TUGAS KIMIA ORGANIK II
“RINGKASAN REAKSI SUBSTITUSI, ELIMINASI
DAN ADISI”
OLEH :
NAMA : APRILIA YUNESTI
NPM : A1F011022
DOSEN PENGAMPU : Dr. Agus Sundaryono
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
REAKSI-REAKSI SENYAWA KARBON
(Reaksi Substitusi, Eliminasi, dan Adisi )
Reaksi senyawa karbon pada umumnya merupakan pemutusan dan pembentukan
ikatan kovalen. Ada beberapa jenis reaksi senyawa karbon, diantaranya yaitu reaksi
substitusi, adisi, dan eliminasi.
1. Reaksi Subtitusi
Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada
senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal), tetapi
dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Secara umum mekanismenya :
R ─ X + R’ ─ Y → R ─ Y + R’ ─ X
Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini
sangat rentan (susceptible; mudah diserang oleh) terhadap serangan oleh anion dan spesi
lain. Sehingga akan terjadi reaksi subtitusi , yaitu suatu reaksi dimana mana satu atom,
disubstitusikan untuk menggantikan atom, atau gugus lain.
Contoh:
Halogenasi hidrokarbon (penggantian atom H oleh halogen)
Animasi substitusi
Animasi klorinasi
Dalam reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi (leaving group)
yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon.
Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut
nukleofil,sering dilambangkan dengan Nu-
.
Dari reaksi diatas Cl-
adalah nukleofil. Kebanyakan nukleofil adalah anion, namun
beberapa molekul polar yang netral seperti H2O, CH3OH, dan CH3NH2 dapat juga
bertindak sebagai nukleofil. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi nukleofil atau
pergantian nukleofil.
Lawan nukleofil adalah elektrofil (pencinta electron) , sering dilambangkan dengan E+
. Suatu elektrofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat negatif. Jadi, suatu
elektrofil ialah suatu asam lewis seperti H+
atau ZnCl2 .
Reaksi substitusi Nukleofilik
Pada reaksi substitusi nukleofilik, atom/ gugus yang diganti mempunyai
elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah suatu
nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif. Nukleofil
adalah spesies (atom / ion/ molekul) yang kaya elektron, sehingga dia tidak suka akan
elektron tetapi suka akan nukleus (inti yang kekurangan elektron).
Mekanisme Reaksi substitusi Nukleofilik :
Reaktivitas relatif dalam reaksi substitusi nukleofilik dipengaruhi oleh
reaktivitas nukleofil, struktur alkilhalida dan sifat dari gugus terlepas. Reaktivitas
nukleofil dipengaruhi oleh basisitas, kemampuan mengalami polarisasi, dan solvasi.
a. Mekanisme SN2
Mekanisme ini berlangsung satu langkah, dinyatakan dengan persamaan:
|
Nu : -
+ C – L [Nu …. C …. L ] Nu – C + : L-
Nukleofil substrat keadaan transisi produk gugus pergi
Nukleofili menyerang dari sisi belakang dari ikatan C-L. Pada tahap tertentu (keadaan
transisi), nukleofili dan gugus pergi keduanya terikat secara parsial pada karbon tempat
berlangsungnya reaksi substitusi. Sewaktu gugus pergi meninggalkan karbon dengan
sepasang electron bebasnya, nukleofili memasok sepasang elektron lain pada atom karbon.
Angka 2 digunakan untuk menjelaskan mekanisme ini karena reaksi ini bimolekuler. Artinya
dua molekul, yaitu nukleofili dan substrat, yang terlibat dalam langkah kunci (hanya satu
langkah) dalam mekanisme reaksi ini.
Beberapa petunjuk agar mengetahui mekanisme SN2:
1. Laju reaksi bergantung pada konsentrasi nukleofili maupun substrat. Contohnya
reaksi ion hidroksida dengan etil bromida. Jika dilipat duakan konsentrasi nukleofili
(HO-
), maka reaksi berlangsung dua kali lebih cepat. Hal yang sama terjadi jika
dilipat duakan konsentrasi etil bromida.
