SlideShare a Scribd company logo
3
Most read
6
Most read
7
Most read
LAPORAN 
PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN 
KARBOHIDRAT I 
UJI BARFOED 
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan 
Praktikum Biokimia Pangan 
Oleh : 
Nama : Anis Hamidah 
NRP : 123020168 
Kel/meja : F/10 
Asisten : Ilma Indah Marinda 
Tgl. Percobaan : 17 Maret 2014 
LABORATORIUM BIOKIMIA PANGAN 
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN 
FAKULTAS TEKNIK 
UNIVERSITAS PASUNDAN 
BANDUNG 
2014
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
I PENDAHULUAN 
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar 
Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip 
Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 
1.1. Latar Belakang Percobaan 
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi 
manusia. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa di 
alam ini, banyak terdapat jenis karbohidrat yang berbeda. 
Misalnya pembagian berdasarkan jumlah unit penyusunnya 
yaitu ada yang termasuk monosakarida, disakarida, 
oligosakarida dan polisakarida. Ada juga yang 
mengklasifikasikannya berdasarkan fungsi dan peranannya 
dalam kehidupan misalnya ada yang berfungsi sebagai 
penguat struktur pada tanaman yaitu selulosa. 
Selain itu, ada pula yang mengklasifikasikan karbohidrat 
berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi senyawa 
penerima elektron. Karbohidrat atau gula yang memiliki 
kemampuan tersebut dinamakan gula pereduksi. Gula 
pereduksi bisa berupa gula monosakarida pereduksi ataupun 
disakarida pereduksi. Uji barfoed ini bertujuan khusus untuk 
mengetahui apakah dalam bahan pangan yang diuji 
mengandung gula monosakarida pereduksi atau tidak. 
Berbeda dengan uji benedict yang bertujuan untuk 
mengidentifikasi semua gula pereduksi pada bahan pangan. 
Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan 
identifikasi karbohidrat maupun untuk analisis kuantitatif. 
1.2. Tujuan Percobaan 
Tujuan dari percobaan uji barfoed adalah untuk 
mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi pada bahan 
pangan.
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
1.3. Prinsip Percobaan 
Prinsip percobaan dari uji barfoed ini adalah berdasarkan 
adanya gugus karbonil bebas yang akan mereduksi Cu2+ 
dalam suasana asam sehingga terbentuk Cu2O (endapan 
berwarna merah bata). 
1.4. Reaksi Percobaan 
Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Barfoed
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
Panaskan 15 
menit 
Amati 
terbentuknya 
endapan 
merah bata 
II METODE PERCOBAAN 
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang 
Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang 
Digunakan, dan (4) Metode Percobaan. 
2.1 Bahan yang Digunakan 
Bahan yang digunakan dalam uji barfoed adalah sampel J 
(morita selai kacang), sampel D (kopi good day), sampel H 
(biscuit roma malkist), sampel K (dedak), dan sampel L 
(larutan fruktosa). 
2.1 Pereaksi yang Digunakan 
Pereaksi yang digunakan dalam uji barfoed adalah larutan 
barfoed yang didapat dari melarutkan 13,3 gram Cu-asetat 
dalam 200 mL air dan ditambahkan 1,9 mL asam asetat 
glacial. 
2.2 Alat yang Digunakan 
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah 
tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, rak tabung reaksi dan 
waterbath. 
2.2 Metode Percobaan 
1 mL larutan 
sampel + 1,5 mL 
larutan barfoed
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
Gambar 2. Metode Percobaan Uji Barfoed 
III HASIL PENGAMATAN 
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil 
Pengamatan dan (2) Pembahasan. 
3.1 Hasil Pengamatan 
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Barfoed 
Sampel Pereaksi 
Warna Hasil 
1 
Hasil 
Sebelum Sesudah 2 
Morita 
Selai 
Kacang 
Larutan 
barfoed 
Kuning Hijau - + 
Good 
Day 
Coklat 
Hijau 
Tua 
+ - 
Roma 
Malkist 
Putih 
Keruh 
Biru 
Muda 
- + 
Dedak 
Putih 
Keruh 
Biru 
Bening 
+ + 
Larutan 
Fruktos 
a 
Cream 
Biru 
Muda 
- - 
Sumber : Hasil I : Anis dan Aulia, Kelompok F, Meja 10, 2014. 
Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014. 
