SlideShare a Scribd company logo
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
i
IMPLEMENTASI
STRATEGI PEMBELAJARAN
NABI MUHAMMAD SAW
Dr. Bunyamin, M.Pd
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
ii
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW
Karya:
Dr. Bunyamin, M.Pd
Copyrights © Bunyamin, 2017
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved
Editor:
Edi Setiawan
Tohirin Ngasri Sanmiharja
Cetakan I, Februari 2017
ISBN : 978-602-1078-13-6
Diterbitkan oleh:
UHAMKA PRESS
Anggota IKAPI, Jakarta
Jl. Gandaria IV, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp. (021) 7398898/ext: 112, Website: www.uhamkapress.com
E-mail: uhamkapress@yahoo.co.id
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
iii
PENGANTAR
Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan
potensi kreatifitas murid (peserta didik) bertujuan untuk
mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt., berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung
jawab terhadap diri sendiri, bangsa, negara dan agama.
Pada prinsipnya Islam memandang bahwa segala fenomena
alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan sekaligus tunduk
kepada hukum-hukum-Nya. Oleh karena itu, manusia
harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia harus
mampu mengorientasikan hidupnya kepada kekuatan atau
kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam raya serta
mengaktualisasikan hukum-hukum Allah melalui tingkah
laku dalam kegiatan hidupnya.
Sebagaiagamarahmatanlial-‘Alamin,Islammengandung
prinsip-prinsip moralitas universal yang sesuai dengan
fithrah manusia. Tanpa nilai nilai tersebut kehidupan akan
menyimpang dari fitrah Allah yang mengandung nilai
Islam yaitu doktrin Islam itu sendiri yang harus dijadikan
dasar dari proses pendidikan yang berlangsung sepanjang
hayat. Jadi dengan demikian pola dasar yang membentuk
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
iv
dan mewarnai sistem pendidikan Islam adalah pemikiran
konseptual yang berorientasi kepada nilai-nilai keimanan,
nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai-nilai moral (akhlak) yang
secara terpadu membentuk dan mewarnai tujuan pendidikan
Islam, sedangkan usahapencapaian tujuan pendidikan sesuai
dengan pola dasar tersebut berlangsung dalam satu strategi
pendidikan Islam.
Jakarta, Februari 2017
Dr. Bunyamin, M.Pd.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
v
DAFTAR ISI
PENGANTAR_iii
DAFTAR ISI_v
PENDAHULUAN_1
BAB I: HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
	 NABI MUHAMMAD SAW_11
A.	 Pengertian Strategi Pembelajaran_11
B.	 Materi Pembelajaran Masa Nabi Muhammad
Saw_15
C.	 Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad
Saw_34
1.	 Metode Mendidik dengan Hikmah_40
2.	 Metode Mendidik dengan Mauizhah
Hasanah_42
3.	 Metode Mendidik dengan Jidâl/
Mujadalah_44
4.	 Mendidik dengan Contoh Teladan_46
5.	 Mendidik dengan Targhib dan Tarhib_80
6.	 Mendidik dengan Perumpamaan
(Amtsal)_85
7.	 Mendidik dengan Nasihat_95
8.	 Mendidik dengan Cara Memukul_99
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
vi
9.	 Menjawab Pertanyaan Sesuai dengan
Kebutuhan dan Kondisi_102
10.	Bersikap kepada Orang Lain Sesuai
dengan Karakternya_106
BAB II : METODE PENDIDIKAN ISLAM_109
A.	 Pengertian Metode Pendidikan Islam_109
B.	 Prinsip Metode Pendidikan Islam_111
1.	 Prinsip Memberikan Suasana
Kegembiraan_111
2.	 Prinsip Memberikan Layanan dengan
Lemah Lembut_112
3.	 Prinsip Kebermaknaan_113
4.	 Prinsip Prasyarat_113
5.	 Prinsip Komunikasi Terbuka_113
6.	 Prinsip Pemberian Pengetahuan Baru_114
7.	 Prinsip Memberikan Model Perilaku yang
Baik_115
8.	 Prinsip Pengamalan secara Aktif_116
9.	 Prinsip Kasih Sayang_116
C.	 Tujuan Pendidikan Islam_120
BAB III : IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN
	 NABI MUHAMMAD SAW_129
A.	 Nabi Muhammad Saw sebagai Guru_129
B.	 Inspirator Pendidikan Karakter pada Nabi
Muhammad Saw_139
1.	 Karakter Sabar dan Tegar dari Sang Ibunda
Siti Aminah_140
2.	Karakter Kerja Keras dan Tanggung Jawab
dari Sang Paman, Abu Thalib_155
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
vii
3.	Karakter Amanah dan Shiddiq dari Sang
Istri Tercinta, Siti Khadijah_162
C.	 Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi
Muhammad Saw_167
1.	 Implementasi Mendidik dengan Contoh
Teladan_169
2.	 Implementasi Mendidik dengan Targhib dan
Tarhib_174
3.	 Implementasi Mendidik dengan
Perumpamaan_176
4.	 Implementasi Mendidik dengan Nasihat_178
5.	 Implementasi Mendidik dengan
Memukul_182
6.	 Implementasi Menjawab Pertanyaan Sesuai
Kebutuhan dan Kondisi_185
7.	 Implementasi Bersikap kepada Orang Lain
Sesuai dengan Karakternya_188
BAB IV: P E N U T U P_193
DAFTAR PUSTAKA_195
TENTANG PENULIS_199
Daftar Isi
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
viii
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
1
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan
potensi kreatifitas murid (peserta didik) bertujuan untuk
mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung
jawab terhadap diri sendiri, bangsa, negara dan agama.
Pada prinsipnya Islam memandang bahwa segala fenomena
alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan sekaligus tunduk
kepada hukum-hukum-Nya. Oleh karena itu manusia
harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia harus
mampu mengorientasikan hidupnya kepada kekuatan atau
kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam raya serta
mengaktualisasikan hukum-hukum Allah melalui tingkah
laku dalam kegiatan hidupnya.
Sebagaiagamarahmatanlial-‘alamin, Islammengandung
prinsip-prinsip moralitas yang memandang manusia sebagai
pribadi yang mampu melaksanakan nilai-nilai moral agama
dalam hidupnya. Oleh karena jika tanpa nilai nilai tersebut
kehidupannya akan menyimpang dari fitrah Allah yang
mengandung nilai Islam yaitu doktrin Islam itu sendiri
yang harus dijadikan dasar dari proses pendidikan yang
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
2
berlangsung sepanjang hayat. Jadi dengan demikian pola
dasar yang membentuk dan mewarnai sistem pendidikan
Islam adalah pemikiran konseptual yang berorientasi
kepada nilai-nilai keimanan, nilai-nilai kemanusiaan, serta
nilai-nilai moral (akhlak) yang secara terpadu membentuk
dan mewarnai tujuan pendidikan Islam, sedangkan usaha
pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan pola dasar
tersebut berlangsung dalam satu strategi pendidikan Islam.
(M. Arifin, 1996: 57).
Dilihat dari alur perspektif sosiokultural, aktivitas
pendidikan dan kegiatan pembelajaran merupakan suatu
proses kreatif budaya dan proses pembudayaan manusia
yang berlangsung secara dialektik, sinergis, integral dan total
dalam seluruh aspek kehidupan manusia itu sendiri. Proses
penanaman nilai-nilai budaya dan aktivitas pembudayaan
yang kreatif ini berlangsung sepanjang dinamika kehidupan
manusia, dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya
dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Ismail, 2003:
2).
Pada sebagian lembaga pendidikan umum (bukan
lembaga pendidikan Islam) yang juga mengajarkan
pendidikan agama masih terlihat adanya kesenjangan
antara sikap, perilaku dengan akidah dan akhlakul karimah.
Tujuan pendidikan yang sesungguhnya belum dapat tercapai
yaitu: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. (UU Sisdiknas 2003 bab II pasal 3) nilai-
nilai Islam tidak lagi tampak pada sebagian peserta didik,
dunia pendidikan belum sepenuhnya mampu memberikan
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
3
hasil sebagaimana yang dicita-citakan, yaitu menjadi
manusia yang bertakwa kepada Tuhan. Keringnya rasa
hormat seorang murid terhadap guru, pergaulan bebas yang
semakin merisaukan, serta perilaku buruk lain yang jauh dari
nilai-nilai Islam mengindikasikan belum tertanamnya nilai-
nilai pendidikkan Islam terhadap sebagian peserta didik.
Seringnya terjadi tawuran pelajar hingga menyebabkan
korban di kalangan siswa menimbulkan pertanyaan tentang
peran pendidikan agama yang sudah diberikan sejak kelas I
SD hingga kelas III SLTA (yang berarti 12 tahun). Kesimpulan
sederhananya adalah bahwasanya pendidikan tersebut
belum berhasil membina perilaku siswaagar memiliki akhlak
mulia sesuai dengan yang diharapkan, bahkan perilaku
tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa SLTP dan SLTA,
melainkan juga dilakukan oleh mahasiswa yang seharusnya
mengedepankan nilai-nilai intelektual mereka padahal
pendidikan agama juga diberikan di perguruan tinggi.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwadunia pendidikan
pada umumnya sedang mengalami berbagai persoalan.
Lembaga pendidikan umum belum mampu membentuk
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Jika
dicari akar penyebabnya, banyak faktor yang menyebabkan
kegagalan proses transformasi nilai-nilai Islam terhadap
peserta didik seperti; tujuan yang tidak sejalan dengan
kebutuhan masyarakat, metode pengajaran yang statis
dan kaku, sikap mentalitas pendidik (guru) yang hanya
menganggap dirinya sebagai pengajar bukan pendidik,
kurikulum yang tidak progresif dan lain sebagainya, sehingga
pendidikan Islam tidak lebih dari sebuah praktik pendidikan.
Dari banyak faktor yang menyebabkan kegagalan
pendidikan, strategi pembelajaran dan mentalitas pendidik
Pendahuluan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
4
memerlukan perhatian khusus. Sebagus apapun tujuan
pendidikan, jika tidak didukung oleh dua faktor tersebut,
yaitu strategi yang tepat dan mentalitas pendidik yang baik,
sangatsulituntukdapattercapaidenganbaik. Sebuahmetode
akan memengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara
memuaskan atau tidak, bahkan sering disebutkan cara atau
metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri.
Oleh karena itu pemeliharaan metode pendidikan Islam
harus dilakukan secara cermat disesuaikan dengan berbagai
faktorterkaitsehinggahasil pendidikan memuaskan. (Anwar,
2003: 42).
Pengaruh pendidikan agama di sekolah, bagi kalangan
remaja baru dapat terbentuk jika guru yang bersangkutan
benar-benar memiliki personalitas yang bulat dan utuh
dengan keyakinan penuh terhadap kebenaran agama yang
diajarkannya, berwibawa, terampil dalam menerapkan
merode yang sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan
remaja, di samping lingkungan motivational yang tersedia
harus benar-benar dapat memberikan dorongan positif
kepada perkembangan penghayatan terhadap ajaran agama.
Dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan
tentang kondisi dan situasi di mana proses tersebut
berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan
tersebut, maka proses pendidikan Islam akan lebih
terarah kepada tujuan yang hendak dicapai, karena segala
sesuatunya telah direncanakan secara matang. Itulah
sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut
bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap
sasaran pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang
ada.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
5
Nabi Muhammad Saw sebagai manusia terakhir yang
dipilih Allah Swt untuk menyampaikan risalah-Nya, sejak
awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan
metode pendidikan Islam yang benar terhadap para
sahabatnya, strategi pembelajaran yang beliau lakukan
sangat akurat, dalam menyampaikan ajaran Islam beliau
sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter
seseorang, Rasulullah Saw merupakan sosok guru yang ideal
dan sempurna, sehingga nilai-nilai Islam dapat dengan baik
ditransfer kepada murid.
Rasulullah Saw adalah sosok pendidik yang agung
dan pemilik metode pendidikan yang unik. Beliau sangat
memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik dan kemampuan akalnya, terutama jika beliau
berbicara dengan anak-anak. Jenis bakat dan kesiapanpun
merupakan pertimbangan beliau dalam mendidik manusia.
Perbedaan usia dan jenis kelamin sangat beliau perhatikan.
Kepada perempuan, beliau memahami fitrahnya sebagai
perempuan, kepada laki-laki beliau memahami fitrahnya
sebagai laki-laki, kepada orang dewasa, beliau memahami
identitasnya sebagai manusia dewasa dan kepada anak-anak,
beliau memahami karakternya sebagai anak-anak. (an-
Nahlawi;1996: 32)
Nabi Muhammad Saw adalah sosok pendidik (guru) yang
telah memenuhi seluruh persyaratan guru yang dirumuskan
oleh para pakar pendidikan, Soejono misalnya, menetapkan
syarat seorang guru harus sudah dewasa, sehat jasmani
dan rohani, ahli dalam mengajar dan harus berkesusilaan
dan berdedikasi tinggi. (Tafsir, 2000: 80) Zakiah Darajat
mensyaratkan seorang guru harus bertakwa kepada Allah
Swt, berilmu, berkelakuan Nabi Muhammad Saw sangat
Pendahuluan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
6
memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau
mampu menjadikan merekasuka-cita, baik meterial maupun
spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati
AllahSwtdansyari’at-Nya sehinggaterpeliharafitrahmanusia
melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan
kecenderungan hati dan pengarahan potensi menuju derajat
yang lebih tinggi, lewat cara seperti itulah beliau membawa
masyarakat kepada kebangkitan dan ketinggian derajat. Baik
dan sehat jasmani. (Anwar, 2004: 122).
Al-Abrasy menyebutkan bahwa seorang guru dalam
konteks Islam harus memiliki sifat-sifat zuhud, bersih
tubuhnya, bersih jiwanya, tidak ria, tidak memendam rasa
iri-hati dan dengki, tidak menyenangi permusuhan, ikhlas
dalam melaksanakan tugas, sesuai antara perbuatan dengan
perkataan, tidak malu mengakui ketidaktahuan, bijaksana,
tegas dalam perkataan dan perbuatan, rendah hati, lemah
lembut, pemaaf, sabar, berkepribadian, tidak merasa
rendah diri, bersifat kebapakan dan mengetahui karakter
murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan dan
pemikiran. (Tafsir, 2000: 82). Nabi Muhammad Saw bukan
saja memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan tersebut, tetapi
boleh jadi justru rumusan yang ada berpedoman (mengacu)
kepada sosok Nabi Muhammad Saw. sebagai seorang guru
(pendidik) yang sempurna.
Dalam setiap literatur yang mengungkap kehidupan
Nabi Muhammad Saw tidak pernah ditemukan adanya
penolakan terhadap kejujuran, keadilan, kecerdikan,
kepandaian, keramahan, keberanian beliau, diakui bahwa
Nabi Muhammad adalah manusia yang sangat sempurna,
memiliki kepribadian yang sangat terpuji sehingga beliau
mendapat julukan al-Amin, begitupun dengan kemampuan
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
7
beliau sebagai seorang pemimpin sekaligus pendidik,
dan kombinasi kemampuan serta sikapnya yang mulia
didukung dengan bimbingan wahyu Allah Swt. Beliau
berhasil membimbing dan memberikan pengajaran kepada
masyarakat dengan baik.
Dengan latar belakang kesuksesan strategi pembelajaran
Nabi Muhammad Saw dalam membawa masyarakat kepada
jalan yang benar, maka penulis sangat tertarik untuk menulis
tentang Metode Pembelajaran Nabi Muhammad Saw, sebagai
lanjutan dan sekaligus penyempurnaan dari buku serupa
yang penulis pernah lakukan sebelumnya.
	 Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukan
bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang
memungkinkan dirinya untuk menyatakan eksistensinya
secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang oleh
Allah Swt untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses
belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan
menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling
tergantung dengan orang lain. Proses belajar itu dimulai
dengan orang terdekatnya. Proses belajar itulah yang
kemudian menjadi basis pendidikan. Aktivitas pendidikan
terkait dengan perubahan yang secara moral bersifat lebih
baik, ciri perubahan atau kemajuan secara fundamental
adalah terjadinya perkembangan internal diri manusia yaitu
keimanan dan ketakwaan, bukan hanya perubahan eksternal
yang cenderung bersifat material yang dapat menghancurkan
keimanan dan ketakwaan manusia.
Dalam kehidupan moderen seperti sekarang ini, produk
pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal
yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan
pemuasan kebutuhan manusia. Masalahnya adalah bahwa
Pendahuluan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
8
manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat
tidak terbatas, bersifat subjektif yang sering justru dapat
menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam
yaitu kehidupan ruhaninya. Produk pendidikan berubah
menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk
melakukan pekerjaannya, tetapi tidak memiliki kepedulian
dan perasaan terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan
yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan
kesombongan untuk memperdaya orang lain, kecerdikannya
digunakan untuk menipu dan menindas orang lain, produk
pendidikan berubah menghasilkan manusia yang serakah
dan egoistik.
Dalam kehidupan moderen sekarang ini telah terjadi
distorsi nilai ruhaniyah, seolah-olah nilai kemanusiaan
telah mati, alat-alat diubah menjadi tujuan, produksi dan
konsumsi barang-barang menjadi tujuan hidup, sekarang ini
banyak manusia menjadi sangat sulit untuk tergetar hatinya
ketikadisebut namaAllah Swt, tidak lagi merasatakutapabila
disebutkan tentang azab neraka, ini menunjukkan bahwa
pendidikan tidak dapat membawa barakah dalam kehidupan
manusia, padahal sesungguhnya sebuah pendidikan
harus dapat menghidupkan kehidupan spiritual manusia,
menumbuhkan suara kemanusiaan dan ketuhanan dalam
suara batinnya, di samping mengembangkan manajerial
untuk memenuhi kebutuhan objektifnya.
Konsepsi keimanan dan ketakwaan belum dijabarkan ke
dalam pengertian operasional kependidikan sehingga belum
dapat diinternalisasikan melalui berbagai potensi kejiwaan
yaitu potensi psikologis yang bercorak berkeselarasan
antara akal kecerdasan dengan perasaan yang melahirkan
prilaku yang akhlakul karimah dalam hidup berbangsa dan
bernegara. (Arifin, 2000: 86)
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
9
Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai ruhaniyah
(keimanan dan ketakwaan) terhadap peserta didik (murid)
dewasa ini sangat terkait dengan dua faktor penting dalam
proses pembelajaran di samping banyak faktor-faktor yang
lain, kedua faktor tersebut adalah strategi pembelajaran serta
orang yang menyampaikan pesan-pesan ilahiyah (guru).
Dalam sistem pendidikan Islam seharusnya menggunakan
metode pendekatan yang menyeluruh terhadap manusia,
meliputi dimensi jasmani dan ruhani (lahiriyah dan
batiniyah), di samping itu keberhasilan sebuah proses
pembelajaran sangat ditunjang oleh kepribadian setiap
penyampai pesan (guru).
Selain strategi pembelajaran yang tidak tepat, sebagian
guru juga biasanya kurang memahami pribadi manusia yang
ingin ditumbuhkembangkan dan disempurnakan, mereka
tidak sepenuhnya menyadari bahwa manusia pada dasarnya
terdiri dari tubuh, akal dan perasaan. Guru juga biasanya
memisahkan hakikat ilmu dari jiwa agama dan mengucilkan
ilmu dari iman, padahal ilmu secara keseluruhan merupakan
sebuah lingkaran mata rantai dalam mengenal Allah Swt dan
berbagai rahasia ciptaan-Nya.
Buku ini adalah karya penelitian (tesis magister
pendidikan Islam) yang sudah diuji-sahih, hasil studi
kepustakaan (library research)dengan menggunakan metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif dalam penulisan ini
adalah dengan cara menelusuri dan mengumpulkan serta
mengkaji sumber-sumber pembahasan yang berkenaan
denganmetodepembelajaransertaaktivitasNabiMuhammad
Saw dalam menyampaikan risalahnya. Analisis maksudnya
adalah dengan memberikan telaah terhadap temuan-temuan
yang berkenaan dengan metode pembelajaran dan aktivitas
Pendahuluan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
10
Nabi Muhammad Saw, mengingat kondisi dan situasi
pembelajaran pada zaman Nabi Muhammad Saw sangat
berbeda dengan keadaan sekarang. Selanjutnya penulis
mengambil kesimpulan dari seluruh uraian dalam buku ini.
Mengenai apa dan bagaimana simpulannya, tentu diperlukan
kesediaan untuk melanjutkan membaca buku ini.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
11
BAB I
HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
NABI MUHAMMAD SAW
A.	Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi diartikan sebagai pola-
pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.
Strategi, menurut Poerwadarminta adalah; 1). ilmu siasat
perang, 2). Siasat Perang, 3). Bahasa pembicaraan akal (tipu
muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai
proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
12
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata
“instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus
atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan
demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran
atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran (Rasyad, 2003: 110). Pembelajaran merupakan
suatusistem,yang terdiriatasberbagai komponenyangsaling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut
meliputi tujuan, materi, metode dan evaluasi. Pembelajaran
jugadiartikansebagaisuatukombinasiyangtersusunmeliputi
unsur-unsurmanusiawi,material,fasilitas,perlengkapan,dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran
terdiri dari siswa, guru dan tenaga kependidikan. Material
meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, spidol, fotografi dan
lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar,
ujian dan sebagainya. (Hamalik: 1997: 57).
Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai
pelaku perubahan. Muhammad Surya memberikan
pengertian pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
(Surya; 2004: 7). Pengertian ini lebih menekankan kepada
murid (individu) sebagai pelaku perubahan. Pengertian lain
dirumuskan oleh Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
(Hamalik, 2003: 57)
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
13
Menyimak pengertian di atas maka strategi identik
dengan teknik, siasat berperang, namunapabiladigabungkan
dengan kata pembelajaran (strategi pembelajaran) dapat
dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara atau jalan
yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau murid
dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah
laku atau sikap.
Surya mengemukakan, ada lima prinsip yang menjadi
landasan pengertian pembelajaran yaitu;
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh
perubahan prilaku, prinsip ini mengandung makna bahwa
ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan
perilaku dalam diri individu (walaupun tidak semua
perubahanperilakuindividumerupakanhasilpembelajaran).
Perubahan prilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai
ciri ciri sebagai berikut:
1.	 Perubahanyangdisadari,artinyaindividuyangmelakukan
proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya
telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, ia
lebih yakin pada dirinya.
2.	 Perubahan yang bersifat kontinu, perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran akan berlangsung secara
berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah
terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
yang lain.
3.	 Perubahan yang bersifat fungsional, perubahan yang
telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan
manfaat bagi individu yang bersangkutan.
4.	 Perubahan yang bersifat positif, terjadi adanya
pertambahan perubahan pada diri individu, perubahan
yang diperoleh senantiasa bertambah dari sebelumnya.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
14
5.	 Perubahan yang bersifat aktif, perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu.
6.	 Perubahan yang bersifat permanen, perubahan yang
terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara
kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa
tertentu.
7.	 Perubahan yang bertujuan dan terarah, perubahan itu
terjadi karena ada sesuatu yang ingin dicapai.
Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan
perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna
bahwaperubahanperilakusebagai hasilpembelajaran adalah
meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau
dua aspek saja. Perubahan-perubahan itu meliputi aspek
kognitif, afektif dan motorik.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip
ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu
merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, di
dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan tahapan aktivitas
yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajarn bukan sebagai
suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan
suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling
berkaitan.
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya
sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan
dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas
pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang
harus dipuaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Atas dasar prinsip itulah pembelajaran akan terjadi apabila
individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong
dan ada sesuatu yang ingin dicapai. Belajar tidak akan efektif
tanpa adanya dorongan dan tujuan.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
15
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.
Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi
yang nyatadengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan
bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga
banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksudstrategipembelajaranadalahsuatucaraataumetode
yang dilakukan oleh individu (guru) terhadap individu yang
lain (murid) dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek
kognitif, apektif dan motorik secara berkesinambungan.
B.	 Materi Pembelajaran Masa Nabi Muhammad Saw
Di dalam al-Qur’an tidak kurang dari 431 kali kata rasul
baik dalam bentuk tunggal (singular) maupun jamak (plural)
disebutkan. (Nata, 2000: 77). Telah dinyatakan dalam hadits
bahwa jumlah rasul ada 124.000 orang. Karena itulah kita
harus beriman kepada semua rasul yang diutus di India,
Cina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa dan di negeri-negeri lainnya
di dunia.
Allah telah mengutus mereka kepada kaum dan bahwa
semuanya telah membawa agama yang sama seperti Islam.
Al-Qur’an memandang kerasulan sebagai sebuah fenomena
yang bersifat universal di setiap pelosok dunia pernah ada
seorang Rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang
tidak disebutkan dalam al-Qur’an.
Mereka itu adalah manusia-manusia yang luar biasa yang
karena kepekaan dan ketabahannya, serta karena wahyu dari
Allah yang mereka terima dan kemudian menyampaikannya
kepada manusia dengan ulet tanpa kenal takut, dapat
mengalihkan hati nurani ummat manusia dari ketenangan
tradisional dan tensi hipomoral ke dalam suatu kawasan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
16
sehingga mereka dapat menyaksikan Tuhan sebagai Tuhan
dan syaithan sebagai syaithan.
Tugas yang diemban para Rasul cukup mulia namun
berat, penuh tantangan dan bahaya. Mereka datang dengan
kondisi dan situasi masyarakat yang chaos (kacau balau).
Syaikh al-Nadvi melukiskan bahwa keadaan dunia pada saat
kedatangan para rasul tak ubahnya seperti daerah yang baru
saja dilanda gempa yang dashsyat. Di sana-sini terdapat
bangunan yang roboh, hancur dan rata dengan tanah. Tiang
yang bengkok, bergeser dari tempat aslinya, dinding yang
retak, genteng dan kaca-kaca yang pecah bahkan menelan
korban jiwa.
Di berbagai bidang tampak berpengaruh seperti dalam
bidangekonomiditandaiolehpraktek monopoli, kapitalistik,
riba dan menghalalkan segala cara. Dalam bidang sosial
ditandai oleh adanya stratifikasi dan pengklasan masyarakat
yang disebabkan karena perbedaan warna kulit, keturunan
dan kesukuan. Dalam bidang politik ditandai oleh adanya
kekuasaan yang bersifat otoriter, diktator dan tiranik yaitu
penguasa yang tidak memberikan kesempatan sedetikpun
untuk menyatakan dan menyalurkan pendapatnya. Dalam
bidang hukum ditandai oleh adanya diskriminasi dan
pemihakan kepada kelompok-kelompok yang kuat, dalam
bidang kebudayaan ditandai oleh adat istiadat dan tradisi
yang ditujukan untuk memuaskan hawa nafsu belaka.
Perjudian, minuman keras dan sebagainya sudah menjadi
kebudayaan mereka. Dalam bidang akidah ditandai oleh
praktek kemusyrikan, yaitu di samping percaya pada Tuhan,
juga percaya kepada makhluk lainnya. Terdapat praktek
pemujaan terhadap benda-benda, patung berhala dan segala
sesuatu yang sebenarnya hanya makhluk ciptaan Allah.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
17
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan ditandai
oleh adanya monopoli pendidikan kaum elit, sedangkan
rakyat jelata dibiarkan bodoh agar dengan mudah mereka
dapat ditindas dan diperbudak.
Sejarah mencatat selain menghadapi masalah umum
di atas, Rasul juga mengalami masalah yang spesifik. Nabi
Luth menghadapi kaum yang terkena penyakit lesbi dan
homoseks.NabiIbrahimmenghadapikaumyangmenyembah
berhala. Nabi Musa menghadapi kaum yang durhaka kepada
Allah. Nabi Isa menghadapi kaum materialistik dan Nabi
Muhammad Saw menghadapi kaum yang memiliki seluruh
penyakityangdideritaolehparanabi-nabitersebut.Atasdasar
inilah al-Qur’an memberikan kekhususan dan keistimewaan
kepada Nabi Muhammad Saw yang disebabkan karena
tantangan dan cobaan yang dihadapinya lebih berat, namun
keberhasilannya melampaui keberhasilan yang dicapai para
nabi sebelumnya. Dalam kaitan ini para pakar bersepakat
mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai manusia teragung
yang dikenal oleh sejarah kemanusiaan.
Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt untuk
berjuang di tengah tengah masyarakat Makkah, sebuah
masyarakat yang telah berpaling dari kebenaran yang telah
diajarkann oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, mereka
tinggalkan ajaran Ibrahim dan kembali kepada kemusyrikan
yang penuh dengan tahayul dan khurafat dengan melakukan
penyembahankepadaberhalayangmerekabuatsendiri.Iklim
kotaMakkahyangpanasdankeringpunsangatmemengaruhi
kondisi kejiwaan penduduknya yakni membentuk watak
yang keras, karena mereka harus bejuang melawan alamnya
yang keras pula hingga dapat menyesuaikan diri.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
18
Bangsa Arab pada umumnya berwatak berani, keras, dan
bebas. Mereka telah lama mengenal agama. Nenek moyang
mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan
tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan
keberadaanTuhanmerekamembuatpatungberhaladaribatu,
yang menurut perasaan mereka patung itu dapat dijadikan
sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan
mereka yang paling menonjol adalah bidang sastra bahasa
Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian penduduk negeri
Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat
di seluruh Jazirah Arab.
Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut
berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-
peraturan hidup. Ketika agama Islam datang, agama baru
ini pun membawa pembaruan di bidang akhlak, hukum,
dan peraturan-peraturan tentang hidup. Dengan demikian,
bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah atau
peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan
bangsa Arab sebelum Islam.
Situasi bangsa Arab pada umumnya sebelum kedatangan
Islam, umumnya disebut sebagai masyarakat jahiliyah, yaitu
sebuah masyarakat yang senantiasa melawan kebenaran atau
orang-orang yang jauh dari nilai agama yang benar. Pada
umumnya meraka menyembah berhala karena sesuai dengan
sistem kemasyarakatan mereka yang terdiri dari suku-
suku. Setiap suku mempunyai sesembahannya sendiri yang
berbeda dengan suku yang lain, berhala-berhala tersebut
mereka buat sesuai dengan selera mereka masing-masing,
lebih dari itu di sekitar ka’bah saja terdapat ratusan berhala.
Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh
terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya Arab
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
19
pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir
dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup
berkabilah dan nomaden. Mereka berada dalam lingkungan
miskinpengetahuan. Situasiyang penuhdengan kegelapandan
kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak
menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuhanakdengan
dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian,
membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan
kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga
datang Islam di tengah-tengah mereka.   
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada
waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab
sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah
memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang cukup
strategis, terutama kawasan pesisir yang pada waktu itu ramai
dilalui kapal-kapal pedagang Eropayang hendak menuju India,
Asia Tenggara, Cina dan sekitarnya, telah membuat kawasan
ini lebih maju dari pada kawasan Arab yang lain. Makkah pada
waktu itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal
ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena
terletak di persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan
dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria.
Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad Saw sering
bertahanuts di Gua Hira sebelah timur kota Mekkah. Tanggal
17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril menyampaikan wahyu
pertama QS: Al-Alaq: 1-5 yang berbunyi:
َ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬
‫ْأ‬
�َ‫ر‬
ْ
‫اق‬)2( ٍ‫ق‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ْ ِ‫ن‬
‫م‬ َ‫ان‬ َ‫ِإنس‬
ْ
‫ال‬ َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬)1( َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬ َ‫ك‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ ِْ‫م‬
‫س‬ِ‫ا‬‫ب‬
‫ْأ‬
�َ‫ـر‬
ْ
‫ِق‬‫ا‬
)5( ْ
‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ْ َ‫م‬
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ان‬ َ‫ِإنس‬
ْ
‫ال‬ َ
‫م‬
َّ
‫ل‬َ‫ع‬)4( ِ‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ
‫م‬
َّ
‫ل‬َ‫ع‬‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬)3( ُ
‫م‬َ‫ر‬
ْ
‫ك‬
‫َأ‬ ْ
‫ال‬
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
20
Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Turun wahyu pertama itu menandakan bahwa Nabi
Muhammad Saw telah menjadi utusan Allah. Pada mulanya
Nabi berdakwah dengan sembunyi-sembunyi terbatas pada
orang-orang terdekat. Setelah berangsur-angsur jumlah
pemeluk Islam bertambah, dakwah dilakukan secara terang-
terangan. Dakwah sembunyi-sembunyi tersebut mulai
ditinggalkan setelah beliau menerima wahyu Surat al-Hijr:
94 yang berbunyi:
َ‫ني‬ ِ
‫ك‬ِْ‫ر‬
‫ش‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ َِ‫ن‬
‫ع‬
ْ
‫ض‬ِ‫ر‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
�َ‫و‬ُ‫ر‬َ‫م‬ْ‫ؤ‬
ُ
‫ت‬‫ا‬َ
ِ‫م‬
‫ب‬
ْ
‫ع‬ َ‫د‬ ْ‫اص‬
َ
‫ف‬
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-
terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Firman Allah Swt di atas menekankan bahwa Nabi
Muhammad bertujuan menghindari dari kemusyrikan dan
mengajak kepada ketauhidan. Sebagai Rasul-Nya untuk
menyampaikanajaran (da’wah) sehinggamasyarakatkembali
kepada jalan yang benar.
Firman Allah Swt surat al-Mudatsir: 1-7:
)4( ْ‫ر‬ِ
ّ‫ه‬ َ‫ط‬
َ
‫ف‬ َ‫ك‬َ‫اب‬َ‫ي‬ِ‫ث‬َ‫و‬ )3( ْ
ِ‫ر‬
ّ
‫ب‬
َ
‫ك‬
َ
‫ف‬ َ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ )2( ْ‫ر‬ِ‫نذ‬
‫َأ‬
�
َ
‫ف‬ْ ُ‫م‬
‫ق‬ )1(
ُ ِ‫ر‬
ّ
‫ث‬ َّ‫د‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ‫ا‬َ ُّ‫ه‬
‫ي‬
‫َأ‬
� َ‫ا‬‫ي‬
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
21
)7( ْ
ِ‫ر‬
‫ب‬ ْ‫اص‬
َ
‫ف‬ َ‫ك‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ِ‫ل‬َ‫و‬)6(
ُ
ِ‫ر‬
‫ث‬
ْ
‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫س‬
َ
‫ت‬
ُ‫ن‬
‫ن‬ْ َ‫م‬
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫و‬)5( ْ‫ر‬ُ‫ج‬ْ‫اه‬
َ
‫ف‬َ‫ز‬ْ‫ج‬ُّ‫الر‬َ‫و‬
Artinya: Hai orang yang berselimut, bangunlah kemudian
berilah peringatan, dan Tuhanmu agungkanlah, dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah
berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi dengan
maksud memperoleh balasan yang lebih banyak, dan untuk
memenuhi perintah Tuhanmu bersabarlah.
Semakin lama, dakwah Rasulullah semakin hebat.
Melihat gerakan Islam yang  bertambah berani dan
mendengar berhala-berhala pujaan mereka dihina maka
bangkitlah kemarahan  kaum Quraisy. Mulailah mereka
melancarkan permusuhan kepada nabi Muhammad dan
pengikut-pengikutnya. Para pemimpin Quraisy semakin
membenci nabi karenabanyak tokoh Quraisyyang mengikuti
ajaran Islam. Mereka berusaha keras menghentikan dakwah
nabi dengan berbagai cara sehingga Nabi dan pengikutnya 
semakin mengalami rintangan, kesulitan dan penderitaan
yang hebat. Para pemimpin Quraisy menghalangi dakwah
Nabi.
Misi Nabi Muhammad Saw adalah menciptakan
kembali masyarakat yang hanya mengabdi kepada Allah
Swt semata dan menegakkan kebenaran dan keadilan yang
menyeluruh, karenanya aktivitas pokok Rasulullah Saw
antara lain 1). Menanamkan kesadaran dan keinsyapan
tentang ke-Esaan dan ke-maha Kuasaan Allah Swt, meyakini
bahwa Muhammad adalah Nabi dan utusan Allah. Tunduk
dan patuh akan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, 2). Menyadarkan dan mengingatkan bahwa
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
22
pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya
untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatannya
tatkala menjalani hidup di dunia, 3). Menyadarkan dan
mengingatkan bahwa di hadapan Allah Swt semua manusia
itu sama, tidak ada perbedaan dan tidak pula dibeda-
bedakan kecuali dengan takwanya. Karena itu perbudakan
dalam bentuk apapun harus dihilangkan, 4). Menyadarkan
dan mengingatkan bahwa manusia itu hidupnya tidak lepas
dari masyarakat, karena itu hendaknya saling bertolong-
tolongan, saling kasih mengasihi dan saling menghormati
dalam kehidupan bermasyarakat itu. (Soekarno, 1983: 36).
Usaha menyeru manusia ke jalan Allah Swt bukanlah
pekerjaan yang mudah, karena memerlukan pengorbanan
baik tenaga, harta benda, bahkan jika diperlukan nyawa.
Usaha Rasulullah Saw yang mulia ini berhadapan dengan
banyak halangan dan rintangan yang datang dari berbagai
penjuru. Halangan dan rintangan diantaranya mengejar dan
menganiaya Nabi serta pengikutnya. Membujuk Nabi dengan
harta, tahta dan wanita. Dalam menyampaikan seruannya
Nabi Muhammad Saw dihina, difitnah, ditiduh orang gila,
disakiti fisiknya bahkan seringkali mendapatkan ancaman
pembunuhan. Sekalipun tekanan dan rintangan semakin
sering dilancarkan kaum Quraisy, namun dengan keteguhan
iman, ketabahan hati dan keluhuran budi,  Nabi Muhammad
danumatIslamtidakpernahgoyah.Sehinggapadapuncaknya
orang Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi dan
menganiaya sahabat-sahabatnya
Sesuai dengan tugas yang diembankan kepadanya,
serta kondisi lingkungan yang ada pada zamannya, materi
pembelajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw
kepada masyarakat dilingkungannya tidak dalam masalah
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
23
karier, politik dan keduniaan, akan tetapi lebih terfokus
kepada pembinaan akidah, moral dan akhlak umat.
1.	 Tahapan Pembelajaran Nabi Muhammad
a.	 Tahap Rahasia dan Perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama (the first relevation),
al-Qur’an surat 96 ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan
adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial
politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan
keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya,
Khadidjah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk
Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi
Thalib (anak pamannya) dan Zait bin Haritsah (seorang
pembantu rumah tangganya, yang kemudian diangkat
menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya, Abu
Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakkan tersebut
disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan
keluarga dekat suku Quraisy saja. Seperti Usman bin Affan,
Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin
Auf, Thalhah bin Ubaidillah bin Jahrah, Arkam bin Arqam,
Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang
lainnya, mereka semua tahap awal yang mula-mula masuk
Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan
pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah
rumah Arqam bin Arqam.
Pendidikan secara rahasia dan perorangan berlangsung
selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya, yang
memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.
Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga
dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan
agar berhati-hati terhadap azab yang keras dihari kemudian
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
24
(hari kiamat), bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai
Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan
tersebut dijawab Abu Lahab, “Celakanya kamu Muhammad!
Untuk inikah kamu mengumpulkan kami?” Saat itu
diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan
istrinya.
b.	 Tahap Terang-terangan
Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh
Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin
banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah,
karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum
Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu, keberadaan
rumah Arqam bin Arqam sebagai pusat dan lembaga
pendidikan Islam, sudah diketahui oleh kafir Quraisy.
c.	 Tahap untuk Umum
Seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus
kepada keluarga dekat, kelihatannya belum berhasil secara
maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang
terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan
umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam
skala “internasional” tersebut, didasarkan kepada perintah
Allah, surat al-Hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari
perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi
kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak
yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib,
kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias.
Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
25
Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam
secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor: (1)
adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul,
(2) suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman
dari kelompok Yahudi, (3) konflik antara Khazraj dan Aus
yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama,
oleh karena itu mereka mengharapkan pemimpin yang
mampu melindungi dan mendamaikan mereka. Berikutnya,
di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad
Saw, Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan
seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal
dengan “Bai’at al-Aqabah I”. Mereka berjanji tidak akan
menyembah selain kepada Allah Swt, tidak akan mencuri dan
berzina, tidak akan membunuh anak-anak dan menjauhkan
perbuatan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat kepada
Rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya
terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.
Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam
mendakwahkan ajaran Islam, sehingga seluruh penduduk
Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji
berikutnya 73 orang jamaah haji dari Yatsrib mendatangi
Rasulullah, berikrar akan selalu setia dan melindungi
Rasulullah, dan menetapkan keimanan kepada Allah dan
Rasul-Nyadi tempatyang sama pelaksanaan Bai’at al-Aqabah
I tahunyang lalu, yang dikenal dengan nama Bai’at al-Aqabah
II, dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke
Yatsrib. Inilah bentuk dakwah Rasulullah secara umum,
dakwah kepada umat manusia yang datang dari seluruh
penjuru bumi berhaji ke Makkah.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
26
2.	 Mendirikan Lembaga Pendidikan Islam dan Materi
Pembelajaran
a.	 Lembaga Pendidikan pada Fase Makkah
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua
macam/tempat, yaitu: (1) rumah Arqam bin Arqam, rumah
ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah
yang pertama sekali dalam Islam; (2) kuttab, dalam sejarah
pendidikan Islam, istilah kuttab telah dikenal dikalangan
bangsa Arab pra-Islam. Dalam bukunya Samsul Nizar
dikatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi
dua.Pertama,kuttabberfungsimengajarkanbacatulisdengan
teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya
non-Muslim. Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga
pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Kedua,
kuttab sebagai pengajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama
Islam. Pengajaranteksal-Qur’anpadajenis kuttabyang kedua
ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafalan
al-Qur’an) telah banyak. Guru yang mengajarkannya adalah
dari umat Islam sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan
lanjutan dari kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki
kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa
diajari pemahaman al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam,
juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab dan aritmatika.
Sementara kuttab yang didirikan oleh orang-orang yang
lebih mapan kehidupannya, materi tambahannya adalah
menunggang kuda dan berenang. Sesuai dengan tugas yang
diembankan kepadanya serta kondisi lingkungan yang ada
pada zamannya, materi pembelajaran yang disampaikan oleh
Rasulullah kepada masyarakat di lingkungannya tidak dalam
masalah karier, politik dan keduniaan, tetapi lebih terfokus
kepada pembinaan aqidah, akhlak umat dan al-Qur’an.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
27
b.	 Lembaga Pendidikan pada Fase Madinah
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah,
salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah
pembangunan sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan
Rasulullah bersama kaum Muslimin, untuk secara bersama-
sama membina masyarakat baru. Meskipun demikian
eksistensi kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah,
tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan
materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring
dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah,
misalnya materi jual beli, materi keluarga, materi sosial
politik, tanpa meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai
di Makkah seperti materi akidah, akhlak dan al-Qur’an.
Dalam sejarah Islam, masjid yang pertama kali dibangun
Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba pada jarak perjalanan
kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah
dari Makkah (QS. At-Taubah: 108). Rasulullah membangun
sebelah utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang
disebut al-Suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir
miskin yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal dengan
“ahli suffah”. Pembangunan masjid tersebut bertujuan untuk
memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat Islam. Di
samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, di antaranya
sebagai tempat beribadah, kegiatan sosial-politik, bahkan
lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga
pendidikan Islam.
Materi pembelajaran Rasulullah Saw yang bersifat
fundamental telah digariskan oleh Allah Swt, seperti terdapat
dalam QS. al-Jumu’ah ayat 2.
ْ
‫م‬ِ‫هي‬ِ
ّ
‫ك‬َ ُ‫ز‬
‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ‫ا‬‫ي‬
‫آ‬
� ْ
‫م‬ِْ‫يه‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ‫و‬
ُ
‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ي‬ ْ
‫م‬ُ ْ‫ه‬
‫ن‬ِّ‫م‬
ً‫ا‬
‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ني‬ِّ‫ِي‬ّ‫م‬
‫ُأ‬ ْ
‫ال‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ َ
‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
28
ٍ‫ني‬ِ‫ب‬ُّ‫م‬ ٍ‫ل‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫ض‬ ِ‫ي‬
‫ف‬
َ
‫ل‬
ُ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ِ‫ن‬
‫م‬‫ا‬
ُ‫و‬
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬‫ن‬‫ِإ‬�َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ ْ‫م‬
‫ك‬ِْ‫ح‬‫ال‬َ‫و‬ َ
‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ِم‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫و‬
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.
Allah Swt menyebutkan untuk diri-Nya “orang ketiga”
(Dia), karena orang-orang Arab yang jahil, primitif dan liar
tidak mengenal-Nya, karena tidak ada “Dia” dalam benak
mereka, makaAllah Swtmenekankan kegelapansifatmereka,
kejauhan mereka dari diri-Nya.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Nabi Muhammad diutus
oleh Allah dengan kebenaran yang dibawanya kepada kaum
yang belum tahu membaca dan menulis pada waktu itu.
Rasul itu bukan datang dari tempat lain, melainkan timbul
dan bangkit dalam kalangan kaum itu sendiri, dan Rasul itu
sendiri juga seorang yang ummiy, beliau tidak pernah belajar
menulis dan membaca sejak kecil sampai wahyu itu turun.
Sehingga dia Rasul yang ummiy dari kalangan yang ummiy.
(Hamka, 2000: 163).
Kata ( َ‫ني‬ِّ‫ي‬ِّ‫م‬
‫أ‬
‫)ال‬ al ummiyyyin adalah bentuk jamak dari kata
(‫)ﺃﻲﻣ‬ ummiyy dan terambil dari kata (‫)ﺃﻢ‬ umm/ibu dalam arti
seorang yang tidak pandai membaca dan menulis. Seakan-
akankeadaanyadarisegipengetahuansamadengankeadaanya
ketika baru dilahirkanoleh ibunyaatau samadengan keadaan
ibunya yang tak pandai membaca dan menulis.  Ini karena
masyarakat Arab pada masa jahiliyah umumnya yang tak
pandai membaca dan menulis, lebih-lebih kaum wanitanya.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
29
Ada juga yang berpendapat bahwa kata ummiyy terambil dari
kata (‫)ﺃﻣﺔ‬ ummah/umat yang menunjuk kepada masyarakat
ketika turunnya al-Qur’an yang oleh Rasul swa dilukiskan
dengan sanda beliau: ”Sesunggunya kita adalah umat yang
ummiyy, tidak pandai membaca dan berhitung.” Betapapun,
yang dimaksud dengan al-Ummiyyyin adalah masyarakat
Arab. (Shihab, 2007: 2019).
Buta huruf yang dimaksud ayat di atas adalah orang-
orang Arab pada waktu itu disebut sebagai orang-orang yang
buta huruf karena pada umumya mereka tidak bisa membaca
dan menulis. Dalam 100 orang belum tentu ada seorang yang
pandai menulis atau membaca, tetapi mereka mempunyai
satu kelebihan yaitu ingatan mereka sangat kuat, mereka
(bangsa Arab) tidak mempunyai pengetahuan tentang Allah
Swt dan Rasul-Nya, kemudian Allah Swt mengutus seorang
Rasul kepada umat yang rusak ini. Muhammad Saw adalah
seorang Rasul yang memunyai tekad yang kuat, sifatnya yang
lembut dengan spiritualitas terdalam dan moralitas tertinggi
dan melalui Nabi Muhammad Saw tersebut Allah Swt akan
membimbing mereka dalam rangka menjadi orang yang
cerdas dan kelak akan menjadi pemimpin manusia.
Kalimat membacakan ayat-ayat-Nya dan mensucikan
mereka, menunjukkan bahwa Rasulullah Saw akan
mengajarkanmerekatentangmaknaal-Qur’andanpenciptaan
dengan cara bertahap dan memberi tahu mereka bagaimana
untuk menjadi manusia sempurna dengan berjuang meraih
kesempurnaan spiritual. Allah Swt membimbing mereka
melalui Rasul-Nya menuju derajat yang lebih tinggi dengan
menjelaskan al-Qur’an dan semesta kepada mereka, dan
memperlihatkan mereka secara rinci bagaimana menuju
kehidupan yang seimbang dan baik dalam setiap bidang
kegiatan. (Gulen, 2002: 192).
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
30
Dari ayat di atas tampak jelas bahwa materi pendidikan
yang harus diemban oleh Rasulullah Saw berkenaan dengan
persoalan yang mendasar yakni pengenalan dan penyadaran
umat terhadap Allah Swt (akidah), selanjutnya menjadikan
al-Qur’ansebagai pedoman hidupmanusiasehinggamanusia
yang secara fitrah suci ketika dilahirkan, tetap dalam keadaan
suci ketika menghadap Allah Swt.
Dalam al-Qur’an dan tafsirnya yang diterbitkan
oleh Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, QS. al-
Jum’ah ayat dua tersebut mengandung tiga materi pokok
yang harus dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw
yakni; pertama, membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an
yang di dalamnya terdapat petunjuk dan bimbingan
untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Kedua,
Membersihkan masyarakat dari akidah yang menyesatkan,
dosa kemusyrikan, sifat-sifat jahiliyah yang biadab sehingga
mereka itu berakidah tauhid meng-Esakan Allah Swt,
tidak tunduk kepada pemimpin yang menyesatkan dan
tidak percaya lagi kepada sesembahan mereka seperti batu,
pohon dan sebagainya. Ketiga, Mengajarkan kepada mereka
(masyarakat) syari’at agama beserta hukum-hukumnya serta
hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.
Hamka, menguraikan dalam tafsir al-Azharnya bahwa
berdasarkan ayat di atas, materi pembelajaran yang
ditugaskan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw
adalah membersihkan jiwa mereka dari kepercayaan
yang karut, dari pada akidah yang salah, daripada langkah
yang tersesat dan membersihkan pula badan (diri)
mereka dari kotoran, karena selama ini belum tahu arti
kebersihan, sehingga diajar wudhu, diajar mandi junub
dan menghilangkan hadas dan najis bahkan sampai diajar
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
31
menggosok gigi. Selanjutnya masih menurut Hamka, materi
pembelajaran Nabi Muhammad Saw adalah mengajarkan
al-kitab (mushaf al-Qur’an atau syariat) dan hikmah (Sunah
Rasul atau arti dan rahasia daripada perintah dan larangan
Allah Swt. (Hamka, 2000: 164).
Dalam sumber yang lain, Hamka berpendapat bahwa
materi pembelajaran Nabi Muhammad Saw. adalah
memberitahukan kepada seluruh isi alam, bahwa yang
mempunyai agama bukan manusia, tetapi Allah Swt dan
gunanya untuk mengatur manusia, agama itu hanya satu
sejak dahulu sampai sekarang, tidak berubah, tidak berbeda,
yang berbeda hanya rupa dan lahirnya. Isinya hanya satu,
semangatnya hanya satu, hakikatnya hanya satu, kesatuan
itulah yang diserukan sejak Nabi pertama Adam as. Sampai
sekarang (Nabi Muhammad Saw), isinya ialah iman kepada
Allah Swt, ikhlas beribadah kepada-Nya, bertolong-tolongan
sesama manusia di dalam menegakan kebajikan dan
menghindarkan perbuatan yang dapat menyakiti sesama
manusia. (Hamka, 2001: 330).
Menurut Munawar Chalil, yang menjadi pokok dari
materi pembelajaran (dalam hal ini dakwah) Rasulullah
Saw pada periode awal adalah mengarahkan agar manusia
menetapi prikemanusiaannya yang sejati, jangan bertuhan
kepada selain dari Tuhan Yang Maha Esa, Maha Besar, Maha
Kuasa, MahaTinggi, Mahadalamsegalanya.Tidaksepatutnya
bagi manusia, bertuhan kepada batu-batu, memuja berhala,
memuliakan gambar, menyembah arca, menganggap bahwa
ada di antara sesama mahluk yang kuasa memberi selamat.
Rasulullah Saw terus-menerus mengarahkan agar manusia
selalu memohon pertolongan kepadaAllah Swt, karenaselain
Dia tidak ada yang dapat memberi pertolongan. Rasulullah
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
32
Saw juga meyakinkan kepada masyarakat waktu itu bahwa
dirinya adalah Rasulullah. (Chalil 1, 1994: 215).
Menurut Mahmud Yunus, ruang lingkup materi
pembelajaran Rasulullah Saw, khususnya periode Makkah
meliputi empat tema yaitu 1). Pendidikan keagamaan, yaitu
hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata,
jangan dipersekutukan dengan nama berhala, 2). Pendidikan
akliyah dan ilmiah, yaitu memperlajari kejadian manusia
dari segumpal darah dan kejadian manusia, 3). Pendidikan
akhlak dan budi pekerti yang sesuai dengan ajaran tauhid,
4). Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan
kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
Syaih Shafiyyurrahman al-Mubarakfury dalam sirah
nabawiyah menyatakan bahwa materi pembelajaran
Rasulullah pada tahap awal meliputi 1). Tauhid, 2).
Iman Kepada hari akhir, 3). Membersihkan jiwa dengan
cara menjauhi kemunkaran dan kekejian yang kadang-
kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang
menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan dan
perbuatan-perbuatan baik, 4). Menyerahkan urusan semua
kepada Allah Swt, 5). Semua itu dilakukan setelah beriman
kepada risalah Nabi Muhammad Saw bernaung dibawah
kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus. (al-
Mubarakfury, 2003: 98).
Dalam penelusuran Haikal, dinyatakan bahwa ajaran
utama Rasulullah Saw adalah mengenalkan ajaran Islam
sebagai agama yang benar, agama yang sempurna, agama
Allah Yang Maha Agung, agama yang akan mengajak
membebaskan pikiran pikiran manusia untuk dapat menilai,
menyadari dan berpikir. Rasullah Saw mengajarkan sistem
hidup berakidah dan bermasyarakat yang menjadikan dasar
keseimbangan hidup manusia. (Haikal, 2003: 418).
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
33
Senada dengan yang lain, Azyumardi Azra berpendapat
bahwa, sebagai pendidik dan sekaligus Rasul, misi
kependidikan pertama Nabi Muhammad Saw adalah
menanamkan akidah yang benar yakni akidah tauhid-
mengesakan Tuhan, memahami seluruh fenomena alam dan
kemanusiaan sebagai suatu kesatuan, suatu yang holistik.
(Azra, 2002: 55).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa ruang lingkup materi pembelajaran Nabi Muhammad
Saw meliputi persoalan-persoalan yang fundamental bagi
kehidupan manusia sebagai khalifah Allah Swt, yaitu; akidah
dantauhidsebagaimateripokok,mengajarkanfirman-firman
Allah Swt sekaligus dengan arti dan makna dari setiap firman
Allah Swt tersebut, pemberian pemahaman terhadap asal
kejadian alam dan asal kejadian manusia, membentuk sistem
hidup bermasyarakat, pembersihan jiwa dengan menjauhi
kemunkaran dan kekejian, penanaman akhlak yang baik,
pendidikan jasmani juga merupakan hal yang diperhatikan
oleh Rasulullah Saw terutama yang berhubungan dengan
kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal.
Sejalandenganpenanamanakidahdantauhid, Rasulullah
Saw memberikan penyadaran tentang hakikat manusia; dari
mana manusia berasal, harus bagaimana hidup di dunia,
dan akan ke mana setelah kematian tiba, sehingga secara
bersamaan berlangsung juga penanaman nilai-nilai moral,
akhlak yang mengarah kepada penyadaran bahwa Islam
bukan agama ilusi dan khayal, Islam bukan agama terbatas,
tetapi Islam adalah agama kodrat (fitrah) yang dengan itu
seluruh umat manusia difitrahkan.
Jika diperhatikan, sesungguhnya materi yang diajarkan
oleh Rasulullah Saw pada dasarnya merupakan keseluruhan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
34
ajaran Islam, baik yang menyangkut hablum minallah
sebagai pondasi dari ajaran Islam yakni akidah dan tauhid
maupun hablum minannas yang merupakan implementasi
dari hablum minallah. Ajaran Islam sebagai materi yang
diberikan Rasulullah Saw mengandung materi yang cukup
luas karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
yang akhirnya bermuara kepada sikap pengabdian seorang
hamba kepada Allah Swt.
C.	 Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
Menurut Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran
merupakan salah satu materi penting dalam upaya
menciptakanefektivitaspembelajaran.Instrumen-instrumen
yang terkaitdengan pembelajaran tersebut sangat erat terkait
dengan sebuah strategi pembelajaran yang juga menjadi
bagian integral dari rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai komponen pembelajaran. Bahkan seorang tokoh
pendidikan,.
Menurut Kemp, strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Sementara itu menurut Dick dan Carey, strategi
pembelajaran lebih diartikan sebagai suatu set materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-
sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi merupakan hal yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila
proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat
maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
35
Dari pengertian strategi pembelajaran di atas, setidaknya
ada dua hal penting yang terkait, yaitu: pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan), termasuk penggunana metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran; kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan
berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan.
Dua kategorisasi di atas, dalam kenyataannya
menemukan perbedaan dengan pendapat Saiful Bahri
dkk. Menurut mereka, ada empat strategi mendasar dalam
proses pembelajaran, antara lain; (1) mengidentifikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan pembelajaran
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat;
(3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik
proses pembelajaran yang dianggap paling tepat dan
efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan proses pembelajaran; (4) menetapkan norma-
norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh
guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
Dari uraian di atas, strategi pembelajaran merupakan
konsep penting dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
Karena terdapat beberapa masalah sehubungan dengan
strategi pembelajaran yang secara keseluruhan diklasifikasi
menjadi sembilan, yaitu: (1) konsep dasar strategi
pembelajaran; (2) sasaran kegiatan belajar; (3) proses
pembelajaran sebagai suatu sistem; (4) hakikat proses
pembelajaran; (5) perilaku siswa; (6) pola-pola belajar siswa;
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
36
(7) memilih sistem pembelajaran; (8) pengorganisasian
kelompok belajar; (9) pengelolaan atau implementasi proses
pembelajaran.
Sebelum Nabi Muhammad Saw memulai tugasnya
sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap
umatnya, Allah Swt telah mendidik dan mempersiapkannya
untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna,
melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam
kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya, dengan
potensi fitrahnya yang luar biasa. (Zuhairimi, 1977: 18).
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam di dalamnya
memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan
yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-
Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber
pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan.
Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan.
Dalam diri Nabi Muhammad Saw, seolah-olah Allah Swt.
telah menyusun suatu metodologi pendidikan Islam yang
sempurna, suatu bentuk yang hidup dan abadi selama
sejarah kehidupan manusia masih berlangsung. Strategi
pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari
sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai
tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-
garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode
pembelajaran dan metode mengajar.
Berbagai kepribadian terpuji terkumpul di dalam satu
pribadi, yang masing-masing melengkapi bagian-bagian lain,
seakan-akan pribadi itu sesuatu yang mempunyai banyak sisi
yang berbeda, kemudian dipertautkan menjadi suatu benda
yang lebih luas, tersusun rapi menjadi suatu lingkaran yang
sangat sempurna dengan unsur-unsur pribadi yang disusun
dengan baik dan teratur. (Syahidin, 1999: 156)
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
37
Sebagai manusia pilihan yang sudah dipersiapkan oleh
Allah Swt untuk menyampaikan risalah Islam, tentu saja
dalam melaksanakan tugas tersebut selalu berada di bawah
pengawasan dan bimbingan-Nya, akan tetapi sebagai
manusia biasa yang diberikan akal, hati dan indra lainnya,
Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat cerdas, kreatif,
inovatif dalam menyampaikan risalah Islam yang sekaligus
sebagai materi dari pendidikan yang menjadi tugas utama
Nabi.
Sebagai pribadi, Rasulullah Saw memilki kepribadian
dan nilai-nilai kepemimpinan serta pola manajemen yang
baik, sehingga strategi pembelajaran Rasulullah Saw dapat
dilaksanakan dan berhasil dengan baik. Memang tidak dapat
dipungkiri, bahwa Rasulullah Saw adalah seorang Rasulullah
yang tentunya berbeda dengan manusia biasa yang segala
sikapdantingkahlakusertaperbuatannyasangatdipengaruhi
bahkan selalu dalam bimbingan wahyu. Tetapi sebagai
manusia, Rasulullah memang telah memiliki kepribadian
yang terpuji sehingga beliau memperoleh predikan al-Amin
artinya yang jujur, begitupun dengan kemampuan beliau
sebagai seorang pemimpin dan kombinasi dari kemampuan
dan sikapnya yang mulia serta didukung oleh bimbingan
Allah Swt yang terus-menerus, pembelajarannya dapat
berhasil dengan baik.
Dalam melaksanakan tugas da’wahnya (menyampaikan
pembelajaran) kepada masyarakat, Allah Swt telah
memberikan landasan umum berkenaan dengan strategi
pembelajaran yang harus dipedomani oleh Nabi Muhammad
Saw, seperti firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 125.
َ ِ‫ي‬
‫ه‬ ِ‫ي‬
‫ت‬
َّ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ل‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫و‬ ِ‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬
َ ْ‫ح‬
‫ال‬ ِ‫ة‬
َ
‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬
َ ْ‫م‬
‫ك‬ِْ‫ح‬‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ك‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫يل‬ِ‫ب‬ َ
‫س‬ ِ‫ى‬
‫ل‬‫ِإ‬�
ُ
‫ع‬ْ‫اد‬
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
38
َ‫ني‬ِ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ه‬ُ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
�َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ
‫س‬
َ‫ن‬
‫ع‬
َّ
‫ل‬
َ
‫ض‬‫ن‬َ
ِ‫م‬
‫ب‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
� َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� ُ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬
‫َأ‬
�
Artinya:Serulah(manusia)kepadajalanTuhanmudengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Makna umum dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan
untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara
yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu dengan cara
Al-hikmah, Mau’idhah Hasanah, dan Mujadalah. Dengan
cara ini nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya
denganpenuhkesadaran.Ketigametodeinitelahmengilhami
berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks
pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan
pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti
membangun suatu sistem yang kuat dengan “jaring-jaring”
(networking) yang menyebar ke segala penjuru. Analogi ini
bisa menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala sekolah, wali
murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait. Sehingga
menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu
sistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
Pada awalnya ayat ini berkaitan dengan dakwah
RasulullahSaw. Kalimatyangdigunakanadalahfi’il amr “ud’u”
(asal kata dari da’a-yad’u-da’watan) yang artinya mengajak,
menyeru, memanggil. Dalam kajian ilmu dakwah maka ada
prinsip-prinsip dalam menggunakan metode dakwah yang
meliputi hikmah, mau’idhah hasanah, mujadalah. Metode
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
39
ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai sistem, berbagai
metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh
dakwah, komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk
dan bersumber pada ayat ini sebagai prinsip dasar sehingga
terkenal menjadi sebuah metode.
Secaraetimologi metodeberasaldari bahasaYunani,yaitu
“metha” artinya melalui atau melewati dan “hodos” artinya
jalan atau cara. Dalam kajian keislaman metode berarti
juga “thoriqoh” yang berarti langkah-langkah strategis yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan
demikian metode mengajardapat diartikan sebagai cara yang
digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik
saat berlangsungnya proses pembelajaran. Adapun secara
terminologi, para ahli pendidikan mendefinisikan metode
sebagai berikut: 1) Hasan Langgulung mendefinisikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan pendidikan; 2) Abd. Al-Rahman
Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara
yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran; 3) Ahmad
Tafsir mendefinisikan, metode mangajar adalah cara yang
paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.
Ada beberapa landasan dasardalam menentukan metode
yang tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh Abu
Ahmadi. Ia mengatakan bahwa landasan untuk pemilihan
metode ialah: 1) Sesuai dengan tujuan pengajaran agama;
2) Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan; 3) Menarik perhatian
murid; 4) Maksud metodenya harus dipahami siswa; 5)
Sesuai dengan kecakapan guru agama yang bersangkutan.
Landasan umum yang telah digariskan oleh Allah Swt
dalam melaksanakan pembelajaran kepada masyarakat
seperti bunyi ayat di atas adalah bahwa dalam setiap gerak
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
40
dan langkah mengajak orang kembali kepada jalan Allah
itu haruslah dilakukan dengan cara-cara yang bijak, bahkan
ketika berargumentasi dengan yang belum sepaham harus
juga dilakukan dengan cara yang bijak, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit hati orang lain.
Dalam surat An-Nahl ayat 125 terdapat tiga prinsip dalam
implementasi metode penyampaian dakwah, pembelajaran,
pengajaran, komunikasi dan sebagainya yaitu:
1.	 Al-Hikmah
Dalam bahasa Arab, al-hikmah artinya ilmu, keadilan,
falsafah, kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah
berarti mengajak kepadajalanAllahdengancarakeadilandan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor
dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek,
sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan
pemilihan metode dengan memperhatikan audiens atau
peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran
tercapai dengan maksimal.
Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan
“kalimatyang lemah lembut”. Beliau menulisdalam tafsirnya:
‫خماشنة‬‫دون‬‫ولني‬‫بتلطف‬‫ورشعه‬‫هللا‬‫دني‬‫ىل‬‫إ‬�‫يدعو‬‫ن‬
‫أ‬
�‫مره‬
‫أ‬
�‫و‬
‫القيامة‬‫ويم‬‫ىل‬‫إ‬�‫المسلمون‬‫ويعظ‬‫ن‬
‫أ‬
�‫ينبيغ‬‫وهكذا‬,‫وتعنيف‬
Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia
kepada “dinullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak
dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum
muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan
seluruh aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses
pembelajaran dan pengajaran.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
41
Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat
“qaulan layinan”. Allah berfirman: “Maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut”. Proses belajar mengajar
dapat berjalandengan baikdan lancarmanakalaada interaksi
yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi
yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam
kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah
menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu
memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya
untuk berkembang.
Berdasarkan penafsiran para mufasir hikmah
mengandung makna sebagai berikut:
1)	 Perkataan yang kuat disertai dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan kesalahpahaman.
2)	 Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu.
Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini
keadaannya/pengetahuan itu memberi manfaat.
3)	 Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil
(argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana
yang bathil.
4)	 Mengetahui hukum-hukum Al-Qur’an, paham Al-
Qur’an, paham agama, takut kepada Allah, benar
perkataan dan perbuatan.
5)	 Tutur kata yang mempengaruhi jiwa
6)	 Akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati
yang bersih. Menarik perhatian orang kepada agama
(kepercayaan terhadap Tuhan)
7)	 Perkataan yang tegas dan benar.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
42
Dengan demikian biladiaplikasikan kedalam pendidikan
Islam, maka hikmah dapat digunakan sebagai salah satu
metode pendidikan agama Islam. Dari penafsiran mufasir
di atas, dapat disimpulkan bahwa hikmah mengandung arti
pengetahuan yang dalam yang menjelaskan kebenaran serta
menghilangkan kesalahpahaman melalui tutur kata yang
tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa, akal budi yang
mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih.
Aplikasi metode hikmah dalam pendidikan Islam,
mengindikasikan adanya tanggung jawab pendidik. Dengan
pengetahuan yang dalam akal budi yang mulia, perkataan
yang tepat dan benar serta sikap yang proporsional dari
pendidik, maka tujuan pendidikan dapat terwujudkan.
Metode hikmah mewujudkan suasana kondusif
yang memungkinkan terjadinya interaksi edukatif yang
menyentuh siswa untuk dapat menerima dan memahami
serta mendorong semangat belajar, melalui terwujudnya
komunikasi baik antara pendidik dan peserta didik. Dimana
pembinaan karakter peserta didik dan kewibawaan pendidik
tetap terjaga.
2.	 Mau’idzah Hasanah
Maudzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mau’idzah dan
Hasanah”. Al-Mau’idzah dalam tinjauan etimologi berarti
“pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan
hasanahberarti baik. Biladuakatainidigabungkanbermakna
pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-Mau’idzah
hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia,
mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses
ini mereka akan mengingat kepada Allah.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
43
At-Thobari mengartikan mau’idzah hasanah dengan
“Al-ibr al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah bersal
dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses
penyampaian. Pengajaran yang baik mengandung nilai-
nilai kebermanfaatan bagi kehidupan para siswa. Mau’idzah
hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i (guru,
ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para
siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun
sebenarnya sedang terjadi penstranferan nilai.
Al-Imam Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali
mengidentikan kata “Al-Mau’idah” itu dengan kalimat
‫مواعظه‬ ‫و‬
‫أ‬
� ‫القول‬ ‫الرقيق‬ artinya perkataan yang lembut. Pengajaran
yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang
lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat
tersebut bermakna lemah lembut baik lagi baik.
Dengan melalui prinsip maudzoh hasanah dapat
memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap dalam
kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi approach) agar
penyampaian materi bisa diterima oleh peserta didik
diantaranya: a). Pendekatan Religius, yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk religius dengan bakat-
bakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus merujuk
pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, b).
Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang peranan
yang sangat penting dalam proses pendidikan, c).Dasar
Psikologis, metode pendidikan Islam bisa efektif dan efesien
biladidasarkan pada perkembangan psikis meliputi motivasi,
emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan
kecakapan akal intelektual, d). Dasar Sosiologis, pendekatan
sosial interaksi antar siswa, guru dengan siswa sehingga
memberikan dampak positif bagi keduanya.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
44
3.	 Mujadalah
Kata mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna
awalnya percekcokan dan perdebatan. Kalimat “jadala” ini
banyak terdapat dalam Al-Qur’an diantaranya dalam surat
Al-Kahfi ayat 54:
‫ل‬ َ‫د‬َ‫ج‬ٍ‫ء‬ ْ َ‫ي‬
‫ش‬
َ َ‫ر‬
‫ث‬
ْ
‫ك‬
‫َأ‬
� ُ‫ان‬ َ‫ِإنس‬
ْ
‫ال‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬َ‫و‬
Artinya: Manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.
Kalimat “jadala” dengan berbagai variasinya juga
bertebaran dalam Al-Qur’an, seperti pada surat (2:197),
(4:107,109), (6:25, 121), (7 : 71), (11:32,74), (13:13), (18:54,56(,
(22:8,68), (29:46), (31;20), (40:4,5,32,56,69), 24:35), (43:58),
(58:1). Bahkan ada surat yang bernama “Al-Mujaadilah”
(perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan).
Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan
dengan dialog atau diskusi sebagai kata “ameliorative”
berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan
metode diskusi ilmiah yang baik dengan cara lemah lembut
serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan
hasilnya diserahkan kepada Allah Swt.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam
tafsirmya bahwa mujadalah ini adalah cara penyampaian
melaluidiskusidenganwajahyang baikkalimatlemahlembut
dalam berbicara. Metode penyampaian ini dicontohkan
oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika berdialog-diskusi
dan berbantahan dengan Fir’aun. Sedangkan hasil akhirnya
dikembalikan kepada Allah Swt sebab hanya Allahlah yang
mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
45
Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membicarakan, menganalisagunamengumpulkanpendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut
metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang
sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor
pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan
pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran,
menghormati pendapatorang lain,sadarbahwaadapandapat
di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai
sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan
bakat bawaannya.
An-Naisaburi memberikan ilustrasi bahwa mujadalah itu
adalah sebuah metode “‫ابلطريقة‬‫ي‬
‫أ‬
�”. Diskusi (mujadalah) tidak
akan memperoleh tujuan apabila tidak memperhatikan
metode diskusi yang benar, yang hak sehingga diskusi
jadi “bathal” tidak didengarkan oleh mustami’in. Metode
mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil,
argumentasi dan alasanyang kuat. Parasiswa berusaha untuk
menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-
alasan yang mendasar dan ilmiah dalam setiap argumen
diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator,
stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini
lebih cenderung ke “Student Centre” yang menekankan aspek
penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik
(individual differencies) bukan “Teacher Centre”.
Berdasarkan hadits-hadits yang ada, dalam kontek
pembelajaran, Nabi Muhammad Saw sangat kaya dengan
strategi dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikannya,
sehingga tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
46
dengan baik. Beberapa strategi pembelajaran yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad Saw antara lain:
4.	 Mendidik dengan Contoh Teladan
Nabi Muhammad Saw merepresentasikan dan
mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui
tindakannya, dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke
dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah Swt, bagaimana
bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do’a,
bagaimanasujuddenganpenuhperasaan,bagaimanatunduk,
bagaimana menangis kepada Allah Swt di tengah malam,
bagaimana makan, bagaimana tertawa, bagaimana berjalan,
semuanya itu dilakukan oleh Rasulullah Saw. (Gulen, 20002:
197) Seluruh prilaku Rasulullah Saw tersebut kemudian
menjadi acuan bagi parasahabatsekaligus merupakan materi
pendidikan yang tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah salah satu
strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal
ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai
hasilnya, apapun yang diajarkan dapat diterima dengan
segeradari dalam keluargadan oleh masyarakat pengikutnya,
karena ucapannya menembus ke hati mereka. Segala
yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupannya
merupakan cerminan kandungan Al-Qur’an secara utuh,
sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Ahzab; 21:
َ
‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬َ َّ‫للاه‬‫و‬ُ‫ج‬ْ َ‫ر‬
‫ي‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬‫ن‬َ‫م‬ِ
ّ
‫ل‬
ٌ
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬
ٌ
‫ة‬َ‫و‬ ْ
‫س‬
‫ُأ‬
�َِّ‫للاه‬ ِ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ْ ُ‫م‬
‫ك‬
َ
‫ل‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
ً
‫ريا‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬َ َّ‫للاه‬ َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ر‬ِ‫خ‬
‫آ‬ ْ
‫ال‬
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
47
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
Beberapa prilaku Nabi Muhammad Saw yang menjadi
uswah hasanah antara lain:
a.	 Tentang Kesederhanaan Nabi Muhammad Saw.
Sebagai seorang Nabi dan Rasulullah, Muhammad
memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia,
ia adalah manusia yang dijamin masuk syurga oleh
Allah Swt. Dalam kehidupan kesehariannya, ia tempat
manusia bertanya, uluran tangannya senantiasa dinanti
oleh sebagian besar masyarakat, nasihat-nasihatnya
senantiasa dapat mengeluarkan orang lain dari kesulitan.
Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna.
Dalam kedudukannya seperti itu, Nabi Muhammad Saw
tidak pernah menganggap dirinya lebih besar dan lebih
hebat dibandingkan dengan orang lain, ia tidak gila
penghormatan dari orang lain, ia hidup dan berpakaian
seperti orang paling miskin, ia duduk dan makan
bersama-sama dengan masyarakat (termasuk budak dan
hamba sahaya), tidurnya beralaskan tikar yang terbuat
dari pelepah daun kurma, sehingga ketika ia bangun dari
tidurnya masih tampak goresan-goresan tikar di pipinya.
Kerendahan hati adalah salah satu sifat teragung
Nabi Muhammad Saw. Dia mencapai derajat tertinggi
setiap harinya, dia terus bertambah rendah hati dan
tunduk kepada Allah Swt. Satu ketika Nabi Muhammad
menggambarkan tentang bagaimana seharusnya seorang
beriman hidup di dunia, dalam kata-katanya yang sangat
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
48
pendek namun penuh makna, seperti hadits riwayat
Ahmad, Muslim dan Turmuzi dari Abu Hurairah berikut
ini:
ِ‫ر‬ِ‫ف‬
َ
‫الاك‬
ُ
‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬َ‫و‬ ِ ِ‫ن‬
‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫الم‬ ُ‫ن‬ْ ِ‫ج‬
‫س‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬ ُّ‫لد‬
َ
‫ا‬
Dunia itu penjara bagi orang yang beriman dan syurga
bagi orang kafir
Sekiranya nabi ingin hidup bersenang-senang
tentulah hal demikian dapat nabi lakukan baik ketika
sudah datang risalah maupun sebelum datangnya risalah.
Abu Ishaq dalam Quraisy Shihab menuliskan sikap
kesederhanaan Nabi Muhammad Saw manakala seorang
Abu Walid ‘Utbah bin Rabi’ah seorang utusan pembesar
kaum kafirQuraisymerayu beliaudengantawaran berupa
kesenangan sebagai upaya penghentian dakwahnya.
‘Utbah berkata kepada Nabi: “Wahai anak saudaraku!
Engkau di sisi kami, sebagaimana engkau memaklumi,
adalah dari keluarga terbaik serta berada dalam tempat
terhormat dalam garis keturunan. Sungguh engkau telah
menghadirkan ke tengah kaummu persoalan yang besar,
engkau memecah belah mereka, melecehkan kepercayaan
mereka, menilai buruk sembahan-sembahan dan agama
mereka, serta mengingkari sikap luhur mereka, maka
dengarkanlah aku! Aku akan menyampaikan beberapa hal
untuk engkau pikirkan, semoga ada yang engkau terima.”
“Silahkan wahai Abu Walid, akan aku dengar denga
tekun.” Ucap Nabi. Maka ‘Utbah melanjutkannya:
“Hai anak saudaraku, jika apa yang engkau lakukan ini
bertujuan menghimpun harta benda, maka kami siap
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
49
mengumpulkannya untukmu sehingga engkau menjadi
yang terkaya di kalangan kami. Jika engkau menghendaki
kemuliaan, maka kami siap menjadikan engkau yang
termulia diantara kami, sehingga kami tidak memutuskan
suatu perkara apapun tanpa restumu. Jika engkau
menggendaki kerajaan, maka kami siap menjadikanmu
rajaterhadapkami.Jikayangengkaualamiadalahganguan
Jin atau makhluk halus tidak bisa engkau elakan, maka
kami siap mengusahakan penangkalnya dan membiayai
dari harta benda kami hingga engkau sembuh...”
‘Utbah terdiam, maka Nabi Saw. bertanya: “Sudah
rampungkah apa yang akan engkau sampaikan?” ‘Utbah
mengiyakan, maka nabi kemudian menjawabnya dengan
membaca Surat Fushilat ayat 1 hingga ayat 14.
‫ن‬
‫آ‬
�ْ‫ر‬
ُ
‫ق‬ ُ‫ه‬
ُ
‫ت‬ َ‫ا‬‫ي‬
‫آ‬
� ْ
‫ت‬
َ
‫ل‬ ِّ‫ص‬
ُ
‫ف‬ ٌ
‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ )2( ِ‫مي‬ِ‫ح‬َّ‫الر‬ ِ‫ن‬َ ْ‫م‬
‫ح‬َّ‫الر‬ َ ِ‫ن‬ّ
‫م‬
ٌ
‫يل‬ِ‫زن‬
َ
‫ت‬ )1( ‫مح‬
‫ل‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ف‬ ْ ُ‫م‬
‫ه‬
ُ َ‫ر‬
‫ث‬
ْ
‫ك‬
‫َأ‬
�
َ
‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
�
َ
‫ف‬ ‫ا‬ً‫ِري‬‫ذ‬
َ
‫ن‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ري‬ِ‫ش‬َ‫ب‬ )3( َ‫ون‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ِ
ّ
‫ل‬ ‫ا‬ًّ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ع‬
ٌ‫ر‬
ْ
‫ق‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ن‬‫ا‬
َ
‫ذ‬
‫آ‬
� ِ‫ي‬
‫ف‬َ‫و‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬‫ِإ‬� َ‫ا‬‫ون‬ُ‫ع‬ ْ‫د‬
َ
‫ت‬‫ا‬َّ ِ‫م‬ّ
‫م‬ ٍ‫ة‬َّ‫ِن‬‫ك‬
‫َأ‬
� ِ‫ي‬
‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫وب‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ق‬‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬َ‫و‬)4( َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫س‬َ‫ي‬
ٌ َ‫ر‬
‫ش‬َ‫ب‬ َ‫ا‬‫ن‬
‫َأ‬
�‫ا‬َ َّ‫م‬
‫ن‬‫ِإ‬�
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬)5( َ‫ون‬
ُ
‫ِل‬‫م‬‫ا‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ن‬
َّ
‫ن‬‫ِإ‬�
ْ
‫ل‬َ ْ‫م‬
‫اع‬
َ
‫ف‬ ٌ
‫اب‬َ ِ‫ج‬
‫ح‬ َ‫ك‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ِ‫ن‬
‫م‬َ‫و‬
ُ‫وه‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬َ‫ت‬ ْ
‫اس‬َ‫و‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬‫ِإ‬�‫وا‬ُ‫يم‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ ْ
‫اس‬
َ
‫ف‬ ٌ‫د‬ِ‫ح‬‫ا‬َ‫و‬ٌ‫ه‬
َ
‫ل‬‫ِإ‬� ْ ُ‫م‬
‫ك‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬‫ِإ‬�‫ا‬َ َّ‫م‬
‫ن‬
‫َأ‬
� َّ َ‫ي‬
‫ل‬‫ِإ‬�
َ‫ى‬
‫ح‬ ُ‫يو‬ ْ ُ‫م‬
‫ك‬
ُ
‫ل‬ْ‫ِث‬ّ‫م‬
ْ ُ‫م‬
‫ه‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫خ‬
‫آ‬ ْ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ُ‫م‬
‫ه‬َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ‫ا‬
‫ك‬َّ‫الز‬ َ‫ن‬
ُ‫و‬
‫ت‬
ْ ُ‫ؤ‬
‫ي‬
َ‫ا‬
‫ل‬ َ‫ني‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬ )6( َ‫ني‬ ِ
‫ك‬ِْ‫ر‬
‫ش‬ُ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ
ّ
‫ل‬
ٌ
‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬َ‫و‬
ٍ‫ون‬ُ‫ن‬ْ َ‫م‬
‫م‬ُ ْ‫ير‬َ
‫غ‬ٌ‫ر‬ْ‫ج‬
‫َأ‬
� ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ ِ
‫ات‬
َ
ِ‫ح‬‫ال‬ َّ‫الص‬‫وا‬
ُ
‫ل‬َِ‫م‬
‫ع‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬
‫آ‬
� َ‫ني‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�)7( َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬
َ‫ا‬
‫ك‬
َ‫ون‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ َ‫ج‬
‫ت‬َ‫و‬ ِْ‫ين‬
َ‫م‬ْ َ‫يو‬
ِ‫ي‬
‫ف‬
َ
‫ض‬ْ‫ر‬
‫َأ‬ ْ
‫ال‬ َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ك‬َ‫ت‬
َ
‫ل‬ ْ ُ‫م‬
‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫ئ‬
‫َأ‬
�
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬)8(
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ق‬ْ‫و‬
َ
‫ف‬ ِ‫ن‬
‫م‬ َ ِ‫ي‬
‫اس‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫و‬ )9( َ‫ني‬ِ‫م‬
َ
‫ال‬َ‫ع‬
ْ
‫ال‬ ُّ
‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬
َ
‫ذ‬ ‫ا‬ً‫اد‬ َ‫ند‬
‫َأ‬
� ُ‫ه‬
َ
‫ل‬
)10( َ‫ني‬ِ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َّ‫لس‬ِ
ّ
‫ل‬ً‫اء‬َ‫و‬ َ
‫س‬ ٍ‫م‬ َّ‫ا‬
‫ي‬
‫َأ‬
� ِ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬
‫َأ‬
� ِ‫ي‬
‫ف‬‫ا‬َ َ‫ه‬
‫ات‬َ‫و‬
ْ
‫ق‬
‫َأ‬
�‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َ‫ر‬ َّ‫د‬
َ
‫ق‬َ‫و‬‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َ
‫ك‬َ‫ر‬ َ‫ا‬‫ب‬َ‫و‬
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
50
‫ا‬ً‫ع‬ْ‫و‬ َ
‫ط‬‫ا‬َ‫ِي‬‫ت‬
ْ
‫ِئ‬‫ا‬ ِ
‫ض‬ْ‫ر‬
‫َأ‬ ْ
‫ل‬ِ‫ل‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬
َ
‫ل‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬ ٌ‫ان‬
َ
‫خ‬ُ‫د‬ َ ِ‫ي‬
‫ه‬َ‫و‬‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬
َ‫ى‬
‫ل‬‫ِإ‬�‫ى‬َ‫و‬َ‫ت‬ ْ
‫اس‬
َّ ُ‫م‬
‫ث‬
‫ف‬ ٍ
‫ات‬َ‫او‬َ َ‫م‬
‫س‬ َ‫ع‬ْ‫ب‬ َ
‫س‬ َّ‫ن‬ُ‫اه‬
َ
‫ض‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬ )11( َ‫ني‬ِ‫ع‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ي‬
َ
‫ت‬
‫َأ‬
� ‫ا‬َ‫ت‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬ً‫ه‬ْ‫ر‬
َ
‫ك‬ ْ‫و‬
‫َأ‬
�
َ
‫يح‬ِ‫ب‬‫ا‬ َ‫ص‬َ
ِ‫م‬
‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬ ُّ‫الد‬ ‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ ‫ا‬َّ‫ن‬َّ‫ي‬َ‫ز‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫م‬
‫َأ‬
� ‫اء‬َ َ‫م‬
‫س‬ ِ
ّ ُ‫ل‬
‫ك‬ ِ‫ي‬
‫ف‬
َ‫ى‬
‫ح‬ْ‫و‬
‫َأ‬
�َ‫و‬ ِْ‫ين‬
َ‫م‬ْ َ‫يو‬
ْ ُ‫م‬
‫ك‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬
َ
‫نذ‬
‫َأ‬
�
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ف‬‫وا‬
ُ
‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
� ْ‫ن‬‫ِإ‬�
َ
‫ف‬)12(ِ‫ِمي‬‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫ال‬ِ‫ِزي‬‫ز‬َ‫ع‬
ْ
‫ال‬ُ‫ِري‬‫د‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ت‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬
َ
‫ذ‬‫ا‬
ً
‫ظ‬
ْ
‫ف‬ِ‫ح‬َ‫و‬
ِْ‫ين‬
َ‫ب‬ ِ‫ن‬
‫م‬
ُ
‫ل‬ ُ‫س‬ُّ‫الر‬ ُ‫م‬ُ ْ‫ه‬
‫اءت‬َ‫ج‬
ْ
‫ذ‬‫ِإ‬�)13( َ‫ود‬ُ َ‫م‬
‫ث‬َ‫و‬ ٍ‫د‬‫ا‬َ‫ع‬ ِ‫ة‬
َ
‫ق‬ِ‫ع‬‫ا‬ َ‫ص‬
َ
‫ل‬ْ‫ِث‬ّ‫م‬
ً
‫ة‬
َ
‫ق‬ِ‫ع‬‫ا‬ َ‫ص‬
َ
‫ل‬َ‫زن‬
‫َأ‬ َ
‫ل‬‫ا‬َ‫ن‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬‫اء‬
َ
‫ش‬ ْ‫و‬
َ
‫ل‬‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬ َ َّ‫للاه‬ َّ‫ا‬
‫ل‬‫ِإ‬�‫وا‬ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬
َ
‫ت‬
َّ‫ا‬
‫ل‬
‫َأ‬
� ْ
‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ف‬
ْ
‫ل‬
َ
‫خ‬ ْ ِ‫ن‬
‫م‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ِ‫ِهي‬‫د‬ْ‫ي‬
‫َأ‬
�
)14( َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬
َ‫ا‬
‫ك‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ْ ُ‫م‬
‫ت‬
ْ
‫ل‬ ِ‫س‬ْ‫ر‬
‫ُأ‬
�‫ا‬َ
ِ‫م‬
‫ب‬ َّ‫ا‬‫ن‬‫ِإ‬�
َ
‫ف‬
ً
‫ة‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫م‬
Artinya: (1). Haa Miim; (2) Diturunkan dari Tuhan
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; (3) Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui; (4) Yang membawa
berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi
kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan;
(5) Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan
(yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya
dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan
kamu ada dinding. Maka bekerjalah kamu, sesungguhnya
kami bekerja (pula)”; (6) Katakanlah: “Bahwasanya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan
kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang
Maha Esa. Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya;
(7) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat
dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat; (8)
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
51
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-
putusnya”; (9) Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah
kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang
bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”; (10)
Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam
empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya; (11) Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami
datang dengan suka hati”; (12) Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah
ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui;
(13) Jika mereka berpaling, maka katakanlah: “Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang
menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”; (14) Ketika para rasul
datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka
(dengan menyerukan): “Janganlah kamu menyembah
selain Allah”. Mereka menjawab: “Kalau Tuhan kami
menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-
malaikat-Nya. Maka sesungguhnya kami kafir kepada
wahyu yang kamu diutus membawanya”.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
52
‘Utbah hanya tertegun dan terpukau dengan
lantunan ayat yang dibacakan Nabi Saw. Tanpa terasa
berlinanganlah air matanya. (Quraisy Shihab, 2012: 384).
Nabi Muhammad Saw tidak pernah tergoda untuk hidup
bersenang-senang di dunia ini, ia telah mewakafkan
seluruh kehidupannya untuk mengajak orang lain
kembali kepada jalan yang benar, keyakinan bahwadunia
bersifat sementara untuk menuju kehidupan yang abadi
di akhirat ia wujudkan dalam gaya hidup kesehariannya,
sehingga Rasulullah Saw benar-benar telah memberikan
ketauladanan dalam kesederhanaan hidup di dunia ini.
b.	 Tentang Kedermawanan Nabi Muhammad Saw
Rasulullah Saw selama hayatnya dikenal sebagai
manusia yang sangat dermawan, ia suka memberikan
apa saja yang dimilikinya, dia ikut dalam berdagang
sampai ia menjadi Nabi dan mendapatkan banyak harta
kekayaan, setelah itu dia dan istrinya membelanjakan
hartanya di jalan Allah Swt, sehingga ketika Khadijah
istrinya meninggal dunia, tidak ada uang untuk membeli
kain kafan. Rasulullah harus meminjam uang untuk
biaya pemakaman istrinya (Gulen, 2002: 311). Walau
kisah ini terkesan berlebihan dan cenderung menafikan
kekayaan Siti Khadijah, tetapi itulah kisah yang beredar
di kalangan kaum sufi.
Yang pasti, bahwa Rasulullah Saw diutus untuk
membimbing manusia menuju kebenaran dan
kedermawanan, karenanya menurut kaum sufi, bahwa
ia menghabiskan hidup dan hartanya untuk tujuan
tersebut. Jika ia mau, Rasulullah Saw dapat menjadi
orang terkaya di Mekkah, tetapi dia tidak pernah
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
53
berpikir untuk diri sendiri, yang selalu ia pikirkan
adalah umatnya. Rampasan perang yang diperolehnya
tidak pernah dikuasai untuk kepentingannya, bahkan
yang menjadi haknyapun diberikan kepada orang lain.
Rasulullah Saw selalu memberi kepada setiap orang yang
meminta kepadanya, ia tidak pernah mengatakan tidak
kepada siapa saja yang membutuhkan pemberiannya,
bahkan ketika ada yang meminta sesuatu dan Rasulullah
Saw dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, Rasulullah
Saw memberikan janji untuk memberi permintaan
tersebut jika dirinya sudah memiliki.
Rasulullah Saw juga selalu memberikan keyakinan
kepada para sahabat, bahwa sifat dermawan tidak
akan menyebabkan diri menjadi miskin, karena
sesungguhhnya kekayaan yang paling berharga adalah
kekayaan yang dinafkahkan di jalan Allah Swt seperti
Nabi pernah bersabda kepada Bilal, karena Bilal
menyimpan persediaan makanan, dengan dasar takut
tidak ada makanan di kemudian hari.
ً‫َال‬
‫ال‬
ْ
‫ِق‬‫ا‬ ِ
‫ش‬ْ‫ر‬َ‫الع‬‫ى‬ِ‫ذ‬ ْ ِ‫ن‬
‫م‬
َ
‫ش‬
ْ َ‫خ‬
‫ت‬
َ
‫ال‬َ‫و‬
ُ
‫ل‬
َ
‫بِال‬ َ‫ا‬‫ي‬ ْ
‫ق‬ِ‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ا‬
Bersedekahlah hai Bilal, jangan engkau takut dari
(Allah) yang memunyai Arsy menjadi berkekurangan
(miskin)
Dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan
Muslim dari Asma’ binti Abi Bakar ra.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
54
َ‫ك‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ ِ‫ى‬
‫ع‬ْ‫و‬ُ‫ي‬
َ
‫ف‬ ِ‫ى‬
‫ع‬
ْ ُ‫و‬
‫ت‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ ِ‫ي‬
‫ص‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬
َ
‫ف‬ ِ‫ى‬
‫ص‬
ْ ُ‫ح‬
‫ت‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ْ
‫ق‬ِ‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ا‬
Bersedekahlah, dan janganlah engkau menghitung-
hitung, sebab Allah menghitung atas engkau, dan
janganlah engkau mengumpulkan (harta tanpa zakat-
pen) sebab Allah akan mengumpulkan atas engkau.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik
ra: Adalah Rasulullah saw. Itu pengasih dan adalah
beliau itu tidak kedatangan seseorang, melainkan beliau
menjanjikannya dan mencukupi kebutuhannya, jika ada
pada beliau.
Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim ra. Dari Jabir ra. Rasulullah bersabda: “Tidaklah
pernah sama sekali Rasulullah diminta suatu (harta) lalu
beliau berkata tidak.” (Muttafaq Alaih).
Yakni, jika ada seseorang yang datang kepada beliau,
sedang kedatangannya itu dengan berhajat meminta
bantuan atau hendak meminjam kepada beliau, maka
beliau mesti menjanjikan kepadanya dan meluluskan
permintaannya, jika pada beliau kebetulan ada sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk mencukupi hajatnya.
(Chalil (8), 1994 : 56)
Namun demikian kedermawanan Rasulullah
bukanlah untuk memanjakan kaum dhuafa di sekitarnya.
Kedermawanan Rasulullah adalah sebuah pendidikan,
artinya Rasulullah tidak serta merta memberi sehingga
menjadikan mereka sebagai pribadi-pribadi yang malas.
Rasul dalam kedermawanannya senantiasa mengajarkan
umatnya untuk menjadi pribadi yang berkerja keras.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
55
Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan
Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah Saw.
Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah
kamu mempunyai sesuatu dirumahmu?” Pengemis itu
pun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya
dan kembali lagi pada Rasulullah. Rasulullah kemudian
menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di
antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat
menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.” Rasulullah
menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang
ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang
sanggup membelinya dengan dua dirham.
Rasulullah memberikan dua dirham itu kepada si
pengemis, lalu menyuruhnya menggunakan uang itu
untuk membeli makanan bagi keluarganya, dan sisa
uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasulullah
berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin, dan juallah,
selamaduaminggu iniakutidak ingin melihatmu.” Sambil
melepas kepergiannya, Rasulullah pun memberinya uang
untuk ongkos.
Dua minggu kemudian, pengemis itu datang lagi
kembali menghadap Rasulullah. Ia membawa uang
sepuluh dirham hasil penjualan kayu. Kemudian
Rasulullah menyuruhnya untuk membeli pakaian dan
makanan untuk keluarganya seraya bersabda, “Hal ini
lebih baik bagi kamu, karena meminta-minta hanya akan
membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak
bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal,
fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu,
utangyangtidakbisaterbayar,danpenyakityangmembuat
seseorang tidak bisa berusaha.”
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
56
Kedermawanan Rasulullah juga sebagai sarana
pembelajaran bagi para sahabatnya untuk menata hati,
kegersangan jiwa dan kehampaan hidup. Abu Hurairah
dalam suatu riwayat menceritkan ada seseorang mengadu
kepada Nabi Muhammad Saw tentang kegersangan hati
yang sedang menimpanya. Nabi kemudian bersabda:
“Bila engkau mau menghidupkan qalbumu, beri makanlah
orang-orang miskin dan cintai anak yatim.” (HR. Ahmad).
Dalam hal kedermawanan, Rasulullah Saw benar-
benar telah memberikan suri tauladan yang dapat
dipedomani, sehingga ketika beliau menganjurkan
orang lain agar mau bershadakah dan memiliki sifat
pemberi, sesunggunya beliau telah mencontohkan dalam
kehidupannya sehari-hari.
c.	 Tentang Tertawa Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw tidak saja menjadi contoh
dalam persoalan-persoalan yang besar, tetapi dalam hal-
hal yang dianggap tidak begitu penting oleh sebagian
besar manusia. Rasulullah Saw tetap saja merupakan
sosok yang patut diteladani. Dalam berbagai riwayat
diceritakan bahwa Rasulullah Saw adalah sosok manusia
yang tidak pernah tertawa terbahak-bahak seperti
layaknya kebanyakan orang, apabila menemui sesuatu
yang lucu atau dalam keadaan gembira suka tertawa
terbahak-bahak dalam waktu yang cukup lama, sampai-
sampai sakit perut karena tertawa tersebut.
Rasulullah Saw tidak pernah tertawa kecuali
tersenyum. Senyum Rasulullah Saw sangat mempesona,
penuh dengan makna dan menjadikan dirinya semakin
berkharisma, jika ia terlanjur tertawa maka Rasulullah
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
57
segera menutupkan tangan ke mulutnya. Diriwayatkan
oleh Ahmad dari Jabir bin Samurah ra, ia berkata :
‫حيك‬
َ
‫الض‬
ُ
‫قليل‬‫الصمت‬
َ
‫ويل‬ َ
‫ط‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬‫اكن‬
Adalah Rasulullah Saw, itu lama diamnya, sedikit
tertawanya
Juga diriwayatkan oleh Baghawi dari Walid Murrah,
ia berkata:
‫فيه‬‫يف‬‫يده‬ َ‫وضع‬ ُ‫حك‬
َّ
‫الض‬‫به‬‫رى‬َ‫ج‬‫ا‬‫اذ‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬‫اكن‬
AdalahRasulullahSaw,ituapabilaterlanjurdengannya
tertawa, beliau meletakan tanggannya pada mulutnya.
Tidaklah Rasulullah tertawa kecuali di dalamnya
terdapat makna. Saat menikahkan putri bungsunya,
Sayyidah Fatimah Az Zahrah, dengan sahabat Ali bin Abi
Thalib, baginda Nabi Muhammad Saw tersenyum lebar.
Itu merupakan peristiwa yang penuh kebahagiaan. Hal
serupa juga diperlihatkan Rasulullah Saw pada peristiwa
Fathu Makkah, pembebasan Makkah, karena hari itu
merupakan hari kemenangan besar bagi kaum muslimin.
“Hari itu adalah hari yang penuh dengan senyum panjang
yang terukir dari bibir Rasulullah Saw serta bibir seluruh
kaum muslimin” tulis Ibnu Hisyam dalam kita As Sirah
Nabawiyyah.
Rasulullah Saw adalah pribadi yang lembut dan
penuh senyum. Namun, beliau tidak memberi senyum
kepada sembarang orang. Demikian istimewanya senyum
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
58
Rasul sampai-sampai Abu Bakar dan Umar, dua sahabat
utama beliau, sering terperangah dan memperhatikan arti
senyum tersebut. Misalnya mereka heran melihat Rasul
tertawa saat berada di Muzdalifah di suatu akhir malam.
“Sesungguhnya Tuan tidak biasa tertawa pada saat seperti
ini,” kata Umar. “Apa yang menyebabkan Tuan tertawa?”
Pada saat seperti itu, akhir malam, Nabi biasanya berdoa
dengan khusyu’. Menyadari senyuman beliau tidak
sembarangan, bahkan mengandung makna tertentu,
Umar berharap, “Semoga Allah menjadikan Tuan tertawa
sepanjangumur”.Ataspertanyaandiatas, Rasul menjawab,
“Ketika iblis mengetahui bahwa Allah mengabulkan doaku
dan mengampuni umatku, dia memungut pasir dan
melemparkannya ke kepalanya, sambil berseru, ‘celaka
aku, binasa aku!’ Melihat hal itu aku tertawa.” (HR Ibnu
Majah).
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menulis,
apabilaRasuldipanggil,beliauselalumenjawab,“Labbaik”.
Ini menunjukkan betapa beliau sangat rendah hati. Begitu
pula, Rasul belum pernah menolak seseorang dengan
ucapan “tidak” bila diminta sesuatu. Bahkan ketika tak
punya apa-apa, beliau tidak pernah menolak permintaan
seseorang. “Aku tidak mempunyai apa-apa,” kata Rasul,
“Tapi, belilah atas namaku. Dan bila yang bersangkutan
datang menagih, aku akan membayarnya.”
Banyak hal yang bisa membuat Rasul tertawa
tanpa diketahui sebab musababnya. Hal itu biasanya
berhubungan dengan turunnya wahyu Allah. Misalnya,
ketika beliau sedang duduk-duduk dan melihat
seseorang sedang makan. Pada suapan terakhir orang
itu mengucapkan. “Bismillahi fi awalihi wa akhirihi.”
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
59
Saat itu beliau tertawa. Tentu saja orang itu terheran-
heran. Keheranan itu dijawab beliau dengan bersabda,
“Tadi aku lihat setan ikut makan bersama dia. Tapi
begitu dia membaca basmalah, setan itu memuntahkan
makanan yang sudah ditelannya.” Rupanya orang itu tidak
mengucapkan basmalah ketika mulai makan.
Suatu hari Umar tertegun melihat senyuman Nabi.
Belum sempat dia bertanya, Nabi sudah mendahului
bertanya, “Ya Umar, tahukah engkau mengapa aku
tersenyum?” “Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,”
jawab Umar. “Sesungguhnya Allah memandang kepadamu
dengan kasih sayang dan penuh rahmat pada malam hari
Arafat, dan menjadikan kamu sebagai kunci Islam,” sabda
beliau.
Rasul Saw bahkan sering membalas sindiran orang
dengan senyuman. Misalnya ketika seorang Badui yang
ikut mendengarkan taushiyah beliau tiba-tiba nyeletuk,
“Ya Rasul, orang itu pasti orang Quraisy atau Anshar,
karena mereka gemar bercocok tanam, sedang kami tidak.”
Saat itu Rasul tengah menceritakan dialog antara
seorang penghuni surga dan Allah Swt yang mohon
agar diizinkan bercocok tanam di surga. Allah Swt
mengingatkan bahwa semua yang diinginkannya sudah
tersedia di surga. Karena sejak di dunia punya hobi
bercocok tanam, iapun lalu mengambil beberapa biji-
bijian, kemudian ia tanam. Tak lama kemudian biji itu
tumbuh menjadi pohon hingga setinggi gunung, berbuah,
lalu dipanenkan. Lalu Allah Swt. berfirman. “Itu tidak
akan membuatmu kenyang, ambillah yang lain.”
KetikaitulahsiBaduinyeletuk,“PastiituorangQuraisy
atau Anshar. Mereka gemar bercocok tanam, kami tidak.”
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
60
Mendengar itu Rasul tersenyum, sama sekali tidak marah.
Padahal, beliau orang Quraisy juga. Suatu saat justru
Rasulullah yang bertanya kepada para sahabat, “Tahukah
kalian mengapa aku tertawa?.” “Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu,” jawab para sahabat. Maka Rasul pun menceritakan
dialog antara seorang hamba dan Allah Swt. Orang itu
berkata, “Aku tidak mengizinkan saksi terhadap diriku
kecuali aku sendiri.” Lalu Allah Swt menjawab, “Baiklah,
cukup kamu sendiri yang menjadi saksi terhadap dirimu,
dan malaikat mencatat sebagai saksi.”
Kemudian mulut orang itu dibungkam supaya diam,
sementara kepada anggota tubuhnya diperintahkan
untuk bicara. Anggota tubuh itupun menyampaikan
kesaksian masing-masing. Lalu orang itu dipersilahkan
mempertimbangkan kesaksian anggota-anggota
tubuhnya. Tapi orang itu malah membentak, “Pergi kamu,
celakalah kamu!” Dulu aku selalu berusaha, berjuang, dan
menjaga kamu baik-baik,” katanya.
Rasulpun tertawa melihat orang yang telah berbuat
dosa itu mengira anggota tubuhnya akan membela dan
menyelamatkannya. Dia mengira, anggota tubuh itu
dapat menyelamatkannya dari api neraka. Tapi ternyata
anggota tubuh itu menjadi saksi yang merugikan, karena
memberikan kesaksian yang sebenarnya. (HR Anas bin
Malik).
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa curahan
rasa bahagia Nabi Muhammad Saw dalam bentuk tertawa
mengajarkan kita agar tertawa senantiasa pada batasnya
atau tidak melampaui batas, dan tertawa Rasulullah
memiliki makna penting.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
61
d.	 Senda-gurau Nabi Muhammad Saw
Sebagai manusia biasa yang bergaul dengan
masyarakat luas, Rasulullah Saw tidak bisa melepaskan
diri untuk tidak menyesuaikan suasana kehidupan
bermasyarakat. Nabi Muhammad Saw bukanlah seorang
pemimpin yang kaku dan serba formal dalam bergaul,
justru sebaliknya ia dapat hidup dengan sangat luwes
dengan berbagai kalangan. Salah satu warna kehidupan
bermasyarakat adalah suasana rileks dengan bersenda-
gurau, dalam hal demikian Nabi Muhammad Saw
ternyata pandai bersenda-gurau, bahkan gurauan Nabi
Muhammad Saw adalah gurauan yang penuh dengan
makna pendidikan.
Diriwayatkan oleh at-Turmuzi dari al-Hasan al-Bisri,
ia berkata: ”Pada suatu hari ada seorang perempuan
tua datang menghadap kepada Nabi lalu berkata;
”Ya Rasulallah, mohonkanlah kepada Allah, supaya
Dia memasukan aku ke dalam sorga.”Mendengar
permohonan itu, beliau bersabda: “Hai Ummu Fulan,
sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh
seorang perempuan tua”. Perempuan itu lalu berpaling
dan menangis, oleh karenannya Nabi mengerti bahwa
perempuan tadi salah mengerti terhadap perkataan
beliau, maka beliau memerintahkan kepada para
sahabat (yang kebetulan ada waktu itu). Beritahukanlah
olehmu pada perempuan itu, sesungguhnya ia tidak akan
masuk surga, karena ia seorang perempuan tua, karena
Allah berfirman “bahwasanya Kami menjadikan mereka
(para perempuan) itu dengan kejadian yang baru; maka
Kami menjadikan mereka itu gadis-gadis remaja putri,
berkasih-kasihan dengan suami serta bersamaan usia”.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
62
Rasulullah adalah seorang yang bersifat ramah-
tamah, sewaktu-waktu ia bersenda-gurau dengan orang
di sekelilingnya, akan tetapi senda-gurau Rasulullah
tidak hanya sekedar melucu yang menyebabkan
pendengarnya tertawa terbahak-bahak, melainkan
dalam senda-gurau itu terdapat pesan-pesan kebenaran
sebagai mana sabdanya: Bahwasanya aku, sekalipun
suka bersenda-gurau dengan kamu, tetapi aku tidak akan
berkata melainkan yang benar” (HR. Turmuzi dari Abi
Hurairah r.a.).
Biasanya para raja dan para pemimpin besar yang
sangat dihormati dan disegani orang banyak, tidaklah
meraka suka tertawa dan bergurau dengan rakyat atau
orang yang di bawah pimpinannya, karena untuk
menjaga kehormatan dan kehebatannya. Tetapi Nabi
Muhammad Saw sebagai pemimpin umat yang hakiki,
tidaklahdemikian.Beliautidakkhawatir akankehilangan
kehormatan dan kehebatan dirinya lantaran tertawa dan
senda-gurau itu. Bahkan senda-gurau yang bersih, yang
benar, yang pantas dan yang sopan itu menambahkan
keeratan perhubungan beliau dengan para sahabatnya.
(Chalil (8), 1994: 49).
e.	 Pergaulan Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw adalah manusia ideal yang
patut dijadikan teladan dalam segala hal. Sebagai
seorang pemimpin ia tidak pernah menyombongkan
diri walaupun kepada orang yang lebih rendah darinya.
Dalam pergaulan, Nabi Muhammad Saw tidak pernah
membedakan orang lain dari kedudukannya. Ia
memberikan penghormatan kepada semua orang, ia
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
63
menghargai pendapat semua orang, ia bebicara lemah
lembut kepada semua orang. Baginya kemuliaan orang
itu hanya akan dibedakan di hadapan Allah Swt. Dalam
pergaulan dengan orang lain, Nabi Muhammad Saw
tidak pernah mengucapkan perkataan-perkataan yang
kurang sedap didengar dan mungkin menyinggung
perasaan orang lain. Seperti diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dari Anas bin Malik r.a, ia berkata:
ٌّ
‫قط‬
ً
‫فا‬
ُ
‫ا‬‫يل‬‫قال‬‫ما‬‫وهللا‬‫سنني‬ َ ْ‫ر‬
‫ش‬َ‫ع‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ ُ
‫دمت‬
َ
‫خ‬
‫كذا‬ َ
‫لت‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬
ً‫ال‬
‫ه‬َ‫و‬‫ا‬‫كذ‬ َ
‫لت‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬ َ‫مل‬:‫شئي‬‫يل‬‫قال‬‫وال‬
Aku melayani Rasulullah Saw, dalam waktu sepuluh
tahun, demi Allah sekali kali beliau belum pernah berkata
kepadaku:”uff” dan tidak pula beliau pernah berkata
kepadaku yang ku kerjakan; “mengapa kamu mengerjakan
demikian dan mengapa kamu tidak mengerjakan
demikian?
Hadits di atas sebagai bukti bahwa Rasulullah Saw
tidak pernah menyakiti orang lain dengan perkataannya,
sekalipun kepada orang yang lebih rendah daripadanya,
Anas bin Malik merasa sangat tersanjung, karena
Rasulullah Saw tidak pernah mencela pekerjaannya.
f.	 Tentang Suami Adil
Nabi Muhammad Saw sangat memperhatikan
perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal,
termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil
terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempat tinggal,
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
64
nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal berkunjung.
Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya,
setelah itu beliau berkunjung ke rumah istri-istri beliau
yang lain.
Soal cinta, beliau lebih mencintai Aisyah dibanding
istri-istri beliau yang lain. Namun demikian, beliau tidak
pernah membedakanAisyahdenganyang lainselamanya.
Meskipun di sisi lain beliau beristighfar kepada Allah Swt
karena tidak bisa berlaku adil di dalam membagi cinta
atau perasaan hati kepada istri-istrinya, karena persoalan
yang satu ini adalah hak prerogatif Allah Swt saja.
Rasulullah Saw bersabda: “Ya Allah, inilah pembagianku
yang saya bisa. Maka jangan cela aku atas apa yang aku
tidak kuasa.”
g.	 Tentang Bermusyawarah dengan Para Istri
RasulullahSawmengajakistri-istrinyabermusyawarah
dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai
pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada
masa jahiliyah, sebelum datangnya Islam diperlakukan
seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak
dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan
urusan yang langsung dan khusus dengannya.
Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa
mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak qawwamah
atau kepemimpinan keluarga, berada ditangan laki-laki.
‫ن‬
‫َأ‬
� َّ‫ن‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬
ُّ
‫ل‬َِ‫ح‬
‫ي‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ء‬َ‫و‬ُ‫ر‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ة‬
َ
‫ث‬
َ
‫ال‬
َ
‫ث‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬
ُ
‫نف‬
‫َأ‬
�ِ‫ب‬ َ‫ن‬ ْ‫ص‬َّ‫ب‬َ َ‫ر‬
‫ت‬َ‫ي‬ ُ
‫ات‬
َ
‫ق‬
َّ
‫ل‬ َ‫ط‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬
ِ‫ر‬ِ‫خ‬
‫آ‬
‫ال‬ ِ
‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ِّ‫ه‬
‫لل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َّ ِ‫ن‬
‫م‬
ْ ُ‫ؤ‬
‫ي‬ َّ‫ن‬
ُ
‫ك‬‫ن‬‫ِإ‬� َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫ح‬ْ‫ر‬
‫َأ‬
� ِ‫ي‬
‫ف‬ ُ ّ‫للاه‬ َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫م‬ُ‫ت‬
ْ
‫ك‬َ‫ي‬
‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬
ُ
‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬َ‫و‬‫ا‬ً‫ح‬
َ
‫ال‬ ْ‫ص‬‫ِإ‬�
ْ
‫وا‬ُ‫اد‬َ‫ر‬
‫َأ‬
� ْ‫ن‬‫ِإ‬� َ‫ك‬ِ‫ل‬
َ
‫ذ‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ
ّ‫د‬َ ِ‫ر‬
‫ب‬ ُّ
‫ق‬َ‫ح‬
‫َأ‬
� َّ‫ن‬ُ ُ‫ه‬
‫ت‬
َ
‫ول‬ُ‫ع‬ُ‫ب‬َ‫و‬
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
65
ٌ‫مي‬
ُ
‫ك‬َ‫ح‬ ٌ‫زِزي‬َ‫ع‬ ُ ّ‫للاه‬َ‫و‬
ٌ
‫ة‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫د‬ َّ‫ن‬ِْ‫يه‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ال‬َ‫ج‬ِّ‫لر‬ِ‫ل‬َ‫و‬ ِ
‫وف‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َّ‫ن‬ِْ‫يه‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ tidak boleh
merekaMenyembunyikanapayangdiciptakanAllahdalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. akan
tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
h.	 Sebagai Ayah
Ketika kita berbicara kasih sayang dan kelembutan
Muhammad Saw terhadap anak-anak, maka tidak akan
pernah kita temukan bandingan dan permisalan seperti
beliau Nabi Saw. Banyak peristiwa dalam sirah Nabi
yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau
terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai ayah, kakek atau
pendidik bagi semua anak-anak. Termasuk kasih sayang
beliau terhadap anak-anak non muslim.
“Adalah Muhammad Saw mengangkat dan melempar
ke atas putri kecilnya, Fathimah Az Zahra’ ra tinggi-tinggi
dan menangkapnya. Beliau melakukan itu beberapa kali,
kemudian beliau bersabda, ”Semoga harum namanya
dan luas rizkinya.” Muhammad sangat mencintai cucu-
cucunya.
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya menemui
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
66
Nabi Saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan
di atasnya Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau
bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah kalian
berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, berkata, ”Kami
shalat Isya’ bersama Nabi. Ketika Nabi sujud, Hasan
dan Husain menaiki punggung Nabi. Ketika beliau
mengangkat kepalanya, beliau mengambil keduanya
dari sisi belakang dengan cara lembut dan menaruh
keduanyadi lantai. Ketika beliau sujud kembali keduanya
mengulangi seperti sebelumnya sampai beliau selesai
shalat. Kemudian beliau mendudukkan salah satunya di
pahanya.”
Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah Saw mengambil
saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan
di paha satunya duduk Hasan ra, kemudian beliau
merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah sayangi
keduanya, karena saya menyayangi keduanya.”
Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, berkata,
”Adalah Rasulullah Saw sedang berkhutbah, ketika itu
Hasan dan Husain memakai baju merah berjalan-jalan
dan mutar-mutar di dalam masjid. Maka Rasulullah
Saw turun dari mimbar dan mengambil keduanya, dan
menaruhnya di dekatnya seraya bersabda, ”Sungguh
benarfirmanAllah, ”Sesungguhnyaharta-hartadananak-
anak kalian adalah fitnah bagi kalian.” Saya lihat kedua
anak ini jalan-jalan, sehingga saya tidak bersabar, saya
memotong khutbahku agar saya mengambil keduanya.”
Al-Aqra’ bin Habis datang menemui Rasulullah Saw.
Ketika itu ia melihat beliau mencium Hasan bin Ali ra.
Maka saya bertanya, ”Apakah kalian mencium anak-
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
67
anak kalian?” Rasulullah Saw menjawab, ”Ya”. Al Aqra’
berkata, ”Sungguh saya mempunyai sepuluh anak, tidak
pernah sekali pun saya mencium salah satu dari mereka.”
Maka Rasulullah Saw bersabda, ”Barangsiapa yang tidak
sayang, ia tidak akan disayang.” (Muttafaqun ’Alaih).
Perilaku Muhammad Saw yang demikian tidak
hanya kepada keluarganya saja, tapi untuk semua anak-
anak pada masanya, sampai pembantunya sekalipun.
Adalah Anas Bin Malik memberi kesaksian, ”Saya telah
sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau
tidak pernah berkata “uf” atau “hus” atau “ah” kepada
saya.” Muhammad Saw sangat menganjurkan agar
memberi nama anak dengan sebaik-baik nama. Begitu
juga beliau sangat tidak setuju dan melarang pemberian
nama yang buruk. Kenapa? Karena nama itu jangan
sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka
menginjak dewasa.
Muhammad Saw juga sangat memperhatikan
penampilan anak-anak. Diriwayatkan dari Nafi’ bin
Umar, bahwa Nabi Saw melihat anak kecil rambutnya
dipotong separuh dan separuh lagi dibiarkan. Maka
beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda,
”Cukur semuanya atau tidak sama sekali.”
i.	 Akhlak Rasul dalam Memimpin
Salah satu hal yang perlu kita contoh dari diri
Rasulullah Muhammad Saw adalah akhlak beliau dalam
menjalankan kepemimpinannya. Gambaran tentang
bagaimana Rasulullah Muhammad Saw menjalankan
tugas kepemimpinannya tersebut dijelaskan dalam Al-
Qur’an surat Ali Imran ayat 159:
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
68
ْ ِ‫ن‬
‫م‬
ْ
‫وا‬
ُّ
‫ض‬
َ
‫نف‬
َ
‫ال‬ ِ
‫ب‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ َ
‫ِيظ‬‫ل‬
َ
‫غ‬ ‫ا‬
ًّ
‫ظ‬
َ
‫ف‬ َ
‫نت‬
ُ
‫ك‬ ْ‫و‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ َ
‫نت‬ِ‫ل‬ِّ‫للاه‬ َ ِ‫ن‬ّ
‫م‬ ٍ‫ة‬َ ْ‫م‬
‫ح‬َ‫ر‬ َ‫مِا‬
‫ب‬
َ
‫ف‬
َ
‫ت‬ْ‫م‬َ‫ز‬َ‫ع‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬‫ِإ‬�
َ
‫ف‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬
‫َأ‬
‫ال‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ْ ُ‫م‬
‫ه‬ْ‫ر‬ِ‫او‬
َ
‫ش‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬َ‫ت‬ ْ
‫اس‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ُ ْ‫ه‬
‫ن‬َ‫ع‬
ُ
‫ف‬ْ‫اع‬
َ
‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫و‬َ‫ح‬
َ‫ني‬ِِ‫ل‬
ّ
‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُّ
‫ب‬ُِ‫ح‬
‫ي‬َ ّ‫للاه‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�ِّ‫للاه‬
َ‫لَى‬
‫ع‬
ْ َّ‫ل‬
‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Asbabun Nuzul ayat yang berkenaan dengan
perang uhud, dimana pada perang uhud kaum
muslimin menderita kekalahan yang besar. Sesuatu
yang memprihatinkan pada saat itu adalah kebanyakan
para sahabat pada saat itu melarikan diri dari medan
pertempuran, padahal melarikan diri dari medan
pertempuran menurut ajaran islam adalah sebuah dosa
besar. Karena hal tersebut, Rasulullah Muhammad Saw
pada saat itu hanya dikawal oleh delapan sampai empat
belas orang saja.
Akan tetapi, meskipun demikian, ketika Rasulullah
Muhammad Saw. kembali ke Madinah, para sahabat yang
lari dari emperan tersebut kemudian kembali menemui
Rasul. KetikaRasulullahMuhammad Sawmelihatmereka
kembali, beliau tidak berkata kasar dan menunjukan
wajah yang ramah. Rasul tetap memperlakukan mereka
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
69
dengan penuh keramahan. Itulah yang di maksud oleh
ayat itu maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Dari ayat tersebut, ada beberapa pelajaran yang dapat
kita petik berkaitan dengan masalah kepemimpinan,
atau akhlak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
yaitu:
1)	 Siap untuk kecewa melihat kinerja para bawahan
yang mempunyai kinerja yang tidak baik.
2)	 Siap untuk memaafkan bawahan yang mempunyai
kinerja yang tidak baik tersebut.
3)	 Menjauhkan diri dari sikap atau sifat fazhzhan, yaitu
mempunyai lisan yang kasar dan sering menyakiti
orang lain.
4)	 Menjauhakan diri dari sikap atau sifat ghalizhal qalb,
yaitu hatinya keras, tidak mudah tersentuh dengan
penderitaan orang lain.
5)	 Memaafkan dan memohon ampunkan mereka yang
telah berbuat kesalahan atau kekeliruan
Jika beberapa akhlak tersebut dapat di miliki oleh
beberapa pemimpin, maka kesuksesan pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya akan berwujud kesuksesan yang
paripurna dan akan mendapatkan dukungan dari fihak
manapun.
j.	 Nabi sebagai Panglima Perang
Nabi Muhammad Saw senantiasa mendapat ancaman
bahkan upaya pembunuhan dari orang-orang kafir yang
menentang dakwahnya. Namun demikian, pengikut
Muhammad yang sedikit ketika itu senantiasa membela
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
70
beliau hingga ke medan peperangan. Mereka rela mati
demi membela Nabi Muhammad Saw.
Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan
Rasulullahsebagai panglimadi bidang militerdanstrategi
perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang
manapun, siapapun dan dalam perang apapun, serta pada
waktu kapanpun, baik pada masa lalu, sekarang maupun
yang akan datang.
Fakta-fakta menunjukkan bahwa Rasulullah Sang
Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh
“Principles Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap
panglima perang dan tentaranya. Dari peperangan yang
banyak itu, yang paling terkenal hingga sekarang adalah
perang badar, yakni peperangan antara 300 tentara
pimpinan Muhammad melawan 700 tentara kafir Mekah
(H.G. Wells, The Outline of History, 1949).
Kemenangan yang diraih dalam perang badar ini--
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an--tidak terlepas
dari bantuan dari 3.000 malaikat yang secara khusus
diturunkan oleh Allah dari langit untuk membantu
tentara pimpinan Muhammad. Berikut beberapa
petunjuk Rasulullah Saw dalam berperang.
1)	 Rasulullah Saw menganjurkan berperang pada pagi
hari, jika beliau tidak berperang di pagi hari, maka
beliau menunda peperangan sampai tergelincir
matahari dan angin berhembus.
2)	 Beliau memba’iat para sahabatnya dalam perang agar
tidak melarikan diri, terkadang beliau membai’atnya
supaya bersedia untuk mati, mereka di bai’at untuk
berjihad sebagaimana mereka di bai’at karena untuk
Islam
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
71
3)	 Beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya
dalam masalah jihad, ketika bertemu musuh dan
ketika memilih posisi.
4)	 Beliau beradadi belakang untuk memberikan mereka
air minum dalam perjalanannya, beliau membantu
yang lemah dan berada di belakang orang-orang
yang telah letih tunggangannya (unta atau kuda),
Rasulullah Saw adalah orang yang paling sayang dan
ramah buat mereka ketika mereka sedang dalam
perjalanan.
5)	 Jika beliau hendak berperang maka beliau
menggunakan taktik atau strategi, beliau bersabda:
“Perang adalah (memerlukan) strategi”.
6)	 Rasulullah Saw selalu mengutus mata-mata untuk
mengabarkan keadaan musuh.
7)	 Jikabeliautelah berhadapandengan musuhnya, maka
beliau berhenti dan berdo’a meminta pertolongan
kepada Allah Swt. Beliau dan para sahabatnya
memperbanyak mengingat Allah Swt. (berdzikir
kepadaAllah Swt) dengan mengecilkansuara mereka.
8)	 Rasulullah Saw memakai peralatan-peralatannya
untuk berperang, beliau memakai baju besi, topi
baja dan menyandang pedang, beliau juga membawa
busur dan anak panah, serta memakai perisai atau
tameng.
9)	 Rasulullah Saw menertibkan para pasukan dan
pertempuran, beliau meletakkan setiap sudut atau
segi yang sesuai untuknya, dan beliau memimpin
peperangan.
10)	Jika pasukan telah turun (ke medan perang) maka
beliau mengumpulkan merekaatassebagianyang lain
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
72
dengan sebagian yang lain, sehingga jika seandainya
di bentangkan sebuah kain di atas mereka maka akan
meliputi mereka.
11)	Beliau menertibkan barisan-barisan, dan meme-
rintahkan mereka ketika berperang dengan tangan
beliau, dan Rasulullah Saw bersabda: wahai fulan
kamu maju, wahai fulan kamu mundur.
12)	Beliau senang dengan orang yang berperang di bawah
bendera kaumnya.
13)	Terkadang Rasulullah Saw menyerang musuhnya di
waktu malam, terkadang beliau menyerang mereka
di waktu siang hari.
14)	Jika beliau bertemu dengan musuh maka beliau
berdo’a: “Allahumma munzilal kitaab, wa majria
ssahaab, wahaazimul ahzaab, ihzimhum wanshurnaa
‘alaihim”(Ya Allah! Tuhan yang telah menurunkan
al Kitab (al-Qur’an), dan yang menggerakkan awan,
Tuhan yang mengalahkan golongan yang bersekutu
(musuh), kalahkanlah mereka dan berilah kami
kemenangan atas mereka). Terkadang beliau
mengatakan: “Golongan itu pasti akan di kalahkan
dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya
hari kiamat itulah hari yang di janjikan kepada
mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih
pahit”. (QS. Al-Qamar: 45-46). Terkadang beliau
mengatakan: “Ya Allah, turunkanlah pertolongan-
Mu”. Dan beliau membaca: “Ya Allah! Engkau adalah
lenganku (pertolongan-Mu yang ku andalkan dalam
menghadapi lawanku) Engkau adalah pembelaku,
dengan pertolongan-Mu aku berputar-putar, dengan
pertolongan-Mu aku menyergap, dan dengan
pertolongan-Mu aku menyerang”.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
73
Akhlak Nabi juga tercermin dalam beberapa perilaku
sebagai berikut:
1)	 Jika manusia merasa keletihan (dengan perang yang
berkecamuk) beliau mengingatkannya agar bertakwa
kepada Allah, dan beliau berada paling dekat dengan
musuh.
2)	 Jika beliau menemui musuhnya, maka beliau
memperkenalkan dirinya, dengan mengatakan: “Saya
adalah seorang Nabi dan bukan suatu kebohongan,
saya cucu Abdul Muttalib”.
3)	 Rasulullah Saw senang bersikap bangga diri ketika