2. Setiap penggantian melalui SN2 selalu mengakibatkan inversi konfigurasi. Contohnya
(R)-2-bromobutana direaksikan dengan natrium hidroksida, yang akan menghasilkan
(S)-2-butanol.
CH3 CH3
HO-
+ C – Br HO – C + Br -
H H
CH2CH3 CH2CH3
(R)-2-bromobutana (S)-2-butanol.
3. Reaksi akan paling cepat jika gugus alkil pada substrat berupa metal atau primer dan
paling lambat jika berupa tersier. Alkil halida sekunder bereaksi dengan laju
pertengahan.
b. Mekanisme SN1
Mekanisme ini berlangsung dua langkah. Pada langkah pertama yang berjalan lambat,
ikatan antra karbon dan gugus pergi putus sewaktu substrat ini berdisosiasi (mengion).
C — L lambat
C + -
: L
Substrat karbokation gugus pergi
Elektron dari ikatan C-L pergi bersama gugus pergi dan terbentuk karbokation.
Sedangkan pada langkah kedua yang berlangsung cepat, karbokation bergabung
dengan nukleofili menghasilkan produk.
C+
+ : Nu cepat
C dan C
Nu++
Nu
Karbokation nukleofili
Jika nukleofili berupa molekul netral, contohnya air atau alkohol, lepasnya satu
proton dari oksigen nukleofilik pada langkah ketiga menghasilkan produk akhir.
Angka 1 digunakan untuk menunjukkan mekanisme ini sebab langkah penentu
lajunya yang lambat hanya melibatkan salah satu dari dua reaktan, yaitu substrat. Tahap
penentu laju ini tidak melibatkan nukleofili sama sekali. Artinya langkah pertama termasuk
unimolekuler. Reaksi SN1 menyerupai adisi elektrofili pada alkena ayitu reaksi lain yang
memiliki karbokation intermediet.
Beberapa petunjuk agar mengetahui mekanisme SN1:
1. Laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi nukleofili. Langkah pertama adalah
penentu laju dan nukleofili tidak terlibat dalam langkah ini. Dengan demikian kendala
dalam laju reaksi adalah laju pembentukan karbokation bukan laju reaksinya dengan
nukleofili yang berlangsung secara cepat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi merupakan stereogenik, reaksi berlangsung
terutama dengan hilangnya aktivitas optis (artinya dengan rasemisasi). Pada
karbokation hanya tiga gugus yang melekat pada karbon yang bermuatan positif.
Maka karbon positif terhibridisasi sp2
dan berbentuk planar. Contohnya (R)-3-bromo-
3-metilheksana dengan air manghasilkan alkohol rasemik.
+
Karbokation intermediet berbentuk planar dan akiral. Gabungan dengan H2O dari
―atas‖ atau ―bawah‖ sama peluangnya, masing-masing menghasilkan alcohol R dan S
dalam jumlah yang sama.
Br
| aseton CH3CH2 +
C berair
C – CH3
CH3CH2 CH3CH2CH2
CH3CH2CH2 CH3
(R)-3-bromo-3-metilheksana karbokation intermediet
H2O -H+
CH3 OH
CH3CH2 C CH3CH2 C
CH3CH2CH2 | CH3
OH CH3CH2CH2
50%S 50%R
(produk dan serangan (produk dan serangan
Pada bagian bawah karbokation) pada bagian atas karbokation)
3. Reaksi paling cepat bila gugus alkil pada substrat keadaan tersier dan paling lambat
bila primer. Hal ini karena reaksi SN1 belangsung melalui karbokation sehingga
urutan reaktivitasnya sama dengan urutan kestabilan karbokation (3° > 2° > 1°)
artinya semakin mudah pembentukan karbokation semakin cepat reaksi berlangsung.
Maka reaktivitas SN1 juga sejalan dengan karbokation yang terstabilkan resonansi,
contohnya karbokation alilik. Dan reaktivitas SN1 kurang menyukai aril dan vinil
halida karena karbokation aril dan vinil tidak stabil dan tidak mudah terbentuk.