Ket : (+) Mengandung gula monosakarida pereduksi 
(-) Tidak mengandung gula monosakarida pereduksi
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
Gambar 3. Hasil Pengamatan Uji Barfoed 
3.2 Pembahasan 
Berdasarkan hasil pengamatan sampel yang positif 
mengandung monosakarida pereduksi adalah sampel J 
(Morita Selai Kacang) dan sampel K (Dedak). Namun hasil 
yang seharusnya sampel yang positif mengandung 
monosakarida pereduksi adalah sampel J (Morita Selai 
Kacang), sampel H (Roma malkist), dan sampel K (Dedak) 
Kesalahan ini mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor. 
Faktor yang paling mungkin terjadi adalah adanya human 
error atau dapat juga disebabkan oleh LA (Laboratory 
Accident). Human error terjadi saat praktikum melakukan 
percobaan di laboratorium. Dapat berupa kesalahan dalam 
melakukan prosedur misalnya penambahan reagen yang 
kurang atau justru berlebih, waktu pengamatan yang tidak 
akurat atau mungkin disebabkan oleh peralatan yang tidak 
dicuci dengan bersih sehingga masih meninggalkan bekas
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
pereaksi ataupun sampel sebelumnya yang ikut bereaksi 
dengan sampel yang sedang diuji. Dan mungkin masih banyak 
lagi faktor kesalahan lain yang membuat hasil percobaan tidak 
sesuai dengan hasil yang seharusnya. 
Uji barfoed adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui 
adanya gula monosakrida pereduksi pada bahan pangan. 
Jelas terlihat bahwa uji ini lebih spesifik daripada uji benedict 
yang hanya bertujuan untuk mengetahui adanya gula 
pereduksi saja dalam bahan pangan. 
Pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah 
larutan barfoed. Larutan barfoed merupakan campuran dari 
kupri asetat dan asam asetat dalam air. Larutan ini akan 
bereaksi dengan gula-gula pereduksi (monosakarida) 
sehingga dihasilkan endapan merah kuprooksida. Dalam 
suasana asam ini, gula reduksi yang termasuk dalam 
golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat 
dengan larutan barfoed sehingga tidak terdapat endapan 
merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama 
(Sudarmadji, 2007 halaman 37). 
Pereaksi barfoed digunakan untuk membedakan 
monosakarida dan disakarida. Barfoed merupakan pereaksi 
yang bersifat asam lemah. Disakarida akan dapat dihidrolisis 
sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lebih lama. 
Disakarida akan memberikan hasil positif berwarna biru tua 
bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis. Reaksi ini 
positif untuk monosakarida. Dengan kata lain untuk 
membedakan monosakarida, dengan disakarida tergantung 
berapa lama pemanasan sampai terbentuk endapan tembaga 
oksida yang berwarna biru tua (Cifamo,2011). 
Pada uji barfoed, mekanisme terbentuknya endapan 
adalah sebagai berikut. Pereaksi larutan barfoed yang 
mengandung kupri asetat akan bereaksi dengan gugus 
aldehid atau gugus keton pada karbohidrat dalam sampel. 
Gugus karbonil bebas pada karbohidrat tersebut akan 
mereduksi ion Cu2+ dari kupri asetat menjadi Cu+. Proses
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
reduksi ini terjadi dalam suasana asam dan dibantu dengan 
pemanasan sekitar 15 menit sehingga terbentuklah endapan 
Cu2O yang dapat menghasilkan endapan warna merah bata 
yang menunjukkan adanya gula monosakarida pereduksi pada 
sampel tersebut. 
Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 15 menit 
dalam waterbath. Waktu tersebut lebih lama dibandingkan 
dengan pemanasan pada uji benedict. Hal ini dikarenakan 
suasana asam yang ditimbulkan pereaksi barfoed membuat 
hidrolisis karbohidrat berjalan lebih lambat. Selain itu, faktor 
lain yang mungkin mempengaruhi lamanya waktu pemanasan 
adalah karena kita ingin mendapatkan atau mendeteksi 
adanya gula monosakrida pereduksi. Dalam bahan pangan 
tersebut, banyak sekali senyawa karbohidrat yang mungkin 
dalam bentuk kompleksnya, sehingga butuh waktu lama untuk 
menghidrolisis karbohidrat kompleks tersebut menjadi lebih 
sederhana (monosakarida). 
