0% found this document useful (0 votes)
27 views68 pages

Gerd

Diagnosis Gerd

Uploaded by

Eca Yunidra
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
27 views68 pages

Gerd

Diagnosis Gerd

Uploaded by

Eca Yunidra
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 68

GIS1 - Pc1

Tutorial A11
Skenario
Seorang perempuan, 35 tahun datang ke IGD Puskemas dengan keluhan dada terasa panas seperti
terbakar sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan dada terasa panas dirasakan hampir setiap hari, terutama setelah minum kopi dan
terkadang menyebabkan pasien terbangun dari tidur. Keluhan tersebut lebih sering terjadi di
malam hari. Keluhan hilang timbul dan membaik sementara bila pasien mengonsumsi obat
Ranitidine dan antasida. Karena keluhan ini, nafsu makan pasien menjadi terganggu dan terjadi
penurunan berat badan 4 kg dalam 1 bulan ini. Pasien mengaku pernah merasakan keluhan serupa
pada saat hamil dengan usia gestasi 32-33 minggu. Pasien tidak merokok maupun minum
minuman beralkohol
Skenario
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: pikiran tenang
Tanda vital : tekanan darah 110/70mmHg, frekuensi pernafasan 18 kali per menit, frekuensi nadi 96 kali per
menit dan teraba kuat, suhu 36,8°C
Status Gizi : Berat badan 86 kg, tinggi badan 155 cm.
Pemeriksaan kepala: tidak anemis, tidak ikterik
Pemeriksaan thoraks: kesan dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen: inspeksi normal, nyeri tekan epigastrium, Murphy sign (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, timpani, normoperistaltik.
Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada edema, akral hangat
Skenario
Pasien dirujuk ke Spesialis Penyakit Dalam untuk tindakan lanjutan. Saat
kontrol, pasien membawa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
spesialis penyakit dalam. Ultrasonografi abdomen dengan hasil normal. Hasil
esofagogastroduodenoskopi dijumpai eritema esofagus distal dengan lesi
erosiva pada mukosa esofagus. Pada pemeriksaan histopatologi kesan
esofagitis
Ikabella Purba

Anatomi Esofagus
dan Gaster
Esofagus
Secara makroskopis esofagus terbagi atas 3 bagian:
1. Pars Cervicalis
2. Pars Thoracica
3. Pars Abdominalis

Liem, I. K. (Ed.). (n.d.). 7th Edition Author : By Frank H. In Atlas Anatomi Manusia Netter.
Esofagus

Liem, I. K. (Ed.). (n.d.). 7th Edition Author : By Frank H. In Atlas Anatomi Manusia Netter.
Gaster

Batas :
Anterior: diafragma, hepar (lobus kiri), dan
dinding perut anterior.
Posterior: bursa omental , pankreas, renal kiri dan
kelenjar adrenal, limpa, dan arteri lienalis.
Superior: esofagus dan diafragma.
Inferior dan lateral: mesokolon transversal

Liem, I. K. (Ed.). (n.d.). 7th Edition Author : By Frank H. In Atlas Anatomi Manusia Netter.
Gaster

Liem, I. K. (Ed.). (n.d.). 7th Edition Author : By Frank H. In Atlas Anatomi Manusia Netter.
Gaster

Liem, I. K. (Ed.). (n.d.). 7th Edition Author : By Frank H. In Atlas Anatomi Manusia Netter.
Chintya Febrina Pelawi

Fisiologi Sistem
Pencernaan dan
Pembentukan HCl
Fisiologis Pencernaan

Sherwood, L. (2015). From cells to systems, 9th (9th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Publishing.
Guyton, A.C., Hall, J.E. (2016). Textbook of Medical Physiology, 13th edition. Elsevier.
Pembentukan Hcl

Sherwood, L. (2015). From cells to systems, 9th (9th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Publishing.
Arryan Bramlie

DD Dada Terasa
Panas
Researchgate.net. Retrieved October 2, 2024, from https://www.researchgate.net/profile/Jesper-
Lagergren/publication/347855104/figure/tbl1/AS:1029899615739905@1622558611248/Differential-Diagnoses-to-Be-Considered-in-the-Evaluation-of-a-Patient-With-Suspected.png
Andi Sri Mulyani