Perbedaan antara SN1 dan SN2
Variabel SN2 SN1
Struktur halida
Primer atau CH3
Sekunder
Tersier
Sering dijumpai
Kadang-kadang
jarang
Jarang
Kadang-kadang
Sering dijumpai
Stereokimia Inversi Rasemisasi
Pelarut Laju dihambat oleh pelarut
protik polar dan meningkat
dengan pelarut aprotik polar
Karena intermediet berupa ion,
lajunya meningkat dalam pelarut
polar
Nukleofili Laju bergantung pada
konsentrasi nukleofili,
mekanisme menyukai
nukleofili yang berupa anion
Laju tidak bergantung pada
konsentrasi nukleofili, mekanisme
cendrung dengan nukleofili netral.
Ada beberapa ketentuan umum yang berguna, yakni:
1. Ion negatif lebih nukleofilik atau pemasok electron yang lebih baik daripada
molekul netral. Maka HO-
> HOH ; RS-
> RSH ; RO-
> ROH
2. Unsur yang berada dibagian bawah table berkala cendrung lebih nukleofilik
dari pada unsur yang terletak di bagian atas pada golongan yang sama, maka
HS-
> HO-
; I-
> Br-
> Cl-
> F-
(dalam pelarut protik)
3. Unsur dalam periode yang sama pada table berkala cenderung kurang
nukleofilik jika unsur tersebut semakin elektronegatif (artinya semakin kuat
mengikat electron pada dirinya). Maka
R R
R – C-
> N-
> R – O-
> F-
dan H3N: > H2O > HF
R R
2. Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap atau
rangkap tiga, termasuk ikatan rangkap karbon dengan atom lain, seperti pada C=O
dan pada .
Dalam reaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap
menyerap atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan
tunggal. Untuk alkena atau alkuna, bila jumlah atom H pada kedua atom C ikatan
rangkap berbeda, maka arah adisi ditentukan oleh kaidah Markovnikov, yaitu atom H
akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak atom H-nya (―yang kaya semakin
kaya‖).Contoh:
Animasiadisi
Beberapa reaksi adisi yaitu :
Reaksi hidrogenasi alkana
R – CH = CH – R’ + H – H → R – CH2 – CH2 – R’
Contoh :
C2H5 – CH = CH – CH3 + H – H → C2H5 – CH2 – CH2 – CH3
2-pentena n-pentana
Reaksi hidrogenasi ini digunakan untuk membuat margarin (mentega tiruan) dari
minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh (C = C). Minyak cair dihidrogenasi
dengan bantuan katalis Ni menghasilkan lemak padat.
Reaksi adisi dengan halogen
CH3 – CH = CH – C2H5 + Br2 → CH3 – CH – CH – C2H5
| |
Br Br
Reaksi adisi dengan brom digunakan untuk membedakan senyawa alkena (C =
C) dengan sikloalkana. Hal ini karena kedua senyawa mempunyai isomer fungsional
(rumus molekul sama, tetapi gugus fungsi berbeda). Pengamatan reaksinya dengan
membedakan warna dari brom yaitu merah coklat. Alkena dapat bereaksi dengan brom
sehingga warna merah coklat dari brom hilang menjadi tidak berwarna. Akan tetapi,
sikloalkana tidak bereaksi dan warna merah coklat dari brom tetap.
Adisi dengan asam halida (HX)
CH3 – CH = CH –CH3 + H – Cl → CH3 – CH – CH – CH3
| |
H Cl
3. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pembentukan ikatan
rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi). Sesuai dengan namanya
eliminasi atau penghapusan, jadi senyawa yang berikatan tunggal salah satu atom atau
gugus atomnya dilepas, sehingga ikatan yang tunggal tersebut bersatu dengan ikatan
lain membentuk ikatan rangkap. Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan
tunggal berubah menjadi senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil.