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath, 
hal ini dikarenakan dengan menggunkan waterbath, suhu 
pemanasan bisa diatur atau dikontrol, sehingga dapat 
mencegah terjadinya karamelisasi pada bahan yang 
mengandunng karbohidrat tinggi. Bila gula diuapkan, maka 
konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titk didihnya. 
Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air 
menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan 
pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan lagi 
terdiri dari air tetapi cairan gula yang lebur. Bila gula yang 
telah mencair tersebut dipanaskan terus hingga suhunya 
melampaui titik leburnya, maka terjadilah karamelisasi. Itulah 
mengapa pemanasan dilakukan dengan menggunakan 
waterbath untuk menghindari terjadinya karamelisasi 
(Winarno, halaman 41, 2004). 
Gula reduksi adalah merupakan golongan gula 
(karbohidrat) yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi 
senyawa-senyawa penerima elektron, Hal ini dikarenakan
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul 
karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam 
misalnya ion Cu2+ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi 
tertentu (Dianti, 2012). 
Adapun senyawa-senyawa gula reduksi adalah glukosa 
dan fruktosa. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa dan 
galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) termasuk sebagai 
gula pereduksi, kecuali sukrosa dan pati (polisakarida). 
Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat 
dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim 
maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan 
(Dianti, 2012). 
Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. 
Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas, 
tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) 
melalui proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang 
dapat memasuki siklus kreb’s untuk diproses menjadi energi. 
Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida, yaitu 
turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf 
(Budiyanto, 2002).
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
IV KESIMPULAN DAN SARAN 
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, 
dan (2) Saran. 
4.1 Kesimpulan 
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa 
sampel yang mengandung monosakarida pereduksi adalah 
sampel J (Morita Selai Kacang), sampel H (Roma Malkist), 
dan sampel L (Dedak) yang ditandai dengan terbentuknya 
endapan warna merah bata. 
4.2 Saran 
Praktikan harus lebih teliti dan cermat lagi. Karena kedua 
faktor tersebut adalah hal yang sangat dibutuhkan.
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 
DAFTAR PUSTAKA

More Related Content

PPTX
Ppt uji karbohidrat
PPTX
Analisis Kualitatif Karbohidrat
DOCX
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
DOCX
1. identifikasi karbohidrat
DOCX
Uji Biuret
DOCX
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
DOCX
Uji Ketidakjenuhan Lemak
PPTX
Uji Karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
Analisis Kualitatif Karbohidrat
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
1. identifikasi karbohidrat
Uji Biuret
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Karbohidrat

What's hot (20)

DOCX
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
DOC
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
PPTX
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
PDF
Lipid
DOCX
Uji Kelarutan Lemak
DOCX
Hidrolisa Suatu Polisakarida
DOCX
Karbohidrat II
DOC
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
DOCX
Uji Ninhydrin
DOC
Laporan praktikum uji asam amino
DOCX
Laporan biokima bab 4
PDF
Laporan praktikum reagen
DOCX
Laporan uji ninhidrin
PPT
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
DOCX
Uji Vitamin E
PDF
Protein
DOCX
Laporan praktikum destilasi sederhana
DOCX
laporan praktikum uji anion dan kation
PDF
Laporan hidrolisis sukrosa
DOCX
laporan praktikum analisis gravimetri
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Lipid
Uji Kelarutan Lemak
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Karbohidrat II
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Uji Ninhydrin
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan biokima bab 4
Laporan praktikum reagen
Laporan uji ninhidrin
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Uji Vitamin E
Protein
Laporan praktikum destilasi sederhana
laporan praktikum uji anion dan kation
Laporan hidrolisis sukrosa
laporan praktikum analisis gravimetri
Ad

Similar to Uji barfoed (20)

DOCX
Laporan biokimia bab 2 agta
DOCX
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
DOC
Kh
PDF
Karbohidrat
PPTX
ANALISIS KARBOHIDRAT AMAMI yeeeeeeeee.pptx
DOCX
Karbohidrat i
PPTX
karbohidrat, lipid dan protein
DOCX
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
DOCX
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
PDF
Analisis Karbohidrat [Autosaved]-converted.pdf
PPTX
ANALISIS KARBOHIDRAT.pptx
DOCX
38888566 fehling-biokimia