berada di medan perang (untuk membangkitkan
semangat prajuritnya).
4)	 Rasulullah Saw memakai penjaga, dan ketika turun
firman Allah Swt: “…Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia…”. (QS. Al- Maaidah: 67), beliau
keluar kedepan orang-orang dan mengabarkan hal
tersebut, dan mengosongkan penjagaan.
5)	 Jika Rasulullah Saw mengutus sariyyah (pasukan)
beliau memberinya wasiat agar bertakwa kepada
AllahSwt. Beliaubersabda: “Berjalanlahdengannama
Allah, dan di jalan Allah, perangilah orang-orang
yang kafir kepada Allah Swt dan jangan membunuh
bayi “.
6)	 Beliau melarang untuk membunuh wanita dan anak-
anak.
7)	 Beliau memerintahkan kepada pimpinan pasukan
(yang di utus) agar mendakwahi atau mengajak
musuhnya sebelum berperang, dengan menawarkan
pilihan yaitu masuk Islam dan berhijrah atau masuk
Islam tanpa berhijrah, dan mereka seperti orang-
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
74
orang pedalaman muslim, mereka tidak mempunyai
bagian dalam hal ghanimah harta rampasan perang,
atau membayar pajak (upeti), dan jika mereka
mengabulkannya maka terimalah mereka, dan jika
mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada
Allah Swt dan perangilah mereka.
8)	 Terkadang Rasulullah Saw berperang dengan
menggunakan manjanik (alat pelontar batu).
9)	 Rasulullah Saw melarang dalam peperangan
merampas atau merampok dan al mutslah, kata
al mutslah ialah: pencemaran nama baik (fitnah)
sebelum di bunuh atau setelahnya.
10)	 Rasulullah Saw melarang membawa al-Qur’an ketika
hendak bepergian ke daerah musuh.
k.	 Nabi sebagai Pedagang
Nabi bersabda: “Pedagang yang jujur dan benar nanti
di hari kiamat bersama orangorang yang mati syahid”
(HR. Ibnu Majah). Dalam hadits lain: “Para pedagang
pada hari kebangkitan akan di bangkitkan sebagai pelaku
kejahatan, kecuali mereka bertaqwa kepada Allah, jujur
dan selalu berkata benar” (HR. Tarmizi, Ibnu Majah.
Darimi dan Baihaqi).
Adabeberapakeistimewaandaripraktekperdagangan
yang beliau lakukan sebelum diangkat menjadi Nabi dan
Rasul, di antaranya:
1)	 Muhammad tidak memulai bisnis dengan modal
dana. Bahkan pada saat itu beliau sangat miskin.
2)	 Beliau tidak memulai bisnis dengan memanfaatkan
KKN.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
75
3)	 Beliau tidak memiliki ilmu manajemen yang rumit
bahkan beliau saat itu belum bisa membaca dan
menulis.
Lalubagaimanabisahanyadenganmodalsedemikian
minimalnya menurut kaca mata orang awam itu beliau
berhasil menjadi pedagang yang besar yang sukses
bahkan mampu meluaskan usahanya ke seluruh negeri?
Ada beberapa tahapan dan kunci utama:
1)	 Beliau dikenal sebagai al-‘Amin, orang yang sangat
bisa dipercaya. Beliau menggunakan kepercayaan itu
dengan bijaksana, tak pernah menyalahgunakannya.
2)	 Beliau tidak memiliki hambatan mental (mental
blocking) dalam melaksanakan usahanya. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh kepercayaan orang-orang
terhadap beliau.
3)	 Beliau memulai bisnis dengan menguasai pasar
terlebih dahulu. Dengan cara ikut pamannya
berdagang, beliau mengetahui di mana membeli
barang yang murah dan di mana menjual barang
dengan harga yang lebih baik.
4)	 Setelah menguasai pasar,di Madinah beliau kemudian
beralih ke sektor industri pertanian, namun masih
tetap melaksanakan kegiatan pemasaran produk dari
kaum non muslim di sana. Sehingga bisnis kaum
Quraisy saat itu masih dibiarkan berkembang.
5)	 Dengan bertambahnya tenaga kerja, beliau lalu mulai
menyusun tata kerja organisasi “perusahaanya”.
6)	 Akhirnya para penerusnya (di bidang bisnis)
mengembangkan usaha ke seluruh pelosok penjuru.
Nabi Muhammad Saw memberikan nasehat kepada
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
76
seorang pedagang pengecer, tatkala mencampur antara
barang yang berkualitas baik dengan yang tidak baik.
Dari Abu Urairah bahwasanya Rasulullah Saw pernah
melalui suatu onggokan makanan yang bakal di jual,
lantas beliau memasukkan tangan beliau ke dalam
onggokan itu, tiba tiba jari beliau di dalamnya meraba
yang basah. Beliau keluarkan jari beliau seraya berkata,
mengapakah ini? Jawab yang punya makanan: “Basah
karena hujan ya Rasulullah”. Beliau bersabda: ”Mengapa
tidak engkau taruh di sebelah atas supaya dapat dilihat
orang? Barang siapa yang menipu, maka ia bukan
umatku”. (HR. Muslim).
Harga yang ditetapkan pedagang, adakalanya
terkandung unsur penipuan, ada yang disadari dan ada
pula yang tidak di sadari. Misalnya harga yang ditetapkan
berdasarkan negosiasi (tawar-menawar), biasanya
ditentukan oleh keahlian pelanggan dalam menawar,
bisa jadi harga berbeda untuk barang yang sama, tempat
yang sama. Apabila pelanggan bertemu satu sama
lain, dengan membeli barang yang sama, tetapi harga
berbeda. Pelanggan dengan harga tinggi merasa tertipu.
Allah berfirman dalam Surat As-Syura’ ayat 181-182 yang
berbunyi : Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu
Termasuk orang- orang yang merugikan; dan timbanglah
dengan timbangan yang lurus.
l.	 Nabi sebagai Negarawan
Sebagai kepala negara, Muhammad Saw selalu
mengedepankan musyawarah. Hal ini dapat dipahami
dari firman Allah Swt dalam Surat Asy-Syura: 38 yang
berbunyi: “Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
77
Allah dan mendirikan salat, sedangkan urusan mereka
selesaikan/putuskan dengan musyawarah diantara
mereka, dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang
kami berikan mereka.” (QS. Asy-Syura: 38).
Bahkan dalam musyawarah Muhammad Saw
mengikuti pendapat suara terbanyak meskipun berbeda
pendapat dengan pendapat pribadi beliau dari kutipan
tersebutmengandungartibahwaMuhammadSawsebagai
pemimpin negara dan sekaligus seorang utusan Allah
tidak berbuat sewenang-wengan dan memanfaatkan
kedudukannya tersebut.
Bukti betapa piawainya dan bijaksananya beliau
dalam bernegara adalah Piagam Madinah. Manuskrip
sejarah mencatat, awal mula kebijakan politik di
dunia yang sesuai dengan prinsip dasar fitrah dan nilai
kemanusiaan adalah Piagam Madinah.
Konsepsi kebijakan politik yang dicetuskan
Rasulullah dalam Piagam Madinah adalah benar-benar
menggemparkan para saintis generasi umat manusia
di era berikutnya, bukan hanya saintis muslim yang
terkesima dengan dengan pesan-pesan dari butir-butir
piagam. Tapi orang-orang non muslim yang notabene
memusuhi Islam pun sangat mengaguminya.
Namun demikian, kemunculan Piagam Madinah,
jika ditelusuri, bukanlah hasil pemikiran manusia belaka,
melainkan terinspirasi dari pesan-pesan al-Qur’an. Maka
sangatlah wajar jika salah satu butir Piagam Madinah
menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam
menentukan hukum adalah Allah dan Rasul-Nya. Karena
keindahan pesan-pesan Piagam Madinah merupakan
turunan dari konsep al-Qur’an yang diejewantahkan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
78
dalam realita kehidupan sosial oleh Nabi pembawa
rahmat bagi seluruh alam.
Muhammad Ma’ruf Dawalib menyatakan
dalam makalahnya yang disampaikan pada seminar
internasional bertemakan “Ar-Ru’ya al-Akhlaqiyah wa as-
SiyasiyahfilIslam”,di Prancis, 7-10 Desember1982, bahwa
“Dari sudut pandang historis, kita harus melihat bahwa
di antara ajaran agama yang ada, ajaran Islamlah yang
paling menjungjung tinggi etika interaksi sosial. Bahkan
yang lebih menakjubkan, adalah pesan Piagam Madinah
yang merupakan representasi pertama dari prinsip-
prinsip dasar kehidupan bernegara dan perlindungan
hukum manusia di dunia. Di antara pesan-pesan yang
paling mendasar ialah: 
1)	 Penemuanundang-undang secaratertulisyangsesuai
dengan tuntutan zaman saat itu. Kemudian diringi
dengan memproklamirkan undang-undang tersebut
secara langsung dan terbuka serta penyepakatan
untuk menta’atinya secara bersama. Fenomena ini
merupakan “peristiwa” baru dalam lintasan panjang
sejarah perundang-undangan umat manusia.
2)	 Piagam Madinah menyatakan bahwa hukum yang
paling “elegan” untuk menyelesaikan perseteruan
umat dan problematika negara adalah al-Qur’an dan
as-Sunah.
3)	 Proklamasi toleransi beragama, sebagaimana
disebutkan dalam piagam tersebut: “Dan
sesungguhnya kaum Yahudi adalah satu umatdengan
maum Muslimin. Bagi kaum Yahudi agama mereka
dan bagi kaum Muslimin agama mereka. Bagi orang
Yahudi persamaan (hakdan kewajiban) dengan kaum
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
79
muslimin, tidak boleh dizholimi dan dianiyaya”
4)	 Seruan, bekerjasama, saling topang-menopang
antara yang kuat dan yang lemah dalam kehidupan
bermasyarakat, serta larangan saling sabotase antara
mereka.
5)	 Menyatakan kewajiban bernegara; keamanan negara,
baik dalam dan luar negri, adalah tanggung jawab
bersama.
Ketika menela’ah lebih dalam tentang pesan Piagam
Madinah, kita akan mengetahui bahwa Rasulullah
menjadi pemimpin di Madinah dalam arti yang sangat
luas, yaitu sebagai pemimpin agama dan negara. Hal ini
mengindikasikan ke-universal-an Islam dalam mengatur
setiap sendi kehidupan manusia. Maka tidak heran jika
kemajuan teknologi, ekonomi, politik dan sosial akan
tetap relevan jika disandingkan dengan nilai-nilai ajaran
Islam. Sangat tepat jika DR. Yusuf Qardawi mengatakan
bahwa salah satu keistimewaan ajaran Islam adalah
keluwesannya dalam mengikuti perkembangan zaman
tanpa meninggalkan pondasi-pondasi ajaran.
m.	 Pelayan bagi Keluarga
Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan khidmah
atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu
bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi
menuntut itu. Rasulullah Saw bersabda: “Pelayanan Anda
untuk istri Anda adalah sedekah.” Adalah Rasulullah Saw
mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan
lainnya yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya.
Rasulullah Saw mengetahui betul kebutuhan sorang
wanitauntukberdandandidepanlaki-lakinya,begitujuga
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
80
laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah Rasulullah
Saw paling tampan, paling rapi di antara manusia lainnya.
Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar berhias untuk
istri-istri mereka dan menjaga kebersihan dan kerapihan.
Rasulullah Saw bersabda: “Cucilah baju kalian. Sisirlah
rambut kalian. Rapilah, berhiaslah, bersihkanlah diri
kalian. Karena Bani Isra’il tidak melaksanakan hal
demikian, sehingga wanita-wanita mereka berzina.”
5.	 Mendidik dengan Targhib dan Tarhib
Kata targhib berasal dari kata kerja raghaba yang berarti;
menyenangi, menyukai dan mencintai, kemudian kata
itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung
makna: suatu harapan untuk memperoleh kesenangan,
kecintaan dan kebahagiaan. Semua itu dimunculkan dalam
bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang
dapat merangsang/mendorong seseorang sehingga timbul
harapan dan semangat untuk memperolehnya. Secara
psikologi, cara itu akan menimbulkan daya tarik yang kuat
untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib berasal dari
kata rahhaba yang berarti; menakut nakuti atau mengancam.
Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib yang berarti;
ancaman hukuman. (Syahidin, 1999; 122).
Untuk kedua istilah itu, an-Nahlawi mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan targhib adalah janji yang
disertai dengan bujukan yang membuat senang terhadap
suatu yang maslahat, terhadap kenikmatan atau kesenangan
akhirat yang baik dan pasti serta suka kepada kebersihan
dari segala kotoran, yang kemudian diteruskan dengan
melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan selintas
yang mengandung bahaya dan perbuatan buruk. Sementara
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
81
tarhib ialah suatu ancaman atau siksaan sebagai akibat
melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah Swt, atau
akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintah
Allah Swt.
Nabi Muhammad Saw dalam rangka menyampaikan
pendidikan kepada masyarakat terkadang dengan ungkapan
yang bersifat pemberian rangsangan (targhib) atau dengan
ungkapan-ungkapan yang bersifat ancaman (tarhib), kedua
sifat ungkapan ini dilakukan oleh Rasulullah Saw semata-
mata sebagai sebuah strategi, agar pesan-pesan pendidikan
dapat sampai kepada objek pendidikan.
Beberapa bentuk dari targhib dan tarhib yang dilakukan
oleh Rasulullah Saw antara lain adalah:
a.	Bentuk-bentuk Targhib (Rangsangan)
1) Rangsangan untuk mau menolong antarsesama
Hadits riwayat Muslim dari Abu Qatadah;
‫عرس‬ُ‫م‬ ْ َ‫ن‬
‫ع‬ ْ
‫س‬
َّ
‫ف‬َ‫ن‬ُ‫ي‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ف‬‫ة‬َ‫ام‬َ‫القي‬‫م‬ْ َ‫يو‬‫ب‬َ‫ر‬
ُ
‫ك‬‫نم‬‫هللا‬ُ‫ه‬ّ‫ي‬َّ‫ج‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ن‬
‫أ‬
�ُ‫ه‬َّ َ‫ر‬
‫س‬
َ‫ن‬
‫م‬
ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬
َ
‫ض‬َ‫ي‬ ْ‫و‬
َ
‫ا‬
Barang siapa yang ingin diselamatkan Allah dari
kesulitan-kesulitan hari kiamat, maka hendaklah dia
meringankan beban orang yang susah, atau mengapus
utangnya.
2) 	Rangsangan agar mau selalu beribadah
Hadits riwayat Imam Ahmad, Muslim, Tirmizi, Nasa’i
dan Ibnu Majah dari Tsauban dan Abu Darda.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
82
َ
‫هبا‬‫هللا‬ َ‫ك‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬َ‫ر‬
َّ
‫اال‬
ً
‫ة‬ َ‫د‬ْ َ‫ج‬
‫س‬‫هلل‬ ُ‫د‬ُ‫سج‬
َ
‫الت‬ َ‫ك‬
َّ
‫ن‬‫إ‬�‫ف‬‫د‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ ُّ‫الس‬‫ة‬
َ ْ‫ر‬
‫ث‬
َ
‫بك‬ َ‫يك‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
ً
‫طيئة‬
َ
‫خ‬ َ‫نك‬َ‫ع‬‫هبا‬ َّ
‫ط‬َ‫ح‬َ‫و‬
ً
‫ة‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫د‬
Hendaklah kamu banyak sujud kepada Allah, sebab
tidaklah kamu sujud satu kali sujud kepada Allah, kecuali
Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapusnya
dari kamu satu kesalahan
3) Rangsangan untuk bersikap sabar
Hadits riwayat Imam Ahmad, Muslim, Tirmizi dari
Abu Hurairah
ٌ
‫ة‬َ‫ار‬
ّ
‫ف‬
َ
‫ك‬ ُ‫المسلم‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ
‫مايصاب‬ ِ
ّ ُ‫ل‬
‫ك‬‫يف‬
َ
‫ف‬‫دوا‬ِ
ّ‫د‬ َ
‫س‬َ‫و‬‫ا‬ ُ‫و‬
‫ب‬ِ‫ر‬‫قا‬
‫ها‬
ُ
‫اك‬
َ
‫ش‬ُ‫ي‬
َ
‫ة‬
َ
‫ك‬ْ‫و‬
َّ
‫الش‬ِ‫و‬
‫أ‬
�‫ا‬ ُ‫ه‬
‫ب‬
َ
‫ك‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬
َ
‫تة‬َ‫كب‬ُ‫الس‬ َّ‫ىتح‬
Sederhanalah dan berlaku luruslah, maka di dalam
sertiap musibah yang menimpa seseorang Muslim adalah
kafarah (penebus dosa) sampai kepada sebuah petaka
yang menimpanya atau sebuah duri yang menusuknya
4) Rangsangan untuk beramal kebaikan
Hadits riwayat Bukhari dari Ma’qal ibnu Yassar ra.
ً‫ه‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬‫منه‬ ْ
‫ت‬
َ
‫ل‬ِّ‫ب‬
ُ
‫ق‬
ُ
‫ت‬
َ‫ن‬
‫م‬َ‫و‬
ً
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ُ‫له‬ َ
‫ب‬ِ‫ت‬
ُ
‫ك‬ ٍ‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬‫ن‬
‫أ‬
�‫ى‬
ً
‫ذ‬
‫أ‬
�‫ماطا‬
‫أ‬
�
َ‫ن‬
‫م‬
َ
‫ة‬َّ‫اجلن‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬َ‫د‬
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
83
Barang siapa menyingkirkan duri dari jalan dituliskan
kebaikan baginya dan barang siapa diterima daripadanya
suatu kebaikan niscaya dia masuk surga.
5) Rangsangan untuk selalu bekerja keras
Hadits riwayat Imam Ahmad dan Thabrany dari Abu
Darda ra.
ٌ
‫لق‬
َ
‫خ‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ٌّ ِ‫مي‬َ‫د‬
‫آ‬
�ُ‫ِنه‬‫م‬
ْ ُ‫ل‬
‫ك‬
‫أ‬
�‫ي‬
َ‫م‬
‫ل‬‫ا‬ ً
‫رس‬
َ
‫غ‬ َ
‫رس‬
َ
‫غ‬
َ‫ن‬
‫م‬
ً
‫ة‬
َ
‫دق‬ َ‫ص‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬
ّ
‫اال‬‫هللا‬ ِ‫لق‬
َ
‫خ‬ ِ‫ن‬
‫م‬
Barang siapa menanam bibit tanaman (sekalipun)
yang tidak dimakan oleh manusia dan tidak pula oleh
mahluk Allah melainkan Allah menuliskan sedekah
untuknya.
Dari beberapa ucapan Rasulullah Saw di atas,
sangat terlihat usaha Rasulullah Saw untuk dapat
membangkitkan semangat berbuat kebaikan bagi setiap
manusia.
b.	 Bentuk-bentuk Tarhib (Ancaman)
1) Ancaman bagi orang yang sombong
‫ان‬َ ِ‫ر‬
‫ب‬
َ
‫ك‬ ْ‫ر‬ِ‫ق‬َ ُ‫يو‬َ‫و‬‫غريان‬ َ‫ص‬
َ‫رَحم‬
‫ي‬
َ‫م‬
‫ل‬
َ‫ن‬
‫م‬‫ا‬َّ‫ِن‬‫م‬ َ
‫يس‬
َ
‫ل‬
Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi
yang kecil dan tidak menghormati yang besar
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
84
2) Ancaman bagi orang yang bersumpah palsu
Hadits riwayat Imam Ahmad dari Ahnaf ibnu Qais ra.
ُ‫اه‬
َ
‫لق‬َ‫ي‬ َ
‫م‬ْ َ‫يو‬‫هللا‬ َ ِ‫ى‬
‫ق‬
َ
‫ل‬‫اِال‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ب‬
ً‫ال‬
‫ما‬
ٌ
‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ْ‫و‬
َ
‫ا‬ ٌ‫بد‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬ِ‫ط‬َ‫ت‬
ْ
‫ق‬َ‫ي‬‫ال‬‫انه‬
ُ
‫م‬
َ
‫ذ‬ْ‫ج‬
َ
‫ا‬‫ا‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬
Sesungguhnya tidalah seorang hamba atau seorang
laki laki memotong (mengambil) harta orang lain
dengan sumpahnya, melainkan dia akan menemui Allah
nanti pada hari yang dia menemui-Nya dalam keadaan
terpotong (cacat tubuhnya).
3) Ancaman bagi yang memfitnah
Hadits riwayat Buhari Muslim dari Hudzaifah ra.
ٌ
‫ت‬‫ا‬َّ‫قت‬
َ
‫ة‬َّ‫اجلن‬‫يدخل‬‫ال‬
Tidak akan masuk sorga seorang yang memfitnah
(mengadu-adu)
4) Ancaman bagi yang berlaku zalim
Hadits riwayat Abd bin Humaid dari Sa’id al-Khudri
ra.
ُ‫هللا‬ َ
‫م‬
َ
‫ق‬َ‫ت‬
ُ
‫ن‬
ّ
‫اال‬‫ا‬ً‫مؤمن‬ ٌ ِ‫ن‬
‫مؤم‬ ُ‫ِم‬‫ل‬‫ظ‬َ‫الي‬ِ‫هللا‬‫فو‬َ‫واهللا‬
ُ
‫ق‬
َّ
‫ات‬ ُ
‫اس‬َّ‫االن‬ ُّ‫ه‬
‫ي‬
‫أ‬
�
ٍ‫ة‬‫يام‬ِ‫ق‬‫ال‬َ‫م‬ْ َ‫يو‬ُ‫منه‬
Wahai manusia, takwalah kalian kepada Allah, demi
Allah tidaklah seorang mukmin berlaku zalim kepada
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
85
mukmin yang lain, melainkan Allah akan menyiksanya
pada hari kiamat.
Ucapan-ucapan Rasulullah Saw di atas
menggambarkan, betapa Rasulullah Saw berusaha untuk
menyampaikanpesan-pesanpendidikandenganberbagai
cara salah satunya adalah dengan ancaman. Metode
dengan ancaman perlu dilakukan, mengingat bahwa
manusia memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda.
Ada orang yang sudah tersadarkan dan mau berbuat
hanya dengan sebuah nasihat, tetapi ada tipe orang yang
tidak bisa tersadarkan dan tidak mau berbuat sesuatu
kecuali setelah ia memperoleh rangsangan (motivasi)
atau memperoleh ancaman.
6.	 Mendidik dengan Perumpamaan (Amtsal)
Perumpamaandilakukanoleh Rasulullah Sawsebagai
salah satu strategi pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada obyek sasaran materi pendidikan
semudah mungkin, sehingga kandungan maksud dari
suatu materi pelajaran dapat dicerna dengan baik,
strategi ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang
abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang
digunakan oleh Rasulullah Saw sebagai salah satu strategi
pembelajaran selalu syarat dengan makna sehinga benar-
benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada
yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar
dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
86
Beberapa contoh pendidikan Rasulullah Saw
yang menggunakan perumpamaan sebagai salah satu
strateginya, antara lain sebagai berikut:
a. Perumpamaan orang bakhil dan dermawan
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra.
ِ‫ل‬َ‫ث‬َ َ‫م‬
‫ك‬ ِ‫ق‬ِ
ّ‫د‬ َ‫ص‬َ‫ت‬ُ‫الم‬َ‫و‬ ِ‫يل‬ِ‫ح‬َ‫الب‬
َ
‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ َ
‫ب‬َ َ‫ر‬
‫ض‬
‫ما‬ِِ‫ه‬
ّ
‫دي‬
ُ
‫ث‬ َ‫اىل‬‫ما‬ِْ‫ه‬
‫ي‬ِ‫يد‬
‫أ‬
� ْ
‫ت‬ِّ‫ر‬ ُ‫ط‬
ْ
‫اض‬ِ‫د‬
َ
‫ق‬,ِ‫يد‬ِ‫حد‬‫نم‬ ِ‫ان‬َ‫ت‬ُ‫ب‬ُ‫ج‬‫ما‬ِ‫هي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ني‬
َ
‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬
َ‫حىت‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ
‫ت‬ َ‫ط‬ َ‫س‬َ‫انب‬ ٍ‫ة‬
َ
‫ق‬ َ‫د‬ َ‫ص‬ِ‫ب‬
َ
‫ق‬ َّ‫د‬ َ‫ص‬
َ
‫ت‬‫ما‬
َ ُ‫ل‬
‫ك‬
ُ
‫ق‬ِ
ّ‫د‬ ً‫ص‬َ‫ت‬ُ‫الم‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ َ‫ج‬
‫ف‬,‫ما‬ِ‫ه‬ِ‫ق‬‫ا‬َ َ‫ر‬
‫ت‬َ‫و‬
‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ ُ
‫ت‬ْ‫ي‬
‫أ‬
�َ‫ر‬ َ‫ا‬‫ن‬
‫أ‬
�
َ
‫ف‬‫هررية‬‫وب‬
‫أ‬
�‫قال‬,ُ‫ه‬َ َ‫ر‬
‫ث‬
‫أ‬
�َ‫و‬
ُ
‫ف‬ْ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ُ‫ه‬
َ
‫ِل‬‫م‬ َ‫ا‬‫ن‬
‫أ‬
�
َ‫ى‬
‫ش‬
ْ
‫غ‬
َ
‫ت‬
ُ‫ع‬ َّ
‫س‬َ‫و‬َ‫ت‬
َ
‫ت‬‫وال‬‫ها‬ُ‫ع‬ َّ
‫س‬َ َ‫يو‬ُ‫ه‬َ‫يت‬
‫َأ‬
�َ‫ر‬‫و‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ي‬َ‫ج‬‫يف‬‫ا‬
َ
‫ذ‬
َ
‫هك‬ِ‫ه‬ِ‫ع‬َ‫صب‬‫ِإ‬ ِ‫ب‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬,
Rasulullah Saw telah memberikan contoh
perumpamaan orang yang bakhil dan orang dermawan,
bagaikan dua orang yang memakai jubah (baju) besi yang
berat bagian tangan ke teteknya dan tulang bahunya, maka
yang dermawan tiap ia bersedekah makin melebar bajunya
itu sehingga dapat menutupi hingga ujung jari kakinya
dan menutupi bekas bekas kakinya, sedang si bakhil jika
ingin sedekah mengkerut dan tiap pergelangan makin
seret dan tidak berubah dari tempatnya. Abu Hurairah
berkata; Saya telah melihat Nabi Saw ketika menyontohkan
dengan tangannya keadaan bajunya dan andaikan ia ingin
meluaskannya tidak dapat.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
87
b. Perumpamaan orang yang suka memberi dan suka
meminta
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abdullah bin
Umar ra.
َ
‫ف‬
ُّ
‫ف‬َ‫ع‬َّ‫الت‬َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ
‫ق‬ َ‫د‬ َّ‫الص‬َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬,َِ‫ر‬
‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ال‬‫ىلع‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬:‫قال‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ َّ‫ن‬
‫َأ‬
�
ُ
‫ة‬
َ
‫ق‬ِ‫ف‬‫ن‬ُ‫الم‬‫يه‬‫ا‬َ‫لي‬ُ‫الع‬ُ‫د‬َ‫الي‬
َ
‫ف‬,‫فىل‬ ُّ‫الس‬ِ‫د‬َ‫الي‬‫نم‬ٌ‫ري‬
َ
‫خ‬‫ا‬َ‫لي‬ُ‫الع‬ ُ‫د‬َ‫الي‬
َ
‫لة‬
‫أ‬
�‫س‬َ‫والم‬
ُ
‫ة‬
َ
‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ‫الس‬‫يه‬‫فىل‬ ُّ‫والس‬
Ketika Nabi berkhutbah di atas mimbar dan menyebut
sedekah dan minta-minta, maka bersabda; Tangan yang di
atas lebih baik dari tangan yang di bawah, tangan yang di
atas itu yang memberi dan yang di bawah yang meminta.
c. Perumpamaan kawan baik dan jelek
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Musa ra.
ِ‫د‬‫ا‬ َّ‫د‬
َ
‫احل‬ِْ‫ِير‬‫ك‬َ‫و‬ ِ‫ك‬ ْ‫س‬ِ‫م‬‫ال‬ ِ
‫ب‬ِ‫ح‬‫ا‬ َ‫ص‬ ِ‫ل‬َ‫ث‬َ َ‫م‬
‫ك‬,ِ‫ء‬‫و‬ُ‫والس‬ ِِ‫ح‬
‫ل‬
َّ
‫الصا‬ ِ
‫ليس‬
َ
‫اجل‬
ُ
‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬
ِ‫د‬‫ا‬ َّ‫د‬
َ
‫احل‬ُ ْ‫ِير‬‫ك‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ ْ‫ح‬
‫ي‬ِ‫ر‬ ُ‫د‬َِ‫ج‬
‫ت‬ْ‫و‬
َ
‫ا‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َِ‫ر‬
‫ت‬
ْ
‫ش‬
َ
‫ت‬‫ا‬َّ‫ِم‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫س‬ِ‫م‬‫ال‬ ِ
‫ب‬ِ‫ح‬‫ا‬ َ‫ص‬ ْ‫ِنم‬ َ‫ك‬ُ‫م‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ي‬
َ
‫ال‬
ً
‫ة‬َ‫يث‬ِ‫ب‬
َ
‫خ‬‫ا‬ً‫ِحي‬‫ر‬ُ‫ِنه‬‫م‬ ُ‫د‬َِ‫ج‬
‫ت‬ ْ‫و‬
َ
‫ا‬ َ‫ك‬َ‫ب‬ْ َ‫و‬
‫ث‬ْ‫و‬
َ
‫ا‬ َ‫ك‬
َ
‫ن‬ َ‫د‬َ‫ب‬
ُ
‫ق‬ِ‫ر‬ْ ُ‫ح‬
‫ي‬
Perumpamaan duduk dengan orang baik-baik
dibandingkandengandudukbesertaorang-orang,bagaikan
pemilik kasturi dengan dapur tukang besi; Engkau tidak
akan lepas dari pemilik kasturi, adakalanya engkau
membeli kasturi itu atau sekurang-kurangnya mencium
baunya. Sedangkan dapur tukang besi membakar tubuhmu
atau sekurang-kurangnya engkau mencium bau busuk.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
88
d. Perumpamaan Orang mukmin dan orang munafiq
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Ka’ab bin Malik
‫ها‬
ُ
‫ل‬ِ‫د‬ْ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫و‬
ً
‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬
ُ
‫حي‬ِّ‫الر‬‫ا‬َ ُ‫ه‬
‫ئ‬ْ‫ي‬ُ‫ع‬ِّ‫س‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ت‬ ِ
‫ع‬ْ‫ر‬َ‫الز‬‫نم‬ ِ‫ة‬َ‫ام‬
َ ْ‫خ‬
‫ل‬
َ
‫اك‬ ِ ِ‫ن‬
‫المؤم‬
ُ
‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬
ً
‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬‫ها‬
ُ
‫اف‬َ‫ع‬ِْ‫ج‬
‫ان‬ َ‫ن‬ْ‫و‬
ُ
‫ك‬َ‫ي‬‫يتح‬
ُ
‫ال‬َ َ‫ز‬
‫الت‬ ِ‫ة‬َ‫ز‬ْ‫ر‬
‫َأ‬
‫ل‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ُ
‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫الم‬
ُ
‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬َ‫و‬.
ً
‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬
ً
‫دة‬ِ‫ح‬‫وا‬
Perumpamaan seorang mukmin bagaikan dahan
yang lunak dalam pohon mudah digoyangkan oleh angin
ke kanan dan ke kiri kemudian tegak kembali, sedangkan
contoh orang munafiq bagaikan pohon sanubar yang
kaku, tetapi jika sekali condong (miring) langsung patah.
e. Perumpamaan ketangguhan seorang muslim
Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu Umar ra.
‫مايه‬ ِ‫ى‬
‫ن‬
ُ‫و‬
‫ث‬ َّ‫د‬َ َ‫ح‬
‫ف‬ ِ‫ِم‬‫ل‬‫س‬ُ‫الم‬
ُ
‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬‫ا‬ َّ‫ه‬
‫ِن‬‫ا‬َ‫و‬‫ها‬
ُ
‫ق‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ
‫ط‬
ُ
‫ق‬ ْ‫س‬َ‫ي‬‫ال‬
ً
‫ة‬َ‫ر‬َ َ‫ج‬
‫ش‬ ِ‫ر‬َ َ‫ج‬
‫ش‬ َ‫نم‬ َّ‫ن‬ِ‫ا‬
‫ا‬ َّ‫ه‬
‫ن‬
َ
‫ا‬‫ىس‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ن‬‫ىف‬ َ‫ع‬
َ
‫ق‬َ‫و‬َ‫و‬ِ‫هللا‬‫عبد‬‫قال‬‫ادى‬َ‫و‬َ‫الب‬ ِ‫ر‬َ َ‫ج‬
‫ش‬‫ىف‬ ُ
‫اس‬َّ‫الن‬‫عض‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ة‬
َ
‫ل‬
ْ
‫خ‬َ‫الن‬‫ىه‬‫قال‬‫هللا‬‫ايرسول‬‫ىه‬‫ما‬‫ا‬َ‫ن‬
ْ
‫ث‬ِ
ّ‫د‬َ‫ح‬‫قالوا‬‫مث‬ ُ
‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ي‬ْ‫ح‬َ‫ت‬ ْ
‫فاس‬
ُ
‫ة‬
َ
‫ل‬
ْ
‫خ‬َ‫الن‬
Di antara beberapa pohon, ada pohon yang tidak
gugur daunnya; pohon itulah perumpamaan seorang
Muslim. Terangkanlah kepadaku pohon apakah itu?,
orang-orang yang hadir ketika itu menebak pohon yang
ada di hutan belukar. Kata ibnu Umar saya menebak pohon
korma, tetapi saya malu mengatakannya (karena banyak
orang yang lebih tua dariku), kemudian mereka bertanya;
tunjukkanlah kepada kami ya Rasulullah, pohon apakah
itu?, Nabi menjawab ‘pohon korma’.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
89
f. Perumpamaan tentang dunia yang memperdayakan
Hadits riwayat Imam Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah
dari Abdullah bin Mas’ud:
‫ها‬
َ
‫ك‬َ َ‫ر‬
‫ت‬َ‫و‬
َ
‫راح‬
ّ
‫مث‬ٍ‫ة‬َ‫ر‬َ َ‫ج‬
‫ش‬ َ
‫ت‬
ْ َ‫ح‬
‫ت‬
َّ
‫ل‬ َ‫ط‬َ‫است‬ ٍ‫ِب‬‫ك‬‫ا‬َ‫ر‬
َ
‫ك‬
ّ
‫ال‬‫إ‬�‫ان‬
‫أ‬
�‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬ ُّ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫اىل‬َ‫م‬
Apalah artinya aku dan dunia, aku bukan apa-apa
kecuali seperti penunggang kendaraan yang berteduh
dibawah sebuah pohon, ,kemudian beristirahat dan
meninggalkannya .
Menurut at-Thayib, hadits ini menjelaskan tentang
dua hal, yakni dunia dengan menunggang kendaraan,
sedangkan persamaan sifatnya yaitu cepatnya perjalanan
dan sebutannya tinggal di dunia yaitu laksana
penunggang kendaraan. Maksudnya bahwa kehidupan
dunia menghiasi mata dan jiwa sehingga dunia terlihat
indah memukau, padahal seandainya hati ini sanggup
mengendalikan betapa hakikat dunia yang sebenarnya
niscaya hati ini akan membencinya, selain itu dunia
memang selalu memengaruhi hati terus-menerus. (ad-
Damsyiki 3, 2003: 218)
g. Perumpamaan tentang keutamaan menjaga aib
orang lain
Hadits riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim dari
‘Uqbah Ibnu Amir r.a.
‫ها‬ِْ‫ر‬
‫ب‬
َ
‫ق‬‫نم‬
ً
‫ة‬َ‫د‬ْ‫و‬ُ‫وء‬َ‫م‬ َ ْ‫ي‬
‫ح‬
‫أ‬
�‫ن‬َ َ‫م‬
‫ك‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬‫ا‬َ‫ه‬َ َ‫ر‬
‫ت‬ َ‫س‬
َ
‫ف‬
ً
‫ة‬َ‫ر‬ْ‫و‬َ‫ع‬‫ى‬
‫أ‬
�َ‫ر‬
َ‫ن‬
‫م‬
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
90
Barang siapa melihat aurat lalu menutupnya adalah
dia seperti menghidupkan (membangkitkan) bayi
perempuan yang dibunuh (mau’udah) dari kuburnya.
Hadits di atas mendorong seseorang menutup aurat
(aib orang lain) dan bahwasanya menutup aurat (aib) itu
seperti membangkitkankembaliseorang bayiperempuan
yang dibunuh dari kuburnya, bayi perempuan yang
dibunuh, seperti halnya adat kebiasaan jahiliah, mereka
timbun dengan tanah karena tidak suka dengan lahirnya
anakperempuan. (ad-Damsyiki 3, 2003: 277),dengan kata
lain bahwa menutup aib orang lain termasuk perbuatan
yang mulia.
Darihadits-haditsyangpenuliskutipdaribukuShahih
Bukhari, al-lu’lu wal marjan jilid 1 dan 2 serta dari buku
asbabul wurud di atas, betapa indahnya perumpamaan-
perumpamaanyangdikemukakanoleh Rasulullah. Beliau
mengambil perumpamaan dengan materi-materi yang
sudah dikenal oleh jamaah (pendengar), seperti minyak
kasturi, tukang pandai besi, tangan di atas, tangan di
bawah, pohon kurma, hal ini memudahkan pendengar
untuk secepat mungkin menganalisis dalam pikirannya
tentang materi yang disajikan.
Ketika Rasulullah Saw memperagakan dengan baju
yang dikenakannya untuk mengupamakan antara orang
dermawan dengan orang yang bakhil akan sangat mudah
dipahami oleh orang yang mendengar dan melihat,
karena perumpamaannya sangat konkrit (sudah dikenal),
pesan ini tentu saja diarahkan agar manusia menjadi
orang dermawan, karena dengan sifat dermawan itulah
Allah Swt akan memberikan membalasan, sebaliknya
sifat bakhil hanya akan mempercepat kemiskinan.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
91
Dalam memberikan pendidikan untuk mengarahkan
agar manusia senantiasa berteman dengan orang-orang
yang shalih, Rasulullah mengumpamakan bahwa bergaul
dengan orang shalih bagaikan orang yang membawa
minyak kasturi, artinya selalu wangi (orang yang bergaul
dengan orang yang shalih akan terbawa nama baiknya)
dan akan timbul sifat saling memberi dan menolong.
Sedangkan orang yang jahat diumpamakan dengan
pandai besi (jikatidak memengaruhi kejahatannyapaling
tidak akan terbawa dengan identitas jeleknya).
Demikian halnya ketika Rasulullah Saw
mengumpamakan ketangguhan seorang muslim dengan
pohon kurma, kurma adalah makanan khas di Makkah,
tentu saja masyarakat Makkah sudah sangat familier
dengan pohon kurma tersebut, sehingga tidak terlalu
sulit untuk menafsirkan maksud Rasulullah Saw jika
menggambarkan ketangguhan seorang Muslim dengan
pohon ini.
Jika dikaji, cukup banyak butir-butir persamaan
antara seorang muslim dengan pohon kurma tersebut,
seperti yang dikemukakan oleh Najib Khalid al’Am (al-
‘Am, 2002: 127) sebagai berikut:
1. Fisik
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Ada jantan dan ada betina Ada laki-laki dan perempuan
Tidak berbuah, kecuali setelah
dibuahi
Tidak melahirkan, kecuali
setelah dibuahi
Akan mati jika kepalanya
dipotong
Akan mati jika kepalanya
dipotong
Ditutup dengan serabut Ditutup dengan rambut
Membutuhkan air untuk
mempertahankan hidupnya
Membutuhkan air untuk
mempertahankan hidupnya
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
92
Ada yang tinggi dan ada yang
pendek
Ada yang tinggi dan ada yang
pendek
2. Komposisi
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Memiliki akar Seperti pohon iman, akarnya
ilmu
Memiliki batang Makrifat dan keyakinan
batangnya adalah ikhlas
Memiliki cabang (dahan) Cabangnya adalah perbuatan
Memiliki daun dan buah Buahnya adalah amal shaleh
3. Pertumbuhan
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Akan bermanfaat jika tidak
ditumbuhi oleh semak belukar
atau tumbuhan lain yang bukan
jenisnya, maka pertumbuhannya
akan sempurna dan banyak
menghasilkan buah yang baik,
tapi apabila diterlantarkan
atau tidak diurus dengan baik,
akarnya menjadi lemah dan
buahnya minim
Seorang Muslim selalu
berhati-hati dan takut
terjerumus ke dalam maksiat,
dirinya dilindungi dengan
jaringan yang menjaganya
dari fitnah, ia memiliki
temapn baik yang dapat
menjaganya dari larangan,
tetap memelihara keimanan
dan identitasnya dan terus
mengalami pertambahan iman
4. Pakaian
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Dapat hidup di musim dingin
dan panas, kita tidak pernah
melihat pohon kurma yang
tidak berdaun
Pakaian seorang Muslim
adalah taqwa yang tidak
pernah dilepasnya. Dan
pakaian takwa, itulah yang
lebih baik (QS.al-A’raf; 26)
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
93
5.	 Menggapainya
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Mudah untuk memetik
buahnya, jika pendek tidak
menyulitkan dan jika tinggi
tetap mudah mencapainya,
karena seperti ada tangga untuk
memanjatnya
Mudah menemuinya dan
berbicara dengannya, karena
sifat thawadu dan kecintaannya
kepada orang lain, seperti
telah datang utusan kepada
Umar bin Khatab ketika beliau
sedang tidur di bawah pohon
6.	 Bentuk
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Bentuknya indah dan enak
dipandang, jika kita melihatnya,
kita akan melihat pemandangan
yang indah dan menentramkan
hati; Dan pohon kurma yang
tinggi-tinggi yang memunyai
mayang yang bersusunan (QS.
Qaf; 10)
Jika melihat seorang Muslim,
laksana melihat janggut
dengan wajah yang berseri-
seri, terlihat kecintaan
dan ketenangan padanya.
Demikian halnya seorang
Muslimah dengan hijab
dan baju kurungnya terlihat
tenang dan berwibawa, yang
melambangkan identitas
Islam, memiliki harga diri dan
sangat berbeda dengan wanita
lain
7. Usia
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Semakin tua usianya, makin
banyak manfaatnya dan makin
baik buahnya
Semakin tua seorang Muslim,
semakin banyak kebaikannya,
seperti sabdanya (sebaik-baik
manusia adalah yang panjang
usia dan baik amalnya)
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
94
8.	 Kesabaran
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Sangat tahan dengan
kekurangan air dan angin
kencang
Sangat sabar dengan
berbagai godaan, cobaan
dan fitnah
9.	 Kekokohan
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Akarnya kokoh menghujam ke
tanah dan tingginya menjulang ke
langit
Akarnya berupa keimanan
yang kokoh menghujam
dalam hati dan cabangnya
menjulang ke langit
10. Manfaat
POHON KURMA SEORANG MUSLIM
Buah kurma merupakan buah
yang paling bermanfaat, dapat
dimakan langsung (ketika basah)
ataupun sudah kering, dapat
pula difermentasikan untuk
dibuat bahan campuran obat atau
minuman. Satu kilogram kurma
yang baik dapat menghasilkan
3000 kalori, seimbang dengan
energi yang dibutuhkan manusia
sepanjang hari. Buah ini
mengandung vitamin “A” yang
dapat membantui pertumbuhan
juga dapat mengobati
penyakit mata atau kulit, juga
mengandung vitamin “B” yang
dapat memperbaiki sitim syaraf.
Lidah seorang Muslim
tidak berbicara kecuali
bermanfaat, dan kita
temukan lidah seorang
Muslim selalu membaca
al-Qur’an dan hadits-hadits
Rasul, menasihati orang lain
dan terjauhkan dari ghibah,
mengucapkan perkataan
yang baik ditempat yang
sesuai, tidak berbicara
percuma dan tidak mencaci
orang lain, tidak mengutuk
dan tidak berkata kotor,
jauh dari kemunafikan,
tidak banyak berbantah-
bantahan dan selalu basah
dengan zikir kepada Allah.
Gerakan seorang Muslim
tidak memiliki aktivitas
kecuali yang membangun dan
niatnya ikhlas karena Allah.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
95
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang dapat
melakukan analisa seperti yang dilakukan oleh Najib Khalid
di atas, karena kemampuan orang dalam menangkap pesan-
pesan sangat tergantung kepada kecerdasannya, akan tetapi
tanpa melakukan analisa seperti yang dilakukan Najib Khalid
sekalipun perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah Saw
sangat bisa dipahami oleh umat manusia walaupun hanya
garis besarnya saja.
Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan oleh
Rasulullah Saw jika dimaknai dengan kesungguhan akan
banyak ditemukan kandung hikmah yang sangat dalam,
sehingga kalimat-kalimat singkat dan sederhana yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw tersebut mengandung
banyak makna tetapi dapat dicerna dengan baik oleh
siapapun yang mendengarkannya.
7.	 Mendidik dengan Nasihat
Nabi Muhammad Saw sering sekali kedatangan
masyarakat dari berbagai kalangan, mereka datang kepada
Nabi Muhammad Saw khusus untuk meminta nasehat
tentang berbagai hal, siapa saja yang datang untuk meminta
nasihat kepada Rasulullah Saw, beliau selalu memberikan
nasehat sesuai dengan permintaan, selanjutnya nasihat
tersebut dijadikan pegangan dan landasan dalam kehidupan
mereka.
Dari banyak peristiwa tentang pemberian nasihat Nabi
Muhammad Saw kepada yang meminta nasihat (seperti
tersebar dalam beberapa buku hadits), penulis kemukakan
beberapa contoh pembelajaran Nabi melalui nasihat antara
lain sebagai berikut:
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
96
a. Nasihat tentang menjaga amanat
Hadits riwayat Bukhari , Abu Dawud, At-Tirmizi dari
Abu Hurairah
َ‫ك‬
َ
‫ان‬
َ
‫خ‬
َ‫ن‬
‫م‬ ْ‫ن‬
ُ َ‫خ‬
‫ت‬‫ال‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ت‬
ْ
‫ائ‬
َ‫ن‬
‫م‬‫اِىل‬
َ
‫ة‬
َ
‫ان‬َ‫م‬
َ
‫اال‬ِ
ّ‫د‬
َ
‫ا‬
Tunaikan amanat itu untuk orang yang memberi
kepercayaan kepadamu dan jangan engkau khianat
terhadap orang yang telah berkhianat kepadamu.
Amanat adalah hak yang wajib dipelihara dan
disampaikan kepada yang berhak menerimanya,
memeliharaamanat buahdari iman, jika iman berkurang,
berkurang juga amanat, menunaikan amanat hukumnya
wajib. Sebaliknya khianat hukumnya haram sekalipun
terhadap yang menghianati kita, hal ini menunjukan
bahwa kita terlarang bekerjasama dengan cara saling
menghianati.(Ad-Damsyiki1,2003:69)BetapaRasulullah
Saw. memperhatikan persoalanamanah ini, hinggadalam
kesempatan lain beliau bersabda yang menegaskan
bahwa orang yang tidak melaksanakan amanah dengan
benar termasuk salah satu ciri orang munafik.
b. Nasihat tentang memelihara ucapan
Hadits riwayat Ibnu Asakirdari Sha’sha’ah bin Najiyah
ra.
‫ك‬
َ
‫ن‬‫ا‬ َ‫س‬ِ‫ل‬ َ‫يك‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ْ
‫ِك‬‫ل‬ْ‫م‬
َ
‫ا‬
	 Kendalikanlah lidahmu.
Nasihat ini diberikan kepada Haris, ketika Haris
bertanya perihal yang dapat memeliharanya, lalu Nabi
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
97
menjawab seperti bunyi hadits di atas. (ad-Damsyiki 1,
2003: 379). Lidah atau ucapan jika tidak dikendalikan
dengan baik bisa menjadi masalah dalam kehidupan
seseorang, sehingga hal ini termasuk yang sangat
diperhatikan oleh Rasulullah Saw. Dalam hadits yang lain
beliau Saw berpesan, jika kita tidak dapat berkata-kata
yang bermanfaat lebih baik diam. Artinya, hendaklah
setiap perkataan yang keluar dari mulut seseorang dapat
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, sehingga
dengan perkataannya itu ia terpelihara, sebaliknya orang
akan celaka jika tidak mampu menguasai lidahnya, sepeti
kata seorang bijak “lidahmu adalah hariamaumu yang
sewaktu-waktu siap menerkam dirimu sendiri”.
c. Nasihat tentang kesadaran akan dosa
Hadits riwayat at-Turmuzi dari Uqbah bin Amir
َ‫ك‬ِ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ط‬
َ
‫خ‬‫ىلع‬ ِ‫ك‬ُ‫واب‬ َ‫ك‬ُ‫يت‬َ‫ب‬ َ‫ك‬ْ‫ع‬ َ‫س‬َ‫لي‬َ‫و‬ َ‫ك‬
َ
‫ان‬ َ‫س‬ِ‫ل‬ َ‫يك‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ ْ
‫ِك‬‫ل‬ْ‫م‬
َ
‫ا‬
Kuasailah lidahmu, lapangkanlah rumahmu, dan
menangislah atas kesalahanmu.
Nasihat ini diberikan oleh Rasulullah Saw kepada
Uqbah bin Amir ketika ia bertanya tentang arti
keselamatan,laluNabiMuhammadSawmenjawabseperti
haditsdiatas. Menguasai lidah berarti mengendalikannya
sehingga tidak membawa kepada kecelakaan, menjauhi
fitnah dan menangis penuh penyesalan karena dosa yang
dilakukan, karena Allah Swt menyukai orang-orang yang
bertaubat. (Ad-Damsyiki 1, 2003: 378).
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
98
d. Nasihat tentang budi pekerti
Hadits riwayat At-Tabrani dari Mu’adz bin Jabal
‫ا‬ً‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫د‬ ْ
‫م‬ُ ُ‫ه‬
‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬
‫َأ‬
�‫ا‬
ً
‫لق‬
ُ
‫خ‬ ِ
‫اس‬َّ‫الن‬ َ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬
‫أ‬
� َّ‫ن‬‫ِإ‬�
َ
‫ف‬ ِ‫ق‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫اخل‬ ِ‫سن‬ُ
ِ‫ح‬
‫ب‬ َ‫يك‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
Hendaklah kamu berbudi perkerti baik sebab orang
yang paling bagus akhlaknya adalah mereka yang paling
bagus agamanya.
Nasihat Rasulullah Saw di atas menggambarkan
seberapa jauh hubungan antara pelaksanaan ibadah
seseorang dengan akhlak yang bersangkutan. Tidak
mungkin seseorang dapat memiliki budi pekerti yang
baik jika ia bukan sebagai seorang yang taat beragama,
jika kita melihat seseorang yang tampak baik padahal
ia bukan seorang yang taat beragama sesungguhnya
kebaikan itu adalah semu. Dengan kata lain baik
buruknya akhlak seseorang tergantung sejauh mana ia
mampu menjalankan ajaran agamanya.
e. Nasihat tentang berbicara
Hadits riwayat as-Syirary dari Jabir
ُ‫ان‬ َ‫يط‬
َّ
‫الش‬ ُ ُ‫م‬
‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫و‬ْ َ‫ه‬
‫ت‬ ْ‫س‬َ‫والي‬ ِ
‫م‬
َ َ‫ال‬
‫ِالك‬‫ة‬
َّ
‫ل‬ِ‫ق‬ِ‫ب‬
ُ‫م‬
‫يك‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
ِ‫ان‬ َ‫يط‬
َّ
‫الش‬ ِ‫ق‬ِ‫ئ‬‫ا‬
َ
‫ق‬
َ
‫ش‬‫نم‬ ِ
‫م‬
َ‫ال‬
‫الك‬ َ
‫يق‬ِ‫ق‬
ْ
‫ش‬
َ
‫ت‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�
َ
‫ف‬
Hendaklah kau sedikit bicara dan jangan menurutkan
kehendak syetan sebab orang yang berbelit-belit bicara
termasuk saudara kandung syetan.
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
99
Banyak di antara manusia yang bisa berubah
perilakunya dari yang kurang baik kepada perilaku
yang lebih baik hanya karena ia mendengarkan nasihat,
apalagi nasihat tersebut ia minta niscaya akan benar-
benar dipedomani. Jika diamanati nasihat-nasihat
Rasulullah Saw di atas sangat pendek dan ringkas namun
menunjukkan kelugasan, sehingga penerima nasihat
tidak perlu menafsirkan ucapan-ucapan Rasulullah Saw
tersebut. Kalimatnya pendek namun jelas tertuju kepada
suatu masalah, seperti masalah pentingnya menjaga
amanat, masalah bagaimana berbicara yang baik,
masalah budi pekerti, masalah penyadaran akan dosa-
dosa, semua disampaikan oleh Rasulullah Saw dengan
tidak bertele-tele.
8.	 Mendidik dengan Cara Memukul
Dalam hal tertentu, khususnya untuk membiasakan
mengerjakan shalat bagi setiap Muslim sejak dini, Rasulullah
Saw menganjurkan kepada setiap orangtua untuk menyuruh
(dengan kata-kata) kepada setiap anaknya, ketika mereka
berusia tujuh tahun agar mau melaksanakan ibadah shalat,
selanjutnya Rasulullah Saw menganjurkan jika anak pada
usia sepuluh tahun belum mau melaksanakan shalat maka
pukullah ia.
Perintah memukul ini mengandung makna yang sangat
dalam, mengingat Rasulullah Saw sendiri dalam kontek
pendidikan, tidak pernah memukul (dengan tangan) selama
hidupnya. Perintah ini hanyalah menunjukan ketegasan
Rasulullah Saw untuk menanamkan kebiasaan positif yang
harus dimulai sejak anak-anak.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
100
Hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Amir ibn
Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata;
ْ ُ‫م‬
‫ه‬ ُ‫و‬
‫ب‬ِْ‫ر‬
‫واض‬ َ‫ني‬ِ‫ن‬ ِ‫س‬ ِ‫ع‬ْ‫ب‬ َ‫س‬ِ‫ل‬ ِ‫ة‬‫ال‬ ّ‫لص‬ِ‫ا‬‫ب‬ ْ ُ‫م‬
‫ك‬َ‫الد‬ْ‫و‬
َ
‫اا‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫م‬.‫م‬.‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬‫قال‬
.ِ‫ع‬ِ‫ج‬‫ا‬
َ
‫ض‬َ‫فىالم‬‫م‬ُ َ‫ه‬
‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬ْ‫و‬
ُ
‫ق‬ِّ‫ر‬
َ
‫ف‬َ‫و‬ َ ْ‫ِين‬‫ن‬ ِ‫س‬ِْ‫سر‬
َ‫لع‬ِ‫ا‬ ْ‫يه‬َ
‫ل‬َ‫ع‬
Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di kala
mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena
mereka tidak mengerjakannya di kala mereka berumur 10
tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya.
Memukul dalam hal ini tidak dilandasi oleh emosional
dan kemarahan, tetapi sebaliknya memukul dalam konteks
haditsdiatas harusdilandasidengan kasihsayang, keikhlasan
dan dengan tujuan semata-mata karena Allah Swt. Dalam
peristiwa yang lain (bukan dalam hal shalat) Rasulullah
Saw bersabda; bahwa sebaiknya pukulan itu dilakukan tidak
berkali-kali, bahkan cukup satu kali saja. Hadits riwayat
Bukhari dari Anas bin Malik ra: “… Sesungguhnya kesabaran
itu ketika pukulan pertama”.
Rasulullah Saw sangat berhati-hati dalam setiap
perkataannya, sehingga setiap orang yang mendengarkan
sabdanya tidak salah dalam menafsirkan, dalam persoalan
“memukul” Rasulullah Saw membedakan antara pukulan
dengan maksud pendidikan shalat (seperti hadits di atas)
dengan pukulan pada hukuman yang memang seharusnya
dilakukan, seperti dalam hadits riwayat Bukhari Muslim dari
Abu Burdah ra, bahwa Nabi bersabda:
ِ‫هللا‬ِ‫د‬ْ‫و‬ُ‫د‬ُ‫ح‬‫نم‬ ِ
ّ‫د‬َ‫ح‬‫ىف‬
ّ
‫ال‬‫إ‬� ِ
‫ات‬ َ‫د‬
َ
‫ل‬َ‫ج‬ ِْ‫ر‬
‫ش‬َ‫ع‬
َ
‫ق‬ْ‫و‬
َ
‫ف‬ ُ‫د‬
َ
‫ل‬ْ ُ‫ج‬
‫والي‬
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
101
Tidak boleh dipukul dari sepuluh kali kecuali dalam had
yang telah ditentukan hukum had oleh Allah Saw.
Rasulullah Saw tidak bermaksud “memukul” untuk
menyakiti, karenanya beliau tidak memperkenankan
memukul di bagian-bagian vital seperti muka, kepala dan
dada. Sikap Rasulullah Saw ini terbukti ketika dalam sebuah
peristiwa perang terjadi perkelahian yang saling memukul
muka (pipi), Rasulullah Saw sangat khawatir dengan
pemandangan itu kemudian bersabda:
ِ‫ل‬ْ‫ح‬
َ
‫الف‬ ِ‫م‬
ْ
‫ض‬
ُ
‫ف‬
َ
‫ك‬‫ها‬َ‫م‬ِ‫ض‬
ْ
‫ق‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬‫ىف‬ُ‫ه‬ َ‫د‬َ‫ي‬
ُ
‫ع‬ َ‫د‬
َ
‫ت‬
َ
‫ا‬
Apakah kau biarkan tangannya dimulutmu dan kau
pecahkan dia seperti memecahkan kepala binatang. (HR. at-
Thahawi dadi ‘Atha dari Shafwan bin Ya’la bin Umayah)
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
perintah “memukul” hanya dalam masalah shalat, hal ini
menggambarkan bahwa shalat adalah salah satu ibadah
yang paling pokok dan tidak boleh diabaikan seperti juga
sabda beliau bahwa: Shalat itu merupakan tiang agama,
barang siapa yang telah mendirikan shalat maka ia telah
mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan
shalat maka ia telah menghacurkan agama. Di sisi lain hal
ini juga menggambarkan ketegasan Rasulullah Saw dalam
menerapkan kebiasan beribadah sejak dini.
Dari beberapa ucapan Rasulullah Saw berkenaan dengan
“memukul”, dapat juga dimaknai bahwa sesungguhnya
Rasulullah Saw tidak menghendaki pemukulan itu terjadi
pada diri anak, ucapan ini hanyalah merupakan ancaman,
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
102
karena dalam konteks pendidikan ada tipe anak yang
memerlukan ancaman agar dapat melaksanakan perintah
tentang kebenaran. Rasulullah Saw adalah sosok manusia
yang tegas dalam kata-kata dan lembut dalam perbuatan,
walaupun ia menyuruh memukul, di sisi lain tidakditemukan
bukti-bukti bahwa Rasulullah Saw pernah melakukan
pemukulan terhadap peserta didiknya. Bukti-bukti yang ada
justru menerangkan betapa Rasulullah Saw memiliki prilaku
yang lemah lembut dan dengan cara-cara yang baik dalam
menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Jangankan pemukulan
yang melukai, menyinggung perasaan dengan kata-kata saja
ia tidak pernah melakukannya.
9.	 Menjawab Pertanyaan Sesuai dengan Kebutuhan
dan Kondisai
Dalam proses pendidikan dan pengajaran baik formal
maupun non formal, senantiasa ada pertanyaan-pertanyaan
yang membutuhkan jawaban, bagi seorang guru menjawab
pertanyaan setiap pertanyaan yang diajukan oleh muridnya
merupakan suatu kewajiban, demikian halnya dengan
orang tua di rumah yang harus selalu siap untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak-anaknya.
Menjawab sebuah pertanyaan, tentu saja harus sesuai
dengan maksud pertanyaan, oleh karenannya selain seorang
guru harus memiliki pengetahuan yang luas, ia juga dituntut
untuk menggunakan strategi yang tepat dalam menjawab
pertanyaan tersebut, seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh para sahabat.
Terhadap sebuah pertanyaan yang sama tetapi diajukan
oleh beberapa orang yang berbeda, Rasulullah Saw tidak
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
103
memberikan jawaban yang sama, jawaban terhadap
pertanyaan tersebutdisesuaikandengan karakterdan kondisi
si penanya serta kondisi lingkungan pada saat pertanyaan itu
diajukan.
Suatu ketika Rasulullah ditanya oleh Abdullah bin
Mas’ud:
“Amal perbuatan apa yang paling disenangi Allah Swt.?”
Rasulullah menjawab:” )‫وقهتا‬ ‫ىلع‬ ‫(الصالة‬ : Shalat pada
waktunya”.
“Kemudian apa lagi?” lanjut Abdullah bin Mas’ud.
Rasulullah menjawab: “(‫ني‬‫الوالد‬‫(رب‬: Berbakti kepada kedua
orangtua.” “Kemudian apa lagi?” lanjut Abdullah bin Mas’ud.
Rasulullah menjawab: “( ‫اللة‬ ‫سبيل‬ ‫يف‬ ‫اجلهاد‬ (: “Jihad di jalan
Allah”. (HR. Bukhari Muslim)
Seorang laki-laki dari Khats’am berkata bahwa ia
menjumpai Rasulullah Saw, Kemudian ia bertanya:
“ Wahai Rasulullah, amal perbuatan apa yang pakling
disukai oleh Allah Swt.?
Beliau menjawab: “( ‫ابهلل‬ ‫ميان‬ ‫اال‬ ) : beriman kepada Allah
Swt.”
Dia kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, kemudian apa
lagi?”
Beliau menjawab: “(‫الرمح‬‫)صلة‬ “menyambung silaturahmi.”
Dia kembali bertanya,”Wahai Rasulullah kemudian apa?”
Beliau menjawab ( ‫المنكر‬ ‫نع‬ ‫والهني‬ ‫ابلمعرف‬ ‫االمر‬ ‫مث‬ ): memuadian
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada
kemunkaran” (HR. Bukhari).
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
104
Dari Abu Hurairah r.a, katanyaadaorang bertanya kepada
Rasulullah:
	 “Apakah amal yang paling utama?”
Beliau menjawab: “(‫هللا‬‫ورسول‬‫هلل‬‫اب‬‫)اميان‬: percaya kepada Allah
dan rasul-Nya”.
Ia kembali bertanya, “Sesudah itu apa lagi?”
Beliau menjawab: ( ‫هللا‬‫سبيل‬‫يف‬‫اجلهاد‬ ) “jihad (berusaha keras
atau berjuang) di jalan Allah.”
Ia kembai bertanya, “Sesudah itu apa lagi ya, Rasulullah?”
Beliau menjawab: “(‫ر‬‫مربو‬‫)جح‬: haji yang mabrur.”
Contoh kedua, ketika Rasulullah Sawmemberikan
jawaban terhadap masalah keutamaan seorang Muslim.
Dari Abu Musa, mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, orang
muslim yang bagaimanakah yang paling utama?”
Beliau menjawab: “(‫ويده‬‫لسانه‬‫نم‬ َ
‫المسلم‬ َ
‫لم‬ َ
‫س‬ ْ َ‫ن‬
‫م‬ ): yaitu orang
yang tidak melukai kaum muslimin dengan lidah dan
tangannya.”
Sedangkan dari Abdullah bin Umar, seorang laki-laki
bertanya kepada Nabi Saw.: “Ya Rasulullah orang muslim
yang bagaimanakah yang paling baik?
Beliau menjawab: “(
ْ
‫عرف‬
َ
‫ت‬ ‫مل‬ ‫ونم‬ َ
‫عرفت‬ ‫نم‬ ‫ىلع‬ ‫السالم‬
‫أ‬
�‫تقر‬َ‫و‬ ُ
‫الطعام‬ ُ‫عم‬ ْ
‫ط‬
ُ
‫ت‬
): yaitu memberi makan (manusia) dan mengucapkan salam
kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau
kenal.” (HR.Bukhari)
Untuk jawaban kepada orang pertama Rasulullah Saw
menyarankan untuk tidak menyakiti orang lain baik dengan
perkataan maupun dengan perbuatan, hal ini disebabkan
olehkekhawatiranRasulullahSawbahwaorangyang bertanya
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
105
akan menyakiti orang lain, sedangkan kepada penanya kedua
Rasulullah Saw menyarankan untuk memberi makan orang
dan mengucapkan salam, hal ini beliau lakukan mengingat
dua hal tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak pada
saat itu, karena masyarakat sedang berada dalam kesulitan
dan kemiskinan dan juga untuk mempererat ikatan batin
diantara mereka. (Qardhawi; 1997: 243).
Kondisi (keadaan) seseorang juga merupakan hal yang
sangatdiperhatikanolehRasulullah.Terhadappertanyaanyang
sama dan tempat serta waktu sama Rasulullah memberikan
jawaban yang berbeda disebabkan karena kondisi seseorang.
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Abdullah bin ‘Amru bin
‘Ash, ia berkata bahwa ketika ia bersama Nabi Saw. Datang
seorang pemuda dan bertanya, wahai Rasulullah, bolehkan
saya mencium istri saya sedangkan saya dalam keadaan
puasa? Beliau menjawab (‫)ال‬ “tidak boleh”, kemudian datang
seorang tua dan bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah saya
mencium istri saya sedangkan saya dalam keadaan puasa?
Beliau menjawab (‫)نعم‬ “ boleh”. Maka kedua orang tadi
(pemuda dan si tua) saling padang satu sama lain (dengan
heran), melihat itu Rasulullah menjelaskan (‫ستيح‬
َ
‫ت‬‫رجل‬‫نم‬‫تيح‬ ْ
‫س‬
‫َأ‬
�‫ال‬
‫أ‬
�
ُ
‫ءكة‬ ‫المال‬ ‫)منه‬ “Aku memahami mengapa kalian saling pandang
memandang. Karena orang yang sudah tua dapat menguasai
nafsunya”
Pemberian nasihat Rasulullah Saw seperti yang
dikemukakan di atas, tentu saja dilakukan kepada
perseorangan dan mungkin dalam waktu yang berbeda-
beda, karena tidak mungkin hal ini dilakukan dalam keadaan
jamaah sedang berkumpul dalam suatu majlis, sebab jika
jawaban berbeda-beda terhadap pertanyaan serupa yang
diajukan oleh orang yang bebeda dalam suatu majlis akan
menyebabkan kebingungan bagi penanya.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
106
Dari cara-cara Nabi Muhammad Saw menjawab
pertanyaan seperti contoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa Nabi Muhammad Saw dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang muncul sangat memperhatikan beberapa
hal antara lain, kebutuhan si penanya, kecerdasan sipenanya,
suasana dan kondisi serta latar belakang munculnya sebuah
pertanyaan tersebut, dan ketika Nabi menjawab pertanyaan
ada target tertentu yang akan dicapai terhadap si penanya.
10.	 Menjawab Pertanyaan Sesuai dengan Kebutuhan
dan Kondisi
Setiap manusia dipastikan memiliki karakter yang
berbeda, penduduk sebuah negeri tentu beda karakternya
dengan penduduk negeri yang lain, perbedaan karakter
yang dimiliki oleh setiap individu maupun kelompok
sangat diperhatikan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw
memperlakukan orang-orang Arab yang datang dari dusun
tidak sama dengan perlakukan beliau dengan shabat sahabat
beliau yang dididik oleh beliau sendidiri. Beliau juga
berusaha berbaik-baik terhadap orang yang masuk Islam,
karena daerahnya dikalahkan oleh umat Islam, dan kepada
kepala-kepala suku (dengan memberikan sebagian zakat
kepada mereka), Jika Rasulullah Saw mendapat tamu seorang
tokoh suatu suku, maka beliau akan menghormatinya.
Jika Rasulullah Saw menghadapi orang bodoh atau jahat,
maka beliau berusaha berbaik-baik kepadanya, dengan
senyuman atau berbicara yang baik-baik tanpa berdusta
atau memuji tanpa kebenaran, untuk menarik hatinya dan
menghindarakan diri dari kejahatan. (Qardawi,1997: 244).
Para sahabatpun, beliau perlakukan sesuai dengan
perangai masing masing, seperti terdapat dalam hadits yang
Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
107
diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushili dari Ibnu Umar r.a.,
bahwa suatu ketika Rasulullah Saw berada di tengah-tengah
kami, beliau duduk dan ‘Aisyah duduk di belakangnya, ketika
itu Abu Bakar minta izin masuk, lalu masuk. Kemudian
Umar minta izin pula, lalu dia masuk, kemudian Usman
bin Affan izin masuk, lalu masuk. Di saat Usman masuk
Rasulullah segera menarik baju beliau sehingga menutupi
lutut beliau, setelah lutut Rasulullah tertutup, beliau
bersabda kepada istrinya agar meninggalkan beliau, maka
mereka melanjutkan pembicaraannya. Setelah mereka
bubar ‘Aisyah bertanya: ”Wahai Rasulullah, ketika sahabat-
sahabatmu masuk, engkau tidak memperbaiki letak bajumu
dan tidak menyuruhku keluar, tetapi setelah Usman masuk
engkau tutup lututmu dan menyuruhku keluar?” Kemudian
Rasulullah menjawab () ‫ورسوله‬ ‫هللا‬ ‫نم‬ ‫تستىح‬ ‫امك‬ َ‫عامثن‬ ‫نم‬ ‫ىح‬َ‫ست‬
َ
‫ت‬ َ‫المالءكه‬ ّ‫ان‬
“Sesungguhnya malaikat itu malu pada Usman, sebagai mana
dia malu kepada Allah dan rasul-Nya”. Selanjutnya beliau
menjelaskan; seandainya dia masuk, padahal engkau masih
berada di dekatku, dia tak akan mengangkat kepalanya dan ia
tidak akan bicara sepatahpun sampai ia keluar (ad-Damsyiqi
(2), 2002: 23). Hadits senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
dari Ibnu Abbas ra. (lihat Ad-Damsyiqi (2): 222).
Dari peristiwa Usman di atas tampak sekali bahwa
Rasulullah Saw sangat memahami karakter seseorang,
kemudian beliau berperilaku sesuai dengan karakter orang
tersebut, sehingga setiap orang yang berinteraksi dengan
beliau merasa dihormati dan dihargai, hal ini sangat
berpengaruh kepada jiwa seseorang, apabila ia sudah
merasa tersanjung maka dengan sendirinya siap mental
untuk menerima setiap nasihat dan pengajaran yang diakan
diberikan.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
108
Bab II: Metode Pendidikan Islam
109
BAB II
METODE PENDIDIKAN ISLAM
A.	 Pengertian Metode Pendidikan Islam
Salah satu komponen penting untuk mencapai
keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan adalah
ketepatan menentukan metode, sebab tidak mungkin materi
pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan
dengan metode yang tepat. Metode diibaratkan sebagai
alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian
tujuan, tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan
dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan
belajar-mengajar menuju tujuan pendidikan.
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa
Yunani “metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu
“metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos”
yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. (M. Arifin;1996-61). Jika
metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat
membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan
pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
110
dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami, selain itu
metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami,
menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. (Nata,
2001: 91)
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode
merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu
polipragmatis dan mono pragmatis. (Ramayulis; 2002: 155).
Polipragmatis bilamana metode mengandung kegunaan
yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada
suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun
dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si
pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari
metode sebagai alat, sebaliknya monopragmatis bilamana
metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu
macam tujuan. Penggunaan mengandung implikasi bersifat
konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi
sasarannya mengingat sasaran metode adalah manusia,
sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam
penerapannya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi
penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar,
sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh
karena itu metode yang diterapkan oleh seorang guru, baru
berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia
mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan eksrinsik sejalan
dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai
untuk merealisasikan nilai nilai ideal yang terkandung dalam
tujuan pendidkan Islam. (Arifin, 1996: 197).
Bab II: Metode Pendidikan Islam
111
Dari rumusan-rumusan di atas dapat dimaknai bahwa
metode pendidikan Islam adalah berbagai macam cara
yang digunakan oleh pendidik agar tujuan pendidikan
dapat tercapai, karena metode pendidikan hanyalah
merupakan salah satu aspek dari pembelajaran, maka dalam
menentukan metode apa yang akan digunakan, harus selalu
mempertimbangkan aspek-aspek lain dari pembelajaran,
seperti karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu.
B.	 Prinsip Metode Pendidikan Islam
Agar proses pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan
pendidikan Islam, seorang pendidik dalam meggunakan
metodenya harus berpegang kepada prinsip-prinsip yang
mampu mengarahkan kepada tujuan tersebut. Dengan
berpegang kepada prinsip-prinsipyang akan dikemukakan di
bawah ini, seorang pendidikdiharapkan mampu menerapkan
metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.
Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud, yaitu
berlandaskan kepada ayat-ayat al-Qur’an dan hadits, yang
oleh M. Arifin ditemukan terdapat sembilan (9) prinsip, yang
menurutnya harus dipedomani dalam menggunakan metode
pendidikan Islam (M. Arifin, 1996: 199) yaitu:
1. Prinsip Memberikan Suasana Kegembiraan
Prinsip ini berdasarkan QS. al-Baqarah; 185
…َ ْ‫ُسر‬‫ع‬
ْ
‫ال‬ ُ ُ‫م‬
‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫يد‬ُِ‫ر‬
‫ي‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫و‬ َ ْ‫ُسر‬‫ي‬
ْ
‫ال‬ ُ ُ‫م‬
‫ك‬ِ‫ب‬ ُ َّ‫للاه‬ ُ‫يد‬ُِ‫ر‬
‫…ي‬
“… Allah menghendaki kamu kemudahan dan tidak
menghendaki kamu mendapat kesukaran …”
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
112
Dan juga berdasarkan QS. al-Baqarah; 25
‫م‬‫ي‬ِ‫ر‬
ْ َ‫ج‬
‫ت‬ ٍ
‫ات‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ َّ‫ن‬
‫َأ‬
� ِ
‫ات‬
َ
ِ‫ح‬‫ال‬ َّ‫الص‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ل‬َِ‫م‬
‫ع‬َ‫و‬
ْ
‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬
‫آ‬
�‫ني‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬ِِ‫ر‬
ّ
‫ش‬َ‫ب‬َ‫و‬
‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬‫ا‬
َ
‫ـذ‬َ‫ه‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬
ً
‫قا‬ْ‫ز‬ِّ‫ر‬ٍ‫ة‬َ‫ر‬َ َ‫م‬
‫ث‬ ِ‫ن‬
‫م‬‫ا‬َ ْ‫ه‬
‫ِن‬‫م‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ق‬ِ‫ز‬ُ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬
َّ ُ‫ل‬
‫ك‬ ُ‫ار‬َ ْ‫ه‬
‫ن‬
‫َأ‬
‫ال‬ ‫ا‬َ ِ‫ه‬
‫ت‬
ْ َ‫ح‬
‫ت‬
ْ ُ‫م‬
‫ه‬َ‫و‬
ٌ
‫ة‬َ‫ر‬َّ‫ه‬ َ‫ط‬ُّ‫م‬
ٌ
‫اج‬َ‫و‬ْ‫ز‬
‫َأ‬
�‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
ً
‫ا‬ ِ‫به‬‫ا‬
َ
‫ش‬َ‫ت‬ُ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬
ْ
‫ا‬
ُ‫و‬
‫ت‬
‫ُأ‬
�َ‫و‬
ُ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ِ‫ن‬
‫م‬‫ا‬َ‫ن‬
ْ
‫ق‬ِ‫ز‬ُ‫ر‬
َ‫ون‬ُ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬
َ
‫خ‬‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬
Artinya: Dan sampaikanlah berita gembira kepada
merekayangberimandanberbuatbaik,bahwabagimereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya
ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
2.	
Prinsip Memberikan Layanan dengan Lemah
Lembut
Firman Allah dalam QS. Ali Imran; 159 yaitu:
ْ
‫وا‬
ُّ
‫ض‬
َ
‫نف‬
َ
‫ال‬ ِ
‫ب‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ َ
‫ِيظ‬‫ل‬
َ
‫غ‬ ‫ا‬
ًّ
‫ظ‬
َ
‫ف‬ َ
‫نت‬
ُ
‫ك‬ ْ‫و‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ َ
‫نت‬ِ‫ل‬ِّ‫للاه‬ َ ِ‫ن‬ّ
‫م‬ ٍ‫ة‬َ ْ‫م‬
‫ح‬َ‫ر‬ َ‫مِا‬
‫ب‬
َ
‫ف‬
‫ا‬
َ
‫ذ‬‫ِإ‬�
َ
‫ف‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬
‫َأ‬
‫ال‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ْ ُ‫م‬
‫ه‬ْ‫ر‬ِ‫او‬
َ
‫ش‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬َ‫ت‬ ْ
‫اس‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ُ ْ‫ه‬
‫ن‬َ‫ع‬
ُ
‫ف‬ْ‫اع‬
َ
‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ ْ ِ‫ن‬
‫م‬
َ‫ني‬ِِ‫ل‬
ّ
‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُّ
‫ب‬ُِ‫ح‬
‫ي‬َ ّ‫للاه‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�ِّ‫للاه‬
َ‫لَى‬
‫ع‬
ْ َّ‫ل‬
‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬ َ
‫ت‬ْ‫م‬َ‫ز‬َ‫ع‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
Bab II: Metode Pendidikan Islam
113
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka.
3.	 Prinsip Kebermaknaan
Berdasarkan Sabda Rasulullah Saw
ْ
‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ‫و‬
ُ
‫ق‬ُ‫ع‬ِ‫ر‬ ْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ‫ىل‬
‫ع‬ َ
‫اس‬َّ‫االن‬ْ‫و‬ُ‫ب‬ِ‫ط‬‫ا‬
َ
‫خ‬
“Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan
kadar kemampuan akal pikiran mereka“.
4.	 Prinsip Prasyarat
Untuk menarik minat manusia didik diperlukan
mukadimah dalam langkah-langkah mengajar bahan-
bahan pelajaran yang baru yang dapat memadukan
perhatian dan minat mereka ke arah bahan tersebut. Di
dalam al-Qur’an terdapat cara-cara Allah dalam menarik
perhatian (prasyarat) kepada manusia. Dalam beberapa
surat Allah memulai firmannya dengan maksud menarik
perhatian, seperti dalam kata ‫امل‬ (pangkal surat al-
Baqarah, ‫ن‬(pangkal surat al-Qalam), ‫كهيعص‬ (pangkal surat
Maryam) dan juga terdapat dalam pangkal surat-surat
yang lain.
5.	 Prinsip Komunikasi Terbuka
Guru mendorong manusiadidik untuk membukadiri
terhadap segala hal atau bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya
menjadi bahan persepsi dalam pikirannya. Dalam al-
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
114
Qur’an banyak ayat yang mendorong manusia untuk
membuka hati dan pikirannya, perasaan, pendengaran
dan penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang
difirmankan Allah kepada mereka, sehingga apa yang
mereka serap sebagai pesan-pesan itu akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Firman Allah
dalam QS. al-A’raf; 179:
َ‫ر‬ْ‫ج‬
‫َأ‬
� ُ‫يع‬ِ‫ض‬
ُ
‫ن‬
َ
‫ال‬ َّ‫ا‬‫ن‬‫ِإ‬�
َ
‫ة‬
َ
‫ال‬ َّ‫الص‬
ْ
‫وا‬ُ‫ام‬
َ
‫ق‬
‫َأ‬
�َ‫و‬ ِ
‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬
ْ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ون‬
ُ
‫ك‬ َّ‫س‬َ ُ‫يم‬ َ‫ني‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬َ‫و‬
َ‫ني‬ِ‫ح‬ِ‫ل‬ ْ‫ص‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka memunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untukmemahami(ayat-ayatAllah)danmerekamemunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai.
6.	 Prinsip Pemberian Pengetahuan Baru
Manusiadidik ditarik minatdan perhatiannya kepada
bahan-bahan pengetahuanyang baru bagi mereka, dalam
Islam terdapat prinsip pembaharuan dalam belajar, baik
tentang fenomena alamiah maupun fenomena yang
terdapat dalam diri mereka sendiri. Ayat berikut ini
benar-benar dapat membangkitkan semangat manusia
untuk memepelajari unsur-unsur baru yang ada disekitar
Bab II: Metode Pendidikan Islam
115
manusia. Firman Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 164:
ِ‫ك‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ر‬‫ا‬َ َّ‫ه‬
‫الن‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬
َّ
‫الل‬ ِ
‫ف‬
َ
‫تِال‬
ْ
‫اخ‬َ‫و‬ ِ
‫ض‬ْ‫ر‬
‫َأ‬
‫ال‬َ‫و‬ ِ
‫ات‬َ‫او‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ ِ‫ق‬
ْ
‫ل‬
َ
‫خ‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�
‫م‬‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ َ ِ‫ن‬
‫م‬ ُ ّ‫للاه‬ َ
‫ل‬َ‫زن‬
‫َأ‬
�‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ
‫اس‬َّ‫الن‬ ُ‫ع‬
َ
‫نف‬َ‫ي‬‫ا‬َ
ِ‫م‬
‫ب‬ ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ب‬
ْ
‫ال‬ ِ‫ي‬
‫ف‬‫ي‬ِ‫ر‬
ْ َ‫ج‬
‫ت‬ ِ‫ي‬
‫ت‬
َّ
‫ال‬
ِ
‫يف‬ِْ‫ر‬
‫ص‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َّ‫ب‬
‫آ‬
�َ‫د‬ ِ
ّ ُ‫ل‬
‫ك‬ ِ‫ن‬
‫م‬‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َّ
‫ث‬َ‫ب‬َ‫و‬‫ا‬َ ِ‫ه‬
‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬
َ
‫ض‬ْ‫ر‬
‫أ‬
‫ال‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ح‬
‫َأ‬
�
َ
‫ف‬‫اء‬َّ‫م‬
ٍ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ِ
ّ
‫ل‬ ٍ
‫ت‬ َ‫ا‬‫ي‬
‫آ‬
‫ل‬ ِ
‫ض‬ْ‫ر‬
‫َأ‬
‫ال‬َ‫و‬ ‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ َ ْ‫ين‬َ‫ب‬ ِ‫ر‬ِ
ّ
‫خ‬ َ‫س‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ِ
‫اب‬َ‫ح‬ َّ‫الس‬َ‫و‬ ِ
‫ح‬ َ‫ا‬‫ي‬ِّ‫الر‬
َ‫ون‬
ُ
‫ل‬ِ‫ق‬ْ‫ع‬َ‫ي‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-
tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan”.
7.	 Prinsip Memberikan Model Prilaku yang Baik
Manusia didik dapat memperoleh contoh bagi
perilakunyamelalui pengamatandanpeniruanyang tepat
guna dalam proses belajar mengajar, seperti terdapat
dalam QS. al-Ahzab; 21
َ
‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬َ َّ‫للاه‬‫و‬ُ‫ج‬ْ َ‫ر‬
‫ي‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬‫ن‬َ‫م‬ِ
ّ
‫ل‬
ٌ
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬
ٌ
‫ة‬َ‫و‬ ْ
‫س‬
‫ُأ‬
�َِّ‫للاه‬ ِ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ْ ُ‫م‬
‫ك‬
َ
‫ل‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
ً
‫ريا‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬َ َّ‫للاه‬ َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ر‬ِ‫خ‬
‫آ‬ ْ
‫ال‬
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
116
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
8.	 Prinsip Pengamalan Secara Aktif
Mendorong manusia didik untuk mengamalkan
segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses
belajar mengajar, atau pengamalan dari keyakinan
dan sikap yang mereka hayati dan pahami sehingga
benar-benar nilai-nilai yang telah ditransformasikan
atau diinternalisasikan ke dalam diri manuisia didik
menghasilkan buah yang bermanfaat bagi diri manusia
dan masyarakat sekitar. Firman Allah dalam QS. as-Shaff
; 2-3):
َِّ‫للاه‬ َ‫ند‬ِ‫ع‬‫ا‬ً‫ت‬
ْ
‫ق‬َ‫م‬ َ ُ‫ر‬
‫ب‬
َ
‫ك‬)2( َ‫ون‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ون‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬ َ ِ‫م‬
‫ل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬
َ‫آ‬
� َ‫ني‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬‫ا‬َ ُّ‫ه‬
‫ي‬
‫َأ‬
� َ‫ا‬‫ي‬
َ‫ون‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫وا‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬‫ن‬
‫َأ‬
�
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa
kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
9.	 Prinsip Kasih Sayang
Firman Allah dalam QS. al-Anbiya; 107
َ‫ني‬ِ‫م‬
َ
‫ال‬َ‫ع‬
ْ
‫ل‬ِ‫ل‬
ً
‫ة‬َ ْ‫م‬
‫ح‬َ‫ر‬
َّ‫ا‬
‫ل‬‫ِإ‬� َ
‫اك‬َ‫ن‬
ْ
‫ل‬ َ
‫س‬ْ‫ر‬
‫َأ‬
�‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
Bab II: Metode Pendidikan Islam
117
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Firman Allah dalam QS. an-Nahl ayat 125
َ ِ‫ي‬
‫ه‬ ِ‫ي‬
‫ت‬
َّ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ْ
‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ل‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫و‬ ِ‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬
َ ْ‫ح‬
‫ال‬ ِ‫ة‬
َ
‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬
َ ْ‫م‬
‫ك‬ِْ‫ح‬‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ك‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫يل‬ِ‫ب‬ َ
‫س‬
َ‫ى‬
‫ل‬‫ِإ‬�
ُ
‫ع‬ْ‫اد‬
َ‫ني‬ِ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ه‬ُ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
� َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ
‫س‬ ْ َ‫ن‬
‫ع‬
َّ
‫ل‬
َ
‫ض‬ ْ‫ن‬َ
ِ‫م‬
‫ب‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬
‫َأ‬
�َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� ُ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬
‫َأ‬
�
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk “.
Selain 9 prinsip di atas, Syahidin menggali
prinsip metode pendidikan Islam dari al-Qur’an, dan
menemekannya ada empat prinsip metode pendidikan
Islam (Syahidin,1999; 55), yaitu:
1.	 Prinsip Kasih Sayang
Esensi al-Qur’an tentang pendidikan seluruhnya
diwarnai oleh prinsip kasih sayang yang merupakan
implementasi firman Allah dalam QS. As-Sajadah ayat 9.
kasih sayang menjadi dasar yang kokoh bagi komunikasi
pendidikan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
118
2.	 Prinsip Keterbukaan
Prinsip ini lahir dari pertimbangan bahwa kualitas
manusiaterletakpadakontekshubungandenganmanusia
lain dalam bentuk saling memberi kesempurnaan.
Prinsip ini merupakan dasar penciptaan suasana
dialogis antara pendidik dengan terdidik. Keterbukaan
berarti pengakuan terhadap kekurangan dan kelebihan
manusia, serta keyakinan bahwa yang maha sempurna
hanyalah Allah Swt dan hasrat meningkatkan serta
mengembangkan kemampuan dirinya.
3.	 Prinsip Keseimbangan
Konsep ini dirujuk pada kodrat dasar manusia
sebagai mahluk Allah yang memilki dimensi fisik dan
ruhani yang kualitasnya sangat ditentukan oleh adanya
keseimbangan-keseimbangan, Firman Allah yang
menunjukan adanya keseimbangan terdapat pada QS.
Lukman; 17.
4.	 Prinsip Integralitas
Dalam prinsip ini terdidik dipandang sebagai
manusia dengan segala atribut yang dimilikinya, yang
terpadu secara utuh. Karena itu dalam tindakan praktis
pendidikan, upaya-upaya yang dilakukan pendidikan
senantiasa didasarkan kepada keterpaduan dan
integralitas.
Bab II: Metode Pendidikan Islam
119
Menurut Ramayulis ada tiga prinsip metode pendidikan
Islam yaitu:
1.	 Prinsip Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik
pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya
dengannilai-nilai yang terdapatdalamilmupengetahuan
dan keterampilan tersebut. Sehingga metode yang
digunakan harus mampu membuat peserta didik untuk
merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan
keterampilan itu.
2.	 Prinsip Berkesinambungan
Prinsip ini berasumsi bahwa pendidikan Islam adalah
sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus.
Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan
seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan
pelaksanaan pemberian materi. Jangan hanya
karena mengajar target kurikulum seorang pendidik
menggunakan metode yang tidak efektif yang pada
gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada
peserta didik, karena peserta didik merasa dibohongi
oleh pendidik.
3.	 Prinisp Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan
prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan
dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
120
tidak hanya monoton satu macam saja. Seorang pendidik
mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang
ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan
pas dengan materi, multi kondisi peserta didik, sarana
dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan. Serta
suasan pada waktu itu. Dengan prinsip ini diharapkan
akan muncul metode-metode yang relatif baru dari
para pendidik Islam, sebab dengan prinsip kelenturan
dan kedinamisan memberikan peluang yang sangat luas
bagi para pendidik untuk mengembangkan metode yang
sudah ada.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode pendidikan harus didasarkan
kepada kesesuaian antara tujuan, situasi, kondisi peserta
didik, materi ajar, sehingga metode pendidikan Islam
harus fleksibel, dinamis dan berkesinambungan sehingga
dapat mengandung makna, prinsip lain yang tidak
boleh diabaikan, bahwa metode harus mewujudkan
suasana kegembiraan, kasih sayang, keseimbangan dan
integritas,sehinggasebuahmetodedapatmenghilangkan
kesan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang kaku dan
menyeramkan.
C.	 Tujuan Pendidikan Islam
Dalam setiap aktivitas manusia, tujuan merupakan
sesuatu yang sangat penting, bahkan tujuan itulah yang
akan menentukan bentuk dan warna aktivitasnya. Demikian
halnya dengan pendidikan Islam, kurikulum, strategi
pembelajaran, penentuan sarana dan penentuan sumber
daya manusia akan sangat ditentukan oleh rumusan tujuan
pendidikan Islam tersebut.
Bab II: Metode Pendidikan Islam
121
Istilah “tujuan’ atau “sasaran” atau “maksud” dalam
bahasa Arab dinyatakan dengan “ghayat” atau ”ahdaf”
atau “maqasid”. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah
“tujuan” dinyatakan dengan “goal” atau “purpose” atau
“objektive” atau “aim”. Secara umum istilah-istilah tersebut
mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang
diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud
yang hendakdicapai melalui upayaatau aktifitas. (Ramayulis,
2002: 65). Sementara itu M. Arifin memilah makna tujuan
dan sasaran, menurutnya “tujuan” mengandung konotasi
kepada generalitas (umum) sedangkan sasaran mengandung
konotasi kepada yang bersifat oprasional. Oleh karenannya
makna “tujuan” menunjuk kepada futuritas (masa depan)
yang terletak pada suatu jarak tertentu yang tak akan dapat
dicapai kecuali dengan usaha (ikhtiar) melalui proses
tertentu. (Arifin, 1996: 223).
RumusantujuanpendidikanIslammenjadisangatpenting,
karena tanpa adanya tujuan yang jelas, arah pendidikan Islam
menjadi tidak terarah bahkan kabur, sebaliknya dengan
adanya tujuan yang jelas proses pendidikan Islam akan
menjadi terarah dan bermakna. Karena pentingnya rumusan
tujuan pendidikan Islam, banyak ditemukan rumusan para
tokoh pendidikan yang tersebar diberbagai buku, baik
pendapat pribadi maupun kolektif (seperti hasil seminar dan
konggres).
Paling tidak, ada tiga rumusan tujuan pendidikan yang
dihasilkan secara kolektif yang penulis kutip dalam tesis ini,
sebagai berikut:
Rumusan keputusan seminar pendidikan Islam se-
Indonesia di Cipayung Bogor tanggal 7-11 Mei 1960, sebagai
berikut: “Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
122
takwa dan akhlak serta menegakan kebenaran dalam rangka
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur
menurut ajaran Islam” (Arifin, 1996: 41).
Konferensi Internasional pertama tentang pendidikan
Islam di Makkah pada tahun 1977 merumuskan tujuan
pendidikan Islam sebagai berikut: “Pendidikan bertujuan
mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang
menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek,
diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu
pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam
segalaaspeknya:spiritual, intelektual,imajinatif,fisik,ilmiah,
bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan
mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai
kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak
pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah
baik secara pribadi, komutitas, maupun seluruh umat
manusia”. (Azra, 2002: 57).
Rumusan lain, menurut hasil kongres pendidikan
Islam se-dunia di Islamabad tahun 1980 sebagai berikut:
“Pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai
pertumbuhan kepribadian manusia yang meyeluruh, secara
seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang
rasional, perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus
mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya;
spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah dan bahasa
secara individual maupun kolektif, mendorong semua aspek
kearah kebaikan dan mencapai kesempurnaan, tujuan
akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang
sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas,
maupun seluruh umat manusia”. (Nizar, 2001: 106).
Bab II: Metode Pendidikan Islam
123
Rumusan-rumusan di atas menggambarkan bahwa
tujuan pendidikan Islam sangat luas dan dalam serta dapat
menjangkau semua aspek kebutuhan manusia sebagai
makhluk individual dan makhluk sosial yang dalam hidupnya
harus senantiasa menghambakan diri kepada Allah Swt.
Selain itu rumusan tersebut menekankan bahwa pendidikan
Islam membina dan mengambangkan pendidikan agama
yang terfokus kepada internalisasi nilai-nilai Iman, Islam dan
Ikhsan dalam setiap pribadi manusia Muslim yang berilmu
pengetahuan luas.
Selain rumusan hasil seminar, konferensi dan konggres
seperti penulis kutip di atas, banyak rumusan tujuan
pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para tokoh
pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah,
menurutnya tujuan pendidikan dapat dibagi kepada tiga
bagian yaitu;
1). Tujuan Individual; pada bagian tujuan pendidikan
diarahkan pada terbentuknya pribadi Muslim yang baik,
yaitu seorang yang berfikir, merasadan bekerja pada berbagai
lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa
yang diperintah al-Qur’an dan as-Sunnah, dalam hubungan
ini Ibnu Taimiyah mengatakan hendaknya seorang yang
menuntut ilmu agar berupaya memahami tujuan perintah
dan larangan serta segala ucapan yang datang dari Rasul.
2). Tujuan Sosial; Pada bagian ini, Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa pendidikan juga harus diarahkan
kepada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan
dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah. Pada tujuan
ini pendidikan diarahkan agar dapat melahirkan manusia-
manusia yang dapat hidup bersama dengan orang lain, saling
membantu, menasehati, mengatasi masalah dan seterusnya.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
124
3). Tujuan Da’wah Islamiyah; tujuan ini adalah
mengarahkan umat agar siap dan mampu memikul tugas
da’wah Islamiyah ke seluruh dunia. (Nata, 2001: 142-144).
Bagi al-Gazali, tujuan akhir yang ingin dicapai melalui
pendidikan, secara garis besarnya ada dua, yaitu: pertama,
tercapai kesempurnaan insani yang bermuara pada
pendekatan diri kepada Allah Swt dan kedua, kesempurnaan
insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Karenanya al-Ghazali bercita-cita mengajarkan manusia agar
merekasampaipadasasaranyangmerupakantujuanakhirdan
maksud pendidikan itu. (Nata, 2001: 86). Omar Muhammad
al-Toumy al-Syaibani, merumuskan: Tujuan pendidikan
Islam ialah perubahan yang diingini yang diusahakan oleh
proses pendidikan atau usaha-usaha pendidikan untuk
mencapainya, baikpadatingkah laku individudan kehidupan
pribadinya atau pada kehidupan masyarakat dan pada
alam sekitar di mana individu itu hidup atau pada proses
pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai proporsi diantara profesi profesi
asasi dalam masyarakat”. (al-Syaibani,1979: 399).
Sebelum sampai kepada sebuah kesimpulan mengenai
tujuan pendidikan Islam, Hasan Langgulung mengutip
beberapa pendapat antara lain; pendapat al-Abrasy yang
menyimpulkan lima tujuan pendidikan Islam, yaitu:
1)	 Untukmengadakanpembentukanakhlakyangmulia.
Kaum Muslimin dari dahulu sampai sekarang setuju
bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan
Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna
adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
2)	 Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat,
pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan
Bab II: Metode Pendidikan Islam
125
kepada pendidikan agama saja, atau kepada
keduniaan saja, tetapi kepada keduanya.
3)	 Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan
segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang
tujuan vokasional dan profesional
4)	 Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan
memuaskan keinginan tahu dan memungkinkan ia
mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5)	 Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal,
supayadapat menguasi profesi tertentu (Langgulung,
1995: 60).
Dan juga pendapat Nahlawi yang merumuskan empat
tujuan pendidikan sebagai berikut:
1)	 Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah
menyuruh manusia merenungkan kejadian langit
dan bumi agar dapat meriman kepada-Nya
2)	 Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi
generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya,
baik lelaki atau perempuan.
3)	 Menumbuhkan potensi dan bakat asal pada anak-
anak, Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya
tidak asing dari tabiat asal manusia, bahkan manusia
diciptakan sesuai dengan fitrah itu.
4)	 Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi dan
bakat manusia (Langgulung, 1995: 61).
Setelah mengutip berbagai pendapat para ahli dan
membagi tujuan pendidikan Islam kedalam tujuan khusus
dan tujuan umum, Hasan Langgulung berkesimpulan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “membentuk pribadi
khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, ruh di samping
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
126
badan, kemauanyang bebasdanakal” (Langgulung, 1995: 67).
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa tujuan umum pendidikan
Islam ialah “Muslim yang sempurna, atau manusia yang
takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah
kepada Allah Swt”.(Tafsir, 2000: 50). Manusia yang sempurna
yang dimaksud oleh Tafsir adalah manusia yang jasmaninya
sehat serta kuat, akalnya cerdas serta pandai dan hatinya
takwa kepada Allah.
Jika disimak, setiap rumusan tujuan pendidikan Islam di
atas sangat bervariasi, hal ini menunjukan dinamika seiring
dengan perkembangan masyarakat, akan tetapi bervariasinya
rumusan tersebut tidak menghilangkan hakikat pendidikan
Islam,akantetapisatudenganyanglainnyasalingmelengkapi,
yakni, mengarahkan manusia untuk menjadi hamba-hamba
yang taat dan takwa kepada Allah Swt, hal ini sejalan dengan
tujuan penciptaan manusia, yaitu:
ِ‫ون‬ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ِ‫ل‬
َّ‫ا‬
‫ل‬‫ِإ‬� َ
‫س‬
ْ
‫ِإن‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ َّ‫ن‬ِْ‫لج‬‫ا‬ ُ
‫ت‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Al-Dzariat; 56).
Penyembahan terhadap Allah Swt merupakan puncak
nilai ketakwaan seseorang, dari ketakwaan itulah memancar
perilaku yang berlandaskan akhlakul karimah, tumbuh
kesadaran (pengetahuan) akan diri sekaligus tujuan hidup
di dunia, menjadikan alam semesta sebagai sarana untuk
semakin mendekatkan dirinya dengan sang Khaliq, mampu
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, nilai-nilai
inilahyang sesungguhnyamenjadi sasarantujuanpendidikan
Islam.
Bab II: Metode Pendidikan Islam
127
Beberapa rumusan tujuan pendidikan di atas, baik yang
dirumuskan oleh ahli pendidikan secara perorangan maupun
rumusan-rumusan hasil seminar dan konferensi sejalan
dengan tujuan pendidikan yang diemban oleh Rasulullah,
bahkan sangat mungkin rumusan-rumusan tersebut lahir
atas kajian terhadap tujuan pendidikan yang dilakukan oleh
Rasulullah itu sendiri, mengingat sumber kajian pendidikan
Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Tujuan dari segenap pendidikan yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw seperti tergambar dari isi materi yang
disampaikannya, yakni mengajak agar hati nurani manusia
dapat lebih tinggi, sehingga dapat berhubungan dengan
Allah Swt yang telah menciptakan manusia, agar manusia
hanya beribadat kepada Allah Swt dengan penuh ikhlas,
dengan jiwa yang bersih. Rasulullah mengajak agar manusia
mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan perbuatan
yang baik, menjauhkan manusia dari menyembah berhala.
Pengabdian kepada Allah Swt sehingga manusia menjadi
mahluk yang sempurna dalam arti yang sebenarnya itulah
tujuan akhir dari materi pendidikan Rasulullah Saw.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
128
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
129
BAB III
IMPLEMENTASI STRATEGI
PEMBELAJARAN
NABI MUHAMMAD SAW
A.	 Nabi Muhammad Saw sebagai Guru
Dalam lintasan sejarah, guru senantiasa diceritakan
sebagai orang yang memegang peranan penting. Dalam
sejarah Mesir Kuno guru-guru itu adalah para filosof yang
menjadi penasihat raja. Kata-kata guru menjadi pedoman
dalam memimpin negara. Dalam zaman kegemilangan
falsafah Yunani, Socrates, Plato dan Aristoteles adalah
guru-guru yang memengaruhi perjalanan sejarah Yunani.
Aristoteles adalah guru daripada Iskandar Zulkarnain yang
menjadi Kaisar Yunani sampai meninggalnya di benua Asia
dalam usahanya hanya untuk meluaskan kekuasaannya, oleh
karenanya Aristoteles disebut oleh para filosof Arab sebagai
guru pertama dan al-Farabi orang yang paling mengetahui
filsafat Aristoteles digelari dengan guru yang kedua.
(Langgulung, 1995: 228).
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
130
Dalam konteks pendidikan Islam, guru dikenal dengan
pendidik yang merupakan terjemahan dari berbagai kata
yakni murabbi, mu’allim dan mua’did (Ramayulis, 2002: 84).
Ketiga term itu, murabbi, mu’allim dan mua’did mempunyai
makna yang berbeda, sesuai dengan konteks kalimat,
walaupun dalam konteks tertentu mempunyai kesamaan
makna.
Kata murabbi misalnya, sering dijumpai dalam kalimat
yang orientasinya lebih mengarah kepada pemeliharaan,
baik yang bersifat jasmani atau rohani, pemeliharaan seperti
ini terlihat dalam proses orangtua membesarkan anaknya,
mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara
penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan
kepribadian serta ahlak yang terpuji.
Sedangkan untuk istilah mu’allim, pada umumnya
dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus
pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari
seseorang yang tahu kepada seseorang yang tidak tahu.
Adapun istilah muaddib lebih luas dari istilah mua’llim dan
lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.
Dalam sejarah Islam, guru dan ulama itu selalu
bergandengan, seorang ulama itu juga seorang guru. Nabi
sebagai penerima wahyu mengajarkan wahyu itu kepada
para pengikutnya. Mula-mula di rumahnya sendiri dan di
rumah al-Arqam bin Arqam, dan setelah hijrah ke Madinah
mengajarkan wahyu-wahyu itu di masjid-masjid yang
merupakan institusi sosial yang merangkum berbagai fungsi,
tempat ibadah, pendidikan, mahkamah, tempat latihan
tentara dan lain-lain fungsi masjid tersebut. (Langgulung,
1995: 228).
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
131
Keberadaan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang guru
sekaligus materi pendidikannya yang merupakan tugas
kerasulan beliau sudah dirancang dan persiapkan oleh Allah
Swt seperti Firman Allah dalam QS. al-Jumu’ah; 2:
ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ‫ا‬‫اي‬َ‫ء‬ ْ
‫م‬ِْ‫يه‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬‫و‬
ُ
‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ي‬ ْ
‫م‬ُ ْ‫ه‬
‫ِن‬‫م‬
ً‫ا‬
‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ني‬ِّ‫ِي‬ّ‫م‬
‫ُأ‬ ْ
‫ال‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ َ
‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬‫ي‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬َ‫و‬ُ‫ه‬
ٍ‫ل‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫ض‬ ِ‫ي‬
‫ف‬
َ
‫ل‬
ُ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ْ ِ‫ن‬
‫م‬‫ا‬
ُ‫و‬
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫ن‬‫ِإ‬�َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ ْ‫م‬
‫ك‬ِْ‫ح‬‫ال‬َ‫و‬ َ
‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ِم‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ِ‫هي‬ِ
ّ
‫ك‬َ ُ‫ز‬
‫ي‬َ‫و‬
ٍ‫ني‬ِ‫ب‬ُ‫م‬
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.
Senadadengan ayatdi atasadalah firman Allah Swtdalam
QS. Ali Imran ayat 164:
‫و‬
ُ
‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ي‬ ْ
‫م‬ِ‫ه‬ِ‫س‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ن‬
‫َأ‬
� ْ ِ‫ن‬
‫م‬
ً‫ا‬
‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ْ
‫م‬ِ‫هي‬ِ‫ف‬ َ
‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬
ْ
‫ذ‬‫ِإ‬� َ‫ني‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬
َ‫لَى‬
‫ع‬ ُ َّ‫للاه‬ َّ َ‫ن‬
‫م‬ ْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
ُ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ْ ِ‫ن‬
‫م‬‫ا‬
ُ‫و‬
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫ن‬‫ِإ‬�َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ ْ‫م‬
‫ك‬ِْ‫ح‬‫ال‬َ‫و‬ َ
‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ِم‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ْ
‫م‬ِ‫هي‬ِ
ّ
‫ك‬َ ُ‫ز‬
‫ي‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ‫ا‬‫اي‬َ‫ء‬ ْ
‫م‬ِْ‫يه‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
ٍ‫ني‬ِ‫ب‬ُ‫م‬ ٍ‫ل‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫ض‬ ِ‫ي‬
‫ف‬
َ
‫ل‬
	 Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara
mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
132
Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi)
itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
SawdiutusolehAllahSwtkepadaumatnyauntukmenanamkan
ilmu sekaligus mensucikan jiwa mereka. Mensucikan berarti
membersihkan dari sifat-sifat buruk yang merupakan
kebiasaan sebagian besar masyarakat Makkah pada masa itu,
seperti syirik, dengki, takabur serta perilaku buruk lainnya
seperti, mabuk-mabukan, merampas hak orang lain dan
lain-lain. Nabi Muhammad Saw membongkar pola pikir
masyarakat penyembah berhala hingga mereka menyadari
akan kewajiban-kewajibannya menyembah Allah Swt sebagai
pencipta, pengatur, pemelihara umat manusia. Pensucian
jiwa dan penyadaran sikap bertauhid dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw dengan pengajaran dan pendidikan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat pada
waktu itu.
Kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang
pendidik (guru), beliau nyakatan sendiri dengan sabdanya:
‫ا‬ًِ‫ر‬ّ
‫س‬َ‫ي‬ُ‫م‬‫ا‬ً‫ِم‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ِ‫ى‬
‫ن‬َ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬‫هللا‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�
Sesungguhnya Allah yang mengutusku sebagai seorang
mualim dan pemberi kemudahan.
Rasulullah Saw telah bersunguh-sungguh dalam
mendidik para sahabat dan generasi Muslim, hingga mereka
memiliki kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa dan karakter
yang bersih.
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
133
Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada
prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang
membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah
seluruh dimensi perilakunya. Perilaku itu meliputi tingkah
laku yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca
(ranah karsa), juga yang bersifat tertutup, seperti berfikir
(ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa). (Syah, 2001; 222).
Sebagai seorang guru, Nabi Muhammad Saw tidak hanya
berorientasi kepada kecakapan-kecakapan ranah cipta,
tetapi juga mencakup dimensi ranah rasa dan karsa. Bahkan
lebih dari itu Nabi Muhammad Saw sudah menunjukkan
kesempurnaan sebagai seorang pendidik sekaligus pengajar,
karena beliau dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah
mencakup semua aspek yang ditetapkan oleh para ahli
pendidikan bahwa pendidikan harus bersifat kognitif
(Rasulullah Saw menularkan pengetahuan dan kebudayaan
kepada orang lain), bersifat psikomotorik (Rasulullah Saw
melatih keterampilan jasmani kepada para sahabatnya),
bersifat afektif (Rasulullah Saw selalu menanamkan nilai dan
keyakinan kepada sahabatnya).
Nabi Muhammad Saw adalah sosok guru yang telah
memenuhi semua sifat dan syarat yang telah ditetapkan oleh
para ahli pendidikan. an-Nahlawi misalnya, menetapkan
sepuluh sifat dan syarat bagi seorang guru yaitu: Pertama,
harus memiliki sifat rabbani, artinya seorang guru harus
mengaitkan dirinya kepada Tuhan melalui ketaatan pada
syariatnya.Kedua,harusmenyempurnakansifatrabbaniahnya
dengan keikhlasan, artinya aktivitas pendidikan tidak hanya
utntuk sekedar menambah wawasan melainkan lebih dari
itu harus ditujukan untuk meraih keridaan Allah Swt serta
mewujudkan kebenaran. Ketiga, harus mengajarkan ilmunya
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
134
dengan sabar. Keempat, harus memiliki kejujuran, artinya
yang diajarkan harus sesuai dengan yang dilakukan. Kelima,
harus berpengetahuan luas dibidangnya. Keenam, harus
cerdik dan trampil dalam menciptakan metode pengajaran
yang sesuai dengan materi. Ketujuh, harus mampu bersikap
tegas dan meletakan sesuatu sesuai dengan proporsinya.
Kedelapan, harus memahami anak didik baik karakter
maupun kemampuannya. Kesembilan, harus peka terhadap
fenomena kehidupan. Kesepuluh, harus bersikap adil
terhadap seluruh anak didik. (an-Nahlawi, 1983: 170-175).
Guru yang baik menurut Ibnu Sina adalah guru yang
berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak,
cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh
dari berolok-olok dan bermain-main dihadapan muridnya,
tidak bermuka masam, sopan santun, bersih, suci murni,
menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten
dalam membimbing anak, adil, hemat dalam penggunaan
waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati
dan senantiasa menghias diri. Selain itu guru juga harus
mengutamakan kepentingan ummat daripada kepentingan
dirinya sendiri. (Nata, 2001 :77-78).
Al-Qarashi, menetapkan sedikitnya 25 sifatdan tanggung
jawab seorang guru, antara lain; bahwa seorang guru
harus mempersembahkan aktivitas kedisiplinan mereka
hanya kepada Allah Swt, amal mereka harus ditujukan
untuk perbaikan generasi muda kaum Muslimin, harus
memiliki keimanan yang luar biasa kepada Allah Swt, harus
menghindari pekerjaan yang hina, harus membersihkan
tubuh mereka serta melaksanakan kegiatan membersihkan
diri mereka lainnya, harus sederhana dalam pakaian,
sederhana dalam makanan, sederhana tempat tinggal, harus
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
135
mampu mengampuni dan memaafkan kesalahan muridnya,
harus menyadari tingkat pemahaman murid-muridnya,
harus mampu menyediakan waktu untuk muridnya. (an-
Nahlawi, 2003: 138-142).
Seorang guru yang baik (ideal) menurut al-Ghazali
adalah guru yang memiliki sifat-sifat umum yaitu cerdas
dan sempurna akalnya, baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam, dan dengan ahklaknya yang
baik iadapat menjadi contohdan teladan bagi para muridnya,
serta dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tuga
mengajar atau mendidik dan dapat mengarahkan murid-
muridnya dengan baik.
Sedangkan sifat-sifat khusus yang harus dimiliki oleh
seorang guru adalah, pertama, memiliki rasa kasih sayang
terhadap murid-muridnya dalam melaksanakan praktek
mengajar, sehingga akan menimbulkan rasa tentram dan
rasa percaya diri pada diri murid terhadap gurunya. Kedua,
Mengajar hendaknya didasarkan atas kewajiban bagi setiap
orang yang berilmu, sehingga ketika mengajar yang menjadi
tujuan utamanya adalah ibadah kepada Allah Swt. Ketiga,
dapat berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur
dan benar di hadapan murid-muridnya. Keempat, dalam
mengajar hendaknya seorang guru menggunakan cara-cara
yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan,
cacian, yang dapat menimbulkan prustrasi bagi murid-
muridnya. Kelima, seorang guru yang baik harus tampil
sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-
muridnya, harus bersikap toleran dan menghargai keahlian
orang lain. Keenam, memiliki prinsip mengakui adanya
perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
136
memperlakukan sesuai dengan tingkat perbedaan tersebut.
Ketujuh, guru dapat mehami bakat, tabi’at dan kejiwaan
murid sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kedelapan,
seorang guru yang baik adalah guru yang dapat berpegang
terhadap apayang diucapkannya, serta berupaya untuk dapat
merealisasikan ucapannya dalam prilaku kesehariannya.
(Nata, 2001: 95-98).
Al-Mawardi, memandang seorang guru yang baik adalah
guru yang tawadhu (rendah hati), menjauhi sikap ujub
(besar kepala) dan memiliki rasa ikhlas. Selain itu, dalam
melaksanakan tugasnya seorang guru harus dilandasi dengan
kecintaan terhadap tugasnyasebagai guru, kecintaan ini akan
benar-benar tumbuh dan berkembang apabila keagungan,
keindahan dan kemuliaan tugas guru itu sendiri benar-benar
dapat dihayati. Selanjutnya al-Mawardi melarang seseorang
mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonomi. Dalam
pandangannya bahwa mengajar dan mendidik merupakan
aktivitas keilmuan, sementara ilmu itu sendiri mempunyai
nilai dan kedudukan yang tinggi, yang tidak dapat
disejajarakan dengan materi. Tugas mendidik dan mengajar
dalam pandangan al-Mawardi adalah tugas luhur dan mulia,
itulah sebabnya dalam mendidik dan mengajar seseorang
harus semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt. Apabila
dalam yang dituju dari tugas mengajarnya itu adalah materi,
maka ia akan mengalami kegoncangan ketika ia merasa
bahwa kerja yang dipikulnya tidak seimbang dengan hasil
yang diterimanya. (Nata, 2001: 50-52).
Tanggung jawab, sifat dan syarat seorang guru yang
ditetapkan oleh beberapa ahli pendidikan (khususnya
pendidikan Islam), semuanya sudah ada dalam diri Nabi
Muhammad Saw bahkan lebih sempurna dari apa yang
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
137
ditetapkan oleh para ahli tersebut. Seperti halnya dalam
materi dan tujuan pendidikan Islam, sangat mungkin
poin-poin yang ditetapkan oleh para ahli pendidikan yang
berhubungan dengan tanggung jawab, sifat dan syarat
seorang gurupun merupakan hasil kajian terhadap sosok
Nabi Muhammad Saw sebagai seorang guru yang telah
dipersiapkan oleh Allah Swt.
Dalammenyampaikanmisiyangdiembankankepadanya,
Nabi Muhammad Saw benar-benar telah tampil sebagai
sosok guru yang sempurna, guru yang pantas menjadi
teladan para guru, tidak ada perkataan beliau yang tidak
sesuai dengan perbuatannya, Nabi Muhammad Saw selalu
memulai dari diri sendiri, perilaku yang dia tampilkan
mengandung materi ajar dengan sendirinya. Kesederhanaan,
kejujuran, kecerdikan, kesabaran, keadilan dan kepekaan
Nabi Muhammad Saw terhadap para sahabat adalah sifat-sfat
beliau yang dengan sendirinya menjadi materi pembelajaran
yang perlu diteladani.
Kajian yang berakhir pada kesimpulan akan keberhasilan
pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw tidak saja dilakukan oleh umat Islam, tetapi
juga dilakukan oleh orang-orang yang beragama selain Islam,
salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan
oleh James E. Royster dari Island State University yang telah
melakukan riset intensif tentang peran Muhammad Saw
sebagai seorang guru teladan dan manusia ideal.
Roystermembahaskesan-kesankaumMusliminterhadap
nabi mereka. Bagi Royster, Nabi Muhammad Saw telah
mengajarkan kebenaran dengan ucapan dan mengamalkan
kebenaran itu dalam kehidupannya, salah satu kesimpulan
Royster yang dikutip oleh Abdurrahman Mas’ud dari hasil
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
138
penelitiannya berjudul “Muhammad as. A Teacher and
Exampler” ialah:
Muhammad a teacher, exampler and ideal man fulfills
in Islam a role that can hardly be overestimated. From him
hundreds of milions of Moslem derive both meaning for
personal existence and means for character development and
spiritual achivement. In terms of continuing influence on the
list of those who have shaped the world. Surely it would be
markedly diferenct had he not been. (Mas’ud, 2002: 66).
Salahsatu kesimpulan Roysterdi atas menunjukan bahwa
Nabi Muhammad Sawtidak hanyamenjadiguru bagigenerasi
masanya saja, tetapi juga bagi seluruh kaum Muslimin pada
masa sekarang, dengan kata lain sang guru itu adalah Nabi
Muhammad Saw dan murid-muridnya adalah seluruh kaum
Muslimin di dunia Islam. Ketika itu Nabi Muhammad Saw
merupakan seorang guru yang aktual bagi para sahabatnya,
bagi kaum Muslimin berikutnya Nabi Muhammad Saw
menjadi seorang imaginary educator. (Mas’ud, 2002: 66).
Sebagai utusan Allah Swt segenap aktivitas yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw tentu saja selalu
berada dalam pengawasan sekaligus bimbingan Allah Swt,
akan tetapi bukan berarti hal ini menunjukan bahwa Nabi
Muhammad Saw sebagai orang yang pasif, karena Allah Swt
hanya menunjukan hal-hal yang bersifat umum dan global,
sedangkan pemaknaan dari perintah dan petunjuk Allah Swt.
tersebut membutuhkan kreativitas dan kecerdasan tertentu.
Nabi Muhammad Saw tidak saja kreatif dan cerdas,
akan tetapi sebagai utusan Allah Swt ia sangat sempurna
membingkai kekreatifan dan kecerdasannya itu dengan
sifat kejujuran, keteladanan, kehangatan, keramahan,
kebijaksanaan, keadilan dan sifat-sifat baik lainnya serta
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
139
ditopang oleh ghirah perjuangan yang tak kunjung padam,
sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengatakan dan tidak
mengakui keagungan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok
guru yang ideal.
B.	 Inspirasi Pendidikan Karakter Pada Pribadi Nabi
Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw diutus kedunia ini tidak lain
tidak bukan untuk meluruskan akhlak manusia. Tidak
pandang dia arab maupun non arab, tidak pandang dia kaya
atau miskin, tidak pandang dia orang barat ataupun orang
timur. Karena memang sebagai nabi penutup nabi memiliki
teritorial dakwah yang jauh lebih luas dari nabi dan rasul
pendahulunya, yang wilayah dakwahnya hanya dibatasi pada
kaumnya masing-masing.
Oleh karenanya Nabi Muhammad Saw memiliki
keluhuran akhlak yang mampu menjadi contoh atau role
model bagi seluruh manusia yang memiliki latar belakang
budaya, bahasa bahkan kearifan yang berbeda-beda.
Keluhuran akhlak nabi Muhammad Saw tercermin dari
banyaknya gelar atau julukan yang merupakan manifestasi
dari karakter luhur Nabi Muhammad Saw.
Sebagai seorang nabi sudah pasti Nabi Muhammad
Saw mengalami tempaan pendidikan langsung dari Allah
Swt. Namun sebagai manusia biasa kiranya tentu Nabi
Muhammad Saw mengalami proses pengembangan dan
perkembangan diri melalui sebuah proses dan contoh dari
manusia sebagai bagian dari rekayasa tempaan pendidikan
yang dianugerahkan Allah Swt. Konsep ini tentu bukan
berarti akhlak Nabi Muhammad yang luhur diturunkan atau
mencontoh manusia biasa. Keluhuran nabi sudah barang
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
140
tentu terpatri dalam DNA nabi itu sendiri. Namun potensi
DNA membutuhkan stimulus untuk membukanya. Butuh
manusia pilihan yang sikap dan karakter dalam hidupnya
bisa menjadi kunci pembuka potensi keluhuran akhlak pada
Nabi Muhammad Saw.
Pertanyaannya tentu manusia mana yang dijadikan
Allah Swt sebagai kunci pembuka keluhuran akhlak nabi
atau inspirator pendidikan karakter Nabi Muhammad Saw,
sehingga Nabi Muhammad Saw memiliki akhlak yang luhur
(karakter). Berikut ini beberapa inspirator pendidikan
karakter bagi Nabi Muhammad Saw, sebagai catatan bahwa
beberapa hal yang dipaparkan di bawah ini bukanlah sebuah
autobiografi yang melenceng dari topik utama tulisan ini.
1.	 Karakter sabar dan tegar dari sang Ibunda Siti
Aminah
Sebagai manusia Nabi Muhammad Saw tentu
memiliki perasaan yang sama sebagaimana manusia
lainnya, manakala menghadapi suatu peristiwa yang
merebut kebahagiaannya. Dia akan merasa sedih jika
kebahagiaannya hilang atau sebaliknya juga akan bahagia
jika manakala kepedihannya tiada.
Kesabaran nabi adalah kesabaran yang tiada tara,
dicaci maki, dilecehkan hingga disakiti fisiknya namun
ia tetap sabar. Meski demikian tentulah ada seseorang
yang menjadi inspirasi Nabi Muhammad Saw atas sikap
sabarnya yang luhur. Siti Aminah ibunda tercintanya
adalah seseorang yang tepat untuk melihat dari mana
karakter sabar dan tegar Nabi Muhammad Saw. Ketegaran
dan kesabarannya dalam mengarungi kehidupan terekam
jelas dalam benar Nabi Muhammad Saw.
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
141
a.	 Silsilah Keluarga Siti Aminah
Rasulullah Saw bersabda: Dulu aku berwujud nur
di hadapan Allah azza wa jalla, 2000 tahun sebelum
diciptakannya Adam. Nur itu selalu bertasbih kepada
Allah. Dan para malaikat turut bertasbih dengan
tasbihnya. Ketika Allah menciptakan Adam, nur itu
dititipkan-Nya pada tanah liat asal kejadian Adam.
Allah azza wa jalla lalu menurunkan aku ke bumi dalam
punggung Adam. Allah membawaku dalam kapal pada
tulang sulbi Nuh, dan menjadikanku pada tulang sulbi al-
Khalil, Ibrahim, kala dia dilemparkan ke dalam api. Allah
azza wa jalla tidak henti-hentinya memindahkan aku dari
sulbi-sulbi yang suci kepada rahim-rahim yang suci dan
megah, hingga Allah mengeluarkan aku melalui kedua
orangtuaku. Keduanya tidak pernah berbuat lacur sama
sekali”. Riwayat Al-Hafidz Abdurrahman bin Daida’ asy-
Syaibani, penyusun Jamiul Ushul.
Sudah menjadi ketetapan Allah Swt, bahwasanya
Nabi Muhammad Saw berasal dari keturunan silsilah
yang terjaga dengan baik, terhormat, tidak ternoda
oleh perbuatan rendah dan nista. Mulai dari silsilah
yang teratas hingga yang terbawah, beliau berasal dari
keturunan yang terbaik. Hadits diatas sebuah penegasan
dari Rasulullah bahwa dirinya adalah keturunan dari
keluarga pilihan.
Pada pertengahan abad ke enam Masehi, sejarah
mencatat kemunculan sebuah keluarga yang bernama
Bani Zuhrah dari kabilah Quraisy, satu-satunya kabilah
yang memikul tanggung jawab mulia atas pengelolaan
Ka’bah. Dari keluarga Bani Zuhrah inilah muncul seorang
wanita mulia yang dijuluki Melati Zuhrah bernama
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
142
Siti Aminah binti Wahab, ibunda Nabi Muhammad
Saw. Suatu kehormatan yang dianugerahkan Allah Swt
kepada seorang hamba-Nya, yang memahkotai Bani
Zuhrah dan kabilah Quraisy, dimana dalam rahimnya
akan disemayamkan janin suci calon manusia terbesar
sepanjang sejarah ummat manusia.
b.	 Abdullah Pria Pilihan
Seorang ahli sejarah Islam bernama Ibnu Ishaq
mengatakan bahwa pada masa mudanya Siti Aminah
binti Wahab adalah gadis Quraisy yang paling utama,
baik karena asal keturunannya maupun dilihat dari
kedudukannya. Sebelum memasuki ‘masa pingitan’ gadis
remaja, Aminah mempunyai beberapa teman bermain,
antara lain putera pamannya sendiri bernama Abdullah
bin Abdul Mutthalib, mereka sering bermain kejar-
kejaran disekitar halaman Ka’bah.
Ketika tumbuh sebagai seorang pemuda tampan
Abdullah tidak termasuk anak muda Makkah yang
mengharapkan dapat memperisteri Aminah. Hal ini
mengherankan wanita itu karena sudah ada beberapa
keluarga yang berusaha mendekati orang tuanya tapi
tidak terdapat utusan yang diharapkannya, utusan
Abdul Mutthalib, orang tua pemuda yang selalu
mengingatkannya pada masa kanak-kanaknya sewaktu
bermain di dekat Ka’bah. Sebenarnya Abdullah yang
dinilai orang paling layak dan sepadan untuk menjadi
pasangan Aminah karena kedudukan orang tuanya dan
penampilan fisik serta kekuatan kepribadiannya.
Beberapa keluarga dari kabilah di Makkah yang
mempunyai anak muda diam-diam bersaing untuk
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
143
memperoleh simpati dari Bani Zuhrah agar bisa lebih
dekat pada mereka, tapi tidak satupun dari mereka yang
mampu menyentuh hati Siti Aminah melati Bani Zuhrah.
Kadang-kadang terlintas hasrat hatinya untuk bertemu
dengan teman sepermainannya dulu, tapi kesadarannya
sebagai seorang gadis yang sedang dalam pingitan dia
harusmenjagakehormatandiridanmartabatkeluarganya,
tidak mungkin baginya untuk mengundang bertandang
ke rumahnya siapa yang dikehendakinya apalagi keluar
rumah menampakkan diri di hadapan orang banyak.
Sebagai gadis cerdas dan terhormat, Aminah
menyadari aturan etika yang diterapkan sejak jaman
nenek-moyangnya dahulu, yang dimaksudkan untuk
menjaga keselamatan dan kehormatan wanita Quraisy,
bukannya dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
memilih pasangan atau bergaul.
Abdullah adalah putera bungsu Abdul Mutthalib
dari sepuluh anaknya yang kesemuanya laki-laki, yang
kelak dikemudian hari menjadi ayah dari seorang utusan
Allah, Nabi terbesar dan terakhir hingga akhir zaman,
Muhammad Rasulullah Saw.
Abdul Mutthalib bin Hasyim sebagai penguasa
Makkah dan pengelola sumur Zamzam, dikenal orang
karena kewibawaandan kebijaksanaannya. Diadihormati
dan dipatuhi tidak hanya karena secara formal diakui
sebagai ketua kota, tapi disegani dan dicintai karena
sikapnya yang konsekuen dan dapat dipercaya.
Tidak diduga bahwa sikap positifnya tersebut
beberapa puluh tahun kemudian mengakibatkan putera
bungsu yang disayanginya, Abdullah, nyaris menjadi
korban nadzar yang pernah diucapkannya dihadapan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
144
orang banyak. Adalah suatu kebanggaan bangsa Arab,
khususnya keluarga Quraisy, pada waktu itu bila seorang
ayah mempunyai banyak anak laki-laki sebagai lambang
pewaris keperkasaan dan kemuliaan. Mereka malu dan
merasa kurang berarti bila isterinya melahirkan anak
perempuan, sehingga ada tradisi sesat mengubur bayi
perempuan yang baru dilahirkan.
Abdul Mutthalib pada waktu itu bernadzar kepada
Allah, bila dia dikaruniai sepuluh anak laki-laki maka
salahseorangdaripadanyaakandikorbankan. Sebenarnya
penduduk Makkah sudah melupakan nadzarnya yang
sudah berumur puluhan tahun itu, namun sebagai orang
yang selalu menepati janji, Abdul Mutthalib tidak akan
mengingkari janji besar berupa nadzar yang dengan
penuh kesadaran pernah diucapkannya.
Pada masa itu masyarakat Arab mempunyai
keyakinan bahwa setiap nadzar harus dipenuhi bila yang
dinadzarkan sudah tercapai meskipun seandainya hal itu
berakibat buruk pada dirinya atau keluarganya. Mereka
berpandangan tidak memenuhi nadzar yang telah
diikrarkan berarti mengingkari janji kepada Allah selain
akan berakibat menurunnya martabatyang bersangkutan
dihadapan masyarakat. Terlebih bila yang mengucapkan
nadzar seorang pemimpin masyarakat seperti Abdul
Mutthalib yang berarti mempertaruhkan kehormatan
dan kemuliaan sebagai penguasa Makkah dan pengelola
Ka’bah. Ketika saat yang ditentukan Abdul Mutthalib
tiba, dia membawa kesepuluh anaknya ke Ka’bah, dimana
salah seorang diantaranya akan dikorbankan, mereka itu
adalahAl Harits, Zubair, AbuThalib, Abu Lahab, Ghaidaq,
Dhirar, Abbas, Abdul Ka’bah, Qatsam dan Abdullah.
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
145
Berbondong-bondong penduduk Makkah datang
ke Ka’bah ingin menyaksikan prosesi pengorbanan
anak Abdul Mutthalib. Sebagian besar dari mereka
sebenarnya tidak menyetujui pelaksanaan nadzar
tersebut, tapi keseganan pada pemuka Makkah ini
membuat mereka tidak berani mengajukan alternatif
solusi pemenuhan janji besarnya tersebut. Para wanita
Makkah dengan gelisah menanti di rumah menunggu
berita dari suami atau anak lelakinya kesudahan drama
pengorbanan keluarga terpandang yang mereka hormati
dan cintai. Demikian halnya Siti Aminah, hatinya terus
berdebar-debar membayangkan kejadian yang sangat
mengerikan dimana Abdullah, pemuda yang diam-diam
dicintainya terkapar di atas tanah tempat mereka dahulu
bermain kejar-kejaran dengan darah membasahi sekujur
tubuhnya. Ingin rasanya melupakan dan menghilangkan
bayang-bayang kejadian yang menakutkan itu, sejenak
hilang tapi kemudian muncul lagi, berulang kembali
mengganggu hati dan pikirannya. Sambil menunggu
berita dia berjalan mondar-mandir, sebentar duduk,
dicoba berbaring sambil memejamkan mata tapi
semakin jelas khayalan terbayang dipelupuk matanya.
Perlahan terucap dari bibirnya: “Ya Allah, selamatkan dia,
selamatkan dia, dia hambaMu, dia milikMu, bukan milik
Abdul Mutthalib!”
Sementara di dekat Ka’bah Abdul Mutthalib
membawa kesepuluh anaknya melewati kerumunan
orang banyak ke dekat berhala Isaf dan Nayilah. Semua
yang menyaksikan terdiam, puluhan pasang mata
menatap cemas pada sepuluh remaja yang mengikuti
langkah ayahnya, menunggu apa yang akan terjadi
selanjutnya. PenjagaKa’bahyang telahsiapmelaksanakan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
146
undian menantikan perintah dari Abdul Mutthalib yang
sedang menundukkan kepala bertafakur tidak bergerak,
wajahnya nampak tertekan mencoba mengatasi konflik
bathin yang sangat hebat, yang belum pernah dialami
sepanjang hayatnya, bahkan di seluruh kawasan Makkah
tidak seorangpun yang berani melontarkan nadzar
senekad itu sebelumnya. Angin gurun mulai meniup
membawa udara panas, menerbangkan pasir dan butir-
butir kerikil melewati mereka yang berada di dekat
Ka’bah. Keringat Abdul Mutthalib nampak membasahi
baju di bagian punggung dan keningnya, ketegangan
semakin kuat bersama degup jantung yang semakin cepat
dan tidak teratur, tapi pilihan harus segera diambil antara
kehormatan memenuhi janji nadzar dengan bayangan
anaknya menghadapi sakaratul maut dengan berlumuran
darah dipangkuannya.
Ditengah-tengah suasana yang semakin mencekam
tiba-tiba Abdul Mutthalib berteriak: “Laksanakan
undian!” Juru kunci Ka’bah segera melaksanakan
perintahnya, dengan gemetar dia mengocok undian yang
menentukan nasib mati hidup seseorang, siapakah yang
nyawanya bakal melayang di tangan ayahnya sendiri.
Bagaimanapun juga juru kunci harus melaksanakan
tugasnya, dalam hatinya dia berbisik: “Seandainya saya
dahulu tidak menerima amanat sebagai juru kunci
Ka’bah!” Dengan suara yang dipaksakan keluar dari
tenggorokkan dia menyebutkan nama: “Ab . . . . dullah!”
Bergetar hati semua orang yang hadir, ada yang tidak
percaya apa yang baru didengarnya, tergetar perasaannya
lemah lunglai sekujur tubuhnya. Mendengar nama
anak bungsu kesayangannya disebut Abdul Mutthalib
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
147
merasakan seolah-olah tanah yang dipijaknya bergerak-
gerak terkena gempa, terlihat olehnya bangunan Ka’bah,
wajahanak-anaknyadanorang-orangdidekatnyanampak
berputar-putar tanpa arah. Dia mencoba berusaha keras
mengatasi goncangan bathinnya, ingin menunjukkan
bahwa dirinya tetap Abdul Mutthalib yang perkasa,
dihormati sebagai pemimpin yang tangguh, konsekuen
dalam menepati janjinya.
Kini munculdipermukaansifategosentrisnya,apakah
ada hal yang lebih memalukan dari pada kehilangan
martabat, kedudukan dan kemuliaan, bukankah kasih
sayang pada anak bagian hati wanita. Serta merta ia
menghampiri Abdullah, diseretnya anak tersebut ke
dekat telapak kaki berhala Isaf dan Nayilah, sementara
tangan kanannya yang kokoh memegang golok tajam
yang mengkilat. Abdul Mutthalib benar-benar hendak
melaksanakan nadzar buruk yang disertai kekejian
tersebut, tapi Allah Yang Maha Kuasa berkehendak lain.
Tiba-tiba sekelompok orang yang tadinya terpaku diam
maju ke depan mendekati Abdul Mutthalib, dengan nada
memprotesmerekaberkata:“HaiAbdulMutthalib,apakah
sesungguhnya yang hendak kau lakukan!” Dia menjawab
lantang: “Aku hendak memenuhi nadzarku!” Kelompok
orang-orang nampak semakin bangkit keberaniannya,
mereka menyahut dengan suara keras: “Tidak, kau
tidak boleh menyembelih anakmu sendiri hanya karena
nadzar. Kalau hal itu kau lakukan, perbuatan seperti itu
akan ditiru oleh orang-orang Makkah, bagaimana kalau
hal itu berlangsung terus”.
Seorang diantara mereka yang bernama Al Mughirah
melangkah ke depan langsung memegang tangan Abdul
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
148
Mutthalib yang mencengkeram golok sambil berteriak:
“Demi Allah, jangan teruskan niatmu ini. Kalau nadzar
ini harus ditebus dengan harta dan perhiasan, kami
bersedia mengumpulkan tebusan itu”. Beberapa pemuka
Quraisy lainnya menyampaikan alternatif penyelesaian:
“Berangkatlah bersama anakmu itu ke Khaibar, disana
ada orang pintar yang terkenal, bertanyalah padanya,
apakah nadzarmu itu harus dipenuhi atau dapat diganti
dengan tebusan”.
Saran tersebut ternyata mempengaruhi logika dan
hati nuraninya yang akhirnya menyadarkan dirinya atas
kebodohan nadzar yang pernah diucapkannya tiga puluh
tahun yang lalu. Pada dasarnya Abdul Mutthalib adalah
tipe pemimpin yang suka bermusyawarah, bukan orang
yang berkepribadianotoritermempertahankanpendirian
dan keputusan tanpa bersedia mendengarkan pendapat
masyarakat yang dipimpinnya. Maka berangkatlah dia ke
Khaibar untuk menemui orang pintar tersebut. Ternyata
orang tersebut memutuskan agar nyawa Abdullah diganti
dengan seratus ekor unta sebagai tebusan nadzarnya.
Keputusan ini sangat melegakan hatinya, inilah harapan
sesungguhnya dari nurani seorang ayah yang mencintai
anak-anaknya, seorang pemimpin yang tidak mau
kehilangan martabat dan wibawanya dimata penduduk
Makkah yang menghormati dan mencintainya.
c.	 Pernikahan Dan Perpisahan Pengantin Baru
Berita terlepasnya Abdullah dari cengkeraman maut
nadzar ayahnya segera tersiar keseluruh Makkah dibawa
oleh mereka yang menyaksikan peristiwa menegangkan
di dekat Ka’bah. Mereka terus berusaha memperoleh
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
149
informasi berikutnya yang datang dari Khaibar yang
menceritakan ditebusnya nyawa Abdullah dengan
seratus ekor unta. Berita gembira ini disambut Aminah
dengan rasa syukur yang tiada terkira, dimana pemuda
tampan yang diam-diam dikaguminya telah selamat dari
pembantaian ayah kandungnya sendiri.
Ibu Aminah yang bernama Barrah binti Abdul Uzza
menjelaskan kejadian yang dialami Abdullah sejak Abdul
Mutthalib membawa kesepuluh anaknya ke Ka’bah
hingga saat-saat menegangkan sewaktu hasil undian
diumumkan sampai kata putus akhir dari orang pintar
yang tinggal di Khaibar. Ibunya terus memperhatikan
perubahan raut wajah anak gadisnya yang kelihatan
sangat berminat mendengar cerita tentang keselamatan
Abdullah, tapi kepekaan hati Aminah menangkap
apa yang diraba ibunya sehingga dengan bijaksana dia
berusaha menyembunyikan perasaannya.
Suasana yang sejenak hening karena keduanya
terdiam tiba-tiba berubah karena kedatangan Wahab
bin Abdu Manaf, ayah Aminah membawa berita yang
mendebarkan hati puterinya. “Pemimpin Bani Hasyim
(Abdul Mutthalib) datang melamarmu untuk dinikahkan
dengan puteranya yang bernama Abdullah”. Mereka
berdua terdiam, tapi nampak perubahan pada wajah
Aminah meskipun berusaha untuk tidak menunjukkan
reaksi berlebihan.
Segera para wanita Bani Zuhrah berdatangan untuk
menyampaikan ucapan selamat pada Aminah dan
ibunya, mereka bercakap-cakap penuh kegembiraan,
salah seorang diantaranya menceriterakan bahwasanya
ada seorang wanita bernama Ruqayyah binti Naufal
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
150
pernah menawarkan seratus ekor unta sebagai pengganti
unta tebusan nadzar kepada Abdullah bila dia bersedia
menerima wanita itu sebagai isterinya. Abdullah
menjawab: “Aku selalu bersama ayahku, aku tidak mau
menentang kemauannya dan tidak pula bermaksud
meninggalkannya”.
Seorang ahli sejarah bernama Doktor Muhammad
Husain Haikal berpendapat: “Baginya cukup dikatakan
bahwa Abdullah adalah pemuda tampan yang
berkepribadian, karena itu tidak mengherankan kalau
banyak wanita selain Siti Aminah yang ingin dipersunting
sebagai isteri Abdullah. Tetapi setelah ia menikah dengan
Aminah putuslah harapan mereka”.
Sesuai tradisi pernikahan masyarakat Quraisy,
Abdullahtinggaltigaharitigamalamdirumahmertuanya,
dan pada hari keempat dan seterusnya Aminah harus
mengikuti Abdullah untuk tinggal di rumah Abdul
Mutthalib, beradaditengah-tengahkeluargaBani Hasyim.
Suatu pagi ketika baru bangun dari tidur Aminah
menceritakan mimpi yang dialaminya kepada suaminya.
Ia menceriterakan melihat sinar yang terang benderang
memancar dari dirinya sehingga nampak istana Bushara
di negeri Syam. Tiada berapa lama terdengarlah suara
menggema yang ditujukan kepadanya: “Engkau telah
hamil dan akan melahirkan orang termulia dari ummat
ini”.
Sudah menjadi kebiasaan laki-laki Quraisy
meninggalkan keluarganya untuk bergabung dengan
kafilah dagang selama berbulan-bulan. Demikian
halnya dengan Abdullah yang baru beberapa bulan
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
151
melangsungkan pernikahannya dengan Aminah, dia
harus berpisah dengan isterinya yang mulai terasa
kehamilannya. Pada suatu malam antara jaga dan tidur
sambil membayangkan perjalanan suaminya, terdengar
suara seseorang yang bertanya: “Apakah engkau merasa
telah hamil?” Dia menjawab:”Aku tidak tahu”. Suara itu
muncul kembali: “Tidak tahukah kamu bahwa bayi yang
berada dalam kandunganmu itu adalah orang termulia
dan dia seorang Nabi!”
Perjalanan kafilah dagang Abdullah kini sudah
memasuki bulan kedua berarti sebentar lagi mereka akan
tiba di Makkah. Benar, suatu pagi terlihat iring-iringan
unta dari kejauhan mendekat kota, mereka tidak lain
adalah kafilah Quraisy yang datang dari negeri Syams.
Bagi Aminah jalannya kafilah terasa amat lambat, hatinya
gelisah ingin segera melihat wajah suaminya, makin lama
rombongan semakin mendekat, terdengar suara hiruk
pikuk menyambut kedatangannya. Dicarinya Abdullah
diantara kerumunan orang yang berjalan kian kemari,
tapi tidak diketemukannya, mungkinkah dia mampir ke
Ka’bah terlebih dahulu untuk thawaf menyatakan rasa
syukur atas keberhasilannya?
Keramaian semakin berkurang, suasana di sekitar
tempat tinggal Bani Hasyim semakin sepi, perlahan
terdengar langkah orang yang mendekatinya. Mereka
adalah ayah Aminah dan mertuanya Abdul Mutthalib
yang memberitahukan bahwa Abdullah belum bisa
pulang karena menderita sakit yang kini sedang dirawat
oleh kerabat ibunya Bani Makhzum di dekat Yatsrib.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
152
Untuk mengetahui perkembangan kesehatan
Abdullah, Abdul Mutthalib menyuruh anak sulungnya
bernama Al Harits ke Yatsrib. Selang beberapa hari dia
sudahpulangkembalikeMakkahsendiriandanmembawa
kabar yang mengejutkan bahwa Abdullah sudah wafat,
jenasahnya dimakamkan disana.
d.	 Ketegaran Siti Aminah
Berhari-hari Aminah menanggung kepedihan,
sementara badannya semakin lemah karena kehilangan
gairah hidup, sulit tidur dan tidak ada nafsu makan atau
minum. Tapi lambat laun muncul kesadarannya bahwa
bayi dalam kandungannya memerlukan asupan makanan
dari ibunya, maka dikuatkannya dirinya untuk berjuang
hidup demi janin dalam rahimnya. Semangatnya mulai
pulih kembali tatkala dia ingat mimpinya bahwa dia
sedang mengandung seseorang yang mulia, bahkan
seorang Nabi!
Kemauannya bangkit untuk menunjukkan bahwa
dirinya bukanlah wanita egois, akan diperlihatkan pada
orang-orang Bani Hasyim bahwa dia adalah keturunan
Bani Zuhrah yang mampu mengatasi kesedihan dan
kemalangan dengan ketabahan demi kehormatan
keluarga dan dirinya sendiri.
Belum selesai dia berusaha mengembalikan
kepercayaan dirinya datang cobaan berikutnya, dimana
seluruh penduduk kota harus mengungsi ke bukit-bukit
batu di sekitar Makkah karena akan ada serangan dari
pasukan gajah dibawah pimpinan raja Abrahah. Bagi
orang laki-laki menaiki dan menuruni bukit batu terjal
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
153
yang berada di pinggiran kota Makkah bukanlah masalah
besar, tapi bagaimana dengan dirinya yang masih dalam
keadaan lemah harus melakukan hal itu bersama
bayi dalam kandungannya yang semakin membesar.
Aminah tidak memahami apa maksud Abrahah hendak
menghancurkan Ka’bah selain yang didengarnya bahwa
panglima Abrahah telah mempermalukan dirinya dengan
merampas200ekoruntamilikmertuanyaAbdulMutthalib
yang melarang kabilah Quraisy untuk mengadakan
perlawanan karena kekuatan yang tidak seimbang. Tanpa
diketahuinya ternyata dia bersama pembantunya Barakah
Ummu Aiman telah ditinggal semua penghuni rumah
pergi mengungsi kebukit. Untunglah menjelang matahari
terbenam datanglah seseorang yang memberitahukan
bahwaAbrahahdan pasukan Habasyah telahdihancurkan
Allah sebelum mereka menghancurkan Ka’bah.
Selang beberapa puluh hari penduduk Makkah
mendengar kabar gembira bahwa Aminah binti Wahab
telah melahirkan seorang putera saat menjelang fajar
yang menurut perhitungan jatuh pada hari Senin tanggal
12 bulan Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Pada pagi harinya
dia menyuruh pembantunya memberitahu Abdul
Mutthalib bahwa cucu yang dinantikannya telah lahir
dengan selamat. Abdul Muthallib kemudian memberi
nama cucunya itu dengan nama Muhammad (orang yang
terpuji).
Kehadiran Muhammad kecil adalah sumber
kebahagiaannya kala itu setelah suami tercintanya tiada.
Namunkebiasaandikalanganpemukapadasaatituapabila
mempunyai bayi, maka bayi yang baru lahir itu dititipkan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
154
kepada kaum ibu pedesaan. Dengan tujuan agar dapat
menghirup udara segar dan bersih serta untuk menjaga
kondisi tubuh ibunya agar tetap sehat Siti Aminah harus
rela berpisah sementara dengan putra kesayangannya
tersebut untuk dititipkan sementara kepada ibu Susunya
yang bernama Halimah Sa’diyah dari Kabilah Banu Sa’ad.
Ibu mana yang tidak teriris hatinya manakala harus
berpisah dengan buah dari cintanya dengan seorang
pemuda luhur yang telah tiada. Seorang anak pengobat
kerinduannya pada Abdullah yang tak mungkin lagi ia
temui. Namun demi kebaikan putranya tersebut iapun
harus ikhlas. Hingga pada umur 2 tahun Muhammad
kecilpun kembali kepangkuan ibunda tercintanya Siti
Aminah. Pada umur 6 tahun Muhammad diajak ibunya
ke Madinah (Yatsrib kala itu) untuk menziarahi makam
Ayahnya yang belum sempat dilihat wajahnya oleh
Muhammad. Namun ketika hendak pulang ke Mekkah,
perjalanan yang melelahkan tersebut adalah perjalanan
terakhir Siti Aminah ke Madinah, tepat di sebuah dusun
kecil yang bernama Abwa Siti Aminah menghembuskan
napas terakhirnya.
Siti Aminah saat itu telah meninggalkan Muhammad
untuk selamanya, namun sikap luhurnya serta ketegaran
dan kesabarannya dalam mengarungi hidup terekam
jelas dalam diri Nabi Muhammad Saw kesabaran
tanpa batas dan ketegaran dalam menghadapi cobaan
kemudian menjadi karakter yang begitu lekat dalam diri
Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah dan mendidik
manusia.
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
155
2.	 Karakter Kerja Keras dan Tanggung jawab dari Sang
Paman, Abu Thalib
a.	 Silsilah Abu Thalib
	
Hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu,
ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda: Manusia itu dalam urusan ini menjadi pengikut
kaum Quraisy. Muslim mereka mengikuti muslim Quraisy,
demikian pula kafir mereka mengikuti orang yang kafir
dari kaum Quraisy”. Suku Quraisy merupakan salah satu
suku yang terdapat di daerah Hijaz yakni daerah yang kita
kenal saat ini sebagai daratan Arab. Rasulullah Saw juga
berasal dari suku ini. Asal muasal suku Quraisy berasal
dari Bani Ismail, yakni keturunan Nabi Ismail as yang
merupakan anak dari Nabi Ibrahim as dari istri keduanya
yakni Siti Hajar.
Suku Quraisy adalah keturunan Fihr, yang dinamakan
juga Quraisy, yang berarti saudagar. Ia hidup di abad 3
Masehi. Fihr adalah keturunan Ma’ad. Ma’ad adalah anak
Adnan yang merupakan keturunan langsung dari Nabi
Ismail as.
Qushay, salah seorang keturunan Fihr yang hidup
di abad 5 Masehi, berhasil mempersatukan semua suku
Quraisy, dan menguasai seluruh Hijaz, yaitu daerah
selatan Jazirah Arab, yang di dalamnya terdapat kota
Makkah, Madinah, Ta’if, dan Jeddah. Ia memperbaiki
Ka’bah, mendirikan istana, menarik pajak, dan
menyediakan makan serta air bagi peziarah Ka’bah yang
datang setahun sekali. Ia juga membagi tugas di antara
kabilah-kabilah Quraisy; memberi minum jamaah haji,
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
156
memberi makanan, mengganti kiswah Ka’bah, dan tugas-
tugas lainnya. Peranan-peranan tersebut nampak pada
pembagian tugas dan tanggung jawab setiap kabilah.
Pertama, Hijabah atau Sidanah yaitu merawat Ka’bah.
Qushay menentukan kabilah tertentu dari kalangan
Quraisy yang ditugaskan untuk mengurus segala sesuatu
perihal Ka’bah.
Kedua, as-Siqayah yaitu memberikan minuman
kepada para jamaah haji yang datang dari segala penjuru
menuju tanah haram.
Ketiga, Rifadah yaitu memberikan makanan kepada
jamaah haji pada saat mereka berada di Mina dan
memberikanmerekapakaianbagiyangmembutuhkannya.
	