Mekanisme reaksi eliminasi :
CH3 ─ CH ─ CH─ CH3 → CH3 ─ C H = CH─ CH3 + X─Y
| |
X Y
Contoh:
Eliminasi air (dehidrasi) dari alkohol. Apabila dipanaskan dengan asam sulfat pekat
pada suhu sekitar 1800
C, alkohol dapat mengalami dehidrasi membentuk alkena.
Ada dua mekanisme utama untuk reaksi elminasi yang disebut sebagai E2 dan
E1. Mekanime yang terjadi adalah:
a. Mekanisme E2
Mekanisme E2 merupakan proses satu langkah. Nukleofili yang bertindak sebagai
basa, mengambil proton (hydrogen) pada atom karbon di sebelah atom karbon
pembawa gugus pergi. Pada waktu yang sama, gugus pergi meninggalkan tempat
dan ikatan rangkap terbentuk. Pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang
terjadi sewaktu berlangsungnya reaksi E2 ditunjukkan dengan panah lengkung
berikut:
Nu:-
H Nu – H ikatan pi
C − C E2 C C
L L:-
Konformasi yang disukai untuk substrat pada reaksi E2 juga pada reaksi di atas.
Atom-atom H-C-C-L terletak pada satu bidang datar, dengan H dan L pada kedudukan anti.
Kemudahan ini beralasan sebab ikatan C-H dan C-L berkedudukan sejajar pada konformasi
ini. Kesejajaran ini diperlukan untuk membentuk ikatan pi yang baru sewaktu ikatan C-H dan
C-L putus.
b. Mekanisme E1
Mekanisme E1 merupakan proses dua langkah dan lankah pertamanya sama
seperti pada mekanisme SN1, yaitu ionisasi substrat yang menentukan laju
(lambat) untuk menghasilkan karbokation.
H H
| | Lambat | |
−C – C – L −C – C+
+ : L-
| | | |
Substrat karbokation
Dengan demikian ada dua reaksi yang mungkin untuk karbokation. Karbokation dapat
bergabung dengan nukleofili (proses SN1), atau dapat kehilangan satu proton dari atom
karbon di sebeleh karbon positif missal ditunjukkan oleh panah lengkung dan menghasilkan
alkena (proses E1).
H
H Nu: - C – C – Nu SN1
| |
−C – C+
–
| | -H+
C = C + H+
E1
Karbokation
Reaksi senyawa karbon

More Related Content

PPTX
Materi Kimia SMA - Reaksi senyawa karbon
DOCX
3 beberapa reaksi senyawa karbon
DOCX
Tugas individu organik ii sefti rianti a1_f011001
DOTX
Makalah kimia pa fendi
PPTX
Kdiimeeting7tep thp-141225053416-conversion-gate02
PPTX
Reaksi eliminasi
PPTX
6. mekanisme reaksi eliminasi
PPTX
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Materi Kimia SMA - Reaksi senyawa karbon
3 beberapa reaksi senyawa karbon
Tugas individu organik ii sefti rianti a1_f011001
Makalah kimia pa fendi
Kdiimeeting7tep thp-141225053416-conversion-gate02
Reaksi eliminasi
6. mekanisme reaksi eliminasi
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik

What's hot (15)

DOCX
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
DOCX
Substitusi, eliminasi, adisi
PPTX
Ppt alkena dan alkuna
DOCX
Alkil halida oleh dr
DOCX
PPT
Alkilhalida
DOCX
PPTX
Power point reaksi adisi dan eliminasi
PPT
Alkena-Alkuna
PPT
Adisi Elektrofilik
DOCX
Nekleofilik dan elektrofilik
PPTX
2. mekanisme substitusi nu
PPT
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
PPT
Alkana
PPTX
Bab iii
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Substitusi, eliminasi, adisi
Ppt alkena dan alkuna
Alkil halida oleh dr
Alkilhalida
Power point reaksi adisi dan eliminasi
Alkena-Alkuna
Adisi Elektrofilik
Nekleofilik dan elektrofilik
2. mekanisme substitusi nu
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
Alkana
