2
Most read
3
Most read
VOLUME MOLAL PARSIAL 
TUJUAN 
Menentukan volume molal parsial komponen larutan 
PEMBAHASAN 
Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut. 
Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah : 
Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades diasumsikan sebagai Wo. 
Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh, kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan. 
Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya.
Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan. Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat konsentrasi yang besar. 
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar). Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan pelarutnya (air). 
Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan. Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak. 
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml. Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut. 
Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V₁ nya yaitu 16,756. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₁ nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₁ nya 18,67. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₁ nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₁ nya 18,801. 
Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi
nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. 
Kejadian yang terdapat pada V₁ ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V₂) diperoleh hasil bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V₂ nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₂ nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₂ nya 12,36. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₂ nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₂ nya -4,56. 
Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus terhadap volume molal parsial komponen 2 (V₂). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂) larutan tersebut.

More Related Content

PDF
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
DOCX
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DOCX
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
PDF
Penentuan sulfat secara turbidimetri
DOCX
laporan praktikum pembuatan Propilena
DOC
Kimia fisika
PDF
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
PDF
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
Penentuan sulfat secara turbidimetri
laporan praktikum pembuatan Propilena
Kimia fisika
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform

What's hot (20)

PPT
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
PDF
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
DOC
Iodometri
PDF
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
DOCX
Laporan praktikum - hidrokarbon
PPTX
Senyawa koordinasi (kompleks)
DOCX
Laporan Praktikum Permanganometri
PDF
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
PDF
Leaching
DOCX
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
PDF
Jurnal termokimia
DOCX
laporan praktikum titrasi pengendapan
PPTX
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
DOCX
Laporan Pratikum Konduktometri
DOC
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
DOCX
Koef distribusi laporan
PPTX
Kelompok 4 senyawa karbon
PPT
Termodinamika 1 lanjutan
PDF
Pemisahan kation dengan penukar ion
DOCX
Kesetimbangan uap cair
Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
Iodometri
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Laporan praktikum - hidrokarbon
Senyawa koordinasi (kompleks)
Laporan Praktikum Permanganometri
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Leaching
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Jurnal termokimia
laporan praktikum titrasi pengendapan
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Koef distribusi laporan
Kelompok 4 senyawa karbon
Termodinamika 1 lanjutan
Pemisahan kation dengan penukar ion
Kesetimbangan uap cair
Ad

Similar to Volume molal parsial (20)

PPT
Konstrasi larutan
PPTX
SISTEM KONSENTRASI/KADAR PEMBUATAN LARUTAN
PPT
konstr-larutan1
DOCX
Risma Fetriani_Modul Ajar (Hubungan Mol dengan Volume-Molaritas).docx
PDF
BU RETNO MATKUL PLM TENTANG KONSETRASI LARUTAN.pdf
PPTX
Kadar Zat.pptx medical science kedokteran
PPT
Larutan Dan Konsentrasi
PPT
dokumen.tips_pertemuan-4-analisis-volumetri (1).ppt
PPT
Analisis Titrimetri Pertemuan 2.ppt
DOCX
Kimia x ipa 1 tugas ke 9
PPTX
Reaksi dalam larutan berair 1
DOCX
BAB VI LARUTAN rev.docx
PDF
4.konsentrasi larutan
PDF
Larutan-dan-Konsentrasi mata pelajaran kimia kelas XI.pdf
DOC
Laporan praktikum alkalimetri
PPTX
Stoikiometri
DOCX
Asidi alkalimetri
PPTX
ITP UNS SEMESTER 2 Pembuatan larutan
PPT
ppt_kimia_stoikiometri.ppt
PPT
ppt_kimia_stoikiometri.ppt
Konstrasi larutan
SISTEM KONSENTRASI/KADAR PEMBUATAN LARUTAN
konstr-larutan1
Risma Fetriani_Modul Ajar (Hubungan Mol dengan Volume-Molaritas).docx
BU RETNO MATKUL PLM TENTANG KONSETRASI LARUTAN.pdf
Kadar Zat.pptx medical science kedokteran
Larutan Dan Konsentrasi
dokumen.tips_pertemuan-4-analisis-volumetri (1).ppt
Analisis Titrimetri Pertemuan 2.ppt
Kimia x ipa 1 tugas ke 9
Reaksi dalam larutan berair 1
BAB VI LARUTAN rev.docx
4.konsentrasi larutan
Larutan-dan-Konsentrasi mata pelajaran kimia kelas XI.pdf
Laporan praktikum alkalimetri
Stoikiometri
Asidi alkalimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Pembuatan larutan
ppt_kimia_stoikiometri.ppt
ppt_kimia_stoikiometri.ppt
Ad