Patofisiologi Dada
Terasa Panas
Inkompetensi lower esophageal sphincter (LES)

LES tidak menutup rapat (abnormalitas)

Asam lambung naik ke esofagus (refluks)

Iritasi mukosa esofagus (perradangan)

Dinding esofagus teriritasi oleh asam lambung

Kopi (kafein)
FAKTOR RESIKO Obesitas
Melemahkan LES Tekanan intra abdomen
Meningkatkan asam meningkatkan refluks

Alkohol Kehamilan
Melemahkan LES Progesteron tonggi
Meningkatkan asam tekanan dari rahim

Merrokok (nikotin)
Melemahkan LES
Mengiritasi mukosa

Asam lambung naik keesofagus

Mukosa esofagus teriritasi oleh asam lambung

GEJALA Regurgitasi asam


Sensasi panas didada

Nyeri dada Disfagia

Mual/muntah
Gastroesophageal reflux disease (GERD) is one of the most common disorders with an increasing incidence and prevalence. Alcohol consumption may be a risk factor… Sumber: PubMed Central (PMC) https://search.app/S47m5bAxNRbYvAvH6
Batuk kering kronis Epidemiological data have demonstrated that obesity is an important risk factor for the development of gastroesophageal reflux disease. There is also accumulati… Sumber: PubMed Central (PMC) https://search.app/ruWxbXgNbnFDMdET7
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8778943/
Marshanda Febriana

Mekanisme Dada Terasa


Panas di Malam Hari dan
Nyeri Tekan Epigastrium
Mekanisme dada terasa panas di malam hari
Tidak ada gaya Pada penderita GERD : Isi lambung
gravitasi yang dapat tekanan sfingter
Pada keadaan mengalir balik
membantu
berbaring gastroesofagus atau naik ke
mencegah refluks
menurun atau melemah esofagus
asam lambung

Isi lambung
Sensasi terbakar
mengiritasi
“Heartburn”
esofagus

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A,. K, Simadibrata, M,. Setiyohadi, B,. Syam, F, A. (2014). Ilmu penyakit dalam Jilid II. Jakarta : InternaPublishing.
Mekanisme nyeri tekan epigastrium

Iritasi pada paparan berulang


Tekanan sfingter Asam lambung
mukosa terhadap asam
esofagus bawah dapat naik ke lambung ⭢
esofagus dapat
(LES) menurun esofagus peradangan
memicu nyeri
(esofagitis)

Peningkatan
sensitivitas terhadap
asam ⭢ kontak
Nyeri tekan pada
asam lambung
dengan dinding
epigastrium
esofagus ⭢
nyeri lebih intens

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A,. K, Simadibrata, M,. Setiyohadi, B,. Syam, F, A. (2014). Ilmu penyakit dalam Jilid II. Jakarta : InternaPublishing.
Posisi tidur dapat memperburuk refluks ⭢ di sarankan untuk
tidur dengan posisi kepala ditinggikan saat tidur untuk
mencegah refluks asam dari lambung ke esofagus

Refluks pada malam hari ⭢ lebih besar berpotensi


menimbulkan kerusakan esofagus karena selama tidur
sebagian besar mekanisme bersihan esofagus tidak aktif.

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A,. K, Simadibrata, M,. Setiyohadi, B,. Syam, F, A. (2014). Ilmu penyakit dalam Jilid II. Jakarta : InternaPublishing.
Akbar Hakim Habibie

Tanda Bahaya
(Alarm Symptoms)
Dada Terasa Panas
Heartburn
Rasa panas pada dada (Heartburn) adalah
sensasi panas di balik tulang dada yang
dimulai dari epigastrik, menjalar sampai
ke proksimal dada
Heartburn adalah gejala klinis khas
pasien GERD