Keempat, liwa’ jabatan ini dikhususkan kepada ketua
kabilah. Liwa’ semacam angkatan militer Quraisy yang
berfungsi untuk peperangan dan mengawal kafilah-
kafilah dagang Quraisy.
	
Jabatan memberikan minum dan makan kepada
peziarah kemudian hari dipegang oleh Bani Hasyim. Abu
Thalib adalah anak dari Abdul Muthalib bin Hasyim dan
Fatimah bin Amr dan memiliki sembilan saudara yang
salah satunya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib yang
merupakan ayah dari Nabi Muhammad. Selepas kematian
ayahnya, Abu Thalib adalah pemimpin Bani Hasyim. Oleh
karena itu ia salah satu pemuka Quarisy yang disegani dan
dihormati.
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
157
b.	 Abu Thalib Seorang Pekerja Keras
	Setelah Siti Aminah wafat Muhammad kecilpun
diasuh oleh kakeknya. Abdul Muthallib. Muhammad
hanya 2 tahun bersama Abdul Muthallib, karena tepat
Muhammad berumur 8 tahun Abdul Muthallib pergi
menghadap sang khaliq. Muhammadpun berpindah
tempat naungan ke pamannya Abu Thalib.
Abu Thalib sendiri memiliki 8 orang anak. 5 anak
laki (Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, Aqil bin
Abi Thalib, Talib bin Abi Thalib dan Tulayq bin Abi
Thalib) dan 3 anak perempuan (Fakhitah bin Abi Thalib,
Jumanah bin Abi Thalib dan Rayta bin Abi Thalib). Meski
Abu Thalib tokoh kaum Quraisy, Abu tahlib bukanlah
pemuka Quraisy yang kaya raya. Ia hanya seorang miskin
dan memiliki sembilan saudara yang salah satunya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib yang
merupakan ayah dari Nabi Muhammad. Selepas kematian ayahnya, Abu Thalib adalah pemimpin
Bani Hasyim. Oleh karena itu ia salah satu pemuka Quarisy yang disegani dan dihormati.
b. Abu Thalib Seorang Pekerja Keras
Setelah Siti Aminah wafat Muhammad kecilpun diasuh oleh kakeknya. Abdul
Muthallib. Muhammad hanya 2 tahun bersama Abdul Muthallib, karena tepat Muhammad
berumur 8 tahun Abdul Muthallib pergi menghadap sang khaliq. Muhammadpun berpindah
tempat naungan ke pamannya Abu Thalib.
Abu Thalib sendiri memiliki 8 orang anak. 5 anak laki (Ali bin Abi Thalib, Ja‟far bin
Abi Thalib, Aqil bin Abi Thalib, Talib bin Abi Thalib dan Tulayq bin Abi Thalib) dan 3 anak
perempuan (Fakhitah bin Abi Thalib, Jumanah bin Abi Thalib dan Rayta bin Abi Thalib).
Meski Abu Thalib tokoh kaum Quraisy, Abu tahlib bukanlah pemuka Quraisy yang kaya raya.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
158
yang mengandalkan penghasilannya dari berdagang.
Namun demikian Abu Thalib adalah seorang pekerja
keras yang tidak mudah menyerah.
Merawat Muhammad ditengah beban ekonomi
yang menderanya bukan suatu keterpaksaan bahkan
dianggapnya sebagai anugerah. Abu Thalib sangat
menyayangi Muhammad. Cinta Abu Thalib dari hari
kehari semakin bertambah terhadap keponakannya itu,
karena beliau Saw. Berlaku baik dan sopan. Misalnya,
pada saat makanan tersaji, Anak yatim itu mengambilnya
dengansopan. Lalubeliaumengucap, “Bismillaah.” Ketika
selesai, beliau mengucap, “Alhamdulillah.” Suatu hari,
Abu Thalib tidak melihat keponakannya, Muhammad
Saw,sehinggaiamenundamakannyadanberkata,”Tunggu
sampai anakku datang!” Ketika Nabi Muhammad Saw
datang, Abu Thalib memberinya secangkir yoghurt
(susu asam). Nabi Muhammad Saw. meminum yoghurt
di cangkir itu. Baru setelah itu, anak-anak Abu Thalib
minum pula satu per satu, hingga semuanya kebagian.
Sang paman pun begitu mengagumi Nabi, sehingga ia
berkata pada keponakannya itu, “Muhammad, engkau
adalah seorang yang diberkati.”
Dengan kasih sayang dan cinta yang dicurahkan
pamannya tidak lantas membuatnya manja. Nabi
Muhammad justru terpacu melihat semangat pamannya
dalam bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya.
Nabi membantu perekonomian pamannya Abu Thalib
dengan bekerja sebagai penggembala domba penduduk
kota Mekkah. Nabi Muhammad Saw menggembalakan
domba di lembah-lembah dan di jalan-jalan Kota
Mekkah. Menggembala domba sendiri adalah pekerjaan
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
159
para nabi sebelum Nabi Muhammad. Sebagaimana sabda
nabi sendiri: “Tidaklah Allah mengutus nabi, kecuali
dia menggembala kambing. Para sahabat berkata, ‘Dan
Engkau?’Beliaumenjawab,‘Ya,duluakumenggembalanya
untuk penduduk Kota Mekkah dengan upah sejumlah
qirat.’” [HR Bukhari dan Muslim].
Tidak hanya menggembala Nabi Muhammad Saw
juga belajar berdagang dari pamanya tersebut. Suatu
ketika ia diajak pamannya untuk menjual dagangannya
ke negeri Syam (Suriah). Di Basrah, sebuah kota dimana
situasi jalannya penuh dengan kafilah-kafilah dagang,
terdapat sebuah biara. Seorang pendeta tinggal di biara
tersebut. Pendeta itu bernama Buhaira. Ia selalu mencari
tahu tentang kemunculan nabi yang waktunya telah
dekat.
Ketika pendeta itu melihat Nabi Muhammad Saw. Ia
sadar bahwa Nabi Muhammad Saw akan menjadi nabi
yang dijanjikan, karena Nabi Muhammad Saw memiliki
kepribadian dan tanda-tanda seorang nabi.
Pendeta itu mulai memperhatikan wajah Nabi
Muhammad Saw, dengan seksama. Sementara itu, kabar
gembira dari Nabi Isa as. terngiang dibenaknya. Pendeta
itu bertanya pada Abu Thalib, “siapa nama anak ini?” Abu
Thalib menjawab,”namanya Muhammad.”
Pendeta itu menjadi begitu merendah setelah
mendengar nama tersebut. Lalu ia berkata pada Abu
Thalib, “Kembalilah ke Mekkah. Lindungi keponakanmu
dari orang-orang Yahudi, karena ia akan menjadi orang
besar!” Abu Thalib kembali ke Mekkah. Ia mencintai
Nabi Muhammad. Ia pun sangat berhati-hati pada
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
160
keselamatan Nabi Muhammad.
a.	 Abu Thalib Seorang yang Terhormat dan Penuh
Tanggung Jawab
	Tepat di usia 40 Muhammad diangkat menjadi
nabi sekaligus rasul sementara usia Abu Thalib sudah
menginjak 70. Namun demikian Abu Thalib senantiasa
membantu dan melindungi Rasullullah Saw sebagai
bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang figur yang
membesarkan nabi. Sehingga orang Kafir Quraisy
sungkan untuk menghadang dakwah Nabi. Hal itu
disebabkan oleh rasa sungkan mereka terhadap Abu
Thalib yang pada saat itu menjadi salah satu orang besar
di Suku Quraisy.
Pada suatu saat, Abu Thalib dipanggil oleh pemuka-
pemuka Quraisy. Pada saat itu Abu Thalib diminta untuk
memerintahkan keponakannya itu, yakni Rasulullah Saw
untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Kemudian
pemuka-pemuka Quraisy tersebut mengatakan kepada
beliau: “Apabila keponakanmu itu tidak mau berhenti,
maka kami tidak akan sungkan lagi kepadamu dan akan
kami tumpas keponakanmu beserta para pengikutnya”.
Saat mendapat ancaman ini, Abu Thalib akhirnya
menyampaikan hal ini kepada Rasulullah Saw akan tetapi
Rasullullah Saw tetap berpegang teguh pada dakwahnya
itu dan Abu Thalib pun mulai tegar dan akan selalu
menjaga Rasullullah Saw dan membantunya hingga titik
darah penghabisan.
Rupanya kaum kafir Quraisy sudah geram dengan
tindak-tanduk Nabi Muhammad dan pengikutnya
yang dilindungi keluarga besar Bani Hasyim dan Bani
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
161
Muthallib. Hingga kemudian merekapun mengambil
keputusan untuk memboikot Nabi Muhammad dan
keluarga besarnya. Politik yang diterapkan kaum kafir
Quraisy adalah dengan harapan keluarga besar Bani
Hasyim dan Bani Muthallib akan terpecah. Namun
perkiraan mereka melesat, dengan kewibawaannya
Abu Thalib mengajak keluarga Bani Hasyim dan Bani
Muthallib baik yang sudah memeluk Islam maupun
masih kafir untuk bersatu membela nabi Muhammad.
Dan semua sepakat mengikuti ajakan Abu Thalib kecuali
Abu Jahal.
Boikot yang dilakukan kaum kafir Quraisy kepada
Nabi Muhammad dan keluarga besarnya tentu sangat
berdampak buruk bagi kehidupan Nabi Muhammad
dan keluarga besarnya. Mereka dilarang mendapatkan
berbagaimacamaksesdasaruntukbertahanhidup.Alhasil
banyak diantara mereka yang menurun kesehatannya
terutama bagi mereka yang berusia lanjut, salah satu
diantara mereka yang merasakan adalah Pamannya Abu
Thalib.
Namun demikian sebagai seorang yang disegani
di kalangan Bani Hasyim dan Bani Muthallib, tidak
menyerah untuk mengalah dengan penderitaan. Meski
beberapakalikelompokkafirQuraisymenawarkansolusi-
solusi yang menguntungkan baginya dan keluarganya.
Tanggung jawabnya sebagai pemimpin Bani Hasyim
dan Bani Muthallib sekaligus paman Nabi Muhammad
yang berjanji akan melindungi Nabi Muhammad dalam
keadaaan apapun terlalu mahal jika dibandingkan
tawaran-tawaran yang diberikan kaum kafir Quraisy.
	Hingga tepat pada bulan Syawwal tahun ke 10
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
162
kenabian Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib wafat
karena sakit keras, dalam penderitaan pemboikotan yang
dilakukan kaum kafir Quraisy. Kematian Abu Thalib
tentu sangat memukul jiwa Nabi Muhammad Saw.
Namun sikap menjunjung harga diri dan kehormatan
serta tanggung jawab yang dilakukan paman tercintanya
tersebut membekas dalam sanubari Nabi Muhammad
Saw.
3.	 KarakterAmanahdanshiddiqdariSangIstritercinta,
Siti Khadijah
a.	 Silsilah Siti Khadijah
Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid
bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-
Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan
Fatimah binti Za’idah, berasal dari kabilah Bani Asad
dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun
al-Awwalun (golongan yang pertama masuk Islam).
Khadijah dilahirkan pada tahun 68 sebelum Hijriyah,
di sebuah keluarga yang mulia dan terhormat. Dia
tumbuh dalam suasana yang dipenuhi dengan perilaku
terpuji. Ulet, cerdas dan penyayang merupakan karakter
khusus kepribadiannya. Sehingga masyarakat di zaman
Jahiliyah menjulukinya sebagai At-Thahirah (seorang
wanita yang suci). Selain itu, Khadijah juga berprofesi
sebagai pedagang yang mempunyai modal sehingga
bisa mengupah orang untuk menjalankan usahanya.
Kemudian Khadijah akan membagi keuntungan dari
perolehan usaha tersebut. Rombongan dagang miliknya
juga seperti umumnya rombongan dagang kaum Quraisy
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
163
lainnya.
b.	 Kepercayaan Khadijah kepada Nabi Muhammad
Saw
Pada saat Nabi Muhammad Saw memasuki usia dua
puluh tahun, beliau hadir di Hilful Fudhul, orang-orang
MakkahmenerimakeputusanbeliauterkaitdenganHajar
Aswad, beliau juga terkenal dengan kejujuran, kesetian,
amanah, iffah dan kebersihan hati plus kehormatan asal
usul dan kebaikan leluhur.
Di Mekkah terdapat seorang wanita bangsawan
sekaligus hartawan pemilik kesempurnaan jiwa,
keluhuran akhlak dan ketinggian budi pekerti. Wanita
tersebut adalah Khadijah binti Khuwailid al-Asadiyah
al-Qurasyiyah. Khadijah mendengar kesempurnaan
Muhammad Saw yang membuatnya menawarkan kerja
sama perdagangan dengan modal darinya. Khadijah
melakukan ini agar Nabi Saw memiliki penghasilan
ekonomi sehingga tidak tergantung kepada nafkah
pamannya Abu Thalib. Muhammad Saw menerima
tawaran Khadijah dengan rela, dia berangkat bersama
rombongan dagang ke Syam disertai Maesarah pembantu
Khadijah.
Ini adalah perjalanan kedua bagi Nabi Saw ke Syam,
yangpertamaadalahperjalananbeliaubersamapamannya
ketika beliau masih anak-anak. Dalam perjalanan ini
bersama Muhammad Saw. Maesarah melihat keajaiban,
diantaranyaadalah bahwadiamelihatduaorang malaikat
memayungi rekan kerjanya itu dari terik matahari pada
saatsinarnya menyengat tubuh. Padasuatu hari Nabi Saw
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
164
singgah berteduh di bawah sebuah pohon dekat biara
seorang rahib. Rahib ini melihatnya maka dia bertanya
kepada Maesarah tentangnya, maka Maesarah berkata,
“Dia adalah laki-laki Quraisy dari tanah Haram.” Maka
rahib ini berkata, “Tidak ada seorang pun yang berteduh
di bawah pohon itu kecuali seorang nabi.” Rahib ini
berkata demikian karena dia menyaksikan tanda-tanda
kenabian yang berkibar di depan mata setiap pemilik
Bashirah yang mencermati.
Nabi Muhammad Saw pulang dengan keuntungan
besar. Khadijah berbahagia karenanya. Khadijah
lebih berbahagia lagi manakala pelayannya Maesarah
menceritakan kepadanya perkara rahib dan naungan dua
malaikat kepada beliau dari sengatan matahari. Karena
hal ini dan hal lainnya Khadijah berminat menikah
dengan Muhammad Saw yang pada saat itu berumur dua
puluh lima tahun dan umur Khadijah sendiri antara tiga
puluh limadanempatpuluhtahun. SebelumnyaKhadijah
telah menikah dengan Abu Halah Zararah at-Taimi dan
sebelumnya dengan Atiq bin A’idz al-Makhzumi, dari
suaminya yang akhir ini Khadijah melahirkan seorang
putri bernama Hindun. Jadi Nabi Saw mempunyai dua
anak tiri yaitu Hind dan Halah.
Langkah selanjutnya di ambil oleh Khadijah, dia
mengirim pesan kepada Nabi Saw melalui seorang
kawannya. Dalam pesannya Khadijah berkata, “Wahai
anak paman, sesungguhnya aku berminat kepadamu
karena hubungan kekerabatan dan kemuliaanmu pada
kaummu, kebaikan akhlakmu dan kejujuran kata-
katamu.” Kemudian Khadijah menawarkan dirinya untuk
menikah. Padasaatitu KhadijahtergolongwanitaQuraisy
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
165
yang bernasab terhormat, berkedudukan mulia dan
berharta besar. Setiap laki-laki dari kaumnya berusaha
untuk mendapatkannya namun tidak seorang pun yang
berhasil.
c.	 Pernikahan Nabi Muhammad Saw dengan Siti
Khadijah
Maka berlangsunglah pernikahan itu dimana pada
saat itu Muhammad Saw berusia dua puluh lima tahun
sementarausiaKhadijahadalahempatpuluhtahun.Itulah
pernikahan pertama Muhammad Saw. Meskipun berasal
dari status sosial dan usia yang berbeda namun terbukti
pernikahannya ini sangat bahagia dan pernikahan itu
sendiri berlangsung selama 25 tahun.
Saatmenerimarisalahkenabian,Khadijahmerupakan
orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul
beserta ajaran-ajaran-Nya. Nabi Muhammad pun tidak
menghiraukan berbagai ancaman dan propaganda yang
datangnya dari kaum musyrikin. Karena disampingnya
terdapat sang kekasih pilihan Allah yang dengan setia
mendampingi dan memperkuat aktifitas dakwahnya,
sehingga terasa ringan beban yang diemban dan ringan
pula menghadapi cobaan apa pun yang dilakukan oleh
kaumnya. Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira,
Rasulullah kembali ke rumah dengan perasaan takut
seraya berkata kepada Khadijah, ”Selimuti aku! Selimuti
aku!” Maka Khadijah menyelimutinya hingga hilang
perasaan takutnya itu. Beliau menceritakan semua yang
telah terjadi. “Aku khawatir pada diriku,” kata Rasulullah.
Khadijah menjawab, “Tidak perlu khawatir, Allah
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
166
tidak akan pernah menghinakanmu, sesungguhnya
engkau orang yang menjaga tali silaturrahmi, senantiasa
mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu
yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu
orang-orang yang berhak untuk dibantu.”
d.	 Wafatnya Sang Istri Tercinta
Kira-kira dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib
meninggal dunia, Ummul Mukminin Khadijah Al Kubra
meninggal dunia pula, tepatnya pada bulan Ramadhan
pada tahun kesepuluh dari nubuwah, pada usia enam
puluh lima tahun, sementara usia beliau saat itu lima
puluh tahun.
Khadijah termasuk salah satu nikmat yang
dianugerahkan Allah kepada Rasulullah Saw. Dia
mendampingi beliau selama seperempat abad,
menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau di
saat-saat kritis, menolong beliau dalam menyebarkan
risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad
yang berat, rela menyerahkan diri dan hartanya kepada
beliau. Rasulullah Saw bersabda tentang dirinya, “Dia
beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku,
membenarkan aku selagi semua orang mendustakanku,
menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang
tidakmaumemberikannya,Allahmenganugerahikuanak
darinya selagi wanita selainnya tidak memberikannya
kepadaku.” (Riwayat Ahmad di dalam Musnad-nya,
6/118).
Di dalam Shahihul-Bukhary, dari Abu Hurairah ra,
dia berkata, “Jibril mendatangi Nabi Saw, seraya berkata,
“Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
167
membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau
makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan
salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar
kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di
dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”
Dua peristiwa yang menyedihkan dalam waktu
yang berdekatan dan belum lagi peristiwa pemboikotan
menyebabkan ‘amul huzni tahun-tahun kesedihan.
Siti Khadijah memang telah meninggalkan nabi secara
fisik namun cinta dan sikap luhurnya kepada nabi
tidak pernah membuat cintanya luntur hingga akhir
hanyat nabi Muhammad Saw. cintannya bermula dari
sikap amanah yang diberikannya ketika Siti Khadijah
masih menjadi tuannya serta tumbuh manakala risalah
kenabiannya tiba ialah yang manusia yang pertama
kali mempercayainya dan dengan segala keyakinan dan
keikhlasannya. Sikap amanah dan shidiq adalah potensi
kenabian yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad
Saw, namunwanitamuliabernamaSiti Khadijahmemiliki
peran atas perkembangan karakter mengagumkan nabi
Muhammad tentang Amanah dan shiddiq.
C.	 Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi
Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw adalah panutan terbaik bagi
seluruh umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan
teladan yang baik serta kepribadian mulia. Sifat-sifat yang
ada pada diri Rasulullah Saw, yakni siddik, amanah, tabligh
dan fathonah. Perilaku Rasululah Saw dalam segala hal
adalah perilaku yang dipastikan tidak bertentangan dengan
al-Qur’an, tetapi justru perilaku Rasulullah Saw itulah
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
168
cerminan isi kandungan al-Qur’an.
Seyogianya, setiap guru (pendidik) dapat tampil seperti
apa yang telah diteladankan oleh Rasulullah Saw. Dalam
proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha
menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua
kebaikan dan bukan sebaliknya. Meniru sikap Rasulullah
Saw dalam setiap hal merupakan keharusan bagi segenap
umatnya, termasuk bagi para pendidik atau guru, jika meniru
strategi yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw niscaya akan
memperoleh keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan.
Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Hasyir: 7:
...‫وا‬ُ َ‫ه‬
‫ت‬
ْ
‫ان‬
َ
‫ف‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ ُ‫م‬
‫اك‬َ َ‫ه‬
‫ن‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ُ‫وه‬
ُ
‫ذ‬
ُ َ‫خ‬
‫ف‬
ُ
‫ول‬ ُ‫س‬َّ‫الر‬ ُ ُ‫م‬
‫ك‬ َ‫ا‬‫ات‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬.…
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…
Ayat di atas berkenaan dengan pembagian rampasan
perang yang langsung dibagi oleh Rasulullah Saw akan tetapi
potongan ayat tersebut tidaklah salah jika dianalogikan
dengan hal lain yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw telah meninggalkan banyak hal sebagai
contoh baik yang dapat dilaksanakan oleh setiap pendidik.
Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab; 21:
َ
‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬ َ َّ‫للاه‬ ‫و‬ُ‫ج‬ْ َ‫ر‬
‫ي‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ‫ن‬َ‫م‬ِ
ّ
‫ل‬
ٌ
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬
ٌ
‫ة‬َ‫و‬ ْ
‫س‬
‫ُأ‬
� َِّ‫للاه‬ ِ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ْ ُ‫م‬
‫ك‬
َ
‫ل‬ َ‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
ً
‫ريا‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬َ َّ‫للاه‬ َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ر‬ِ‫خ‬
‫آ‬ ْ
‫ال‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
169
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
Pada ayat di atas, Allah Swt menegaskan kepada manusia
bahwa manusia dapat memperoleh teladan yang baik dari
Rasulullah Saw. Beliau adalah sosok manusia yang kuat
imannya, pemberani, penyabar, tabah menghadapi segala
macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala
ketentuan-ketentuan Allah Swt. dan iapun memiliki ahklak
yang sangat mulia, jika manusia ingin bercita-cita ingin
menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan
di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti
Nabi Muhammad Saw. (UII, jilid VII, 1990: 743-744).
Dalam hal pendidikan Rasulullah Saw telah memberikan
banyak pelajaran bagi para pendidik berkenaan dengan
metode pendidikan, yang bisa diimplementasikan oleh para
pendidik di lembaga formal (sekolah) maupun di rumah oleh
orangtuayang memberikan pendidikan padaanak-anaknaya.
Berikut adalah uraian singkat berkenaan dengan usaha
mengimplementasikan strategi pembelajaran Rasulullah di
sekolah maupun di rumah.
1.	 Implementasi Mendidik dengan Contoh Teladan
Di antara sekian banyak strategi pembelajaran, “contoh
teladan” merupakan salah satu strategi yang paling banyak
pengaruhnya terhadap anak didik dalam proses belajar
mengajar, mengingat setiap manusia memiliki fitrah untuk
meniru (meneladani), terutama pada diri anak-anak yang
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
170
bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi
karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental
seseorang yang senantiasa merasa dirinya berada dalam
perasaan yang sama dengan kelompok lain, sehingga dalam
peniruan ini, anak-anak cenderung meniru orang dewasa,
kaum lemah cenderung meniru kaum kuat, bawahan
cenderung meniru atasan. Naluri ketundukanpun bisa
dikatagorikan sebagai pendorong untuk meniru, terutama
anggota suatu kelompok pada pemimpin kelompok tersebut.
(an-Nahlawi, 1983: 263)
Pendidik itu besar di mata murid-muridnya. Mereka
cenderung untuk menirunya dan meneladaninya. Karena
itu, para pendidik harus berkarakter sebagaimana yang
diserukan ilmu itu sendiri, yaitu akhlak dan amal perbuatan.
Mereka lebih berhak dengan semua itu dan pemiliknya,
karena mereka memiliki keistimewaan berupa ilmu-ilmu
pengetahuan yang tidak dicapai oleh selain mereka dan
karena guru adalah teladan bagi manusia yang lain, siapa saja
yang menjadi tanggung jawab guru akan terwarnai dengan
akhlak yang kuat, tekad yang bulat dan agama yang benar.
Seorang pendidik tidak dapat mendidik murid-muridnya
dengan sifat utama kecuali apabila ia memiliki sifat utama
dan ia tidak dapat memperbaiki mereka kecuali apabila ia
shalih, karena murid-murid akan mengambil keteladan
darinya lebih banyak dari pada mengambil kata-katanya. (al-
Hamd, 2002: 27)
Padahakekatnyadilembagapendidikanpesertadidikhaus
akan suri teladan, karena sebagian besar hasil pembentukan
kepribadian adalah keteladanan yang diamatinya dari para
pendidik. Di rumah, keteladanan akan diperoleh dari kedua
orangtua dan dari orang-orang dewasa yang ada dalam
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
171
keluarga tersebut. Sebagai peserta didik, murid-murid secara
pasti meyakinkan semua yang dilihat dan didengarkannya
dari cara-cara pendidiknya adalah suatu kebenaran. Oleh
sebab itu para pendidik hendaknya menampilkan akhlak
karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Ibnu Khaldun pernah mengutip amanah Umar bin
Utbah yang disampaikan kepada guru yang akan mendidik
anak-anaknya sebagai berikut “sebelum engkau mendidik
dan membina anak-anakku, hendaklah engkau terlebih
dahulu membentuk dan membina dirimu sendiri, karena
anak-anakku tertuju dan tertambat kepadamu. Seluruh
perbuatanmu itulah baik menurut pendangan mereka.
Sedangkan apa yang engkau hentikan dan tinggalkan, itu
pulalah yang salah dan buruk di mata mereka” (Ihsan,
2003:158).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapati perilaku
anak-anak yang meniru perilaku orang lain yang menjadi
pujaannya, seperti meniru gaya pakaian, meniru gaya
rambut, meniru gaya bicara. Hal serupa juga terjadi di sekitar
lembaga-lembaga pendidikan, seorang siswa yang meniru
guruyangiasenangi,sepertimenirucaramenulis,caraduduk,
cara berjalan, cara membaca dan lain sebagainya. Semua ini
membuktikan bahwa pada hakekatnya sifat meniru perilaku
orang lain merupakan fitrah manusia, terutama anak-anak.
Sifat ini akan sangat berbahaya jika peniruan dilakukan juga
terhadap prilaku yang tidak baik.
Ada dua bentuk strategi keteladanan; pertama, yang
disengaja dan dipolakan sehingga sasaran dan perubahan
perilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan dan
ditargetkan, yaitu seorang guru sengaja memberikan contoh
yang baik kepada muridnya supaya dapat menirunya. Kedua,
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
172
yang tidak disengaja, dalam hal ini guru tampil sebagai
seorang figur yang dapat memberikan contoh yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.(Syahidin, 1999: 164).
Untuk dapat menjadikan “teladan” sebagai salah satu
strategi, seorang guru dituntut untuk mahir dibidangnya
sekaligus harus mampu tampil sebagai figur yang baik.
Bagaimana mungkin seorang guru menggambar bisa
mengajarkan cara menggambar yang baik jika ia tidak
mengusai tehnik-tehnik menggambar, seorang guru ngaji
tidak akan dapat menyuruh siswanya fasih membaca al-
Qur’an jika dirinya tidak menguasai ilmu membaca al-
Qur’an dengan baik, guru matematika akan dapat memberi
contoh cara menghitung yang baik jiak iapun menguasai cara
menghitung dengan baik, jangan harap seorang guru bahasa
Indonesia akan dapat mengajar membaca puisi dengan baik
jika dirinya saja tidak mahir dalam bidang ini, demikianlah
seterusnya dengan disiplin ilmu yang lain.
Selain mahir di bidangnya, seorang guru tentu saja
dituntut untuk menjadi figur yang baik, prilaku seorang
guru senantiasa menjadi sorotan masyarakat terutama para
muridnya, tidak sedikit murid yang mengagumi gurunya
bukan hanya karena kepintaran di bidang ilmunya, tetapi
justru karena perilakunya yang baik, bersikap ramah, adil
dan jujur kepada murid-muridnya.
Hallainyangdapatdilakukanolehseorangguruagardapat
menjadi teladan yang baik adalah dengan selalu mengadakan
muhasabah pada diri sendiri, mengoreksi akan kekurangan-
kekurangan diri dan berusaha untuk memperbaikinya
karena bagaimana mungkin guru akan menjadi teladan
sedangkan dirinya penuh dengan kekurangan, bagaimana
mungkin guru dapat menundukkan kekurangan-kekurangan
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
173
itu sedangkan dirinya cenderung kepada akhlak yang tercela,
bagaimanamungkingurudapatmenasehati murid-muridnya
sedangkan dirinya belum mencerminkan kesempurnaan
akhlak. Perhatikan dan takutlah akan kebencian Allah Swt
yang ditujukan kepada siapa saja orang yang hanya pandai
menyuruh orang berbuat baik padahal dirinya tidak dapat
menjadi contoh dari kata-katanya. Seperti firman Allah
dalam surat ash-Shaff ayat 2-3:
‫ن‬
‫َأ‬
�َِّ‫للاه‬ َ‫ند‬ِ‫ع‬‫ا‬ً‫ت‬
ْ
‫ق‬َ‫م‬َ ُ‫ر‬
‫ب‬
َ
‫ك‬)1( َ‫ون‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ون‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬ َ ِ‫م‬
‫ل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬
َ‫آ‬
� َ‫ني‬ِ‫ذ‬
َّ
‫ال‬‫ا‬َ ُّ‫ه‬
‫ي‬
‫َأ‬
� َ‫ا‬‫ي‬
)2( َ‫ون‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫وا‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tiada kamu kerjakan.
Seorang bijak bersyair tentang pentingnya
keteladanan :
Wahai orang yang mengajar selainnya !
Mulailah pengajaran itu dari dirimu,
Kau resepkan obat sedangkan kau lebih
membutuhkannya,
Kau mengobati orang sakit sedang kau sendiri sakit,
Mulailahdengandirimu,jauhkaniadarikesesatannya,
Jika itu sudah dilakukan, berarti kau orang bijak,
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
174
Sejak itu akan diterima nasihatmu, jika kau memberi
nasihat
Dan ia akan meniru ucapannmu dan menerima
pengajaran.
	
Pribahasa “guru kencing berdiri murid kencing berlari”
atau kata “guru” dimaknai dengan “digugu dan ditiru”,
menunjukan betapa sosok seorang guru dituntun untuk
selalu memperlihatkan perilaku yang baik, karena disadari
atau tidak, kata-katadan perilaku seorang guru akan menjadi
panutan bagi murid-muridnya.
2.	 Implementasi Mendidik dengan Targhib dan Tarhib
Kecenderungan yang saling berlawanan dalam diri
manusia diantaranya adalah perasaan roja (optimis) dan
khauf (pesimis). Dalam ajaran Islam, sikap optimis yang
berlebihan tidak dibenarkan, demikian juga sikap pesimis
yang berlebihan dilarang, karena dapat menimbulkan sikap
angkuh dan sombong bila berhasil serta sikap putus asa bila
gagal yang akhirnya dapat menyeret manusia pada jurang
kenistaandandosa. Begitu jugasikappesimisyang berlebihan
akan mengakibatkan manusia menjadi rendah diri dan putus
asa.
Untuk menyeimbangkan kedua kecenderungan itu,
ajaran Islam memadukan keduanya dengan melalui targhib
dan tarhib. Thargib lebih diarahkan pada upaya memupuk
rasa optimis dan berusaha meyakinkan kebenaran melalui
rasa optimis dan berusaha meyakinkan kebenaran melalui
janji dan bujukan. Sedangkan tarhib memfokuskan pada
penanaman rasa kehati-hatian dalam melakukan kewajiban
atau perintah Allah Swt dengan demikian pada intinya kedua
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
175
model ini membangkitkan kesadaran akan keterkaitan diri
manusia kepada Allah Swt. (Syahidin, 1999: 124).
Setiap manusia dipastikan memiliki kecenderungan-
kecenderungan kepada keinginan untuk meraih kesuksesan,
memperolehkenikmatandan kesenangan,dalam waktuyang
bersamaan manusia memiliki kecenderungan untuk tidak
ingin mengalami kegagalan, kepahitan dan penderitaan.
Kecenderungan-kecenderungan ini harus selalu diingat
oleh setiap guru, sehingga setiap saat seorang guru dapat
menyadari bahwa murid sebagai manusia yang normal tidak
akan pernah lepas dari kecenderungan-kecenderungan
tersebut.
Dalam membangkitkan semangat belajar seorang
murid, guru dapat menggunakan strategi yang digunakan
oleh Rasulullah Saw yaitu dengan memberikan rangsangan-
rangsangan (targhib) atau ancaman (tarhib) dengan berbagai
bentuk yang paling cocok dengan keadaan siswa. Misalnya,
kepada murid yang berprestasi akan diberikan hadiah atau
diajak darmawisata dengan gratis atau dibebaskan bayaran
sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan kepada yang sering
bolos sekolah akan diberikan sangsi berupa skor atau
dikeluarkan dari sekolah.
Rangsangan dan ancaman juga dapat dilakukan melalui
penyampaian kisah-kisah terdahulu baik kisah perorangan
maupun kelompok. Seperti penyampain kisah Firaun, kisah
Qarun sebagai lambang orang sombong dan tamak yang
berakhir dengan kenistaan atau penyampain kisah para Nabi
seperti kisah Nabi Ayub yang lulus dari ujian kesabarannya.
Kisah Nabi Luth dan kaumnya, Nabi Nuh a.s. dan kaumnya
yang membuktikan bahwa hanya orang yang taat kepada
perintah Allahlah yang akan diselamatkan oleh Allah Swt.
Sementara orang pembangkang walaupun anak seorang yang
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
176
terpandang dan berpengaruh tetap saja akan mendapatkan
kecelakaan (disiksa oleh Allah Swt)
Sebelum mempraktekan targhib dan tarhib, tentu saja
seorang guru harus benar-benar mendalami psikologi
peserta didiknya. Seorang murid tidak akan terpengaruh
sikapnya karena ia dijanjikan akan digratiskan darmawisata
jika ia tidak hoby darmawisata, demikian juga tidak akan
berpengaruh baik kisah seorang Nabi jika peserta didik tidak
dalam keadaan siap menerima sebuah cerita.
3.	 Implementasi Mendidik dengan Perumpamaan
Ketika akan menjadikan perumpamaan sebagai salah
satu metode dalam mengajar, jangan sampai terlupakan
bahwa perumpamaan yang akan diberikan sebagai salah
satu metode pembelajaran, tujuannya adalah untuk
mempermudah materi pelajaran dapat diterima atau
dimengerti oleh murid, dengan kata lain, tidak boleh terjadi
justru dengan pemberian perumpamaan tentang suatu
materi pelajaran, murid menjadi lebih sulit menerima materi
pelajaran tersebut. Jadi, metode perumpamaan hendaknya
dapat memudahkan pemahaman siswa mengenai suatu
konsep, dari hal-hal yang abstrak menjadi hal-hal yang
konkret, dapat membangkitkan emosi yang sejalan dengan
konsep yang diumpamakan, dapat membina dan melatih
akal untuk terbiasa berfikir secara valid dan analogis, dapat
menciptakan motivasi yang menggerakan aspek emosi dan
mental manusia.
JikamengacukepadaapayangdicontohkanolehRasulullah
Saw. Maka perumpamaan akan memberikan penekanan atau
pemaknaan yang lebih mendalam tentang suatu persoalan,
oleh karenanya yang dijadikan perumpamaan hendaknya
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
177
sesuatu yang dipastikan sudah sangat dikenal bahkan
dipahami oleh murid. Jika memberikan perumpamaan
dengan sesuatu yang tidak dikenal oleh murid, maka bukan
saja tidak akan tercapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih
parah dari itu, justru murid akan menjadi bingung.
Untuk memastikan bahwa murid sudah mengenal
apa yang akan dijadikan perumpamaan, sebaiknya guru
menanyakan terlebih dahulu kepada para murid, apakah ia
sudah mengetahui atau belum tentang sesuatu yang akan
dijadikan perumpamaan tersebut. Misalnya ketika guru
akan memberikan penjelasan bagaimana kokohnya seorang
Muslim dengan memberikan perumpamaan seorang Muslim
denganpohonkurma,makaguruterlebihdahulumengajukan
pertanyaan, anak-anak apakah kalian mengetahui pohoh
kurma? Atau pertanyaan; siapakah diantara kalian yang
tahu pohoh kurma? Untuk lebih memastikan bahwa mereka
telah mengetahuinya, suruhlah salah satu atau beberapa
orang bercerita tentang seluk beluk pohoh kurma. Setelah
dipastikan mereka mengetahui kehebatan pohon tersebut,
barulah guru menyampaikan materi sesuai dengan yang
direncanakan.
Jika dipastikan tidak ada murid yang mengetahui seluk
beluk dan keistimewaan pohon kurma tersebut, maka
guru harus menjelaskan tentang kehebatan pohon kurma
dimaksud, langkah lain yang mungkin diambil ketika
diketahui bahwa murid tidak ada yang tahu keistimewaan
pohon kurma tersebut adalah memutuskan untuk tidak
mengumpamakan kekokohanseorang Muslimdenganpohon
kurma, dengan kata lain sebaiknya mencari perumpamaan
yang telah dipahami oleh murid.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
178
Sebuah materi pembelajaran yang disandarkan kepada
suatu perumpamaan seyogianyadapat mengantarkan kepada
pemahaman yang lebih jelas dan dapat membangkitkan
semangat belajar murid, materi yang dianggap kurang
menarik akan lebih menarik setelah disandarkan kepada
suatu perumpamaan. Lihatlah, bagaimana Rasulullah Saw
memberikanperumpamaanseorangyangkikir,sukameminta
dengan tangan di bawah dan perumpamaan orang yang suka
memberi dengan tangan di atas. Kawan jelek diumpamakan
dengan tukang pandai besi dan kawan baik diumpamakan
dengan pembawa kasturi.
4.	 Implementasi Mendidik dengan Nasihat
Sering terjadi dalam kehidupan keluarga, bahwa seorang
anak sulit jika dinasihati oleh kedua orangtuanya, tetapi
dalam waktu yang bersamaan anak tersebut sangat nurut
pada gurunya, hal ini menunjukan betapa penting dan
bermaknanya sosok guru di hadapan anak, nasihat-nasihat
yang diberikan oleh guru terkadang jauh lebih berpengaruh
dibandingkan dengan nasihat yang diberikan oleh kedua
orangtuanya, anak dengan seksama memperhatikannya dan
berusahauntuk melaksanakan nasihat-nasihatguru tersebut.
Nasihat yang disampaikan oleh seorang guru hendaknya
dapat menimbulkan kelembutan kalbu seorang peserta
didik, sehingga sebuah nasihat harus disajikan dalam bentuk
yang bisa menyentuh perasaan yang dapat menumbuhkan
kesadaran pada diri peserta didik dan harus dapat
membangkitkan keinginan serta mendorong peserta didik
untuk dapat mekaksanankannya.
Sebuah nasihat hendaknya disampaikan dengan dasar
keikhlasan dan jika dipandang perlu, dilakukan dengan
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
179
berulang-ulang, sehingga nasihat tersebut dapat menyentuh
kalbu pendengarnya. Menurut Ahmad Tafsir, sebuah nasihat
akan menyentuh dan menggetarkan kalbu pendengar bila;
pertama, yang memberi nasihat merasa terlibat dalam isi
nasihat itu, kedua, yang menasihati harus merasa prihatin
terhadapnasib orangyangdinasihati, ketiga,yang menasihati
harus ikhlas dan lepas dari kepentingan pribadi secara
duniawi, empat, yang memberi nasihat harus berulang-ulang
melakukannya. (Tafsir, 2000: 146).
Selain empat hal di atas, ada empat faktor yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru dalam menyampaikan
nasihat-nasihatnya kepada peserta didik, keempat hal
tersebut seperti yang dikemukakan oleh Syahidin sebagai
berikut:
a.	 Faktor badaniah guru, maksudnya penampilan fisik guru
harus mencerminkan isi nasihat itu, seperti pakaiannya,
mimik mukanya, tutur kata dan intonasi suara.
b.	 Faktor historis peserta didik, artinya guru harus
memahami latar belakang kehidupan murid secara
umum, dari latar belakanbg sosial di mana murid itu lahir
dan dibesarkan, apakah mereka dari kalangan petani,
pedangan, pegawai, keluarga berpendidikan atau tidak,
keluarga taat beraga atau tidak dan seterusnya.
c.	 Faktor dunia peserta didik, maksudnya nasihat itu harus
disesuaikan dengan tingkat usia dan pemahaman murid.
Menasehati anak usia SD berbeda dengan menasehati
murid usia SMA.
d.	 Faktor komunikasi, maksudnya ungkapan dan tutur kata
guru harus dapat dipahami oleh murid, di sini guru harus
dapat menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh
murid. (Syahiddin, 1999: 104).
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
180
Menurutan-Nahlawi, syarat terpenting ketulusan nasihat
harus datang dari penasihat yang tidak menyandarkan
pemberian nasihatnya pada kepentingan duniawi dan
material dari diri pribadi. Oleh karena itu setiap pendidik
yangmemberinasihatharusmensucikandiridaririyadandari
segala hal yang memberi kesan pengutamaan kepentingan
peribadi. Dengan demikian ketulusan nasihanya tidak
bercampur dengan pamrih sehingga lenyaplah kahrisma dan
pengaruhnya terhadap diri siswa. (an-Nahlawi, 1996: 290).
Dalam memberikan nasihat, seorang guru juga harus
benar-benar menyadari, apakah nasihat yang ia berikan
untuk banyak orang yang disampaikan dalam bentuk klasikal
(dalam sebuah kelas atau majlis) atau untuk perorangan, dan
apakah nasihat untuk perorangan itu atas dasar permintaan
seorang peserta didik yang memang membutuhkan nasihat
atau nasihat tersebut diberikan kepada seorang peserta didik
atas dasar inisiatif seorang guru dengan target-target yang
telah ditetapkan oleh guru itu sendiri.
Jika seorang guru menginginkan adanya perubahan
sikap mental terhadap seorang peserta didik yang dipandang
membutuhkan perhatian khusus, tidak perlu menasihatinya
dalam bentuk klasikal, karena yang lain tidak membutuhkan
nasihat itu atau dengan bahasa yang lain, nasihat tersebut
bahkan akan menjadi kebingungan bagi sebagian besar
peserta didik. Jika menghadapi kasus-kasus perorangan,
seorang guru cukup memanggil yang bersangkutan dan
memberikan nasihat sesuai dengan persoalan yang sedang
dihadapinya. Memberikan nasihat kepada orang yang
meminta nasihat akan lebih mudah, karena paling tidak
sudah terpenuhi satu hal, yaitu kesiapan mental orang yang
meminta nasihat untuk mendengarkan nasihat, lain halnya
dengan nasihat yang datang sebagai inisiatif guru untuk
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
181
mencapai target-target tertentu bagi peserta didiknya, tentu
saja seorang guru harus mempersiapkan terlebih dahulu
beberapa hal seperti yang telah disebutkan di atas.
Berkenaan dengan nasihat-nasihat yang berhubungan
dengan masalah moral, sikap dan perilaku, guru seharusnya
sudah mencerminkan isi nasehatnya. Misalnya; ketika guru
menasehati murid agar menjadi murid yang rajin dan tidak
pernah terlambat datang ke sekolah, nasihat agar murid
dapat berbicara dengan sopan santun, nasihat agar murid
menjadi anak yang jujur, nasihat agar murid menjadi anak
yang rajin beribadah, nasihat agar murid jangan sombong,
iri hati dan sejenisnya, guru harus mencerminkan semua
isi nasihatnya. Karena jika isi nasihat tersebut berlawanan
dengan perilaku pemberi nasihat tidak akan dapat mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Mendidik dengan memberikan nasihat sangat berkaitan
erat dengan keteladan seorang guru, seperti diuraikan
di atas, bahwa karakter murid-murid akan lebih banyak
meniru prilaku guru daripada ucapan-ucapan guru, terlebih
ucapan yang tidak sesuai dengan tindakannya. Nasihat
yang berkenaan dengan keharusan memiliki sifat pengasih,
penyayang, berlapang dada, hidup sederhana, tidak iri hati
dan lain sebagainya, tentunya sang pemberi nasihat sudah
terlebih dahulu mencerminkan seperti isi nasihatnya itu
dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap ucapan dalam bentuk nasihat yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad Saw senantiasa memperoleh respon
yang baik dari para sahabat, karena Nabi Muhammad Saw
sendiri telah mencontohkan ucapannya tersebut dalam
perbuatannya. Ketika Nabi bersabda tentang keharusan
bershadaqah, ia sudah menjadi seorang dermawan. Ketika
Nabi bersabda tentang kesederhanaan, tidak ada yang lebih
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
182
sederhana hidupnya setelah dia. Ketika Nabi melarang
tertawa terbahak-bahak karena hal demikian temannya
setan, sesungguhnya Nabi tidak pernah tertawa kecuali
tersenyum. Ketika Nabi menasihati agar manusia memunyai
sifat lapang dada, sifat ini sudah menyatu dalam kehidupan
Nabi, demikian dengan hal-hal lain yang lain, tidak ada yang
dikatakan oleh Nabi kecualai ia telah melaksanakannya.
5.	 Implementasi Mendidik dengan Memukul
Dalam dunia pendidikan modern, seorang guru tidak
dibenarkan memukul murid-muridnya, karena memukul
termasuk tindak kekerasan, sehingga hadis Rasulullah Saw
yang berkenaan dengan perintah memukul anak ketika anak
tidak mau sahalat pada usia sepuluh tahun dianggap sudah
tidak relevan jika diterapkan pada zaman sekarang.
Jika mengacu kepada hadis Rasulullah Saw yang
dikemukakandalambabterdahulu,memukuldapatdijadikan
sebagai sebuah strategi dalam mendidik, baik pendidikan
dalam keluarga maupun pada lembaga pendidikan formal.
Sabda Rasulullah Saw di atas khusus berkenaan dengan
masalah “shalat”, namun demikian dapat juga dilakukan
dalam hal yang lain.
Memukul, seyogianya merupakan alternatif terakhir
dalam menanamkan kedisiplinan peserta didik, dengan kata
lain pemukulan dilakukan apabiladengan cara-cara persuasif
atau pemberian nasihat sudah tidak mampu merubah sikap,
perilaku atau kebiasaan peserta didik, mengingat dalam
praktek pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
tidak ditemukan bukti-bukti (hadits) bahwa Rasulullah Saw
pernah memukul para sahabat atau putra beliau sendiri.
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
183
Sebelumpemukulan itudilakukan, sepertiyangdiajarkan
Rasulullah Saw terlebih dahulu seorang pendidik harus
memperlihatkan cemeti (alat pukul), karena banyak anak
yang merasa takut bila melihat cemeti atau alat penghukum
lainnya, dengan sekedar memperlihatkannya saja banyak
anak yang bergegas memperbaiki diri, berlomba untuk
berpegang kepada yang benar serta segera memperbaiki
perilaku mereka. (Suwaid, 2003: 477).
Di lembaga pendidikan seperti pesantren, seorang
guru (kiyai) kerap kali menggenggam alat pukul tatkala
ia mengajar santrinya membaca al-Qur’an, dan ketika
mendapatkansantriyangsalahmembaca,sangkiyailangsung
memukul tangan santrinya, dengan melihat kebiasaan
kiyainya demikian, maka para santri yang ada pada lembaga
pendidikan pesantren tersebut akan selalu berusaha untuk
tidak salah dalam membaca al-Qur’an dihadapan kiyainya,
sehingga lama kelamaan bacaan al-Qur’annya menjadi baik
karena untuk menghindari pukulan kiyainya, para santri
belajar dengan sungguh-sungguh.
Dalam hal memukul, Rasulullah Saw mengajarkan agar
tidak melakukannnya lebih dari sepuluh kali, bahkan jika
sudah dipandang memadai, cukup satu kali saja. Demikian
halnya dengan anggota badan yang dipukul, harus benar-
benar menghindari anggota badan yang rawan dan sensitif,
seperti jangan memukul bagian muka, bagian kepala, bagian
perut dan kemaluan.
Melakukan pemukulan terhadap peserta didik dalam
rangka menanamkan kedisiplinan dan meningkatkan
ghirah belajar, haruslah dilandasi oleh kasih sayang, tidak
didasarkan dengan emosi, sehingga jangan sampai memukul
yang mengakibatkan luka atau pendarahan, jika ini terjadi
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
184
tujuan pendidikan justru akan menjadi kabur bahkan dengan
pemukulan yang dilandasi oleh emosi sangat mungkin akan
mengakibatkan rasa dendam pada peserta didik.
Jika sangat terpaksa pemukulan harus dilakukan lebih
dari satu kali, maka harus ada rentang waktu antara pukulan
pertama dan selanjutnya, jangan bertubi-tubi sehingga
menimbulkan rasa sakit yang berlebihan, hindari pemukulan
pada satu tempat, jika pukulan pertama dikaukan di tangan
kanan, maka pukulan kedua lakukanlah di tangan kiri,
pukulan ketiga di kaki kanan, demikian selanjutnya.
Dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran
dengan cara memukul seperti yang dianjurkan oleh
Rasulullah Saw, seorang guru atau orangtua harus senantisa
memperhatikan langkah-langkah di atas. Seorang guru
tidak boleh lupa bahwa pukulan hanyalah merupakan
strategi bukan tujuan, sehingga dengan pukulan tersebut
jelas mengandung tujuan yaitu menghasilkan buah yang
bersifat mendidik, tujuan merubah peserta didik dari yang
tidak baik menjadi baik, dari yang tidak sempurna menuju
kesempurnaan dan dari ahlak tercela menuju ahlak yang
baik.
Lagi pula dapat ditambahkan, bahwa memukul yang
terdapat dalam Hadits di atas, bukan dimaknakan secara
tekstual, tetapi juga dengan pemahaman kontekstualnya.
Kenapa dan benarkah Rasulullah Saw menyuruh memukul
pada anak usia 10 tahun yang enggan mengerjakan shalat?
Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu memerlukan telaah
yang cukup tentang asbabul-wurudnya, sanad dan matan
haditsnya, yang bisa jadi hadits riwayat Ahmad dan Abu
Daud di atas tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih dan
dikategorikan sebagai hadits dhaif dan tidak dapat dijadikan
landasan hukum. Atau mungkin juga anak tadi membantah
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
185
saatdiperintahkanuntukshalat,makakemudianperintahkan
supaya dipukul. Maksudnya, tentu bukan memukul
secara tekstual melainkan konteksnya, yaitu dimaksudkan
supaya orangtua tadi dapat mematahkan bantahannya
(mengalahkan pendapatnya). Seperti diketahui, anak usia 10
tahun, dalam konteks pendidikan, yaitu mereka yang dalam
usia SD kelas 4 ke atas, masa-masa pertumbuhan kecerdasan
dan bahkan sifat dan sikap perlawanannya (emosional).
6.	 Implementasi Menjawab Pertanyaan Sesuai
Kebutuhan dan Kondisi
Rasulullah Saw. ketika memberikan jawaban berbeda
terhadap pertanyaan yang sama, dilakukan pada waktu yang
berbeda dan tentu saja pada penanya yang berbeda pula. Cara
seperti ini dapat dilakukan oleh setiap guru namun tidak
dalam masalah atau materi yang sama. Jika seorang guru
ditanya oleh salah seorang muridnya berapa 2 + 2?, tentu saja
guru menjawab “4”. Ketika guru yang sama ditanya oleh siswa
yang berbeda pada waktu yang berbeda pula tentang berapa
jumlah 2 + 2 ?, sudah dapat dipastikan guru akan menjawab
sama dengan jawaban yang pertama yaitu “4”.
Hal ini menunjukan bahwa memberikan jawaban
berbeda terhadap pertanyaan yang sama yang diajukan oleh
siswa yang berbeda tidak dapat dilakukan dalam menjawab
materi-materi yang bersifat eksak seperti, matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Fisika dan sejenisnya. Dengan kata
lain, perbedaan jawaban terhadap pertanyaan sejenis yang
ditanyakan oleh siswa yang berbeda hanya dapat dilakukan
dalam materi-materi yang bersifat non eksakta terutama
pendidikan Agama atau yang berkenaan dengan masalah-
masalah sosial.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
186
Ketika seorang guru di lembaga pendidikan formal
akan menjawab pertanyaan peserta didik atau orangtua
dirumah akan menjawab pertanyaan anak-anaknya, haruslah
memperhatikan beberapa faktor antara lain; usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, lingkungan bermain anak,
karena faktor-faktor tersebut akan sangat berpengaruh
kepada daya tangkap anak terhadap setiap jawaban yang
diberikan.
Jawaban-jawaban dalam masalah sosial kemasyarakatan
harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan penanya,
karena tidak semua yang cocok bagi seseorang, cocok juga
bagiyang lain; tidaksemuayangcocok bagisuatu lingkungan,
cocok juga bagi lingkungan lainnya; dan tidak semua yang
cocok bagi suatu kelompok masyarakat, cocok juga bagi
kelompok atau jenis masyarakat yang lain; juga tidak semua
yang cocok bagi suatu masa cocok juga bagi masa yang lain.
(Qardhawi, 2000: 239).
Dalam memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan
harus sesuai dengan kadar pemahaman penanya, tidak
memberikan jawaban-jawaban yang yang tidak terjangkau
oleh akal pikirannya, guru juga tidak boleh berlebihan
dalam menjawab pertanyaan, janganlah karena ia tahu betul
dengan persoalan yang dipertanyakan, maka dikeluarkanlah
seluruh pengetahuan berkenaan dengan masalah tersebut,
hal ini bukanlah akan memuaskan peserta didik melainkan
sebaliknya akan membuat penanya menjadi kecewa bahkan
putus asa yang disebabkan karena ketidak mengertian atas
jawaban yang diperolehnya.
Sikap seorang guru atau orangtua dalam menerima
pertanyaan juga merupakan faktor yang sangat penting,
hendaknya seorang guru memperhatikan dengan seksama
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
187
pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik sampai
selsai, kemudian dijawab sesuai dengan pertanyaan tersebut,
jangan sekali-kali menjawab pertanyaan sementara peserta
didik masih bertanya (memotong pertanyaan), hal ini akan
mengakibatkan keputus asaan peserta didik.
Diamnya guru untuk memperhatikan pertanyaan peserta
didik akan menghasilkan rasa keberanian yang penuh etika,
pemikiran yang runtut dan tidak akan terjadi kebingungan
bagi si murid. Sehingga ia dapat menyusun pemikiran-
pemikirannya dengan benar dan terjadilah proses belajar
tanpa rasa sungkan atau khawatir. (Najib, 1990: 87).
Hal lain yang harus menjadi pertimbangan guru dalam
menjawabpertanyaan,apakahpertanyaantersebutdilakukan
dalam sebuah majlis atau dalam suasana konsultasi antara
satu orang peserta didik dengan satu orang guru?. Karena
sangat tidak mungkin dalam satu majlis ada lebih dari satu
orang penannya dengan pertanyaan sejenis, dijawab dengan
jawaban yang berbeda, hal ini tidak boleh terjadi, karena
hanya akan membingungkan audien.
Seringkali, seorang guru setiap selesai menyampaikan
sebuah pokok bahasan di dalam kelas, memberikan
kesempatan kepada murid-murid untuk bertanya tentang
hal-hal yang belum dimengerti dari pokok bahasan yang
telah disampaikan tersebut. Jika dalam kodisi seperti ini
ada murid yang bertanya dan akan dijawab pada saat itu
juga, maka jawaban tersebut harus ditujukan untuk seluruh
murid yang ada di dalam kelas, karena boleh jadi murid yang
lainpun sama kebutuhannya dengan si penanya.
Untuk dapat mengimplementasikan strategi seperti yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw ini, selain terlebih
dahulu harus mengetahui kebutuhan dan latar belakang
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
188
peserta didik (penanya), seorang guru dituntut untuk kaya
dengan pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai
hal, sehingga memungkinkan dapat merespon pertanyaan
dengan tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penanya.
7.	 Implementasi Bersikap Kepada Orang Lain Sesuai
dengan Karakternya
Sebuahprosespendidikantidakakanberhasildenganbaik
jika guru selalu memandang dan menyamaratakan karakter
murid yang satu dengan lainnya, sikap demikian hanya akan
melahirkan prilaku guru yang monoton dan tidak variatif
dalam proses pembelajaran, selanjutnya akan bermuara
kepada kejenuhan murid, bahkan akan menimbulkan sikap
antipati murid terhadap gurunya. Untuk menghindari
kondisi tersebut hendaknya guru dapat bersikap kepada
murid-muridnya sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh
masing-masing murid tersebut.
Dalam membina dan mengarahkan murid-muridnya,
seorang guru dituntut untuk pandai berimpropisasi, dapat
merangkul seluruh murid yang memiliki karakter berbeda-
beda, jangan hanya memperhatikan murid yang mudah
diarahkan sementara muyrid yang sulit diarahkan (nakal)
tidak diperhatikan bahkan disisihkan, tidak boleh guru
hanya menyukai murid yang pemberani sementara murid
yang penakut dibiarkan dengan karakternya. Guru dituntut
untuk dapat menciptakan suasana yang nyaman, dimana
murid merasadiperlakukandengan seadil-adilnya, semuanya
merasa dibimbing, merasa diarahkan dan merasakan
diperlakukan sama.
Salah satu faktor keberhasilan Rasulullah Saw dalam
mendidik para sahabatnya karena ia sangat pandai dalam
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
189
memperlakukan para sahabatnya tersebut. Kepandaian
Rasulullah Saw dalam hal bersikap kepada para sahabatnya
ini disebabkan Rasulullah Saw sangat memahami perbedaan
karakter yang dimiliki oleh para sahabatnya. Lihat saja
bagaimana Rasulullah Saw bersikap kepada Usman yang
pemalu, sangat berbeda dengan sikap beliau kepada
sahabat lainnya yang tidak pemalu, karena Usman merasa
diperlakukan khusus yang sesuai dengan karakternya, maka
yang semula diperkirakan tidak berani menyampaikan
permasalahannya, karena sikap Rasulullah Saw sedemikian
tepat, akhirnya Usman ada keberanian mengungkapkan
persoalannya di hadapan sahabat yang lain.
Dengan mempelajari kasus Usman di atas, agar seorang
guru dapat diterima oleh semua peserta didik, maka
memahami karakter setiap peserta didik merupakan sesuatu
yang mutlak sifatnya, karena tanpa memahami keragaman
karakter tersebut bisa jadi seorang guru memperlakukan
seluruh peserta didik dengan sikap yang sama, karena
sikap seperti ini tentu tidak akan dapat mencapai tujuan
pendidikan dengan sempurna.
Untuk dapat mengimplementasikan sikap Rasulullah
Saw kepada para sahabatnya, hendaklah seorang guru
memulai dari hal-hal yang paling sederhana yaitu mengenal
nama-nama muridnya, selanjutnya secara bertahap guru
dituntut untuk mengetahui lebih jauh tentang murid-
muridnya, seperti lingkungan dan karakater tempat tinggal,
lingkungan dan karakter keluarga dan yang lebih penting
adalah karakter pribadi murid yang bersangkutan. Jadi,
untuk dapat memaksimalkan sikap yang tepat terhadap
murid-muridnya, guru harus juga memperkaya diri dengan
pengetahuan yang berkenaan dengan psikologi atau ilmu
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
190
jiwa, sehingga seorang guru dapat dengan trampil dan siap
mental menghadapi murid yang memiliki karakter apa saja,
karena ia tahu bagaimana caranya mengahadapi murid yang
pendiam, murid yang pemarah, murid yang selalu menutup
diri, murid yang over acting dan lain sebagainya.
8.	 Implementasi bijak dalam menangani sikap siswa
yang terkadang senang bersikap berlebihan
Dalam dunia pendidik, selain ilmu dan keteladanan,
mengajar membutuhkan sikap arif dan bijak. Karena dalam
perjalanannya mengajar tidak selalu mendapati siswa-siswi
yang taat kepada seorang guru. Ada kalanya seorang siswa
bersikap bertentangan dengan seorang pendidik. Tidak
selalu karena seorang siswa tidak suka terhadap sang guru.
Bisa jadi karena sang siswa membutuhkan perhatian lebih
dari seorang guru.
Dalam mendidik ummat Rasulullah pernah pernah juga
mengalami hal yang tidak menyenangkan ketika mengajar.
Misalnya ketika seorang Badui yang ikut mendengarkan
taushiyah beliau tiba-tiba nyeletuk, “Ya Rasul, orang itu pasti
orang Quraisy atau Anshar, karena mereka gemar bercocok
tanam, sedang kami tidak.”
Saat itu Rasul tengah menceritakan dialog antara
seorang penghuni surga dan Allah Swt yang mohon agar
diizinkan bercocok tanam di surga. Allah Swt mengingatkan
bahwa semua yang diinginkannya sudah tersedia di surga.
Karena sejak di dunia punya hobi bercocok tanam, iapun
lalu mengambil beberapa biji-bijian, kemudian ia tanam.
Tak lama kemudian biji itu tumbuh menjadi pohon hingga
setinggi gunung, berbuah, lalu dipanenkan. Lalu Allah Swt
berfirman. “Itu tidak akan membuatmu kenyang, ambillah
yang lain.”
Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
191
Ketika itulah si Badui menyeletuk, “Pasti itu orang
Quraisy atau Anshar. Mereka gemar bercocok tanam, kami
tidak.” Mendengar itu Rasul tersenyum, sama sekali tidak
marah. Padahal, beliau orang Quraisy juga. Suatu saat justru
Rasulullah yang bertanya kepada para sahabat, “Tahukah
kalian mengapa aku tertawa?.” “Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu,” jawab para sahabat. Maka Rasul pun menceritakan
dialog antara seorang hamba dan Allah Swt. Orang itu
berkata, “Aku tidak mengizinkan saksi terhadap diriku
kecuali aku sendiri.”
Lalu Allah Swt menjawab, “Baiklah, cukup kamu sendiri
yang menjadi saksi terhadap dirimu, dan malaikat mencatat
sebagai saksi.” Kemudian mulut orang itu dibungkam supaya
diam, sementara kepada anggota tubuhnya diperintahkan
untuk bicara. Anggota tubuh itupun menyampaikan
kesaksian masing-masing. Lalu orang itu dipersilahkan
mempertimbangkan kesaksian anggota-anggota tubuhnya.
Tapi orang itu malah membentak, “Pergi kamu, celakalah
kamu!” Dulu aku selalu berusaha, berjuang, dan menjaga
kamu baik-baik,” katanya. Rasulpun tertawa melihat orang
yang telah berbuat dosa itu mengira anggota tubuhnya akan
membela dan menyelamatkannya. Dia mengira, anggota
tubuh itu dapat menyelamatkannya dari api neraka. Tapi
ternyata anggota tubuh itu menjadi saksi yang merugikan,
karena memberikan kesaksian yang sebenarnya. (HR Anas
bin Malik).
Rasulullah membalas celetukan seorang Badui tidak
dengan kemarahan tapi kebijaksanaan. Seyoyanya seorang
guru dalam menangani para siswa yang terkadang tidak
patuh dengan arahan sang guru.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
192
Bab IV: Penutup
193
BAB IV
P E N U T U P
Berdasarkanpembahasandiatasmakadapatdisimpulkan
beberapa hal penting sebagai berikut:
1)	 KeberhasilanNabiMuhammadSawdalammenyampaikan
materi pembelajarannya sangat didukung oleh
keragaman strategi pendidikan yang dipergunakan oleh
Nabi, sekaligus kemampuan Nabi dalam menyesuaikan
materi yang disampikan dengan strategi dan metode yang
dipergunakan. Staratergi dan metode pembelajaran Nabi
Muhammad Saw tersebut antara lain adalah mendidik
dengancontohteladan,dengantarghibdantarhib,dengan
perumpamaan, dengan nasihat, dengan cara memukul,
dengan menjawab pertanyaan sesuai kebutuhan dan
kondisi serta dengan bersikap kepada peserta didik sesuai
karakternya.
2)	 Keberhasilan pembelajaran Nabi Muhammad Saw,
selain disebabkan oleh keragaman strategi, metode dan
kesungguhannya, yang paling menentukan juga adalah
mengalirnya bimbingan Ilahi yang senantiasa menyertai
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
194
setiap gerak perjuangan Nabi Muhammad Saw sehingga
pelajarannya mampu membuka hati kebanyakan manusia
(peserta didik) untuk menerima petunjuk Ilahi hingga
mereka memiliki kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa
dan karakter yang bersih.
3)	 Startegi dan metode pembelajaran yang digunakan
oleh Nabi Muhammad Saw. sesungguhnya merupakan
implementasi dari al-Qur’an, sehingga strategi
pembelajaran yang dipergunakannya merupakan
strategi/metode yang sangat ideal untuk dapat dijadikan
barometeroleh paraguru. Kesuksesan beliau ini tidak saja
diakui oleh umat Islam tetapi juga oleh orang beragama
lain.
Bab IV: Penutup
195
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘am, Najib Khalid, Min asaaliib ar-Rasul fi at-Tarbiyah
(terj.), Bandung, Pustaka Hidayah, 1990.
Ad-Damsyiqi, al-Hanafi, Ibnu Hamzah Al-Husaini, Asbabul
Wurud, Jakarta, Kalam Mulia, 2003.
Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim, Ma’al Mu’allimin (terj.),
Jakarta, darul Haq, 2002
Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya Ulumuddin (terjemahan Zaid
Husein al-Hamid), Jakarta, Pustaka Amani, 1995.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah dan Masyarakat, Jakarta, Gema Insani Press,
1996.
An-Nawawy, Imam, Riadus Shalihin (terj.), Bandung, PT.
Alma’arif, 1987
Anwar, Qomari Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa,
Jakarta, Uhamka Press, 2003.
-------, Profesi Jabatan, Jakarta, Uhamka Press, 2004.
Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyurrahman, Sirah Nabawiyah
(ter.), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
196
Al-Munawar, Said Agil Husin, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an
(Dalam Sistem Pendidikan Islam), Jakarta, Ciputat press,
2003.
Al-Qarashi, Baqir Syarif, The Educational System in Islam
(terj.), Jakarta, Pustaka Zahra, 2003.
Al-Syaibany, al-Toumy, Omar Mohammad, Falsafah At-
tarbiyah Al-Islamiyah (Terj.), Jakarta, PT. Bulan Bintang,
1997.
Arief, Armai, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta,
Ciputat Press, 2002.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium Baru, Jakarta, PT. Logos wacana Ilmu,
2002.
Baqi, Abdul, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu wal Marjan (Terj.),
Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1996.
Chalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad
Saw., Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1994.
A.	 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2003.
Gani, Bustami dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Yogyakarta, PT.
Dana Bhakti Wakaf, 1990.
Gulen, M. Fethullah, Versi Teladan: Kehidupan Rasulullah
Muhammad Saw. (Terj.), Jakarta, PT. Rosda Karya, 2002.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad
(terj.), Jakarta, PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2003.
Hamka, Lembaga Hidup, Jakarta, PT. Panjimas, 2001
Hamalik, Umar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi
Aksara, 2003.
Havighurst, RobertJ., Perkembangan Manusia dan pendidikan
(terj.), Bandung, Jemars, 1984.
Bab IV: Penutup
197
Ismail, Faisal, Masa Depan Pendidikan Islam, Jakarta. PT.
Bakti Aksara Persada, 2003.
Ilyas, Yunahar (ed.), Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an,
Yogyakarta, LPPI UMY, 1999.
Khaldun, Ibnu, Muqadimah (terjemahan Ahmadie Thoha),
Jakarta, Pustaka Firdaus, 2000.
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan (SebuahAnalisa
Psikologi dan Pendidikan), Jakarta, Al-Husna Zikra, 1995.
------------, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Pustaka
Al-Husna baru, 2003.
Latief, Hilman, Islam dan Pengembangan Disiplin Ilmu
Sebuah Transformasi Nilai, Yogyakarta, PT. Surya Sarana
Utama, 2003.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1996.
----------, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),
Jakarta, Bumi Aksara, 2000.
Mas’udi, Abdurrahman, Mengagas Format Pendidikan
Nondikotomik, Yogyakarta, Gema Media, 2002.
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Ciputat,
PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Muhaimin (et.al), Paradigma Pendidikan Islam, Bandung. PT.
Rosda, 2001.
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Logos
Wacana Ilmu, 2001.
Nizar, Samsul, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
Jakarta, Gaya Mwedia Pratama, 2001.
Qardhawi, Yusuf, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan
dan Peradaban, Jakarta, Gema Insani Press, 1998.
Daftar Pustaka
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
198
-------------, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu
Pengetahuan, Jakarta, Gema Insani, 1998.
Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Uhamka
Press, Jakarta, 2003.
Rosyada, Dede, Paradigma pendidikan Demokratis, Jakarta,
Prenada Media, 2004.
Silaban, Sintong (ed.), Pendidikan Indonesia (Dalam
Pandangan Lima Belas Tokoh Pendidikan Swasta),
Dasamedia Utama, Jakarta, 1993.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan
Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
Surya, Muhammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran,
Pustaka Bani qwuraisy, Bandung, 2004.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam, PT.
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000.
Usman, M.Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, Jakarta, Ciputat Pers, 2002.
Zuhairimi, Sejarah pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
1997.
Bab IV: Penutup
199
TENTANG PENULIS
				
Bunyamin, lahir di Bandung 2
Februari 1965, putra kelima dari bapak
Ahmad (almarhum) dan ibu Najiroh
(almarhumah). Menikah dengan
Hamidah, memiliki Seorang putri;
Annisa (almarhumah) dan dua orang
putra; Hilal Muharrom dan Nabil
Avicena. Menamatkan Sekolah Dasar
di kampung kelahirannya SD Negeri
Bonjot, Bandung tamat tahun 1977, melanjutkan sekolah
menengah pada SMP Negeri III Bekasi tamat tahun1981,
melanjutkanSekolahPendidikanGuru(SPG)Muhammadiyah
Jakarta tamat tahun 1984. Pada tahun 1985 atas beasiswa
dari Muhammadiyah Matraman Jakarta melanjutkan studi
jenjang S1 padaUniversitas Muhammadiyah Surakarta(UMS)
tamat tahun 1991, selama Kuliah S1 menetap di Pondok
Muhammadiyah Hajah Nuriyah Shobron Surakarta. Pada
tahun 2002 melanjutkan pada pascasarjana (S2) Universitas
Islam Jakarta program studi Manajemen Pendidikan Islam
tamat tahun 2005. Pada tahun 2010 melanjutkan program S3
pada Universitas Negeri Jakarta program studi Manajemen
Pendidikan tamat tahun 2013.
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw
200
Karir bekerja dimulai menjadi guru honor pada SD
Negeri, selanjutnya pernah menjadi guru pada seluruh
jenjang pendidikan formal, Madrasah,SMP, SMA, dan
guru tetap persyarikatan SMK Muhammadiyah 6 Jakarta
sampai tahun 2001 dan sempat mendapat tugas tambahan
sebagai wakil kepala SMK Muhammadiyah 6 Jakarta. Pada
tahun 2001 diangkat menjadi dosen tetap pada Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta. Pada tahun
2012 mendapat tugas tambahan sebagai Dekan Fakultas
Agama Islam UHAMKA periode 2012–2014, dan pada tahun
2014 mendapat tugas tambahan sebagai Wakil Rektor III
UHAMKA periode 2014-2018.