Bab iii
Ad

Viewers also liked (11)

PPTX
Reaksi penataan ulang
PPTX
Karakteristik kromatografi
DOCX
Tugas mekanisme kimia organik
PPT
PPT
kimia organik
PPTX
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
DOCX
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
DOCX
1. identifikasi karbohidrat
PPTX
Kimia organik ppt
PPT
Mekanisme Reaksi Organik
PPT
Substitusi Elektrofilik
Reaksi penataan ulang
Karakteristik kromatografi
Tugas mekanisme kimia organik
kimia organik
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
1. identifikasi karbohidrat
Kimia organik ppt
Mekanisme Reaksi Organik
Substitusi Elektrofilik
Ad

Similar to Reaksi senyawa karbon (20)

PPTX
ORGANIK MONOFUNGSI MENDISKRIPSIKAN-1.pptx
PPT
Reaksi subsitusi dan kondensasi
PPTX
ALKENA.pptx
PPTX
reaksi substitusi dalam kimia organik
PPT
Alkena-alkuna
PDF
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
PDF
kimor substitusi dan eliminasi materi farmasi
PPTX
Bab 17.pptx
PDF
Alkil Halida Substitusi Kimia Organik Semester 2
PPTX
Penjelasan Tentang Reaksi Subtitusi Dalam Kimia
PPTX
Power point reaksi adisi dan eliminasi
DOTX
Makalah kimia pa fendi
DOTX
Makalah kimia pa fendi
PPTX
senyawa hidrokarbon.pptx
PPTX
eliminasi bimolekuler.pptx
DOCX
Bab 9
PPT
Alkilhalida
PPT
Alkana
DOCX
1 alkana
PPT
ITP UNS SEMESTER 2 alkena alkuna
ORGANIK MONOFUNGSI MENDISKRIPSIKAN-1.pptx
Reaksi subsitusi dan kondensasi
ALKENA.pptx
reaksi substitusi dalam kimia organik
Alkena-alkuna
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
kimor substitusi dan eliminasi materi farmasi
Bab 17.pptx
Alkil Halida Substitusi Kimia Organik Semester 2
Penjelasan Tentang Reaksi Subtitusi Dalam Kimia
Power point reaksi adisi dan eliminasi
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
senyawa hidrokarbon.pptx
eliminasi bimolekuler.pptx
Bab 9
Alkilhalida
Alkana
1 alkana
ITP UNS SEMESTER 2 alkena alkuna

Reaksi senyawa karbon

  • 1. TUGAS KIMIA ORGANIK II “RINGKASAN REAKSI SUBSTITUSI, ELIMINASI DAN ADISI” OLEH : NAMA : APRILIA YUNESTI NPM : A1F011022 DOSEN PENGAMPU : Dr. Agus Sundaryono PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2013
  • 2. REAKSI-REAKSI SENYAWA KARBON (Reaksi Substitusi, Eliminasi, dan Adisi ) Reaksi senyawa karbon pada umumnya merupakan pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen. Ada beberapa jenis reaksi senyawa karbon, diantaranya yaitu reaksi substitusi, adisi, dan eliminasi. 1. Reaksi Subtitusi Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal), tetapi dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh. Secara umum mekanismenya : R ─ X + R’ ─ Y → R ─ Y + R’ ─ X Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini sangat rentan (susceptible; mudah diserang oleh) terhadap serangan oleh anion dan spesi lain. Sehingga akan terjadi reaksi subtitusi , yaitu suatu reaksi dimana mana satu atom, disubstitusikan untuk menggantikan atom, atau gugus lain. Contoh: Halogenasi hidrokarbon (penggantian atom H oleh halogen) Animasi substitusi Animasi klorinasi Dalam reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi (leaving group) yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon. Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut nukleofil,sering dilambangkan dengan Nu- .