Setiati, Siti; Alwi, Idrus; Sudoyono, Aru. W; K. Simadibrata, Marcellus; Setiyohadi, Bambang; Syam Ari, F. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi keenam Jilid II. In Interna Publishing.
ALARM SYMPTOMS
Penting bagi pasien dengan
Alarm Symptoms keluhan heartburn/GERD
Age/umur > 40 tahun Esofagogastroduodenoskopi
Loss of weight/BB Menurun bila heartburn disertai
Anemia dengan Alarm Symptoms
Restriction : Disfagia & odinofagia
Riwayat keluarga kanker eso-gaster
Melena/Hematemesis

Jameson, J. L., Kasper, D. L., Longo, D. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., & Loscalzo, J. (2018). Harrison’s Principles of Internal Medicine, 20th edn, McGrawHill Education. In United States of America.
Setiati, Siti; Alwi, Idrus; Sudoyono, Aru. W; K. Simadibrata, Marcellus; Setiyohadi, Bambang; Syam Ari, F. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi keenam Jilid II. In Interna Publishing.
Gejala GERD (Heartburn)

Alarm symptoms
(-) Alarm symptoms
(+) Alarm symptoms
Terapi empirik Gejala menetap
atau gagal
Rujuk untuk eksplorasi
Respon baik
diagnostik (endoskopi)

Terapi minimal 4 minggu

On-demand therapy

Setiati, Siti; Alwi, Idrus; Sudoyono, Aru. W; K. Simadibrata, Marcellus; Setiyohadi, Bambang; Syam Ari, F. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi keenam Jilid II. In Interna Publishing.
Eca Yunidra

GERD : Definisi, Klasifikasi,


Epidemiologi, Etiologi,
Faktor Risiko, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis
Definisi
Suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam esofagus, yang menyebabkan
terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu

Klasifikasi
1. Non-Erosive Reflux Disease (NERD):
2. Erosive Reflux Disease (ERD):

Katz, P. O., Gerson, L. B., & Vela, M. F. (2013). Guidelines for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease. American Journal of Gastroenterology.
Epidemiologi
GERD merupakan salah satu gangguan pencernaan yang paling umum di
dunia. Beberapa data epidemiologi penting:
Prevalensi: Prevalensi global GERD diperkirakan mencapai 10-20% di
negara Barat, sementara di Asia diperkirakan sekitar 5-10%.
Berdasarkan Usia: GERD lebih sering terjadi pada individu berusia
lanjut, meskipun dapat ditemukan pada semua kelompok usia.
Jenis Kelamin: GERD sering kali lebih umum pada pria, terutama
untuk komplikasi seperti esofagitis erosif dan Barrett's esophagus.
Namun, wanita lebih sering mengalami gejala refluks tanpa
kerusakan mukosa (NERD).
Negara dan Wilayah: Prevalensi GERD lebih tinggi di negara-negara
maju, kemungkinan besar karena perbedaan gaya hidup dan diet,
seperti konsumsi makanan tinggi lemak dan obesitas.

Katz, P. O., Gerson, L. B., & Vela, M. F. (2013). Guidelines for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease. American Journal of Gastroenterology.
Etiologi
• Kelemahan gastroesophageal junction
• Tingkat keasaman refluxate tinggi
• Gangguan bersihan asam pada esofagus
Faktor Resiko
• Obesitas
• Merokok
• Alkohol
• Konsumsi makanan berlemak, asam dan pedas
• Konsumsi obat golongan CCB menurunkan tekanan LES
Katz, P. O., Gerson, L. B., & Vela, M. F. (2013). Guidelines for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease. American Journal of Gastroenterology.
Etiologi
• Robekan pada mukosa di gastroesophageal junction
• Disebut juga gastroesophageal laceration syndrome
• Robekan terbatas di mukosa dan submukosa
Faktor Resiko
• Muntah berlebih
• Hiatal hernia
• Alcoholism
• Hiperemesis Gravidarum
Manifestasi Klinis
• Heartburn (rasa terbakar di
dada yang kadang disertai
rasa nyeri dan pedih)
• Regurgitasi (rasa asam dan
pahit di lidah)
• Nyeri epigastrium
• Disfagia (sulit nelan)
• Odinofagia (nyeri telan)

