Soal Kasus Refleksi
Soal Kasus Refleksi
Pengalaman berhanrga yang bias saya petik dari penyelesaian permasalahan ini adalah
pentingnya pendekatan yang personal dan inteaktif dalam mengajar. Setiap murid memiliki
kebutuhan dan tantangan yang berbeda, sebagai seorang guru, kita perlu fleksibel dan
kreatif dalam upaya mencari ssolusi yang tepat. Selain itu, saya juga banyak belajar bahwa
membangun kepercayaan ddiri murid adalah kunci untuk membantu mereka mengatasi
segala kesulitan dalam belajar. Dengan memberikan dukungan yang tepat dan
mencciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif, kita dapat membantu murid
mencapai potensi terbaik bagi mereka.
Saya juga belajar bahwa integrasi pemainan edukatif dalam pembelajaran dapat
membuat proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan . ini membantu murid
dalam memahami materi dengan cara yang lebih praktis dan membuat mereka lebih
antusias dalam belajar, berikut cara mengintegrasi permainan edukatif :
Tulis Pengalaman Nyata: Soal studi kasus biasanya meminta Anda untuk menuliskan
pengalaman nyata terkait masalah pembelajaran.
Permasalahan yang Dihadapi: contoh, siswa kurang aktif dalam pembelajaran, sering diam,
atau tidak bersemangat.
Upaya Penyelesaian: identifikasi akar masalah, misalnya, model, metode, dan media
pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa.
Hasil Upaya: Pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan, hasil belajar meningkat.
Pengalaman Berharga: Pengalaman dalam membuat asesmen awal atau diagnostik,
penggunaan media pembelajaran menarik, dan penerapan model Project Based Learning
(PBL).
Contoh_1
Studi Kasus: “Menghadapi Peserta Didik yang Kurang Aktif”
1. Permasalahan apa yang Bapak/Ibu hadapi?
Permasalahan yang pernah saya hadapi adalah peserta didik kurang aktif dalam
pembelajaran, peserta didik kebanyakan diam dan tidak bersemangat, beberapa peserta
didik asik dengan aktivitasnya seperti bercerita dengan teman sebangku, ada yang asik
dengan dunianya sendiri yaitu denga menggambar apapun di buku tulis yang menyebabkan
hasil belajar siswa rendah khususnya dalam mata pelajaran IPA.
Sebagian besar siswa beranggapan www bahwa mata pelajaran IPAS adalah mata pelajaran
yang isinya hanya materi dan bersifat hafalan saja. Pembelajaran lebih banyak berpusat
pada guru dan seringkali berpusat pada LKS. Belum adanya pengetahuan dasar mengenai
latar belakang peserta didik yang akan diajarkan sehingga masih banyak peserta didik yang
kurang aktif dan merasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar.
- Membuat asesmen awal asesmen diagnostik untuk mengetahui tingkat kemampuan awal,
gaya belajar, dan karakteristik peserta didik, selanjutnya hasil dari asesmen diagnostik
tersebut kita buat buku profiling siswa sehingga memudahkan guru dalam membuat
rancangan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa sehingga pembelajarannya lebih
bervariasi dan efektif.
- Menggunakan media pembelajaran berupa kartu flash card tentang materi pelajaran IPAS
khususnya pada materi Bagian-bagian Mata melalui aplikasi canva.
- Menggunakan video pembelajaran yang menarik yaitu video animasi tentang bagian-
bagian mata yang saya ambil pada aplikasi youtube
- Menggunakan LKPD bagian-bagian mata yang menarik perhatian siswa, LKPD ini dibuat
menggunakan aplikasi Canva
- Memanfataakan barang bekas disekitar siswa untuk membuat proyek model 3D bagian-
bagian mata, yang cara pembuatannya bisa kita lihat melalui video youtube.
4.Tulis pengalaman berharga yang bisa Bapak/Ibu petik ketika menyelesaikan masalah
tersebut?
Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga bagi saya sebagai guru dalam
meningkatkan keprofesian. saya belajar bahwa pendekatan pembelajaran yang lebih
kontekstual dan memanfaatkan lingkungan sekitar dapat meningkatkan minat siswa. Selain
itu, penggunaan teknologi seperti Google Drive dalam pengumpulan tugas juga
membuktikan bahwa integrasi antara metode tradisional dan teknologi dapat membuat
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Pengalaman ini akan memotivasi saya untuk terus
mencari metode kreatif dan inovatif dalam mengajar, agar siswa dapat lebih tertarik dan
terlibat dalam proses pembelajaran.
Contoh_3
Studi Kasus: “Mengatasi Perbedaan Kemampuan Siswa dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila”.
1. Permasalahan apa yang Bapak/Ibu hadapi?
Di SMP Negeri ****, saya menghadapi tantangan dalam mengelola perbedaan kemampuan
siswa saat membahas situs dan cagar budaya. Siswa A sangat berbakat dalam media digital,
Siswa B nyaman menulis, dan Siswa C unggul dalam menggambar. Masalahnya adalah
bagaimana membuat semua siswa terlibat dan berkontribusi sesuai kemampuan mereka
tanpa merasa tertinggal.