More Related Content

PPTX
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Wisnu D R
 
PPT
Ilmu pendidikan islam
Al-Azhaar Tread Centre (ATC)
 
DOCX
Isi
Maz Aziezt
 
PDF
G000060008
Halpen Siagian
 
DOCX
Sumber Dasar Pendidikan Islam
Ameilya P P
 
DOCX
Dasar dan tujuan pendidikan islam dalam persepektif filsafat pendidikajn agam...
RoisMansur
 
PPTX
Dasar-dasar Kependidikan
Sheila Ramadani
 
DOC
Ms, nur habibullah, hapzi ali, uin jambi
nur habibullah norman kardi
 
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Wisnu D R
 
Ilmu pendidikan islam
Al-Azhaar Tread Centre (ATC)
 
G000060008
Halpen Siagian
 
Sumber Dasar Pendidikan Islam
Ameilya P P
 
Dasar dan tujuan pendidikan islam dalam persepektif filsafat pendidikajn agam...
RoisMansur
 
Dasar-dasar Kependidikan
Sheila Ramadani
 
Ms, nur habibullah, hapzi ali, uin jambi
nur habibullah norman kardi
 

What's hot (19)

DOCX
Ilmu pendidikan islam
Wati Rahmawati
 
PDF
peranan guru pendidikan islam
Mohd Kamal Jusoh
 
DOC
Pendidikan
iwan Alit
 
PPTX
Apakah yang ingin dicapai oleh konsep jeri dalam
elya95
 
PDF
File
guest3ee1aa
 
PPTX
Pengaruh Falsafah Pendidikan Islam (FPI ) Terhadap Pendidikan Di Malaysia.
ElezaR1
 
DOCX
Isi 2 jadi
Maz Aziezt
 
DOCX
Isi 2 jadi copy
Maz Aziezt
 
PPT
Ilmu Pendidikan Islam
ridwan muhamad saputra
 
PPTX
Tujuan pendidikan
Chi'onk Pemimpin
 
DOCX
Tugasan fpk pbs
Fa Zurin
 
PPT
Tajuk 5 implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
shaatis
 
DOCX
Manajemen lembaga pendidikan
Edwarn Abazel
 
DOC
20150217220202 unit 1
ahmad sabarani ahmad
 
PPTX
Kurikulum pendidikan islam
Wina Ariyani
 
DOCX
Profesion perguruan dari perspektif islam
Noor Aini Samsusah
 
PPT
Konseptual pendidikan guru
Rudy Jemain Rj
 
DOCX
Contoh isi proposal
Nafiessa
 
DOC
Unit 1 final
MAHIRAH ZAINAL ABIDIN
 
Ilmu pendidikan islam
Wati Rahmawati
 
peranan guru pendidikan islam
Mohd Kamal Jusoh
 
Pendidikan
iwan Alit
 
Apakah yang ingin dicapai oleh konsep jeri dalam
elya95
 
Pengaruh Falsafah Pendidikan Islam (FPI ) Terhadap Pendidikan Di Malaysia.
ElezaR1
 
Isi 2 jadi
Maz Aziezt
 
Isi 2 jadi copy
Maz Aziezt
 
Ilmu Pendidikan Islam
ridwan muhamad saputra
 
Tujuan pendidikan
Chi'onk Pemimpin
 
Tugasan fpk pbs
Fa Zurin
 
Tajuk 5 implikasi falsafah terhadap perkembangan pendidikan di malaysia
shaatis
 
Manajemen lembaga pendidikan
Edwarn Abazel
 
20150217220202 unit 1
ahmad sabarani ahmad
 
Kurikulum pendidikan islam
Wina Ariyani
 
Profesion perguruan dari perspektif islam
Noor Aini Samsusah
 
Konseptual pendidikan guru
Rudy Jemain Rj
 
Contoh isi proposal
Nafiessa
 
Unit 1 final
MAHIRAH ZAINAL ABIDIN
 
Ad

Similar to Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf (20)

PDF
1792 1426574560
Hendra Cipta
 
PPSX
TI resume jurnal
Khusnul Ichfaridafganisme
 
DOC
Pendidikan islam
RiZka Anggraeni
 
DOCX
resume peper kelompok 5.docx
ALABDALI2
 
PPTX
856801988-Inti-Buku-Menjadi-Guru-Ala-Nabi.pptx
gmis30405350192002
 
PDF
3. hakikat pendidikan islam - editan.pdf
DahlanSyukur
 
PDF
Pendidikan islam & profesionalisme
Malik Ibnukhalilulloh
 
DOCX
Kajian Pendidikan Rasulullah SAW
Dayang Bungah
 
PDF
48 peranan guru pendidikan islam menerusi falsafah pendidikan islam
Mohd Kamal Jusoh
 
PPTX
ISLAM DAN PENDIDIKAN
Tika Nafisah
 
RTF
Ipi
iwan Alit
 
DOCX
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
Soga Biliyan Jaya
 
PPTX
Materi ini tentang REVIEW Ilmu Pendidikan Islam.pptx
Shofwatin2
 
PPTX
Opened-Book-PowerPoint-Templates-Widescreen.pptx
animedesu191122
 
DOCX
Pendidikan islam.docx
cankngnodi
 
PPTX
KELOMPOK 8 ANTARA ISLAM DAN PENDIDIKAN.pptx
Universitas Siliwangi
 
PPTX
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM.pptx
AabAbdullah4
 
PDF
Ss
33335
 
PPTX
PPT IPI Ahmad Afandi(2144012785).pptx
AhmadAfandi77
 
1792 1426574560
Hendra Cipta
 
TI resume jurnal
Khusnul Ichfaridafganisme
 
Pendidikan islam
RiZka Anggraeni
 
resume peper kelompok 5.docx
ALABDALI2
 
856801988-Inti-Buku-Menjadi-Guru-Ala-Nabi.pptx
gmis30405350192002
 
3. hakikat pendidikan islam - editan.pdf
DahlanSyukur
 
Pendidikan islam & profesionalisme
Malik Ibnukhalilulloh
 
Kajian Pendidikan Rasulullah SAW
Dayang Bungah
 
48 peranan guru pendidikan islam menerusi falsafah pendidikan islam
Mohd Kamal Jusoh
 
ISLAM DAN PENDIDIKAN
Tika Nafisah
 
Tugas komprehensif Resume Ilmu Pendidikan Islam
Soga Biliyan Jaya
 
Materi ini tentang REVIEW Ilmu Pendidikan Islam.pptx
Shofwatin2
 
Opened-Book-PowerPoint-Templates-Widescreen.pptx
animedesu191122
 
Pendidikan islam.docx
cankngnodi
 
KELOMPOK 8 ANTARA ISLAM DAN PENDIDIKAN.pptx
Universitas Siliwangi
 
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM.pptx
AabAbdullah4
 
Ss
33335
 
PPT IPI Ahmad Afandi(2144012785).pptx
AhmadAfandi77
 
Ad

More from SARIVARASH (11)

PDF
Kenapa Ganjar Pranowo adalah Capres Terbaik tahun 2024 ?
SARIVARASH
 
PPTX
LKHPN ANIES.pptx
SARIVARASH
 
PDF
AL-MUSTAFA , PENGANTAR STUDI KRITIS TARIKH NABI SAW.pdf
SARIVARASH
 
PDF
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
SARIVARASH
 
PDF
Revolusi Tanah Fatimah Az-zahra.pdf
SARIVARASH
 
PDF
MENTAL HEALTH ANALYSIS USING HANDWRITING BY GENERATING WRITING PROMPTS
SARIVARASH
 
PDF
THE JOURNAL OF THE AMERICAN SOCIETY OF PROFESSIONAL GRAPHOLOGISTS - VOLUME 3,...
SARIVARASH
 
PDF
Handwriting analysis for detection of personality of postgraduate students
SARIVARASH
 
PDF
Graphological analysis, a potential psychodiagnostic investigative method for...
SARIVARASH
 
PDF
Handwriting in children with attention deficient hyperactive disorder : role ...
SARIVARASH
 
PDF
KATALOG PRODUK VARASH
SARIVARASH
 
Kenapa Ganjar Pranowo adalah Capres Terbaik tahun 2024 ?
SARIVARASH
 
LKHPN ANIES.pptx
SARIVARASH
 
AL-MUSTAFA , PENGANTAR STUDI KRITIS TARIKH NABI SAW.pdf
SARIVARASH
 
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
SARIVARASH
 
Revolusi Tanah Fatimah Az-zahra.pdf
SARIVARASH
 
MENTAL HEALTH ANALYSIS USING HANDWRITING BY GENERATING WRITING PROMPTS
SARIVARASH
 
THE JOURNAL OF THE AMERICAN SOCIETY OF PROFESSIONAL GRAPHOLOGISTS - VOLUME 3,...
SARIVARASH
 
Handwriting analysis for detection of personality of postgraduate students
SARIVARASH
 
Graphological analysis, a potential psychodiagnostic investigative method for...
SARIVARASH
 
Handwriting in children with attention deficient hyperactive disorder : role ...
SARIVARASH
 
KATALOG PRODUK VARASH
SARIVARASH
 

Recently uploaded (20)

PPTX
PPT MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA.pptx
sakinahaidah
 
DOCX
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
RachmanTeguh
 
PPTX
MPLS ramah- 8 DIMENSI PROFIL LULUSAN.pptx
dwialfaruq
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Budidaya Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
PPTX
Penerapan Pembelajaran AI dan Koding.pptx
riafajriani
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 Terbaru 2025
wahyurestu63
 
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kelas 11 Terbaru 2025
fubierabita
 
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKN Kelas 10 Terbaru 2025
fubierabita
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Rekayasa Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
PDF
Dampak Sektoral Perjanjian Perdagangan Timbal Balik Amerika Serikat–Indonesia
Dadang Solihin
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Pengelolaan Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
PPTX
MODUL 4 PENDAMPINGAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU.pptx
riefkiardhiansyah46
 
PDF
Berpikir dengan AI - Menuju Pendidikan Karakter dan Ketahanan Bangsa di Era K...
Ismail Fahmi
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 11 Terbaru 2025
wahyurestu63
 
PPTX
Agenda II CPNS Nilai BerAKHLAK 1234.pptx
Faiza378145
 
PDF
PPT Menganalisis Informasi Lisan teks deskripsi.pdf
AriIndrawati4
 
PDF
MODUL 5 KELOMPOK 6 CERIA PELATIHAN PM KEPSEK ASAHAN
suhendro79
 
PPTX
Bahan Ajar Teks Deskripsi kelas 9 SMP.pptx
syaniamuskitta33
 
DOCX
Modul Ajar KURIKULUM KIK XI kreativitas 1 2025.docx
nur9955
 
PDF
KELOMPOK 5 Modul 4 PELATIHAN PM KEPALA SEKOLAH
suhendro79
 
PPT MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA.pptx
sakinahaidah
 
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
RachmanTeguh
 
MPLS ramah- 8 DIMENSI PROFIL LULUSAN.pptx
dwialfaruq
 
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Budidaya Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Penerapan Pembelajaran AI dan Koding.pptx
riafajriani
 
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kelas 11 Terbaru 2025
fubierabita
 
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKN Kelas 10 Terbaru 2025
fubierabita
 
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Rekayasa Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Dampak Sektoral Perjanjian Perdagangan Timbal Balik Amerika Serikat–Indonesia
Dadang Solihin
 
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Pengelolaan Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
MODUL 4 PENDAMPINGAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU.pptx
riefkiardhiansyah46
 
Berpikir dengan AI - Menuju Pendidikan Karakter dan Ketahanan Bangsa di Era K...
Ismail Fahmi
 
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 11 Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Agenda II CPNS Nilai BerAKHLAK 1234.pptx
Faiza378145
 