Katz, P. O., Gerson, L. B., & Vela, M. F. (2013). Guidelines for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease. American Journal of Gastroenterology.
Fina Indah Permata

Alur Penegakan
Diagnosa GERD
Anamesis
• Keluhan utama: Dada terasa panas seperti terbakar (heartburn) yang dialami hampir setiap hari selama 1
bulan.
• Faktor pemicu: Gejala sering terjadi setelah minum kopi dan pada malam hari, hingga menyebabkan
pasien terbangun dari tidur.
• Perjalanan penyakit: Keluhan hilang timbul, membaik sementara dengan obat Ranitidine dan antasida.
• Pengaruh keluhan terhadap aktivitas: Nafsu makan terganggu, dan terjadi penurunan berat badan
sebesar 4 kg dalam 1 bulan.
• Riwayat serupa: Pasien pernah mengalami gejala serupa saat hamil pada usia gestasi 32-33 minggu.
• Faktor risiko: Meskipun pasien tidak merokok atau minum alkohol, pasien memiliki BMI tinggi
(overweight atau obesitas), yang merupakan faktor risiko untuk GERD

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi
InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Interpretasi hasil pemeriksaan fisik
Pemeriksaan hasil nilai normal Interpretasi

Compos
Kesadaran Compos mentis Normal
mentis

JNC VII
Tekanan darah 110/70 mmHg S: <120 mmHg Normal
D: <80 mmHg

19–59 tahun: 12–20x/menit.


frekuensi pernafasan 18x/menit Normal
>60 tahun: 28x/menit.

96 kali per
frekuensi nadi menit dan 60-100x/menit Normal
teraba kuat

Suhu 36,8°C 36,5-37,5 C Normal


Pemeriksaan fisik
• Berat badan: 86 kg, Tinggi badan: 155 cm
• Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT):

IMT = 86/ 155 ^² = 35,82 kg/m²

• Normal: IMT normal berada pada rentang 18,5 – 24,9 kg/m².


• Interpretasi: IMT sebesar 35,82 menunjukkan bahwa pasien
berada dalam kategori obesitas kelas II (IMT ≥ 35,0 kg/m²).

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Kepala:

• Tidak anemis: Tidak ada tanda-tanda anemia, seperti pucat pada


konjungtiva mata atau lidah.
• Normal: Tidak anemis adalah tanda yang normal.
• Tidak ikterik: Tidak ada tanda-tanda jaundice atau ikterus
(kulit/mata menguning).
• Normal: Tidak ikterik adalah normal

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Thoraks:

• Kesan dalam batas normal: Tidak ada kelainan yang terdeteksi


pada pemeriksaan thoraks.
• Normal: Pemeriksaan thoraks yang tidak menunjukkan kelainan
berarti tidak ada keluhan di paru atau jantung, dan ini adalah
normal.

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Abdomen:

• Inspeksi normal: Tidak ada pembesaran perut atau kelainan pada tampilan perut secara umum.
• Normal: Ini adalah normal.
• Nyeri tekan epigastrium: Ini menunjukkan adanya ketidaknyamanan atau nyeri ketika epigastrium (bagian atas perut di bawah tulang dada)
ditekan.
• Interpretasi: Nyeri tekan epigastrium bukan hal yang normal dan sering terkait dengan gangguan pada lambung, seperti gastritis atau GERD.
• Murphy sign (-): Tes Murphy negatif menunjukkan tidak ada nyeri pada saat palpasi di area kantong empedu.
• Normal: Ini berarti tidak ada kelainan pada kantong empedu, dan ini adalah normal.
• Hepar tidak teraba, lien tidak teraba: Tidak adanya pembesaran hati (hepatomegali) dan limpa (splenomegali).
• Normal: Ini adalah normal.
• Timpani: Timpani atau suara perkusi timpani di abdomen normal pada pemeriksaan fisik, menunjukkan adanya gas di usus.
• Normal: Ini adalah normal.
• Normoperistaltik: Bunyi usus yang terdengar normal, menunjukkan fungsi peristaltik usus yang normal.
• Normal: Ini adalah normal.

