
dengan HD 785, jika pun harus melakukan aktifitas ini maka dilakukan secara short term seperti saat
menghabiskan dudukan bench loading, loading spoil, ataupun loading coal pile hasil cleaning/tarikan
floor batubara. Selain itu harus dengan beberapa kontrol sebagai berikut:
 Pengawasan melekat oleh GL.
 Acting GL / FGDP tidak boleh terlibat pengawasan aktifitas ini.
 Di awal sebelum bekerja GL wajib melakukan JSA (Job Safety Analysis) dan telah
disosialisasikan ke seluruh karyawan terkait.
 Operator loader juga telah dilakukan assessment / validasi lapangan dari instruktur terkait
readyness ybs. untuk melakukan aktifitas loading dengan HD 785.
 Dalam JSA wajib dianalisa terkait opsi metode loading yang akan dipakai; apakah side
loading, drive by loading, atau back loading. Jika side loading maka pastikan aktifitas swing
bucket dilakukan dari arah belakang (ekor) vessel sehingga tidak perlu mengangkat boom unit
loader terlalu tinggi dan menyebabkan material bucket jatuh mengenai kabin. Jika hasil JSA
nya adalah dilakukan metode back loading, maka direkomendasikan dilakukan dengan metode
pada Gambar 21 (metode ini memungkinkan jikapun material terjatuh saat proses loading,
potensi kabin loader terlenting material menjadi lebih kecil).
STANDAR PARAMETER

TOP LOADING

 Pandangan operator loader minimal sejajar dengan brake lamp hauler. Jika lebih rendah dari
itu maka wajib dilakukan; meninggikan dudukan loader (menimbun dengan material sekitar)
atau menurunkan dudukan hauler (dengan menggali area dudukan hauler menggunakan
dozer).

Gambar 36. Penamaan Bagian Belakang HD 465/785/1500

 Lebar jenjang kerja sesuai standar.


 HD 785 disarankan memiliki tipe vessel yang standar, tanpa ada tambahan guard.
 Safety culture dan leadership di atas level I untuk operator dan group leader yang terlibat.
 Untuk penerangan, mengikuti aturan dalam STD Penerangan, dimana intensitas pencahayaan
minimal 20 lux di point loading.
 Khusus PC 800 atau setara saat akan melakukan aktifitas loading versus HD 785, Operator
Probation (loader) dilarang terlibat dalam melakukan aktifitas ini. Selain itu saat akan
melakukan aktifitas ini, setiap Project Manager wajib untuk membuat dokumen duplikasi
Kajian Teknis PC 800 vs HD 785 (dan telah disesuaikan dengan kondisi site) serta telah
ditandatangani oleh Project Manager. Selain itu SHE dan Production Dept. site wajib untuk
mengupdate HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) level site, sesuai dengan
rekomendasi dalam Kajian Teknis ini.

You might also like