STD Top Loading
STD Top Loading
TOP LOADING
A. TUJUAN :
Memberikan pedoman bagi Operator, Group Leader (GL), atau PIC terkait, dalam hal penggalian
material dengan metode top loading.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari standar parameter ini adalah metode teknik operasi penggalian material dengan
metode top loading.
C. PERSIAPAN
1. Setiap operator yang mengoperasikan unit excavator harus merupakan operator COP kelas A.
2. Material overburden yang akan diloading memiliki fragmentasi yang baik, ditandai dengan waktu
digging time < 11 detik.
3. Mathing Factor (MF) 0,95.
4. Unit excavator tidak dalam keadaan low power engine dan hydrolik.
5. Lebar jenjang kerja sesuai STD Dimensi Kerja PPMS.
6. Dudukan excavator dan surface dudukan DT di front tidak amblas - amblasan, keras dan flat.
7. Kondisi & lebar jalan dan akses keluar masuk front & disposal sesuai standar.
D. AKTIFITAS OPERASIONAL
Metode teknik operasi penggalian material dengan tipe top loading adalah merupakan aktifitas yang
mengharuskan excavator untuk melakakukan loading material pada level track atau di bawah track,
dengan level DT selevel dengan level track excavator. Kondisi seperti ini biasa ditemukan di area
loading final tipe V-cut, loading soft material (mud & sub soil yang jika menggunakan tipe bench
loading maka unit excavator akan amblas), dan spoil. Metode top loading dibagi menjadi 2 tipe sebagai
berikut :
1. Bottom Level Track (BLT), adalah suatu proses loading dimana posisi material berada di bawah
elevasi track. Sebagai contoh pekerjaan BLT diantaranya proses loading V-Cut (Goodbye Cut).
(Gambar 1)
2. Same Level Track (SLT), adalah suatu proses loading dimana alat loader dan alat hauler sejajar, dan
posisi material yang digali adalah sama rata dengan alat loader dan hauler, pada lokasi daya dukung
tanah rendah (rawan amblas). Contoh : loading spoil (sequence mundur) dan loading old dump
(sequence maju). (Gambar 2)
TOP LOADING
Stock Material
TOP LOADING
Gambar 5. Persiapan Surface Area Front Loading Bottom Level Track (BLT)
Gambar 6. Persiapan Surface Area Front Loading Same Level Track (SLT)
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
4. Persiapan Operasi
a. Buat tanggul pengaman (kecuali metode drive by loading) yang berfungsi sebagai stoper DT &
pengaman dari unit hauler dan loader. Dimensi tinggi tanggul pengaman adalah ½ dari tinggi
tyre unit hauler dan ketebalan tanggul 2 meter.
b. Usahakan kondisi front rata. Hal ini untuk mempermudah DT melakukan manuver.
c. Lakukan komunikasi 2 arah secara aktif antara unit loader dan hauler. Posisikan unit hauler
selalu di luar radius swing counterweight loader, agar unit hauler tidak tersenggol unit loader.
½T
tyre
2 M’
TOP LOADING
TOP LOADING
(max. selevel tinggi track) dan tidak rawan longsor. Karena jika
longsor maka unit loader tidak dapat melakukan evakuasi
dengan cepat.
TOP LOADING
• Untuk memudahkan panduan operator hauler saat melakukan aktifitas spotting, dan aktifitas
spotting dapat dilakukan saat unit loader melakukan digging pertama, maka disarankan untuk dapat
ditambahkan panduan bendera seperti pada ilustrasi di bawah.
X Min. 60 CM
Min.
60 CM
Reflective
1 2
4 3
TOP LOADING
Penjelasan Gambar 14
1. Saat loader melakukan digging pertama, maka operator hauler dapat melakukan aktifitas spotting
mundur dengan acuan bendera pada loader dan juga tanggul pada front loading.
2. Lakukan spotting mundur dengan kecepatan maksimal 10 Km/jam. Turunkan kecepatan saat akan
mendekati tanggul (tanggul bukan berfungsi sebagai stopper).
3. Operator loader melakukan swing dalam kondisi muatan, pastikan bucket berada di elevasi lebih
tinggi dari elevasi vessel dari hauler.
