 Home
 About Me
 Artikel
 Puisi
 Download
 Blog
Teori Akuntansi
AKUNTANSI, TEORI AKUNTANSI, DAN PERKEMBANGAN
AKUNTANSI
1. Akuntansi, Teori dan Teori Akuntansi
A. Akuntansi
Perdebatan mengenai definisi akunansi dimulai sejak tahun 1930 sampai
dengan 1970 (FASB). Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan-
pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan
peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai
sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas, dan akhirnya akuntansi sebagai
sebuah ideology.
Adapun definisi akuntansi menurut para ahli yaitu sebagai berikut.
1. Akuntansi Sebagai Seni (Art)
Akuntansi sebagai seni menurut AICPA (American Institute of Certified
Public Accountant, 1953) adalah seni (art) mencatat, mengklasifikasikan, dan
meringkas transaksi atau peristiwa yang dilakukan sedemikian rupa dalam benuk
uang, atau paling tidak memiliki sifat keuangan dan menginterpretasikan hasilnya.
Definisi di atas lebih menekankan akuntansi sebagai seni bukannya
akuntansi sebagai body of knowledge. Artinya penerapan prosedur akuntansi dalam
menghasilkan laporan keuangan, sangat tergantung pada lingkungannya dan
dipengaruhi berbagai faktor pertimbangan (judgment) tertentu.
2. Akuntansi Sebagai Komunikasi
Akuntansi sebagai komunikasi menurut American Accounting Associaion
(1966:1) adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan
informasi untuk membanu pemakai dalam membuat keputusan atau pertimbangan
yang benar. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi merupakan media/alat yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pemakai yang
berkepentingan dengan masalah pengelolaan perusahaan.
3. Akuntansi Sebagai Aktivitas Jasa
Definisi akuntansi ini menurut Accounting Principles Board dalam
Statement No. 4 (1970) menyatakan bahwa akuntansi adalah kegiatan jasa.
Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, termasuk yang bersifat
keuangan, tentang entitas ekonomi, yang diharapkan bermanfaat bagi pengambilan
keputusan ekonomi.
4. Akuntansi Sebagai Teknologi
Akuntansi tidak memiliki sifat-sifat sebagai ilmu murni, sehingga tidak
memerlukan teori akuntansi dalam arti hipotesis-hipotesis. Menurut Sudibyo
(1987) akuntansi merupakan teknologi, sehingga harus diperlakukan sebagai
teknologi. Teknologi digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel alam dan
sosial untuk mencapai kehidupan tertentu yang lebih baik. Apabila akuntansi
diarahkan menjadi teori, maka seharusnya teori akuntansi, bebas dari nilai sosial
dan tidak bersifat normatif. Teori semestinya tidak mempengaruhi secara langsung
terhadap praktik-praktik akuntansi, karena teori tidak mengendalikan variabel-
variabel yang diteorikan. Paton dan Littleton (1940) juga mendefinisikan akuntansi
sebagai teknologi. Meskipun demikian, terdapat pendapat yang menyatakan
akuntansi diarahkan ke dalam ilmu murni.
Perekayasaan akuntansi merupakan proses pemikiran dan pemilihan standar
dan praktik yang sesuai dengan lingkungan dimana praktik akuntansi tersebut
diterapkan. Produk dari perekayasaan akuntansi adalah standar dari praktek-
praktek akuntansi yang sesuai untuk lingkungan negara yang bersangkutan, hal
tersebut berkaitan dengan transfer teknologi akuntansi dari Amerika Serikat.
Akuntansi pada dasarnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan praktik.
Perumusan teori akuntansi timbul karena adanya kebutuhan untuk memberikan
logika penalaran tentang aktivitas akuntan atau apa yang akan dilakukan oleh
akuntan. Dengan kata lain, perubahan prinsip akuntansi terjadi terutama karena
adanya berbagai upaya yang dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah
akuntansi dan merumuskan rerangka teoritis untuk praktek akuntansi (Belkaoui,
1993).
B. Teori
Berikut ini merupakan definisi teori menurut para ahli.
1. Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel
yang saling terkait serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata.
2. Suwardjono (1989) mendefinisikan teori sebagai berikut:
a. Sebagai lawan dari praktek.
b. Sebagai pembenaran (justification).
c. Sebagai penjelasan ilmiah (scienific explanation).
d. Sebagai model.
3. Teori menurut Hendriksen dan Van Breda (1992) sebagai berikut: “....
Seperangkat prinsip-prinsip yang saling terkait (coherent), yang bersifat
hipotesis, konseptual dan pragmatis yang membentuk rerangka referensi umum
untuk bidang pengetahuan tertentu (a field of inquiry).
C. Teori Akuntansi
Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai
berikut:”....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a
set of broad priciples) yang memberikan rerangka referensi umum untuk
mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam
mengembangkan praktek dan prosedur akuntansi yang baru”. Definisi tersebut
dapat dilihat bahwa “teori akuntansi” tidak lepas dari praktek akuntansi karena
tujuan utamanya adalah menjelaskan praktek akuntansi berjalan dan memberikan
dasar bagi pengembangan praktek tersebut.
Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep, standar,
mode, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin
filosofi akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
bisnis.
Asumsi dasar merupakan basis dalam proses keseluruhan teori akuntansi.
Asumsi dasar akan digunakan untuk menyusun konsep akuntansi. Konsep
akuntansi yang baik akan menghasilkan standar yang baik. Dari standar
selanjutnya diturunkan menjadi metode, kemudian praktik akuntansi yang harus
mengacu kepada standar yang dibuat.
Prekripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah
khusus, teori yang mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan model-model
yang khusus. Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah untuk
memberikan rerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan
akuntansi (Mathews and Perera, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa
teori memiliki karakteristik sebagai berikut: a) memiliki body of knowledge; b)
konsisten secara internal; c) menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena; d)
menyajikan hal-hal yang ideal; e) referen yang ideal untuk mengarahkan praktek;
dan e) membahas masalah dan memberikan solusi.
Meskipun berbagai pendapat teori akuntansi telah banyak dikembangkan,
namun tidak satupun dari teori tersebut yang mampu menjelaskan secara tuntas dan
menyeluruh tentang apa yang dinamakan “teori” akuntansi. Belkaoui (1993) juga
mengakui pendapat tersebut. Dia mengatakan “harus diakui bahwa sampai saat ini
tidak ada teori akuntansi yang bersifat komprehensif” (p 56). Teori yang sekarang
muncul dari pemakaian pendekatan yang berbeda, bukannya dihasilkan dari satu
teori tunggal yang komprehensif. Komite dari American Accounting Association
(AAA, 1997 : 1-2) juga menyatakan hal yang sama yaitu tidak teori akuntansi
tunggal yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan pemakai, yang ada dalam
literatur akuntansi keuangan bukanlah teori akuntansi, tetapi koleksi teori yang
digambaran sesuai dengan perbedaan pemakainnya.
Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang
digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori
dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan
atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian dituangkan
dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi.
Perlunya teori dan praktek dapat dilihat dari praktek berikut. Berlawanan
dengan bidang bahasa, meteorologi atau kimia, akuntan dapat mengubah praktek
relatif lebih mudah. Oleh karena itu, masalah yang dihadapi akuntan adala
mengetahui bagaimana praktek akuntansi seharusnya dikembangkan di masa
mendatang. Sanksi yang berkaitan dengan implementasi kebijakan akuntansi
menjadi sangat penting dalam memahami bidang akuntansi, karena praktek
memungkinkan untuk diubah agar sesuai (cocok) dengan teori.
Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain sebaik
apapun teori yang dihasilkan, jika teori tersebut tidak sesuai dengan fenomena
empiris, maka teori tersebut akan diganti oleh teori lain yang lebih cocok dengan
fenomena tersebut (Ijiri, 1971).Teori akuntansi dapat dikatakan sebagai suatu
konsep modern jika dibandingkan dengan teori-teori lain seperti matematika atau
fisik. Asasannya, bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik
bukannya dikembangkan secara sistematik dari teori yang terstruktur (Chambers,
1994).
Teori akuntansi yang dihasilkan pada periode Pacioli sampai awal abad
sembilan belas. Berbagai usulan tentang teori muncul, tetapi tidak satupun yang
menempatkan akuntansi pada cara-cara yang sistematis (Goldberg, 1949).
Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni,
akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu sosial (social science). Seperti
halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang
sifatnya universal. Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat
dimana akuntansi dipraktekkan (Glautier and Underdown, 1994).
Jadi jelas bahwa teori yang selama ini dikembangkan memiliki sudut
pandang yang berbeda dan kadang bertolak belakang. Hal ini dapat dilihat dari
perjalanan sejarah perkembangan teori akuntansi.
3. Klasifikasi Perumusan Teori Akuntansi
Teori akuntansi dapat diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang
digunakan, sistem bahasa yang digunakan, dan tujuan perumusan.
A. Klasifikasi Teori Akunansi Menurut Metode Penalaran
Atas dasar metode penalaran yang digunakan, teori akuntansi dapat
dirumuskan dari berbagai pendekatan yang berbeda yaitu: a) deduktif; b) induktif;
etikal; c) sosiologi; d) ekonomi; dan elektik (Belkaoui, 1993). Pada pembahsan ini
lebih ditekankan pada pendekatan dedukif dan induktif dengan alasan bahwa
pendekatan ini sering digunakan dibanding dengan empat pendekatan yang lain.
1. Pendekatan Deduktif
Validitas teori yang dikembangkan melalui pendekatan ini, sangat
tergantung pada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi dan menghubungkan
dengan tepat berbagai komponen proses akuntansi dalam urutan yang logis.
Kesalahan dalam menentukan tujuan dan kemampuan prosedur untuk mencapai
tujuan tersebut, akan menghasilkan konklusi yang salah.
Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif,
dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang
rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-teknik
akuntansi.