DOCX
Pembahasan laporan uji_kualitatif_karboh
DOCX
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
PDF
Tentir Praktikum Biokim.pdf
PPTX
PRAK UJI KARBOHIDRAT.pptx
DOCX
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA
DOC
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
DOCX
Laporan Uji Benedict
PPT
Karbohidrat dan Pengujiannya
Laporan biokimia bab 2 agta
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
Kh
Karbohidrat
ANALISIS KARBOHIDRAT AMAMI yeeeeeeeee.pptx
Karbohidrat i
karbohidrat, lipid dan protein
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
Analisis Karbohidrat [Autosaved]-converted.pdf
ANALISIS KARBOHIDRAT.pptx
38888566 fehling-biokimia
Pembahasan laporan uji_kualitatif_karboh
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Tentir Praktikum Biokim.pdf
PRAK UJI KARBOHIDRAT.pptx
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Uji Benedict
Karbohidrat dan Pengujiannya
Ad

Uji barfoed

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT I UJI BARFOED Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Anis Hamidah NRP : 123020168 Kel/meja : F/10 Asisten : Ilma Indah Marinda Tgl. Percobaan : 17 Maret 2014 LABORATORIUM BIOKIMIA PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2014
  • 2. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 1.1. Latar Belakang Percobaan Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa di alam ini, banyak terdapat jenis karbohidrat yang berbeda. Misalnya pembagian berdasarkan jumlah unit penyusunnya yaitu ada yang termasuk monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Ada juga yang mengklasifikasikannya berdasarkan fungsi dan peranannya dalam kehidupan misalnya ada yang berfungsi sebagai penguat struktur pada tanaman yaitu selulosa. Selain itu, ada pula yang mengklasifikasikan karbohidrat berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi senyawa penerima elektron. Karbohidrat atau gula yang memiliki kemampuan tersebut dinamakan gula pereduksi. Gula pereduksi bisa berupa gula monosakarida pereduksi ataupun disakarida pereduksi. Uji barfoed ini bertujuan khusus untuk mengetahui apakah dalam bahan pangan yang diuji mengandung gula monosakarida pereduksi atau tidak. Berbeda dengan uji benedict yang bertujuan untuk mengidentifikasi semua gula pereduksi pada bahan pangan. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun untuk analisis kuantitatif. 1.2. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan uji barfoed adalah untuk mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi pada bahan pangan.
  • 3. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) 1.3. Prinsip Percobaan Prinsip percobaan dari uji barfoed ini adalah berdasarkan adanya gugus karbonil bebas yang akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam sehingga terbentuk Cu2O (endapan berwarna merah bata). 1.4. Reaksi Percobaan Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Barfoed
  • 4. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) Panaskan 15 menit Amati terbentuknya endapan merah bata II METODE PERCOBAAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan. 2.1 Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam uji barfoed adalah sampel J (morita selai kacang), sampel D (kopi good day), sampel H (biscuit roma malkist), sampel K (dedak), dan sampel L (larutan fruktosa). 2.1 Pereaksi yang Digunakan Pereaksi yang digunakan dalam uji barfoed adalah larutan barfoed yang didapat dari melarutkan 13,3 gram Cu-asetat dalam 200 mL air dan ditambahkan 1,9 mL asam asetat glacial. 2.2 Alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, rak tabung reaksi dan waterbath. 2.2 Metode Percobaan 1 mL larutan sampel + 1,5 mL larutan barfoed
  • 5. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) Gambar 2. Metode Percobaan Uji Barfoed III HASIL PENGAMATAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan. 3.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Barfoed Sampel Pereaksi Warna Hasil 1 Hasil Sebelum Sesudah 2 Morita Selai Kacang Larutan barfoed Kuning Hijau - + Good Day Coklat Hijau Tua + - Roma Malkist Putih Keruh Biru Muda - + Dedak Putih Keruh Biru Bening + + Larutan Fruktos a Cream Biru Muda - - Sumber : Hasil I : Anis dan Aulia, Kelompok F, Meja 10, 2014. Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014. Ket : (+) Mengandung gula monosakarida pereduksi (-) Tidak mengandung gula monosakarida pereduksi
  • 6. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) Gambar 3. Hasil Pengamatan Uji Barfoed 3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan sampel yang positif mengandung monosakarida pereduksi adalah sampel J (Morita Selai Kacang) dan sampel K (Dedak). Namun hasil yang seharusnya sampel yang positif mengandung monosakarida pereduksi adalah sampel J (Morita Selai Kacang), sampel H (Roma malkist), dan sampel K (Dedak) Kesalahan ini mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling mungkin terjadi adalah adanya human error atau dapat juga disebabkan oleh LA (Laboratory Accident). Human error terjadi saat praktikum melakukan percobaan di laboratorium. Dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur misalnya penambahan reagen yang kurang atau justru berlebih, waktu pengamatan yang tidak akurat atau mungkin disebabkan oleh peralatan yang tidak dicuci dengan bersih sehingga masih meninggalkan bekas