More from qlp (20)

PDF
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
PDF
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
PDF
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
PDF
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
PDF
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
PDF
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
PDF
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
PDF
laporan kimia organik - Sintesis imina
PDF
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
PDF
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
PDF
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
PDF
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
PDF
Penentuan amonia dalam air
PDF
Analisis fosfor dan krom
PDF
Analisis dengan spektrometri serapan atom
PDF
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
PDF
Kinetika adsorpsi
PDF
Viskometri
PDF
Titrasi iodimetri vitamin c
PDF
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
Penentuan amonia dalam air
Analisis fosfor dan krom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Kinetika adsorpsi
Viskometri
Titrasi iodimetri vitamin c
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri

Recently uploaded (20)

PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPT
Inkuiri Kolaboratif bagi guru di Satuan Pendidikan .ppt
PPTX
PPT SILVIA YULITA dompet digtal shopeepay
PPTX
Kokurikuler dalam Pembelajaran Mendalam atau Deep Leaning
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPTX
Keusahawanan dan Perniagaan Islam - Dr Mohd Adib Abd Muin 20 Ogos 2025.pptx
PDF
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
PPTX
Ikrar Pamong dan Panca Prasetya KORPRI dan JUga Ikrar Bela Negara
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Informatika Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
PPTX
Desain ojt 1 koding dan kecerdasan artificial .pptx
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Informatika Kelas X SMA Terbaru 2025
PDF
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
DOCX
Modul ajar kelas 5 tentang adoo ul jismi
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PDF
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
PDF
2. ATP Fase F - PA. Islam (1)-halaman-1-digabungkan.pdf
PDF
Bahan Bacaan Rencana Kolaborasi Inkuiri.pdf
PDF
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Inkuiri Kolaboratif bagi guru di Satuan Pendidikan .ppt
PPT SILVIA YULITA dompet digtal shopeepay
Kokurikuler dalam Pembelajaran Mendalam atau Deep Leaning
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Keusahawanan dan Perniagaan Islam - Dr Mohd Adib Abd Muin 20 Ogos 2025.pptx
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
Ikrar Pamong dan Panca Prasetya KORPRI dan JUga Ikrar Bela Negara
Modul Ajar Deep Learning Informatika Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
Desain ojt 1 koding dan kecerdasan artificial .pptx
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Informatika Kelas X SMA Terbaru 2025
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
Modul ajar kelas 5 tentang adoo ul jismi
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
2. ATP Fase F - PA. Islam (1)-halaman-1-digabungkan.pdf
Bahan Bacaan Rencana Kolaborasi Inkuiri.pdf
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...

Volume molal parsial

  • 1. VOLUME MOLAL PARSIAL TUJUAN Menentukan volume molal parsial komponen larutan PEMBAHASAN Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut. Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah : Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades diasumsikan sebagai Wo. Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh, kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan. Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya.
  • 2. Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan. Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat konsentrasi yang besar. Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar). Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan pelarutnya (air). Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan. Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml. Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut. Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V₁ nya yaitu 16,756. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₁ nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₁ nya 18,67. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₁ nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₁ nya 18,801. Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi
  • 3. nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Kejadian yang terdapat pada V₁ ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V₂) diperoleh hasil bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V₂ nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₂ nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₂ nya 12,36. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₂ nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₂ nya -4,56. Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus terhadap volume molal parsial komponen 2 (V₂). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂) larutan tersebut.