  • 3. Dari reaksi diatas Cl- adalah nukleofil. Kebanyakan nukleofil adalah anion, namun beberapa molekul polar yang netral seperti H2O, CH3OH, dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai nukleofil. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi nukleofil atau pergantian nukleofil. Lawan nukleofil adalah elektrofil (pencinta electron) , sering dilambangkan dengan E+ . Suatu elektrofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat negatif. Jadi, suatu elektrofil ialah suatu asam lewis seperti H+ atau ZnCl2 . Reaksi substitusi Nukleofilik Pada reaksi substitusi nukleofilik, atom/ gugus yang diganti mempunyai elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif. Nukleofil adalah spesies (atom / ion/ molekul) yang kaya elektron, sehingga dia tidak suka akan elektron tetapi suka akan nukleus (inti yang kekurangan elektron). Mekanisme Reaksi substitusi Nukleofilik : Reaktivitas relatif dalam reaksi substitusi nukleofilik dipengaruhi oleh reaktivitas nukleofil, struktur alkilhalida dan sifat dari gugus terlepas. Reaktivitas nukleofil dipengaruhi oleh basisitas, kemampuan mengalami polarisasi, dan solvasi.
  • 4. a. Mekanisme SN2 Mekanisme ini berlangsung satu langkah, dinyatakan dengan persamaan: | Nu : - + C – L [Nu …. C …. L ] Nu – C + : L- Nukleofil substrat keadaan transisi produk gugus pergi Nukleofili menyerang dari sisi belakang dari ikatan C-L. Pada tahap tertentu (keadaan transisi), nukleofili dan gugus pergi keduanya terikat secara parsial pada karbon tempat berlangsungnya reaksi substitusi. Sewaktu gugus pergi meninggalkan karbon dengan sepasang electron bebasnya, nukleofili memasok sepasang elektron lain pada atom karbon. Angka 2 digunakan untuk menjelaskan mekanisme ini karena reaksi ini bimolekuler. Artinya dua molekul, yaitu nukleofili dan substrat, yang terlibat dalam langkah kunci (hanya satu langkah) dalam mekanisme reaksi ini. Beberapa petunjuk agar mengetahui mekanisme SN2: 1. Laju reaksi bergantung pada konsentrasi nukleofili maupun substrat. Contohnya reaksi ion hidroksida dengan etil bromida. Jika dilipat duakan konsentrasi nukleofili (HO- ), maka reaksi berlangsung dua kali lebih cepat. Hal yang sama terjadi jika dilipat duakan konsentrasi etil bromida. 2. Setiap penggantian melalui SN2 selalu mengakibatkan inversi konfigurasi. Contohnya (R)-2-bromobutana direaksikan dengan natrium hidroksida, yang akan menghasilkan (S)-2-butanol. CH3 CH3 HO- + C – Br HO – C + Br - H H CH2CH3 CH2CH3 (R)-2-bromobutana (S)-2-butanol. 3. Reaksi akan paling cepat jika gugus alkil pada substrat berupa metal atau primer dan paling lambat jika berupa tersier. Alkil halida sekunder bereaksi dengan laju pertengahan.
