FILSAFAT PANCASILA
     FX. DJOKO PRANOWO
       ARY NATALINA

                         1
KOMPETENSI YANG MAU DICAPAI
Mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian filsafat dan
filsafat Pancasila;
Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai jati diri
bangsa;
Mahasiswa dapat menganalisis sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat;
Mahasiswa dapat menguraikan aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis Pancasila;
Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai
ideologi nasional Indonesia;
Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia.

                                        2
SUBPOKOK BAHASAN

1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila
2. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
    21.   Ontologi Pancasila
    22.   Epistemologi Pancasila
    23.   Aksiologi Pancasila
1. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa            dan
   Negara
2. Pancasila sebagai Dasar Negara
                                      3
PENGERTIAN FILSAFAT DAN
        FILSAFAT PANCASILA
 Pengertian Filsafat
  
      Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan
      padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy
      (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani
      φιλοσοφια (philosophia).
     Kata philosophia merupakan kata majemuk yang
      terususun dari kata philos atau philein yang berarti
      kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang
      berarti      kebijaksanaan,    hikmat,     kearifan,
      pengetahuan.
                                            4
   Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti
    mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau
    mencintai pengetahuan.
   Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan
    kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam
    yang berbeda satu dari yang lainnya.

    Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh
    Pythagoras.
     • Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorang
       yang bijaksana?
     • Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya
       hanyalah philosophos, yakni orang yang mencintai
       pengetahuan’.
                                        5
   Ada dua pengertian filsafat, yaitu:
     • Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.
     • Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
       pandangan hidup
     • Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
   Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti
    produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti
    praktis.

    Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan
    peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,
    tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
    hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
    bagi bangsa Indonesia.
                                                  6
 Pengertian Filsafat Pancasila
     Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan
      pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan
      ideologi Pancasila.
     Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
      refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
      negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
      mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
      menyeluruh.
     Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila
      merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang
      dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam
      suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
     Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah
      yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

                                                   7
PANCASILA
   SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
 Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem
  filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan
  induktif.
    Cara     deduktif yaitu dengan mencari hakikat
      Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
      secara sistematis menjadi keutuhan pandangan
      yang komprehensif.
   
      Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala
      sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan
      menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-
      gejala itu.                        8
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya,
antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran
dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran
tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan,
dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

                                           9
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat
memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem
filsafat     lainnya,  seperti  materialisme,   idealisme,
rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
  1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem

     yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak
     bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
     terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
  2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat

     dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
       Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;


                                                10
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila
          3, 4 dan 5;
          Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai
          sila 4, 5;
          Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai
          sila 5;
          Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
    Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
    Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
    Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
    Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
     gotong royong
    Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
     yang menjadi haknya.

                                                             11
 Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti
  mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila
  yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,
  melainkan juga bagi manusia pada umumnya.
 Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan
  ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang
  tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.
 Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan
  Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan
  Aksiologis Pancasila.




                                          12
1. Landasan Ontologis Pancasila
   
       Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki
       hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
       eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
   
       Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu
       itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas
       sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu
       rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak
       pada makhluk hidup? Dan seterusnya.
   
       Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada
       (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
       semesta (kosmologi), metafisika.

                                               13
   Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai
    filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
    hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
   Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila
    bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri,
    malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
   Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah
    manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu
    monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut
    sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok
    dari sila-sila Pancasila adalah manusia.


                                          14

    Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang
    Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
    yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
    hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
    serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
    manusia.
   Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila
    Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,
    yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
    rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
    individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi
    dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis
    sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila
    lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).

                                               15
   Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan
    sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-
    akibat:
     Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan,
      manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal
      hubungan.
     Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu,
      rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah
      sebagai akibat.




                                             16
2. Landasan Epistemologis Pancasila
   
       Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
       syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
      Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
       terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
      Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu
       atau science of science.
      Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang
       mendasar dalam epistemologi, yaitu:
         1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
         2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
         3. Tentang watak pengetahuan manusia.