-Panduan dan Dukungan: Saya memberikan panduan jelas untuk setiap tugas, seperti teknik
video, format laporan, dan referensi gambar.
- Evaluasi dan Umpan Balik: Setelah proyek selesai, saya menilai hasil kerja dan memberikan
umpan balik. Kami juga mengadakan sesi presentasi untuk berbagi hasil dan belajar dari
pekerjaan teman.
4. Tulis pengalaman berharga yang bisa Bapak/Ibu petik ketika menyelesaikan masalah
tersebut?
Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya fleksibilitas dalam pengajaran. Diferensiasi
tugas memungkinkan siswa untuk menunjukkan kekuatan mereka dan merasa dihargai.
Bimbingan dan umpan balik yang tepat membantu siswa memahami materi lebih baik dan
meningkatkan keterlibatan mereka.
Ke depan, saya akan terus menggunakan pendekatan ini untuk memastikan setiap siswa
mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Berikut ini adalah contoh untuk studi kasus pada guru SD yang dapat anda amati, tiru dan
modifikasi sesuai kebutuhan.
Beberapa bulan yang lalu ketika saya mengajar di kelas 4, saya menemukan beberapa
permasalahan/kasus. Salah satunya, pada saat saya mengajar mata pelajaran IPA atau saat
materi IPA, saya melihat ada:
Ada siswa yang menaruh dagunya diatas meja. Mereka terlihat kurang termotivasi untuk
belajar IPA mengenai materi rangkaian listrik. Kemudian saya mengajak siswa-siswa untuk
berdiskusi mengenai persepsi mereka tentang materi rangkaian listrik. Kemudian, juga ada
siswa saya kurang bersemangat dalam belajar. Mereka hanya duduk mendengarkan apa
yang saya sampaikan. Tidak sedikit diantara mereka yang mengantuk mendengarkan saya.
Setelah berdiskusi, situasi yang ditemukan ini ialah saat siswa berpikir bahwa materi
rangkaian listrik itu sulit, tak bisa merangkainya, dan sulit untuk hitung-hitungannya. Selain
itu, berdasarkan pengamatan saya selama mengajar materi IPA, siswa pun cenderung
menunggu arahan saya, ada yang duduk dia mendengarkan saya dan ada beberapa yang tak
memperhatikan saya saat menjelaskan materi.
Ketika saya memberikan pertanyaan pemantik, ada sebagian besar siswa terdiam, melihat
saya serta hanya 2 orang siswa yang menjawab pertanyaan saya.
Saat saya minta siswa untuk menanggapi jawaban temannya, tidak ada siswa yang
memberikan respon.
Sebagai seorang guru, saya pun merasa tertantang untuk merubah cara siswa belajar
mengenai rangkaian listrik. Matei ini sangat penting karena mereka akan berhadapan
dengan listrik setiap saat. Mereka harus memiliki keterampilan bagaimana memanfaatkan
dan terhindar dari kelalaian terkait listrik. Saya juga menyenangkan siswa berharap belajar
IPA lebih dan sesuai dengan karakteristik anak-anak dan sesuai karakteristik mata pelajaran
IPA, sehingga saya berharap dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar
IPA siswa.
Berdasarkan kasus yang saya angkat, kemudian saya berdiskusi dengan rekan guru kelas 4
tentang materi yang sudah disampaikan sebelumnya. Selain itu, saya juga berharap
mendapatkan cara-cara untuk mengatasi kasus yang saya angkat.
3. Apa hasil dari upaya saya tersebut?
Jawaban:
Dari beberapa ide pembelajaran yang menarik, saya memilih pembelajaran berbasis
masalah yang didukung dengan media pembelajaran inovatif untuk mengajarkan materi
IPA topik rangkaian listrik.
Pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan materi yang akan dibahas karena terkait
rangkaian listrik banyak kesalahan / miskonsepsi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Saya berharap siswa mengetahui permasalahan sehari - hari terkait materi rangkaian listrik.
Selain itu, pengggunaan media inovatif yang diperlukan sesuai kebutuhan atau karakteristik
siswa.
4. Pengalaman berharga apa yang bisa saya petik ketika menyelesaikan permasalahan
tersebut?
Jawaban:
Usai menerapkan pembelajaran berbasis masalah yang dibantu dengan media inovatif, saya
melihat banyak siswa saya yang senang dalam belajar. Siswa juga nampak antusias dengan
masalah kehidupan sehari hari yang saya sampaikan dengan berbagai media. Para siswa
tidak hanya menyimak, tetapi mereka juga bertanya kepada saya dan kepada siswa lainnya.
Teruslah mengavaluasi pembelajaran kita dikelas, mintalah umpan balik dan masukan dari
rekan sejawat atau atasan kita tentang model pembelajaran yang kita lakukan di kelas.