  • 5. b. Mekanisme SN1 Mekanisme ini berlangsung dua langkah. Pada langkah pertama yang berjalan lambat, ikatan antra karbon dan gugus pergi putus sewaktu substrat ini berdisosiasi (mengion). C — L lambat C + - : L Substrat karbokation gugus pergi Elektron dari ikatan C-L pergi bersama gugus pergi dan terbentuk karbokation. Sedangkan pada langkah kedua yang berlangsung cepat, karbokation bergabung dengan nukleofili menghasilkan produk. C+ + : Nu cepat C dan C Nu++ Nu Karbokation nukleofili Jika nukleofili berupa molekul netral, contohnya air atau alkohol, lepasnya satu proton dari oksigen nukleofilik pada langkah ketiga menghasilkan produk akhir. Angka 1 digunakan untuk menunjukkan mekanisme ini sebab langkah penentu lajunya yang lambat hanya melibatkan salah satu dari dua reaktan, yaitu substrat. Tahap penentu laju ini tidak melibatkan nukleofili sama sekali. Artinya langkah pertama termasuk unimolekuler. Reaksi SN1 menyerupai adisi elektrofili pada alkena ayitu reaksi lain yang memiliki karbokation intermediet. Beberapa petunjuk agar mengetahui mekanisme SN1: 1. Laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi nukleofili. Langkah pertama adalah penentu laju dan nukleofili tidak terlibat dalam langkah ini. Dengan demikian kendala dalam laju reaksi adalah laju pembentukan karbokation bukan laju reaksinya dengan nukleofili yang berlangsung secara cepat. 2. Jika karbon pembawa gugus pergi merupakan stereogenik, reaksi berlangsung terutama dengan hilangnya aktivitas optis (artinya dengan rasemisasi). Pada karbokation hanya tiga gugus yang melekat pada karbon yang bermuatan positif. Maka karbon positif terhibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Contohnya (R)-3-bromo- 3-metilheksana dengan air manghasilkan alkohol rasemik. +
  • 6. Karbokation intermediet berbentuk planar dan akiral. Gabungan dengan H2O dari ―atas‖ atau ―bawah‖ sama peluangnya, masing-masing menghasilkan alcohol R dan S dalam jumlah yang sama. Br | aseton CH3CH2 + C berair C – CH3 CH3CH2 CH3CH2CH2 CH3CH2CH2 CH3 (R)-3-bromo-3-metilheksana karbokation intermediet H2O -H+ CH3 OH CH3CH2 C CH3CH2 C CH3CH2CH2 | CH3 OH CH3CH2CH2 50%S 50%R (produk dan serangan (produk dan serangan Pada bagian bawah karbokation) pada bagian atas karbokation) 3. Reaksi paling cepat bila gugus alkil pada substrat keadaan tersier dan paling lambat bila primer. Hal ini karena reaksi SN1 belangsung melalui karbokation sehingga urutan reaktivitasnya sama dengan urutan kestabilan karbokation (3° > 2° > 1°) artinya semakin mudah pembentukan karbokation semakin cepat reaksi berlangsung. Maka reaktivitas SN1 juga sejalan dengan karbokation yang terstabilkan resonansi, contohnya karbokation alilik. Dan reaktivitas SN1 kurang menyukai aril dan vinil halida karena karbokation aril dan vinil tidak stabil dan tidak mudah terbentuk.
  • 7. Perbedaan antara SN1 dan SN2 Variabel SN2 SN1 Struktur halida Primer atau CH3 Sekunder Tersier Sering dijumpai Kadang-kadang jarang Jarang Kadang-kadang Sering dijumpai Stereokimia Inversi Rasemisasi Pelarut Laju dihambat oleh pelarut protik polar dan meningkat dengan pelarut aprotik polar Karena intermediet berupa ion, lajunya meningkat dalam pelarut polar Nukleofili Laju bergantung pada konsentrasi nukleofili, mekanisme menyukai nukleofili yang berupa anion Laju tidak bergantung pada konsentrasi nukleofili, mekanisme cendrung dengan nukleofili netral. Ada beberapa ketentuan umum yang berguna, yakni: 1. Ion negatif lebih nukleofilik atau pemasok electron yang lebih baik daripada molekul netral. Maka HO- > HOH ; RS- > RSH ; RO- > ROH 2. Unsur yang berada dibagian bawah table berkala cendrung lebih nukleofilik dari pada unsur yang terletak di bagian atas pada golongan yang sama, maka HS- > HO- ; I- > Br- > Cl- > F- (dalam pelarut protik) 3. Unsur dalam periode yang sama pada table berkala cenderung kurang nukleofilik jika unsur tersebut semakin elektronegatif (artinya semakin kuat mengikat electron pada dirinya). Maka R R R – C- > N- > R – O- > F- dan H3N: > H2O > HF R R