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ekstremitas:

• Tidak ada edema: Tidak ada pembengkakan pada kaki atau tangan
yang menandakan tidak ada retensi cairan.
• Normal: Tidak adanya edema adalah normal.
• Akral hangat: Ujung-ujung ekstremitas terasa hangat,
menunjukkan sirkulasi darah yang baik.
• Normal: Akral hangat adalah tanda normal.

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Pemeriksaan penunjang

• Ultrasonografi (USG) abdomen: Normal, tidak menunjukkan masalah


pada organ pencernaan seperti hati atau kantung empedu.
• Esofagogastroduodenoskopi (EGD): Ditemukan eritema pada esofagus
distal dengan lesi erosiva pada mukosa esofagus, menandakan adanya
iritasi akibat asam lambung yang naik.
• Histopatologi: Menunjukkan esofagitis, yang merupakan peradangan
pada esofagus akibat refluks asam lambung yang berulang.

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi
InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi
InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi
InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Benedict A.R. Sitorus

Tatalaksana
GERD
Algoritma

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


Mengatur Kebiasan
1. Menurunkan berat badan terutama pada pasien
dengan status gizi berlebih atau obesitas
2. Menghindari makanan yang berpotensi memicu
gejala refluks seperti kopi, coklat, minuman
bersoda, makanan pedas, dan asam seperti jeruk
dan tomat serta makanan dengan kandungan
lemak tinggi
3. Posisi kepala yang lebih tinggi saat tidur dan
hindari mengonsumsi makanan 3 jam sebelum
tidur
4. Hindari mengonsumsi alkohol dan merokok

Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi
InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Ian effendi,restu pasaribu halaman 2059-2064, 2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, Siti Setiadi
InternaPublishing. http://lib.fkik.untad.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1300
Terapi Farmakologi
1. Penghambat Pompa Proton
(Proton Pump Inhibitor)

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


Terapi Farmakologi
2. Antasida

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


3. Antagonis Reseptor H2

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


4. Obat-obatan Prokinetik
Membantu pengosongan lambung.
Biasanya dikombinasikan dengan obat
penekan sekresi asam lambung

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


4. Obat-obatan Prokinetik

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


5. Sukralfat (Alumunium Hidroksida + Sukrosa
oktasulfat)

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


5. Tata Laksana Pembedahan
1. Terapi pembedahan anti-refluks >> pada pasien dengan esofangitis derajat tinggi,
hernia hiatal besar dan/atau gejala GERD yang persisten dan sangat mengganggu,
namun harus dihindari pada pasien gastroparesis
2. Untuk pasien obesitas >> Roux-en-Ygastric bypass (RYGB)

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


Perbandingan Efektivitas

Setiati Siti. (2014). ILMU PENYAKIT DALAM Jilid VI.


Cezia Irini Kareth

Komplikasi,
Prognosis, Indikasi
Rujuk GERD
Komplikasi
Esophangitis Striktur Esofagus Barrett’s Esophagus

Hani A. B. et al. (2020). "Complications of gastroesophageal reflux disease." *Gastroenterology Clinics of North America*
Prognosis

Prognosis GERD umumnya baik dengan pengobatan yang tepat. Sebagian besar
pasien merespons dengan baik terhadap terapi medikamentosa, terutama PPIs. •
Namun, komplikasi seperti Barrett's Esophagus memerlukan pemantauan lebih
lanjut karena berisiko tinggi menjadi kanker.

Kahrilas, P. J., et al. (2013). "Gastroesophageal reflux disease." *The Lancet*


Indikasi Rujuk

Gejala Berat atau Persisten


Komplikasi yang dicurigai
Gejala ALARM
Terapi tidak efektif
Gejala Extraesophagea
Pemeriksaan Endoskopi

Katz, P. O., Gerson, L. B., & Vela, M. F. (2013). **Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease**. *The American Journal of Gastroenterology*
SKDI

TINGKAT KEMAMPUAN 4 (Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri


dan tuntas)
Membuat diagnosis klinik
Melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Konsil Kedokteran Indonesia2019


M. Abrar Haidar Gunawan

Gambaran
Histopatologi
Komplikasi GERD
Reflux Esofagitis

(A) Reflux esophagitis dengan


eosinofil intraepitelial yang
tersebar.