                                                    17
   Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat
    dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
    Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.

    Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
    merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila
    telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita,
    menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus
    memiliki    unsur    rasionalitas   terutama     dalam
    kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
   Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
    dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka,
    dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat
    dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
                                           18
   Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada
    hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan
    susunan pengetahuan Pancasila.
   Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana
    telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada
    pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
    merupakan kausa materialis Pancasila.
   Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem
    pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang
    bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
    Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
    Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
    hirarkis dan berbentuk piramidal.

                                            19

    Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam
    susunan Pancasila, di mana sila pertama Pancasila
    mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila kedua
    didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila
    ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai
    sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila
    keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila
    pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai
    sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama,
    kedua, ketiga dan keempat

    Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis
    baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.


                                               20
   Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
     1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila
        Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga
        merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang
        kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi
        praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit.
     2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila
        sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia
        terutama dalam tertib hukum Indonesia.
     3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi
        arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
        kehidupan sehingga memiliki sifat khhusus konkrit serta
        dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)

                                                   21
   Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu
    hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang
    terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur
    fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur
    akal, rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber
    daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar,
    berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif. Selain
    itu, potensi atau daya tersebut mampu meresapkan pengetahuan
    dan menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi,
    imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham.

    Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas
    maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila
    tersebut.


                                                     22

    Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan
    kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada
    intuisi.
   Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah
    sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai
    dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga
    mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini
    sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.
   Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia
    merupapakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-
    potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak
    manusia untuk mendapatkankebenaran yang tinggi.


                                             23
   Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima,
    maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran
    konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat
    sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
    makhluk sosial.
   Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
    mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu
    pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
    harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat
    manusia serta moralitas religius dalamupaya untuk
    mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang
    mutlak dalam hidup manusia.

                                         24
3. Landasan Aksiologis Pancasila
   
       Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu
       kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung
       dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
       kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
       membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
      Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya
       nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
      Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
       disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat
       nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
   
       Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang
       artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk
       pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan
       sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness).
       Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung
       harapan akan sesuatu yang diinginkan.

                                                    25
   Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada
    suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology
    an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang
    melekat pada suatu obyek.

    Ada berbagai macam teori tentang nilai.

    Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya,
    dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
     1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang
        mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan
        orang senang atau menderita.
     2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting
        dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
     3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
        (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan
        jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya,
        keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
        filsafat.



                                                           26
4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci
        dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
        (Driyarkara, 1978)
   Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam
    delapan kelompok:
     1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua
        benda yang dapat dibeli.
     2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan
        keindahan dari kehidupan badan.
     3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
        menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
     4) Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan
        manusia.
     5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang
        diinginkan.


                                                             27
6)   Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
    7)   Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
    8)   Nilai-nilai keagamaan

    Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu:
    1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
    2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
       melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
    3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang
       dapat dibedakan menjadi empat macam:
         a)   Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
         b)   Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan
              (aesthetis, rasa) manusia.
         c)   Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will,
              karsa) manusia.
         d)   Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai
              religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

                                                                 28
   Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu
    nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
      Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
       bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
       dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
       ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
       nilai keadilan.
      Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
       norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan
       dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
      Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
       dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar
       dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.
   Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
    merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
    selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
    berbansa, dan bernegara.

                                                      29
   Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
    pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value
    Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang
    berkemanusiaan,       yang     berpersatuan,     yang
    berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
   Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-
    nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku,
    dan     perbuatan     bangsa    Indonesia    sehingga
    mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia




                                          30
PANCASILA SEBAGAI
  IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos
yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti
ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-
cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap
sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan, paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu
berkembang menjadi suatu paham mengenai
seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang
atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan
hidup.
                                         31
Beberapa pengertian ideologi:
   A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat
    gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik
    atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
   Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi
    sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang
    menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik,
    sosial, kebudayaan, dan agama.
   Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat
    ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan
    pedoman dan cita-cita hidup.
   Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu
    sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup
    dan ideologi terbuka.