Secara umum, langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi
adalah sebagai berikut: (a) menentukan tujuan pelaporan keuangan; (b) memilih
postulate akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik dan sosiologi, (c)
menentukan prinsip akuntansi; serta (e) mengembangkan teknik akuntansi
(Belkaoui, 1993).
Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling penting
karena tujuan yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda dan akan
menghasilkan prinsip yang berbeda pula. Apabila tujuan telah ditetapkan, beberapa
definisi dan asumsi dapat dibuat. Peneliti kemudian mengembangkan logika yang
terstrukur untuk mencapai tujuan tersebut, berdasarkan definisi dan asumsi yang
dibuat.
Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan
struktur teori yang konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap tahapan berjalan
secara logis. Dengan cara demikian, konsistensi internal (internal consistency)
antar preposisi dapat tercapai. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa setiap prinsip
dapat diuji logika kebenarannya dan dapat digunakan untuk menentukan apakah
digunakan sebagai standar dalam mengevaluasi berbagai praktek akuntansi
(Salmonson, 1969).
Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan tertentu
yang kemungkinan salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip yang dihasilkan
juga sala. Di samping itu, pendekatan deduktif juga terbukti sering menghasilkan
prinsip yang terlalu teoritis sehingga tidak dapat diterapkan dalam praktek.
Implikasinya, pendekatan ini kurang teruji dalam praktek.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan
berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci. Littleton (1953) bahwa
prinsip akuntansi dapat dihasilkan secara induktif dengan melakukan pengujian
empiris terhadap kegiatan akuntansi. Hal ini didukung (Moonitz) mengatakan
bahwa observasi terhadap data akuntansi kelihatan lebih tepat dengan pendekatan
induktif. Pendapat ini juga didukung oleh Schrder (1962 : 645) yang menyatakan
bahwa perumusan teori akuntansi dapat dilakukan secara induktif dengan cara
mengobservasi data keuangan yang dihasilkan dari transaksi bisnis.
Kesimpulannya, proses induktif melibatkan kegiatan observasi mengenai
data keuangan yang berkaitan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi
tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan prinsip-prinsip
akuntansi sesuai hubungan yang ada. Langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut: (a) mencatat semua observasi; (b) menganalisis dan mengklasifikasikan
hasil observasi, sehingga dapat dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan;
(c) hasil observasi kemudian digeneralisasi; serta (d) pengujian terhadap
generalisasi (Belkaoui, 1993).
Keuntungan uama pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini
didasarkan pada kebebasan dimana perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh
struktur atau model yang telah diyakini/disiapkan sebelumnya. Jadi pihak yang
mengobservasi memiliki kebebasan untuk mengamati variabel tertentu selama hal
tersebut relevan dengan tujuanyang akan dicapai.
Kelemahannya yaitu: (1) observer dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak
disadari tentang jenis hubungan yang diamati (unsur bias); dan (2) generalisasi data
yang digunakan dalam observasi cenderung berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Konsekuensinya, kesimpulan yang dibuat dari hasil
generalisasi kemungkinan besar salah hanya karena data yang pening justru tidak
diobservasi.
B. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Bahasa
Teori dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda (sign). Dalam filsafat
pengetahuan, studi tentang tanda dikenal dengan istilah semiology. Semiology
dibagi menjadi tiga bagian, sintaktik (syntactics), semantik (semanics), dan
pragmatik (pragmatics or behavioral).
1). Sintaktik (Syntactics)
Berhubungan dengan logika internal dari dunia abstrak, logika internal yang
konsisten dikemukakan dalam bentuk pernyataan terstrukur yang dapat berupa:
pernyataan abstrak dengan tata bahasa baku dan pernyataan logika matematik.
Pernyataan dalam bentuk bahasa yang terstrukur, misalnya “apabila permintaan
suatu barang naik, maka harga barang itu akan cenderung ikut naik”. Sedangkan
pernyataan logika matematika atau dalam bentuk model-model misalnya: Y = a +
bX, atau persamaan dasar akuntansi A = K + E.
Atas dasar tersebut perlu matematics rules atau systactics rules, yaitu dengan
atribut atau simbol-simbol abstrak sebagai berikut:
(a) Y = a + bX
Keterangan:
Y = variabel dependen
a = bilangan konstan
b = koefisien
X = variabel independen
2). Semantik (Semantics)
Semantik pada gambar di atas digambarkan dalam garis yang dihubungkan
dengan kotak-kotak persegi, hubungan ini memusatkan perhatiannya pada
peristiwa, obyek atau gejala yang sesungguhnya terjadi dengan semua
karakteristiknya.
Berdasarkan pernyataan logika matematik atau model-model pada tingkat
sintaktik tersebut di atas, dapat dihubungkan dengan fakta empirik yang ada di
dunia nyata (real world), dengan menetapkan definisi operasionalnya, sebagai
berikut:
(a) Misalnya, memprediksikan jumlah penjualan (Y) pada tahun yang akan datang,
berdasarkan data historis penjualan yang tersedia di perusahaan dalam 5 tahun
sebelumnya, maka penjelasannya sebagai berikut:
Y = a + Bx
Keterangan:
Y = Jumla penjualan yang diprediksikan sebagai varibel dependen
a = Konstanta
b = Koefisien
X = Data historis penjualan 5 tahun sebelumnya, sebagai variabel
independen atau variabel bebas/pengarus.