  • 7. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) pereaksi ataupun sampel sebelumnya yang ikut bereaksi dengan sampel yang sedang diuji. Dan mungkin masih banyak lagi faktor kesalahan lain yang membuat hasil percobaan tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya. Uji barfoed adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula monosakrida pereduksi pada bahan pangan. Jelas terlihat bahwa uji ini lebih spesifik daripada uji benedict yang hanya bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi saja dalam bahan pangan. Pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan barfoed. Larutan barfoed merupakan campuran dari kupri asetat dan asam asetat dalam air. Larutan ini akan bereaksi dengan gula-gula pereduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kuprooksida. Dalam suasana asam ini, gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan barfoed sehingga tidak terdapat endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama (Sudarmadji, 2007 halaman 37). Pereaksi barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam lemah. Disakarida akan dapat dihidrolisis sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lebih lama. Disakarida akan memberikan hasil positif berwarna biru tua bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis. Reaksi ini positif untuk monosakarida. Dengan kata lain untuk membedakan monosakarida, dengan disakarida tergantung berapa lama pemanasan sampai terbentuk endapan tembaga oksida yang berwarna biru tua (Cifamo,2011). Pada uji barfoed, mekanisme terbentuknya endapan adalah sebagai berikut. Pereaksi larutan barfoed yang mengandung kupri asetat akan bereaksi dengan gugus aldehid atau gugus keton pada karbohidrat dalam sampel. Gugus karbonil bebas pada karbohidrat tersebut akan mereduksi ion Cu2+ dari kupri asetat menjadi Cu+. Proses
  • 8. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) reduksi ini terjadi dalam suasana asam dan dibantu dengan pemanasan sekitar 15 menit sehingga terbentuklah endapan Cu2O yang dapat menghasilkan endapan warna merah bata yang menunjukkan adanya gula monosakarida pereduksi pada sampel tersebut. Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 15 menit dalam waterbath. Waktu tersebut lebih lama dibandingkan dengan pemanasan pada uji benedict. Hal ini dikarenakan suasana asam yang ditimbulkan pereaksi barfoed membuat hidrolisis karbohidrat berjalan lebih lambat. Selain itu, faktor lain yang mungkin mempengaruhi lamanya waktu pemanasan adalah karena kita ingin mendapatkan atau mendeteksi adanya gula monosakrida pereduksi. Dalam bahan pangan tersebut, banyak sekali senyawa karbohidrat yang mungkin dalam bentuk kompleksnya, sehingga butuh waktu lama untuk menghidrolisis karbohidrat kompleks tersebut menjadi lebih sederhana (monosakarida). Pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath, hal ini dikarenakan dengan menggunkan waterbath, suhu pemanasan bisa diatur atau dikontrol, sehingga dapat mencegah terjadinya karamelisasi pada bahan yang mengandunng karbohidrat tinggi. Bila gula diuapkan, maka konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titk didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan gula yang lebur. Bila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus hingga suhunya melampaui titik leburnya, maka terjadilah karamelisasi. Itulah mengapa pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath untuk menghindari terjadinya karamelisasi (Winarno, halaman 41, 2004). Gula reduksi adalah merupakan golongan gula (karbohidrat) yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, Hal ini dikarenakan
  • 9. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu2+ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu (Dianti, 2012). Adapun senyawa-senyawa gula reduksi adalah glukosa dan fruktosa. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa dan galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) termasuk sebagai gula pereduksi, kecuali sukrosa dan pati (polisakarida). Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan (Dianti, 2012). Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus kreb’s untuk diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida, yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, 2002).
  • 10. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sampel yang mengandung monosakarida pereduksi adalah sampel J (Morita Selai Kacang), sampel H (Roma Malkist), dan sampel L (Dedak) yang ditandai dengan terbentuknya endapan warna merah bata. 4.2 Saran Praktikan harus lebih teliti dan cermat lagi. Karena kedua faktor tersebut adalah hal yang sangat dibutuhkan.
  • 11. Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) DAFTAR PUSTAKA