PPT Menganalisis Informasi Lisan teks deskripsi.pdf
AriIndrawati4
 
MODUL 5 KELOMPOK 6 CERIA PELATIHAN PM KEPSEK ASAHAN
suhendro79
 
Bahan Ajar Teks Deskripsi kelas 9 SMP.pptx
syaniamuskitta33
 
Modul Ajar KURIKULUM KIK XI kreativitas 1 2025.docx
nur9955
 
KELOMPOK 5 Modul 4 PELATIHAN PM KEPALA SEKOLAH
suhendro79
 

Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf

  • 2. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw i IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW Dr. Bunyamin, M.Pd
  • 3. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw ii IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW Karya: Dr. Bunyamin, M.Pd Copyrights © Bunyamin, 2017 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All rights reserved Editor: Edi Setiawan Tohirin Ngasri Sanmiharja Cetakan I, Februari 2017 ISBN : 978-602-1078-13-6 Diterbitkan oleh: UHAMKA PRESS Anggota IKAPI, Jakarta Jl. Gandaria IV, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp. (021) 7398898/ext: 112, Website: www.uhamkapress.com E-mail: [email protected]
  • 4. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw iii PENGANTAR Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas murid (peserta didik) bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bangsa, negara dan agama. Pada prinsipnya Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan sekaligus tunduk kepada hukum-hukum-Nya. Oleh karena itu, manusia harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia harus mampu mengorientasikan hidupnya kepada kekuatan atau kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam raya serta mengaktualisasikan hukum-hukum Allah melalui tingkah laku dalam kegiatan hidupnya. Sebagaiagamarahmatanlial-‘Alamin,Islammengandung prinsip-prinsip moralitas universal yang sesuai dengan fithrah manusia. Tanpa nilai nilai tersebut kehidupan akan menyimpang dari fitrah Allah yang mengandung nilai Islam yaitu doktrin Islam itu sendiri yang harus dijadikan dasar dari proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat. Jadi dengan demikian pola dasar yang membentuk
  • 5. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw iv dan mewarnai sistem pendidikan Islam adalah pemikiran konseptual yang berorientasi kepada nilai-nilai keimanan, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai-nilai moral (akhlak) yang secara terpadu membentuk dan mewarnai tujuan pendidikan Islam, sedangkan usahapencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan pola dasar tersebut berlangsung dalam satu strategi pendidikan Islam. Jakarta, Februari 2017 Dr. Bunyamin, M.Pd.
  • 6. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw v DAFTAR ISI PENGANTAR_iii DAFTAR ISI_v PENDAHULUAN_1 BAB I: HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW_11 A. Pengertian Strategi Pembelajaran_11 B. Materi Pembelajaran Masa Nabi Muhammad Saw_15 C. Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw_34 1. Metode Mendidik dengan Hikmah_40 2. Metode Mendidik dengan Mauizhah Hasanah_42 3. Metode Mendidik dengan Jidâl/ Mujadalah_44 4. Mendidik dengan Contoh Teladan_46 5. Mendidik dengan Targhib dan Tarhib_80 6. Mendidik dengan Perumpamaan (Amtsal)_85 7. Mendidik dengan Nasihat_95 8. Mendidik dengan Cara Memukul_99
  • 7. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw vi 9. Menjawab Pertanyaan Sesuai dengan Kebutuhan dan Kondisi_102 10. Bersikap kepada Orang Lain Sesuai dengan Karakternya_106 BAB II : METODE PENDIDIKAN ISLAM_109 A. Pengertian Metode Pendidikan Islam_109 B. Prinsip Metode Pendidikan Islam_111 1. Prinsip Memberikan Suasana Kegembiraan_111 2. Prinsip Memberikan Layanan dengan Lemah Lembut_112 3. Prinsip Kebermaknaan_113 4. Prinsip Prasyarat_113 5. Prinsip Komunikasi Terbuka_113 6. Prinsip Pemberian Pengetahuan Baru_114 7. Prinsip Memberikan Model Perilaku yang Baik_115 8. Prinsip Pengamalan secara Aktif_116 9. Prinsip Kasih Sayang_116 C. Tujuan Pendidikan Islam_120 BAB III : IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW_129 A. Nabi Muhammad Saw sebagai Guru_129 B. Inspirator Pendidikan Karakter pada Nabi Muhammad Saw_139 1. Karakter Sabar dan Tegar dari Sang Ibunda Siti Aminah_140 2. Karakter Kerja Keras dan Tanggung Jawab dari Sang Paman, Abu Thalib_155
  • 8. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw vii 3. Karakter Amanah dan Shiddiq dari Sang Istri Tercinta, Siti Khadijah_162 C. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw_167 1. Implementasi Mendidik dengan Contoh Teladan_169 2. Implementasi Mendidik dengan Targhib dan Tarhib_174 3. Implementasi Mendidik dengan Perumpamaan_176 4. Implementasi Mendidik dengan Nasihat_178 5. Implementasi Mendidik dengan Memukul_182 6. Implementasi Menjawab Pertanyaan Sesuai Kebutuhan dan Kondisi_185 7. Implementasi Bersikap kepada Orang Lain Sesuai dengan Karakternya_188 BAB IV: P E N U T U P_193 DAFTAR PUSTAKA_195 TENTANG PENULIS_199 Daftar Isi
  • 9. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw viii
  • 10. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 1 PENDAHULUAN Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas murid (peserta didik) bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bangsa, negara dan agama. Pada prinsipnya Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan sekaligus tunduk kepada hukum-hukum-Nya. Oleh karena itu manusia harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia harus mampu mengorientasikan hidupnya kepada kekuatan atau kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam raya serta mengaktualisasikan hukum-hukum Allah melalui tingkah laku dalam kegiatan hidupnya. Sebagaiagamarahmatanlial-‘alamin, Islammengandung prinsip-prinsip moralitas yang memandang manusia sebagai pribadi yang mampu melaksanakan nilai-nilai moral agama dalam hidupnya. Oleh karena jika tanpa nilai nilai tersebut kehidupannya akan menyimpang dari fitrah Allah yang mengandung nilai Islam yaitu doktrin Islam itu sendiri yang harus dijadikan dasar dari proses pendidikan yang
  • 11. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 2 berlangsung sepanjang hayat. Jadi dengan demikian pola dasar yang membentuk dan mewarnai sistem pendidikan Islam adalah pemikiran konseptual yang berorientasi kepada nilai-nilai keimanan, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai-nilai moral (akhlak) yang secara terpadu membentuk dan mewarnai tujuan pendidikan Islam, sedangkan usaha pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan pola dasar tersebut berlangsung dalam satu strategi pendidikan Islam. (M. Arifin, 1996: 57). Dilihat dari alur perspektif sosiokultural, aktivitas pendidikan dan kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses kreatif budaya dan proses pembudayaan manusia yang berlangsung secara dialektik, sinergis, integral dan total dalam seluruh aspek kehidupan manusia itu sendiri. Proses penanaman nilai-nilai budaya dan aktivitas pembudayaan yang kreatif ini berlangsung sepanjang dinamika kehidupan manusia, dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Ismail, 2003: 2). Pada sebagian lembaga pendidikan umum (bukan lembaga pendidikan Islam) yang juga mengajarkan pendidikan agama masih terlihat adanya kesenjangan antara sikap, perilaku dengan akidah dan akhlakul karimah. Tujuan pendidikan yang sesungguhnya belum dapat tercapai yaitu: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. (UU Sisdiknas 2003 bab II pasal 3) nilai- nilai Islam tidak lagi tampak pada sebagian peserta didik, dunia pendidikan belum sepenuhnya mampu memberikan
  • 12. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 3 hasil sebagaimana yang dicita-citakan, yaitu menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan. Keringnya rasa hormat seorang murid terhadap guru, pergaulan bebas yang semakin merisaukan, serta perilaku buruk lain yang jauh dari nilai-nilai Islam mengindikasikan belum tertanamnya nilai- nilai pendidikkan Islam terhadap sebagian peserta didik. Seringnya terjadi tawuran pelajar hingga menyebabkan korban di kalangan siswa menimbulkan pertanyaan tentang peran pendidikan agama yang sudah diberikan sejak kelas I SD hingga kelas III SLTA (yang berarti 12 tahun). Kesimpulan sederhananya adalah bahwasanya pendidikan tersebut belum berhasil membina perilaku siswaagar memiliki akhlak mulia sesuai dengan yang diharapkan, bahkan perilaku tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa SLTP dan SLTA, melainkan juga dilakukan oleh mahasiswa yang seharusnya mengedepankan nilai-nilai intelektual mereka padahal pendidikan agama juga diberikan di perguruan tinggi. Kenyataan di atas menunjukkan bahwadunia pendidikan pada umumnya sedang mengalami berbagai persoalan. Lembaga pendidikan umum belum mampu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Jika dicari akar penyebabnya, banyak faktor yang menyebabkan kegagalan proses transformasi nilai-nilai Islam terhadap peserta didik seperti; tujuan yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pengajaran yang statis dan kaku, sikap mentalitas pendidik (guru) yang hanya menganggap dirinya sebagai pengajar bukan pendidik, kurikulum yang tidak progresif dan lain sebagainya, sehingga pendidikan Islam tidak lebih dari sebuah praktik pendidikan. Dari banyak faktor yang menyebabkan kegagalan pendidikan, strategi pembelajaran dan mentalitas pendidik Pendahuluan
  • 13. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 4 memerlukan perhatian khusus. Sebagus apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh dua faktor tersebut, yaitu strategi yang tepat dan mentalitas pendidik yang baik, sangatsulituntukdapattercapaidenganbaik. Sebuahmetode akan memengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara memuaskan atau tidak, bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh karena itu pemeliharaan metode pendidikan Islam harus dilakukan secara cermat disesuaikan dengan berbagai faktorterkaitsehinggahasil pendidikan memuaskan. (Anwar, 2003: 42). Pengaruh pendidikan agama di sekolah, bagi kalangan remaja baru dapat terbentuk jika guru yang bersangkutan benar-benar memiliki personalitas yang bulat dan utuh dengan keyakinan penuh terhadap kebenaran agama yang diajarkannya, berwibawa, terampil dalam menerapkan merode yang sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan remaja, di samping lingkungan motivational yang tersedia harus benar-benar dapat memberikan dorongan positif kepada perkembangan penghayatan terhadap ajaran agama. Dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi dan situasi di mana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut, maka proses pendidikan Islam akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai, karena segala sesuatunya telah direncanakan secara matang. Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap sasaran pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.
  • 14. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 5 Nabi Muhammad Saw sebagai manusia terakhir yang dipilih Allah Swt untuk menyampaikan risalah-Nya, sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan Islam yang benar terhadap para sahabatnya, strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat, dalam menyampaikan ajaran Islam beliau sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, Rasulullah Saw merupakan sosok guru yang ideal dan sempurna, sehingga nilai-nilai Islam dapat dengan baik ditransfer kepada murid. Rasulullah Saw adalah sosok pendidik yang agung dan pemilik metode pendidikan yang unik. Beliau sangat memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan kemampuan akalnya, terutama jika beliau berbicara dengan anak-anak. Jenis bakat dan kesiapanpun merupakan pertimbangan beliau dalam mendidik manusia. Perbedaan usia dan jenis kelamin sangat beliau perhatikan. Kepada perempuan, beliau memahami fitrahnya sebagai perempuan, kepada laki-laki beliau memahami fitrahnya sebagai laki-laki, kepada orang dewasa, beliau memahami identitasnya sebagai manusia dewasa dan kepada anak-anak, beliau memahami karakternya sebagai anak-anak. (an- Nahlawi;1996: 32) Nabi Muhammad Saw adalah sosok pendidik (guru) yang telah memenuhi seluruh persyaratan guru yang dirumuskan oleh para pakar pendidikan, Soejono misalnya, menetapkan syarat seorang guru harus sudah dewasa, sehat jasmani dan rohani, ahli dalam mengajar dan harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi. (Tafsir, 2000: 80) Zakiah Darajat mensyaratkan seorang guru harus bertakwa kepada Allah Swt, berilmu, berkelakuan Nabi Muhammad Saw sangat Pendahuluan
  • 15. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 6 memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan merekasuka-cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati AllahSwtdansyari’at-Nya sehinggaterpeliharafitrahmanusia melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan kecenderungan hati dan pengarahan potensi menuju derajat yang lebih tinggi, lewat cara seperti itulah beliau membawa masyarakat kepada kebangkitan dan ketinggian derajat. Baik dan sehat jasmani. (Anwar, 2004: 122). Al-Abrasy menyebutkan bahwa seorang guru dalam konteks Islam harus memiliki sifat-sifat zuhud, bersih tubuhnya, bersih jiwanya, tidak ria, tidak memendam rasa iri-hati dan dengki, tidak menyenangi permusuhan, ikhlas dalam melaksanakan tugas, sesuai antara perbuatan dengan perkataan, tidak malu mengakui ketidaktahuan, bijaksana, tegas dalam perkataan dan perbuatan, rendah hati, lemah lembut, pemaaf, sabar, berkepribadian, tidak merasa rendah diri, bersifat kebapakan dan mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan dan pemikiran. (Tafsir, 2000: 82). Nabi Muhammad Saw bukan saja memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan tersebut, tetapi boleh jadi justru rumusan yang ada berpedoman (mengacu) kepada sosok Nabi Muhammad Saw. sebagai seorang guru (pendidik) yang sempurna. Dalam setiap literatur yang mengungkap kehidupan Nabi Muhammad Saw tidak pernah ditemukan adanya penolakan terhadap kejujuran, keadilan, kecerdikan, kepandaian, keramahan, keberanian beliau, diakui bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang sangat sempurna, memiliki kepribadian yang sangat terpuji sehingga beliau mendapat julukan al-Amin, begitupun dengan kemampuan
  • 16. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 7 beliau sebagai seorang pemimpin sekaligus pendidik, dan kombinasi kemampuan serta sikapnya yang mulia didukung dengan bimbingan wahyu Allah Swt. Beliau berhasil membimbing dan memberikan pengajaran kepada masyarakat dengan baik. Dengan latar belakang kesuksesan strategi pembelajaran Nabi Muhammad Saw dalam membawa masyarakat kepada jalan yang benar, maka penulis sangat tertarik untuk menulis tentang Metode Pembelajaran Nabi Muhammad Saw, sebagai lanjutan dan sekaligus penyempurnaan dari buku serupa yang penulis pernah lakukan sebelumnya. Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang oleh Allah Swt untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang lain. Proses belajar itu dimulai dengan orang terdekatnya. Proses belajar itulah yang kemudian menjadi basis pendidikan. Aktivitas pendidikan terkait dengan perubahan yang secara moral bersifat lebih baik, ciri perubahan atau kemajuan secara fundamental adalah terjadinya perkembangan internal diri manusia yaitu keimanan dan ketakwaan, bukan hanya perubahan eksternal yang cenderung bersifat material yang dapat menghancurkan keimanan dan ketakwaan manusia. Dalam kehidupan moderen seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia. Masalahnya adalah bahwa Pendahuluan
  • 17. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 8 manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak terbatas, bersifat subjektif yang sering justru dapat menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam yaitu kehidupan ruhaninya. Produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan pekerjaannya, tetapi tidak memiliki kepedulian dan perasaan terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan kesombongan untuk memperdaya orang lain, kecerdikannya digunakan untuk menipu dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang serakah dan egoistik. Dalam kehidupan moderen sekarang ini telah terjadi distorsi nilai ruhaniyah, seolah-olah nilai kemanusiaan telah mati, alat-alat diubah menjadi tujuan, produksi dan konsumsi barang-barang menjadi tujuan hidup, sekarang ini banyak manusia menjadi sangat sulit untuk tergetar hatinya ketikadisebut namaAllah Swt, tidak lagi merasatakutapabila disebutkan tentang azab neraka, ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak dapat membawa barakah dalam kehidupan manusia, padahal sesungguhnya sebuah pendidikan harus dapat menghidupkan kehidupan spiritual manusia, menumbuhkan suara kemanusiaan dan ketuhanan dalam suara batinnya, di samping mengembangkan manajerial untuk memenuhi kebutuhan objektifnya. Konsepsi keimanan dan ketakwaan belum dijabarkan ke dalam pengertian operasional kependidikan sehingga belum dapat diinternalisasikan melalui berbagai potensi kejiwaan yaitu potensi psikologis yang bercorak berkeselarasan antara akal kecerdasan dengan perasaan yang melahirkan prilaku yang akhlakul karimah dalam hidup berbangsa dan bernegara. (Arifin, 2000: 86)
  • 18. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 9 Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai ruhaniyah (keimanan dan ketakwaan) terhadap peserta didik (murid) dewasa ini sangat terkait dengan dua faktor penting dalam proses pembelajaran di samping banyak faktor-faktor yang lain, kedua faktor tersebut adalah strategi pembelajaran serta orang yang menyampaikan pesan-pesan ilahiyah (guru). Dalam sistem pendidikan Islam seharusnya menggunakan metode pendekatan yang menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan ruhani (lahiriyah dan batiniyah), di samping itu keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat ditunjang oleh kepribadian setiap penyampai pesan (guru). Selain strategi pembelajaran yang tidak tepat, sebagian guru juga biasanya kurang memahami pribadi manusia yang ingin ditumbuhkembangkan dan disempurnakan, mereka tidak sepenuhnya menyadari bahwa manusia pada dasarnya terdiri dari tubuh, akal dan perasaan. Guru juga biasanya memisahkan hakikat ilmu dari jiwa agama dan mengucilkan ilmu dari iman, padahal ilmu secara keseluruhan merupakan sebuah lingkaran mata rantai dalam mengenal Allah Swt dan berbagai rahasia ciptaan-Nya. Buku ini adalah karya penelitian (tesis magister pendidikan Islam) yang sudah diuji-sahih, hasil studi kepustakaan (library research)dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif dalam penulisan ini adalah dengan cara menelusuri dan mengumpulkan serta mengkaji sumber-sumber pembahasan yang berkenaan denganmetodepembelajaransertaaktivitasNabiMuhammad Saw dalam menyampaikan risalahnya. Analisis maksudnya adalah dengan memberikan telaah terhadap temuan-temuan yang berkenaan dengan metode pembelajaran dan aktivitas Pendahuluan
  • 19. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 10 Nabi Muhammad Saw, mengingat kondisi dan situasi pembelajaran pada zaman Nabi Muhammad Saw sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Selanjutnya penulis mengambil kesimpulan dari seluruh uraian dalam buku ini. Mengenai apa dan bagaimana simpulannya, tentu diperlukan kesediaan untuk melanjutkan membaca buku ini.
  • 20. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 11 BAB I HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW A. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi diartikan sebagai pola- pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Strategi, menurut Poerwadarminta adalah; 1). ilmu siasat perang, 2). Siasat Perang, 3). Bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
  • 21. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 12 Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran (Rasyad, 2003: 110). Pembelajaran merupakan suatusistem,yang terdiriatasberbagai komponenyangsaling berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode dan evaluasi. Pembelajaran jugadiartikansebagaisuatukombinasiyangtersusunmeliputi unsur-unsurmanusiawi,material,fasilitas,perlengkapan,dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga kependidikan. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, spidol, fotografi dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. (Hamalik: 1997: 57). Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Muhammad Surya memberikan pengertian pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Surya; 2004: 7). Pengertian ini lebih menekankan kepada murid (individu) sebagai pelaku perubahan. Pengertian lain dirumuskan oleh Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (Hamalik, 2003: 57)
  • 22. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 13 Menyimak pengertian di atas maka strategi identik dengan teknik, siasat berperang, namunapabiladigabungkan dengan kata pembelajaran (strategi pembelajaran) dapat dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau murid dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Surya mengemukakan, ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu; Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan prilaku, prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu (walaupun tidak semua perubahanperilakuindividumerupakanhasilpembelajaran). Perubahan prilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri ciri sebagai berikut: 1. Perubahanyangdisadari,artinyaindividuyangmelakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, ia lebih yakin pada dirinya. 2. Perubahan yang bersifat kontinu, perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. 3. Perubahan yang bersifat fungsional, perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. 4. Perubahan yang bersifat positif, terjadi adanya pertambahan perubahan pada diri individu, perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah dari sebelumnya.
  • 23. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 14 5. Perubahan yang bersifat aktif, perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas individu. 6. Perubahan yang bersifat permanen, perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. 7. Perubahan yang bertujuan dan terarah, perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang ingin dicapai. Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwaperubahanperilakusebagai hasilpembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan-perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif dan motorik. Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajarn bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan. Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Atas dasar prinsip itulah pembelajaran akan terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang ingin dicapai. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
  • 24. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 15 Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyatadengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksudstrategipembelajaranadalahsuatucaraataumetode yang dilakukan oleh individu (guru) terhadap individu yang lain (murid) dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif, apektif dan motorik secara berkesinambungan. B. Materi Pembelajaran Masa Nabi Muhammad Saw Di dalam al-Qur’an tidak kurang dari 431 kali kata rasul baik dalam bentuk tunggal (singular) maupun jamak (plural) disebutkan. (Nata, 2000: 77). Telah dinyatakan dalam hadits bahwa jumlah rasul ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua rasul yang diutus di India, Cina, Iran, Mesir, Afrika, Eropa dan di negeri-negeri lainnya di dunia. Allah telah mengutus mereka kepada kaum dan bahwa semuanya telah membawa agama yang sama seperti Islam. Al-Qur’an memandang kerasulan sebagai sebuah fenomena yang bersifat universal di setiap pelosok dunia pernah ada seorang Rasul Allah, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Mereka itu adalah manusia-manusia yang luar biasa yang karena kepekaan dan ketabahannya, serta karena wahyu dari Allah yang mereka terima dan kemudian menyampaikannya kepada manusia dengan ulet tanpa kenal takut, dapat mengalihkan hati nurani ummat manusia dari ketenangan tradisional dan tensi hipomoral ke dalam suatu kawasan
  • 25. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 16 sehingga mereka dapat menyaksikan Tuhan sebagai Tuhan dan syaithan sebagai syaithan. Tugas yang diemban para Rasul cukup mulia namun berat, penuh tantangan dan bahaya. Mereka datang dengan kondisi dan situasi masyarakat yang chaos (kacau balau). Syaikh al-Nadvi melukiskan bahwa keadaan dunia pada saat kedatangan para rasul tak ubahnya seperti daerah yang baru saja dilanda gempa yang dashsyat. Di sana-sini terdapat bangunan yang roboh, hancur dan rata dengan tanah. Tiang yang bengkok, bergeser dari tempat aslinya, dinding yang retak, genteng dan kaca-kaca yang pecah bahkan menelan korban jiwa. Di berbagai bidang tampak berpengaruh seperti dalam bidangekonomiditandaiolehpraktek monopoli, kapitalistik, riba dan menghalalkan segala cara. Dalam bidang sosial ditandai oleh adanya stratifikasi dan pengklasan masyarakat yang disebabkan karena perbedaan warna kulit, keturunan dan kesukuan. Dalam bidang politik ditandai oleh adanya kekuasaan yang bersifat otoriter, diktator dan tiranik yaitu penguasa yang tidak memberikan kesempatan sedetikpun untuk menyatakan dan menyalurkan pendapatnya. Dalam bidang hukum ditandai oleh adanya diskriminasi dan pemihakan kepada kelompok-kelompok yang kuat, dalam bidang kebudayaan ditandai oleh adat istiadat dan tradisi yang ditujukan untuk memuaskan hawa nafsu belaka. Perjudian, minuman keras dan sebagainya sudah menjadi kebudayaan mereka. Dalam bidang akidah ditandai oleh praktek kemusyrikan, yaitu di samping percaya pada Tuhan, juga percaya kepada makhluk lainnya. Terdapat praktek pemujaan terhadap benda-benda, patung berhala dan segala sesuatu yang sebenarnya hanya makhluk ciptaan Allah.
  • 26. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 17 Dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan ditandai oleh adanya monopoli pendidikan kaum elit, sedangkan rakyat jelata dibiarkan bodoh agar dengan mudah mereka dapat ditindas dan diperbudak. Sejarah mencatat selain menghadapi masalah umum di atas, Rasul juga mengalami masalah yang spesifik. Nabi Luth menghadapi kaum yang terkena penyakit lesbi dan homoseks.NabiIbrahimmenghadapikaumyangmenyembah berhala. Nabi Musa menghadapi kaum yang durhaka kepada Allah. Nabi Isa menghadapi kaum materialistik dan Nabi Muhammad Saw menghadapi kaum yang memiliki seluruh penyakityangdideritaolehparanabi-nabitersebut.Atasdasar inilah al-Qur’an memberikan kekhususan dan keistimewaan kepada Nabi Muhammad Saw yang disebabkan karena tantangan dan cobaan yang dihadapinya lebih berat, namun keberhasilannya melampaui keberhasilan yang dicapai para nabi sebelumnya. Dalam kaitan ini para pakar bersepakat mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai manusia teragung yang dikenal oleh sejarah kemanusiaan. Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt untuk berjuang di tengah tengah masyarakat Makkah, sebuah masyarakat yang telah berpaling dari kebenaran yang telah diajarkann oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, mereka tinggalkan ajaran Ibrahim dan kembali kepada kemusyrikan yang penuh dengan tahayul dan khurafat dengan melakukan penyembahankepadaberhalayangmerekabuatsendiri.Iklim kotaMakkahyangpanasdankeringpunsangatmemengaruhi kondisi kejiwaan penduduknya yakni membentuk watak yang keras, karena mereka harus bejuang melawan alamnya yang keras pula hingga dapat menyesuaikan diri.
  • 27. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 18 Bangsa Arab pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaanTuhanmerekamembuatpatungberhaladaribatu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan mereka yang paling menonjol adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh Jazirah Arab. Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan- peraturan hidup. Ketika agama Islam datang, agama baru ini pun membawa pembaruan di bidang akhlak, hukum, dan peraturan-peraturan tentang hidup. Dengan demikian, bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah atau peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Situasi bangsa Arab pada umumnya sebelum kedatangan Islam, umumnya disebut sebagai masyarakat jahiliyah, yaitu sebuah masyarakat yang senantiasa melawan kebenaran atau orang-orang yang jauh dari nilai agama yang benar. Pada umumnya meraka menyembah berhala karena sesuai dengan sistem kemasyarakatan mereka yang terdiri dari suku- suku. Setiap suku mempunyai sesembahannya sendiri yang berbeda dengan suku yang lain, berhala-berhala tersebut mereka buat sesuai dengan selera mereka masing-masing, lebih dari itu di sekitar ka’bah saja terdapat ratusan berhala. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya Arab
  • 28. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 19 pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup berkabilah dan nomaden. Mereka berada dalam lingkungan miskinpengetahuan. Situasiyang penuhdengan kegelapandan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuhanakdengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.    Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang cukup strategis, terutama kawasan pesisir yang pada waktu itu ramai dilalui kapal-kapal pedagang Eropayang hendak menuju India, Asia Tenggara, Cina dan sekitarnya, telah membuat kawasan ini lebih maju dari pada kawasan Arab yang lain. Makkah pada waktu itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria. Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad Saw sering bertahanuts di Gua Hira sebelah timur kota Mekkah. Tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama QS: Al-Alaq: 1-5 yang berbunyi: َ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ ‫ْأ‬ �َ‫ر‬ ْ ‫اق‬)2( ٍ‫ق‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ِ‫ن‬ ‫م‬ َ‫ان‬ َ‫ِإنس‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬)1( َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬ َ‫ك‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ ِْ‫م‬ ‫س‬ِ‫ا‬‫ب‬ ‫ْأ‬ �َ‫ـر‬ ْ ‫ِق‬‫ا‬ )5( ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ْ َ‫م‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ان‬ َ‫ِإنس‬ ْ ‫ال‬ َ ‫م‬ َّ ‫ل‬َ‫ع‬)4( ِ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ ‫م‬ َّ ‫ل‬َ‫ع‬‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬)3( ُ ‫م‬َ‫ر‬ ْ ‫ك‬ ‫َأ‬ ْ ‫ال‬
  • 29. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 20 Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Turun wahyu pertama itu menandakan bahwa Nabi Muhammad Saw telah menjadi utusan Allah. Pada mulanya Nabi berdakwah dengan sembunyi-sembunyi terbatas pada orang-orang terdekat. Setelah berangsur-angsur jumlah pemeluk Islam bertambah, dakwah dilakukan secara terang- terangan. Dakwah sembunyi-sembunyi tersebut mulai ditinggalkan setelah beliau menerima wahyu Surat al-Hijr: 94 yang berbunyi: َ‫ني‬ ِ ‫ك‬ِْ‫ر‬ ‫ش‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ َِ‫ن‬ ‫ع‬ ْ ‫ض‬ِ‫ر‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ �َ‫و‬ُ‫ر‬َ‫م‬ْ‫ؤ‬ ُ ‫ت‬‫ا‬َ ِ‫م‬ ‫ب‬ ْ ‫ع‬ َ‫د‬ ْ‫اص‬ َ ‫ف‬ Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang- terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Firman Allah Swt di atas menekankan bahwa Nabi Muhammad bertujuan menghindari dari kemusyrikan dan mengajak kepada ketauhidan. Sebagai Rasul-Nya untuk menyampaikanajaran (da’wah) sehinggamasyarakatkembali kepada jalan yang benar. Firman Allah Swt surat al-Mudatsir: 1-7: )4( ْ‫ر‬ِ ّ‫ه‬ َ‫ط‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫اب‬َ‫ي‬ِ‫ث‬َ‫و‬ )3( ْ ِ‫ر‬ ّ ‫ب‬ َ ‫ك‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬َ‫و‬ )2( ْ‫ر‬ِ‫نذ‬ ‫َأ‬ � َ ‫ف‬ْ ُ‫م‬ ‫ق‬ )1( ُ ِ‫ر‬ ّ ‫ث‬ َّ‫د‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ‫ا‬َ ُّ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َأ‬ � َ‫ا‬‫ي‬
  • 30. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 21 )7( ْ ِ‫ر‬ ‫ب‬ ْ‫اص‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ِ‫ل‬َ‫و‬)6( ُ ِ‫ر‬ ‫ث‬ ْ ‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ َ ‫ت‬ ُ‫ن‬ ‫ن‬ْ َ‫م‬ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫و‬)5( ْ‫ر‬ُ‫ج‬ْ‫اه‬ َ ‫ف‬َ‫ز‬ْ‫ج‬ُّ‫الر‬َ‫و‬ Artinya: Hai orang yang berselimut, bangunlah kemudian berilah peringatan, dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak, dan untuk memenuhi perintah Tuhanmu bersabarlah. Semakin lama, dakwah Rasulullah semakin hebat. Melihat gerakan Islam yang  bertambah berani dan mendengar berhala-berhala pujaan mereka dihina maka bangkitlah kemarahan  kaum Quraisy. Mulailah mereka melancarkan permusuhan kepada nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Para pemimpin Quraisy semakin membenci nabi karenabanyak tokoh Quraisyyang mengikuti ajaran Islam. Mereka berusaha keras menghentikan dakwah nabi dengan berbagai cara sehingga Nabi dan pengikutnya  semakin mengalami rintangan, kesulitan dan penderitaan yang hebat. Para pemimpin Quraisy menghalangi dakwah Nabi. Misi Nabi Muhammad Saw adalah menciptakan kembali masyarakat yang hanya mengabdi kepada Allah Swt semata dan menegakkan kebenaran dan keadilan yang menyeluruh, karenanya aktivitas pokok Rasulullah Saw antara lain 1). Menanamkan kesadaran dan keinsyapan tentang ke-Esaan dan ke-maha Kuasaan Allah Swt, meyakini bahwa Muhammad adalah Nabi dan utusan Allah. Tunduk dan patuh akan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, 2). Menyadarkan dan mengingatkan bahwa
  • 31. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 22 pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatannya tatkala menjalani hidup di dunia, 3). Menyadarkan dan mengingatkan bahwa di hadapan Allah Swt semua manusia itu sama, tidak ada perbedaan dan tidak pula dibeda- bedakan kecuali dengan takwanya. Karena itu perbudakan dalam bentuk apapun harus dihilangkan, 4). Menyadarkan dan mengingatkan bahwa manusia itu hidupnya tidak lepas dari masyarakat, karena itu hendaknya saling bertolong- tolongan, saling kasih mengasihi dan saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat itu. (Soekarno, 1983: 36). Usaha menyeru manusia ke jalan Allah Swt bukanlah pekerjaan yang mudah, karena memerlukan pengorbanan baik tenaga, harta benda, bahkan jika diperlukan nyawa. Usaha Rasulullah Saw yang mulia ini berhadapan dengan banyak halangan dan rintangan yang datang dari berbagai penjuru. Halangan dan rintangan diantaranya mengejar dan menganiaya Nabi serta pengikutnya. Membujuk Nabi dengan harta, tahta dan wanita. Dalam menyampaikan seruannya Nabi Muhammad Saw dihina, difitnah, ditiduh orang gila, disakiti fisiknya bahkan seringkali mendapatkan ancaman pembunuhan. Sekalipun tekanan dan rintangan semakin sering dilancarkan kaum Quraisy, namun dengan keteguhan iman, ketabahan hati dan keluhuran budi,  Nabi Muhammad danumatIslamtidakpernahgoyah.Sehinggapadapuncaknya orang Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi dan menganiaya sahabat-sahabatnya Sesuai dengan tugas yang diembankan kepadanya, serta kondisi lingkungan yang ada pada zamannya, materi pembelajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw kepada masyarakat dilingkungannya tidak dalam masalah
  • 32. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 23 karier, politik dan keduniaan, akan tetapi lebih terfokus kepada pembinaan akidah, moral dan akhlak umat. 1. Tahapan Pembelajaran Nabi Muhammad a. Tahap Rahasia dan Perorangan Pada awal turunnya wahyu pertama (the first relevation), al-Qur’an surat 96 ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadidjah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zait bin Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya, yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya, Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakkan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat suku Quraisy saja. Seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah bin Jahrah, Arkam bin Arqam, Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam bin Arqam. Pendidikan secara rahasia dan perorangan berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras dihari kemudian
  • 33. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 24 (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, “Celakanya kamu Muhammad! Untuk inikah kamu mengumpulkan kami?” Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya. b. Tahap Terang-terangan Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu, keberadaan rumah Arqam bin Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam, sudah diketahui oleh kafir Quraisy. c. Tahap untuk Umum Seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum berhasil secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional” tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah.
  • 34. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 25 Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor: (1) adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul, (2) suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi, (3) konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka. Berikutnya, di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad Saw, Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’at al-Aqabah I”. Mereka berjanji tidak akan menyembah selain kepada Allah Swt, tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak dan menjauhkan perbuatan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan. Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, sehingga seluruh penduduk Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah haji dari Yatsrib mendatangi Rasulullah, berikrar akan selalu setia dan melindungi Rasulullah, dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nyadi tempatyang sama pelaksanaan Bai’at al-Aqabah I tahunyang lalu, yang dikenal dengan nama Bai’at al-Aqabah II, dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah bentuk dakwah Rasulullah secara umum, dakwah kepada umat manusia yang datang dari seluruh penjuru bumi berhaji ke Makkah.
  • 35. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 26 2. Mendirikan Lembaga Pendidikan Islam dan Materi Pembelajaran a. Lembaga Pendidikan pada Fase Makkah Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua macam/tempat, yaitu: (1) rumah Arqam bin Arqam, rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam; (2) kuttab, dalam sejarah pendidikan Islam, istilah kuttab telah dikenal dikalangan bangsa Arab pra-Islam. Dalam bukunya Samsul Nizar dikatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua.Pertama,kuttabberfungsimengajarkanbacatulisdengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya non-Muslim. Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Kedua, kuttab sebagai pengajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaranteksal-Qur’anpadajenis kuttabyang kedua ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafalan al-Qur’an) telah banyak. Guru yang mengajarkannya adalah dari umat Islam sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa diajari pemahaman al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab dan aritmatika. Sementara kuttab yang didirikan oleh orang-orang yang lebih mapan kehidupannya, materi tambahannya adalah menunggang kuda dan berenang. Sesuai dengan tugas yang diembankan kepadanya serta kondisi lingkungan yang ada pada zamannya, materi pembelajaran yang disampaikan oleh Rasulullah kepada masyarakat di lingkungannya tidak dalam masalah karier, politik dan keduniaan, tetapi lebih terfokus kepada pembinaan aqidah, akhlak umat dan al-Qur’an.
  • 36. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 27 b. Lembaga Pendidikan pada Fase Madinah Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan Rasulullah bersama kaum Muslimin, untuk secara bersama- sama membina masyarakat baru. Meskipun demikian eksistensi kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah, tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah, misalnya materi jual beli, materi keluarga, materi sosial politik, tanpa meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai di Makkah seperti materi akidah, akhlak dan al-Qur’an. Dalam sejarah Islam, masjid yang pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba pada jarak perjalanan kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari Makkah (QS. At-Taubah: 108). Rasulullah membangun sebelah utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang disebut al-Suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal dengan “ahli suffah”. Pembangunan masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, di antaranya sebagai tempat beribadah, kegiatan sosial-politik, bahkan lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam. Materi pembelajaran Rasulullah Saw yang bersifat fundamental telah digariskan oleh Allah Swt, seperti terdapat dalam QS. al-Jumu’ah ayat 2. ْ ‫م‬ِ‫هي‬ِ ّ ‫ك‬َ ُ‫ز‬ ‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ‫ا‬‫ي‬ ‫آ‬ � ْ ‫م‬ِْ‫يه‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ‫و‬ ُ ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ي‬ ْ ‫م‬ُ ْ‫ه‬ ‫ن‬ِّ‫م‬ ً‫ا‬ ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ني‬ِّ‫ِي‬ّ‫م‬ ‫ُأ‬ ْ ‫ال‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬
  • 37. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 28 ٍ‫ني‬ِ‫ب‬ُّ‫م‬ ٍ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫ض‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ِ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ُ‫و‬ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ن‬‫ِإ‬�َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ْ‫م‬ ‫ك‬ِْ‫ح‬‫ال‬َ‫و‬ َ ‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ِم‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫و‬ Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Allah Swt menyebutkan untuk diri-Nya “orang ketiga” (Dia), karena orang-orang Arab yang jahil, primitif dan liar tidak mengenal-Nya, karena tidak ada “Dia” dalam benak mereka, makaAllah Swtmenekankan kegelapansifatmereka, kejauhan mereka dari diri-Nya. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Nabi Muhammad diutus oleh Allah dengan kebenaran yang dibawanya kepada kaum yang belum tahu membaca dan menulis pada waktu itu. Rasul itu bukan datang dari tempat lain, melainkan timbul dan bangkit dalam kalangan kaum itu sendiri, dan Rasul itu sendiri juga seorang yang ummiy, beliau tidak pernah belajar menulis dan membaca sejak kecil sampai wahyu itu turun. Sehingga dia Rasul yang ummiy dari kalangan yang ummiy. (Hamka, 2000: 163). Kata ( َ‫ني‬ِّ‫ي‬ِّ‫م‬ ‫أ‬ ‫)ال‬ al ummiyyyin adalah bentuk jamak dari kata (‫)ﺃﻲﻣ‬ ummiyy dan terambil dari kata (‫)ﺃﻢ‬ umm/ibu dalam arti seorang yang tidak pandai membaca dan menulis. Seakan- akankeadaanyadarisegipengetahuansamadengankeadaanya ketika baru dilahirkanoleh ibunyaatau samadengan keadaan ibunya yang tak pandai membaca dan menulis.  Ini karena masyarakat Arab pada masa jahiliyah umumnya yang tak pandai membaca dan menulis, lebih-lebih kaum wanitanya.
  • 38. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 29 Ada juga yang berpendapat bahwa kata ummiyy terambil dari kata (‫)ﺃﻣﺔ‬ ummah/umat yang menunjuk kepada masyarakat ketika turunnya al-Qur’an yang oleh Rasul swa dilukiskan dengan sanda beliau: ”Sesunggunya kita adalah umat yang ummiyy, tidak pandai membaca dan berhitung.” Betapapun, yang dimaksud dengan al-Ummiyyyin adalah masyarakat Arab. (Shihab, 2007: 2019). Buta huruf yang dimaksud ayat di atas adalah orang- orang Arab pada waktu itu disebut sebagai orang-orang yang buta huruf karena pada umumya mereka tidak bisa membaca dan menulis. Dalam 100 orang belum tentu ada seorang yang pandai menulis atau membaca, tetapi mereka mempunyai satu kelebihan yaitu ingatan mereka sangat kuat, mereka (bangsa Arab) tidak mempunyai pengetahuan tentang Allah Swt dan Rasul-Nya, kemudian Allah Swt mengutus seorang Rasul kepada umat yang rusak ini. Muhammad Saw adalah seorang Rasul yang memunyai tekad yang kuat, sifatnya yang lembut dengan spiritualitas terdalam dan moralitas tertinggi dan melalui Nabi Muhammad Saw tersebut Allah Swt akan membimbing mereka dalam rangka menjadi orang yang cerdas dan kelak akan menjadi pemimpin manusia. Kalimat membacakan ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka, menunjukkan bahwa Rasulullah Saw akan mengajarkanmerekatentangmaknaal-Qur’andanpenciptaan dengan cara bertahap dan memberi tahu mereka bagaimana untuk menjadi manusia sempurna dengan berjuang meraih kesempurnaan spiritual. Allah Swt membimbing mereka melalui Rasul-Nya menuju derajat yang lebih tinggi dengan menjelaskan al-Qur’an dan semesta kepada mereka, dan memperlihatkan mereka secara rinci bagaimana menuju kehidupan yang seimbang dan baik dalam setiap bidang kegiatan. (Gulen, 2002: 192).
  • 39. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 30 Dari ayat di atas tampak jelas bahwa materi pendidikan yang harus diemban oleh Rasulullah Saw berkenaan dengan persoalan yang mendasar yakni pengenalan dan penyadaran umat terhadap Allah Swt (akidah), selanjutnya menjadikan al-Qur’ansebagai pedoman hidupmanusiasehinggamanusia yang secara fitrah suci ketika dilahirkan, tetap dalam keadaan suci ketika menghadap Allah Swt. Dalam al-Qur’an dan tafsirnya yang diterbitkan oleh Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, QS. al- Jum’ah ayat dua tersebut mengandung tiga materi pokok yang harus dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw yakni; pertama, membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an yang di dalamnya terdapat petunjuk dan bimbingan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Kedua, Membersihkan masyarakat dari akidah yang menyesatkan, dosa kemusyrikan, sifat-sifat jahiliyah yang biadab sehingga mereka itu berakidah tauhid meng-Esakan Allah Swt, tidak tunduk kepada pemimpin yang menyesatkan dan tidak percaya lagi kepada sesembahan mereka seperti batu, pohon dan sebagainya. Ketiga, Mengajarkan kepada mereka (masyarakat) syari’at agama beserta hukum-hukumnya serta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Hamka, menguraikan dalam tafsir al-Azharnya bahwa berdasarkan ayat di atas, materi pembelajaran yang ditugaskan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw adalah membersihkan jiwa mereka dari kepercayaan yang karut, dari pada akidah yang salah, daripada langkah yang tersesat dan membersihkan pula badan (diri) mereka dari kotoran, karena selama ini belum tahu arti kebersihan, sehingga diajar wudhu, diajar mandi junub dan menghilangkan hadas dan najis bahkan sampai diajar
  • 40. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 31 menggosok gigi. Selanjutnya masih menurut Hamka, materi pembelajaran Nabi Muhammad Saw adalah mengajarkan al-kitab (mushaf al-Qur’an atau syariat) dan hikmah (Sunah Rasul atau arti dan rahasia daripada perintah dan larangan Allah Swt. (Hamka, 2000: 164). Dalam sumber yang lain, Hamka berpendapat bahwa materi pembelajaran Nabi Muhammad Saw. adalah memberitahukan kepada seluruh isi alam, bahwa yang mempunyai agama bukan manusia, tetapi Allah Swt dan gunanya untuk mengatur manusia, agama itu hanya satu sejak dahulu sampai sekarang, tidak berubah, tidak berbeda, yang berbeda hanya rupa dan lahirnya. Isinya hanya satu, semangatnya hanya satu, hakikatnya hanya satu, kesatuan itulah yang diserukan sejak Nabi pertama Adam as. Sampai sekarang (Nabi Muhammad Saw), isinya ialah iman kepada Allah Swt, ikhlas beribadah kepada-Nya, bertolong-tolongan sesama manusia di dalam menegakan kebajikan dan menghindarkan perbuatan yang dapat menyakiti sesama manusia. (Hamka, 2001: 330). Menurut Munawar Chalil, yang menjadi pokok dari materi pembelajaran (dalam hal ini dakwah) Rasulullah Saw pada periode awal adalah mengarahkan agar manusia menetapi prikemanusiaannya yang sejati, jangan bertuhan kepada selain dari Tuhan Yang Maha Esa, Maha Besar, Maha Kuasa, MahaTinggi, Mahadalamsegalanya.Tidaksepatutnya bagi manusia, bertuhan kepada batu-batu, memuja berhala, memuliakan gambar, menyembah arca, menganggap bahwa ada di antara sesama mahluk yang kuasa memberi selamat. Rasulullah Saw terus-menerus mengarahkan agar manusia selalu memohon pertolongan kepadaAllah Swt, karenaselain Dia tidak ada yang dapat memberi pertolongan. Rasulullah
  • 41. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 32 Saw juga meyakinkan kepada masyarakat waktu itu bahwa dirinya adalah Rasulullah. (Chalil 1, 1994: 215). Menurut Mahmud Yunus, ruang lingkup materi pembelajaran Rasulullah Saw, khususnya periode Makkah meliputi empat tema yaitu 1). Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan dipersekutukan dengan nama berhala, 2). Pendidikan akliyah dan ilmiah, yaitu memperlajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian manusia, 3). Pendidikan akhlak dan budi pekerti yang sesuai dengan ajaran tauhid, 4). Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman. Syaih Shafiyyurrahman al-Mubarakfury dalam sirah nabawiyah menyatakan bahwa materi pembelajaran Rasulullah pada tahap awal meliputi 1). Tauhid, 2). Iman Kepada hari akhir, 3). Membersihkan jiwa dengan cara menjauhi kemunkaran dan kekejian yang kadang- kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan dan perbuatan-perbuatan baik, 4). Menyerahkan urusan semua kepada Allah Swt, 5). Semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Nabi Muhammad Saw bernaung dibawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus. (al- Mubarakfury, 2003: 98). Dalam penelusuran Haikal, dinyatakan bahwa ajaran utama Rasulullah Saw adalah mengenalkan ajaran Islam sebagai agama yang benar, agama yang sempurna, agama Allah Yang Maha Agung, agama yang akan mengajak membebaskan pikiran pikiran manusia untuk dapat menilai, menyadari dan berpikir. Rasullah Saw mengajarkan sistem hidup berakidah dan bermasyarakat yang menjadikan dasar keseimbangan hidup manusia. (Haikal, 2003: 418).
  • 42. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 33 Senada dengan yang lain, Azyumardi Azra berpendapat bahwa, sebagai pendidik dan sekaligus Rasul, misi kependidikan pertama Nabi Muhammad Saw adalah menanamkan akidah yang benar yakni akidah tauhid- mengesakan Tuhan, memahami seluruh fenomena alam dan kemanusiaan sebagai suatu kesatuan, suatu yang holistik. (Azra, 2002: 55). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup materi pembelajaran Nabi Muhammad Saw meliputi persoalan-persoalan yang fundamental bagi kehidupan manusia sebagai khalifah Allah Swt, yaitu; akidah dantauhidsebagaimateripokok,mengajarkanfirman-firman Allah Swt sekaligus dengan arti dan makna dari setiap firman Allah Swt tersebut, pemberian pemahaman terhadap asal kejadian alam dan asal kejadian manusia, membentuk sistem hidup bermasyarakat, pembersihan jiwa dengan menjauhi kemunkaran dan kekejian, penanaman akhlak yang baik, pendidikan jasmani juga merupakan hal yang diperhatikan oleh Rasulullah Saw terutama yang berhubungan dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal. Sejalandenganpenanamanakidahdantauhid, Rasulullah Saw memberikan penyadaran tentang hakikat manusia; dari mana manusia berasal, harus bagaimana hidup di dunia, dan akan ke mana setelah kematian tiba, sehingga secara bersamaan berlangsung juga penanaman nilai-nilai moral, akhlak yang mengarah kepada penyadaran bahwa Islam bukan agama ilusi dan khayal, Islam bukan agama terbatas, tetapi Islam adalah agama kodrat (fitrah) yang dengan itu seluruh umat manusia difitrahkan. Jika diperhatikan, sesungguhnya materi yang diajarkan oleh Rasulullah Saw pada dasarnya merupakan keseluruhan
  • 43. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 34 ajaran Islam, baik yang menyangkut hablum minallah sebagai pondasi dari ajaran Islam yakni akidah dan tauhid maupun hablum minannas yang merupakan implementasi dari hablum minallah. Ajaran Islam sebagai materi yang diberikan Rasulullah Saw mengandung materi yang cukup luas karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang akhirnya bermuara kepada sikap pengabdian seorang hamba kepada Allah Swt. C. Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw Menurut Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran merupakan salah satu materi penting dalam upaya menciptakanefektivitaspembelajaran.Instrumen-instrumen yang terkaitdengan pembelajaran tersebut sangat erat terkait dengan sebuah strategi pembelajaran yang juga menjadi bagian integral dari rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen pembelajaran. Bahkan seorang tokoh pendidikan,. Menurut Kemp, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sementara itu menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran lebih diartikan sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama- sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
  • 44. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 35 Dari pengertian strategi pembelajaran di atas, setidaknya ada dua hal penting yang terkait, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk penggunana metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran; kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Dua kategorisasi di atas, dalam kenyataannya menemukan perbedaan dengan pendapat Saiful Bahri dkk. Menurut mereka, ada empat strategi mendasar dalam proses pembelajaran, antara lain; (1) mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik proses pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan proses pembelajaran; (4) menetapkan norma- norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran. Dari uraian di atas, strategi pembelajaran merupakan konsep penting dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Karena terdapat beberapa masalah sehubungan dengan strategi pembelajaran yang secara keseluruhan diklasifikasi menjadi sembilan, yaitu: (1) konsep dasar strategi pembelajaran; (2) sasaran kegiatan belajar; (3) proses pembelajaran sebagai suatu sistem; (4) hakikat proses pembelajaran; (5) perilaku siswa; (6) pola-pola belajar siswa;
  • 45. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 36 (7) memilih sistem pembelajaran; (8) pengorganisasian kelompok belajar; (9) pengelolaan atau implementasi proses pembelajaran. Sebelum Nabi Muhammad Saw memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah Swt telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya, dengan potensi fitrahnya yang luar biasa. (Zuhairimi, 1977: 18). Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al- Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam diri Nabi Muhammad Saw, seolah-olah Allah Swt. telah menyusun suatu metodologi pendidikan Islam yang sempurna, suatu bentuk yang hidup dan abadi selama sejarah kehidupan manusia masih berlangsung. Strategi pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis- garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Berbagai kepribadian terpuji terkumpul di dalam satu pribadi, yang masing-masing melengkapi bagian-bagian lain, seakan-akan pribadi itu sesuatu yang mempunyai banyak sisi yang berbeda, kemudian dipertautkan menjadi suatu benda yang lebih luas, tersusun rapi menjadi suatu lingkaran yang sangat sempurna dengan unsur-unsur pribadi yang disusun dengan baik dan teratur. (Syahidin, 1999: 156)
  • 46. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 37 Sebagai manusia pilihan yang sudah dipersiapkan oleh Allah Swt untuk menyampaikan risalah Islam, tentu saja dalam melaksanakan tugas tersebut selalu berada di bawah pengawasan dan bimbingan-Nya, akan tetapi sebagai manusia biasa yang diberikan akal, hati dan indra lainnya, Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat cerdas, kreatif, inovatif dalam menyampaikan risalah Islam yang sekaligus sebagai materi dari pendidikan yang menjadi tugas utama Nabi. Sebagai pribadi, Rasulullah Saw memilki kepribadian dan nilai-nilai kepemimpinan serta pola manajemen yang baik, sehingga strategi pembelajaran Rasulullah Saw dapat dilaksanakan dan berhasil dengan baik. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa Rasulullah Saw adalah seorang Rasulullah yang tentunya berbeda dengan manusia biasa yang segala sikapdantingkahlakusertaperbuatannyasangatdipengaruhi bahkan selalu dalam bimbingan wahyu. Tetapi sebagai manusia, Rasulullah memang telah memiliki kepribadian yang terpuji sehingga beliau memperoleh predikan al-Amin artinya yang jujur, begitupun dengan kemampuan beliau sebagai seorang pemimpin dan kombinasi dari kemampuan dan sikapnya yang mulia serta didukung oleh bimbingan Allah Swt yang terus-menerus, pembelajarannya dapat berhasil dengan baik. Dalam melaksanakan tugas da’wahnya (menyampaikan pembelajaran) kepada masyarakat, Allah Swt telah memberikan landasan umum berkenaan dengan strategi pembelajaran yang harus dipedomani oleh Nabi Muhammad Saw, seperti firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 125. َ ِ‫ي‬ ‫ه‬ ِ‫ي‬ ‫ت‬ َّ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ل‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫و‬ ِ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬ َ ْ‫ح‬ ‫ال‬ ِ‫ة‬ َ ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬ َ ْ‫م‬ ‫ك‬ِْ‫ح‬‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ك‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫يل‬ِ‫ب‬ َ ‫س‬ ِ‫ى‬ ‫ل‬‫ِإ‬� ُ ‫ع‬ْ‫اد‬
  • 47. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 38 َ‫ني‬ِ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ه‬ُ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ �َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ ‫س‬ َ‫ن‬ ‫ع‬ َّ ‫ل‬ َ ‫ض‬‫ن‬َ ِ‫م‬ ‫ب‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ � َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� ُ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬ ‫َأ‬ � Artinya:Serulah(manusia)kepadajalanTuhanmudengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Makna umum dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu dengan cara Al-hikmah, Mau’idhah Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya denganpenuhkesadaran.Ketigametodeinitelahmengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti membangun suatu sistem yang kuat dengan “jaring-jaring” (networking) yang menyebar ke segala penjuru. Analogi ini bisa menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala sekolah, wali murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait. Sehingga menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Pada awalnya ayat ini berkaitan dengan dakwah RasulullahSaw. Kalimatyangdigunakanadalahfi’il amr “ud’u” (asal kata dari da’a-yad’u-da’watan) yang artinya mengajak, menyeru, memanggil. Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah, mau’idhah hasanah, mujadalah. Metode
  • 48. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 39 ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai sistem, berbagai metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah metode. Secaraetimologi metodeberasaldari bahasaYunani,yaitu “metha” artinya melalui atau melewati dan “hodos” artinya jalan atau cara. Dalam kajian keislaman metode berarti juga “thoriqoh” yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian metode mengajardapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Adapun secara terminologi, para ahli pendidikan mendefinisikan metode sebagai berikut: 1) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan; 2) Abd. Al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran; 3) Ahmad Tafsir mendefinisikan, metode mangajar adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran. Ada beberapa landasan dasardalam menentukan metode yang tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh Abu Ahmadi. Ia mengatakan bahwa landasan untuk pemilihan metode ialah: 1) Sesuai dengan tujuan pengajaran agama; 2) Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan; 3) Menarik perhatian murid; 4) Maksud metodenya harus dipahami siswa; 5) Sesuai dengan kecakapan guru agama yang bersangkutan. Landasan umum yang telah digariskan oleh Allah Swt dalam melaksanakan pembelajaran kepada masyarakat seperti bunyi ayat di atas adalah bahwa dalam setiap gerak
  • 49. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 40 dan langkah mengajak orang kembali kepada jalan Allah itu haruslah dilakukan dengan cara-cara yang bijak, bahkan ketika berargumentasi dengan yang belum sepaham harus juga dilakukan dengan cara yang bijak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit hati orang lain. Dalam surat An-Nahl ayat 125 terdapat tiga prinsip dalam implementasi metode penyampaian dakwah, pembelajaran, pengajaran, komunikasi dan sebagainya yaitu: 1. Al-Hikmah Dalam bahasa Arab, al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah berarti mengajak kepadajalanAllahdengancarakeadilandan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan “kalimatyang lemah lembut”. Beliau menulisdalam tafsirnya: ‫خماشنة‬‫دون‬‫ولني‬‫بتلطف‬‫ورشعه‬‫هللا‬‫دني‬‫ىل‬‫إ‬�‫يدعو‬‫ن‬ ‫أ‬ �‫مره‬ ‫أ‬ �‫و‬ ‫القيامة‬‫ويم‬‫ىل‬‫إ‬�‫المسلمون‬‫ويعظ‬‫ن‬ ‫أ‬ �‫ينبيغ‬‫وهكذا‬,‫وتعنيف‬ Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dinullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan pengajaran.
  • 50. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 41 Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat “qaulan layinan”. Allah berfirman: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. Proses belajar mengajar dapat berjalandengan baikdan lancarmanakalaada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang. Berdasarkan penafsiran para mufasir hikmah mengandung makna sebagai berikut: 1) Perkataan yang kuat disertai dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalahpahaman. 2) Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini keadaannya/pengetahuan itu memberi manfaat. 3) Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang bathil. 4) Mengetahui hukum-hukum Al-Qur’an, paham Al- Qur’an, paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan. 5) Tutur kata yang mempengaruhi jiwa 6) Akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Menarik perhatian orang kepada agama (kepercayaan terhadap Tuhan) 7) Perkataan yang tegas dan benar.
  • 51. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 42 Dengan demikian biladiaplikasikan kedalam pendidikan Islam, maka hikmah dapat digunakan sebagai salah satu metode pendidikan agama Islam. Dari penafsiran mufasir di atas, dapat disimpulkan bahwa hikmah mengandung arti pengetahuan yang dalam yang menjelaskan kebenaran serta menghilangkan kesalahpahaman melalui tutur kata yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Aplikasi metode hikmah dalam pendidikan Islam, mengindikasikan adanya tanggung jawab pendidik. Dengan pengetahuan yang dalam akal budi yang mulia, perkataan yang tepat dan benar serta sikap yang proporsional dari pendidik, maka tujuan pendidikan dapat terwujudkan. Metode hikmah mewujudkan suasana kondusif yang memungkinkan terjadinya interaksi edukatif yang menyentuh siswa untuk dapat menerima dan memahami serta mendorong semangat belajar, melalui terwujudnya komunikasi baik antara pendidik dan peserta didik. Dimana pembinaan karakter peserta didik dan kewibawaan pendidik tetap terjaga. 2. Mau’idzah Hasanah Maudzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mau’idzah dan Hasanah”. Al-Mau’idzah dalam tinjauan etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanahberarti baik. Biladuakatainidigabungkanbermakna pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-Mau’idzah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah.
  • 52. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 43 At-Thobari mengartikan mau’idzah hasanah dengan “Al-ibr al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Pengajaran yang baik mengandung nilai- nilai kebermanfaatan bagi kehidupan para siswa. Mau’idzah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i (guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi penstranferan nilai. Al-Imam Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali mengidentikan kata “Al-Mau’idah” itu dengan kalimat ‫مواعظه‬ ‫و‬ ‫أ‬ � ‫القول‬ ‫الرقيق‬ artinya perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat tersebut bermakna lemah lembut baik lagi baik. Dengan melalui prinsip maudzoh hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap dalam kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi approach) agar penyampaian materi bisa diterima oleh peserta didik diantaranya: a). Pendekatan Religius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk religius dengan bakat- bakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, b). Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, c).Dasar Psikologis, metode pendidikan Islam bisa efektif dan efesien biladidasarkan pada perkembangan psikis meliputi motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal intelektual, d). Dasar Sosiologis, pendekatan sosial interaksi antar siswa, guru dengan siswa sehingga memberikan dampak positif bagi keduanya.
  • 53. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 44 3. Mujadalah Kata mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya percekcokan dan perdebatan. Kalimat “jadala” ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an diantaranya dalam surat Al-Kahfi ayat 54: ‫ل‬ َ‫د‬َ‫ج‬ٍ‫ء‬ ْ َ‫ي‬ ‫ش‬ َ َ‫ر‬ ‫ث‬ ْ ‫ك‬ ‫َأ‬ � ُ‫ان‬ َ‫ِإنس‬ ْ ‫ال‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬َ‫و‬ Artinya: Manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. Kalimat “jadala” dengan berbagai variasinya juga bertebaran dalam Al-Qur’an, seperti pada surat (2:197), (4:107,109), (6:25, 121), (7 : 71), (11:32,74), (13:13), (18:54,56(, (22:8,68), (29:46), (31;20), (40:4,5,32,56,69), 24:35), (43:58), (58:1). Bahkan ada surat yang bernama “Al-Mujaadilah” (perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan). Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah Swt. Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirmya bahwa mujadalah ini adalah cara penyampaian melaluidiskusidenganwajahyang baikkalimatlemahlembut dalam berbicara. Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir’aun. Sedangkan hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah Swt sebab hanya Allahlah yang mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak.
  • 54. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 45 Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisagunamengumpulkanpendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapatorang lain,sadarbahwaadapandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya. An-Naisaburi memberikan ilustrasi bahwa mujadalah itu adalah sebuah metode “‫ابلطريقة‬‫ي‬ ‫أ‬ �”. Diskusi (mujadalah) tidak akan memperoleh tujuan apabila tidak memperhatikan metode diskusi yang benar, yang hak sehingga diskusi jadi “bathal” tidak didengarkan oleh mustami’in. Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasanyang kuat. Parasiswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan- alasan yang mendasar dan ilmiah dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke “Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”. Berdasarkan hadits-hadits yang ada, dalam kontek pembelajaran, Nabi Muhammad Saw sangat kaya dengan strategi dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikannya, sehingga tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai
  • 55. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 46 dengan baik. Beberapa strategi pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw antara lain: 4. Mendidik dengan Contoh Teladan Nabi Muhammad Saw merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya, dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah Swt, bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do’a, bagaimanasujuddenganpenuhperasaan,bagaimanatunduk, bagaimana menangis kepada Allah Swt di tengah malam, bagaimana makan, bagaimana tertawa, bagaimana berjalan, semuanya itu dilakukan oleh Rasulullah Saw. (Gulen, 20002: 197) Seluruh prilaku Rasulullah Saw tersebut kemudian menjadi acuan bagi parasahabatsekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung. Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah salah satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai hasilnya, apapun yang diajarkan dapat diterima dengan segeradari dalam keluargadan oleh masyarakat pengikutnya, karena ucapannya menembus ke hati mereka. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupannya merupakan cerminan kandungan Al-Qur’an secara utuh, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Ahzab; 21: َ ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬َ َّ‫للاه‬‫و‬ُ‫ج‬ْ َ‫ر‬ ‫ي‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ن‬َ‫م‬ِ ّ ‫ل‬ ٌ ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ ‫ة‬َ‫و‬ ْ ‫س‬ ‫ُأ‬ �َِّ‫للاه‬ ِ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ً ‫ريا‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬َ َّ‫للاه‬ َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ر‬ِ‫خ‬ ‫آ‬ ْ ‫ال‬
  • 56. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 47 Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Beberapa prilaku Nabi Muhammad Saw yang menjadi uswah hasanah antara lain: a. Tentang Kesederhanaan Nabi Muhammad Saw. Sebagai seorang Nabi dan Rasulullah, Muhammad memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia, ia adalah manusia yang dijamin masuk syurga oleh Allah Swt. Dalam kehidupan kesehariannya, ia tempat manusia bertanya, uluran tangannya senantiasa dinanti oleh sebagian besar masyarakat, nasihat-nasihatnya senantiasa dapat mengeluarkan orang lain dari kesulitan. Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna. Dalam kedudukannya seperti itu, Nabi Muhammad Saw tidak pernah menganggap dirinya lebih besar dan lebih hebat dibandingkan dengan orang lain, ia tidak gila penghormatan dari orang lain, ia hidup dan berpakaian seperti orang paling miskin, ia duduk dan makan bersama-sama dengan masyarakat (termasuk budak dan hamba sahaya), tidurnya beralaskan tikar yang terbuat dari pelepah daun kurma, sehingga ketika ia bangun dari tidurnya masih tampak goresan-goresan tikar di pipinya. Kerendahan hati adalah salah satu sifat teragung Nabi Muhammad Saw. Dia mencapai derajat tertinggi setiap harinya, dia terus bertambah rendah hati dan tunduk kepada Allah Swt. Satu ketika Nabi Muhammad menggambarkan tentang bagaimana seharusnya seorang beriman hidup di dunia, dalam kata-katanya yang sangat
  • 57. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 48 pendek namun penuh makna, seperti hadits riwayat Ahmad, Muslim dan Turmuzi dari Abu Hurairah berikut ini: ِ‫ر‬ِ‫ف‬ َ ‫الاك‬ ُ ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬َ‫و‬ ِ ِ‫ن‬ ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫الم‬ ُ‫ن‬ْ ِ‫ج‬ ‫س‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ ُّ‫لد‬ َ ‫ا‬ Dunia itu penjara bagi orang yang beriman dan syurga bagi orang kafir Sekiranya nabi ingin hidup bersenang-senang tentulah hal demikian dapat nabi lakukan baik ketika sudah datang risalah maupun sebelum datangnya risalah. Abu Ishaq dalam Quraisy Shihab menuliskan sikap kesederhanaan Nabi Muhammad Saw manakala seorang Abu Walid ‘Utbah bin Rabi’ah seorang utusan pembesar kaum kafirQuraisymerayu beliaudengantawaran berupa kesenangan sebagai upaya penghentian dakwahnya. ‘Utbah berkata kepada Nabi: “Wahai anak saudaraku! Engkau di sisi kami, sebagaimana engkau memaklumi, adalah dari keluarga terbaik serta berada dalam tempat terhormat dalam garis keturunan. Sungguh engkau telah menghadirkan ke tengah kaummu persoalan yang besar, engkau memecah belah mereka, melecehkan kepercayaan mereka, menilai buruk sembahan-sembahan dan agama mereka, serta mengingkari sikap luhur mereka, maka dengarkanlah aku! Aku akan menyampaikan beberapa hal untuk engkau pikirkan, semoga ada yang engkau terima.” “Silahkan wahai Abu Walid, akan aku dengar denga tekun.” Ucap Nabi. Maka ‘Utbah melanjutkannya: “Hai anak saudaraku, jika apa yang engkau lakukan ini bertujuan menghimpun harta benda, maka kami siap
  • 58. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 49 mengumpulkannya untukmu sehingga engkau menjadi yang terkaya di kalangan kami. Jika engkau menghendaki kemuliaan, maka kami siap menjadikan engkau yang termulia diantara kami, sehingga kami tidak memutuskan suatu perkara apapun tanpa restumu. Jika engkau menggendaki kerajaan, maka kami siap menjadikanmu rajaterhadapkami.Jikayangengkaualamiadalahganguan Jin atau makhluk halus tidak bisa engkau elakan, maka kami siap mengusahakan penangkalnya dan membiayai dari harta benda kami hingga engkau sembuh...” ‘Utbah terdiam, maka Nabi Saw. bertanya: “Sudah rampungkah apa yang akan engkau sampaikan?” ‘Utbah mengiyakan, maka nabi kemudian menjawabnya dengan membaca Surat Fushilat ayat 1 hingga ayat 14. ‫ن‬ ‫آ‬ �ْ‫ر‬ ُ ‫ق‬ ُ‫ه‬ ُ ‫ت‬ َ‫ا‬‫ي‬ ‫آ‬ � ْ ‫ت‬ َ ‫ل‬ ِّ‫ص‬ ُ ‫ف‬ ٌ ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ )2( ِ‫مي‬ِ‫ح‬َّ‫الر‬ ِ‫ن‬َ ْ‫م‬ ‫ح‬َّ‫الر‬ َ ِ‫ن‬ّ ‫م‬ ٌ ‫يل‬ِ‫زن‬ َ ‫ت‬ )1( ‫مح‬ ‫ل‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ف‬ ْ ُ‫م‬ ‫ه‬ ُ َ‫ر‬ ‫ث‬ ْ ‫ك‬ ‫َأ‬ � َ ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ � َ ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ِري‬‫ذ‬ َ ‫ن‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ري‬ِ‫ش‬َ‫ب‬ )3( َ‫ون‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ِ ّ ‫ل‬ ‫ا‬ًّ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ع‬ ٌ‫ر‬ ْ ‫ق‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ن‬‫ا‬ َ ‫ذ‬ ‫آ‬ � ِ‫ي‬ ‫ف‬َ‫و‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ِإ‬� َ‫ا‬‫ون‬ُ‫ع‬ ْ‫د‬ َ ‫ت‬‫ا‬َّ ِ‫م‬ّ ‫م‬ ٍ‫ة‬َّ‫ِن‬‫ك‬ ‫َأ‬ � ِ‫ي‬ ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫وب‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬َ‫و‬)4( َ‫ون‬ُ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫س‬َ‫ي‬ ٌ َ‫ر‬ ‫ش‬َ‫ب‬ َ‫ا‬‫ن‬ ‫َأ‬ �‫ا‬َ َّ‫م‬ ‫ن‬‫ِإ‬� ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬)5( َ‫ون‬ ُ ‫ِل‬‫م‬‫ا‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ن‬ َّ ‫ن‬‫ِإ‬� ْ ‫ل‬َ ْ‫م‬ ‫اع‬ َ ‫ف‬ ٌ ‫اب‬َ ِ‫ج‬ ‫ح‬ َ‫ك‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ِ‫ن‬ ‫م‬َ‫و‬ ُ‫وه‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬َ‫و‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ِإ‬�‫وا‬ُ‫يم‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬ َ ‫ف‬ ٌ‫د‬ِ‫ح‬‫ا‬َ‫و‬ٌ‫ه‬ َ ‫ل‬‫ِإ‬� ْ ُ‫م‬ ‫ك‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬‫ِإ‬�‫ا‬َ َّ‫م‬ ‫ن‬ ‫َأ‬ � َّ َ‫ي‬ ‫ل‬‫ِإ‬� َ‫ى‬ ‫ح‬ ُ‫يو‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬ ُ ‫ل‬ْ‫ِث‬ّ‫م‬ ْ ُ‫م‬ ‫ه‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫خ‬ ‫آ‬ ْ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ُ‫م‬ ‫ه‬َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ‫ا‬ ‫ك‬َّ‫الز‬ َ‫ن‬ ُ‫و‬ ‫ت‬ ْ ُ‫ؤ‬ ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ‫ني‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬ )6( َ‫ني‬ ِ ‫ك‬ِْ‫ر‬ ‫ش‬ُ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ ّ ‫ل‬ ٌ ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬َ‫و‬ ٍ‫ون‬ُ‫ن‬ْ َ‫م‬ ‫م‬ُ ْ‫ير‬َ ‫غ‬ٌ‫ر‬ْ‫ج‬ ‫َأ‬ � ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ات‬ َ ِ‫ح‬‫ال‬ َّ‫الص‬‫وا‬ ُ ‫ل‬َِ‫م‬ ‫ع‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬ ‫آ‬ � َ‫ني‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�)7( َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ َ‫ون‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ َ‫ج‬ ‫ت‬َ‫و‬ ِْ‫ين‬ َ‫م‬ْ َ‫يو‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ض‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ك‬َ‫ت‬ َ ‫ل‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫ئ‬ ‫َأ‬ � ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬)8( ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ق‬ْ‫و‬ َ ‫ف‬ ِ‫ن‬ ‫م‬ َ ِ‫ي‬ ‫اس‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫و‬ )9( َ‫ني‬ِ‫م‬ َ ‫ال‬َ‫ع‬ ْ ‫ال‬ ُّ ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫ذ‬ ‫ا‬ً‫اد‬ َ‫ند‬ ‫َأ‬ � ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ )10( َ‫ني‬ِ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َّ‫لس‬ِ ّ ‫ل‬ً‫اء‬َ‫و‬ َ ‫س‬ ٍ‫م‬ َّ‫ا‬ ‫ي‬ ‫َأ‬ � ِ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ � ِ‫ي‬ ‫ف‬‫ا‬َ َ‫ه‬ ‫ات‬َ‫و‬ ْ ‫ق‬ ‫َأ‬ �‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َ‫ر‬ َّ‫د‬ َ ‫ق‬َ‫و‬‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َ ‫ك‬َ‫ر‬ َ‫ا‬‫ب‬َ‫و‬
  • 59. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 50 ‫ا‬ً‫ع‬ْ‫و‬ َ ‫ط‬‫ا‬َ‫ِي‬‫ت‬ ْ ‫ِئ‬‫ا‬ ِ ‫ض‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ ْ ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ٌ‫ان‬ َ ‫خ‬ُ‫د‬ َ ِ‫ي‬ ‫ه‬َ‫و‬‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ َ‫ى‬ ‫ل‬‫ِإ‬�‫ى‬َ‫و‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬ َّ ُ‫م‬ ‫ث‬ ‫ف‬ ٍ ‫ات‬َ‫او‬َ َ‫م‬ ‫س‬ َ‫ع‬ْ‫ب‬ َ ‫س‬ َّ‫ن‬ُ‫اه‬ َ ‫ض‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ )11( َ‫ني‬ِ‫ع‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ي‬ َ ‫ت‬ ‫َأ‬ � ‫ا‬َ‫ت‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬ً‫ه‬ْ‫ر‬ َ ‫ك‬ ْ‫و‬ ‫َأ‬ � َ ‫يح‬ِ‫ب‬‫ا‬ َ‫ص‬َ ِ‫م‬ ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ ُّ‫الد‬ ‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ ‫ا‬َّ‫ن‬َّ‫ي‬َ‫ز‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫م‬ ‫َأ‬ � ‫اء‬َ َ‫م‬ ‫س‬ ِ ّ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ‫ى‬ ‫ح‬ْ‫و‬ ‫َأ‬ �َ‫و‬ ِْ‫ين‬ َ‫م‬ْ َ‫يو‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬ َ ‫نذ‬ ‫َأ‬ � ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ف‬‫وا‬ ُ ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ � ْ‫ن‬‫ِإ‬� َ ‫ف‬)12(ِ‫ِمي‬‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ال‬ِ‫ِزي‬‫ز‬َ‫ع‬ ْ ‫ال‬ُ‫ِري‬‫د‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ت‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫ذ‬‫ا‬ ً ‫ظ‬ ْ ‫ف‬ِ‫ح‬َ‫و‬ ِْ‫ين‬ َ‫ب‬ ِ‫ن‬ ‫م‬ ُ ‫ل‬ ُ‫س‬ُّ‫الر‬ ُ‫م‬ُ ْ‫ه‬ ‫اءت‬َ‫ج‬ ْ ‫ذ‬‫ِإ‬�)13( َ‫ود‬ُ َ‫م‬ ‫ث‬َ‫و‬ ٍ‫د‬‫ا‬َ‫ع‬ ِ‫ة‬ َ ‫ق‬ِ‫ع‬‫ا‬ َ‫ص‬ َ ‫ل‬ْ‫ِث‬ّ‫م‬ ً ‫ة‬ َ ‫ق‬ِ‫ع‬‫ا‬ َ‫ص‬ َ ‫ل‬َ‫زن‬ ‫َأ‬ َ ‫ل‬‫ا‬َ‫ن‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬‫اء‬ َ ‫ش‬ ْ‫و‬ َ ‫ل‬‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ َّ‫للاه‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬‫ِإ‬�‫وا‬ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬ َ ‫ت‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬ ‫َأ‬ � ْ ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ف‬ ْ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ْ ِ‫ن‬ ‫م‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ِ‫ِهي‬‫د‬ْ‫ي‬ ‫َأ‬ � )14( َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ْ ُ‫م‬ ‫ت‬ ْ ‫ل‬ ِ‫س‬ْ‫ر‬ ‫ُأ‬ �‫ا‬َ ِ‫م‬ ‫ب‬ َّ‫ا‬‫ن‬‫ِإ‬� َ ‫ف‬ ً ‫ة‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫م‬ Artinya: (1). Haa Miim; (2) Diturunkan dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang; (3) Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui; (4) Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan; (5) Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding. Maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja (pula)”; (6) Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya; (7) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat; (8)
  • 60. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 51 Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus- putusnya”; (9) Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”; (10) Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya; (11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”; (12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui; (13) Jika mereka berpaling, maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”; (14) Ketika para rasul datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka (dengan menyerukan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah”. Mereka menjawab: “Kalau Tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat- malaikat-Nya. Maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus membawanya”.
  • 61. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 52 ‘Utbah hanya tertegun dan terpukau dengan lantunan ayat yang dibacakan Nabi Saw. Tanpa terasa berlinanganlah air matanya. (Quraisy Shihab, 2012: 384). Nabi Muhammad Saw tidak pernah tergoda untuk hidup bersenang-senang di dunia ini, ia telah mewakafkan seluruh kehidupannya untuk mengajak orang lain kembali kepada jalan yang benar, keyakinan bahwadunia bersifat sementara untuk menuju kehidupan yang abadi di akhirat ia wujudkan dalam gaya hidup kesehariannya, sehingga Rasulullah Saw benar-benar telah memberikan ketauladanan dalam kesederhanaan hidup di dunia ini. b. Tentang Kedermawanan Nabi Muhammad Saw Rasulullah Saw selama hayatnya dikenal sebagai manusia yang sangat dermawan, ia suka memberikan apa saja yang dimilikinya, dia ikut dalam berdagang sampai ia menjadi Nabi dan mendapatkan banyak harta kekayaan, setelah itu dia dan istrinya membelanjakan hartanya di jalan Allah Swt, sehingga ketika Khadijah istrinya meninggal dunia, tidak ada uang untuk membeli kain kafan. Rasulullah harus meminjam uang untuk biaya pemakaman istrinya (Gulen, 2002: 311). Walau kisah ini terkesan berlebihan dan cenderung menafikan kekayaan Siti Khadijah, tetapi itulah kisah yang beredar di kalangan kaum sufi. Yang pasti, bahwa Rasulullah Saw diutus untuk membimbing manusia menuju kebenaran dan kedermawanan, karenanya menurut kaum sufi, bahwa ia menghabiskan hidup dan hartanya untuk tujuan tersebut. Jika ia mau, Rasulullah Saw dapat menjadi orang terkaya di Mekkah, tetapi dia tidak pernah
  • 62. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 53 berpikir untuk diri sendiri, yang selalu ia pikirkan adalah umatnya. Rampasan perang yang diperolehnya tidak pernah dikuasai untuk kepentingannya, bahkan yang menjadi haknyapun diberikan kepada orang lain. Rasulullah Saw selalu memberi kepada setiap orang yang meminta kepadanya, ia tidak pernah mengatakan tidak kepada siapa saja yang membutuhkan pemberiannya, bahkan ketika ada yang meminta sesuatu dan Rasulullah Saw dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, Rasulullah Saw memberikan janji untuk memberi permintaan tersebut jika dirinya sudah memiliki. Rasulullah Saw juga selalu memberikan keyakinan kepada para sahabat, bahwa sifat dermawan tidak akan menyebabkan diri menjadi miskin, karena sesungguhhnya kekayaan yang paling berharga adalah kekayaan yang dinafkahkan di jalan Allah Swt seperti Nabi pernah bersabda kepada Bilal, karena Bilal menyimpan persediaan makanan, dengan dasar takut tidak ada makanan di kemudian hari. ً‫َال‬ ‫ال‬ ْ ‫ِق‬‫ا‬ ِ ‫ش‬ْ‫ر‬َ‫الع‬‫ى‬ِ‫ذ‬ ْ ِ‫ن‬ ‫م‬ َ ‫ش‬ ْ َ‫خ‬ ‫ت‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ُ ‫ل‬ َ ‫بِال‬ َ‫ا‬‫ي‬ ْ ‫ق‬ِ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ا‬ Bersedekahlah hai Bilal, jangan engkau takut dari (Allah) yang memunyai Arsy menjadi berkekurangan (miskin) Dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Asma’ binti Abi Bakar ra.
  • 63. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 54 َ‫ك‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ ِ‫ى‬ ‫ع‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ َ ‫ف‬ ِ‫ى‬ ‫ع‬ ْ ُ‫و‬ ‫ت‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ ِ‫ي‬ ‫ص‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ َ ‫ف‬ ِ‫ى‬ ‫ص‬ ْ ُ‫ح‬ ‫ت‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ْ ‫ق‬ِ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ا‬ Bersedekahlah, dan janganlah engkau menghitung- hitung, sebab Allah menghitung atas engkau, dan janganlah engkau mengumpulkan (harta tanpa zakat- pen) sebab Allah akan mengumpulkan atas engkau. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik ra: Adalah Rasulullah saw. Itu pengasih dan adalah beliau itu tidak kedatangan seseorang, melainkan beliau menjanjikannya dan mencukupi kebutuhannya, jika ada pada beliau. Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ra. Dari Jabir ra. Rasulullah bersabda: “Tidaklah pernah sama sekali Rasulullah diminta suatu (harta) lalu beliau berkata tidak.” (Muttafaq Alaih). Yakni, jika ada seseorang yang datang kepada beliau, sedang kedatangannya itu dengan berhajat meminta bantuan atau hendak meminjam kepada beliau, maka beliau mesti menjanjikan kepadanya dan meluluskan permintaannya, jika pada beliau kebetulan ada sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mencukupi hajatnya. (Chalil (8), 1994 : 56) Namun demikian kedermawanan Rasulullah bukanlah untuk memanjakan kaum dhuafa di sekitarnya. Kedermawanan Rasulullah adalah sebuah pendidikan, artinya Rasulullah tidak serta merta memberi sehingga menjadikan mereka sebagai pribadi-pribadi yang malas. Rasul dalam kedermawanannya senantiasa mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi yang berkerja keras.
  • 64. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 55 Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah Saw. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu dirumahmu?” Pengemis itu pun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah. Rasulullah kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.” Rasulullah menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan dua dirham. Rasulullah memberikan dua dirham itu kepada si pengemis, lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan bagi keluarganya, dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasulullah berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin, dan juallah, selamaduaminggu iniakutidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya, Rasulullah pun memberinya uang untuk ongkos. Dua minggu kemudian, pengemis itu datang lagi kembali menghadap Rasulullah. Ia membawa uang sepuluh dirham hasil penjualan kayu. Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersabda, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-minta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utangyangtidakbisaterbayar,danpenyakityangmembuat seseorang tidak bisa berusaha.”
  • 65. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 56 Kedermawanan Rasulullah juga sebagai sarana pembelajaran bagi para sahabatnya untuk menata hati, kegersangan jiwa dan kehampaan hidup. Abu Hurairah dalam suatu riwayat menceritkan ada seseorang mengadu kepada Nabi Muhammad Saw tentang kegersangan hati yang sedang menimpanya. Nabi kemudian bersabda: “Bila engkau mau menghidupkan qalbumu, beri makanlah orang-orang miskin dan cintai anak yatim.” (HR. Ahmad). Dalam hal kedermawanan, Rasulullah Saw benar- benar telah memberikan suri tauladan yang dapat dipedomani, sehingga ketika beliau menganjurkan orang lain agar mau bershadakah dan memiliki sifat pemberi, sesunggunya beliau telah mencontohkan dalam kehidupannya sehari-hari. c. Tentang Tertawa Nabi Muhammad Saw Nabi Muhammad Saw tidak saja menjadi contoh dalam persoalan-persoalan yang besar, tetapi dalam hal- hal yang dianggap tidak begitu penting oleh sebagian besar manusia. Rasulullah Saw tetap saja merupakan sosok yang patut diteladani. Dalam berbagai riwayat diceritakan bahwa Rasulullah Saw adalah sosok manusia yang tidak pernah tertawa terbahak-bahak seperti layaknya kebanyakan orang, apabila menemui sesuatu yang lucu atau dalam keadaan gembira suka tertawa terbahak-bahak dalam waktu yang cukup lama, sampai- sampai sakit perut karena tertawa tersebut. Rasulullah Saw tidak pernah tertawa kecuali tersenyum. Senyum Rasulullah Saw sangat mempesona, penuh dengan makna dan menjadikan dirinya semakin berkharisma, jika ia terlanjur tertawa maka Rasulullah
  • 66. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 57 segera menutupkan tangan ke mulutnya. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir bin Samurah ra, ia berkata : ‫حيك‬ َ ‫الض‬ ُ ‫قليل‬‫الصمت‬ َ ‫ويل‬ َ ‫ط‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬‫اكن‬ Adalah Rasulullah Saw, itu lama diamnya, sedikit tertawanya Juga diriwayatkan oleh Baghawi dari Walid Murrah, ia berkata: ‫فيه‬‫يف‬‫يده‬ َ‫وضع‬ ُ‫حك‬ َّ ‫الض‬‫به‬‫رى‬َ‫ج‬‫ا‬‫اذ‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬‫اكن‬ AdalahRasulullahSaw,ituapabilaterlanjurdengannya tertawa, beliau meletakan tanggannya pada mulutnya. Tidaklah Rasulullah tertawa kecuali di dalamnya terdapat makna. Saat menikahkan putri bungsunya, Sayyidah Fatimah Az Zahrah, dengan sahabat Ali bin Abi Thalib, baginda Nabi Muhammad Saw tersenyum lebar. Itu merupakan peristiwa yang penuh kebahagiaan. Hal serupa juga diperlihatkan Rasulullah Saw pada peristiwa Fathu Makkah, pembebasan Makkah, karena hari itu merupakan hari kemenangan besar bagi kaum muslimin. “Hari itu adalah hari yang penuh dengan senyum panjang yang terukir dari bibir Rasulullah Saw serta bibir seluruh kaum muslimin” tulis Ibnu Hisyam dalam kita As Sirah Nabawiyyah. Rasulullah Saw adalah pribadi yang lembut dan penuh senyum. Namun, beliau tidak memberi senyum kepada sembarang orang. Demikian istimewanya senyum
  • 67. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 58 Rasul sampai-sampai Abu Bakar dan Umar, dua sahabat utama beliau, sering terperangah dan memperhatikan arti senyum tersebut. Misalnya mereka heran melihat Rasul tertawa saat berada di Muzdalifah di suatu akhir malam. “Sesungguhnya Tuan tidak biasa tertawa pada saat seperti ini,” kata Umar. “Apa yang menyebabkan Tuan tertawa?” Pada saat seperti itu, akhir malam, Nabi biasanya berdoa dengan khusyu’. Menyadari senyuman beliau tidak sembarangan, bahkan mengandung makna tertentu, Umar berharap, “Semoga Allah menjadikan Tuan tertawa sepanjangumur”.Ataspertanyaandiatas, Rasul menjawab, “Ketika iblis mengetahui bahwa Allah mengabulkan doaku dan mengampuni umatku, dia memungut pasir dan melemparkannya ke kepalanya, sambil berseru, ‘celaka aku, binasa aku!’ Melihat hal itu aku tertawa.” (HR Ibnu Majah). Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menulis, apabilaRasuldipanggil,beliauselalumenjawab,“Labbaik”. Ini menunjukkan betapa beliau sangat rendah hati. Begitu pula, Rasul belum pernah menolak seseorang dengan ucapan “tidak” bila diminta sesuatu. Bahkan ketika tak punya apa-apa, beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. “Aku tidak mempunyai apa-apa,” kata Rasul, “Tapi, belilah atas namaku. Dan bila yang bersangkutan datang menagih, aku akan membayarnya.” Banyak hal yang bisa membuat Rasul tertawa tanpa diketahui sebab musababnya. Hal itu biasanya berhubungan dengan turunnya wahyu Allah. Misalnya, ketika beliau sedang duduk-duduk dan melihat seseorang sedang makan. Pada suapan terakhir orang itu mengucapkan. “Bismillahi fi awalihi wa akhirihi.”
  • 68. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 59 Saat itu beliau tertawa. Tentu saja orang itu terheran- heran. Keheranan itu dijawab beliau dengan bersabda, “Tadi aku lihat setan ikut makan bersama dia. Tapi begitu dia membaca basmalah, setan itu memuntahkan makanan yang sudah ditelannya.” Rupanya orang itu tidak mengucapkan basmalah ketika mulai makan. Suatu hari Umar tertegun melihat senyuman Nabi. Belum sempat dia bertanya, Nabi sudah mendahului bertanya, “Ya Umar, tahukah engkau mengapa aku tersenyum?” “Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” jawab Umar. “Sesungguhnya Allah memandang kepadamu dengan kasih sayang dan penuh rahmat pada malam hari Arafat, dan menjadikan kamu sebagai kunci Islam,” sabda beliau. Rasul Saw bahkan sering membalas sindiran orang dengan senyuman. Misalnya ketika seorang Badui yang ikut mendengarkan taushiyah beliau tiba-tiba nyeletuk, “Ya Rasul, orang itu pasti orang Quraisy atau Anshar, karena mereka gemar bercocok tanam, sedang kami tidak.” Saat itu Rasul tengah menceritakan dialog antara seorang penghuni surga dan Allah Swt yang mohon agar diizinkan bercocok tanam di surga. Allah Swt mengingatkan bahwa semua yang diinginkannya sudah tersedia di surga. Karena sejak di dunia punya hobi bercocok tanam, iapun lalu mengambil beberapa biji- bijian, kemudian ia tanam. Tak lama kemudian biji itu tumbuh menjadi pohon hingga setinggi gunung, berbuah, lalu dipanenkan. Lalu Allah Swt. berfirman. “Itu tidak akan membuatmu kenyang, ambillah yang lain.” KetikaitulahsiBaduinyeletuk,“PastiituorangQuraisy atau Anshar. Mereka gemar bercocok tanam, kami tidak.”
  • 69. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 60 Mendengar itu Rasul tersenyum, sama sekali tidak marah. Padahal, beliau orang Quraisy juga. Suatu saat justru Rasulullah yang bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian mengapa aku tertawa?.” “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,” jawab para sahabat. Maka Rasul pun menceritakan dialog antara seorang hamba dan Allah Swt. Orang itu berkata, “Aku tidak mengizinkan saksi terhadap diriku kecuali aku sendiri.” Lalu Allah Swt menjawab, “Baiklah, cukup kamu sendiri yang menjadi saksi terhadap dirimu, dan malaikat mencatat sebagai saksi.” Kemudian mulut orang itu dibungkam supaya diam, sementara kepada anggota tubuhnya diperintahkan untuk bicara. Anggota tubuh itupun menyampaikan kesaksian masing-masing. Lalu orang itu dipersilahkan mempertimbangkan kesaksian anggota-anggota tubuhnya. Tapi orang itu malah membentak, “Pergi kamu, celakalah kamu!” Dulu aku selalu berusaha, berjuang, dan menjaga kamu baik-baik,” katanya. Rasulpun tertawa melihat orang yang telah berbuat dosa itu mengira anggota tubuhnya akan membela dan menyelamatkannya. Dia mengira, anggota tubuh itu dapat menyelamatkannya dari api neraka. Tapi ternyata anggota tubuh itu menjadi saksi yang merugikan, karena memberikan kesaksian yang sebenarnya. (HR Anas bin Malik). Dengan demikian dapat kita pahami bahwa curahan rasa bahagia Nabi Muhammad Saw dalam bentuk tertawa mengajarkan kita agar tertawa senantiasa pada batasnya atau tidak melampaui batas, dan tertawa Rasulullah memiliki makna penting.
  • 70. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 61 d. Senda-gurau Nabi Muhammad Saw Sebagai manusia biasa yang bergaul dengan masyarakat luas, Rasulullah Saw tidak bisa melepaskan diri untuk tidak menyesuaikan suasana kehidupan bermasyarakat. Nabi Muhammad Saw bukanlah seorang pemimpin yang kaku dan serba formal dalam bergaul, justru sebaliknya ia dapat hidup dengan sangat luwes dengan berbagai kalangan. Salah satu warna kehidupan bermasyarakat adalah suasana rileks dengan bersenda- gurau, dalam hal demikian Nabi Muhammad Saw ternyata pandai bersenda-gurau, bahkan gurauan Nabi Muhammad Saw adalah gurauan yang penuh dengan makna pendidikan. Diriwayatkan oleh at-Turmuzi dari al-Hasan al-Bisri, ia berkata: ”Pada suatu hari ada seorang perempuan tua datang menghadap kepada Nabi lalu berkata; ”Ya Rasulallah, mohonkanlah kepada Allah, supaya Dia memasukan aku ke dalam sorga.”Mendengar permohonan itu, beliau bersabda: “Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh seorang perempuan tua”. Perempuan itu lalu berpaling dan menangis, oleh karenannya Nabi mengerti bahwa perempuan tadi salah mengerti terhadap perkataan beliau, maka beliau memerintahkan kepada para sahabat (yang kebetulan ada waktu itu). Beritahukanlah olehmu pada perempuan itu, sesungguhnya ia tidak akan masuk surga, karena ia seorang perempuan tua, karena Allah berfirman “bahwasanya Kami menjadikan mereka (para perempuan) itu dengan kejadian yang baru; maka Kami menjadikan mereka itu gadis-gadis remaja putri, berkasih-kasihan dengan suami serta bersamaan usia”.
  • 71. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 62 Rasulullah adalah seorang yang bersifat ramah- tamah, sewaktu-waktu ia bersenda-gurau dengan orang di sekelilingnya, akan tetapi senda-gurau Rasulullah tidak hanya sekedar melucu yang menyebabkan pendengarnya tertawa terbahak-bahak, melainkan dalam senda-gurau itu terdapat pesan-pesan kebenaran sebagai mana sabdanya: Bahwasanya aku, sekalipun suka bersenda-gurau dengan kamu, tetapi aku tidak akan berkata melainkan yang benar” (HR. Turmuzi dari Abi Hurairah r.a.). Biasanya para raja dan para pemimpin besar yang sangat dihormati dan disegani orang banyak, tidaklah meraka suka tertawa dan bergurau dengan rakyat atau orang yang di bawah pimpinannya, karena untuk menjaga kehormatan dan kehebatannya. Tetapi Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin umat yang hakiki, tidaklahdemikian.Beliautidakkhawatir akankehilangan kehormatan dan kehebatan dirinya lantaran tertawa dan senda-gurau itu. Bahkan senda-gurau yang bersih, yang benar, yang pantas dan yang sopan itu menambahkan keeratan perhubungan beliau dengan para sahabatnya. (Chalil (8), 1994: 49). e. Pergaulan Nabi Muhammad Saw Nabi Muhammad Saw adalah manusia ideal yang patut dijadikan teladan dalam segala hal. Sebagai seorang pemimpin ia tidak pernah menyombongkan diri walaupun kepada orang yang lebih rendah darinya. Dalam pergaulan, Nabi Muhammad Saw tidak pernah membedakan orang lain dari kedudukannya. Ia memberikan penghormatan kepada semua orang, ia
  • 72. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 63 menghargai pendapat semua orang, ia bebicara lemah lembut kepada semua orang. Baginya kemuliaan orang itu hanya akan dibedakan di hadapan Allah Swt. Dalam pergaulan dengan orang lain, Nabi Muhammad Saw tidak pernah mengucapkan perkataan-perkataan yang kurang sedap didengar dan mungkin menyinggung perasaan orang lain. Seperti diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik r.a, ia berkata: ٌّ ‫قط‬ ً ‫فا‬ ُ ‫ا‬‫يل‬‫قال‬‫ما‬‫وهللا‬‫سنني‬ َ ْ‫ر‬ ‫ش‬َ‫ع‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ ُ ‫دمت‬ َ ‫خ‬ ‫كذا‬ َ ‫لت‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ ً‫ال‬ ‫ه‬َ‫و‬‫ا‬‫كذ‬ َ ‫لت‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ َ‫مل‬:‫شئي‬‫يل‬‫قال‬‫وال‬ Aku melayani Rasulullah Saw, dalam waktu sepuluh tahun, demi Allah sekali kali beliau belum pernah berkata kepadaku:”uff” dan tidak pula beliau pernah berkata kepadaku yang ku kerjakan; “mengapa kamu mengerjakan demikian dan mengapa kamu tidak mengerjakan demikian? Hadits di atas sebagai bukti bahwa Rasulullah Saw tidak pernah menyakiti orang lain dengan perkataannya, sekalipun kepada orang yang lebih rendah daripadanya, Anas bin Malik merasa sangat tersanjung, karena Rasulullah Saw tidak pernah mencela pekerjaannya. f. Tentang Suami Adil Nabi Muhammad Saw sangat memperhatikan perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal, termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempat tinggal,
  • 73. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 64 nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke rumah istri-istri beliau yang lain. Soal cinta, beliau lebih mencintai Aisyah dibanding istri-istri beliau yang lain. Namun demikian, beliau tidak pernah membedakanAisyahdenganyang lainselamanya. Meskipun di sisi lain beliau beristighfar kepada Allah Swt karena tidak bisa berlaku adil di dalam membagi cinta atau perasaan hati kepada istri-istrinya, karena persoalan yang satu ini adalah hak prerogatif Allah Swt saja. Rasulullah Saw bersabda: “Ya Allah, inilah pembagianku yang saya bisa. Maka jangan cela aku atas apa yang aku tidak kuasa.” g. Tentang Bermusyawarah dengan Para Istri RasulullahSawmengajakistri-istrinyabermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada masa jahiliyah, sebelum datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya. Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak qawwamah atau kepemimpinan keluarga, berada ditangan laki-laki. ‫ن‬ ‫َأ‬ � َّ‫ن‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫ل‬َِ‫ح‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ء‬َ‫و‬ُ‫ر‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ة‬ َ ‫ث‬ َ ‫ال‬ َ ‫ث‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ ُ ‫نف‬ ‫َأ‬ �ِ‫ب‬ َ‫ن‬ ْ‫ص‬َّ‫ب‬َ َ‫ر‬ ‫ت‬َ‫ي‬ ُ ‫ات‬ َ ‫ق‬ َّ ‫ل‬ َ‫ط‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ر‬ِ‫خ‬ ‫آ‬ ‫ال‬ ِ ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ِّ‫ه‬ ‫لل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َّ ِ‫ن‬ ‫م‬ ْ ُ‫ؤ‬ ‫ي‬ َّ‫ن‬ ُ ‫ك‬‫ن‬‫ِإ‬� َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫ح‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ � ِ‫ي‬ ‫ف‬ ُ ّ‫للاه‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫م‬ُ‫ت‬ ْ ‫ك‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬ ُ ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬َ‫و‬‫ا‬ً‫ح‬ َ ‫ال‬ ْ‫ص‬‫ِإ‬� ْ ‫وا‬ُ‫اد‬َ‫ر‬ ‫َأ‬ � ْ‫ن‬‫ِإ‬� َ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫ذ‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ ّ‫د‬َ ِ‫ر‬ ‫ب‬ ُّ ‫ق‬َ‫ح‬ ‫َأ‬ � َّ‫ن‬ُ ُ‫ه‬ ‫ت‬ َ ‫ول‬ُ‫ع‬ُ‫ب‬َ‫و‬
