0% found this document useful (0 votes)
2 views5 pages

Tugas Ke-1

Geosciences

Uploaded by

Diva Nabila
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
2 views5 pages

Tugas Ke-1

Geosciences

Uploaded by

Diva Nabila
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 5

ASAL USUL ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA MENURUT TEORI BIG BANG

DAN NEBULAR

Diva Nabilla Firdaus Putri Irawan


G2401231055
Paralel 1

Dosen Penanggung Jawab


Dr.Drs. Bambang Dwi Dasanto M.Si.

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2024
PENDAHULUAN
Asal usul alam semesta adalah salah satu topik paling mendalam dan
kompleks dalam astrofisika. Teori yang diterima secara luas adalah model Big
Bang, yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari kondisi sangat padat
dan panas sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Model ini diawali dengan ledakan kosmik
besar yang menyebabkan ekspansi dan pendinginan alam semesta. Proses ini
menghasilkan pembentukan elemen-elemen dasar dan struktur awal seperti galaksi
dan bintang.
Observasi dari latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) memberikan
bukti kuat tentang kondisi awal alam semesta. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa fluktuasi dalam CMB mendukung teori inflasi, yang menyatakan bahwa alam
semesta mengalami ekspansi yang sangat cepat pada saat-saat awalnya (Bennett
2019).
Pembentukan tata surya adalah proses yang dimulai sekitar 4,6 miliar tahun
yang lalu dan melibatkan berbagai tahapan kompleks. Menurut teori pembentukan
tata surya yang paling diterima, sistem tata surya terbentuk dari awan gas dan debu
kosmik yang runtuh akibat gravitasi. Proses ini menghasilkan matahari di pusatnya
dan piringan protoplanet yang mengelilinginya. Partikel-partikel dalam piringan ini
saling bertumbukan dan bergabung membentuk planetesimal, yang kemudian
bergabung lebih lanjut membentuk planet dan benda langit lainnya (Hughes dan
Lunine 2018).
Kata kunci: Tata surya, alam semesta, teori Big Bang

INTI TULISAN

I. Teori Big Bang


Teori Big Bang adalah model kosmologis yang menjelaskan asal usul alam
semesta. Menurut teori ini, alam semesta bermula sekitar 13,8 miliar tahun lalu dari
keadaan sangat padat dan panas yang disebut singularitas. Ledakan kosmik besar
yang terjadi pada saat itu memulai proses ekspansi dan pendinginan yang terus
berlanjut hingga saat ini.
Teori ini menganggap segala sesuatu yang ada di alam semesta sekarang
tertekan ke dalam volume yang sangat kecil. Bayangkan seluruh alam semesta yang
dikenal terkompresi menjadi satu massa panas dan kacau. Ekspansi yang eksplosif
menjadi sebuah big bang yang menyebabkan alam semesta mulai berkembang
dengan cepat. Semua materi dan energi di alam semesta, bahkan ruang itu sendiri,
muncul dari ekspansi ini. Dan sejak itu mengembang lalu mendingin. Bukti utama
dari teori ini termasuk radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB),
distribusi galaksi yang teramati, dan hukum Hubble yang menunjukkan bahwa
galaksi-galaksi saling menjauh (Aghanim et al. 2020)

Komponen Utama:
1. Singularitas Awal: Pada awalnya, seluruh materi dan energi alam semesta
terkompresi dalam ruang yang sangat kecil dan padat. Kondisi ini dikenal
sebagai singularitas.
2. Ekspansi Alam Semesta: Setelah ledakan awal, alam semesta mulai
mengembang. Ekspansi ini menyebabkan penurunan suhu dan pembentukan
partikel-partikel subatomik.
3. Pembentukan Elemen Dasar: Beberapa menit setelah Big Bang, kondisi
suhu yang menurun memungkinkan pembentukan inti atom, menghasilkan
unsur-unsur ringan seperti hidrogen dan helium dalam proses yang disebut
nukleosintesis Big Bang.
4. Pembentukan Struktur Kosmik: Seiring waktu, materi yang mengembang
membentuk struktur kosmik seperti galaksi, bintang, dan kelompok galaksi.
Pengamatan latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) yang berasal
dari sisa-sisa radiasi dari Big Bang mendukung model ini dan memberikan
wawasan tentang kondisi awal alam semesta (Bennett. 2019).
5. Inflasi Kosmik: Teori inflasi menjelaskan periode ekspansi eksponensial
yang sangat cepat dalam waktu singkat setelah Big Bang, menjelaskan
isotropi dan homogenitas alam semesta yang kita amati saat ini (Eisenstein
dan Turner 2020).

II. Teori Nebular


Teori Nebular adalah model yang menjelaskan pembentukan sistem tata
surya. Menurut teori ini, tata surya terbentuk dari awan gas dan debu (nebulosa)
yang mengalami keruntuhan gravitasional, menghasilkan bintang pusat (matahari)
dan disertai dengan disk protoplanet yang kemudian membentuk planet, bulan, dan
objek-objek lain dalam sistem tata surya. Teori ini dikembangkan oleh Immanuel
Kant dan Pierre-Simon Laplace.