                                                 32
   Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup.
    Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk
    mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi
    dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada
    masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu,
    melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional
    yang keras, yang diajukan dengan mutlak.

    Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-
    cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan
    dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya
    masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis
    sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus
    masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis
    besar saja sehingga tidak langsung operasional.

                                                   33
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan
Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita
yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat,
dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai
prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang
berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa.
Dengan demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi
terbuka.
Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai
ideologi terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945:
“terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik
hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan
pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan
aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah caranya membuat, mengubah dan mencabutnya

                                            34
Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi
idealisme, dan dimensi fleksibilitas.
 1.   Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari
      nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu
      ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan
      menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama.
      Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
 2.   Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin
      diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
      dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini
      tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
 3.   Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran,
      memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu
      sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi
      fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa
      ke masa.


                                                       35
Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
 
   Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan
   dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat.
  Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi

   yang tertutup danbeku cendnerung meredupkan
   perkembangan dirinya.
 
   Pengalaman sejarah politik masa lampau.
  Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai

   dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat
   mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam
   rangka mencapai tujuan nasional.

                                      36
Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat
terbuka, namun ada batas-batas keterbukaan yang
tidak boleh dilanggar, yaitu:
   Stabilitas nasional yang dinamis

    Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan
    komunisme
   Mencegah berkembangnya paham liberalisme
   Larangan      terhadap    pandangan  ekstrim   yang
    menggelisahkan kehidupan bermasyarakat
   Penciptaan      norma-norma     baru harus   melalui
    konsensus.
                                         37
Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
   Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah
    bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu
    menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
    Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
    berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya
    kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang
    ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

    Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita-
    cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang
    terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati
    bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu
    masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan
    masyarakat di Indonesia.


                                                   38

More Related Content

PPTX
Pancasila sebagai Sistem Etika
PPTX
materi 1 Konsep PKN.pptx
PPTX
Hak Asasi Manusia
PPTX
Power point konstitusi
PDF
Hak dan Kewajiban Warga Negara
PPTX
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
PPT
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
PPTX
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.pptx
Pancasila sebagai Sistem Etika
materi 1 Konsep PKN.pptx
Hak Asasi Manusia
Power point konstitusi
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.pptx

What's hot (20)

PPTX
Negara dan Konstitusi
PPTX
Ppt filsafat pancasila
PPTX
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
PPTX
Pancasila sebagai Dasar Negara
PPTX
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
PPTX
Integrasi nasional ppt
PPTX
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
PPTX
Pancasila sebagai sistem filsafat
PPT
Pancasila Sebagai Sistem Etika
PPTX
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
PPTX
Kedudukan dan fungsi pancasila
PPTX
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
PDF
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
PPTX
Makna Pembukaan UUD 1945
PPTX
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
DOCX
Makalah pancasila
PPT
Pengantar Kewarganegaraan PPT
PPTX
Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
PPTX
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
DOC
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
Negara dan Konstitusi
Ppt filsafat pancasila
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila sebagai Dasar Negara
BAB 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Integrasi nasional ppt
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Etika
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
Kedudukan dan fungsi pancasila
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makna Pembukaan UUD 1945
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Makalah pancasila
Pengantar Kewarganegaraan PPT
Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia
Ad

Similar to Pancasila sebagai sistem filsafat (20)