Bilangan konstan atau koefisiennya dapat ditentukan dengan pendekatan : (1)
moment, (2) least square (3) regresi, tergantung pada karakteristik data yang
tersedia dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila semua data sudah dimasukkan
dalam notasi yang sesuai, maka dapat ditentukan jumlah prediksi penjualannya
(Y), yang dapat dipakai sebagai dasar penetapan kebijaksanaan penjualan pada
masa yang akan datang.
3). Pragmatik (Pragmatics or Behavioral)
Aspek pragmatik cukup berperan dalam bidang penelitian ilmu-ilmu sosial,
seperti: sosiologi, psikologi, antropologi, dan akuntansi. Hubungan pragmatik,
berkaitan dengan perilaku individu atau kelompok kepentingan sebagai akibat dari
adanya situasi tertentu, atau tersedianya informasi keuangan yang berguna untuk
pengambilan keputusan investasi. Apabila suatu hipotesis pada tingkat sintaktik
dilakukan pengujian (test) validitasnya dengan fakta empirik, hasilnya bisa sama
atau berbeda, bahkan bisa ditolak.
Supaya lebih mudah dipahami selanjutnya akan diberikan contoh dalam
aplikasi akuntansi sebagai berikut:
(1) Teori Sintaktik
Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan
memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau
bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini
berkaitan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.
Interpretasi teori akuntansi atas dasar sintaksis dapat digambarkan sebagai
berikut: input semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan pertukaran yang
dicatat dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Tranaksi tersebut kemudian
dimanipulasi (dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi akuntansi
kos historis. Contohnya akuntan menganggap bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan
nilai pasar (nilai wajar) aset dan utang dihiraukan. Akuntan kemudian
menggunakan konsep pembukuan berpasangan (double entry) dan prinsip-prinsip
akuntansi kos historis untuk menghitung laba dan rugi serta neraca saldo. Dalil
atau prinsip individu diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit, dengan cara
mengecek kebenaran perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi kos
historis telah dipraktekkan sejak dahulu sampai sekarang.
(2) Teori Semantik (Interpretasi)
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek
atau peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Jadi teori ini
memberikan penjelasan mengenai definisi operasional dari praktek akuntansi.
Struktur akuntansi, meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan berarti
sama sekali apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau
pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia nyata. Oleh
karena itulah, teori yang berkaitan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk
memberikan arti bagi proposisi akuntansi. Dengan cara demikian, konsep
interpretasi yang dibuat akuntan diartikan sama oleh pemakai informasi akuntansi.
(3) Teori Pragmatik (Perilaku)
Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap
perilaku pengambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk
mengukur dan mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologi, dan sosiologi pemakai
terhadap alternatif prosedur akuntansi dam media pelapornya.
(3.1) Pendekatan Pragmatik-Deskriptif
Metoda ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian
pragmatik deskriptif. Atas dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus
menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi.
Proses seperti ini merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk
mengembangkan teori akuntansi.
Ada beberapa kritik yang ditujukan pada pendekatan tersebut yaitu (1) tidak
ada penilaian yang logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan.
Tidak alasan untuk membenarkan bahwa akuntan mencatat rekening tertentu
dengan cara yang seharusnya dilakukan, dan tidak ada pertimbangan analitis
terhadap kualitas tindakan atau rekening yang dibuatnya; (2) metode tersebut tidak
memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena pendekatannya tidak berujung
pangkal. Argumennya, teknik-teknik akuntansi tidak pernah dipermasalahkan atau
diragukan karena teknik-teknik tersebut terus-menerus digunakan oleh para
pendukung pragmatik; serta (3) perhatian cenderung dipusatkan pada perilaku-
perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aset,
utang, pendapatan dan lain-lain.
Atas dasar kenyataan tersebut Sterling (1970) berkesimpulan bahwa
pendekatan pragmatik tidak sesuai untuk penyusunan teori akuntansi. Kesimpulan
tersebut dikaitkan dengan teori normatif tentang bagaimana akuntansi seharusnya
dikerjakan, bukannya teori positif yang menjelaskan atau memprediksi di dunia
nyata.
(3.1) Pendekatan Pragmatik-Psikologis
Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai laporan
keuangan. Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut aturan-aturan
sintaktik yang berbeda dengan yang digunakan untuk menghasilkan laporan
keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi yang berbeda). Laporan tersebut
kemudian disimpulkan oleh pemakai.
Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat
pada salah satu unsur teori tersebut: sintaktik (struktur), semantik (interpretasi) dan
pragmatik (perilaku). Namun demikian, Hendriksen dan Van Breda (1992)
berpendapat bahwa rerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki
tiga komponen teori di atas.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Definisi teori akuntansi merupakan perdebatan panjang antara akademisi dan
praktisi. Para ahli mendefinisikan akuntansi baik sebagai seni, komunikasi,
aktivitas jasa maupun sebagai teknologi.
2. Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel
yang saling terkait serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata. Menurut Macfoedz (1996)
teori akuntansi sebagai konsep, standar, model, hipotesis dan metoda yang
saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis.
3. Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang
digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori
dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung
dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam
praktek akuntansi.
4. Teori akuntansi diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang
digunakan, sistem bahasa yang digunakan dan tujuan perumusan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Riahi – Belkaoui. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat
Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi. Yogyakarta : BPFE UGM
Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Watts and Zimmerman. 1982. Positive Accounting. Alabama University
Make a Free Website with Yola.

Homefgngn

  • 1.
     Home  AboutMe  Artikel  Puisi  Download  Blog Teori Akuntansi AKUNTANSI, TEORI AKUNTANSI, DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI 1. Akuntansi, Teori dan Teori Akuntansi A. Akuntansi Perdebatan mengenai definisi akunansi dimulai sejak tahun 1930 sampai dengan 1970 (FASB). Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan- pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas, dan akhirnya akuntansi sebagai sebuah ideology. Adapun definisi akuntansi menurut para ahli yaitu sebagai berikut. 1. Akuntansi Sebagai Seni (Art) Akuntansi sebagai seni menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant, 1953) adalah seni (art) mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas transaksi atau peristiwa yang dilakukan sedemikian rupa dalam benuk uang, atau paling tidak memiliki sifat keuangan dan menginterpretasikan hasilnya.
  • 2.
    Definisi di ataslebih menekankan akuntansi sebagai seni bukannya akuntansi sebagai body of knowledge. Artinya penerapan prosedur akuntansi dalam menghasilkan laporan keuangan, sangat tergantung pada lingkungannya dan dipengaruhi berbagai faktor pertimbangan (judgment) tertentu. 2. Akuntansi Sebagai Komunikasi Akuntansi sebagai komunikasi menurut American Accounting Associaion (1966:1) adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan informasi untuk membanu pemakai dalam membuat keputusan atau pertimbangan yang benar. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi merupakan media/alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pemakai yang berkepentingan dengan masalah pengelolaan perusahaan. 3. Akuntansi Sebagai Aktivitas Jasa Definisi akuntansi ini menurut Accounting Principles Board dalam Statement No. 4 (1970) menyatakan bahwa akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, termasuk yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi, yang diharapkan bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi. 4. Akuntansi Sebagai Teknologi Akuntansi tidak memiliki sifat-sifat sebagai ilmu murni, sehingga tidak memerlukan teori akuntansi dalam arti hipotesis-hipotesis. Menurut Sudibyo (1987) akuntansi merupakan teknologi, sehingga harus diperlakukan sebagai teknologi. Teknologi digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel alam dan sosial untuk mencapai kehidupan tertentu yang lebih baik. Apabila akuntansi
  • 3.
    diarahkan menjadi teori,maka seharusnya teori akuntansi, bebas dari nilai sosial dan tidak bersifat normatif. Teori semestinya tidak mempengaruhi secara langsung terhadap praktik-praktik akuntansi, karena teori tidak mengendalikan variabel- variabel yang diteorikan. Paton dan Littleton (1940) juga mendefinisikan akuntansi sebagai teknologi. Meskipun demikian, terdapat pendapat yang menyatakan akuntansi diarahkan ke dalam ilmu murni. Perekayasaan akuntansi merupakan proses pemikiran dan pemilihan standar dan praktik yang sesuai dengan lingkungan dimana praktik akuntansi tersebut diterapkan. Produk dari perekayasaan akuntansi adalah standar dari praktek- praktek akuntansi yang sesuai untuk lingkungan negara yang bersangkutan, hal tersebut berkaitan dengan transfer teknologi akuntansi dari Amerika Serikat. Akuntansi pada dasarnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan praktik. Perumusan teori akuntansi timbul karena adanya kebutuhan untuk memberikan logika penalaran tentang aktivitas akuntan atau apa yang akan dilakukan oleh akuntan. Dengan kata lain, perubahan prinsip akuntansi terjadi terutama karena adanya berbagai upaya yang dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah akuntansi dan merumuskan rerangka teoritis untuk praktek akuntansi (Belkaoui, 1993). B. Teori Berikut ini merupakan definisi teori menurut para ahli. 1. Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel yang saling terkait serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata. 2. Suwardjono (1989) mendefinisikan teori sebagai berikut:
  • 4.