4. Dumping material secara perlahan. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel untuk
mengurangi goncangan pada unit hauler.
Gambar 15. Ilustrasi Drive by Loading Menggunakan Panduan Bendera (Dilihat Dari Depan)
Metode ini terutama jika sedang melakukan loading material yang memiliki jenjang rendah, seperti
spoil, yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga loader harus sering geser dudukan karena material di
posisi loader awal telah habis.
X pada metode ini memiliki nilai sama dengan ¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan lebar
track maka nilainya sebagai berikut:
TOP LOADING
1 2
Arah pergerakan track
4 3
Arah datangnya hauler
Penjelasan Gambar 16
1. Saat loader melakukan digging pertama, maka operator hauler dapat melakukan aktifitas spotting
maju dengan acuan bendera pada loader.
2. Lakukan spotting maju dengan kecepatan maksimal 10 Km/jam. Turunkan kecepatan saat akan
mendekati tanggul (tanggul bukan berfungsi sebagai stopper).
3. Operator loader melakukan swing dalam kondisi muatan, pastikan bucket berada di elevasi lebih
tinggi dari elevasi vessel dari hauler.
4. Dumping material secara perlahan. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel
untuk mengurangi goncangan pada unit hauler.
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
High wall
X pada metode ini memiliki nilai sama dengan
¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan
lebar track maka nilainya sebagai berikut:
Gambar 18. Side Loading (Track Sejajar Tyre) Menggunakan Panduan Bendera Dilihat dari Depan
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Coal
Over burden
1 Coal
Over burden 2
Coal
Over burden 4 Over burden
3
Coal
Gambar 19. Ilustrasi Side Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Atas
Penjelasan Gambar 19
1. Saat loader melakukan digging pertama, maka operator hauler dapat melakukan aktifitas spotting
mundur dengan acuan bendera pada loader dan juga tanggul pada front loading.
2. Lakukan spotting mundur dengan kecepatan maksimal 10 Km/jam. Turunkan kecepatan saat akan
mendekati tanggul (tanggul bukan berfungsi sebagai stopper).
3. Operator loader melakukan swing dalam kondisi muatan, pastikan bucket berada di elevasi lebih
tinggi dari elevasi vessel dari hauler.
4. Dumping material secara perlahan. Lakukan dumping material sedekat mungkin dengan vessel
untuk mengurangi goncangan pada unit hauler.
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Gambar 20. Ilustrasi Back Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Atas
Gambar 21. Ilustrasi Back Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Atas, dengan Swing Angle Kecil
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Jarak Track Terhadap Tanggul pada Back Loading (Track Sejajar Tyre)
Untuk jarak track terhadap unit hauler (x) sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, yaitu ½ panjang
boom. Sedangkan jarak track terhadap tanggul panduan mundur hauler (x’) saat melakukan aktifitas
top loading adalah ¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan lebar track maka nilainya sebagai
berikut:
Gambar 22. Ilustrasi Back Loading (Track Sejajar Tyre) Dilihat dari Samping
Gambar 23. Ilustrasi Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre) Dilihat dari Atas
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Jarak Track Terhadap Tanggul pada Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre)
Untuk jarak track terhadap unit hauler (x) sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, yaitu ¾ panjang
boom. Begitu juga untuk jarak track terhadap tanggul panduan mundur hauler (x’) saat melakukan
aktifitas top loading juga ¾ panjang boom, atau jika menggunakan acuan lebar track maka nilainya
sebagai berikut:
Gambar 24. Ilustrasi Back Loading (Track Tegak Lurus Tyre) Dilihat dari Samping
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
7. Teknik Digging
a. Bottom Level Track (BLT)
• Pada saat melakukan digging, jangan paksakan ketika unit mulai terasa tidak stabil (miring) dan
ketika unit mulai amblas.
• Pada penerapan metode ini, maka lakukan digging sequence dari layer atas. (Gambar 25)
• Pada penerapan metode ini, jangan menarik arm > 30º agar track tidak mengenai teeth bucket.
(Gambar 26)
• Dilarang melakukan travel pada saat digging. (Gambar 27)
• Sudut bucket pada saat digging yang ideal adalah 40o. (Gambar 28)
b. Same Level Track (SLT)
• Pada saat melakukan digging, jangan paksakan ketika unit mulai terasa tidak stabil (miring) dan
ketika unit mulai amblas.