Komponen Utama:
1. Awal Pembentukan: Awan gas dan debu (nebula) mengalami keruntuhan
gravitasi, mungkin dipicu oleh gelombang kejut dari ledakan supernova atau
peristiwa lainnya.
2. Pembentukan Protoplanet: Proses keruntuhan menyebabkan pemanasan di
pusat awan, membentuk proto-Sun. Di sekitar proto-Sun, piringan protoplanet
terbentuk dari materi yang mengorbit.
3. Aklamasi: Partikel dalam piringan protoplanet saling bertumbukan dan
bergabung membentuk planetesimal. Planetesimal ini kemudian bergabung
membentuk planet dan benda langit lainnya melalui proses yang disebut
akresi.
4. Pembentukan Planet: Planet-planet terbentuk dari planetesimal yang
mengumpul dan bertumbuh melalui proses akresi. Benda langit lainnya
seperti asteroid dan komet juga terbentuk dari sisa-sisa materi di piringan
protoplanet (Hughes dan Lunine 2018).
III. Analisis Bumi sebagai Bagian dari Tata Surya
Bumi merupakan salah satu planet dalam tata surya yang terbentuk melalui
proses yang dijelaskan oleh teori nebular. Sebagai planet ketiga dari Matahari, Bumi
memiliki sejumlah karakteristik yang penting bagi pembentukan dan keberadaannya
dalam sistem tata surya.

Komponen Utama:
1. Posisi dan Orbit: Bumi terletak di zona layak huni, yaitu jarak dari Matahari
yang memungkinkan adanya air dalam bentuk cair. Jarak ini tidak terlalu
dekat untuk menghindari penguapan air, dan tidak terlalu jauh untuk
mencegah pembekuan. Keberadaan orbit yang hampir melingkar juga
mempengaruhi stabilitas iklim Bumi (Hughes dan Lunine 2018).
2. Komposisi dan Struktur: Struktur internal Bumi terdiri dari inti, mantel, dan
kerak. Inti terdiri dari logam cair (nikel dan besi) dan inti padat yang
mempengaruhi medan magnet Bumi. Mantel terdiri dari batuan silikat yang
bergerak perlahan, sedangkan kerak adalah lapisan tipis di permukaan yang
mendukung kehidupan (Asphaug dan Stevenson 2021).
3. Atmosfer: Atmosfer Bumi terdiri dari oksigen, nitrogen, dan gas rumah kaca
yang penting untuk mempertahankan suhu yang mendukung kehidupan.
Lapisan atmosfer juga melindungi Bumi dari radiasi matahari yang berbahaya
dan meteoroid (NASA, 2024).
4. Geodinamika: Proses tektonik lempeng, vulkanisme, dan gempa bumi
mempengaruhi permukaan Bumi dan terus-menerus membentuk dan
membentuk ulang fitur geologisnya. Proses ini juga berperan dalam siklus
karbon yang penting untuk iklim dan kehidupan (Eisenstein & Turner, 2020).

IV. Bumi sebagai Tempat Hidup


Bumi adalah planet yang mendukung kehidupan berkat beberapa faktor unik
yang menyediakannya kondisi yang ideal. Keberadaan berbagai elemen dan proses
yang mendukung kehidupan menjadikannya tempat yang unik di tata surya.

Komponen Utama:
1. Air dalam Bentuk Cair: Bumi memiliki jumlah air yang signifikan, dengan
sekitar 71% permukaannya tertutup oleh lautan. Air dalam bentuk cair
mendukung berbagai proses biologis dan merupakan komponen penting
untuk kehidupan (Hughes dan Lunine 2018).
2. Temperatur Stabil: Efek rumah kaca alami dari atmosfer Bumi membantu
mempertahankan suhu yang mendukung berbagai bentuk kehidupan. Suhu
rata-rata Bumi, sekitar 15°C, memungkinkan adanya air cair dan mendukung
proses biologis yang kompleks (NASA 2024).
3. Keanekaragaman Hayati: Bumi mendukung keanekaragaman hayati yang
luar biasa, dari mikroorganisme hingga organisme kompleks seperti
tumbuhan dan hewan. Keberagaman ini berkontribusi pada ekosistem yang
stabil dan mendukung berbagai bentuk kehidupan (Asphaug dan Stevenson
2021).
4. Nutrisi dan Siklus Ekologis: Bumi memiliki siklus nutrisi yang efisien,
termasuk siklus karbon, nitrogen, dan oksigen, yang mendukung produksi
makanan dan daur ulang bahan-bahan penting bagi kehidupan. Proses-
proses ekologis ini membantu menjaga keseimbangan lingkungan (Eisenstein
dan Turner 2020).

PENUTUP
Ringkasan ini telah membahas teori Big Bang dan teori nebular untuk
menjelaskan asal usul alam semesta dan pembentukan tata surya, serta posisi unik
Bumi sebagai tempat hidup. Bumi, dengan letaknya dalam zona layak huni, atmosfer
yang mendukung, dan adanya air cair, menawarkan kondisi ideal untuk kehidupan.
Pemahaman tentang aspek-aspek ini memberikan wawasan berharga tentang
kosmos dan menekankan pentingnya terus menjelajahi dan memahami lingkungan
kita serta tantangan ilmiah ke depan.

DAFTAR PUSTAKA
N. Aghanim, Y. Akrami, F. Arroja, M. Ashdown, J. Aumont, C. Baccigalupi, M.
Ballardini, A. J. Banday, R. B. Barreiro, N. Bartolo, S. Basak, R. Battye, et
al.(Planck Collaboration). 2020. Planck 2018 results. VI. Cosmological
parameters. Astronomy & Astrophysics. A(6): 641.
Bennett, C. L. 2019. Cosmic microwave background and the early Universe. The
Astrophysical Journal.(878): 142.
Hughes, S. K. D., and Lunine. 2018. Planetary formation and the Solar System.
Annual Review of Earth and Planetary Sciences. (46): 215-240.
Asphaug, E. A., and Stevenson, J. 2021. The formation of the Solar System: Insights
from new observations. Science. 372(6544): 45-50.
Eisenstein, D., and Turner, M. S. 2020. The Early Universe and the Big Bang.
Annual Review of Astronomy and Astrophysics. (58): 177-221.
NASA. 2024. Solar System Exploration. [Diakses 1 September 2024]
https://solarsystem.nasa.gov

You might also like