    a. Sebagai lawandari praktek. b. Sebagai pembenaran (justification). c. Sebagai penjelasan ilmiah (scienific explanation). d. Sebagai model. 3. Teori menurut Hendriksen dan Van Breda (1992) sebagai berikut: “.... Seperangkat prinsip-prinsip yang saling terkait (coherent), yang bersifat hipotesis, konseptual dan pragmatis yang membentuk rerangka referensi umum untuk bidang pengetahuan tertentu (a field of inquiry). C. Teori Akuntansi Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai berikut:”....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad priciples) yang memberikan rerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan praktek dan prosedur akuntansi yang baru”. Definisi tersebut dapat dilihat bahwa “teori akuntansi” tidak lepas dari praktek akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktek akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktek tersebut. Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep, standar, mode, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis. Asumsi dasar merupakan basis dalam proses keseluruhan teori akuntansi. Asumsi dasar akan digunakan untuk menyusun konsep akuntansi. Konsep
  • 5.
    akuntansi yang baikakan menghasilkan standar yang baik. Dari standar selanjutnya diturunkan menjadi metode, kemudian praktik akuntansi yang harus mengacu kepada standar yang dibuat. Prekripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah khusus, teori yang mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan model-model yang khusus. Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah untuk memberikan rerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathews and Perera, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa teori memiliki karakteristik sebagai berikut: a) memiliki body of knowledge; b) konsisten secara internal; c) menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena; d) menyajikan hal-hal yang ideal; e) referen yang ideal untuk mengarahkan praktek; dan e) membahas masalah dan memberikan solusi. Meskipun berbagai pendapat teori akuntansi telah banyak dikembangkan, namun tidak satupun dari teori tersebut yang mampu menjelaskan secara tuntas dan menyeluruh tentang apa yang dinamakan “teori” akuntansi. Belkaoui (1993) juga mengakui pendapat tersebut. Dia mengatakan “harus diakui bahwa sampai saat ini tidak ada teori akuntansi yang bersifat komprehensif” (p 56). Teori yang sekarang muncul dari pemakaian pendekatan yang berbeda, bukannya dihasilkan dari satu teori tunggal yang komprehensif. Komite dari American Accounting Association (AAA, 1997 : 1-2) juga menyatakan hal yang sama yaitu tidak teori akuntansi tunggal yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan pemakai, yang ada dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah teori akuntansi, tetapi koleksi teori yang digambaran sesuai dengan perbedaan pemakainnya.
  • 6.
    Peranan teori dalamakuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi. Perlunya teori dan praktek dapat dilihat dari praktek berikut. Berlawanan dengan bidang bahasa, meteorologi atau kimia, akuntan dapat mengubah praktek relatif lebih mudah. Oleh karena itu, masalah yang dihadapi akuntan adala mengetahui bagaimana praktek akuntansi seharusnya dikembangkan di masa mendatang. Sanksi yang berkaitan dengan implementasi kebijakan akuntansi menjadi sangat penting dalam memahami bidang akuntansi, karena praktek memungkinkan untuk diubah agar sesuai (cocok) dengan teori. Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain sebaik apapun teori yang dihasilkan, jika teori tersebut tidak sesuai dengan fenomena empiris, maka teori tersebut akan diganti oleh teori lain yang lebih cocok dengan fenomena tersebut (Ijiri, 1971).Teori akuntansi dapat dikatakan sebagai suatu konsep modern jika dibandingkan dengan teori-teori lain seperti matematika atau fisik. Asasannya, bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik bukannya dikembangkan secara sistematik dari teori yang terstruktur (Chambers, 1994). Teori akuntansi yang dihasilkan pada periode Pacioli sampai awal abad sembilan belas. Berbagai usulan tentang teori muncul, tetapi tidak satupun yang menempatkan akuntansi pada cara-cara yang sistematis (Goldberg, 1949). Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang
  • 7.
    sifatnya universal. Konsepakuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan (Glautier and Underdown, 1994). Jadi jelas bahwa teori yang selama ini dikembangkan memiliki sudut pandang yang berbeda dan kadang bertolak belakang. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah perkembangan teori akuntansi. 3. Klasifikasi Perumusan Teori Akuntansi Teori akuntansi dapat diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem bahasa yang digunakan, dan tujuan perumusan. A. Klasifikasi Teori Akunansi Menurut Metode Penalaran Atas dasar metode penalaran yang digunakan, teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai pendekatan yang berbeda yaitu: a) deduktif; b) induktif; etikal; c) sosiologi; d) ekonomi; dan elektik (Belkaoui, 1993). Pada pembahsan ini lebih ditekankan pada pendekatan dedukif dan induktif dengan alasan bahwa pendekatan ini sering digunakan dibanding dengan empat pendekatan yang lain. 1. Pendekatan Deduktif Validitas teori yang dikembangkan melalui pendekatan ini, sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi dan menghubungkan dengan tepat berbagai komponen proses akuntansi dalam urutan yang logis. Kesalahan dalam menentukan tujuan dan kemampuan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut, akan menghasilkan konklusi yang salah. Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif, dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang
  • 8.
