Pertanyaan Dan Jawaban Dari Kelompok 3
Pertanyaan Dan Jawaban Dari Kelompok 3
1. Bagaimana sistem GPS laut bereaksi terhadap fenomena multipath, yaitu pantulan
sinyal satelit dari permukaan air, dan bagaimana efek ini dikurangi?
Jawaban :
Multipath terjadi ketika sinyal satelit terpantul dari permukaan air sebelum
mencapai penerima GPS, menyebabkan kesalahan posisi karena waktu tempuh
sinyal pantulan lebih lama.
Cara Mengurangi Efek Multipath:
1. Desain Antena: Antena GPS modern, seperti antena choke ring dan
dengan polarisasi melingkar, dirancang untuk menangkal sinyal pantulan.
2. Filter Sinyal dan Algoritma: Algoritma canggih, seperti filter multipath
dan RAIM, dapat mendeteksi dan mengabaikan sinyal pantulan yang
terlambat.
3. GNSS: Menggunakan satelit dari berbagai konstelasi (GPS, GLONASS,
Galileo) meningkatkan pilihan sinyal yang lebih kuat dan bebas pantulan.
4. Posisi Antena: Pemasangan antena di tempat yang tinggi di kapal
mengurangi peluang terkena sinyal pantulan dari air.
5. DGPS (Differential GPS): Teknik ini menggunakan sinyal koreksi dari
stasiun darat untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi kesalahan
akibat multipath.
Dengan metode ini, efek multipath pada navigasi laut dapat diminimalkan,
sehingga meningkatkan akurasi posisi kapal.
2. Apakah Marine GPS dapat berfungsi dengan baik di daerah dengan banyak pulau
atau saluran sempit yang mempengaruhi cakupan satelit, dan bagaimana cara
optimalisasi sinyal di area seperti itu?
Jawaban :
Marine GPS dapat berfungsi di area dengan banyak pulau atau saluran sempit,
namun sinyal satelit bisa terganggu oleh obstruksi fisik seperti tebing atau
pulau, serta efek pantulan (multipath) dari permukaan air. Untuk mengatasi
masalah ini dan mengoptimalkan kinerja GPS, langkah-langkah berikut bisa
diterapkan:
1. Gunakan Receiver GPS Berkualitas Tinggi: Pilih penerima multi-
frekuensi (seperti L1, L2, L5) yang mendukung SBAS (Satellite-Based
Augmentation System) untuk meningkatkan akurasi dalam kondisi
sulit.
2. Pasang Antena Eksternal: Gunakan antena GPS eksternal dengan
amplifier, dan pasang di lokasi terbuka di atas kapal agar tidak
terhalang oleh objek sekitar.
3. Tambahkan Sistem Navigasi Tambahan: Gunakan alat bantu seperti
chartplotters, AIS (Automatic Identification System), radar, dan
kompas gyro untuk melengkapi navigasi, terutama di area yang rawan
gangguan sinyal GPS.
4. Optimalkan Perangkat Lunak GPS: Gunakan perangkat lunak
dengan algoritma untuk memitigasi gangguan sinyal seperti multipath
dan pastikan peta digital selalu diperbarui untuk navigasi yang lebih
aman.
3. Seberapa jauh teknologi Marine GPS dapat diandalkan untuk melacak rute kapal di
daerah dengan gangguan elektromagnetik tinggi, seperti dekat dengan kabel bawah
laut atau instalasi industri?
Jawaban :
Marine GPS cukup andal untuk melacak rute kapal, namun gangguan
elektromagnetik (EMI) dari kabel bawah laut atau instalasi industri dapat
mengurangi akurasi penentuan posisi. Interferensi sinyal dapat menyebabkan
kesalahan dalam menerima data GPS, sementara efek multipath, di mana
sinyal memantul dari objek logam atau permukaan besar, juga dapat
mempengaruhi ketepatan posisi.
Untuk mengatasi masalah ini, teknologi seperti DGPS (Differential GPS) atau
RTK GPS (Real-Time Kinematic) dapat meningkatkan akurasi dengan
memberikan koreksi sinyal. Selain itu, menggunakan INS (Inertial
Navigation System) sebagai sistem tambahan dapat membantu navigasi saat
sinyal GPS terganggu. Penerima GPS yang dilengkapi filter anti-interferensi
juga dapat meminimalkan dampak EMI. Menempatkan antena GPS di posisi
yang optimal di kapal, jauh dari sumber EMI, juga akan membantu
mempertahankan kinerja yang lebih baik di area dengan gangguan
elektromagnetik tinggi.
5. Bagaimana Marine GPS bisa tetap akurat dalam kondisi "blackout listrik" pada
kapal, dan apakah baterai cadangan pada perangkat cukup andal untuk situasi
darurat?
Jawaban :
Marine GPS tetap berfungsi dan akurat selama blackout listrik di kapal melalui
beberapa mekanisme penting:
1. Baterai Cadangan
Marine GPS dilengkapi dengan baterai cadangan yang secara otomatis aktif ketika
listrik utama terputus. Baterai lithium-ion atau AGM ini biasanya mampu
mempertahankan operasional GPS selama beberapa jam hingga 24 jam, tergantung
kapasitasnya. Ini memberi waktu untuk memperbaiki sumber daya atau mencapai
pelabuhan terdekat.
2. Mode Hemat Energi
Banyak Marine GPS dilengkapi dengan mode hemat energi yang mematikan fitur
non-esensial seperti layar dan backlight untuk mengurangi konsumsi daya. Fungsi
utama navigasi tetap berjalan, memastikan informasi posisi tetap tersedia selama
keadaan darurat.
3. Sistem Daya Ganda
Marine GPS sering terhubung ke sumber daya sekunder, seperti baterai kapal atau
sistem solar. Ini memungkinkan perangkat tetap aktif meskipun sistem utama gagal,
dengan dukungan dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang memberi waktu
untuk pengalihan daya.
4. Redundansi Sistem
Pada kapal besar atau misi kritis, sistem navigasi sering menggunakan GPS redundan,
sehingga perangkat cadangan dapat segera aktif jika GPS utama gagal.
5. Keandalan Baterai
Keandalan baterai cadangan sangat bergantung pada umur, perawatan, dan
pemantauan rutin. Penggantian berkala dan perlindungan dari kelembaban serta korosi
di lingkungan laut sangat penting untuk menjaga performa.
Kesimpulan
Marine GPS dapat tetap beroperasi dengan baik selama blackout listrik berkat
penggunaan baterai cadangan, mode hemat energi, sumber daya sekunder, dan sistem
redundan. Perawatan yang baik memastikan baterai tetap andal dalam situasi darurat,
menjaga akurasi navigasi hingga daya utama pulih.