PPT
Pancasila sebagai sistem filsafat
PPT
Pancasila sebagai sistem filsafat
PPT
Pancasila sebagai sistem filsafat
PDF
Pancasila sebagai Sistem Filsafat.pdf
DOCX
Pancasila sebagai Sistem Filsafat.docx
PPT
ed2048a6-df97-49bc-a286-341ace7b483b.ppt
PPT
Filsafat Pancasila
PPT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PPT
Pancasila sebagai sistem filsafat (3)
PPTX
pancasila sebagai sistem filsafat
PPT
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
PDF
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan.pdf
PPTX
Ppt pend. pancasila kel.4
PPTX
Filsafat pancasila
PPT
Pancasila sebagai sistem filsafat @
PPT
pancasila sebagai filsafat.ppt
PPT
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
DOCX
Makalah pancasila
PDF
PPT Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
PPTX
Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai Sistem Filsafat.pdf
Pancasila sebagai Sistem Filsafat.docx
ed2048a6-df97-49bc-a286-341ace7b483b.ppt
Filsafat Pancasila
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila sebagai sistem filsafat (3)
pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan.pdf
Ppt pend. pancasila kel.4
Filsafat pancasila
Pancasila sebagai sistem filsafat @
pancasila sebagai filsafat.ppt
Materi 9-10. .Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.ppt
Makalah pancasila
PPT Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
Filsafat Pancasila
Ad

More from Andhika Pratama (20)

PPTX
Liga Bangsa-Bangsa
PPTX
Majelis Umum PBB PPT
PPT
Hubungaan Internasional
PPTX
Pengembangan Kurikulum
PPTX
Komponen Kurikulum PPT
PPTX
Tipe-tipe Kurikulum PPT
PPTX
PPTX
Konsep kurikulum
PPT
Hukum Acara Perdata
PPTX
Masa Remaja
PPTX
Pubertas Remaja PPT
PPTX
Masa Usia Lanjut
PPTX
Kemandirian pada Remaja
PPTX
Proses Belajar Anak PPT
PPT
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PPTX
Permulaan Kehidupan Manusia
PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
PPT
Komponen Kurikulum
PPTX
PKn di Indonesia
Liga Bangsa-Bangsa
Majelis Umum PBB PPT
Hubungaan Internasional
Pengembangan Kurikulum
Komponen Kurikulum PPT
Tipe-tipe Kurikulum PPT
Konsep kurikulum
Hukum Acara Perdata
Masa Remaja
Pubertas Remaja PPT
Masa Usia Lanjut
Kemandirian pada Remaja
Proses Belajar Anak PPT
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
Permulaan Kehidupan Manusia
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Komponen Kurikulum
PKn di Indonesia

Recently uploaded (20)

PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
DOCX
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
PDF
12. KSP SD Runiah Makassar OK School.pdf
PDF
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas XII Terbaru 2025
PDF
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPTX
Pedoman & Kewajiban Penggunaan Produksi Dalam Negeri _Pelatihan "Ketentuan T...
PPTX
Perubahan Pengertian_Istilah _Pelatihan "Ketentuan TERBARU Pengadaan Pemerin...
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pai & Bp Kelas 10 Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPTX
3. Membuat Peta Konsep Kecerdasan Artifisial.pptx
PDF
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas XII SMA Terbaru 2025
PPTX
Berpikir_Komputasional_Kelas5_IlustrasiKosong.pptx
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 6 Kurikulum Merdeka
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
12. KSP SD Runiah Makassar OK School.pdf
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas XII Terbaru 2025
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas XII SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Pedoman & Kewajiban Penggunaan Produksi Dalam Negeri _Pelatihan "Ketentuan T...
Perubahan Pengertian_Istilah _Pelatihan "Ketentuan TERBARU Pengadaan Pemerin...
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pai & Bp Kelas 10 Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
3. Membuat Peta Konsep Kecerdasan Artifisial.pptx
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas XII SMA Terbaru 2025
Berpikir_Komputasional_Kelas5_IlustrasiKosong.pptx