    rasional sebagai pedomandan dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi. Secara umum, langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi adalah sebagai berikut: (a) menentukan tujuan pelaporan keuangan; (b) memilih postulate akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik dan sosiologi, (c) menentukan prinsip akuntansi; serta (e) mengembangkan teknik akuntansi (Belkaoui, 1993). Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling penting karena tujuan yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda dan akan menghasilkan prinsip yang berbeda pula. Apabila tujuan telah ditetapkan, beberapa definisi dan asumsi dapat dibuat. Peneliti kemudian mengembangkan logika yang terstrukur untuk mencapai tujuan tersebut, berdasarkan definisi dan asumsi yang dibuat. Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan struktur teori yang konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap tahapan berjalan secara logis. Dengan cara demikian, konsistensi internal (internal consistency) antar preposisi dapat tercapai. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya dan dapat digunakan untuk menentukan apakah digunakan sebagai standar dalam mengevaluasi berbagai praktek akuntansi (Salmonson, 1969). Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan tertentu yang kemungkinan salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip yang dihasilkan juga sala. Di samping itu, pendekatan deduktif juga terbukti sering menghasilkan
  • 9.
    prinsip yang terlaluteoritis sehingga tidak dapat diterapkan dalam praktek. Implikasinya, pendekatan ini kurang teruji dalam praktek. 2. Pendekatan Induktif Pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci. Littleton (1953) bahwa prinsip akuntansi dapat dihasilkan secara induktif dengan melakukan pengujian empiris terhadap kegiatan akuntansi. Hal ini didukung (Moonitz) mengatakan bahwa observasi terhadap data akuntansi kelihatan lebih tepat dengan pendekatan induktif. Pendapat ini juga didukung oleh Schrder (1962 : 645) yang menyatakan bahwa perumusan teori akuntansi dapat dilakukan secara induktif dengan cara mengobservasi data keuangan yang dihasilkan dari transaksi bisnis. Kesimpulannya, proses induktif melibatkan kegiatan observasi mengenai data keuangan yang berkaitan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan prinsip-prinsip akuntansi sesuai hubungan yang ada. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) mencatat semua observasi; (b) menganalisis dan mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga dapat dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan; (c) hasil observasi kemudian digeneralisasi; serta (d) pengujian terhadap generalisasi (Belkaoui, 1993). Keuntungan uama pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini didasarkan pada kebebasan dimana perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang telah diyakini/disiapkan sebelumnya. Jadi pihak yang mengobservasi memiliki kebebasan untuk mengamati variabel tertentu selama hal tersebut relevan dengan tujuanyang akan dicapai. Kelemahannya yaitu: (1) observer dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak disadari tentang jenis hubungan yang diamati (unsur bias); dan (2) generalisasi data yang digunakan dalam observasi cenderung berbeda antara satu perusahaan dengan
  • 10.
    perusahaan yang lain.Konsekuensinya, kesimpulan yang dibuat dari hasil generalisasi kemungkinan besar salah hanya karena data yang pening justru tidak diobservasi. B. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Bahasa Teori dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda (sign). Dalam filsafat pengetahuan, studi tentang tanda dikenal dengan istilah semiology. Semiology dibagi menjadi tiga bagian, sintaktik (syntactics), semantik (semanics), dan pragmatik (pragmatics or behavioral). 1). Sintaktik (Syntactics) Berhubungan dengan logika internal dari dunia abstrak, logika internal yang konsisten dikemukakan dalam bentuk pernyataan terstrukur yang dapat berupa: pernyataan abstrak dengan tata bahasa baku dan pernyataan logika matematik. Pernyataan dalam bentuk bahasa yang terstrukur, misalnya “apabila permintaan suatu barang naik, maka harga barang itu akan cenderung ikut naik”. Sedangkan pernyataan logika matematika atau dalam bentuk model-model misalnya: Y = a + bX, atau persamaan dasar akuntansi A = K + E. Atas dasar tersebut perlu matematics rules atau systactics rules, yaitu dengan atribut atau simbol-simbol abstrak sebagai berikut: (a) Y = a + bX Keterangan: Y = variabel dependen a = bilangan konstan
  • 11.
    b = koefisien X= variabel independen 2). Semantik (Semantics) Semantik pada gambar di atas digambarkan dalam garis yang dihubungkan dengan kotak-kotak persegi, hubungan ini memusatkan perhatiannya pada peristiwa, obyek atau gejala yang sesungguhnya terjadi dengan semua karakteristiknya. Berdasarkan pernyataan logika matematik atau model-model pada tingkat sintaktik tersebut di atas, dapat dihubungkan dengan fakta empirik yang ada di dunia nyata (real world), dengan menetapkan definisi operasionalnya, sebagai berikut: (a) Misalnya, memprediksikan jumlah penjualan (Y) pada tahun yang akan datang, berdasarkan data historis penjualan yang tersedia di perusahaan dalam 5 tahun sebelumnya, maka penjelasannya sebagai berikut: Y = a + Bx Keterangan: Y = Jumla penjualan yang diprediksikan sebagai varibel dependen a = Konstanta b = Koefisien X = Data historis penjualan 5 tahun sebelumnya, sebagai variabel
  • 12.