  • 74. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 65 ٌ‫مي‬ ُ ‫ك‬َ‫ح‬ ٌ‫زِزي‬َ‫ع‬ ُ ّ‫للاه‬َ‫و‬ ٌ ‫ة‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫د‬ َّ‫ن‬ِْ‫يه‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ال‬َ‫ج‬ِّ‫لر‬ِ‫ل‬َ‫و‬ ِ ‫وف‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َّ‫ن‬ِْ‫يه‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ tidak boleh merekaMenyembunyikanapayangdiciptakanAllahdalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. h. Sebagai Ayah Ketika kita berbicara kasih sayang dan kelembutan Muhammad Saw terhadap anak-anak, maka tidak akan pernah kita temukan bandingan dan permisalan seperti beliau Nabi Saw. Banyak peristiwa dalam sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai ayah, kakek atau pendidik bagi semua anak-anak. Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non muslim. “Adalah Muhammad Saw mengangkat dan melempar ke atas putri kecilnya, Fathimah Az Zahra’ ra tinggi-tinggi dan menangkapnya. Beliau melakukan itu beberapa kali, kemudian beliau bersabda, ”Semoga harum namanya dan luas rizkinya.” Muhammad sangat mencintai cucu- cucunya. Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya menemui
  • 75. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 66 Nabi Saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah kalian berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.” Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, berkata, ”Kami shalat Isya’ bersama Nabi. Ketika Nabi sujud, Hasan dan Husain menaiki punggung Nabi. Ketika beliau mengangkat kepalanya, beliau mengambil keduanya dari sisi belakang dengan cara lembut dan menaruh keduanyadi lantai. Ketika beliau sujud kembali keduanya mengulangi seperti sebelumnya sampai beliau selesai shalat. Kemudian beliau mendudukkan salah satunya di pahanya.” Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah Saw mengambil saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha satunya duduk Hasan ra, kemudian beliau merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah sayangi keduanya, karena saya menyayangi keduanya.” Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, berkata, ”Adalah Rasulullah Saw sedang berkhutbah, ketika itu Hasan dan Husain memakai baju merah berjalan-jalan dan mutar-mutar di dalam masjid. Maka Rasulullah Saw turun dari mimbar dan mengambil keduanya, dan menaruhnya di dekatnya seraya bersabda, ”Sungguh benarfirmanAllah, ”Sesungguhnyaharta-hartadananak- anak kalian adalah fitnah bagi kalian.” Saya lihat kedua anak ini jalan-jalan, sehingga saya tidak bersabar, saya memotong khutbahku agar saya mengambil keduanya.” Al-Aqra’ bin Habis datang menemui Rasulullah Saw. Ketika itu ia melihat beliau mencium Hasan bin Ali ra. Maka saya bertanya, ”Apakah kalian mencium anak-
  • 76. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 67 anak kalian?” Rasulullah Saw menjawab, ”Ya”. Al Aqra’ berkata, ”Sungguh saya mempunyai sepuluh anak, tidak pernah sekali pun saya mencium salah satu dari mereka.” Maka Rasulullah Saw bersabda, ”Barangsiapa yang tidak sayang, ia tidak akan disayang.” (Muttafaqun ’Alaih). Perilaku Muhammad Saw yang demikian tidak hanya kepada keluarganya saja, tapi untuk semua anak- anak pada masanya, sampai pembantunya sekalipun. Adalah Anas Bin Malik memberi kesaksian, ”Saya telah sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau tidak pernah berkata “uf” atau “hus” atau “ah” kepada saya.” Muhammad Saw sangat menganjurkan agar memberi nama anak dengan sebaik-baik nama. Begitu juga beliau sangat tidak setuju dan melarang pemberian nama yang buruk. Kenapa? Karena nama itu jangan sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka menginjak dewasa. Muhammad Saw juga sangat memperhatikan penampilan anak-anak. Diriwayatkan dari Nafi’ bin Umar, bahwa Nabi Saw melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan separuh lagi dibiarkan. Maka beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda, ”Cukur semuanya atau tidak sama sekali.” i. Akhlak Rasul dalam Memimpin Salah satu hal yang perlu kita contoh dari diri Rasulullah Muhammad Saw adalah akhlak beliau dalam menjalankan kepemimpinannya. Gambaran tentang bagaimana Rasulullah Muhammad Saw menjalankan tugas kepemimpinannya tersebut dijelaskan dalam Al- Qur’an surat Ali Imran ayat 159:
  • 77. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 68 ْ ِ‫ن‬ ‫م‬ ْ ‫وا‬ ُّ ‫ض‬ َ ‫نف‬ َ ‫ال‬ ِ ‫ب‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ِيظ‬‫ل‬ َ ‫غ‬ ‫ا‬ ًّ ‫ظ‬ َ ‫ف‬ َ ‫نت‬ ُ ‫ك‬ ْ‫و‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫نت‬ِ‫ل‬ِّ‫للاه‬ َ ِ‫ن‬ّ ‫م‬ ٍ‫ة‬َ ْ‫م‬ ‫ح‬َ‫ر‬ َ‫مِا‬ ‫ب‬ َ ‫ف‬ َ ‫ت‬ْ‫م‬َ‫ز‬َ‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬‫ِإ‬� َ ‫ف‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬ ‫َأ‬ ‫ال‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ْ ُ‫م‬ ‫ه‬ْ‫ر‬ِ‫او‬ َ ‫ش‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ُ ْ‫ه‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ف‬ْ‫اع‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ َ‫ني‬ِِ‫ل‬ ّ ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُّ ‫ب‬ُِ‫ح‬ ‫ي‬َ ّ‫للاه‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�ِّ‫للاه‬ َ‫لَى‬ ‫ع‬ ْ َّ‫ل‬ ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Asbabun Nuzul ayat yang berkenaan dengan perang uhud, dimana pada perang uhud kaum muslimin menderita kekalahan yang besar. Sesuatu yang memprihatinkan pada saat itu adalah kebanyakan para sahabat pada saat itu melarikan diri dari medan pertempuran, padahal melarikan diri dari medan pertempuran menurut ajaran islam adalah sebuah dosa besar. Karena hal tersebut, Rasulullah Muhammad Saw pada saat itu hanya dikawal oleh delapan sampai empat belas orang saja. Akan tetapi, meskipun demikian, ketika Rasulullah Muhammad Saw. kembali ke Madinah, para sahabat yang lari dari emperan tersebut kemudian kembali menemui Rasul. KetikaRasulullahMuhammad Sawmelihatmereka kembali, beliau tidak berkata kasar dan menunjukan wajah yang ramah. Rasul tetap memperlakukan mereka
  • 78. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 69 dengan penuh keramahan. Itulah yang di maksud oleh ayat itu maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Dari ayat tersebut, ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik berkaitan dengan masalah kepemimpinan, atau akhlak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: 1) Siap untuk kecewa melihat kinerja para bawahan yang mempunyai kinerja yang tidak baik. 2) Siap untuk memaafkan bawahan yang mempunyai kinerja yang tidak baik tersebut. 3) Menjauhkan diri dari sikap atau sifat fazhzhan, yaitu mempunyai lisan yang kasar dan sering menyakiti orang lain. 4) Menjauhakan diri dari sikap atau sifat ghalizhal qalb, yaitu hatinya keras, tidak mudah tersentuh dengan penderitaan orang lain. 5) Memaafkan dan memohon ampunkan mereka yang telah berbuat kesalahan atau kekeliruan Jika beberapa akhlak tersebut dapat di miliki oleh beberapa pemimpin, maka kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan tugasnya akan berwujud kesuksesan yang paripurna dan akan mendapatkan dukungan dari fihak manapun. j. Nabi sebagai Panglima Perang Nabi Muhammad Saw senantiasa mendapat ancaman bahkan upaya pembunuhan dari orang-orang kafir yang menentang dakwahnya. Namun demikian, pengikut Muhammad yang sedikit ketika itu senantiasa membela
  • 79. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 70 beliau hingga ke medan peperangan. Mereka rela mati demi membela Nabi Muhammad Saw. Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rasulullahsebagai panglimadi bidang militerdanstrategi perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang manapun, siapapun dan dalam perang apapun, serta pada waktu kapanpun, baik pada masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Fakta-fakta menunjukkan bahwa Rasulullah Sang Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh “Principles Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap panglima perang dan tentaranya. Dari peperangan yang banyak itu, yang paling terkenal hingga sekarang adalah perang badar, yakni peperangan antara 300 tentara pimpinan Muhammad melawan 700 tentara kafir Mekah (H.G. Wells, The Outline of History, 1949). Kemenangan yang diraih dalam perang badar ini-- sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an--tidak terlepas dari bantuan dari 3.000 malaikat yang secara khusus diturunkan oleh Allah dari langit untuk membantu tentara pimpinan Muhammad. Berikut beberapa petunjuk Rasulullah Saw dalam berperang. 1) Rasulullah Saw menganjurkan berperang pada pagi hari, jika beliau tidak berperang di pagi hari, maka beliau menunda peperangan sampai tergelincir matahari dan angin berhembus. 2) Beliau memba’iat para sahabatnya dalam perang agar tidak melarikan diri, terkadang beliau membai’atnya supaya bersedia untuk mati, mereka di bai’at untuk berjihad sebagaimana mereka di bai’at karena untuk Islam
  • 80. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 71 3) Beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam masalah jihad, ketika bertemu musuh dan ketika memilih posisi. 4) Beliau beradadi belakang untuk memberikan mereka air minum dalam perjalanannya, beliau membantu yang lemah dan berada di belakang orang-orang yang telah letih tunggangannya (unta atau kuda), Rasulullah Saw adalah orang yang paling sayang dan ramah buat mereka ketika mereka sedang dalam perjalanan. 5) Jika beliau hendak berperang maka beliau menggunakan taktik atau strategi, beliau bersabda: “Perang adalah (memerlukan) strategi”. 6) Rasulullah Saw selalu mengutus mata-mata untuk mengabarkan keadaan musuh. 7) Jikabeliautelah berhadapandengan musuhnya, maka beliau berhenti dan berdo’a meminta pertolongan kepada Allah Swt. Beliau dan para sahabatnya memperbanyak mengingat Allah Swt. (berdzikir kepadaAllah Swt) dengan mengecilkansuara mereka. 8) Rasulullah Saw memakai peralatan-peralatannya untuk berperang, beliau memakai baju besi, topi baja dan menyandang pedang, beliau juga membawa busur dan anak panah, serta memakai perisai atau tameng. 9) Rasulullah Saw menertibkan para pasukan dan pertempuran, beliau meletakkan setiap sudut atau segi yang sesuai untuknya, dan beliau memimpin peperangan. 10) Jika pasukan telah turun (ke medan perang) maka beliau mengumpulkan merekaatassebagianyang lain
  • 81. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 72 dengan sebagian yang lain, sehingga jika seandainya di bentangkan sebuah kain di atas mereka maka akan meliputi mereka. 11) Beliau menertibkan barisan-barisan, dan meme- rintahkan mereka ketika berperang dengan tangan beliau, dan Rasulullah Saw bersabda: wahai fulan kamu maju, wahai fulan kamu mundur. 12) Beliau senang dengan orang yang berperang di bawah bendera kaumnya. 13) Terkadang Rasulullah Saw menyerang musuhnya di waktu malam, terkadang beliau menyerang mereka di waktu siang hari. 14) Jika beliau bertemu dengan musuh maka beliau berdo’a: “Allahumma munzilal kitaab, wa majria ssahaab, wahaazimul ahzaab, ihzimhum wanshurnaa ‘alaihim”(Ya Allah! Tuhan yang telah menurunkan al Kitab (al-Qur’an), dan yang menggerakkan awan, Tuhan yang mengalahkan golongan yang bersekutu (musuh), kalahkanlah mereka dan berilah kami kemenangan atas mereka). Terkadang beliau mengatakan: “Golongan itu pasti akan di kalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang di janjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. (QS. Al-Qamar: 45-46). Terkadang beliau mengatakan: “Ya Allah, turunkanlah pertolongan- Mu”. Dan beliau membaca: “Ya Allah! Engkau adalah lenganku (pertolongan-Mu yang ku andalkan dalam menghadapi lawanku) Engkau adalah pembelaku, dengan pertolongan-Mu aku berputar-putar, dengan pertolongan-Mu aku menyergap, dan dengan pertolongan-Mu aku menyerang”.
  • 82. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 73 Akhlak Nabi juga tercermin dalam beberapa perilaku sebagai berikut: 1) Jika manusia merasa keletihan (dengan perang yang berkecamuk) beliau mengingatkannya agar bertakwa kepada Allah, dan beliau berada paling dekat dengan musuh. 2) Jika beliau menemui musuhnya, maka beliau memperkenalkan dirinya, dengan mengatakan: “Saya adalah seorang Nabi dan bukan suatu kebohongan, saya cucu Abdul Muttalib”. 3) Rasulullah Saw senang bersikap bangga diri ketika berada di medan perang (untuk membangkitkan semangat prajuritnya). 4) Rasulullah Saw memakai penjaga, dan ketika turun firman Allah Swt: “…Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia…”. (QS. Al- Maaidah: 67), beliau keluar kedepan orang-orang dan mengabarkan hal tersebut, dan mengosongkan penjagaan. 5) Jika Rasulullah Saw mengutus sariyyah (pasukan) beliau memberinya wasiat agar bertakwa kepada AllahSwt. Beliaubersabda: “Berjalanlahdengannama Allah, dan di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah Swt dan jangan membunuh bayi “. 6) Beliau melarang untuk membunuh wanita dan anak- anak. 7) Beliau memerintahkan kepada pimpinan pasukan (yang di utus) agar mendakwahi atau mengajak musuhnya sebelum berperang, dengan menawarkan pilihan yaitu masuk Islam dan berhijrah atau masuk Islam tanpa berhijrah, dan mereka seperti orang-
  • 83. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 74 orang pedalaman muslim, mereka tidak mempunyai bagian dalam hal ghanimah harta rampasan perang, atau membayar pajak (upeti), dan jika mereka mengabulkannya maka terimalah mereka, dan jika mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah Swt dan perangilah mereka. 8) Terkadang Rasulullah Saw berperang dengan menggunakan manjanik (alat pelontar batu). 9) Rasulullah Saw melarang dalam peperangan merampas atau merampok dan al mutslah, kata al mutslah ialah: pencemaran nama baik (fitnah) sebelum di bunuh atau setelahnya. 10) Rasulullah Saw melarang membawa al-Qur’an ketika hendak bepergian ke daerah musuh. k. Nabi sebagai Pedagang Nabi bersabda: “Pedagang yang jujur dan benar nanti di hari kiamat bersama orangorang yang mati syahid” (HR. Ibnu Majah). Dalam hadits lain: “Para pedagang pada hari kebangkitan akan di bangkitkan sebagai pelaku kejahatan, kecuali mereka bertaqwa kepada Allah, jujur dan selalu berkata benar” (HR. Tarmizi, Ibnu Majah. Darimi dan Baihaqi). Adabeberapakeistimewaandaripraktekperdagangan yang beliau lakukan sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, di antaranya: 1) Muhammad tidak memulai bisnis dengan modal dana. Bahkan pada saat itu beliau sangat miskin. 2) Beliau tidak memulai bisnis dengan memanfaatkan KKN.
  • 84. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 75 3) Beliau tidak memiliki ilmu manajemen yang rumit bahkan beliau saat itu belum bisa membaca dan menulis. Lalubagaimanabisahanyadenganmodalsedemikian minimalnya menurut kaca mata orang awam itu beliau berhasil menjadi pedagang yang besar yang sukses bahkan mampu meluaskan usahanya ke seluruh negeri? Ada beberapa tahapan dan kunci utama: 1) Beliau dikenal sebagai al-‘Amin, orang yang sangat bisa dipercaya. Beliau menggunakan kepercayaan itu dengan bijaksana, tak pernah menyalahgunakannya. 2) Beliau tidak memiliki hambatan mental (mental blocking) dalam melaksanakan usahanya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kepercayaan orang-orang terhadap beliau. 3) Beliau memulai bisnis dengan menguasai pasar terlebih dahulu. Dengan cara ikut pamannya berdagang, beliau mengetahui di mana membeli barang yang murah dan di mana menjual barang dengan harga yang lebih baik. 4) Setelah menguasai pasar,di Madinah beliau kemudian beralih ke sektor industri pertanian, namun masih tetap melaksanakan kegiatan pemasaran produk dari kaum non muslim di sana. Sehingga bisnis kaum Quraisy saat itu masih dibiarkan berkembang. 5) Dengan bertambahnya tenaga kerja, beliau lalu mulai menyusun tata kerja organisasi “perusahaanya”. 6) Akhirnya para penerusnya (di bidang bisnis) mengembangkan usaha ke seluruh pelosok penjuru. Nabi Muhammad Saw memberikan nasehat kepada
  • 85. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 76 seorang pedagang pengecer, tatkala mencampur antara barang yang berkualitas baik dengan yang tidak baik. Dari Abu Urairah bahwasanya Rasulullah Saw pernah melalui suatu onggokan makanan yang bakal di jual, lantas beliau memasukkan tangan beliau ke dalam onggokan itu, tiba tiba jari beliau di dalamnya meraba yang basah. Beliau keluarkan jari beliau seraya berkata, mengapakah ini? Jawab yang punya makanan: “Basah karena hujan ya Rasulullah”. Beliau bersabda: ”Mengapa tidak engkau taruh di sebelah atas supaya dapat dilihat orang? Barang siapa yang menipu, maka ia bukan umatku”. (HR. Muslim). Harga yang ditetapkan pedagang, adakalanya terkandung unsur penipuan, ada yang disadari dan ada pula yang tidak di sadari. Misalnya harga yang ditetapkan berdasarkan negosiasi (tawar-menawar), biasanya ditentukan oleh keahlian pelanggan dalam menawar, bisa jadi harga berbeda untuk barang yang sama, tempat yang sama. Apabila pelanggan bertemu satu sama lain, dengan membeli barang yang sama, tetapi harga berbeda. Pelanggan dengan harga tinggi merasa tertipu. Allah berfirman dalam Surat As-Syura’ ayat 181-182 yang berbunyi : Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. l. Nabi sebagai Negarawan Sebagai kepala negara, Muhammad Saw selalu mengedepankan musyawarah. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah Swt dalam Surat Asy-Syura: 38 yang berbunyi: “Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan
  • 86. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 77 Allah dan mendirikan salat, sedangkan urusan mereka selesaikan/putuskan dengan musyawarah diantara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan mereka.” (QS. Asy-Syura: 38). Bahkan dalam musyawarah Muhammad Saw mengikuti pendapat suara terbanyak meskipun berbeda pendapat dengan pendapat pribadi beliau dari kutipan tersebutmengandungartibahwaMuhammadSawsebagai pemimpin negara dan sekaligus seorang utusan Allah tidak berbuat sewenang-wengan dan memanfaatkan kedudukannya tersebut. Bukti betapa piawainya dan bijaksananya beliau dalam bernegara adalah Piagam Madinah. Manuskrip sejarah mencatat, awal mula kebijakan politik di dunia yang sesuai dengan prinsip dasar fitrah dan nilai kemanusiaan adalah Piagam Madinah. Konsepsi kebijakan politik yang dicetuskan Rasulullah dalam Piagam Madinah adalah benar-benar menggemparkan para saintis generasi umat manusia di era berikutnya, bukan hanya saintis muslim yang terkesima dengan dengan pesan-pesan dari butir-butir piagam. Tapi orang-orang non muslim yang notabene memusuhi Islam pun sangat mengaguminya. Namun demikian, kemunculan Piagam Madinah, jika ditelusuri, bukanlah hasil pemikiran manusia belaka, melainkan terinspirasi dari pesan-pesan al-Qur’an. Maka sangatlah wajar jika salah satu butir Piagam Madinah menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam menentukan hukum adalah Allah dan Rasul-Nya. Karena keindahan pesan-pesan Piagam Madinah merupakan turunan dari konsep al-Qur’an yang diejewantahkan
  • 87. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 78 dalam realita kehidupan sosial oleh Nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam. Muhammad Ma’ruf Dawalib menyatakan dalam makalahnya yang disampaikan pada seminar internasional bertemakan “Ar-Ru’ya al-Akhlaqiyah wa as- SiyasiyahfilIslam”,di Prancis, 7-10 Desember1982, bahwa “Dari sudut pandang historis, kita harus melihat bahwa di antara ajaran agama yang ada, ajaran Islamlah yang paling menjungjung tinggi etika interaksi sosial. Bahkan yang lebih menakjubkan, adalah pesan Piagam Madinah yang merupakan representasi pertama dari prinsip- prinsip dasar kehidupan bernegara dan perlindungan hukum manusia di dunia. Di antara pesan-pesan yang paling mendasar ialah:  1) Penemuanundang-undang secaratertulisyangsesuai dengan tuntutan zaman saat itu. Kemudian diringi dengan memproklamirkan undang-undang tersebut secara langsung dan terbuka serta penyepakatan untuk menta’atinya secara bersama. Fenomena ini merupakan “peristiwa” baru dalam lintasan panjang sejarah perundang-undangan umat manusia. 2) Piagam Madinah menyatakan bahwa hukum yang paling “elegan” untuk menyelesaikan perseteruan umat dan problematika negara adalah al-Qur’an dan as-Sunah. 3) Proklamasi toleransi beragama, sebagaimana disebutkan dalam piagam tersebut: “Dan sesungguhnya kaum Yahudi adalah satu umatdengan maum Muslimin. Bagi kaum Yahudi agama mereka dan bagi kaum Muslimin agama mereka. Bagi orang Yahudi persamaan (hakdan kewajiban) dengan kaum
  • 88. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 79 muslimin, tidak boleh dizholimi dan dianiyaya” 4) Seruan, bekerjasama, saling topang-menopang antara yang kuat dan yang lemah dalam kehidupan bermasyarakat, serta larangan saling sabotase antara mereka. 5) Menyatakan kewajiban bernegara; keamanan negara, baik dalam dan luar negri, adalah tanggung jawab bersama. Ketika menela’ah lebih dalam tentang pesan Piagam Madinah, kita akan mengetahui bahwa Rasulullah menjadi pemimpin di Madinah dalam arti yang sangat luas, yaitu sebagai pemimpin agama dan negara. Hal ini mengindikasikan ke-universal-an Islam dalam mengatur setiap sendi kehidupan manusia. Maka tidak heran jika kemajuan teknologi, ekonomi, politik dan sosial akan tetap relevan jika disandingkan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sangat tepat jika DR. Yusuf Qardawi mengatakan bahwa salah satu keistimewaan ajaran Islam adalah keluwesannya dalam mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan pondasi-pondasi ajaran. m. Pelayan bagi Keluarga Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Rasulullah Saw bersabda: “Pelayanan Anda untuk istri Anda adalah sedekah.” Adalah Rasulullah Saw mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya. Rasulullah Saw mengetahui betul kebutuhan sorang wanitauntukberdandandidepanlaki-lakinya,begitujuga
  • 89. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 80 laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah Rasulullah Saw paling tampan, paling rapi di antara manusia lainnya. Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar berhias untuk istri-istri mereka dan menjaga kebersihan dan kerapihan. Rasulullah Saw bersabda: “Cucilah baju kalian. Sisirlah rambut kalian. Rapilah, berhiaslah, bersihkanlah diri kalian. Karena Bani Isra’il tidak melaksanakan hal demikian, sehingga wanita-wanita mereka berzina.” 5. Mendidik dengan Targhib dan Tarhib Kata targhib berasal dari kata kerja raghaba yang berarti; menyenangi, menyukai dan mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung makna: suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan. Semua itu dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat merangsang/mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya. Secara psikologi, cara itu akan menimbulkan daya tarik yang kuat untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti; menakut nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib yang berarti; ancaman hukuman. (Syahidin, 1999; 122). Untuk kedua istilah itu, an-Nahlawi mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan yang membuat senang terhadap suatu yang maslahat, terhadap kenikmatan atau kesenangan akhirat yang baik dan pasti serta suka kepada kebersihan dari segala kotoran, yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung bahaya dan perbuatan buruk. Sementara
  • 90. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 81 tarhib ialah suatu ancaman atau siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah Swt, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintah Allah Swt. Nabi Muhammad Saw dalam rangka menyampaikan pendidikan kepada masyarakat terkadang dengan ungkapan yang bersifat pemberian rangsangan (targhib) atau dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat ancaman (tarhib), kedua sifat ungkapan ini dilakukan oleh Rasulullah Saw semata- mata sebagai sebuah strategi, agar pesan-pesan pendidikan dapat sampai kepada objek pendidikan. Beberapa bentuk dari targhib dan tarhib yang dilakukan oleh Rasulullah Saw antara lain adalah: a. Bentuk-bentuk Targhib (Rangsangan) 1) Rangsangan untuk mau menolong antarsesama Hadits riwayat Muslim dari Abu Qatadah; ‫عرس‬ُ‫م‬ ْ َ‫ن‬ ‫ع‬ ْ ‫س‬ َّ ‫ف‬َ‫ن‬ُ‫ي‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ف‬‫ة‬َ‫ام‬َ‫القي‬‫م‬ْ َ‫يو‬‫ب‬َ‫ر‬ ُ ‫ك‬‫نم‬‫هللا‬ُ‫ه‬ّ‫ي‬َّ‫ج‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ن‬ ‫أ‬ �ُ‫ه‬َّ َ‫ر‬ ‫س‬ َ‫ن‬ ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬ َ ‫ض‬َ‫ي‬ ْ‫و‬ َ ‫ا‬ Barang siapa yang ingin diselamatkan Allah dari kesulitan-kesulitan hari kiamat, maka hendaklah dia meringankan beban orang yang susah, atau mengapus utangnya. 2) Rangsangan agar mau selalu beribadah Hadits riwayat Imam Ahmad, Muslim, Tirmizi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Tsauban dan Abu Darda.
  • 91. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 82 َ ‫هبا‬‫هللا‬ َ‫ك‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬َ‫ر‬ َّ ‫اال‬ ً ‫ة‬ َ‫د‬ْ َ‫ج‬ ‫س‬‫هلل‬ ُ‫د‬ُ‫سج‬ َ ‫الت‬ َ‫ك‬ َّ ‫ن‬‫إ‬�‫ف‬‫د‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ ُّ‫الس‬‫ة‬ َ ْ‫ر‬ ‫ث‬ َ ‫بك‬ َ‫يك‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ً ‫طيئة‬ َ ‫خ‬ َ‫نك‬َ‫ع‬‫هبا‬ َّ ‫ط‬َ‫ح‬َ‫و‬ ً ‫ة‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫د‬ Hendaklah kamu banyak sujud kepada Allah, sebab tidaklah kamu sujud satu kali sujud kepada Allah, kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapusnya dari kamu satu kesalahan 3) Rangsangan untuk bersikap sabar Hadits riwayat Imam Ahmad, Muslim, Tirmizi dari Abu Hurairah ٌ ‫ة‬َ‫ار‬ ّ ‫ف‬ َ ‫ك‬ ُ‫المسلم‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ ‫مايصاب‬ ِ ّ ُ‫ل‬ ‫ك‬‫يف‬ َ ‫ف‬‫دوا‬ِ ّ‫د‬ َ ‫س‬َ‫و‬‫ا‬ ُ‫و‬ ‫ب‬ِ‫ر‬‫قا‬ ‫ها‬ ُ ‫اك‬ َ ‫ش‬ُ‫ي‬ َ ‫ة‬ َ ‫ك‬ْ‫و‬ َّ ‫الش‬ِ‫و‬ ‫أ‬ �‫ا‬ ُ‫ه‬ ‫ب‬ َ ‫ك‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬ َ ‫تة‬َ‫كب‬ُ‫الس‬ َّ‫ىتح‬ Sederhanalah dan berlaku luruslah, maka di dalam sertiap musibah yang menimpa seseorang Muslim adalah kafarah (penebus dosa) sampai kepada sebuah petaka yang menimpanya atau sebuah duri yang menusuknya 4) Rangsangan untuk beramal kebaikan Hadits riwayat Bukhari dari Ma’qal ibnu Yassar ra. ً‫ه‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬‫منه‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ل‬ِّ‫ب‬ ُ ‫ق‬ ُ ‫ت‬ َ‫ن‬ ‫م‬َ‫و‬ ً ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ُ‫له‬ َ ‫ب‬ِ‫ت‬ ُ ‫ك‬ ٍ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬‫ن‬ ‫أ‬ �‫ى‬ ً ‫ذ‬ ‫أ‬ �‫ماطا‬ ‫أ‬ � َ‫ن‬ ‫م‬ َ ‫ة‬َّ‫اجلن‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬َ‫د‬
  • 92. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 83 Barang siapa menyingkirkan duri dari jalan dituliskan kebaikan baginya dan barang siapa diterima daripadanya suatu kebaikan niscaya dia masuk surga. 5) Rangsangan untuk selalu bekerja keras Hadits riwayat Imam Ahmad dan Thabrany dari Abu Darda ra. ٌ ‫لق‬ َ ‫خ‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ٌّ ِ‫مي‬َ‫د‬ ‫آ‬ �ُ‫ِنه‬‫م‬ ْ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ‫أ‬ �‫ي‬ َ‫م‬ ‫ل‬‫ا‬ ً ‫رس‬ َ ‫غ‬ َ ‫رس‬ َ ‫غ‬ َ‫ن‬ ‫م‬ ً ‫ة‬ َ ‫دق‬ َ‫ص‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ّ ‫اال‬‫هللا‬ ِ‫لق‬ َ ‫خ‬ ِ‫ن‬ ‫م‬ Barang siapa menanam bibit tanaman (sekalipun) yang tidak dimakan oleh manusia dan tidak pula oleh mahluk Allah melainkan Allah menuliskan sedekah untuknya. Dari beberapa ucapan Rasulullah Saw di atas, sangat terlihat usaha Rasulullah Saw untuk dapat membangkitkan semangat berbuat kebaikan bagi setiap manusia. b. Bentuk-bentuk Tarhib (Ancaman) 1) Ancaman bagi orang yang sombong ‫ان‬َ ِ‫ر‬ ‫ب‬ َ ‫ك‬ ْ‫ر‬ِ‫ق‬َ ُ‫يو‬َ‫و‬‫غريان‬ َ‫ص‬ َ‫رَحم‬ ‫ي‬ َ‫م‬ ‫ل‬ َ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬َّ‫ِن‬‫م‬ َ ‫يس‬ َ ‫ل‬ Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang kecil dan tidak menghormati yang besar
  • 93. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 84 2) Ancaman bagi orang yang bersumpah palsu Hadits riwayat Imam Ahmad dari Ahnaf ibnu Qais ra. ُ‫اه‬ َ ‫لق‬َ‫ي‬ َ ‫م‬ْ َ‫يو‬‫هللا‬ َ ِ‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ل‬‫اِال‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ ‫ما‬ ٌ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ْ‫و‬ َ ‫ا‬ ٌ‫بد‬َ‫ع‬ ُ‫ع‬ِ‫ط‬َ‫ت‬ ْ ‫ق‬َ‫ي‬‫ال‬‫انه‬ ُ ‫م‬ َ ‫ذ‬ْ‫ج‬ َ ‫ا‬‫ا‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ Sesungguhnya tidalah seorang hamba atau seorang laki laki memotong (mengambil) harta orang lain dengan sumpahnya, melainkan dia akan menemui Allah nanti pada hari yang dia menemui-Nya dalam keadaan terpotong (cacat tubuhnya). 3) Ancaman bagi yang memfitnah Hadits riwayat Buhari Muslim dari Hudzaifah ra. ٌ ‫ت‬‫ا‬َّ‫قت‬ َ ‫ة‬َّ‫اجلن‬‫يدخل‬‫ال‬ Tidak akan masuk sorga seorang yang memfitnah (mengadu-adu) 4) Ancaman bagi yang berlaku zalim Hadits riwayat Abd bin Humaid dari Sa’id al-Khudri ra. ُ‫هللا‬ َ ‫م‬ َ ‫ق‬َ‫ت‬ ُ ‫ن‬ ّ ‫اال‬‫ا‬ً‫مؤمن‬ ٌ ِ‫ن‬ ‫مؤم‬ ُ‫ِم‬‫ل‬‫ظ‬َ‫الي‬ِ‫هللا‬‫فو‬َ‫واهللا‬ ُ ‫ق‬ َّ ‫ات‬ ُ ‫اس‬َّ‫االن‬ ُّ‫ه‬ ‫ي‬ ‫أ‬ � ٍ‫ة‬‫يام‬ِ‫ق‬‫ال‬َ‫م‬ْ َ‫يو‬ُ‫منه‬ Wahai manusia, takwalah kalian kepada Allah, demi Allah tidaklah seorang mukmin berlaku zalim kepada
  • 94. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 85 mukmin yang lain, melainkan Allah akan menyiksanya pada hari kiamat. Ucapan-ucapan Rasulullah Saw di atas menggambarkan, betapa Rasulullah Saw berusaha untuk menyampaikanpesan-pesanpendidikandenganberbagai cara salah satunya adalah dengan ancaman. Metode dengan ancaman perlu dilakukan, mengingat bahwa manusia memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Ada orang yang sudah tersadarkan dan mau berbuat hanya dengan sebuah nasihat, tetapi ada tipe orang yang tidak bisa tersadarkan dan tidak mau berbuat sesuatu kecuali setelah ia memperoleh rangsangan (motivasi) atau memperoleh ancaman. 6. Mendidik dengan Perumpamaan (Amtsal) Perumpamaandilakukanoleh Rasulullah Sawsebagai salah satu strategi pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada obyek sasaran materi pendidikan semudah mungkin, sehingga kandungan maksud dari suatu materi pelajaran dapat dicerna dengan baik, strategi ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah Saw sebagai salah satu strategi pembelajaran selalu syarat dengan makna sehinga benar- benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
  • 95. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 86 Beberapa contoh pendidikan Rasulullah Saw yang menggunakan perumpamaan sebagai salah satu strateginya, antara lain sebagai berikut: a. Perumpamaan orang bakhil dan dermawan Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra. ِ‫ل‬َ‫ث‬َ َ‫م‬ ‫ك‬ ِ‫ق‬ِ ّ‫د‬ َ‫ص‬َ‫ت‬ُ‫الم‬َ‫و‬ ِ‫يل‬ِ‫ح‬َ‫الب‬ َ ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ َ ‫ب‬َ َ‫ر‬ ‫ض‬ ‫ما‬ِِ‫ه‬ ّ ‫دي‬ ُ ‫ث‬ َ‫اىل‬‫ما‬ِْ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫يد‬ ‫أ‬ � ْ ‫ت‬ِّ‫ر‬ ُ‫ط‬ ْ ‫اض‬ِ‫د‬ َ ‫ق‬,ِ‫يد‬ِ‫حد‬‫نم‬ ِ‫ان‬َ‫ت‬ُ‫ب‬ُ‫ج‬‫ما‬ِ‫هي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ني‬ َ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ َ‫حىت‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ ‫ت‬ َ‫ط‬ َ‫س‬َ‫انب‬ ٍ‫ة‬ َ ‫ق‬ َ‫د‬ َ‫ص‬ِ‫ب‬ َ ‫ق‬ َّ‫د‬ َ‫ص‬ َ ‫ت‬‫ما‬ َ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ُ ‫ق‬ِ ّ‫د‬ ً‫ص‬َ‫ت‬ُ‫الم‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ َ‫ج‬ ‫ف‬,‫ما‬ِ‫ه‬ِ‫ق‬‫ا‬َ َ‫ر‬ ‫ت‬َ‫و‬ ‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ ُ ‫ت‬ْ‫ي‬ ‫أ‬ �َ‫ر‬ َ‫ا‬‫ن‬ ‫أ‬ � َ ‫ف‬‫هررية‬‫وب‬ ‫أ‬ �‫قال‬,ُ‫ه‬َ َ‫ر‬ ‫ث‬ ‫أ‬ �َ‫و‬ ُ ‫ف‬ْ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ُ‫ه‬ َ ‫ِل‬‫م‬ َ‫ا‬‫ن‬ ‫أ‬ � َ‫ى‬ ‫ش‬ ْ ‫غ‬ َ ‫ت‬ ُ‫ع‬ َّ ‫س‬َ‫و‬َ‫ت‬ َ ‫ت‬‫وال‬‫ها‬ُ‫ع‬ َّ ‫س‬َ َ‫يو‬ُ‫ه‬َ‫يت‬ ‫َأ‬ �َ‫ر‬‫و‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ي‬َ‫ج‬‫يف‬‫ا‬ َ ‫ذ‬ َ ‫هك‬ِ‫ه‬ِ‫ع‬َ‫صب‬‫ِإ‬ ِ‫ب‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬, Rasulullah Saw telah memberikan contoh perumpamaan orang yang bakhil dan orang dermawan, bagaikan dua orang yang memakai jubah (baju) besi yang berat bagian tangan ke teteknya dan tulang bahunya, maka yang dermawan tiap ia bersedekah makin melebar bajunya itu sehingga dapat menutupi hingga ujung jari kakinya dan menutupi bekas bekas kakinya, sedang si bakhil jika ingin sedekah mengkerut dan tiap pergelangan makin seret dan tidak berubah dari tempatnya. Abu Hurairah berkata; Saya telah melihat Nabi Saw ketika menyontohkan dengan tangannya keadaan bajunya dan andaikan ia ingin meluaskannya tidak dapat.
  • 96. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 87 b. Perumpamaan orang yang suka memberi dan suka meminta Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abdullah bin Umar ra. َ ‫ف‬ ُّ ‫ف‬َ‫ع‬َّ‫الت‬َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ‫ق‬ َ‫د‬ َّ‫الص‬َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬,َِ‫ر‬ ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫ال‬‫ىلع‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬:‫قال‬‫و‬‫ع‬‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬ َّ‫ن‬ ‫َأ‬ � ُ ‫ة‬ َ ‫ق‬ِ‫ف‬‫ن‬ُ‫الم‬‫يه‬‫ا‬َ‫لي‬ُ‫الع‬ُ‫د‬َ‫الي‬ َ ‫ف‬,‫فىل‬ ُّ‫الس‬ِ‫د‬َ‫الي‬‫نم‬ٌ‫ري‬ َ ‫خ‬‫ا‬َ‫لي‬ُ‫الع‬ ُ‫د‬َ‫الي‬ َ ‫لة‬ ‫أ‬ �‫س‬َ‫والم‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ‫الس‬‫يه‬‫فىل‬ ُّ‫والس‬ Ketika Nabi berkhutbah di atas mimbar dan menyebut sedekah dan minta-minta, maka bersabda; Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, tangan yang di atas itu yang memberi dan yang di bawah yang meminta. c. Perumpamaan kawan baik dan jelek Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Musa ra. ِ‫د‬‫ا‬ َّ‫د‬ َ ‫احل‬ِْ‫ِير‬‫ك‬َ‫و‬ ِ‫ك‬ ْ‫س‬ِ‫م‬‫ال‬ ِ ‫ب‬ِ‫ح‬‫ا‬ َ‫ص‬ ِ‫ل‬َ‫ث‬َ َ‫م‬ ‫ك‬,ِ‫ء‬‫و‬ُ‫والس‬ ِِ‫ح‬ ‫ل‬ َّ ‫الصا‬ ِ ‫ليس‬ َ ‫اجل‬ ُ ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ ِ‫د‬‫ا‬ َّ‫د‬ َ ‫احل‬ُ ْ‫ِير‬‫ك‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ ْ‫ح‬ ‫ي‬ِ‫ر‬ ُ‫د‬َِ‫ج‬ ‫ت‬ْ‫و‬ َ ‫ا‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َِ‫ر‬ ‫ت‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ت‬‫ا‬َّ‫ِم‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫س‬ِ‫م‬‫ال‬ ِ ‫ب‬ِ‫ح‬‫ا‬ َ‫ص‬ ْ‫ِنم‬ َ‫ك‬ُ‫م‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ ً ‫ة‬َ‫يث‬ِ‫ب‬ َ ‫خ‬‫ا‬ً‫ِحي‬‫ر‬ُ‫ِنه‬‫م‬ ُ‫د‬َِ‫ج‬ ‫ت‬ ْ‫و‬ َ ‫ا‬ َ‫ك‬َ‫ب‬ْ َ‫و‬ ‫ث‬ْ‫و‬ َ ‫ا‬ َ‫ك‬ َ ‫ن‬ َ‫د‬َ‫ب‬ ُ ‫ق‬ِ‫ر‬ْ ُ‫ح‬ ‫ي‬ Perumpamaan duduk dengan orang baik-baik dibandingkandengandudukbesertaorang-orang,bagaikan pemilik kasturi dengan dapur tukang besi; Engkau tidak akan lepas dari pemilik kasturi, adakalanya engkau membeli kasturi itu atau sekurang-kurangnya mencium baunya. Sedangkan dapur tukang besi membakar tubuhmu atau sekurang-kurangnya engkau mencium bau busuk.
  • 97. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 88 d. Perumpamaan Orang mukmin dan orang munafiq Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Ka’ab bin Malik ‫ها‬ ُ ‫ل‬ِ‫د‬ْ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ ً ‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬ ُ ‫حي‬ِّ‫الر‬‫ا‬َ ُ‫ه‬ ‫ئ‬ْ‫ي‬ُ‫ع‬ِّ‫س‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ت‬ ِ ‫ع‬ْ‫ر‬َ‫الز‬‫نم‬ ِ‫ة‬َ‫ام‬ َ ْ‫خ‬ ‫ل‬ َ ‫اك‬ ِ ِ‫ن‬ ‫المؤم‬ ُ ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ ً ‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬‫ها‬ ُ ‫اف‬َ‫ع‬ِْ‫ج‬ ‫ان‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ ُ ‫ك‬َ‫ي‬‫يتح‬ ُ ‫ال‬َ َ‫ز‬ ‫الت‬ ِ‫ة‬َ‫ز‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ُ ‫ق‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫الم‬ ُ ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬َ‫و‬. ً ‫ة‬َّ‫ر‬َ‫م‬ ً ‫دة‬ِ‫ح‬‫وا‬ Perumpamaan seorang mukmin bagaikan dahan yang lunak dalam pohon mudah digoyangkan oleh angin ke kanan dan ke kiri kemudian tegak kembali, sedangkan contoh orang munafiq bagaikan pohon sanubar yang kaku, tetapi jika sekali condong (miring) langsung patah. e. Perumpamaan ketangguhan seorang muslim Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu Umar ra. ‫مايه‬ ِ‫ى‬ ‫ن‬ ُ‫و‬ ‫ث‬ َّ‫د‬َ َ‫ح‬ ‫ف‬ ِ‫ِم‬‫ل‬‫س‬ُ‫الم‬ ُ ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬‫ا‬ َّ‫ه‬ ‫ِن‬‫ا‬َ‫و‬‫ها‬ ُ ‫ق‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ ‫ط‬ ُ ‫ق‬ ْ‫س‬َ‫ي‬‫ال‬ ً ‫ة‬َ‫ر‬َ َ‫ج‬ ‫ش‬ ِ‫ر‬َ َ‫ج‬ ‫ش‬ َ‫نم‬ َّ‫ن‬ِ‫ا‬ ‫ا‬ َّ‫ه‬ ‫ن‬ َ ‫ا‬‫ىس‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ن‬‫ىف‬ َ‫ع‬ َ ‫ق‬َ‫و‬َ‫و‬ِ‫هللا‬‫عبد‬‫قال‬‫ادى‬َ‫و‬َ‫الب‬ ِ‫ر‬َ َ‫ج‬ ‫ش‬‫ىف‬ ُ ‫اس‬َّ‫الن‬‫عض‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ل‬ ْ ‫خ‬َ‫الن‬‫ىه‬‫قال‬‫هللا‬‫ايرسول‬‫ىه‬‫ما‬‫ا‬َ‫ن‬ ْ ‫ث‬ِ ّ‫د‬َ‫ح‬‫قالوا‬‫مث‬ ُ ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ي‬ْ‫ح‬َ‫ت‬ ْ ‫فاس‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ل‬ ْ ‫خ‬َ‫الن‬ Di antara beberapa pohon, ada pohon yang tidak gugur daunnya; pohon itulah perumpamaan seorang Muslim. Terangkanlah kepadaku pohon apakah itu?, orang-orang yang hadir ketika itu menebak pohon yang ada di hutan belukar. Kata ibnu Umar saya menebak pohon korma, tetapi saya malu mengatakannya (karena banyak orang yang lebih tua dariku), kemudian mereka bertanya; tunjukkanlah kepada kami ya Rasulullah, pohon apakah itu?, Nabi menjawab ‘pohon korma’.
  • 98. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 89 f. Perumpamaan tentang dunia yang memperdayakan Hadits riwayat Imam Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud: ‫ها‬ َ ‫ك‬َ َ‫ر‬ ‫ت‬َ‫و‬ َ ‫راح‬ ّ ‫مث‬ٍ‫ة‬َ‫ر‬َ َ‫ج‬ ‫ش‬ َ ‫ت‬ ْ َ‫ح‬ ‫ت‬ َّ ‫ل‬ َ‫ط‬َ‫است‬ ٍ‫ِب‬‫ك‬‫ا‬َ‫ر‬ َ ‫ك‬ ّ ‫ال‬‫إ‬�‫ان‬ ‫أ‬ �‫ا‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ ُّ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫اىل‬َ‫م‬ Apalah artinya aku dan dunia, aku bukan apa-apa kecuali seperti penunggang kendaraan yang berteduh dibawah sebuah pohon, ,kemudian beristirahat dan meninggalkannya . Menurut at-Thayib, hadits ini menjelaskan tentang dua hal, yakni dunia dengan menunggang kendaraan, sedangkan persamaan sifatnya yaitu cepatnya perjalanan dan sebutannya tinggal di dunia yaitu laksana penunggang kendaraan. Maksudnya bahwa kehidupan dunia menghiasi mata dan jiwa sehingga dunia terlihat indah memukau, padahal seandainya hati ini sanggup mengendalikan betapa hakikat dunia yang sebenarnya niscaya hati ini akan membencinya, selain itu dunia memang selalu memengaruhi hati terus-menerus. (ad- Damsyiki 3, 2003: 218) g. Perumpamaan tentang keutamaan menjaga aib orang lain Hadits riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim dari ‘Uqbah Ibnu Amir r.a. ‫ها‬ِْ‫ر‬ ‫ب‬ َ ‫ق‬‫نم‬ ً ‫ة‬َ‫د‬ْ‫و‬ُ‫وء‬َ‫م‬ َ ْ‫ي‬ ‫ح‬ ‫أ‬ �‫ن‬َ َ‫م‬ ‫ك‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ا‬َ‫ه‬َ َ‫ر‬ ‫ت‬ َ‫س‬ َ ‫ف‬ ً ‫ة‬َ‫ر‬ْ‫و‬َ‫ع‬‫ى‬ ‫أ‬ �َ‫ر‬ َ‫ن‬ ‫م‬
  • 99. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 90 Barang siapa melihat aurat lalu menutupnya adalah dia seperti menghidupkan (membangkitkan) bayi perempuan yang dibunuh (mau’udah) dari kuburnya. Hadits di atas mendorong seseorang menutup aurat (aib orang lain) dan bahwasanya menutup aurat (aib) itu seperti membangkitkankembaliseorang bayiperempuan yang dibunuh dari kuburnya, bayi perempuan yang dibunuh, seperti halnya adat kebiasaan jahiliah, mereka timbun dengan tanah karena tidak suka dengan lahirnya anakperempuan. (ad-Damsyiki 3, 2003: 277),dengan kata lain bahwa menutup aib orang lain termasuk perbuatan yang mulia. Darihadits-haditsyangpenuliskutipdaribukuShahih Bukhari, al-lu’lu wal marjan jilid 1 dan 2 serta dari buku asbabul wurud di atas, betapa indahnya perumpamaan- perumpamaanyangdikemukakanoleh Rasulullah. Beliau mengambil perumpamaan dengan materi-materi yang sudah dikenal oleh jamaah (pendengar), seperti minyak kasturi, tukang pandai besi, tangan di atas, tangan di bawah, pohon kurma, hal ini memudahkan pendengar untuk secepat mungkin menganalisis dalam pikirannya tentang materi yang disajikan. Ketika Rasulullah Saw memperagakan dengan baju yang dikenakannya untuk mengupamakan antara orang dermawan dengan orang yang bakhil akan sangat mudah dipahami oleh orang yang mendengar dan melihat, karena perumpamaannya sangat konkrit (sudah dikenal), pesan ini tentu saja diarahkan agar manusia menjadi orang dermawan, karena dengan sifat dermawan itulah Allah Swt akan memberikan membalasan, sebaliknya sifat bakhil hanya akan mempercepat kemiskinan.
  • 100. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 91 Dalam memberikan pendidikan untuk mengarahkan agar manusia senantiasa berteman dengan orang-orang yang shalih, Rasulullah mengumpamakan bahwa bergaul dengan orang shalih bagaikan orang yang membawa minyak kasturi, artinya selalu wangi (orang yang bergaul dengan orang yang shalih akan terbawa nama baiknya) dan akan timbul sifat saling memberi dan menolong. Sedangkan orang yang jahat diumpamakan dengan pandai besi (jikatidak memengaruhi kejahatannyapaling tidak akan terbawa dengan identitas jeleknya). Demikian halnya ketika Rasulullah Saw mengumpamakan ketangguhan seorang muslim dengan pohon kurma, kurma adalah makanan khas di Makkah, tentu saja masyarakat Makkah sudah sangat familier dengan pohon kurma tersebut, sehingga tidak terlalu sulit untuk menafsirkan maksud Rasulullah Saw jika menggambarkan ketangguhan seorang Muslim dengan pohon ini. Jika dikaji, cukup banyak butir-butir persamaan antara seorang muslim dengan pohon kurma tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Najib Khalid al’Am (al- ‘Am, 2002: 127) sebagai berikut: 1. Fisik POHON KURMA SEORANG MUSLIM Ada jantan dan ada betina Ada laki-laki dan perempuan Tidak berbuah, kecuali setelah dibuahi Tidak melahirkan, kecuali setelah dibuahi Akan mati jika kepalanya dipotong Akan mati jika kepalanya dipotong Ditutup dengan serabut Ditutup dengan rambut Membutuhkan air untuk mempertahankan hidupnya Membutuhkan air untuk mempertahankan hidupnya
  • 101. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 92 Ada yang tinggi dan ada yang pendek Ada yang tinggi dan ada yang pendek 2. Komposisi POHON KURMA SEORANG MUSLIM Memiliki akar Seperti pohon iman, akarnya ilmu Memiliki batang Makrifat dan keyakinan batangnya adalah ikhlas Memiliki cabang (dahan) Cabangnya adalah perbuatan Memiliki daun dan buah Buahnya adalah amal shaleh 3. Pertumbuhan POHON KURMA SEORANG MUSLIM Akan bermanfaat jika tidak ditumbuhi oleh semak belukar atau tumbuhan lain yang bukan jenisnya, maka pertumbuhannya akan sempurna dan banyak menghasilkan buah yang baik, tapi apabila diterlantarkan atau tidak diurus dengan baik, akarnya menjadi lemah dan buahnya minim Seorang Muslim selalu berhati-hati dan takut terjerumus ke dalam maksiat, dirinya dilindungi dengan jaringan yang menjaganya dari fitnah, ia memiliki temapn baik yang dapat menjaganya dari larangan, tetap memelihara keimanan dan identitasnya dan terus mengalami pertambahan iman 4. Pakaian POHON KURMA SEORANG MUSLIM Dapat hidup di musim dingin dan panas, kita tidak pernah melihat pohon kurma yang tidak berdaun Pakaian seorang Muslim adalah taqwa yang tidak pernah dilepasnya. Dan pakaian takwa, itulah yang lebih baik (QS.al-A’raf; 26)
  • 102. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 93 5. Menggapainya POHON KURMA SEORANG MUSLIM Mudah untuk memetik buahnya, jika pendek tidak menyulitkan dan jika tinggi tetap mudah mencapainya, karena seperti ada tangga untuk memanjatnya Mudah menemuinya dan berbicara dengannya, karena sifat thawadu dan kecintaannya kepada orang lain, seperti telah datang utusan kepada Umar bin Khatab ketika beliau sedang tidur di bawah pohon 6. Bentuk POHON KURMA SEORANG MUSLIM Bentuknya indah dan enak dipandang, jika kita melihatnya, kita akan melihat pemandangan yang indah dan menentramkan hati; Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang memunyai mayang yang bersusunan (QS. Qaf; 10) Jika melihat seorang Muslim, laksana melihat janggut dengan wajah yang berseri- seri, terlihat kecintaan dan ketenangan padanya. Demikian halnya seorang Muslimah dengan hijab dan baju kurungnya terlihat tenang dan berwibawa, yang melambangkan identitas Islam, memiliki harga diri dan sangat berbeda dengan wanita lain 7. Usia POHON KURMA SEORANG MUSLIM Semakin tua usianya, makin banyak manfaatnya dan makin baik buahnya Semakin tua seorang Muslim, semakin banyak kebaikannya, seperti sabdanya (sebaik-baik manusia adalah yang panjang usia dan baik amalnya)
  • 103. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 94 8. Kesabaran POHON KURMA SEORANG MUSLIM Sangat tahan dengan kekurangan air dan angin kencang Sangat sabar dengan berbagai godaan, cobaan dan fitnah 9. Kekokohan POHON KURMA SEORANG MUSLIM Akarnya kokoh menghujam ke tanah dan tingginya menjulang ke langit Akarnya berupa keimanan yang kokoh menghujam dalam hati dan cabangnya menjulang ke langit 10. Manfaat POHON KURMA SEORANG MUSLIM Buah kurma merupakan buah yang paling bermanfaat, dapat dimakan langsung (ketika basah) ataupun sudah kering, dapat pula difermentasikan untuk dibuat bahan campuran obat atau minuman. Satu kilogram kurma yang baik dapat menghasilkan 3000 kalori, seimbang dengan energi yang dibutuhkan manusia sepanjang hari. Buah ini mengandung vitamin “A” yang dapat membantui pertumbuhan juga dapat mengobati penyakit mata atau kulit, juga mengandung vitamin “B” yang dapat memperbaiki sitim syaraf. Lidah seorang Muslim tidak berbicara kecuali bermanfaat, dan kita temukan lidah seorang Muslim selalu membaca al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul, menasihati orang lain dan terjauhkan dari ghibah, mengucapkan perkataan yang baik ditempat yang sesuai, tidak berbicara percuma dan tidak mencaci orang lain, tidak mengutuk dan tidak berkata kotor, jauh dari kemunafikan, tidak banyak berbantah- bantahan dan selalu basah dengan zikir kepada Allah. Gerakan seorang Muslim tidak memiliki aktivitas kecuali yang membangun dan niatnya ikhlas karena Allah.
  • 104. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 95 Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang dapat melakukan analisa seperti yang dilakukan oleh Najib Khalid di atas, karena kemampuan orang dalam menangkap pesan- pesan sangat tergantung kepada kecerdasannya, akan tetapi tanpa melakukan analisa seperti yang dilakukan Najib Khalid sekalipun perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah Saw sangat bisa dipahami oleh umat manusia walaupun hanya garis besarnya saja. Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah Saw jika dimaknai dengan kesungguhan akan banyak ditemukan kandung hikmah yang sangat dalam, sehingga kalimat-kalimat singkat dan sederhana yang disampaikan oleh Rasulullah Saw tersebut mengandung banyak makna tetapi dapat dicerna dengan baik oleh siapapun yang mendengarkannya. 7. Mendidik dengan Nasihat Nabi Muhammad Saw sering sekali kedatangan masyarakat dari berbagai kalangan, mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw khusus untuk meminta nasehat tentang berbagai hal, siapa saja yang datang untuk meminta nasihat kepada Rasulullah Saw, beliau selalu memberikan nasehat sesuai dengan permintaan, selanjutnya nasihat tersebut dijadikan pegangan dan landasan dalam kehidupan mereka. Dari banyak peristiwa tentang pemberian nasihat Nabi Muhammad Saw kepada yang meminta nasihat (seperti tersebar dalam beberapa buku hadits), penulis kemukakan beberapa contoh pembelajaran Nabi melalui nasihat antara lain sebagai berikut:
  • 105. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 96 a. Nasihat tentang menjaga amanat Hadits riwayat Bukhari , Abu Dawud, At-Tirmizi dari Abu Hurairah َ‫ك‬ َ ‫ان‬ َ ‫خ‬ َ‫ن‬ ‫م‬ ْ‫ن‬ ُ َ‫خ‬ ‫ت‬‫ال‬َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ت‬ ْ ‫ائ‬ َ‫ن‬ ‫م‬‫اِىل‬ َ ‫ة‬ َ ‫ان‬َ‫م‬ َ ‫اال‬ِ ّ‫د‬ َ ‫ا‬ Tunaikan amanat itu untuk orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan jangan engkau khianat terhadap orang yang telah berkhianat kepadamu. Amanat adalah hak yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya, memeliharaamanat buahdari iman, jika iman berkurang, berkurang juga amanat, menunaikan amanat hukumnya wajib. Sebaliknya khianat hukumnya haram sekalipun terhadap yang menghianati kita, hal ini menunjukan bahwa kita terlarang bekerjasama dengan cara saling menghianati.(Ad-Damsyiki1,2003:69)BetapaRasulullah Saw. memperhatikan persoalanamanah ini, hinggadalam kesempatan lain beliau bersabda yang menegaskan bahwa orang yang tidak melaksanakan amanah dengan benar termasuk salah satu ciri orang munafik. b. Nasihat tentang memelihara ucapan Hadits riwayat Ibnu Asakirdari Sha’sha’ah bin Najiyah ra. ‫ك‬ َ ‫ن‬‫ا‬ َ‫س‬ِ‫ل‬ َ‫يك‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ِك‬‫ل‬ْ‫م‬ َ ‫ا‬ Kendalikanlah lidahmu. Nasihat ini diberikan kepada Haris, ketika Haris bertanya perihal yang dapat memeliharanya, lalu Nabi
  • 106. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 97 menjawab seperti bunyi hadits di atas. (ad-Damsyiki 1, 2003: 379). Lidah atau ucapan jika tidak dikendalikan dengan baik bisa menjadi masalah dalam kehidupan seseorang, sehingga hal ini termasuk yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah Saw. Dalam hadits yang lain beliau Saw berpesan, jika kita tidak dapat berkata-kata yang bermanfaat lebih baik diam. Artinya, hendaklah setiap perkataan yang keluar dari mulut seseorang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, sehingga dengan perkataannya itu ia terpelihara, sebaliknya orang akan celaka jika tidak mampu menguasai lidahnya, sepeti kata seorang bijak “lidahmu adalah hariamaumu yang sewaktu-waktu siap menerkam dirimu sendiri”. c. Nasihat tentang kesadaran akan dosa Hadits riwayat at-Turmuzi dari Uqbah bin Amir َ‫ك‬ِ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ط‬ َ ‫خ‬‫ىلع‬ ِ‫ك‬ُ‫واب‬ َ‫ك‬ُ‫يت‬َ‫ب‬ َ‫ك‬ْ‫ع‬ َ‫س‬َ‫لي‬َ‫و‬ َ‫ك‬ َ ‫ان‬ َ‫س‬ِ‫ل‬ َ‫يك‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ِك‬‫ل‬ْ‫م‬ َ ‫ا‬ Kuasailah lidahmu, lapangkanlah rumahmu, dan menangislah atas kesalahanmu. Nasihat ini diberikan oleh Rasulullah Saw kepada Uqbah bin Amir ketika ia bertanya tentang arti keselamatan,laluNabiMuhammadSawmenjawabseperti haditsdiatas. Menguasai lidah berarti mengendalikannya sehingga tidak membawa kepada kecelakaan, menjauhi fitnah dan menangis penuh penyesalan karena dosa yang dilakukan, karena Allah Swt menyukai orang-orang yang bertaubat. (Ad-Damsyiki 1, 2003: 378).
  • 107. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 98 d. Nasihat tentang budi pekerti Hadits riwayat At-Tabrani dari Mu’adz bin Jabal ‫ا‬ً‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫د‬ ْ ‫م‬ُ ُ‫ه‬ ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬ ‫َأ‬ �‫ا‬ ً ‫لق‬ ُ ‫خ‬ ِ ‫اس‬َّ‫الن‬ َ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬ ‫أ‬ � َّ‫ن‬‫ِإ‬� َ ‫ف‬ ِ‫ق‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫اخل‬ ِ‫سن‬ُ ِ‫ح‬ ‫ب‬ َ‫يك‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ Hendaklah kamu berbudi perkerti baik sebab orang yang paling bagus akhlaknya adalah mereka yang paling bagus agamanya. Nasihat Rasulullah Saw di atas menggambarkan seberapa jauh hubungan antara pelaksanaan ibadah seseorang dengan akhlak yang bersangkutan. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki budi pekerti yang baik jika ia bukan sebagai seorang yang taat beragama, jika kita melihat seseorang yang tampak baik padahal ia bukan seorang yang taat beragama sesungguhnya kebaikan itu adalah semu. Dengan kata lain baik buruknya akhlak seseorang tergantung sejauh mana ia mampu menjalankan ajaran agamanya. e. Nasihat tentang berbicara Hadits riwayat as-Syirary dari Jabir ُ‫ان‬ َ‫يط‬ َّ ‫الش‬ ُ ُ‫م‬ ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫و‬ْ َ‫ه‬ ‫ت‬ ْ‫س‬َ‫والي‬ ِ ‫م‬ َ َ‫ال‬ ‫ِالك‬‫ة‬ َّ ‫ل‬ِ‫ق‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬ ‫يك‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ان‬ َ‫يط‬ َّ ‫الش‬ ِ‫ق‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ ‫ق‬ َ ‫ش‬‫نم‬ ِ ‫م‬ َ‫ال‬ ‫الك‬ َ ‫يق‬ِ‫ق‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ت‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� َ ‫ف‬ Hendaklah kau sedikit bicara dan jangan menurutkan kehendak syetan sebab orang yang berbelit-belit bicara termasuk saudara kandung syetan.
  • 108. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 99 Banyak di antara manusia yang bisa berubah perilakunya dari yang kurang baik kepada perilaku yang lebih baik hanya karena ia mendengarkan nasihat, apalagi nasihat tersebut ia minta niscaya akan benar- benar dipedomani. Jika diamanati nasihat-nasihat Rasulullah Saw di atas sangat pendek dan ringkas namun menunjukkan kelugasan, sehingga penerima nasihat tidak perlu menafsirkan ucapan-ucapan Rasulullah Saw tersebut. Kalimatnya pendek namun jelas tertuju kepada suatu masalah, seperti masalah pentingnya menjaga amanat, masalah bagaimana berbicara yang baik, masalah budi pekerti, masalah penyadaran akan dosa- dosa, semua disampaikan oleh Rasulullah Saw dengan tidak bertele-tele. 8. Mendidik dengan Cara Memukul Dalam hal tertentu, khususnya untuk membiasakan mengerjakan shalat bagi setiap Muslim sejak dini, Rasulullah Saw menganjurkan kepada setiap orangtua untuk menyuruh (dengan kata-kata) kepada setiap anaknya, ketika mereka berusia tujuh tahun agar mau melaksanakan ibadah shalat, selanjutnya Rasulullah Saw menganjurkan jika anak pada usia sepuluh tahun belum mau melaksanakan shalat maka pukullah ia. Perintah memukul ini mengandung makna yang sangat dalam, mengingat Rasulullah Saw sendiri dalam kontek pendidikan, tidak pernah memukul (dengan tangan) selama hidupnya. Perintah ini hanyalah menunjukan ketegasan Rasulullah Saw untuk menanamkan kebiasaan positif yang harus dimulai sejak anak-anak.
  • 109. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 100 Hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Amir ibn Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata; ْ ُ‫م‬ ‫ه‬ ُ‫و‬ ‫ب‬ِْ‫ر‬ ‫واض‬ َ‫ني‬ِ‫ن‬ ِ‫س‬ ِ‫ع‬ْ‫ب‬ َ‫س‬ِ‫ل‬ ِ‫ة‬‫ال‬ ّ‫لص‬ِ‫ا‬‫ب‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬َ‫الد‬ْ‫و‬ َ ‫اا‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫م‬.‫م‬.‫ص‬‫هللا‬‫رسول‬‫قال‬ .ِ‫ع‬ِ‫ج‬‫ا‬ َ ‫ض‬َ‫فىالم‬‫م‬ُ َ‫ه‬ ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬ْ‫و‬ ُ ‫ق‬ِّ‫ر‬ َ ‫ف‬َ‫و‬ َ ْ‫ِين‬‫ن‬ ِ‫س‬ِْ‫سر‬ َ‫لع‬ِ‫ا‬ ْ‫يه‬َ ‫ل‬َ‫ع‬ Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di kala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena mereka tidak mengerjakannya di kala mereka berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya. Memukul dalam hal ini tidak dilandasi oleh emosional dan kemarahan, tetapi sebaliknya memukul dalam konteks haditsdiatas harusdilandasidengan kasihsayang, keikhlasan dan dengan tujuan semata-mata karena Allah Swt. Dalam peristiwa yang lain (bukan dalam hal shalat) Rasulullah Saw bersabda; bahwa sebaiknya pukulan itu dilakukan tidak berkali-kali, bahkan cukup satu kali saja. Hadits riwayat Bukhari dari Anas bin Malik ra: “… Sesungguhnya kesabaran itu ketika pukulan pertama”. Rasulullah Saw sangat berhati-hati dalam setiap perkataannya, sehingga setiap orang yang mendengarkan sabdanya tidak salah dalam menafsirkan, dalam persoalan “memukul” Rasulullah Saw membedakan antara pukulan dengan maksud pendidikan shalat (seperti hadits di atas) dengan pukulan pada hukuman yang memang seharusnya dilakukan, seperti dalam hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Burdah ra, bahwa Nabi bersabda: ِ‫هللا‬ِ‫د‬ْ‫و‬ُ‫د‬ُ‫ح‬‫نم‬ ِ ّ‫د‬َ‫ح‬‫ىف‬ ّ ‫ال‬‫إ‬� ِ ‫ات‬ َ‫د‬ َ ‫ل‬َ‫ج‬ ِْ‫ر‬ ‫ش‬َ‫ع‬ َ ‫ق‬ْ‫و‬ َ ‫ف‬ ُ‫د‬ َ ‫ل‬ْ ُ‫ج‬ ‫والي‬
  • 110. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 101 Tidak boleh dipukul dari sepuluh kali kecuali dalam had yang telah ditentukan hukum had oleh Allah Saw. Rasulullah Saw tidak bermaksud “memukul” untuk menyakiti, karenanya beliau tidak memperkenankan memukul di bagian-bagian vital seperti muka, kepala dan dada. Sikap Rasulullah Saw ini terbukti ketika dalam sebuah peristiwa perang terjadi perkelahian yang saling memukul muka (pipi), Rasulullah Saw sangat khawatir dengan pemandangan itu kemudian bersabda: ِ‫ل‬ْ‫ح‬ َ ‫الف‬ ِ‫م‬ ْ ‫ض‬ ُ ‫ف‬ َ ‫ك‬‫ها‬َ‫م‬ِ‫ض‬ ْ ‫ق‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬‫ىف‬ُ‫ه‬ َ‫د‬َ‫ي‬ ُ ‫ع‬ َ‫د‬ َ ‫ت‬ َ ‫ا‬ Apakah kau biarkan tangannya dimulutmu dan kau pecahkan dia seperti memecahkan kepala binatang. (HR. at- Thahawi dadi ‘Atha dari Shafwan bin Ya’la bin Umayah) Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa perintah “memukul” hanya dalam masalah shalat, hal ini menggambarkan bahwa shalat adalah salah satu ibadah yang paling pokok dan tidak boleh diabaikan seperti juga sabda beliau bahwa: Shalat itu merupakan tiang agama, barang siapa yang telah mendirikan shalat maka ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah menghacurkan agama. Di sisi lain hal ini juga menggambarkan ketegasan Rasulullah Saw dalam menerapkan kebiasan beribadah sejak dini. Dari beberapa ucapan Rasulullah Saw berkenaan dengan “memukul”, dapat juga dimaknai bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw tidak menghendaki pemukulan itu terjadi pada diri anak, ucapan ini hanyalah merupakan ancaman,
  • 111. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 102 karena dalam konteks pendidikan ada tipe anak yang memerlukan ancaman agar dapat melaksanakan perintah tentang kebenaran. Rasulullah Saw adalah sosok manusia yang tegas dalam kata-kata dan lembut dalam perbuatan, walaupun ia menyuruh memukul, di sisi lain tidakditemukan bukti-bukti bahwa Rasulullah Saw pernah melakukan pemukulan terhadap peserta didiknya. Bukti-bukti yang ada justru menerangkan betapa Rasulullah Saw memiliki prilaku yang lemah lembut dan dengan cara-cara yang baik dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Jangankan pemukulan yang melukai, menyinggung perasaan dengan kata-kata saja ia tidak pernah melakukannya. 9. Menjawab Pertanyaan Sesuai dengan Kebutuhan dan Kondisai Dalam proses pendidikan dan pengajaran baik formal maupun non formal, senantiasa ada pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban, bagi seorang guru menjawab pertanyaan setiap pertanyaan yang diajukan oleh muridnya merupakan suatu kewajiban, demikian halnya dengan orang tua di rumah yang harus selalu siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak-anaknya. Menjawab sebuah pertanyaan, tentu saja harus sesuai dengan maksud pertanyaan, oleh karenannya selain seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, ia juga dituntut untuk menggunakan strategi yang tepat dalam menjawab pertanyaan tersebut, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat. Terhadap sebuah pertanyaan yang sama tetapi diajukan oleh beberapa orang yang berbeda, Rasulullah Saw tidak
  • 112. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 103 memberikan jawaban yang sama, jawaban terhadap pertanyaan tersebutdisesuaikandengan karakterdan kondisi si penanya serta kondisi lingkungan pada saat pertanyaan itu diajukan. Suatu ketika Rasulullah ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud: “Amal perbuatan apa yang paling disenangi Allah Swt.?” Rasulullah menjawab:” )‫وقهتا‬ ‫ىلع‬ ‫(الصالة‬ : Shalat pada waktunya”. “Kemudian apa lagi?” lanjut Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah menjawab: “(‫ني‬‫الوالد‬‫(رب‬: Berbakti kepada kedua orangtua.” “Kemudian apa lagi?” lanjut Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah menjawab: “( ‫اللة‬ ‫سبيل‬ ‫يف‬ ‫اجلهاد‬ (: “Jihad di jalan Allah”. (HR. Bukhari Muslim) Seorang laki-laki dari Khats’am berkata bahwa ia menjumpai Rasulullah Saw, Kemudian ia bertanya: “ Wahai Rasulullah, amal perbuatan apa yang pakling disukai oleh Allah Swt.? Beliau menjawab: “( ‫ابهلل‬ ‫ميان‬ ‫اال‬ ) : beriman kepada Allah Swt.” Dia kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “(‫الرمح‬‫)صلة‬ “menyambung silaturahmi.” Dia kembali bertanya,”Wahai Rasulullah kemudian apa?” Beliau menjawab ( ‫المنكر‬ ‫نع‬ ‫والهني‬ ‫ابلمعرف‬ ‫االمر‬ ‫مث‬ ): memuadian mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran” (HR. Bukhari).
  • 113. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 104 Dari Abu Hurairah r.a, katanyaadaorang bertanya kepada Rasulullah: “Apakah amal yang paling utama?” Beliau menjawab: “(‫هللا‬‫ورسول‬‫هلل‬‫اب‬‫)اميان‬: percaya kepada Allah dan rasul-Nya”. Ia kembali bertanya, “Sesudah itu apa lagi?” Beliau menjawab: ( ‫هللا‬‫سبيل‬‫يف‬‫اجلهاد‬ ) “jihad (berusaha keras atau berjuang) di jalan Allah.” Ia kembai bertanya, “Sesudah itu apa lagi ya, Rasulullah?” Beliau menjawab: “(‫ر‬‫مربو‬‫)جح‬: haji yang mabrur.” Contoh kedua, ketika Rasulullah Sawmemberikan jawaban terhadap masalah keutamaan seorang Muslim. Dari Abu Musa, mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, orang muslim yang bagaimanakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “(‫ويده‬‫لسانه‬‫نم‬ َ ‫المسلم‬ َ ‫لم‬ َ ‫س‬ ْ َ‫ن‬ ‫م‬ ): yaitu orang yang tidak melukai kaum muslimin dengan lidah dan tangannya.” Sedangkan dari Abdullah bin Umar, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Saw.: “Ya Rasulullah orang muslim yang bagaimanakah yang paling baik? Beliau menjawab: “( ْ ‫عرف‬ َ ‫ت‬ ‫مل‬ ‫ونم‬ َ ‫عرفت‬ ‫نم‬ ‫ىلع‬ ‫السالم‬ ‫أ‬ �‫تقر‬َ‫و‬ ُ ‫الطعام‬ ُ‫عم‬ ْ ‫ط‬ ُ ‫ت‬ ): yaitu memberi makan (manusia) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.” (HR.Bukhari) Untuk jawaban kepada orang pertama Rasulullah Saw menyarankan untuk tidak menyakiti orang lain baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, hal ini disebabkan olehkekhawatiranRasulullahSawbahwaorangyang bertanya
  • 114. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 105 akan menyakiti orang lain, sedangkan kepada penanya kedua Rasulullah Saw menyarankan untuk memberi makan orang dan mengucapkan salam, hal ini beliau lakukan mengingat dua hal tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak pada saat itu, karena masyarakat sedang berada dalam kesulitan dan kemiskinan dan juga untuk mempererat ikatan batin diantara mereka. (Qardhawi; 1997: 243). Kondisi (keadaan) seseorang juga merupakan hal yang sangatdiperhatikanolehRasulullah.Terhadappertanyaanyang sama dan tempat serta waktu sama Rasulullah memberikan jawaban yang berbeda disebabkan karena kondisi seseorang. Imam Ahmad meriwayatkan, dari Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash, ia berkata bahwa ketika ia bersama Nabi Saw. Datang seorang pemuda dan bertanya, wahai Rasulullah, bolehkan saya mencium istri saya sedangkan saya dalam keadaan puasa? Beliau menjawab (‫)ال‬ “tidak boleh”, kemudian datang seorang tua dan bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah saya mencium istri saya sedangkan saya dalam keadaan puasa? Beliau menjawab (‫)نعم‬ “ boleh”. Maka kedua orang tadi (pemuda dan si tua) saling padang satu sama lain (dengan heran), melihat itu Rasulullah menjelaskan (‫ستيح‬ َ ‫ت‬‫رجل‬‫نم‬‫تيح‬ ْ ‫س‬ ‫َأ‬ �‫ال‬ ‫أ‬ � ُ ‫ءكة‬ ‫المال‬ ‫)منه‬ “Aku memahami mengapa kalian saling pandang memandang. Karena orang yang sudah tua dapat menguasai nafsunya” Pemberian nasihat Rasulullah Saw seperti yang dikemukakan di atas, tentu saja dilakukan kepada perseorangan dan mungkin dalam waktu yang berbeda- beda, karena tidak mungkin hal ini dilakukan dalam keadaan jamaah sedang berkumpul dalam suatu majlis, sebab jika jawaban berbeda-beda terhadap pertanyaan serupa yang diajukan oleh orang yang bebeda dalam suatu majlis akan menyebabkan kebingungan bagi penanya.
  • 115. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 106 Dari cara-cara Nabi Muhammad Saw menjawab pertanyaan seperti contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad Saw dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul sangat memperhatikan beberapa hal antara lain, kebutuhan si penanya, kecerdasan sipenanya, suasana dan kondisi serta latar belakang munculnya sebuah pertanyaan tersebut, dan ketika Nabi menjawab pertanyaan ada target tertentu yang akan dicapai terhadap si penanya. 10. Menjawab Pertanyaan Sesuai dengan Kebutuhan dan Kondisi Setiap manusia dipastikan memiliki karakter yang berbeda, penduduk sebuah negeri tentu beda karakternya dengan penduduk negeri yang lain, perbedaan karakter yang dimiliki oleh setiap individu maupun kelompok sangat diperhatikan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw memperlakukan orang-orang Arab yang datang dari dusun tidak sama dengan perlakukan beliau dengan shabat sahabat beliau yang dididik oleh beliau sendidiri. Beliau juga berusaha berbaik-baik terhadap orang yang masuk Islam, karena daerahnya dikalahkan oleh umat Islam, dan kepada kepala-kepala suku (dengan memberikan sebagian zakat kepada mereka), Jika Rasulullah Saw mendapat tamu seorang tokoh suatu suku, maka beliau akan menghormatinya. Jika Rasulullah Saw menghadapi orang bodoh atau jahat, maka beliau berusaha berbaik-baik kepadanya, dengan senyuman atau berbicara yang baik-baik tanpa berdusta atau memuji tanpa kebenaran, untuk menarik hatinya dan menghindarakan diri dari kejahatan. (Qardawi,1997: 244). Para sahabatpun, beliau perlakukan sesuai dengan perangai masing masing, seperti terdapat dalam hadits yang
  • 116. Bab I: Hakikat Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 107 diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushili dari Ibnu Umar r.a., bahwa suatu ketika Rasulullah Saw berada di tengah-tengah kami, beliau duduk dan ‘Aisyah duduk di belakangnya, ketika itu Abu Bakar minta izin masuk, lalu masuk. Kemudian Umar minta izin pula, lalu dia masuk, kemudian Usman bin Affan izin masuk, lalu masuk. Di saat Usman masuk Rasulullah segera menarik baju beliau sehingga menutupi lutut beliau, setelah lutut Rasulullah tertutup, beliau bersabda kepada istrinya agar meninggalkan beliau, maka mereka melanjutkan pembicaraannya. Setelah mereka bubar ‘Aisyah bertanya: ”Wahai Rasulullah, ketika sahabat- sahabatmu masuk, engkau tidak memperbaiki letak bajumu dan tidak menyuruhku keluar, tetapi setelah Usman masuk engkau tutup lututmu dan menyuruhku keluar?” Kemudian Rasulullah menjawab () ‫ورسوله‬ ‫هللا‬ ‫نم‬ ‫تستىح‬ ‫امك‬ َ‫عامثن‬ ‫نم‬ ‫ىح‬َ‫ست‬ َ ‫ت‬ َ‫المالءكه‬ ّ‫ان‬ “Sesungguhnya malaikat itu malu pada Usman, sebagai mana dia malu kepada Allah dan rasul-Nya”. Selanjutnya beliau menjelaskan; seandainya dia masuk, padahal engkau masih berada di dekatku, dia tak akan mengangkat kepalanya dan ia tidak akan bicara sepatahpun sampai ia keluar (ad-Damsyiqi (2), 2002: 23). Hadits senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas ra. (lihat Ad-Damsyiqi (2): 222). Dari peristiwa Usman di atas tampak sekali bahwa Rasulullah Saw sangat memahami karakter seseorang, kemudian beliau berperilaku sesuai dengan karakter orang tersebut, sehingga setiap orang yang berinteraksi dengan beliau merasa dihormati dan dihargai, hal ini sangat berpengaruh kepada jiwa seseorang, apabila ia sudah merasa tersanjung maka dengan sendirinya siap mental untuk menerima setiap nasihat dan pengajaran yang diakan diberikan.
  • 117. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 108
  • 118. Bab II: Metode Pendidikan Islam 109 BAB II METODE PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Metode Pendidikan Islam Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan adalah ketepatan menentukan metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan, tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar-mengajar menuju tujuan pendidikan. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. (M. Arifin;1996-61). Jika metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat
  • 119. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 110 dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami, selain itu metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. (Nata, 2001: 91) Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan mono pragmatis. (Ramayulis; 2002: 155). Polipragmatis bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat, sebaliknya monopragmatis bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaan mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh seorang guru, baru berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan eksrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidkan Islam. (Arifin, 1996: 197).
  • 120. Bab II: Metode Pendidikan Islam 111 Dari rumusan-rumusan di atas dapat dimaknai bahwa metode pendidikan Islam adalah berbagai macam cara yang digunakan oleh pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai, karena metode pendidikan hanyalah merupakan salah satu aspek dari pembelajaran, maka dalam menentukan metode apa yang akan digunakan, harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek lain dari pembelajaran, seperti karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu. B. Prinsip Metode Pendidikan Islam Agar proses pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pendidikan Islam, seorang pendidik dalam meggunakan metodenya harus berpegang kepada prinsip-prinsip yang mampu mengarahkan kepada tujuan tersebut. Dengan berpegang kepada prinsip-prinsipyang akan dikemukakan di bawah ini, seorang pendidikdiharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud, yaitu berlandaskan kepada ayat-ayat al-Qur’an dan hadits, yang oleh M. Arifin ditemukan terdapat sembilan (9) prinsip, yang menurutnya harus dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan Islam (M. Arifin, 1996: 199) yaitu: 1. Prinsip Memberikan Suasana Kegembiraan Prinsip ini berdasarkan QS. al-Baqarah; 185 …َ ْ‫ُسر‬‫ع‬ ْ ‫ال‬ ُ ُ‫م‬ ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫يد‬ُِ‫ر‬ ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫و‬ َ ْ‫ُسر‬‫ي‬ ْ ‫ال‬ ُ ُ‫م‬ ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ َّ‫للاه‬ ُ‫يد‬ُِ‫ر‬ ‫…ي‬ “… Allah menghendaki kamu kemudahan dan tidak menghendaki kamu mendapat kesukaran …”
  • 121. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 112 Dan juga berdasarkan QS. al-Baqarah; 25 ‫م‬‫ي‬ِ‫ر‬ ْ َ‫ج‬ ‫ت‬ ٍ ‫ات‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ َّ‫ن‬ ‫َأ‬ � ِ ‫ات‬ َ ِ‫ح‬‫ال‬ َّ‫الص‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ل‬َِ‫م‬ ‫ع‬َ‫و‬ ْ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬ ‫آ‬ �‫ني‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬ِِ‫ر‬ ّ ‫ش‬َ‫ب‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬‫ا‬ َ ‫ـذ‬َ‫ه‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ً ‫قا‬ْ‫ز‬ِّ‫ر‬ٍ‫ة‬َ‫ر‬َ َ‫م‬ ‫ث‬ ِ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬َ ْ‫ه‬ ‫ِن‬‫م‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ق‬ِ‫ز‬ُ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬ َّ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ُ‫ار‬َ ْ‫ه‬ ‫ن‬ ‫َأ‬ ‫ال‬ ‫ا‬َ ِ‫ه‬ ‫ت‬ ْ َ‫ح‬ ‫ت‬ ْ ُ‫م‬ ‫ه‬َ‫و‬ ٌ ‫ة‬َ‫ر‬َّ‫ه‬ َ‫ط‬ُّ‫م‬ ٌ ‫اج‬َ‫و‬ْ‫ز‬ ‫َأ‬ �‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ً ‫ا‬ ِ‫به‬‫ا‬ َ ‫ش‬َ‫ت‬ُ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ ‫ا‬ ُ‫و‬ ‫ت‬ ‫ُأ‬ �َ‫و‬ ُ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ِ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ ْ ‫ق‬ِ‫ز‬ُ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ ‫خ‬‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ Artinya: Dan sampaikanlah berita gembira kepada merekayangberimandanberbuatbaik,bahwabagimereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. 2. Prinsip Memberikan Layanan dengan Lemah Lembut Firman Allah dalam QS. Ali Imran; 159 yaitu: ْ ‫وا‬ ُّ ‫ض‬ َ ‫نف‬ َ ‫ال‬ ِ ‫ب‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ِيظ‬‫ل‬ َ ‫غ‬ ‫ا‬ ًّ ‫ظ‬ َ ‫ف‬ َ ‫نت‬ ُ ‫ك‬ ْ‫و‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫نت‬ِ‫ل‬ِّ‫للاه‬ َ ِ‫ن‬ّ ‫م‬ ٍ‫ة‬َ ْ‫م‬ ‫ح‬َ‫ر‬ َ‫مِا‬ ‫ب‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬‫ِإ‬� َ ‫ف‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬ ‫َأ‬ ‫ال‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ْ ُ‫م‬ ‫ه‬ْ‫ر‬ِ‫او‬ َ ‫ش‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ُ ْ‫ه‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ُ ‫ف‬ْ‫اع‬ َ ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ ْ ِ‫ن‬ ‫م‬ َ‫ني‬ِِ‫ل‬ ّ ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُّ ‫ب‬ُِ‫ح‬ ‫ي‬َ ّ‫للاه‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬�ِّ‫للاه‬ َ‫لَى‬ ‫ع‬ ْ َّ‫ل‬ ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ َ ‫ت‬ْ‫م‬َ‫ز‬َ‫ع‬ Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
  • 122. Bab II: Metode Pendidikan Islam 113 kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. 3. Prinsip Kebermaknaan Berdasarkan Sabda Rasulullah Saw ْ ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ْ‫و‬ ُ ‫ق‬ُ‫ع‬ِ‫ر‬ ْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ‫ىل‬ ‫ع‬ َ ‫اس‬َّ‫االن‬ْ‫و‬ُ‫ب‬ِ‫ط‬‫ا‬ َ ‫خ‬ “Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal pikiran mereka“. 4. Prinsip Prasyarat Untuk menarik minat manusia didik diperlukan mukadimah dalam langkah-langkah mengajar bahan- bahan pelajaran yang baru yang dapat memadukan perhatian dan minat mereka ke arah bahan tersebut. Di dalam al-Qur’an terdapat cara-cara Allah dalam menarik perhatian (prasyarat) kepada manusia. Dalam beberapa surat Allah memulai firmannya dengan maksud menarik perhatian, seperti dalam kata ‫امل‬ (pangkal surat al- Baqarah, ‫ن‬(pangkal surat al-Qalam), ‫كهيعص‬ (pangkal surat Maryam) dan juga terdapat dalam pangkal surat-surat yang lain. 5. Prinsip Komunikasi Terbuka Guru mendorong manusiadidik untuk membukadiri terhadap segala hal atau bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya menjadi bahan persepsi dalam pikirannya. Dalam al-
  • 123. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 114 Qur’an banyak ayat yang mendorong manusia untuk membuka hati dan pikirannya, perasaan, pendengaran dan penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang difirmankan Allah kepada mereka, sehingga apa yang mereka serap sebagai pesan-pesan itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Firman Allah dalam QS. al-A’raf; 179: َ‫ر‬ْ‫ج‬ ‫َأ‬ � ُ‫يع‬ِ‫ض‬ ُ ‫ن‬ َ ‫ال‬ َّ‫ا‬‫ن‬‫ِإ‬� َ ‫ة‬ َ ‫ال‬ َّ‫الص‬ ْ ‫وا‬ُ‫ام‬ َ ‫ق‬ ‫َأ‬ �َ‫و‬ ِ ‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ْ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ون‬ ُ ‫ك‬ َّ‫س‬َ ُ‫يم‬ َ‫ني‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ني‬ِ‫ح‬ِ‫ل‬ ْ‫ص‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untukmemahami(ayat-ayatAllah)danmerekamemunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang- orang yang lalai. 6. Prinsip Pemberian Pengetahuan Baru Manusiadidik ditarik minatdan perhatiannya kepada bahan-bahan pengetahuanyang baru bagi mereka, dalam Islam terdapat prinsip pembaharuan dalam belajar, baik tentang fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Ayat berikut ini benar-benar dapat membangkitkan semangat manusia untuk memepelajari unsur-unsur baru yang ada disekitar
  • 124. Bab II: Metode Pendidikan Islam 115 manusia. Firman Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 164: ِ‫ك‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ر‬‫ا‬َ َّ‫ه‬ ‫الن‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬ َّ ‫الل‬ ِ ‫ف‬ َ ‫تِال‬ ْ ‫اخ‬َ‫و‬ ِ ‫ض‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ِ ‫ات‬َ‫او‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ ِ‫ق‬ ْ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� ‫م‬‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ َ ِ‫ن‬ ‫م‬ ُ ّ‫للاه‬ َ ‫ل‬َ‫زن‬ ‫َأ‬ �‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ ‫اس‬َّ‫الن‬ ُ‫ع‬ َ ‫نف‬َ‫ي‬‫ا‬َ ِ‫م‬ ‫ب‬ ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ب‬ ْ ‫ال‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬‫ي‬ِ‫ر‬ ْ َ‫ج‬ ‫ت‬ ِ‫ي‬ ‫ت‬ َّ ‫ال‬ ِ ‫يف‬ِْ‫ر‬ ‫ص‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َّ‫ب‬ ‫آ‬ �َ‫د‬ ِ ّ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ِ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬َ‫هي‬ِ‫ف‬ َّ ‫ث‬َ‫ب‬َ‫و‬‫ا‬َ ِ‫ه‬ ‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ ‫ض‬ْ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ال‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ح‬ ‫َأ‬ � َ ‫ف‬‫اء‬َّ‫م‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ِ ّ ‫ل‬ ٍ ‫ت‬ َ‫ا‬‫ي‬ ‫آ‬ ‫ل‬ ِ ‫ض‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ‫اء‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ َ ْ‫ين‬َ‫ب‬ ِ‫ر‬ِ ّ ‫خ‬ َ‫س‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ِ ‫اب‬َ‫ح‬ َّ‫الس‬َ‫و‬ ِ ‫ح‬ َ‫ا‬‫ي‬ِّ‫الر‬ َ‫ون‬ ُ ‫ل‬ِ‫ق‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda- tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. 7. Prinsip Memberikan Model Prilaku yang Baik Manusia didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunyamelalui pengamatandanpeniruanyang tepat guna dalam proses belajar mengajar, seperti terdapat dalam QS. al-Ahzab; 21 َ ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬َ َّ‫للاه‬‫و‬ُ‫ج‬ْ َ‫ر‬ ‫ي‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬‫ن‬َ‫م‬ِ ّ ‫ل‬ ٌ ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ ‫ة‬َ‫و‬ ْ ‫س‬ ‫ُأ‬ �َِّ‫للاه‬ ِ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ً ‫ريا‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬َ َّ‫للاه‬ َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ر‬ِ‫خ‬ ‫آ‬ ْ ‫ال‬
  • 125. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 116 Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 8. Prinsip Pengamalan Secara Aktif Mendorong manusia didik untuk mengamalkan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses belajar mengajar, atau pengamalan dari keyakinan dan sikap yang mereka hayati dan pahami sehingga benar-benar nilai-nilai yang telah ditransformasikan atau diinternalisasikan ke dalam diri manuisia didik menghasilkan buah yang bermanfaat bagi diri manusia dan masyarakat sekitar. Firman Allah dalam QS. as-Shaff ; 2-3): َِّ‫للاه‬ َ‫ند‬ِ‫ع‬‫ا‬ً‫ت‬ ْ ‫ق‬َ‫م‬ َ ُ‫ر‬ ‫ب‬ َ ‫ك‬)2( َ‫ون‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ون‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ َ ِ‫م‬ ‫ل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬ َ‫آ‬ � َ‫ني‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬‫ا‬َ ُّ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َأ‬ � َ‫ا‬‫ي‬ َ‫ون‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫وا‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬‫ن‬ ‫َأ‬ � Artinya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. 9. Prinsip Kasih Sayang Firman Allah dalam QS. al-Anbiya; 107 َ‫ني‬ِ‫م‬ َ ‫ال‬َ‫ع‬ ْ ‫ل‬ِ‫ل‬ ً ‫ة‬َ ْ‫م‬ ‫ح‬َ‫ر‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬‫ِإ‬� َ ‫اك‬َ‫ن‬ ْ ‫ل‬ َ ‫س‬ْ‫ر‬ ‫َأ‬ �‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
  • 126. Bab II: Metode Pendidikan Islam 117 Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Firman Allah dalam QS. an-Nahl ayat 125 َ ِ‫ي‬ ‫ه‬ ِ‫ي‬ ‫ت‬ َّ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ْ ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ل‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ج‬َ‫و‬ ِ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬ َ ْ‫ح‬ ‫ال‬ ِ‫ة‬ َ ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬ َ ْ‫م‬ ‫ك‬ِْ‫ح‬‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ َ‫ك‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫يل‬ِ‫ب‬ َ ‫س‬ َ‫ى‬ ‫ل‬‫ِإ‬� ُ ‫ع‬ْ‫اد‬ َ‫ني‬ِ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ه‬ُ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ا‬‫ب‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ � َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ ‫س‬ ْ َ‫ن‬ ‫ع‬ َّ ‫ل‬ َ ‫ض‬ ْ‫ن‬َ ِ‫م‬ ‫ب‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬ ‫َأ‬ �َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� ُ‫ن‬ َ‫س‬ْ‫ح‬ ‫َأ‬ � Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk “. Selain 9 prinsip di atas, Syahidin menggali prinsip metode pendidikan Islam dari al-Qur’an, dan menemekannya ada empat prinsip metode pendidikan Islam (Syahidin,1999; 55), yaitu: 1. Prinsip Kasih Sayang Esensi al-Qur’an tentang pendidikan seluruhnya diwarnai oleh prinsip kasih sayang yang merupakan implementasi firman Allah dalam QS. As-Sajadah ayat 9. kasih sayang menjadi dasar yang kokoh bagi komunikasi pendidikan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
  • 127. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 118 2. Prinsip Keterbukaan Prinsip ini lahir dari pertimbangan bahwa kualitas manusiaterletakpadakontekshubungandenganmanusia lain dalam bentuk saling memberi kesempurnaan. Prinsip ini merupakan dasar penciptaan suasana dialogis antara pendidik dengan terdidik. Keterbukaan berarti pengakuan terhadap kekurangan dan kelebihan manusia, serta keyakinan bahwa yang maha sempurna hanyalah Allah Swt dan hasrat meningkatkan serta mengembangkan kemampuan dirinya. 3. Prinsip Keseimbangan Konsep ini dirujuk pada kodrat dasar manusia sebagai mahluk Allah yang memilki dimensi fisik dan ruhani yang kualitasnya sangat ditentukan oleh adanya keseimbangan-keseimbangan, Firman Allah yang menunjukan adanya keseimbangan terdapat pada QS. Lukman; 17. 4. Prinsip Integralitas Dalam prinsip ini terdidik dipandang sebagai manusia dengan segala atribut yang dimilikinya, yang terpadu secara utuh. Karena itu dalam tindakan praktis pendidikan, upaya-upaya yang dilakukan pendidikan senantiasa didasarkan kepada keterpaduan dan integralitas.
  • 128. Bab II: Metode Pendidikan Islam 119 Menurut Ramayulis ada tiga prinsip metode pendidikan Islam yaitu: 1. Prinsip Mempermudah Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengannilai-nilai yang terdapatdalamilmupengetahuan dan keterampilan tersebut. Sehingga metode yang digunakan harus mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu. 2. Prinsip Berkesinambungan Prinsip ini berasumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi. Jangan hanya karena mengajar target kurikulum seorang pendidik menggunakan metode yang tidak efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik, karena peserta didik merasa dibohongi oleh pendidik. 3. Prinisp Fleksibel dan Dinamis Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode
  • 129. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 120 tidak hanya monoton satu macam saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan pas dengan materi, multi kondisi peserta didik, sarana dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan. Serta suasan pada waktu itu. Dengan prinsip ini diharapkan akan muncul metode-metode yang relatif baru dari para pendidik Islam, sebab dengan prinsip kelenturan dan kedinamisan memberikan peluang yang sangat luas bagi para pendidik untuk mengembangkan metode yang sudah ada. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pendidikan harus didasarkan kepada kesesuaian antara tujuan, situasi, kondisi peserta didik, materi ajar, sehingga metode pendidikan Islam harus fleksibel, dinamis dan berkesinambungan sehingga dapat mengandung makna, prinsip lain yang tidak boleh diabaikan, bahwa metode harus mewujudkan suasana kegembiraan, kasih sayang, keseimbangan dan integritas,sehinggasebuahmetodedapatmenghilangkan kesan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang kaku dan menyeramkan. C. Tujuan Pendidikan Islam Dalam setiap aktivitas manusia, tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan tujuan itulah yang akan menentukan bentuk dan warna aktivitasnya. Demikian halnya dengan pendidikan Islam, kurikulum, strategi pembelajaran, penentuan sarana dan penentuan sumber daya manusia akan sangat ditentukan oleh rumusan tujuan pendidikan Islam tersebut.
  • 130. Bab II: Metode Pendidikan Islam 121 Istilah “tujuan’ atau “sasaran” atau “maksud” dalam bahasa Arab dinyatakan dengan “ghayat” atau ”ahdaf” atau “maqasid”. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan “goal” atau “purpose” atau “objektive” atau “aim”. Secara umum istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendakdicapai melalui upayaatau aktifitas. (Ramayulis, 2002: 65). Sementara itu M. Arifin memilah makna tujuan dan sasaran, menurutnya “tujuan” mengandung konotasi kepada generalitas (umum) sedangkan sasaran mengandung konotasi kepada yang bersifat oprasional. Oleh karenannya makna “tujuan” menunjuk kepada futuritas (masa depan) yang terletak pada suatu jarak tertentu yang tak akan dapat dicapai kecuali dengan usaha (ikhtiar) melalui proses tertentu. (Arifin, 1996: 223). RumusantujuanpendidikanIslammenjadisangatpenting, karena tanpa adanya tujuan yang jelas, arah pendidikan Islam menjadi tidak terarah bahkan kabur, sebaliknya dengan adanya tujuan yang jelas proses pendidikan Islam akan menjadi terarah dan bermakna. Karena pentingnya rumusan tujuan pendidikan Islam, banyak ditemukan rumusan para tokoh pendidikan yang tersebar diberbagai buku, baik pendapat pribadi maupun kolektif (seperti hasil seminar dan konggres). Paling tidak, ada tiga rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkan secara kolektif yang penulis kutip dalam tesis ini, sebagai berikut: Rumusan keputusan seminar pendidikan Islam se- Indonesia di Cipayung Bogor tanggal 7-11 Mei 1960, sebagai berikut: “Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan
  • 131. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 122 takwa dan akhlak serta menegakan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam” (Arifin, 1996: 41). Konferensi Internasional pertama tentang pendidikan Islam di Makkah pada tahun 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: “Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segalaaspeknya:spiritual, intelektual,imajinatif,fisik,ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komutitas, maupun seluruh umat manusia”. (Azra, 2002: 57). Rumusan lain, menurut hasil kongres pendidikan Islam se-dunia di Islamabad tahun 1980 sebagai berikut: “Pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang meyeluruh, secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah dan bahasa secara individual maupun kolektif, mendorong semua aspek kearah kebaikan dan mencapai kesempurnaan, tujuan akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia”. (Nizar, 2001: 106).
  • 132. Bab II: Metode Pendidikan Islam 123 Rumusan-rumusan di atas menggambarkan bahwa tujuan pendidikan Islam sangat luas dan dalam serta dapat menjangkau semua aspek kebutuhan manusia sebagai makhluk individual dan makhluk sosial yang dalam hidupnya harus senantiasa menghambakan diri kepada Allah Swt. Selain itu rumusan tersebut menekankan bahwa pendidikan Islam membina dan mengambangkan pendidikan agama yang terfokus kepada internalisasi nilai-nilai Iman, Islam dan Ikhsan dalam setiap pribadi manusia Muslim yang berilmu pengetahuan luas. Selain rumusan hasil seminar, konferensi dan konggres seperti penulis kutip di atas, banyak rumusan tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para tokoh pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, menurutnya tujuan pendidikan dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu; 1). Tujuan Individual; pada bagian tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya pribadi Muslim yang baik, yaitu seorang yang berfikir, merasadan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintah al-Qur’an dan as-Sunnah, dalam hubungan ini Ibnu Taimiyah mengatakan hendaknya seorang yang menuntut ilmu agar berupaya memahami tujuan perintah dan larangan serta segala ucapan yang datang dari Rasul. 2). Tujuan Sosial; Pada bagian ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa pendidikan juga harus diarahkan kepada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah. Pada tujuan ini pendidikan diarahkan agar dapat melahirkan manusia- manusia yang dapat hidup bersama dengan orang lain, saling membantu, menasehati, mengatasi masalah dan seterusnya.
  • 133. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 124 3). Tujuan Da’wah Islamiyah; tujuan ini adalah mengarahkan umat agar siap dan mampu memikul tugas da’wah Islamiyah ke seluruh dunia. (Nata, 2001: 142-144). Bagi al-Gazali, tujuan akhir yang ingin dicapai melalui pendidikan, secara garis besarnya ada dua, yaitu: pertama, tercapai kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah Swt dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya al-Ghazali bercita-cita mengajarkan manusia agar merekasampaipadasasaranyangmerupakantujuanakhirdan maksud pendidikan itu. (Nata, 2001: 86). Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, merumuskan: Tujuan pendidikan Islam ialah perubahan yang diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha-usaha pendidikan untuk mencapainya, baikpadatingkah laku individudan kehidupan pribadinya atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitar di mana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi diantara profesi profesi asasi dalam masyarakat”. (al-Syaibani,1979: 399). Sebelum sampai kepada sebuah kesimpulan mengenai tujuan pendidikan Islam, Hasan Langgulung mengutip beberapa pendapat antara lain; pendapat al-Abrasy yang menyimpulkan lima tujuan pendidikan Islam, yaitu: 1) Untukmengadakanpembentukanakhlakyangmulia. Kaum Muslimin dari dahulu sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. 2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan
  • 134. Bab II: Metode Pendidikan Islam 125 kepada pendidikan agama saja, atau kepada keduniaan saja, tetapi kepada keduanya. 3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang tujuan vokasional dan profesional 4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan tahu dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. 5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal, supayadapat menguasi profesi tertentu (Langgulung, 1995: 60). Dan juga pendapat Nahlawi yang merumuskan empat tujuan pendidikan sebagai berikut: 1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat meriman kepada-Nya 2) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik lelaki atau perempuan. 3) Menumbuhkan potensi dan bakat asal pada anak- anak, Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak asing dari tabiat asal manusia, bahkan manusia diciptakan sesuai dengan fitrah itu. 4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi dan bakat manusia (Langgulung, 1995: 61). Setelah mengutip berbagai pendapat para ahli dan membagi tujuan pendidikan Islam kedalam tujuan khusus dan tujuan umum, Hasan Langgulung berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “membentuk pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, ruh di samping
  • 135. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 126 badan, kemauanyang bebasdanakal” (Langgulung, 1995: 67). Ahmad Tafsir berpendapat bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah “Muslim yang sempurna, atau manusia yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah kepada Allah Swt”.(Tafsir, 2000: 50). Manusia yang sempurna yang dimaksud oleh Tafsir adalah manusia yang jasmaninya sehat serta kuat, akalnya cerdas serta pandai dan hatinya takwa kepada Allah. Jika disimak, setiap rumusan tujuan pendidikan Islam di atas sangat bervariasi, hal ini menunjukan dinamika seiring dengan perkembangan masyarakat, akan tetapi bervariasinya rumusan tersebut tidak menghilangkan hakikat pendidikan Islam,akantetapisatudenganyanglainnyasalingmelengkapi, yakni, mengarahkan manusia untuk menjadi hamba-hamba yang taat dan takwa kepada Allah Swt, hal ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu: ِ‫ون‬ُ‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬‫ِإ‬� َ ‫س‬ ْ ‫ِإن‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ َّ‫ن‬ِْ‫لج‬‫ا‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Al-Dzariat; 56). Penyembahan terhadap Allah Swt merupakan puncak nilai ketakwaan seseorang, dari ketakwaan itulah memancar perilaku yang berlandaskan akhlakul karimah, tumbuh kesadaran (pengetahuan) akan diri sekaligus tujuan hidup di dunia, menjadikan alam semesta sebagai sarana untuk semakin mendekatkan dirinya dengan sang Khaliq, mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, nilai-nilai inilahyang sesungguhnyamenjadi sasarantujuanpendidikan Islam.
  • 136. Bab II: Metode Pendidikan Islam 127 Beberapa rumusan tujuan pendidikan di atas, baik yang dirumuskan oleh ahli pendidikan secara perorangan maupun rumusan-rumusan hasil seminar dan konferensi sejalan dengan tujuan pendidikan yang diemban oleh Rasulullah, bahkan sangat mungkin rumusan-rumusan tersebut lahir atas kajian terhadap tujuan pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah itu sendiri, mengingat sumber kajian pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Tujuan dari segenap pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw seperti tergambar dari isi materi yang disampaikannya, yakni mengajak agar hati nurani manusia dapat lebih tinggi, sehingga dapat berhubungan dengan Allah Swt yang telah menciptakan manusia, agar manusia hanya beribadat kepada Allah Swt dengan penuh ikhlas, dengan jiwa yang bersih. Rasulullah mengajak agar manusia mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan perbuatan yang baik, menjauhkan manusia dari menyembah berhala. Pengabdian kepada Allah Swt sehingga manusia menjadi mahluk yang sempurna dalam arti yang sebenarnya itulah tujuan akhir dari materi pendidikan Rasulullah Saw.
  • 137. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 128
  • 138. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 129 BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW A. Nabi Muhammad Saw sebagai Guru Dalam lintasan sejarah, guru senantiasa diceritakan sebagai orang yang memegang peranan penting. Dalam sejarah Mesir Kuno guru-guru itu adalah para filosof yang menjadi penasihat raja. Kata-kata guru menjadi pedoman dalam memimpin negara. Dalam zaman kegemilangan falsafah Yunani, Socrates, Plato dan Aristoteles adalah guru-guru yang memengaruhi perjalanan sejarah Yunani. Aristoteles adalah guru daripada Iskandar Zulkarnain yang menjadi Kaisar Yunani sampai meninggalnya di benua Asia dalam usahanya hanya untuk meluaskan kekuasaannya, oleh karenanya Aristoteles disebut oleh para filosof Arab sebagai guru pertama dan al-Farabi orang yang paling mengetahui filsafat Aristoteles digelari dengan guru yang kedua. (Langgulung, 1995: 228).
  • 139. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 130 Dalam konteks pendidikan Islam, guru dikenal dengan pendidik yang merupakan terjemahan dari berbagai kata yakni murabbi, mu’allim dan mua’did (Ramayulis, 2002: 84). Ketiga term itu, murabbi, mu’allim dan mua’did mempunyai makna yang berbeda, sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam konteks tertentu mempunyai kesamaan makna. Kata murabbi misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah kepada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani, pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orangtua membesarkan anaknya, mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta ahlak yang terpuji. Sedangkan untuk istilah mu’allim, pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seseorang yang tahu kepada seseorang yang tidak tahu. Adapun istilah muaddib lebih luas dari istilah mua’llim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam. Dalam sejarah Islam, guru dan ulama itu selalu bergandengan, seorang ulama itu juga seorang guru. Nabi sebagai penerima wahyu mengajarkan wahyu itu kepada para pengikutnya. Mula-mula di rumahnya sendiri dan di rumah al-Arqam bin Arqam, dan setelah hijrah ke Madinah mengajarkan wahyu-wahyu itu di masjid-masjid yang merupakan institusi sosial yang merangkum berbagai fungsi, tempat ibadah, pendidikan, mahkamah, tempat latihan tentara dan lain-lain fungsi masjid tersebut. (Langgulung, 1995: 228).
  • 140. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 131 Keberadaan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang guru sekaligus materi pendidikannya yang merupakan tugas kerasulan beliau sudah dirancang dan persiapkan oleh Allah Swt seperti Firman Allah dalam QS. al-Jumu’ah; 2: ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ‫ا‬‫اي‬َ‫ء‬ ْ ‫م‬ِْ‫يه‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬‫و‬ ُ ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ي‬ ْ ‫م‬ُ ْ‫ه‬ ‫ِن‬‫م‬ ً‫ا‬ ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ني‬ِّ‫ِي‬ّ‫م‬ ‫ُأ‬ ْ ‫ال‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬‫ي‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬َ‫و‬ُ‫ه‬ ٍ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫ض‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ ِ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ُ‫و‬ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫ن‬‫ِإ‬�َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ْ‫م‬ ‫ك‬ِْ‫ح‬‫ال‬َ‫و‬ َ ‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ِم‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ِ‫هي‬ِ ّ ‫ك‬َ ُ‫ز‬ ‫ي‬َ‫و‬ ٍ‫ني‬ِ‫ب‬ُ‫م‬ Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Senadadengan ayatdi atasadalah firman Allah Swtdalam QS. Ali Imran ayat 164: ‫و‬ ُ ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ي‬ ْ ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ ‫َأ‬ � ْ ِ‫ن‬ ‫م‬ ً‫ا‬ ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ْ ‫م‬ِ‫هي‬ِ‫ف‬ َ ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ْ ‫ذ‬‫ِإ‬� َ‫ني‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ َ‫لَى‬ ‫ع‬ ُ َّ‫للاه‬ َّ َ‫ن‬ ‫م‬ ْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ ِ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ُ‫و‬ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫ن‬‫ِإ‬�َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ْ‫م‬ ‫ك‬ِْ‫ح‬‫ال‬َ‫و‬ َ ‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ِم‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ِ‫هي‬ِ ّ ‫ك‬َ ُ‫ز‬ ‫ي‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َ‫ا‬‫اي‬َ‫ء‬ ْ ‫م‬ِْ‫يه‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ٍ‫ني‬ِ‫ب‬ُ‫م‬ ٍ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫ض‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ل‬ Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan
  • 141. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 132 Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SawdiutusolehAllahSwtkepadaumatnyauntukmenanamkan ilmu sekaligus mensucikan jiwa mereka. Mensucikan berarti membersihkan dari sifat-sifat buruk yang merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat Makkah pada masa itu, seperti syirik, dengki, takabur serta perilaku buruk lainnya seperti, mabuk-mabukan, merampas hak orang lain dan lain-lain. Nabi Muhammad Saw membongkar pola pikir masyarakat penyembah berhala hingga mereka menyadari akan kewajiban-kewajibannya menyembah Allah Swt sebagai pencipta, pengatur, pemelihara umat manusia. Pensucian jiwa dan penyadaran sikap bertauhid dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dengan pengajaran dan pendidikan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang pendidik (guru), beliau nyakatan sendiri dengan sabdanya: ‫ا‬ًِ‫ر‬ّ ‫س‬َ‫ي‬ُ‫م‬‫ا‬ً‫ِم‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ِ‫ى‬ ‫ن‬َ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬‫هللا‬ َّ‫ن‬‫ِإ‬� Sesungguhnya Allah yang mengutusku sebagai seorang mualim dan pemberi kemudahan. Rasulullah Saw telah bersunguh-sungguh dalam mendidik para sahabat dan generasi Muslim, hingga mereka memiliki kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa dan karakter yang bersih.
  • 142. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 133 Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku itu meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup, seperti berfikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa). (Syah, 2001; 222). Sebagai seorang guru, Nabi Muhammad Saw tidak hanya berorientasi kepada kecakapan-kecakapan ranah cipta, tetapi juga mencakup dimensi ranah rasa dan karsa. Bahkan lebih dari itu Nabi Muhammad Saw sudah menunjukkan kesempurnaan sebagai seorang pendidik sekaligus pengajar, karena beliau dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah mencakup semua aspek yang ditetapkan oleh para ahli pendidikan bahwa pendidikan harus bersifat kognitif (Rasulullah Saw menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain), bersifat psikomotorik (Rasulullah Saw melatih keterampilan jasmani kepada para sahabatnya), bersifat afektif (Rasulullah Saw selalu menanamkan nilai dan keyakinan kepada sahabatnya). Nabi Muhammad Saw adalah sosok guru yang telah memenuhi semua sifat dan syarat yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan. an-Nahlawi misalnya, menetapkan sepuluh sifat dan syarat bagi seorang guru yaitu: Pertama, harus memiliki sifat rabbani, artinya seorang guru harus mengaitkan dirinya kepada Tuhan melalui ketaatan pada syariatnya.Kedua,harusmenyempurnakansifatrabbaniahnya dengan keikhlasan, artinya aktivitas pendidikan tidak hanya utntuk sekedar menambah wawasan melainkan lebih dari itu harus ditujukan untuk meraih keridaan Allah Swt serta mewujudkan kebenaran. Ketiga, harus mengajarkan ilmunya