• Pada penerapan metode ini, maka lakukan digging sequence dari layer atas. (Gambar 25)
• Pada penerapan metode ini, hindari bucket menyentuh undercarriage. (Gambar 26)
• Apabila ada tumpukan material di sekitar track, maka harus diratakan pada saat maintenance
front oleh bulldozer ketika unit excavator berpindah posisi. Limpasan material saat proses
loading juga harus dijaga supaya tidak melebihi tinggi undercarriage dengan di ratakan
menggunakan bucket excavator.
• Dilarang melakukan travel pada saat digging. (Gambar 27)
• Sudut bucket pada saat digging yang ideal adalah 40o. (Gambar 28)
Gambar 25. Digging Sequence Dari Layer Atas Gambar 26. Jangan Menarik Arm > 30º Agar Track
Tidak Terkena Teeth Bucket.
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Gambar 27. Dilarang Melakukan Travel Pada Gambar 28. Sudut Bucket Saat Digging (40o)
Saat Digging.
8. Teknik Swing
Tidak ada perbedaan antara teknik swing pada metode Bottom Level Track (BLT) dan Same Level
Track (SLT) yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat melakukan pergerakan swing muatan, lakukan kombinasi attachment dengan baik,
sehingga bucket cepat terangkat di atas vessel DT.
b. Pada saat swing kosongan, arahkan bucket ke posisi pengambilan sesuai urutuan digging
sequence.
TOP LOADING
Base Base
(ii)
(i)
Base
Base
(iv)
(iii)
Base
(vi)
(v)
TOP LOADING
(i) (ii)
(iv)
(iii)
(vi)
(v)
TOP LOADING
Front Sempit
Daerah galian
High wall
Front Lebar
Gambar 33. Posisi Track Tegak Lurus Material Saat Top Loading
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Side Loading
Back Loading
TOP LOADING
D. KEBIJAKAN
• Opsi lain yang dapat digunakan dalam menentukan jarak antara unit loader dan hauler saat melakukan
aktifitas top loading adalah dengan menggunakan pin boom – arm sebagai acuannya, untuk semua
EGI unit loader, pada saat posisi bucket sedang berada di atas vessel hauler. Hal ini berlaku baik
metode side loading dan back loading.
• PC 800 dan PC 1250 (atau setara) sebaiknya tidak melakukan aktifitas top loading jika dipasangkan
dengan HD 785, jika pun harus melakukan aktifitas ini maka dilakukan secara short term seperti saat
menghabiskan dudukan bench loading, loading spoil, ataupun loading coal pile hasil cleaning/tarikan
floor batubara. Selain itu harus dengan beberapa kontrol sebagai berikut:
Pengawasan melekat oleh GL.
Acting GL / FGDP tidak boleh terlibat pengawasan aktifitas ini.
Di awal sebelum bekerja GL wajib melakukan JSA (Job Safety Analysis) dan telah
disosialisasikan ke seluruh karyawan terkait.
Operator loader juga telah dilakukan assessment / validasi lapangan dari instruktur terkait
readyness ybs. untuk melakukan aktifitas loading dengan HD 785.
Dalam JSA wajib dianalisa terkait opsi metode loading yang akan dipakai; apakah side
loading, drive by loading, atau back loading. Jika side loading maka pastikan aktifitas swing
bucket dilakukan dari arah belakang (ekor) vessel sehingga tidak perlu mengangkat boom unit
loader terlalu tinggi dan menyebabkan material bucket jatuh mengenai kabin. Jika hasil JSA
nya adalah dilakukan metode back loading, maka direkomendasikan dilakukan dengan metode
pada Gambar 21 (metode ini memungkinkan jikapun material terjatuh saat proses loading,
potensi kabin loader terlenting material menjadi lebih kecil).
STANDAR PARAMETER
TOP LOADING
Pandangan operator loader minimal sejajar dengan brake lamp hauler. Jika lebih rendah dari
itu maka wajib dilakukan; meninggikan dudukan loader (menimbun dengan material sekitar)
atau menurunkan dudukan hauler (dengan menggali area dudukan hauler menggunakan
dozer).