    independen atau variabelbebas/pengarus. Bilangan konstan atau koefisiennya dapat ditentukan dengan pendekatan : (1) moment, (2) least square (3) regresi, tergantung pada karakteristik data yang tersedia dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila semua data sudah dimasukkan dalam notasi yang sesuai, maka dapat ditentukan jumlah prediksi penjualannya (Y), yang dapat dipakai sebagai dasar penetapan kebijaksanaan penjualan pada masa yang akan datang. 3). Pragmatik (Pragmatics or Behavioral) Aspek pragmatik cukup berperan dalam bidang penelitian ilmu-ilmu sosial, seperti: sosiologi, psikologi, antropologi, dan akuntansi. Hubungan pragmatik, berkaitan dengan perilaku individu atau kelompok kepentingan sebagai akibat dari adanya situasi tertentu, atau tersedianya informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi. Apabila suatu hipotesis pada tingkat sintaktik dilakukan pengujian (test) validitasnya dengan fakta empirik, hasilnya bisa sama atau berbeda, bahkan bisa ditolak. Supaya lebih mudah dipahami selanjutnya akan diberikan contoh dalam aplikasi akuntansi sebagai berikut: (1) Teori Sintaktik Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini berkaitan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.
  • 13.
    Interpretasi teori akuntansiatas dasar sintaksis dapat digambarkan sebagai berikut: input semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan pertukaran yang dicatat dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Tranaksi tersebut kemudian dimanipulasi (dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi akuntansi kos historis. Contohnya akuntan menganggap bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan nilai pasar (nilai wajar) aset dan utang dihiraukan. Akuntan kemudian menggunakan konsep pembukuan berpasangan (double entry) dan prinsip-prinsip akuntansi kos historis untuk menghitung laba dan rugi serta neraca saldo. Dalil atau prinsip individu diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit, dengan cara mengecek kebenaran perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi kos historis telah dipraktekkan sejak dahulu sampai sekarang. (2) Teori Semantik (Interpretasi) Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Jadi teori ini memberikan penjelasan mengenai definisi operasional dari praktek akuntansi. Struktur akuntansi, meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan berarti sama sekali apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia nyata. Oleh karena itulah, teori yang berkaitan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk memberikan arti bagi proposisi akuntansi. Dengan cara demikian, konsep interpretasi yang dibuat akuntan diartikan sama oleh pemakai informasi akuntansi. (3) Teori Pragmatik (Perilaku) Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk
  • 14.
    mengukur dan mengevaluasipengaruh ekonomi, psikologi, dan sosiologi pemakai terhadap alternatif prosedur akuntansi dam media pelapornya. (3.1) Pendekatan Pragmatik-Deskriptif Metoda ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian pragmatik deskriptif. Atas dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi. Proses seperti ini merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk mengembangkan teori akuntansi. Ada beberapa kritik yang ditujukan pada pendekatan tersebut yaitu (1) tidak ada penilaian yang logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan. Tidak alasan untuk membenarkan bahwa akuntan mencatat rekening tertentu dengan cara yang seharusnya dilakukan, dan tidak ada pertimbangan analitis terhadap kualitas tindakan atau rekening yang dibuatnya; (2) metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena pendekatannya tidak berujung pangkal. Argumennya, teknik-teknik akuntansi tidak pernah dipermasalahkan atau diragukan karena teknik-teknik tersebut terus-menerus digunakan oleh para pendukung pragmatik; serta (3) perhatian cenderung dipusatkan pada perilaku- perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aset, utang, pendapatan dan lain-lain. Atas dasar kenyataan tersebut Sterling (1970) berkesimpulan bahwa pendekatan pragmatik tidak sesuai untuk penyusunan teori akuntansi. Kesimpulan tersebut dikaitkan dengan teori normatif tentang bagaimana akuntansi seharusnya dikerjakan, bukannya teori positif yang menjelaskan atau memprediksi di dunia nyata.
  • 15.
    (3.1) Pendekatan Pragmatik-Psikologis Pendekatanpragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai laporan keuangan. Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut aturan-aturan sintaktik yang berbeda dengan yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi yang berbeda). Laporan tersebut kemudian disimpulkan oleh pemakai. Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat pada salah satu unsur teori tersebut: sintaktik (struktur), semantik (interpretasi) dan pragmatik (perilaku). Namun demikian, Hendriksen dan Van Breda (1992) berpendapat bahwa rerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki tiga komponen teori di atas. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Definisi teori akuntansi merupakan perdebatan panjang antara akademisi dan praktisi. Para ahli mendefinisikan akuntansi baik sebagai seni, komunikasi, aktivitas jasa maupun sebagai teknologi. 2. Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel yang saling terkait serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata. Menurut Macfoedz (1996) teori akuntansi sebagai konsep, standar, model, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis. 3. Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung
  • 16.
    dikembangkan atas dasarpertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi. 4. Teori akuntansi diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem bahasa yang digunakan dan tujuan perumusan. DAFTAR PUSTAKA Ahmed Riahi – Belkaoui. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi. Yogyakarta : BPFE UGM Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Watts and Zimmerman. 1982. Positive Accounting. Alabama University Make a Free Website with Yola.