Pancasila sebagai sistem filsafat

  • 1. FILSAFAT PANCASILA FX. DJOKO PRANOWO ARY NATALINA 1
  • 2. KOMPETENSI YANG MAU DICAPAI Mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian filsafat dan filsafat Pancasila; Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai jati diri bangsa; Mahasiswa dapat menganalisis sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat; Mahasiswa dapat menguraikan aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis Pancasila; Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia; Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. 2
  • 3. SUBPOKOK BAHASAN 1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila 2. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat 21. Ontologi Pancasila 22. Epistemologi Pancasila 23. Aksiologi Pancasila 1. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara 2. Pancasila sebagai Dasar Negara 3
  • 4. PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA  Pengertian Filsafat  Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani φιλοσοφια (philosophia).  Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata philos atau philein yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan. 4
  • 5. Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan.  Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam yang berbeda satu dari yang lainnya.  Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh Pythagoras. • Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorang yang bijaksana? • Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya hanyalah philosophos, yakni orang yang mencintai pengetahuan’. 5
  • 6. Ada dua pengertian filsafat, yaitu: • Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. • Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup • Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.  Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti praktis.  Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari- hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia. 6
  • 7.  Pengertian Filsafat Pancasila  Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.  Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.  Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).  Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro). 7
  • 8. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT  Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.  Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.  Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala- gejala itu. 8
  • 9. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian- bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. 9
  • 10. Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain: 1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila. 2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut: Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5; 10
  • 11. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5; Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5; Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5; Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4. Inti sila-sila Pancasila meliputi:  Tuhan, yaitu sebagai kausa prima  Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial  Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri  Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong  Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya. 11
  • 12.  Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya.  Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.  Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pancasila. 12
  • 13. 1. Landasan Ontologis Pancasila  Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.  Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya.  Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. 13
  • 14. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.  Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.  Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. 14
  • 15. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.  Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53). 15
  • 16. Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab- akibat:  Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.  Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat. 16
  • 17. 2. Landasan Epistemologis Pancasila  Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.  Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.  Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science.  Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu: 1. Tentang sumber pengetahuan manusia; 2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; 3. Tentang watak pengetahuan manusia. 17
  • 18. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.  Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.  Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. 18
  • 19. Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.  Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.  Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal. 19
  • 20. Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, di mana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat  Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. 20
  • 21. Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu: 1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit. 2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia. 3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khhusus konkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40) 21
  • 22. Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif. Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu meresapkan pengetahuan dan menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham.  Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut. 22
  • 23. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.  Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.  Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupapakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi- potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkankebenaran yang tinggi. 23
  • 24. Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.  Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalamupaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia. 24
  • 25. 3. Landasan Aksiologis Pancasila  Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.  Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.  Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.  Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. 25
  • 26. Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek.  Ada berbagai macam teori tentang nilai.  Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu: 1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita. 2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran. 3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. 26
  • 27. 4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi. (Driyarkara, 1978)  Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok: 1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli. 2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan. 3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan. 4) Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan manusia. 5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan. 27
  • 28. 6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni. 7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran. 8) Nilai-nilai keagamaan  Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu: 1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia. 2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakana kegiatan atau aktivitas. 3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi empat macam: a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia. b) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (aesthetis, rasa) manusia. c) Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will, karsa) manusia. d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia. 28
  • 29. Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.  Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.  Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.  Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.  Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara. 29
  • 30. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.  Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai- nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia 30
  • 31. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA Pengertian Ideologi Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita- cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, paham. Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan hidup. 31
  • 32. Beberapa pengertian ideologi:  A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.  Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.  Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.  Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka. 32
  • 33. Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.  Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri- cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional. 33
  • 34. Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat. Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka. Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945: “terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah dan mencabutnya 34
  • 35. Sifat Ideologi Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas. 1. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya. 2. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas. 3. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke masa. 35
  • 36. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila  Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat.  Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup danbeku cendnerung meredupkan perkembangan dirinya.  Pengalaman sejarah politik masa lampau.  Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional. 36
  • 37. Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka, namun ada batas-batas keterbukaan yang tidak boleh dilanggar, yaitu:  Stabilitas nasional yang dinamis  Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan komunisme  Mencegah berkembangnya paham liberalisme  Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat  Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus. 37
  • 38. Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa  Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.  Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita- cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia. 38