  • 8. 2. Reaksi Adisi Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap atau rangkap tiga, termasuk ikatan rangkap karbon dengan atom lain, seperti pada C=O dan pada . Dalam reaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Untuk alkena atau alkuna, bila jumlah atom H pada kedua atom C ikatan rangkap berbeda, maka arah adisi ditentukan oleh kaidah Markovnikov, yaitu atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak atom H-nya (―yang kaya semakin kaya‖).Contoh: Animasiadisi Beberapa reaksi adisi yaitu : Reaksi hidrogenasi alkana R – CH = CH – R’ + H – H → R – CH2 – CH2 – R’ Contoh : C2H5 – CH = CH – CH3 + H – H → C2H5 – CH2 – CH2 – CH3 2-pentena n-pentana Reaksi hidrogenasi ini digunakan untuk membuat margarin (mentega tiruan) dari minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh (C = C). Minyak cair dihidrogenasi dengan bantuan katalis Ni menghasilkan lemak padat. Reaksi adisi dengan halogen CH3 – CH = CH – C2H5 + Br2 → CH3 – CH – CH – C2H5 | | Br Br
  • 9. Reaksi adisi dengan brom digunakan untuk membedakan senyawa alkena (C = C) dengan sikloalkana. Hal ini karena kedua senyawa mempunyai isomer fungsional (rumus molekul sama, tetapi gugus fungsi berbeda). Pengamatan reaksinya dengan membedakan warna dari brom yaitu merah coklat. Alkena dapat bereaksi dengan brom sehingga warna merah coklat dari brom hilang menjadi tidak berwarna. Akan tetapi, sikloalkana tidak bereaksi dan warna merah coklat dari brom tetap. Adisi dengan asam halida (HX) CH3 – CH = CH –CH3 + H – Cl → CH3 – CH – CH – CH3 | | H Cl 3. Reaksi Eliminasi Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pembentukan ikatan rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi). Sesuai dengan namanya eliminasi atau penghapusan, jadi senyawa yang berikatan tunggal salah satu atom atau gugus atomnya dilepas, sehingga ikatan yang tunggal tersebut bersatu dengan ikatan lain membentuk ikatan rangkap. Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Mekanisme reaksi eliminasi : CH3 ─ CH ─ CH─ CH3 → CH3 ─ C H = CH─ CH3 + X─Y | | X Y Contoh: Eliminasi air (dehidrasi) dari alkohol. Apabila dipanaskan dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 1800 C, alkohol dapat mengalami dehidrasi membentuk alkena.
  • 10. Ada dua mekanisme utama untuk reaksi elminasi yang disebut sebagai E2 dan E1. Mekanime yang terjadi adalah: a. Mekanisme E2 Mekanisme E2 merupakan proses satu langkah. Nukleofili yang bertindak sebagai basa, mengambil proton (hydrogen) pada atom karbon di sebelah atom karbon pembawa gugus pergi. Pada waktu yang sama, gugus pergi meninggalkan tempat dan ikatan rangkap terbentuk. Pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang terjadi sewaktu berlangsungnya reaksi E2 ditunjukkan dengan panah lengkung berikut: Nu:- H Nu – H ikatan pi C − C E2 C C L L:- Konformasi yang disukai untuk substrat pada reaksi E2 juga pada reaksi di atas. Atom-atom H-C-C-L terletak pada satu bidang datar, dengan H dan L pada kedudukan anti. Kemudahan ini beralasan sebab ikatan C-H dan C-L berkedudukan sejajar pada konformasi ini. Kesejajaran ini diperlukan untuk membentuk ikatan pi yang baru sewaktu ikatan C-H dan C-L putus. b. Mekanisme E1 Mekanisme E1 merupakan proses dua langkah dan lankah pertamanya sama seperti pada mekanisme SN1, yaitu ionisasi substrat yang menentukan laju (lambat) untuk menghasilkan karbokation. H H | | Lambat | | −C – C – L −C – C+ + : L- | | | | Substrat karbokation
  • 11. Dengan demikian ada dua reaksi yang mungkin untuk karbokation. Karbokation dapat bergabung dengan nukleofili (proses SN1), atau dapat kehilangan satu proton dari atom karbon di sebeleh karbon positif missal ditunjukkan oleh panah lengkung dan menghasilkan alkena (proses E1). H H Nu: - C – C – Nu SN1 | | −C – C+ – | | -H+ C = C + H+ E1 Karbokation