Katzka, D. A., & Kahrilas, P. J. (2020). Advances in the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease. BMJ, 371, m3786.
Spechler, S. J., & Goyal, R. K. (1996). The columnar-lined esophagus, intestinal metaplasia, and Norman Barrett. Gastroenterology, 110(2), 614-619.
Erosif Esofagitis

Vakil, N., van Zanten, S. V., Kahrilas, P., Dent, J., & Jones, R. (2006). The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease: a global evidence-based consensus. The American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900-1920.
Chandrasoma, P. (2010). Histologic classification of reflux disease. Current Opinion in Gastroenterology, 26(4), 349-354.
Striktur Esofagus

Galmiche, J. P., Clouse, R. E., Bálint, A., Cook, I. J., Kahrilas, P. J., Paterson, W. G., ... & Spechler, S. J. (2006). Functional esophageal disorders. Gastroenterology, 130(5), 1459-1465.
• Richter, J. E., & Castell, D. O. (1983). Gastroesophageal reflux. Pathogenesis, diagnosis, and therapy. Annals of Internal Medicine, 98(1), 93-103.
Eosinofil Esofagitis

(B) Eosinophilic esophagitis dengan beberapa eosinofil


intraepitelial.
(C) Endoscopy memperlihatkan circumferential rings di
esofagus proksimal pada pasien dengan esofagitis
eosinofilik ini
(Endoscopic image courtesy of Dr. Ira Hanan, The University
of Chicago, Chicago, Illinois.)

Galmiche, J. P., Clouse, R. E., Bálint, A., Cook, I. J., Kahrilas, P. J., Paterson, W. G., ... & Spechler, S. J. (2006). Functional esophageal disorders. Gastroenterology, 130(5), 1459-1465.
• Richter, J. E., & Castell, D. O. (1983). Gastroesophageal reflux. Pathogenesis, diagnosis, and therapy. Annals of Internal Medicine, 98(1), 93-103.
Barrett’s Esofagus

(B) Gambaran kasar esofagus Barrett. Hanya beberapa area


mukosa skuamosa pucat yang tersisa di dalam mukosa
kemerahan yang sebagian besar metaplastik pada esofagus distal.
(C) Penampakan histologis sambungan gastroesofageal di
esofagus Barrett. Perhatikan transisi antara mukosa skuamosa
esofagus dan mukosa metaplastik yang mengandung sel goblet.
(Endoscopic image courtesy of Dr. Ira Hanan,The University of
Chicago, Chicago, Illinois.)

Fitzgerald, R. C., di Pietro, M., Ragunath, K., Ang, Y., Kang, J. Y., Watson, P., ... & Anderson, J. (2014). British Society of Gastroenterology guidelines on the diagnosis and management of Barrett's esophagus. Gut, 63(1), 7-42.
• Reid, B. J., Li, X., Galipeau, P. C., & Vaughan, T. L. (2010). Barrett’s esophagus and esophageal adenocarcinoma: time for a new synthesis. Nature Reviews Cancer, 10(2), 87-101.
Adenocarcinoma Esofagus

Fig. 15.11 Esophageal adenocarcinoma.


(A) Adenokarsinoma biasanya terjadi di bagian distal dan, seperti
dalam kasus ini, sering kali melibatkan kardia lambung.
(B) Adenokarsinoma esofagus tumbuh sebagai kelenjar yang
saling membelakangi.

Fitzgerald, R. C., di Pietro, M., Ragunath, K., Ang, Y., Kang, J. Y., Watson, P., ... & Anderson, J. (2014). British Society of Gastroenterology guidelines on the diagnosis and management of Barrett's esophagus. Gut, 63(1), 7-42.
• Reid, B. J., Li, X., Galipeau, P. C., & Vaughan, T. L. (2010). Barrett’s esophagus and esophageal adenocarcinoma: time for a new synthesis. Nature Reviews Cancer, 10(2), 87-101.
Terima
Kasih

You might also like