  • 143. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 134 dengan sabar. Keempat, harus memiliki kejujuran, artinya yang diajarkan harus sesuai dengan yang dilakukan. Kelima, harus berpengetahuan luas dibidangnya. Keenam, harus cerdik dan trampil dalam menciptakan metode pengajaran yang sesuai dengan materi. Ketujuh, harus mampu bersikap tegas dan meletakan sesuatu sesuai dengan proporsinya. Kedelapan, harus memahami anak didik baik karakter maupun kemampuannya. Kesembilan, harus peka terhadap fenomena kehidupan. Kesepuluh, harus bersikap adil terhadap seluruh anak didik. (an-Nahlawi, 1983: 170-175). Guru yang baik menurut Ibnu Sina adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan bermain-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih, suci murni, menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri. Selain itu guru juga harus mengutamakan kepentingan ummat daripada kepentingan dirinya sendiri. (Nata, 2001 :77-78). Al-Qarashi, menetapkan sedikitnya 25 sifatdan tanggung jawab seorang guru, antara lain; bahwa seorang guru harus mempersembahkan aktivitas kedisiplinan mereka hanya kepada Allah Swt, amal mereka harus ditujukan untuk perbaikan generasi muda kaum Muslimin, harus memiliki keimanan yang luar biasa kepada Allah Swt, harus menghindari pekerjaan yang hina, harus membersihkan tubuh mereka serta melaksanakan kegiatan membersihkan diri mereka lainnya, harus sederhana dalam pakaian, sederhana dalam makanan, sederhana tempat tinggal, harus
  • 144. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 135 mampu mengampuni dan memaafkan kesalahan muridnya, harus menyadari tingkat pemahaman murid-muridnya, harus mampu menyediakan waktu untuk muridnya. (an- Nahlawi, 2003: 138-142). Seorang guru yang baik (ideal) menurut al-Ghazali adalah guru yang memiliki sifat-sifat umum yaitu cerdas dan sempurna akalnya, baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan ahklaknya yang baik iadapat menjadi contohdan teladan bagi para muridnya, serta dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tuga mengajar atau mendidik dan dapat mengarahkan murid- muridnya dengan baik. Sedangkan sifat-sifat khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah, pertama, memiliki rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dalam melaksanakan praktek mengajar, sehingga akan menimbulkan rasa tentram dan rasa percaya diri pada diri murid terhadap gurunya. Kedua, Mengajar hendaknya didasarkan atas kewajiban bagi setiap orang yang berilmu, sehingga ketika mengajar yang menjadi tujuan utamanya adalah ibadah kepada Allah Swt. Ketiga, dapat berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Keempat, dalam mengajar hendaknya seorang guru menggunakan cara-cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, yang dapat menimbulkan prustrasi bagi murid- muridnya. Kelima, seorang guru yang baik harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid- muridnya, harus bersikap toleran dan menghargai keahlian orang lain. Keenam, memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan
  • 145. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 136 memperlakukan sesuai dengan tingkat perbedaan tersebut. Ketujuh, guru dapat mehami bakat, tabi’at dan kejiwaan murid sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang dapat berpegang terhadap apayang diucapkannya, serta berupaya untuk dapat merealisasikan ucapannya dalam prilaku kesehariannya. (Nata, 2001: 95-98). Al-Mawardi, memandang seorang guru yang baik adalah guru yang tawadhu (rendah hati), menjauhi sikap ujub (besar kepala) dan memiliki rasa ikhlas. Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya seorang guru harus dilandasi dengan kecintaan terhadap tugasnyasebagai guru, kecintaan ini akan benar-benar tumbuh dan berkembang apabila keagungan, keindahan dan kemuliaan tugas guru itu sendiri benar-benar dapat dihayati. Selanjutnya al-Mawardi melarang seseorang mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonomi. Dalam pandangannya bahwa mengajar dan mendidik merupakan aktivitas keilmuan, sementara ilmu itu sendiri mempunyai nilai dan kedudukan yang tinggi, yang tidak dapat disejajarakan dengan materi. Tugas mendidik dan mengajar dalam pandangan al-Mawardi adalah tugas luhur dan mulia, itulah sebabnya dalam mendidik dan mengajar seseorang harus semata-mata mengharap keridhaan Allah Swt. Apabila dalam yang dituju dari tugas mengajarnya itu adalah materi, maka ia akan mengalami kegoncangan ketika ia merasa bahwa kerja yang dipikulnya tidak seimbang dengan hasil yang diterimanya. (Nata, 2001: 50-52). Tanggung jawab, sifat dan syarat seorang guru yang ditetapkan oleh beberapa ahli pendidikan (khususnya pendidikan Islam), semuanya sudah ada dalam diri Nabi Muhammad Saw bahkan lebih sempurna dari apa yang
  • 146. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 137 ditetapkan oleh para ahli tersebut. Seperti halnya dalam materi dan tujuan pendidikan Islam, sangat mungkin poin-poin yang ditetapkan oleh para ahli pendidikan yang berhubungan dengan tanggung jawab, sifat dan syarat seorang gurupun merupakan hasil kajian terhadap sosok Nabi Muhammad Saw sebagai seorang guru yang telah dipersiapkan oleh Allah Swt. Dalammenyampaikanmisiyangdiembankankepadanya, Nabi Muhammad Saw benar-benar telah tampil sebagai sosok guru yang sempurna, guru yang pantas menjadi teladan para guru, tidak ada perkataan beliau yang tidak sesuai dengan perbuatannya, Nabi Muhammad Saw selalu memulai dari diri sendiri, perilaku yang dia tampilkan mengandung materi ajar dengan sendirinya. Kesederhanaan, kejujuran, kecerdikan, kesabaran, keadilan dan kepekaan Nabi Muhammad Saw terhadap para sahabat adalah sifat-sfat beliau yang dengan sendirinya menjadi materi pembelajaran yang perlu diteladani. Kajian yang berakhir pada kesimpulan akan keberhasilan pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw tidak saja dilakukan oleh umat Islam, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang yang beragama selain Islam, salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh James E. Royster dari Island State University yang telah melakukan riset intensif tentang peran Muhammad Saw sebagai seorang guru teladan dan manusia ideal. Roystermembahaskesan-kesankaumMusliminterhadap nabi mereka. Bagi Royster, Nabi Muhammad Saw telah mengajarkan kebenaran dengan ucapan dan mengamalkan kebenaran itu dalam kehidupannya, salah satu kesimpulan Royster yang dikutip oleh Abdurrahman Mas’ud dari hasil
  • 147. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 138 penelitiannya berjudul “Muhammad as. A Teacher and Exampler” ialah: Muhammad a teacher, exampler and ideal man fulfills in Islam a role that can hardly be overestimated. From him hundreds of milions of Moslem derive both meaning for personal existence and means for character development and spiritual achivement. In terms of continuing influence on the list of those who have shaped the world. Surely it would be markedly diferenct had he not been. (Mas’ud, 2002: 66). Salahsatu kesimpulan Roysterdi atas menunjukan bahwa Nabi Muhammad Sawtidak hanyamenjadiguru bagigenerasi masanya saja, tetapi juga bagi seluruh kaum Muslimin pada masa sekarang, dengan kata lain sang guru itu adalah Nabi Muhammad Saw dan murid-muridnya adalah seluruh kaum Muslimin di dunia Islam. Ketika itu Nabi Muhammad Saw merupakan seorang guru yang aktual bagi para sahabatnya, bagi kaum Muslimin berikutnya Nabi Muhammad Saw menjadi seorang imaginary educator. (Mas’ud, 2002: 66). Sebagai utusan Allah Swt segenap aktivitas yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw tentu saja selalu berada dalam pengawasan sekaligus bimbingan Allah Swt, akan tetapi bukan berarti hal ini menunjukan bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai orang yang pasif, karena Allah Swt hanya menunjukan hal-hal yang bersifat umum dan global, sedangkan pemaknaan dari perintah dan petunjuk Allah Swt. tersebut membutuhkan kreativitas dan kecerdasan tertentu. Nabi Muhammad Saw tidak saja kreatif dan cerdas, akan tetapi sebagai utusan Allah Swt ia sangat sempurna membingkai kekreatifan dan kecerdasannya itu dengan sifat kejujuran, keteladanan, kehangatan, keramahan, kebijaksanaan, keadilan dan sifat-sifat baik lainnya serta
  • 148. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 139 ditopang oleh ghirah perjuangan yang tak kunjung padam, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengatakan dan tidak mengakui keagungan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok guru yang ideal. B. Inspirasi Pendidikan Karakter Pada Pribadi Nabi Muhammad Saw Nabi Muhammad Saw diutus kedunia ini tidak lain tidak bukan untuk meluruskan akhlak manusia. Tidak pandang dia arab maupun non arab, tidak pandang dia kaya atau miskin, tidak pandang dia orang barat ataupun orang timur. Karena memang sebagai nabi penutup nabi memiliki teritorial dakwah yang jauh lebih luas dari nabi dan rasul pendahulunya, yang wilayah dakwahnya hanya dibatasi pada kaumnya masing-masing. Oleh karenanya Nabi Muhammad Saw memiliki keluhuran akhlak yang mampu menjadi contoh atau role model bagi seluruh manusia yang memiliki latar belakang budaya, bahasa bahkan kearifan yang berbeda-beda. Keluhuran akhlak nabi Muhammad Saw tercermin dari banyaknya gelar atau julukan yang merupakan manifestasi dari karakter luhur Nabi Muhammad Saw. Sebagai seorang nabi sudah pasti Nabi Muhammad Saw mengalami tempaan pendidikan langsung dari Allah Swt. Namun sebagai manusia biasa kiranya tentu Nabi Muhammad Saw mengalami proses pengembangan dan perkembangan diri melalui sebuah proses dan contoh dari manusia sebagai bagian dari rekayasa tempaan pendidikan yang dianugerahkan Allah Swt. Konsep ini tentu bukan berarti akhlak Nabi Muhammad yang luhur diturunkan atau mencontoh manusia biasa. Keluhuran nabi sudah barang
  • 149. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 140 tentu terpatri dalam DNA nabi itu sendiri. Namun potensi DNA membutuhkan stimulus untuk membukanya. Butuh manusia pilihan yang sikap dan karakter dalam hidupnya bisa menjadi kunci pembuka potensi keluhuran akhlak pada Nabi Muhammad Saw. Pertanyaannya tentu manusia mana yang dijadikan Allah Swt sebagai kunci pembuka keluhuran akhlak nabi atau inspirator pendidikan karakter Nabi Muhammad Saw, sehingga Nabi Muhammad Saw memiliki akhlak yang luhur (karakter). Berikut ini beberapa inspirator pendidikan karakter bagi Nabi Muhammad Saw, sebagai catatan bahwa beberapa hal yang dipaparkan di bawah ini bukanlah sebuah autobiografi yang melenceng dari topik utama tulisan ini. 1. Karakter sabar dan tegar dari sang Ibunda Siti Aminah Sebagai manusia Nabi Muhammad Saw tentu memiliki perasaan yang sama sebagaimana manusia lainnya, manakala menghadapi suatu peristiwa yang merebut kebahagiaannya. Dia akan merasa sedih jika kebahagiaannya hilang atau sebaliknya juga akan bahagia jika manakala kepedihannya tiada. Kesabaran nabi adalah kesabaran yang tiada tara, dicaci maki, dilecehkan hingga disakiti fisiknya namun ia tetap sabar. Meski demikian tentulah ada seseorang yang menjadi inspirasi Nabi Muhammad Saw atas sikap sabarnya yang luhur. Siti Aminah ibunda tercintanya adalah seseorang yang tepat untuk melihat dari mana karakter sabar dan tegar Nabi Muhammad Saw. Ketegaran dan kesabarannya dalam mengarungi kehidupan terekam jelas dalam benar Nabi Muhammad Saw.
  • 150. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 141 a. Silsilah Keluarga Siti Aminah Rasulullah Saw bersabda: Dulu aku berwujud nur di hadapan Allah azza wa jalla, 2000 tahun sebelum diciptakannya Adam. Nur itu selalu bertasbih kepada Allah. Dan para malaikat turut bertasbih dengan tasbihnya. Ketika Allah menciptakan Adam, nur itu dititipkan-Nya pada tanah liat asal kejadian Adam. Allah azza wa jalla lalu menurunkan aku ke bumi dalam punggung Adam. Allah membawaku dalam kapal pada tulang sulbi Nuh, dan menjadikanku pada tulang sulbi al- Khalil, Ibrahim, kala dia dilemparkan ke dalam api. Allah azza wa jalla tidak henti-hentinya memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang suci kepada rahim-rahim yang suci dan megah, hingga Allah mengeluarkan aku melalui kedua orangtuaku. Keduanya tidak pernah berbuat lacur sama sekali”. Riwayat Al-Hafidz Abdurrahman bin Daida’ asy- Syaibani, penyusun Jamiul Ushul. Sudah menjadi ketetapan Allah Swt, bahwasanya Nabi Muhammad Saw berasal dari keturunan silsilah yang terjaga dengan baik, terhormat, tidak ternoda oleh perbuatan rendah dan nista. Mulai dari silsilah yang teratas hingga yang terbawah, beliau berasal dari keturunan yang terbaik. Hadits diatas sebuah penegasan dari Rasulullah bahwa dirinya adalah keturunan dari keluarga pilihan. Pada pertengahan abad ke enam Masehi, sejarah mencatat kemunculan sebuah keluarga yang bernama Bani Zuhrah dari kabilah Quraisy, satu-satunya kabilah yang memikul tanggung jawab mulia atas pengelolaan Ka’bah. Dari keluarga Bani Zuhrah inilah muncul seorang wanita mulia yang dijuluki Melati Zuhrah bernama
  • 151. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 142 Siti Aminah binti Wahab, ibunda Nabi Muhammad Saw. Suatu kehormatan yang dianugerahkan Allah Swt kepada seorang hamba-Nya, yang memahkotai Bani Zuhrah dan kabilah Quraisy, dimana dalam rahimnya akan disemayamkan janin suci calon manusia terbesar sepanjang sejarah ummat manusia. b. Abdullah Pria Pilihan Seorang ahli sejarah Islam bernama Ibnu Ishaq mengatakan bahwa pada masa mudanya Siti Aminah binti Wahab adalah gadis Quraisy yang paling utama, baik karena asal keturunannya maupun dilihat dari kedudukannya. Sebelum memasuki ‘masa pingitan’ gadis remaja, Aminah mempunyai beberapa teman bermain, antara lain putera pamannya sendiri bernama Abdullah bin Abdul Mutthalib, mereka sering bermain kejar- kejaran disekitar halaman Ka’bah. Ketika tumbuh sebagai seorang pemuda tampan Abdullah tidak termasuk anak muda Makkah yang mengharapkan dapat memperisteri Aminah. Hal ini mengherankan wanita itu karena sudah ada beberapa keluarga yang berusaha mendekati orang tuanya tapi tidak terdapat utusan yang diharapkannya, utusan Abdul Mutthalib, orang tua pemuda yang selalu mengingatkannya pada masa kanak-kanaknya sewaktu bermain di dekat Ka’bah. Sebenarnya Abdullah yang dinilai orang paling layak dan sepadan untuk menjadi pasangan Aminah karena kedudukan orang tuanya dan penampilan fisik serta kekuatan kepribadiannya. Beberapa keluarga dari kabilah di Makkah yang mempunyai anak muda diam-diam bersaing untuk
  • 152. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 143 memperoleh simpati dari Bani Zuhrah agar bisa lebih dekat pada mereka, tapi tidak satupun dari mereka yang mampu menyentuh hati Siti Aminah melati Bani Zuhrah. Kadang-kadang terlintas hasrat hatinya untuk bertemu dengan teman sepermainannya dulu, tapi kesadarannya sebagai seorang gadis yang sedang dalam pingitan dia harusmenjagakehormatandiridanmartabatkeluarganya, tidak mungkin baginya untuk mengundang bertandang ke rumahnya siapa yang dikehendakinya apalagi keluar rumah menampakkan diri di hadapan orang banyak. Sebagai gadis cerdas dan terhormat, Aminah menyadari aturan etika yang diterapkan sejak jaman nenek-moyangnya dahulu, yang dimaksudkan untuk menjaga keselamatan dan kehormatan wanita Quraisy, bukannya dimaksudkan untuk mengekang kebebasan memilih pasangan atau bergaul. Abdullah adalah putera bungsu Abdul Mutthalib dari sepuluh anaknya yang kesemuanya laki-laki, yang kelak dikemudian hari menjadi ayah dari seorang utusan Allah, Nabi terbesar dan terakhir hingga akhir zaman, Muhammad Rasulullah Saw. Abdul Mutthalib bin Hasyim sebagai penguasa Makkah dan pengelola sumur Zamzam, dikenal orang karena kewibawaandan kebijaksanaannya. Diadihormati dan dipatuhi tidak hanya karena secara formal diakui sebagai ketua kota, tapi disegani dan dicintai karena sikapnya yang konsekuen dan dapat dipercaya. Tidak diduga bahwa sikap positifnya tersebut beberapa puluh tahun kemudian mengakibatkan putera bungsu yang disayanginya, Abdullah, nyaris menjadi korban nadzar yang pernah diucapkannya dihadapan
  • 153. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 144 orang banyak. Adalah suatu kebanggaan bangsa Arab, khususnya keluarga Quraisy, pada waktu itu bila seorang ayah mempunyai banyak anak laki-laki sebagai lambang pewaris keperkasaan dan kemuliaan. Mereka malu dan merasa kurang berarti bila isterinya melahirkan anak perempuan, sehingga ada tradisi sesat mengubur bayi perempuan yang baru dilahirkan. Abdul Mutthalib pada waktu itu bernadzar kepada Allah, bila dia dikaruniai sepuluh anak laki-laki maka salahseorangdaripadanyaakandikorbankan. Sebenarnya penduduk Makkah sudah melupakan nadzarnya yang sudah berumur puluhan tahun itu, namun sebagai orang yang selalu menepati janji, Abdul Mutthalib tidak akan mengingkari janji besar berupa nadzar yang dengan penuh kesadaran pernah diucapkannya. Pada masa itu masyarakat Arab mempunyai keyakinan bahwa setiap nadzar harus dipenuhi bila yang dinadzarkan sudah tercapai meskipun seandainya hal itu berakibat buruk pada dirinya atau keluarganya. Mereka berpandangan tidak memenuhi nadzar yang telah diikrarkan berarti mengingkari janji kepada Allah selain akan berakibat menurunnya martabatyang bersangkutan dihadapan masyarakat. Terlebih bila yang mengucapkan nadzar seorang pemimpin masyarakat seperti Abdul Mutthalib yang berarti mempertaruhkan kehormatan dan kemuliaan sebagai penguasa Makkah dan pengelola Ka’bah. Ketika saat yang ditentukan Abdul Mutthalib tiba, dia membawa kesepuluh anaknya ke Ka’bah, dimana salah seorang diantaranya akan dikorbankan, mereka itu adalahAl Harits, Zubair, AbuThalib, Abu Lahab, Ghaidaq, Dhirar, Abbas, Abdul Ka’bah, Qatsam dan Abdullah.
  • 154. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 145 Berbondong-bondong penduduk Makkah datang ke Ka’bah ingin menyaksikan prosesi pengorbanan anak Abdul Mutthalib. Sebagian besar dari mereka sebenarnya tidak menyetujui pelaksanaan nadzar tersebut, tapi keseganan pada pemuka Makkah ini membuat mereka tidak berani mengajukan alternatif solusi pemenuhan janji besarnya tersebut. Para wanita Makkah dengan gelisah menanti di rumah menunggu berita dari suami atau anak lelakinya kesudahan drama pengorbanan keluarga terpandang yang mereka hormati dan cintai. Demikian halnya Siti Aminah, hatinya terus berdebar-debar membayangkan kejadian yang sangat mengerikan dimana Abdullah, pemuda yang diam-diam dicintainya terkapar di atas tanah tempat mereka dahulu bermain kejar-kejaran dengan darah membasahi sekujur tubuhnya. Ingin rasanya melupakan dan menghilangkan bayang-bayang kejadian yang menakutkan itu, sejenak hilang tapi kemudian muncul lagi, berulang kembali mengganggu hati dan pikirannya. Sambil menunggu berita dia berjalan mondar-mandir, sebentar duduk, dicoba berbaring sambil memejamkan mata tapi semakin jelas khayalan terbayang dipelupuk matanya. Perlahan terucap dari bibirnya: “Ya Allah, selamatkan dia, selamatkan dia, dia hambaMu, dia milikMu, bukan milik Abdul Mutthalib!” Sementara di dekat Ka’bah Abdul Mutthalib membawa kesepuluh anaknya melewati kerumunan orang banyak ke dekat berhala Isaf dan Nayilah. Semua yang menyaksikan terdiam, puluhan pasang mata menatap cemas pada sepuluh remaja yang mengikuti langkah ayahnya, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. PenjagaKa’bahyang telahsiapmelaksanakan
  • 155. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 146 undian menantikan perintah dari Abdul Mutthalib yang sedang menundukkan kepala bertafakur tidak bergerak, wajahnya nampak tertekan mencoba mengatasi konflik bathin yang sangat hebat, yang belum pernah dialami sepanjang hayatnya, bahkan di seluruh kawasan Makkah tidak seorangpun yang berani melontarkan nadzar senekad itu sebelumnya. Angin gurun mulai meniup membawa udara panas, menerbangkan pasir dan butir- butir kerikil melewati mereka yang berada di dekat Ka’bah. Keringat Abdul Mutthalib nampak membasahi baju di bagian punggung dan keningnya, ketegangan semakin kuat bersama degup jantung yang semakin cepat dan tidak teratur, tapi pilihan harus segera diambil antara kehormatan memenuhi janji nadzar dengan bayangan anaknya menghadapi sakaratul maut dengan berlumuran darah dipangkuannya. Ditengah-tengah suasana yang semakin mencekam tiba-tiba Abdul Mutthalib berteriak: “Laksanakan undian!” Juru kunci Ka’bah segera melaksanakan perintahnya, dengan gemetar dia mengocok undian yang menentukan nasib mati hidup seseorang, siapakah yang nyawanya bakal melayang di tangan ayahnya sendiri. Bagaimanapun juga juru kunci harus melaksanakan tugasnya, dalam hatinya dia berbisik: “Seandainya saya dahulu tidak menerima amanat sebagai juru kunci Ka’bah!” Dengan suara yang dipaksakan keluar dari tenggorokkan dia menyebutkan nama: “Ab . . . . dullah!” Bergetar hati semua orang yang hadir, ada yang tidak percaya apa yang baru didengarnya, tergetar perasaannya lemah lunglai sekujur tubuhnya. Mendengar nama anak bungsu kesayangannya disebut Abdul Mutthalib
  • 156. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 147 merasakan seolah-olah tanah yang dipijaknya bergerak- gerak terkena gempa, terlihat olehnya bangunan Ka’bah, wajahanak-anaknyadanorang-orangdidekatnyanampak berputar-putar tanpa arah. Dia mencoba berusaha keras mengatasi goncangan bathinnya, ingin menunjukkan bahwa dirinya tetap Abdul Mutthalib yang perkasa, dihormati sebagai pemimpin yang tangguh, konsekuen dalam menepati janjinya. Kini munculdipermukaansifategosentrisnya,apakah ada hal yang lebih memalukan dari pada kehilangan martabat, kedudukan dan kemuliaan, bukankah kasih sayang pada anak bagian hati wanita. Serta merta ia menghampiri Abdullah, diseretnya anak tersebut ke dekat telapak kaki berhala Isaf dan Nayilah, sementara tangan kanannya yang kokoh memegang golok tajam yang mengkilat. Abdul Mutthalib benar-benar hendak melaksanakan nadzar buruk yang disertai kekejian tersebut, tapi Allah Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Tiba-tiba sekelompok orang yang tadinya terpaku diam maju ke depan mendekati Abdul Mutthalib, dengan nada memprotesmerekaberkata:“HaiAbdulMutthalib,apakah sesungguhnya yang hendak kau lakukan!” Dia menjawab lantang: “Aku hendak memenuhi nadzarku!” Kelompok orang-orang nampak semakin bangkit keberaniannya, mereka menyahut dengan suara keras: “Tidak, kau tidak boleh menyembelih anakmu sendiri hanya karena nadzar. Kalau hal itu kau lakukan, perbuatan seperti itu akan ditiru oleh orang-orang Makkah, bagaimana kalau hal itu berlangsung terus”. Seorang diantara mereka yang bernama Al Mughirah melangkah ke depan langsung memegang tangan Abdul
  • 157. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 148 Mutthalib yang mencengkeram golok sambil berteriak: “Demi Allah, jangan teruskan niatmu ini. Kalau nadzar ini harus ditebus dengan harta dan perhiasan, kami bersedia mengumpulkan tebusan itu”. Beberapa pemuka Quraisy lainnya menyampaikan alternatif penyelesaian: “Berangkatlah bersama anakmu itu ke Khaibar, disana ada orang pintar yang terkenal, bertanyalah padanya, apakah nadzarmu itu harus dipenuhi atau dapat diganti dengan tebusan”. Saran tersebut ternyata mempengaruhi logika dan hati nuraninya yang akhirnya menyadarkan dirinya atas kebodohan nadzar yang pernah diucapkannya tiga puluh tahun yang lalu. Pada dasarnya Abdul Mutthalib adalah tipe pemimpin yang suka bermusyawarah, bukan orang yang berkepribadianotoritermempertahankanpendirian dan keputusan tanpa bersedia mendengarkan pendapat masyarakat yang dipimpinnya. Maka berangkatlah dia ke Khaibar untuk menemui orang pintar tersebut. Ternyata orang tersebut memutuskan agar nyawa Abdullah diganti dengan seratus ekor unta sebagai tebusan nadzarnya. Keputusan ini sangat melegakan hatinya, inilah harapan sesungguhnya dari nurani seorang ayah yang mencintai anak-anaknya, seorang pemimpin yang tidak mau kehilangan martabat dan wibawanya dimata penduduk Makkah yang menghormati dan mencintainya. c. Pernikahan Dan Perpisahan Pengantin Baru Berita terlepasnya Abdullah dari cengkeraman maut nadzar ayahnya segera tersiar keseluruh Makkah dibawa oleh mereka yang menyaksikan peristiwa menegangkan di dekat Ka’bah. Mereka terus berusaha memperoleh
  • 158. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 149 informasi berikutnya yang datang dari Khaibar yang menceritakan ditebusnya nyawa Abdullah dengan seratus ekor unta. Berita gembira ini disambut Aminah dengan rasa syukur yang tiada terkira, dimana pemuda tampan yang diam-diam dikaguminya telah selamat dari pembantaian ayah kandungnya sendiri. Ibu Aminah yang bernama Barrah binti Abdul Uzza menjelaskan kejadian yang dialami Abdullah sejak Abdul Mutthalib membawa kesepuluh anaknya ke Ka’bah hingga saat-saat menegangkan sewaktu hasil undian diumumkan sampai kata putus akhir dari orang pintar yang tinggal di Khaibar. Ibunya terus memperhatikan perubahan raut wajah anak gadisnya yang kelihatan sangat berminat mendengar cerita tentang keselamatan Abdullah, tapi kepekaan hati Aminah menangkap apa yang diraba ibunya sehingga dengan bijaksana dia berusaha menyembunyikan perasaannya. Suasana yang sejenak hening karena keduanya terdiam tiba-tiba berubah karena kedatangan Wahab bin Abdu Manaf, ayah Aminah membawa berita yang mendebarkan hati puterinya. “Pemimpin Bani Hasyim (Abdul Mutthalib) datang melamarmu untuk dinikahkan dengan puteranya yang bernama Abdullah”. Mereka berdua terdiam, tapi nampak perubahan pada wajah Aminah meskipun berusaha untuk tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Segera para wanita Bani Zuhrah berdatangan untuk menyampaikan ucapan selamat pada Aminah dan ibunya, mereka bercakap-cakap penuh kegembiraan, salah seorang diantaranya menceriterakan bahwasanya ada seorang wanita bernama Ruqayyah binti Naufal
  • 159. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 150 pernah menawarkan seratus ekor unta sebagai pengganti unta tebusan nadzar kepada Abdullah bila dia bersedia menerima wanita itu sebagai isterinya. Abdullah menjawab: “Aku selalu bersama ayahku, aku tidak mau menentang kemauannya dan tidak pula bermaksud meninggalkannya”. Seorang ahli sejarah bernama Doktor Muhammad Husain Haikal berpendapat: “Baginya cukup dikatakan bahwa Abdullah adalah pemuda tampan yang berkepribadian, karena itu tidak mengherankan kalau banyak wanita selain Siti Aminah yang ingin dipersunting sebagai isteri Abdullah. Tetapi setelah ia menikah dengan Aminah putuslah harapan mereka”. Sesuai tradisi pernikahan masyarakat Quraisy, Abdullahtinggaltigaharitigamalamdirumahmertuanya, dan pada hari keempat dan seterusnya Aminah harus mengikuti Abdullah untuk tinggal di rumah Abdul Mutthalib, beradaditengah-tengahkeluargaBani Hasyim. Suatu pagi ketika baru bangun dari tidur Aminah menceritakan mimpi yang dialaminya kepada suaminya. Ia menceriterakan melihat sinar yang terang benderang memancar dari dirinya sehingga nampak istana Bushara di negeri Syam. Tiada berapa lama terdengarlah suara menggema yang ditujukan kepadanya: “Engkau telah hamil dan akan melahirkan orang termulia dari ummat ini”. Sudah menjadi kebiasaan laki-laki Quraisy meninggalkan keluarganya untuk bergabung dengan kafilah dagang selama berbulan-bulan. Demikian halnya dengan Abdullah yang baru beberapa bulan
  • 160. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 151 melangsungkan pernikahannya dengan Aminah, dia harus berpisah dengan isterinya yang mulai terasa kehamilannya. Pada suatu malam antara jaga dan tidur sambil membayangkan perjalanan suaminya, terdengar suara seseorang yang bertanya: “Apakah engkau merasa telah hamil?” Dia menjawab:”Aku tidak tahu”. Suara itu muncul kembali: “Tidak tahukah kamu bahwa bayi yang berada dalam kandunganmu itu adalah orang termulia dan dia seorang Nabi!” Perjalanan kafilah dagang Abdullah kini sudah memasuki bulan kedua berarti sebentar lagi mereka akan tiba di Makkah. Benar, suatu pagi terlihat iring-iringan unta dari kejauhan mendekat kota, mereka tidak lain adalah kafilah Quraisy yang datang dari negeri Syams. Bagi Aminah jalannya kafilah terasa amat lambat, hatinya gelisah ingin segera melihat wajah suaminya, makin lama rombongan semakin mendekat, terdengar suara hiruk pikuk menyambut kedatangannya. Dicarinya Abdullah diantara kerumunan orang yang berjalan kian kemari, tapi tidak diketemukannya, mungkinkah dia mampir ke Ka’bah terlebih dahulu untuk thawaf menyatakan rasa syukur atas keberhasilannya? Keramaian semakin berkurang, suasana di sekitar tempat tinggal Bani Hasyim semakin sepi, perlahan terdengar langkah orang yang mendekatinya. Mereka adalah ayah Aminah dan mertuanya Abdul Mutthalib yang memberitahukan bahwa Abdullah belum bisa pulang karena menderita sakit yang kini sedang dirawat oleh kerabat ibunya Bani Makhzum di dekat Yatsrib.
  • 161. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 152 Untuk mengetahui perkembangan kesehatan Abdullah, Abdul Mutthalib menyuruh anak sulungnya bernama Al Harits ke Yatsrib. Selang beberapa hari dia sudahpulangkembalikeMakkahsendiriandanmembawa kabar yang mengejutkan bahwa Abdullah sudah wafat, jenasahnya dimakamkan disana. d. Ketegaran Siti Aminah Berhari-hari Aminah menanggung kepedihan, sementara badannya semakin lemah karena kehilangan gairah hidup, sulit tidur dan tidak ada nafsu makan atau minum. Tapi lambat laun muncul kesadarannya bahwa bayi dalam kandungannya memerlukan asupan makanan dari ibunya, maka dikuatkannya dirinya untuk berjuang hidup demi janin dalam rahimnya. Semangatnya mulai pulih kembali tatkala dia ingat mimpinya bahwa dia sedang mengandung seseorang yang mulia, bahkan seorang Nabi! Kemauannya bangkit untuk menunjukkan bahwa dirinya bukanlah wanita egois, akan diperlihatkan pada orang-orang Bani Hasyim bahwa dia adalah keturunan Bani Zuhrah yang mampu mengatasi kesedihan dan kemalangan dengan ketabahan demi kehormatan keluarga dan dirinya sendiri. Belum selesai dia berusaha mengembalikan kepercayaan dirinya datang cobaan berikutnya, dimana seluruh penduduk kota harus mengungsi ke bukit-bukit batu di sekitar Makkah karena akan ada serangan dari pasukan gajah dibawah pimpinan raja Abrahah. Bagi orang laki-laki menaiki dan menuruni bukit batu terjal
  • 162. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 153 yang berada di pinggiran kota Makkah bukanlah masalah besar, tapi bagaimana dengan dirinya yang masih dalam keadaan lemah harus melakukan hal itu bersama bayi dalam kandungannya yang semakin membesar. Aminah tidak memahami apa maksud Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah selain yang didengarnya bahwa panglima Abrahah telah mempermalukan dirinya dengan merampas200ekoruntamilikmertuanyaAbdulMutthalib yang melarang kabilah Quraisy untuk mengadakan perlawanan karena kekuatan yang tidak seimbang. Tanpa diketahuinya ternyata dia bersama pembantunya Barakah Ummu Aiman telah ditinggal semua penghuni rumah pergi mengungsi kebukit. Untunglah menjelang matahari terbenam datanglah seseorang yang memberitahukan bahwaAbrahahdan pasukan Habasyah telahdihancurkan Allah sebelum mereka menghancurkan Ka’bah. Selang beberapa puluh hari penduduk Makkah mendengar kabar gembira bahwa Aminah binti Wahab telah melahirkan seorang putera saat menjelang fajar yang menurut perhitungan jatuh pada hari Senin tanggal 12 bulan Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Pada pagi harinya dia menyuruh pembantunya memberitahu Abdul Mutthalib bahwa cucu yang dinantikannya telah lahir dengan selamat. Abdul Muthallib kemudian memberi nama cucunya itu dengan nama Muhammad (orang yang terpuji). Kehadiran Muhammad kecil adalah sumber kebahagiaannya kala itu setelah suami tercintanya tiada. Namunkebiasaandikalanganpemukapadasaatituapabila mempunyai bayi, maka bayi yang baru lahir itu dititipkan
  • 163. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 154 kepada kaum ibu pedesaan. Dengan tujuan agar dapat menghirup udara segar dan bersih serta untuk menjaga kondisi tubuh ibunya agar tetap sehat Siti Aminah harus rela berpisah sementara dengan putra kesayangannya tersebut untuk dititipkan sementara kepada ibu Susunya yang bernama Halimah Sa’diyah dari Kabilah Banu Sa’ad. Ibu mana yang tidak teriris hatinya manakala harus berpisah dengan buah dari cintanya dengan seorang pemuda luhur yang telah tiada. Seorang anak pengobat kerinduannya pada Abdullah yang tak mungkin lagi ia temui. Namun demi kebaikan putranya tersebut iapun harus ikhlas. Hingga pada umur 2 tahun Muhammad kecilpun kembali kepangkuan ibunda tercintanya Siti Aminah. Pada umur 6 tahun Muhammad diajak ibunya ke Madinah (Yatsrib kala itu) untuk menziarahi makam Ayahnya yang belum sempat dilihat wajahnya oleh Muhammad. Namun ketika hendak pulang ke Mekkah, perjalanan yang melelahkan tersebut adalah perjalanan terakhir Siti Aminah ke Madinah, tepat di sebuah dusun kecil yang bernama Abwa Siti Aminah menghembuskan napas terakhirnya. Siti Aminah saat itu telah meninggalkan Muhammad untuk selamanya, namun sikap luhurnya serta ketegaran dan kesabarannya dalam mengarungi hidup terekam jelas dalam diri Nabi Muhammad Saw kesabaran tanpa batas dan ketegaran dalam menghadapi cobaan kemudian menjadi karakter yang begitu lekat dalam diri Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah dan mendidik manusia.
  • 164. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 155 2. Karakter Kerja Keras dan Tanggung jawab dari Sang Paman, Abu Thalib a. Silsilah Abu Thalib Hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: Manusia itu dalam urusan ini menjadi pengikut kaum Quraisy. Muslim mereka mengikuti muslim Quraisy, demikian pula kafir mereka mengikuti orang yang kafir dari kaum Quraisy”. Suku Quraisy merupakan salah satu suku yang terdapat di daerah Hijaz yakni daerah yang kita kenal saat ini sebagai daratan Arab. Rasulullah Saw juga berasal dari suku ini. Asal muasal suku Quraisy berasal dari Bani Ismail, yakni keturunan Nabi Ismail as yang merupakan anak dari Nabi Ibrahim as dari istri keduanya yakni Siti Hajar. Suku Quraisy adalah keturunan Fihr, yang dinamakan juga Quraisy, yang berarti saudagar. Ia hidup di abad 3 Masehi. Fihr adalah keturunan Ma’ad. Ma’ad adalah anak Adnan yang merupakan keturunan langsung dari Nabi Ismail as. Qushay, salah seorang keturunan Fihr yang hidup di abad 5 Masehi, berhasil mempersatukan semua suku Quraisy, dan menguasai seluruh Hijaz, yaitu daerah selatan Jazirah Arab, yang di dalamnya terdapat kota Makkah, Madinah, Ta’if, dan Jeddah. Ia memperbaiki Ka’bah, mendirikan istana, menarik pajak, dan menyediakan makan serta air bagi peziarah Ka’bah yang datang setahun sekali. Ia juga membagi tugas di antara kabilah-kabilah Quraisy; memberi minum jamaah haji,
  • 165. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 156 memberi makanan, mengganti kiswah Ka’bah, dan tugas- tugas lainnya. Peranan-peranan tersebut nampak pada pembagian tugas dan tanggung jawab setiap kabilah. Pertama, Hijabah atau Sidanah yaitu merawat Ka’bah. Qushay menentukan kabilah tertentu dari kalangan Quraisy yang ditugaskan untuk mengurus segala sesuatu perihal Ka’bah. Kedua, as-Siqayah yaitu memberikan minuman kepada para jamaah haji yang datang dari segala penjuru menuju tanah haram. Ketiga, Rifadah yaitu memberikan makanan kepada jamaah haji pada saat mereka berada di Mina dan memberikanmerekapakaianbagiyangmembutuhkannya. Keempat, liwa’ jabatan ini dikhususkan kepada ketua kabilah. Liwa’ semacam angkatan militer Quraisy yang berfungsi untuk peperangan dan mengawal kafilah- kafilah dagang Quraisy. Jabatan memberikan minum dan makan kepada peziarah kemudian hari dipegang oleh Bani Hasyim. Abu Thalib adalah anak dari Abdul Muthalib bin Hasyim dan Fatimah bin Amr dan memiliki sembilan saudara yang salah satunya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib yang merupakan ayah dari Nabi Muhammad. Selepas kematian ayahnya, Abu Thalib adalah pemimpin Bani Hasyim. Oleh karena itu ia salah satu pemuka Quarisy yang disegani dan dihormati.
  • 166. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 157 b. Abu Thalib Seorang Pekerja Keras Setelah Siti Aminah wafat Muhammad kecilpun diasuh oleh kakeknya. Abdul Muthallib. Muhammad hanya 2 tahun bersama Abdul Muthallib, karena tepat Muhammad berumur 8 tahun Abdul Muthallib pergi menghadap sang khaliq. Muhammadpun berpindah tempat naungan ke pamannya Abu Thalib. Abu Thalib sendiri memiliki 8 orang anak. 5 anak laki (Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, Aqil bin Abi Thalib, Talib bin Abi Thalib dan Tulayq bin Abi Thalib) dan 3 anak perempuan (Fakhitah bin Abi Thalib, Jumanah bin Abi Thalib dan Rayta bin Abi Thalib). Meski Abu Thalib tokoh kaum Quraisy, Abu tahlib bukanlah pemuka Quraisy yang kaya raya. Ia hanya seorang miskin dan memiliki sembilan saudara yang salah satunya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib yang merupakan ayah dari Nabi Muhammad. Selepas kematian ayahnya, Abu Thalib adalah pemimpin Bani Hasyim. Oleh karena itu ia salah satu pemuka Quarisy yang disegani dan dihormati. b. Abu Thalib Seorang Pekerja Keras Setelah Siti Aminah wafat Muhammad kecilpun diasuh oleh kakeknya. Abdul Muthallib. Muhammad hanya 2 tahun bersama Abdul Muthallib, karena tepat Muhammad berumur 8 tahun Abdul Muthallib pergi menghadap sang khaliq. Muhammadpun berpindah tempat naungan ke pamannya Abu Thalib. Abu Thalib sendiri memiliki 8 orang anak. 5 anak laki (Ali bin Abi Thalib, Ja‟far bin Abi Thalib, Aqil bin Abi Thalib, Talib bin Abi Thalib dan Tulayq bin Abi Thalib) dan 3 anak perempuan (Fakhitah bin Abi Thalib, Jumanah bin Abi Thalib dan Rayta bin Abi Thalib). Meski Abu Thalib tokoh kaum Quraisy, Abu tahlib bukanlah pemuka Quraisy yang kaya raya.
  • 167. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 158 yang mengandalkan penghasilannya dari berdagang. Namun demikian Abu Thalib adalah seorang pekerja keras yang tidak mudah menyerah. Merawat Muhammad ditengah beban ekonomi yang menderanya bukan suatu keterpaksaan bahkan dianggapnya sebagai anugerah. Abu Thalib sangat menyayangi Muhammad. Cinta Abu Thalib dari hari kehari semakin bertambah terhadap keponakannya itu, karena beliau Saw. Berlaku baik dan sopan. Misalnya, pada saat makanan tersaji, Anak yatim itu mengambilnya dengansopan. Lalubeliaumengucap, “Bismillaah.” Ketika selesai, beliau mengucap, “Alhamdulillah.” Suatu hari, Abu Thalib tidak melihat keponakannya, Muhammad Saw,sehinggaiamenundamakannyadanberkata,”Tunggu sampai anakku datang!” Ketika Nabi Muhammad Saw datang, Abu Thalib memberinya secangkir yoghurt (susu asam). Nabi Muhammad Saw. meminum yoghurt di cangkir itu. Baru setelah itu, anak-anak Abu Thalib minum pula satu per satu, hingga semuanya kebagian. Sang paman pun begitu mengagumi Nabi, sehingga ia berkata pada keponakannya itu, “Muhammad, engkau adalah seorang yang diberkati.” Dengan kasih sayang dan cinta yang dicurahkan pamannya tidak lantas membuatnya manja. Nabi Muhammad justru terpacu melihat semangat pamannya dalam bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Nabi membantu perekonomian pamannya Abu Thalib dengan bekerja sebagai penggembala domba penduduk kota Mekkah. Nabi Muhammad Saw menggembalakan domba di lembah-lembah dan di jalan-jalan Kota Mekkah. Menggembala domba sendiri adalah pekerjaan
  • 168. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 159 para nabi sebelum Nabi Muhammad. Sebagaimana sabda nabi sendiri: “Tidaklah Allah mengutus nabi, kecuali dia menggembala kambing. Para sahabat berkata, ‘Dan Engkau?’Beliaumenjawab,‘Ya,duluakumenggembalanya untuk penduduk Kota Mekkah dengan upah sejumlah qirat.’” [HR Bukhari dan Muslim]. Tidak hanya menggembala Nabi Muhammad Saw juga belajar berdagang dari pamanya tersebut. Suatu ketika ia diajak pamannya untuk menjual dagangannya ke negeri Syam (Suriah). Di Basrah, sebuah kota dimana situasi jalannya penuh dengan kafilah-kafilah dagang, terdapat sebuah biara. Seorang pendeta tinggal di biara tersebut. Pendeta itu bernama Buhaira. Ia selalu mencari tahu tentang kemunculan nabi yang waktunya telah dekat. Ketika pendeta itu melihat Nabi Muhammad Saw. Ia sadar bahwa Nabi Muhammad Saw akan menjadi nabi yang dijanjikan, karena Nabi Muhammad Saw memiliki kepribadian dan tanda-tanda seorang nabi. Pendeta itu mulai memperhatikan wajah Nabi Muhammad Saw, dengan seksama. Sementara itu, kabar gembira dari Nabi Isa as. terngiang dibenaknya. Pendeta itu bertanya pada Abu Thalib, “siapa nama anak ini?” Abu Thalib menjawab,”namanya Muhammad.” Pendeta itu menjadi begitu merendah setelah mendengar nama tersebut. Lalu ia berkata pada Abu Thalib, “Kembalilah ke Mekkah. Lindungi keponakanmu dari orang-orang Yahudi, karena ia akan menjadi orang besar!” Abu Thalib kembali ke Mekkah. Ia mencintai Nabi Muhammad. Ia pun sangat berhati-hati pada
  • 169. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 160 keselamatan Nabi Muhammad. a. Abu Thalib Seorang yang Terhormat dan Penuh Tanggung Jawab Tepat di usia 40 Muhammad diangkat menjadi nabi sekaligus rasul sementara usia Abu Thalib sudah menginjak 70. Namun demikian Abu Thalib senantiasa membantu dan melindungi Rasullullah Saw sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang figur yang membesarkan nabi. Sehingga orang Kafir Quraisy sungkan untuk menghadang dakwah Nabi. Hal itu disebabkan oleh rasa sungkan mereka terhadap Abu Thalib yang pada saat itu menjadi salah satu orang besar di Suku Quraisy. Pada suatu saat, Abu Thalib dipanggil oleh pemuka- pemuka Quraisy. Pada saat itu Abu Thalib diminta untuk memerintahkan keponakannya itu, yakni Rasulullah Saw untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Kemudian pemuka-pemuka Quraisy tersebut mengatakan kepada beliau: “Apabila keponakanmu itu tidak mau berhenti, maka kami tidak akan sungkan lagi kepadamu dan akan kami tumpas keponakanmu beserta para pengikutnya”. Saat mendapat ancaman ini, Abu Thalib akhirnya menyampaikan hal ini kepada Rasulullah Saw akan tetapi Rasullullah Saw tetap berpegang teguh pada dakwahnya itu dan Abu Thalib pun mulai tegar dan akan selalu menjaga Rasullullah Saw dan membantunya hingga titik darah penghabisan. Rupanya kaum kafir Quraisy sudah geram dengan tindak-tanduk Nabi Muhammad dan pengikutnya yang dilindungi keluarga besar Bani Hasyim dan Bani
  • 170. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 161 Muthallib. Hingga kemudian merekapun mengambil keputusan untuk memboikot Nabi Muhammad dan keluarga besarnya. Politik yang diterapkan kaum kafir Quraisy adalah dengan harapan keluarga besar Bani Hasyim dan Bani Muthallib akan terpecah. Namun perkiraan mereka melesat, dengan kewibawaannya Abu Thalib mengajak keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthallib baik yang sudah memeluk Islam maupun masih kafir untuk bersatu membela nabi Muhammad. Dan semua sepakat mengikuti ajakan Abu Thalib kecuali Abu Jahal. Boikot yang dilakukan kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad dan keluarga besarnya tentu sangat berdampak buruk bagi kehidupan Nabi Muhammad dan keluarga besarnya. Mereka dilarang mendapatkan berbagaimacamaksesdasaruntukbertahanhidup.Alhasil banyak diantara mereka yang menurun kesehatannya terutama bagi mereka yang berusia lanjut, salah satu diantara mereka yang merasakan adalah Pamannya Abu Thalib. Namun demikian sebagai seorang yang disegani di kalangan Bani Hasyim dan Bani Muthallib, tidak menyerah untuk mengalah dengan penderitaan. Meski beberapakalikelompokkafirQuraisymenawarkansolusi- solusi yang menguntungkan baginya dan keluarganya. Tanggung jawabnya sebagai pemimpin Bani Hasyim dan Bani Muthallib sekaligus paman Nabi Muhammad yang berjanji akan melindungi Nabi Muhammad dalam keadaaan apapun terlalu mahal jika dibandingkan tawaran-tawaran yang diberikan kaum kafir Quraisy. Hingga tepat pada bulan Syawwal tahun ke 10
  • 171. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 162 kenabian Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib wafat karena sakit keras, dalam penderitaan pemboikotan yang dilakukan kaum kafir Quraisy. Kematian Abu Thalib tentu sangat memukul jiwa Nabi Muhammad Saw. Namun sikap menjunjung harga diri dan kehormatan serta tanggung jawab yang dilakukan paman tercintanya tersebut membekas dalam sanubari Nabi Muhammad Saw. 3. KarakterAmanahdanshiddiqdariSangIstritercinta, Siti Khadijah a. Silsilah Siti Khadijah Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al- Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za’idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama masuk Islam). Khadijah dilahirkan pada tahun 68 sebelum Hijriyah, di sebuah keluarga yang mulia dan terhormat. Dia tumbuh dalam suasana yang dipenuhi dengan perilaku terpuji. Ulet, cerdas dan penyayang merupakan karakter khusus kepribadiannya. Sehingga masyarakat di zaman Jahiliyah menjulukinya sebagai At-Thahirah (seorang wanita yang suci). Selain itu, Khadijah juga berprofesi sebagai pedagang yang mempunyai modal sehingga bisa mengupah orang untuk menjalankan usahanya. Kemudian Khadijah akan membagi keuntungan dari perolehan usaha tersebut. Rombongan dagang miliknya juga seperti umumnya rombongan dagang kaum Quraisy
  • 172. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 163 lainnya. b. Kepercayaan Khadijah kepada Nabi Muhammad Saw Pada saat Nabi Muhammad Saw memasuki usia dua puluh tahun, beliau hadir di Hilful Fudhul, orang-orang MakkahmenerimakeputusanbeliauterkaitdenganHajar Aswad, beliau juga terkenal dengan kejujuran, kesetian, amanah, iffah dan kebersihan hati plus kehormatan asal usul dan kebaikan leluhur. Di Mekkah terdapat seorang wanita bangsawan sekaligus hartawan pemilik kesempurnaan jiwa, keluhuran akhlak dan ketinggian budi pekerti. Wanita tersebut adalah Khadijah binti Khuwailid al-Asadiyah al-Qurasyiyah. Khadijah mendengar kesempurnaan Muhammad Saw yang membuatnya menawarkan kerja sama perdagangan dengan modal darinya. Khadijah melakukan ini agar Nabi Saw memiliki penghasilan ekonomi sehingga tidak tergantung kepada nafkah pamannya Abu Thalib. Muhammad Saw menerima tawaran Khadijah dengan rela, dia berangkat bersama rombongan dagang ke Syam disertai Maesarah pembantu Khadijah. Ini adalah perjalanan kedua bagi Nabi Saw ke Syam, yangpertamaadalahperjalananbeliaubersamapamannya ketika beliau masih anak-anak. Dalam perjalanan ini bersama Muhammad Saw. Maesarah melihat keajaiban, diantaranyaadalah bahwadiamelihatduaorang malaikat memayungi rekan kerjanya itu dari terik matahari pada saatsinarnya menyengat tubuh. Padasuatu hari Nabi Saw
  • 173. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 164 singgah berteduh di bawah sebuah pohon dekat biara seorang rahib. Rahib ini melihatnya maka dia bertanya kepada Maesarah tentangnya, maka Maesarah berkata, “Dia adalah laki-laki Quraisy dari tanah Haram.” Maka rahib ini berkata, “Tidak ada seorang pun yang berteduh di bawah pohon itu kecuali seorang nabi.” Rahib ini berkata demikian karena dia menyaksikan tanda-tanda kenabian yang berkibar di depan mata setiap pemilik Bashirah yang mencermati. Nabi Muhammad Saw pulang dengan keuntungan besar. Khadijah berbahagia karenanya. Khadijah lebih berbahagia lagi manakala pelayannya Maesarah menceritakan kepadanya perkara rahib dan naungan dua malaikat kepada beliau dari sengatan matahari. Karena hal ini dan hal lainnya Khadijah berminat menikah dengan Muhammad Saw yang pada saat itu berumur dua puluh lima tahun dan umur Khadijah sendiri antara tiga puluh limadanempatpuluhtahun. SebelumnyaKhadijah telah menikah dengan Abu Halah Zararah at-Taimi dan sebelumnya dengan Atiq bin A’idz al-Makhzumi, dari suaminya yang akhir ini Khadijah melahirkan seorang putri bernama Hindun. Jadi Nabi Saw mempunyai dua anak tiri yaitu Hind dan Halah. Langkah selanjutnya di ambil oleh Khadijah, dia mengirim pesan kepada Nabi Saw melalui seorang kawannya. Dalam pesannya Khadijah berkata, “Wahai anak paman, sesungguhnya aku berminat kepadamu karena hubungan kekerabatan dan kemuliaanmu pada kaummu, kebaikan akhlakmu dan kejujuran kata- katamu.” Kemudian Khadijah menawarkan dirinya untuk menikah. Padasaatitu KhadijahtergolongwanitaQuraisy
  • 174. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 165 yang bernasab terhormat, berkedudukan mulia dan berharta besar. Setiap laki-laki dari kaumnya berusaha untuk mendapatkannya namun tidak seorang pun yang berhasil. c. Pernikahan Nabi Muhammad Saw dengan Siti Khadijah Maka berlangsunglah pernikahan itu dimana pada saat itu Muhammad Saw berusia dua puluh lima tahun sementarausiaKhadijahadalahempatpuluhtahun.Itulah pernikahan pertama Muhammad Saw. Meskipun berasal dari status sosial dan usia yang berbeda namun terbukti pernikahannya ini sangat bahagia dan pernikahan itu sendiri berlangsung selama 25 tahun. Saatmenerimarisalahkenabian,Khadijahmerupakan orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul beserta ajaran-ajaran-Nya. Nabi Muhammad pun tidak menghiraukan berbagai ancaman dan propaganda yang datangnya dari kaum musyrikin. Karena disampingnya terdapat sang kekasih pilihan Allah yang dengan setia mendampingi dan memperkuat aktifitas dakwahnya, sehingga terasa ringan beban yang diemban dan ringan pula menghadapi cobaan apa pun yang dilakukan oleh kaumnya. Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah kembali ke rumah dengan perasaan takut seraya berkata kepada Khadijah, ”Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka Khadijah menyelimutinya hingga hilang perasaan takutnya itu. Beliau menceritakan semua yang telah terjadi. “Aku khawatir pada diriku,” kata Rasulullah. Khadijah menjawab, “Tidak perlu khawatir, Allah
  • 175. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 166 tidak akan pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga tali silaturrahmi, senantiasa mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.” d. Wafatnya Sang Istri Tercinta Kira-kira dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul Mukminin Khadijah Al Kubra meninggal dunia pula, tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun kesepuluh dari nubuwah, pada usia enam puluh lima tahun, sementara usia beliau saat itu lima puluh tahun. Khadijah termasuk salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah Saw. Dia mendampingi beliau selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau di saat-saat kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, rela menyerahkan diri dan hartanya kepada beliau. Rasulullah Saw bersabda tentang dirinya, “Dia beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakanku, menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang tidakmaumemberikannya,Allahmenganugerahikuanak darinya selagi wanita selainnya tidak memberikannya kepadaku.” (Riwayat Ahmad di dalam Musnad-nya, 6/118). Di dalam Shahihul-Bukhary, dari Abu Hurairah ra, dia berkata, “Jibril mendatangi Nabi Saw, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil
  • 176. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 167 membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.” Dua peristiwa yang menyedihkan dalam waktu yang berdekatan dan belum lagi peristiwa pemboikotan menyebabkan ‘amul huzni tahun-tahun kesedihan. Siti Khadijah memang telah meninggalkan nabi secara fisik namun cinta dan sikap luhurnya kepada nabi tidak pernah membuat cintanya luntur hingga akhir hanyat nabi Muhammad Saw. cintannya bermula dari sikap amanah yang diberikannya ketika Siti Khadijah masih menjadi tuannya serta tumbuh manakala risalah kenabiannya tiba ialah yang manusia yang pertama kali mempercayainya dan dengan segala keyakinan dan keikhlasannya. Sikap amanah dan shidiq adalah potensi kenabian yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, namunwanitamuliabernamaSiti Khadijahmemiliki peran atas perkembangan karakter mengagumkan nabi Muhammad tentang Amanah dan shiddiq. C. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw adalah panutan terbaik bagi seluruh umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan teladan yang baik serta kepribadian mulia. Sifat-sifat yang ada pada diri Rasulullah Saw, yakni siddik, amanah, tabligh dan fathonah. Perilaku Rasululah Saw dalam segala hal adalah perilaku yang dipastikan tidak bertentangan dengan al-Qur’an, tetapi justru perilaku Rasulullah Saw itulah
  • 177. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 168 cerminan isi kandungan al-Qur’an. Seyogianya, setiap guru (pendidik) dapat tampil seperti apa yang telah diteladankan oleh Rasulullah Saw. Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Meniru sikap Rasulullah Saw dalam setiap hal merupakan keharusan bagi segenap umatnya, termasuk bagi para pendidik atau guru, jika meniru strategi yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw niscaya akan memperoleh keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan. Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Hasyir: 7: ...‫وا‬ُ َ‫ه‬ ‫ت‬ ْ ‫ان‬ َ ‫ف‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ ُ‫م‬ ‫اك‬َ َ‫ه‬ ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ُ‫وه‬ ُ ‫ذ‬ ُ َ‫خ‬ ‫ف‬ ُ ‫ول‬ ُ‫س‬َّ‫الر‬ ُ ُ‫م‬ ‫ك‬ َ‫ا‬‫ات‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬.… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah… Ayat di atas berkenaan dengan pembagian rampasan perang yang langsung dibagi oleh Rasulullah Saw akan tetapi potongan ayat tersebut tidaklah salah jika dianalogikan dengan hal lain yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw telah meninggalkan banyak hal sebagai contoh baik yang dapat dilaksanakan oleh setiap pendidik. Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab; 21: َ ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬ َ َّ‫للاه‬ ‫و‬ُ‫ج‬ْ َ‫ر‬ ‫ي‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ن‬َ‫م‬ِ ّ ‫ل‬ ٌ ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ ‫ة‬َ‫و‬ ْ ‫س‬ ‫ُأ‬ � َِّ‫للاه‬ ِ‫ول‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ْ ُ‫م‬ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ً ‫ريا‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬َ َّ‫للاه‬ َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬ َ‫ر‬ِ‫خ‬ ‫آ‬ ْ ‫ال‬ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
  • 178. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 169 teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Pada ayat di atas, Allah Swt menegaskan kepada manusia bahwa manusia dapat memperoleh teladan yang baik dari Rasulullah Saw. Beliau adalah sosok manusia yang kuat imannya, pemberani, penyabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah Swt. dan iapun memiliki ahklak yang sangat mulia, jika manusia ingin bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti Nabi Muhammad Saw. (UII, jilid VII, 1990: 743-744). Dalam hal pendidikan Rasulullah Saw telah memberikan banyak pelajaran bagi para pendidik berkenaan dengan metode pendidikan, yang bisa diimplementasikan oleh para pendidik di lembaga formal (sekolah) maupun di rumah oleh orangtuayang memberikan pendidikan padaanak-anaknaya. Berikut adalah uraian singkat berkenaan dengan usaha mengimplementasikan strategi pembelajaran Rasulullah di sekolah maupun di rumah. 1. Implementasi Mendidik dengan Contoh Teladan Di antara sekian banyak strategi pembelajaran, “contoh teladan” merupakan salah satu strategi yang paling banyak pengaruhnya terhadap anak didik dalam proses belajar mengajar, mengingat setiap manusia memiliki fitrah untuk meniru (meneladani), terutama pada diri anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan
  • 179. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 170 bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain, sehingga dalam peniruan ini, anak-anak cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah cenderung meniru kaum kuat, bawahan cenderung meniru atasan. Naluri ketundukanpun bisa dikatagorikan sebagai pendorong untuk meniru, terutama anggota suatu kelompok pada pemimpin kelompok tersebut. (an-Nahlawi, 1983: 263) Pendidik itu besar di mata murid-muridnya. Mereka cenderung untuk menirunya dan meneladaninya. Karena itu, para pendidik harus berkarakter sebagaimana yang diserukan ilmu itu sendiri, yaitu akhlak dan amal perbuatan. Mereka lebih berhak dengan semua itu dan pemiliknya, karena mereka memiliki keistimewaan berupa ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak dicapai oleh selain mereka dan karena guru adalah teladan bagi manusia yang lain, siapa saja yang menjadi tanggung jawab guru akan terwarnai dengan akhlak yang kuat, tekad yang bulat dan agama yang benar. Seorang pendidik tidak dapat mendidik murid-muridnya dengan sifat utama kecuali apabila ia memiliki sifat utama dan ia tidak dapat memperbaiki mereka kecuali apabila ia shalih, karena murid-murid akan mengambil keteladan darinya lebih banyak dari pada mengambil kata-katanya. (al- Hamd, 2002: 27) Padahakekatnyadilembagapendidikanpesertadidikhaus akan suri teladan, karena sebagian besar hasil pembentukan kepribadian adalah keteladanan yang diamatinya dari para pendidik. Di rumah, keteladanan akan diperoleh dari kedua orangtua dan dari orang-orang dewasa yang ada dalam
  • 180. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 171 keluarga tersebut. Sebagai peserta didik, murid-murid secara pasti meyakinkan semua yang dilihat dan didengarkannya dari cara-cara pendidiknya adalah suatu kebenaran. Oleh sebab itu para pendidik hendaknya menampilkan akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Ibnu Khaldun pernah mengutip amanah Umar bin Utbah yang disampaikan kepada guru yang akan mendidik anak-anaknya sebagai berikut “sebelum engkau mendidik dan membina anak-anakku, hendaklah engkau terlebih dahulu membentuk dan membina dirimu sendiri, karena anak-anakku tertuju dan tertambat kepadamu. Seluruh perbuatanmu itulah baik menurut pendangan mereka. Sedangkan apa yang engkau hentikan dan tinggalkan, itu pulalah yang salah dan buruk di mata mereka” (Ihsan, 2003:158). Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapati perilaku anak-anak yang meniru perilaku orang lain yang menjadi pujaannya, seperti meniru gaya pakaian, meniru gaya rambut, meniru gaya bicara. Hal serupa juga terjadi di sekitar lembaga-lembaga pendidikan, seorang siswa yang meniru guruyangiasenangi,sepertimenirucaramenulis,caraduduk, cara berjalan, cara membaca dan lain sebagainya. Semua ini membuktikan bahwa pada hakekatnya sifat meniru perilaku orang lain merupakan fitrah manusia, terutama anak-anak. Sifat ini akan sangat berbahaya jika peniruan dilakukan juga terhadap prilaku yang tidak baik. Ada dua bentuk strategi keteladanan; pertama, yang disengaja dan dipolakan sehingga sasaran dan perubahan perilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan dan ditargetkan, yaitu seorang guru sengaja memberikan contoh yang baik kepada muridnya supaya dapat menirunya. Kedua,
  • 181. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 172 yang tidak disengaja, dalam hal ini guru tampil sebagai seorang figur yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.(Syahidin, 1999: 164). Untuk dapat menjadikan “teladan” sebagai salah satu strategi, seorang guru dituntut untuk mahir dibidangnya sekaligus harus mampu tampil sebagai figur yang baik. Bagaimana mungkin seorang guru menggambar bisa mengajarkan cara menggambar yang baik jika ia tidak mengusai tehnik-tehnik menggambar, seorang guru ngaji tidak akan dapat menyuruh siswanya fasih membaca al- Qur’an jika dirinya tidak menguasai ilmu membaca al- Qur’an dengan baik, guru matematika akan dapat memberi contoh cara menghitung yang baik jiak iapun menguasai cara menghitung dengan baik, jangan harap seorang guru bahasa Indonesia akan dapat mengajar membaca puisi dengan baik jika dirinya saja tidak mahir dalam bidang ini, demikianlah seterusnya dengan disiplin ilmu yang lain. Selain mahir di bidangnya, seorang guru tentu saja dituntut untuk menjadi figur yang baik, prilaku seorang guru senantiasa menjadi sorotan masyarakat terutama para muridnya, tidak sedikit murid yang mengagumi gurunya bukan hanya karena kepintaran di bidang ilmunya, tetapi justru karena perilakunya yang baik, bersikap ramah, adil dan jujur kepada murid-muridnya. Hallainyangdapatdilakukanolehseorangguruagardapat menjadi teladan yang baik adalah dengan selalu mengadakan muhasabah pada diri sendiri, mengoreksi akan kekurangan- kekurangan diri dan berusaha untuk memperbaikinya karena bagaimana mungkin guru akan menjadi teladan sedangkan dirinya penuh dengan kekurangan, bagaimana mungkin guru dapat menundukkan kekurangan-kekurangan
  • 182. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 173 itu sedangkan dirinya cenderung kepada akhlak yang tercela, bagaimanamungkingurudapatmenasehati murid-muridnya sedangkan dirinya belum mencerminkan kesempurnaan akhlak. Perhatikan dan takutlah akan kebencian Allah Swt yang ditujukan kepada siapa saja orang yang hanya pandai menyuruh orang berbuat baik padahal dirinya tidak dapat menjadi contoh dari kata-katanya. Seperti firman Allah dalam surat ash-Shaff ayat 2-3: ‫ن‬ ‫َأ‬ �َِّ‫للاه‬ َ‫ند‬ِ‫ع‬‫ا‬ً‫ت‬ ْ ‫ق‬َ‫م‬َ ُ‫ر‬ ‫ب‬ َ ‫ك‬)1( َ‫ون‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ون‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ َ ِ‫م‬ ‫ل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬ َ‫آ‬ � َ‫ني‬ِ‫ذ‬ َّ ‫ال‬‫ا‬َ ُّ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َأ‬ � َ‫ا‬‫ي‬ )2( َ‫ون‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬‫وا‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. Seorang bijak bersyair tentang pentingnya keteladanan : Wahai orang yang mengajar selainnya ! Mulailah pengajaran itu dari dirimu, Kau resepkan obat sedangkan kau lebih membutuhkannya, Kau mengobati orang sakit sedang kau sendiri sakit, Mulailahdengandirimu,jauhkaniadarikesesatannya, Jika itu sudah dilakukan, berarti kau orang bijak,
  • 183. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 174 Sejak itu akan diterima nasihatmu, jika kau memberi nasihat Dan ia akan meniru ucapannmu dan menerima pengajaran. Pribahasa “guru kencing berdiri murid kencing berlari” atau kata “guru” dimaknai dengan “digugu dan ditiru”, menunjukan betapa sosok seorang guru dituntun untuk selalu memperlihatkan perilaku yang baik, karena disadari atau tidak, kata-katadan perilaku seorang guru akan menjadi panutan bagi murid-muridnya. 2. Implementasi Mendidik dengan Targhib dan Tarhib Kecenderungan yang saling berlawanan dalam diri manusia diantaranya adalah perasaan roja (optimis) dan khauf (pesimis). Dalam ajaran Islam, sikap optimis yang berlebihan tidak dibenarkan, demikian juga sikap pesimis yang berlebihan dilarang, karena dapat menimbulkan sikap angkuh dan sombong bila berhasil serta sikap putus asa bila gagal yang akhirnya dapat menyeret manusia pada jurang kenistaandandosa. Begitu jugasikappesimisyang berlebihan akan mengakibatkan manusia menjadi rendah diri dan putus asa. Untuk menyeimbangkan kedua kecenderungan itu, ajaran Islam memadukan keduanya dengan melalui targhib dan tarhib. Thargib lebih diarahkan pada upaya memupuk rasa optimis dan berusaha meyakinkan kebenaran melalui rasa optimis dan berusaha meyakinkan kebenaran melalui janji dan bujukan. Sedangkan tarhib memfokuskan pada penanaman rasa kehati-hatian dalam melakukan kewajiban atau perintah Allah Swt dengan demikian pada intinya kedua
  • 184. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 175 model ini membangkitkan kesadaran akan keterkaitan diri manusia kepada Allah Swt. (Syahidin, 1999: 124). Setiap manusia dipastikan memiliki kecenderungan- kecenderungan kepada keinginan untuk meraih kesuksesan, memperolehkenikmatandan kesenangan,dalam waktuyang bersamaan manusia memiliki kecenderungan untuk tidak ingin mengalami kegagalan, kepahitan dan penderitaan. Kecenderungan-kecenderungan ini harus selalu diingat oleh setiap guru, sehingga setiap saat seorang guru dapat menyadari bahwa murid sebagai manusia yang normal tidak akan pernah lepas dari kecenderungan-kecenderungan tersebut. Dalam membangkitkan semangat belajar seorang murid, guru dapat menggunakan strategi yang digunakan oleh Rasulullah Saw yaitu dengan memberikan rangsangan- rangsangan (targhib) atau ancaman (tarhib) dengan berbagai bentuk yang paling cocok dengan keadaan siswa. Misalnya, kepada murid yang berprestasi akan diberikan hadiah atau diajak darmawisata dengan gratis atau dibebaskan bayaran sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan kepada yang sering bolos sekolah akan diberikan sangsi berupa skor atau dikeluarkan dari sekolah. Rangsangan dan ancaman juga dapat dilakukan melalui penyampaian kisah-kisah terdahulu baik kisah perorangan maupun kelompok. Seperti penyampain kisah Firaun, kisah Qarun sebagai lambang orang sombong dan tamak yang berakhir dengan kenistaan atau penyampain kisah para Nabi seperti kisah Nabi Ayub yang lulus dari ujian kesabarannya. Kisah Nabi Luth dan kaumnya, Nabi Nuh a.s. dan kaumnya yang membuktikan bahwa hanya orang yang taat kepada perintah Allahlah yang akan diselamatkan oleh Allah Swt. Sementara orang pembangkang walaupun anak seorang yang
  • 185. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 176 terpandang dan berpengaruh tetap saja akan mendapatkan kecelakaan (disiksa oleh Allah Swt) Sebelum mempraktekan targhib dan tarhib, tentu saja seorang guru harus benar-benar mendalami psikologi peserta didiknya. Seorang murid tidak akan terpengaruh sikapnya karena ia dijanjikan akan digratiskan darmawisata jika ia tidak hoby darmawisata, demikian juga tidak akan berpengaruh baik kisah seorang Nabi jika peserta didik tidak dalam keadaan siap menerima sebuah cerita. 3. Implementasi Mendidik dengan Perumpamaan Ketika akan menjadikan perumpamaan sebagai salah satu metode dalam mengajar, jangan sampai terlupakan bahwa perumpamaan yang akan diberikan sebagai salah satu metode pembelajaran, tujuannya adalah untuk mempermudah materi pelajaran dapat diterima atau dimengerti oleh murid, dengan kata lain, tidak boleh terjadi justru dengan pemberian perumpamaan tentang suatu materi pelajaran, murid menjadi lebih sulit menerima materi pelajaran tersebut. Jadi, metode perumpamaan hendaknya dapat memudahkan pemahaman siswa mengenai suatu konsep, dari hal-hal yang abstrak menjadi hal-hal yang konkret, dapat membangkitkan emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan, dapat membina dan melatih akal untuk terbiasa berfikir secara valid dan analogis, dapat menciptakan motivasi yang menggerakan aspek emosi dan mental manusia. JikamengacukepadaapayangdicontohkanolehRasulullah Saw. Maka perumpamaan akan memberikan penekanan atau pemaknaan yang lebih mendalam tentang suatu persoalan, oleh karenanya yang dijadikan perumpamaan hendaknya
  • 186. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 177 sesuatu yang dipastikan sudah sangat dikenal bahkan dipahami oleh murid. Jika memberikan perumpamaan dengan sesuatu yang tidak dikenal oleh murid, maka bukan saja tidak akan tercapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih parah dari itu, justru murid akan menjadi bingung. Untuk memastikan bahwa murid sudah mengenal apa yang akan dijadikan perumpamaan, sebaiknya guru menanyakan terlebih dahulu kepada para murid, apakah ia sudah mengetahui atau belum tentang sesuatu yang akan dijadikan perumpamaan tersebut. Misalnya ketika guru akan memberikan penjelasan bagaimana kokohnya seorang Muslim dengan memberikan perumpamaan seorang Muslim denganpohonkurma,makaguruterlebihdahulumengajukan pertanyaan, anak-anak apakah kalian mengetahui pohoh kurma? Atau pertanyaan; siapakah diantara kalian yang tahu pohoh kurma? Untuk lebih memastikan bahwa mereka telah mengetahuinya, suruhlah salah satu atau beberapa orang bercerita tentang seluk beluk pohoh kurma. Setelah dipastikan mereka mengetahui kehebatan pohon tersebut, barulah guru menyampaikan materi sesuai dengan yang direncanakan. Jika dipastikan tidak ada murid yang mengetahui seluk beluk dan keistimewaan pohon kurma tersebut, maka guru harus menjelaskan tentang kehebatan pohon kurma dimaksud, langkah lain yang mungkin diambil ketika diketahui bahwa murid tidak ada yang tahu keistimewaan pohon kurma tersebut adalah memutuskan untuk tidak mengumpamakan kekokohanseorang Muslimdenganpohon kurma, dengan kata lain sebaiknya mencari perumpamaan yang telah dipahami oleh murid.
  • 187. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 178 Sebuah materi pembelajaran yang disandarkan kepada suatu perumpamaan seyogianyadapat mengantarkan kepada pemahaman yang lebih jelas dan dapat membangkitkan semangat belajar murid, materi yang dianggap kurang menarik akan lebih menarik setelah disandarkan kepada suatu perumpamaan. Lihatlah, bagaimana Rasulullah Saw memberikanperumpamaanseorangyangkikir,sukameminta dengan tangan di bawah dan perumpamaan orang yang suka memberi dengan tangan di atas. Kawan jelek diumpamakan dengan tukang pandai besi dan kawan baik diumpamakan dengan pembawa kasturi. 4. Implementasi Mendidik dengan Nasihat Sering terjadi dalam kehidupan keluarga, bahwa seorang anak sulit jika dinasihati oleh kedua orangtuanya, tetapi dalam waktu yang bersamaan anak tersebut sangat nurut pada gurunya, hal ini menunjukan betapa penting dan bermaknanya sosok guru di hadapan anak, nasihat-nasihat yang diberikan oleh guru terkadang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan nasihat yang diberikan oleh kedua orangtuanya, anak dengan seksama memperhatikannya dan berusahauntuk melaksanakan nasihat-nasihatguru tersebut. Nasihat yang disampaikan oleh seorang guru hendaknya dapat menimbulkan kelembutan kalbu seorang peserta didik, sehingga sebuah nasihat harus disajikan dalam bentuk yang bisa menyentuh perasaan yang dapat menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik dan harus dapat membangkitkan keinginan serta mendorong peserta didik untuk dapat mekaksanankannya. Sebuah nasihat hendaknya disampaikan dengan dasar keikhlasan dan jika dipandang perlu, dilakukan dengan
  • 188. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 179 berulang-ulang, sehingga nasihat tersebut dapat menyentuh kalbu pendengarnya. Menurut Ahmad Tafsir, sebuah nasihat akan menyentuh dan menggetarkan kalbu pendengar bila; pertama, yang memberi nasihat merasa terlibat dalam isi nasihat itu, kedua, yang menasihati harus merasa prihatin terhadapnasib orangyangdinasihati, ketiga,yang menasihati harus ikhlas dan lepas dari kepentingan pribadi secara duniawi, empat, yang memberi nasihat harus berulang-ulang melakukannya. (Tafsir, 2000: 146). Selain empat hal di atas, ada empat faktor yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam menyampaikan nasihat-nasihatnya kepada peserta didik, keempat hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Syahidin sebagai berikut: a. Faktor badaniah guru, maksudnya penampilan fisik guru harus mencerminkan isi nasihat itu, seperti pakaiannya, mimik mukanya, tutur kata dan intonasi suara. b. Faktor historis peserta didik, artinya guru harus memahami latar belakang kehidupan murid secara umum, dari latar belakanbg sosial di mana murid itu lahir dan dibesarkan, apakah mereka dari kalangan petani, pedangan, pegawai, keluarga berpendidikan atau tidak, keluarga taat beraga atau tidak dan seterusnya. c. Faktor dunia peserta didik, maksudnya nasihat itu harus disesuaikan dengan tingkat usia dan pemahaman murid. Menasehati anak usia SD berbeda dengan menasehati murid usia SMA. d. Faktor komunikasi, maksudnya ungkapan dan tutur kata guru harus dapat dipahami oleh murid, di sini guru harus dapat menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh murid. (Syahiddin, 1999: 104).
  • 189. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 180 Menurutan-Nahlawi, syarat terpenting ketulusan nasihat harus datang dari penasihat yang tidak menyandarkan pemberian nasihatnya pada kepentingan duniawi dan material dari diri pribadi. Oleh karena itu setiap pendidik yangmemberinasihatharusmensucikandiridaririyadandari segala hal yang memberi kesan pengutamaan kepentingan peribadi. Dengan demikian ketulusan nasihanya tidak bercampur dengan pamrih sehingga lenyaplah kahrisma dan pengaruhnya terhadap diri siswa. (an-Nahlawi, 1996: 290). Dalam memberikan nasihat, seorang guru juga harus benar-benar menyadari, apakah nasihat yang ia berikan untuk banyak orang yang disampaikan dalam bentuk klasikal (dalam sebuah kelas atau majlis) atau untuk perorangan, dan apakah nasihat untuk perorangan itu atas dasar permintaan seorang peserta didik yang memang membutuhkan nasihat atau nasihat tersebut diberikan kepada seorang peserta didik atas dasar inisiatif seorang guru dengan target-target yang telah ditetapkan oleh guru itu sendiri. Jika seorang guru menginginkan adanya perubahan sikap mental terhadap seorang peserta didik yang dipandang membutuhkan perhatian khusus, tidak perlu menasihatinya dalam bentuk klasikal, karena yang lain tidak membutuhkan nasihat itu atau dengan bahasa yang lain, nasihat tersebut bahkan akan menjadi kebingungan bagi sebagian besar peserta didik. Jika menghadapi kasus-kasus perorangan, seorang guru cukup memanggil yang bersangkutan dan memberikan nasihat sesuai dengan persoalan yang sedang dihadapinya. Memberikan nasihat kepada orang yang meminta nasihat akan lebih mudah, karena paling tidak sudah terpenuhi satu hal, yaitu kesiapan mental orang yang meminta nasihat untuk mendengarkan nasihat, lain halnya dengan nasihat yang datang sebagai inisiatif guru untuk
  • 190. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 181 mencapai target-target tertentu bagi peserta didiknya, tentu saja seorang guru harus mempersiapkan terlebih dahulu beberapa hal seperti yang telah disebutkan di atas. Berkenaan dengan nasihat-nasihat yang berhubungan dengan masalah moral, sikap dan perilaku, guru seharusnya sudah mencerminkan isi nasehatnya. Misalnya; ketika guru menasehati murid agar menjadi murid yang rajin dan tidak pernah terlambat datang ke sekolah, nasihat agar murid dapat berbicara dengan sopan santun, nasihat agar murid menjadi anak yang jujur, nasihat agar murid menjadi anak yang rajin beribadah, nasihat agar murid jangan sombong, iri hati dan sejenisnya, guru harus mencerminkan semua isi nasihatnya. Karena jika isi nasihat tersebut berlawanan dengan perilaku pemberi nasihat tidak akan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Mendidik dengan memberikan nasihat sangat berkaitan erat dengan keteladan seorang guru, seperti diuraikan di atas, bahwa karakter murid-murid akan lebih banyak meniru prilaku guru daripada ucapan-ucapan guru, terlebih ucapan yang tidak sesuai dengan tindakannya. Nasihat yang berkenaan dengan keharusan memiliki sifat pengasih, penyayang, berlapang dada, hidup sederhana, tidak iri hati dan lain sebagainya, tentunya sang pemberi nasihat sudah terlebih dahulu mencerminkan seperti isi nasihatnya itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap ucapan dalam bentuk nasihat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw senantiasa memperoleh respon yang baik dari para sahabat, karena Nabi Muhammad Saw sendiri telah mencontohkan ucapannya tersebut dalam perbuatannya. Ketika Nabi bersabda tentang keharusan bershadaqah, ia sudah menjadi seorang dermawan. Ketika Nabi bersabda tentang kesederhanaan, tidak ada yang lebih
  • 191. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 182 sederhana hidupnya setelah dia. Ketika Nabi melarang tertawa terbahak-bahak karena hal demikian temannya setan, sesungguhnya Nabi tidak pernah tertawa kecuali tersenyum. Ketika Nabi menasihati agar manusia memunyai sifat lapang dada, sifat ini sudah menyatu dalam kehidupan Nabi, demikian dengan hal-hal lain yang lain, tidak ada yang dikatakan oleh Nabi kecualai ia telah melaksanakannya. 5. Implementasi Mendidik dengan Memukul Dalam dunia pendidikan modern, seorang guru tidak dibenarkan memukul murid-muridnya, karena memukul termasuk tindak kekerasan, sehingga hadis Rasulullah Saw yang berkenaan dengan perintah memukul anak ketika anak tidak mau sahalat pada usia sepuluh tahun dianggap sudah tidak relevan jika diterapkan pada zaman sekarang. Jika mengacu kepada hadis Rasulullah Saw yang dikemukakandalambabterdahulu,memukuldapatdijadikan sebagai sebuah strategi dalam mendidik, baik pendidikan dalam keluarga maupun pada lembaga pendidikan formal. Sabda Rasulullah Saw di atas khusus berkenaan dengan masalah “shalat”, namun demikian dapat juga dilakukan dalam hal yang lain. Memukul, seyogianya merupakan alternatif terakhir dalam menanamkan kedisiplinan peserta didik, dengan kata lain pemukulan dilakukan apabiladengan cara-cara persuasif atau pemberian nasihat sudah tidak mampu merubah sikap, perilaku atau kebiasaan peserta didik, mengingat dalam praktek pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. tidak ditemukan bukti-bukti (hadits) bahwa Rasulullah Saw pernah memukul para sahabat atau putra beliau sendiri.
  • 192. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 183 Sebelumpemukulan itudilakukan, sepertiyangdiajarkan Rasulullah Saw terlebih dahulu seorang pendidik harus memperlihatkan cemeti (alat pukul), karena banyak anak yang merasa takut bila melihat cemeti atau alat penghukum lainnya, dengan sekedar memperlihatkannya saja banyak anak yang bergegas memperbaiki diri, berlomba untuk berpegang kepada yang benar serta segera memperbaiki perilaku mereka. (Suwaid, 2003: 477). Di lembaga pendidikan seperti pesantren, seorang guru (kiyai) kerap kali menggenggam alat pukul tatkala ia mengajar santrinya membaca al-Qur’an, dan ketika mendapatkansantriyangsalahmembaca,sangkiyailangsung memukul tangan santrinya, dengan melihat kebiasaan kiyainya demikian, maka para santri yang ada pada lembaga pendidikan pesantren tersebut akan selalu berusaha untuk tidak salah dalam membaca al-Qur’an dihadapan kiyainya, sehingga lama kelamaan bacaan al-Qur’annya menjadi baik karena untuk menghindari pukulan kiyainya, para santri belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam hal memukul, Rasulullah Saw mengajarkan agar tidak melakukannnya lebih dari sepuluh kali, bahkan jika sudah dipandang memadai, cukup satu kali saja. Demikian halnya dengan anggota badan yang dipukul, harus benar- benar menghindari anggota badan yang rawan dan sensitif, seperti jangan memukul bagian muka, bagian kepala, bagian perut dan kemaluan. Melakukan pemukulan terhadap peserta didik dalam rangka menanamkan kedisiplinan dan meningkatkan ghirah belajar, haruslah dilandasi oleh kasih sayang, tidak didasarkan dengan emosi, sehingga jangan sampai memukul yang mengakibatkan luka atau pendarahan, jika ini terjadi
  • 193. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 184 tujuan pendidikan justru akan menjadi kabur bahkan dengan pemukulan yang dilandasi oleh emosi sangat mungkin akan mengakibatkan rasa dendam pada peserta didik. Jika sangat terpaksa pemukulan harus dilakukan lebih dari satu kali, maka harus ada rentang waktu antara pukulan pertama dan selanjutnya, jangan bertubi-tubi sehingga menimbulkan rasa sakit yang berlebihan, hindari pemukulan pada satu tempat, jika pukulan pertama dikaukan di tangan kanan, maka pukulan kedua lakukanlah di tangan kiri, pukulan ketiga di kaki kanan, demikian selanjutnya. Dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran dengan cara memukul seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw, seorang guru atau orangtua harus senantisa memperhatikan langkah-langkah di atas. Seorang guru tidak boleh lupa bahwa pukulan hanyalah merupakan strategi bukan tujuan, sehingga dengan pukulan tersebut jelas mengandung tujuan yaitu menghasilkan buah yang bersifat mendidik, tujuan merubah peserta didik dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang tidak sempurna menuju kesempurnaan dan dari ahlak tercela menuju ahlak yang baik. Lagi pula dapat ditambahkan, bahwa memukul yang terdapat dalam Hadits di atas, bukan dimaknakan secara tekstual, tetapi juga dengan pemahaman kontekstualnya. Kenapa dan benarkah Rasulullah Saw menyuruh memukul pada anak usia 10 tahun yang enggan mengerjakan shalat? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu memerlukan telaah yang cukup tentang asbabul-wurudnya, sanad dan matan haditsnya, yang bisa jadi hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud di atas tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih dan dikategorikan sebagai hadits dhaif dan tidak dapat dijadikan landasan hukum. Atau mungkin juga anak tadi membantah
  • 194. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 185 saatdiperintahkanuntukshalat,makakemudianperintahkan supaya dipukul. Maksudnya, tentu bukan memukul secara tekstual melainkan konteksnya, yaitu dimaksudkan supaya orangtua tadi dapat mematahkan bantahannya (mengalahkan pendapatnya). Seperti diketahui, anak usia 10 tahun, dalam konteks pendidikan, yaitu mereka yang dalam usia SD kelas 4 ke atas, masa-masa pertumbuhan kecerdasan dan bahkan sifat dan sikap perlawanannya (emosional). 6. Implementasi Menjawab Pertanyaan Sesuai Kebutuhan dan Kondisi Rasulullah Saw. ketika memberikan jawaban berbeda terhadap pertanyaan yang sama, dilakukan pada waktu yang berbeda dan tentu saja pada penanya yang berbeda pula. Cara seperti ini dapat dilakukan oleh setiap guru namun tidak dalam masalah atau materi yang sama. Jika seorang guru ditanya oleh salah seorang muridnya berapa 2 + 2?, tentu saja guru menjawab “4”. Ketika guru yang sama ditanya oleh siswa yang berbeda pada waktu yang berbeda pula tentang berapa jumlah 2 + 2 ?, sudah dapat dipastikan guru akan menjawab sama dengan jawaban yang pertama yaitu “4”. Hal ini menunjukan bahwa memberikan jawaban berbeda terhadap pertanyaan yang sama yang diajukan oleh siswa yang berbeda tidak dapat dilakukan dalam menjawab materi-materi yang bersifat eksak seperti, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika dan sejenisnya. Dengan kata lain, perbedaan jawaban terhadap pertanyaan sejenis yang ditanyakan oleh siswa yang berbeda hanya dapat dilakukan dalam materi-materi yang bersifat non eksakta terutama pendidikan Agama atau yang berkenaan dengan masalah- masalah sosial.
  • 195. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 186 Ketika seorang guru di lembaga pendidikan formal akan menjawab pertanyaan peserta didik atau orangtua dirumah akan menjawab pertanyaan anak-anaknya, haruslah memperhatikan beberapa faktor antara lain; usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lingkungan bermain anak, karena faktor-faktor tersebut akan sangat berpengaruh kepada daya tangkap anak terhadap setiap jawaban yang diberikan. Jawaban-jawaban dalam masalah sosial kemasyarakatan harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan penanya, karena tidak semua yang cocok bagi seseorang, cocok juga bagiyang lain; tidaksemuayangcocok bagisuatu lingkungan, cocok juga bagi lingkungan lainnya; dan tidak semua yang cocok bagi suatu kelompok masyarakat, cocok juga bagi kelompok atau jenis masyarakat yang lain; juga tidak semua yang cocok bagi suatu masa cocok juga bagi masa yang lain. (Qardhawi, 2000: 239). Dalam memberikan jawaban terhadap setiap pertanyaan harus sesuai dengan kadar pemahaman penanya, tidak memberikan jawaban-jawaban yang yang tidak terjangkau oleh akal pikirannya, guru juga tidak boleh berlebihan dalam menjawab pertanyaan, janganlah karena ia tahu betul dengan persoalan yang dipertanyakan, maka dikeluarkanlah seluruh pengetahuan berkenaan dengan masalah tersebut, hal ini bukanlah akan memuaskan peserta didik melainkan sebaliknya akan membuat penanya menjadi kecewa bahkan putus asa yang disebabkan karena ketidak mengertian atas jawaban yang diperolehnya. Sikap seorang guru atau orangtua dalam menerima pertanyaan juga merupakan faktor yang sangat penting, hendaknya seorang guru memperhatikan dengan seksama
  • 196. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 187 pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik sampai selsai, kemudian dijawab sesuai dengan pertanyaan tersebut, jangan sekali-kali menjawab pertanyaan sementara peserta didik masih bertanya (memotong pertanyaan), hal ini akan mengakibatkan keputus asaan peserta didik. Diamnya guru untuk memperhatikan pertanyaan peserta didik akan menghasilkan rasa keberanian yang penuh etika, pemikiran yang runtut dan tidak akan terjadi kebingungan bagi si murid. Sehingga ia dapat menyusun pemikiran- pemikirannya dengan benar dan terjadilah proses belajar tanpa rasa sungkan atau khawatir. (Najib, 1990: 87). Hal lain yang harus menjadi pertimbangan guru dalam menjawabpertanyaan,apakahpertanyaantersebutdilakukan dalam sebuah majlis atau dalam suasana konsultasi antara satu orang peserta didik dengan satu orang guru?. Karena sangat tidak mungkin dalam satu majlis ada lebih dari satu orang penannya dengan pertanyaan sejenis, dijawab dengan jawaban yang berbeda, hal ini tidak boleh terjadi, karena hanya akan membingungkan audien. Seringkali, seorang guru setiap selesai menyampaikan sebuah pokok bahasan di dalam kelas, memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti dari pokok bahasan yang telah disampaikan tersebut. Jika dalam kodisi seperti ini ada murid yang bertanya dan akan dijawab pada saat itu juga, maka jawaban tersebut harus ditujukan untuk seluruh murid yang ada di dalam kelas, karena boleh jadi murid yang lainpun sama kebutuhannya dengan si penanya. Untuk dapat mengimplementasikan strategi seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw ini, selain terlebih dahulu harus mengetahui kebutuhan dan latar belakang
  • 197. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 188 peserta didik (penanya), seorang guru dituntut untuk kaya dengan pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai hal, sehingga memungkinkan dapat merespon pertanyaan dengan tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penanya. 7. Implementasi Bersikap Kepada Orang Lain Sesuai dengan Karakternya Sebuahprosespendidikantidakakanberhasildenganbaik jika guru selalu memandang dan menyamaratakan karakter murid yang satu dengan lainnya, sikap demikian hanya akan melahirkan prilaku guru yang monoton dan tidak variatif dalam proses pembelajaran, selanjutnya akan bermuara kepada kejenuhan murid, bahkan akan menimbulkan sikap antipati murid terhadap gurunya. Untuk menghindari kondisi tersebut hendaknya guru dapat bersikap kepada murid-muridnya sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh masing-masing murid tersebut. Dalam membina dan mengarahkan murid-muridnya, seorang guru dituntut untuk pandai berimpropisasi, dapat merangkul seluruh murid yang memiliki karakter berbeda- beda, jangan hanya memperhatikan murid yang mudah diarahkan sementara muyrid yang sulit diarahkan (nakal) tidak diperhatikan bahkan disisihkan, tidak boleh guru hanya menyukai murid yang pemberani sementara murid yang penakut dibiarkan dengan karakternya. Guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang nyaman, dimana murid merasadiperlakukandengan seadil-adilnya, semuanya merasa dibimbing, merasa diarahkan dan merasakan diperlakukan sama. Salah satu faktor keberhasilan Rasulullah Saw dalam mendidik para sahabatnya karena ia sangat pandai dalam
  • 198. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 189 memperlakukan para sahabatnya tersebut. Kepandaian Rasulullah Saw dalam hal bersikap kepada para sahabatnya ini disebabkan Rasulullah Saw sangat memahami perbedaan karakter yang dimiliki oleh para sahabatnya. Lihat saja bagaimana Rasulullah Saw bersikap kepada Usman yang pemalu, sangat berbeda dengan sikap beliau kepada sahabat lainnya yang tidak pemalu, karena Usman merasa diperlakukan khusus yang sesuai dengan karakternya, maka yang semula diperkirakan tidak berani menyampaikan permasalahannya, karena sikap Rasulullah Saw sedemikian tepat, akhirnya Usman ada keberanian mengungkapkan persoalannya di hadapan sahabat yang lain. Dengan mempelajari kasus Usman di atas, agar seorang guru dapat diterima oleh semua peserta didik, maka memahami karakter setiap peserta didik merupakan sesuatu yang mutlak sifatnya, karena tanpa memahami keragaman karakter tersebut bisa jadi seorang guru memperlakukan seluruh peserta didik dengan sikap yang sama, karena sikap seperti ini tentu tidak akan dapat mencapai tujuan pendidikan dengan sempurna. Untuk dapat mengimplementasikan sikap Rasulullah Saw kepada para sahabatnya, hendaklah seorang guru memulai dari hal-hal yang paling sederhana yaitu mengenal nama-nama muridnya, selanjutnya secara bertahap guru dituntut untuk mengetahui lebih jauh tentang murid- muridnya, seperti lingkungan dan karakater tempat tinggal, lingkungan dan karakter keluarga dan yang lebih penting adalah karakter pribadi murid yang bersangkutan. Jadi, untuk dapat memaksimalkan sikap yang tepat terhadap murid-muridnya, guru harus juga memperkaya diri dengan pengetahuan yang berkenaan dengan psikologi atau ilmu
  • 199. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 190 jiwa, sehingga seorang guru dapat dengan trampil dan siap mental menghadapi murid yang memiliki karakter apa saja, karena ia tahu bagaimana caranya mengahadapi murid yang pendiam, murid yang pemarah, murid yang selalu menutup diri, murid yang over acting dan lain sebagainya. 8. Implementasi bijak dalam menangani sikap siswa yang terkadang senang bersikap berlebihan Dalam dunia pendidik, selain ilmu dan keteladanan, mengajar membutuhkan sikap arif dan bijak. Karena dalam perjalanannya mengajar tidak selalu mendapati siswa-siswi yang taat kepada seorang guru. Ada kalanya seorang siswa bersikap bertentangan dengan seorang pendidik. Tidak selalu karena seorang siswa tidak suka terhadap sang guru. Bisa jadi karena sang siswa membutuhkan perhatian lebih dari seorang guru. Dalam mendidik ummat Rasulullah pernah pernah juga mengalami hal yang tidak menyenangkan ketika mengajar. Misalnya ketika seorang Badui yang ikut mendengarkan taushiyah beliau tiba-tiba nyeletuk, “Ya Rasul, orang itu pasti orang Quraisy atau Anshar, karena mereka gemar bercocok tanam, sedang kami tidak.” Saat itu Rasul tengah menceritakan dialog antara seorang penghuni surga dan Allah Swt yang mohon agar diizinkan bercocok tanam di surga. Allah Swt mengingatkan bahwa semua yang diinginkannya sudah tersedia di surga. Karena sejak di dunia punya hobi bercocok tanam, iapun lalu mengambil beberapa biji-bijian, kemudian ia tanam. Tak lama kemudian biji itu tumbuh menjadi pohon hingga setinggi gunung, berbuah, lalu dipanenkan. Lalu Allah Swt berfirman. “Itu tidak akan membuatmu kenyang, ambillah yang lain.”
  • 200. Bab III: Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 191 Ketika itulah si Badui menyeletuk, “Pasti itu orang Quraisy atau Anshar. Mereka gemar bercocok tanam, kami tidak.” Mendengar itu Rasul tersenyum, sama sekali tidak marah. Padahal, beliau orang Quraisy juga. Suatu saat justru Rasulullah yang bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian mengapa aku tertawa?.” “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,” jawab para sahabat. Maka Rasul pun menceritakan dialog antara seorang hamba dan Allah Swt. Orang itu berkata, “Aku tidak mengizinkan saksi terhadap diriku kecuali aku sendiri.” Lalu Allah Swt menjawab, “Baiklah, cukup kamu sendiri yang menjadi saksi terhadap dirimu, dan malaikat mencatat sebagai saksi.” Kemudian mulut orang itu dibungkam supaya diam, sementara kepada anggota tubuhnya diperintahkan untuk bicara. Anggota tubuh itupun menyampaikan kesaksian masing-masing. Lalu orang itu dipersilahkan mempertimbangkan kesaksian anggota-anggota tubuhnya. Tapi orang itu malah membentak, “Pergi kamu, celakalah kamu!” Dulu aku selalu berusaha, berjuang, dan menjaga kamu baik-baik,” katanya. Rasulpun tertawa melihat orang yang telah berbuat dosa itu mengira anggota tubuhnya akan membela dan menyelamatkannya. Dia mengira, anggota tubuh itu dapat menyelamatkannya dari api neraka. Tapi ternyata anggota tubuh itu menjadi saksi yang merugikan, karena memberikan kesaksian yang sebenarnya. (HR Anas bin Malik). Rasulullah membalas celetukan seorang Badui tidak dengan kemarahan tapi kebijaksanaan. Seyoyanya seorang guru dalam menangani para siswa yang terkadang tidak patuh dengan arahan sang guru.
  • 201. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 192
  • 202. Bab IV: Penutup 193 BAB IV P E N U T U P Berdasarkanpembahasandiatasmakadapatdisimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut: 1) KeberhasilanNabiMuhammadSawdalammenyampaikan materi pembelajarannya sangat didukung oleh keragaman strategi pendidikan yang dipergunakan oleh Nabi, sekaligus kemampuan Nabi dalam menyesuaikan materi yang disampikan dengan strategi dan metode yang dipergunakan. Staratergi dan metode pembelajaran Nabi Muhammad Saw tersebut antara lain adalah mendidik dengancontohteladan,dengantarghibdantarhib,dengan perumpamaan, dengan nasihat, dengan cara memukul, dengan menjawab pertanyaan sesuai kebutuhan dan kondisi serta dengan bersikap kepada peserta didik sesuai karakternya. 2) Keberhasilan pembelajaran Nabi Muhammad Saw, selain disebabkan oleh keragaman strategi, metode dan kesungguhannya, yang paling menentukan juga adalah mengalirnya bimbingan Ilahi yang senantiasa menyertai
  • 203. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 194 setiap gerak perjuangan Nabi Muhammad Saw sehingga pelajarannya mampu membuka hati kebanyakan manusia (peserta didik) untuk menerima petunjuk Ilahi hingga mereka memiliki kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa dan karakter yang bersih. 3) Startegi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. sesungguhnya merupakan implementasi dari al-Qur’an, sehingga strategi pembelajaran yang dipergunakannya merupakan strategi/metode yang sangat ideal untuk dapat dijadikan barometeroleh paraguru. Kesuksesan beliau ini tidak saja diakui oleh umat Islam tetapi juga oleh orang beragama lain.
  • 204. Bab IV: Penutup 195 DAFTAR PUSTAKA Al-‘am, Najib Khalid, Min asaaliib ar-Rasul fi at-Tarbiyah (terj.), Bandung, Pustaka Hidayah, 1990. Ad-Damsyiqi, al-Hanafi, Ibnu Hamzah Al-Husaini, Asbabul Wurud, Jakarta, Kalam Mulia, 2003. Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim, Ma’al Mu’allimin (terj.), Jakarta, darul Haq, 2002 Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya Ulumuddin (terjemahan Zaid Husein al-Hamid), Jakarta, Pustaka Amani, 1995. An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta, Gema Insani Press, 1996. An-Nawawy, Imam, Riadus Shalihin (terj.), Bandung, PT. Alma’arif, 1987 Anwar, Qomari Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa, Jakarta, Uhamka Press, 2003. -------, Profesi Jabatan, Jakarta, Uhamka Press, 2004. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyurrahman, Sirah Nabawiyah (ter.), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2003.
  • 205. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 196 Al-Munawar, Said Agil Husin, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an (Dalam Sistem Pendidikan Islam), Jakarta, Ciputat press, 2003. Al-Qarashi, Baqir Syarif, The Educational System in Islam (terj.), Jakarta, Pustaka Zahra, 2003. Al-Syaibany, al-Toumy, Omar Mohammad, Falsafah At- tarbiyah Al-Islamiyah (Terj.), Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1997. Arief, Armai, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2002. Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta, PT. Logos wacana Ilmu, 2002. Baqi, Abdul, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu wal Marjan (Terj.), Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1996. Chalil, Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw., Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1994. A. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Gani, Bustami dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1990. Gulen, M. Fethullah, Versi Teladan: Kehidupan Rasulullah Muhammad Saw. (Terj.), Jakarta, PT. Rosda Karya, 2002. Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad (terj.), Jakarta, PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2003. Hamka, Lembaga Hidup, Jakarta, PT. Panjimas, 2001 Hamalik, Umar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2003. Havighurst, RobertJ., Perkembangan Manusia dan pendidikan (terj.), Bandung, Jemars, 1984.
  • 206. Bab IV: Penutup 197 Ismail, Faisal, Masa Depan Pendidikan Islam, Jakarta. PT. Bakti Aksara Persada, 2003. Ilyas, Yunahar (ed.), Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, Yogyakarta, LPPI UMY, 1999. Khaldun, Ibnu, Muqadimah (terjemahan Ahmadie Thoha), Jakarta, Pustaka Firdaus, 2000. Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan (SebuahAnalisa Psikologi dan Pendidikan), Jakarta, Al-Husna Zikra, 1995. ------------, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Pustaka Al-Husna baru, 2003. Latief, Hilman, Islam dan Pengembangan Disiplin Ilmu Sebuah Transformasi Nilai, Yogyakarta, PT. Surya Sarana Utama, 2003. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1996. ----------, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta, Bumi Aksara, 2000. Mas’udi, Abdurrahman, Mengagas Format Pendidikan Nondikotomik, Yogyakarta, Gema Media, 2002. Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu, 1999. Muhaimin (et.al), Paradigma Pendidikan Islam, Bandung. PT. Rosda, 2001. Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 2001. Nizar, Samsul, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta, Gaya Mwedia Pratama, 2001. Qardhawi, Yusuf, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, Jakarta, Gema Insani Press, 1998. Daftar Pustaka
  • 207. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 198 -------------, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta, Gema Insani, 1998. Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Uhamka Press, Jakarta, 2003. Rosyada, Dede, Paradigma pendidikan Demokratis, Jakarta, Prenada Media, 2004. Silaban, Sintong (ed.), Pendidikan Indonesia (Dalam Pandangan Lima Belas Tokoh Pendidikan Swasta), Dasamedia Utama, Jakarta, 1993. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996. Surya, Muhammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani qwuraisy, Bandung, 2004. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000. Usman, M.Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta, Ciputat Pers, 2002. Zuhairimi, Sejarah pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
  • 208. Bab IV: Penutup 199 TENTANG PENULIS Bunyamin, lahir di Bandung 2 Februari 1965, putra kelima dari bapak Ahmad (almarhum) dan ibu Najiroh (almarhumah). Menikah dengan Hamidah, memiliki Seorang putri; Annisa (almarhumah) dan dua orang putra; Hilal Muharrom dan Nabil Avicena. Menamatkan Sekolah Dasar di kampung kelahirannya SD Negeri Bonjot, Bandung tamat tahun 1977, melanjutkan sekolah menengah pada SMP Negeri III Bekasi tamat tahun1981, melanjutkanSekolahPendidikanGuru(SPG)Muhammadiyah Jakarta tamat tahun 1984. Pada tahun 1985 atas beasiswa dari Muhammadiyah Matraman Jakarta melanjutkan studi jenjang S1 padaUniversitas Muhammadiyah Surakarta(UMS) tamat tahun 1991, selama Kuliah S1 menetap di Pondok Muhammadiyah Hajah Nuriyah Shobron Surakarta. Pada tahun 2002 melanjutkan pada pascasarjana (S2) Universitas Islam Jakarta program studi Manajemen Pendidikan Islam tamat tahun 2005. Pada tahun 2010 melanjutkan program S3 pada Universitas Negeri Jakarta program studi Manajemen Pendidikan tamat tahun 2013.
  • 209. Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad Saw 200 Karir bekerja dimulai menjadi guru honor pada SD Negeri, selanjutnya pernah menjadi guru pada seluruh jenjang pendidikan formal, Madrasah,SMP, SMA, dan guru tetap persyarikatan SMK Muhammadiyah 6 Jakarta sampai tahun 2001 dan sempat mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala SMK Muhammadiyah 6 Jakarta. Pada tahun 2001 diangkat menjadi dosen tetap pada Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta. Pada tahun 2012 mendapat tugas tambahan sebagai Dekan Fakultas Agama Islam UHAMKA periode 2012–2014, dan pada tahun 2014 mendapat tugas tambahan sebagai Wakil Rektor III UHAMKA periode 2014-2018.