SlideShare a Scribd company logo
PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI
Sistem Distribusi
Secara garis besar pengusahaan Sistem Tenaga
Listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
Sistem Pembangkitan, Sistem Penyaluran
(Transmisi & Gardu Induk), dan Sistem Distribusi.
Dengan demikian Sistem Distribusi merupakan
bagian akhir dari rangkaian komponen pada sistem
tenaga listrik (Gambar 2-1).
Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan rangkaian komponen
listrik mulai dari sisi sekunder trafo gardu induk (sisi
tegangan Menengah) hingga sisi tegangan rendah
di pelanggan/ konsumen (gambar 2-2).
Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)




Gardu Induk
                                            Sekering T.M.


                                           Trafo Distribusi




                                                              Rel T.R.

                                                              Sekering T.R.
                                                              Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
                Gardu Distribusi                                                               Tiang
                                    Sambungan Rumah




                                                                                               Pelanggan




              Gambar 2-2 : Sistem Distribusi
Sesuai dengan gambar 2-2 maka bagian-bagian utama sistem
distribusi adalah :

         Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV)
         Gardu Hubung
         Gardu Distribusi (Trafo)
         Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220/380 V)

Selanjutnya berdasarkan konfigurasinya, jaringan distribusi tegangan
menengah dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
         1. Sistem Radial.


                                   GI




                        Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
2. Sistem Loop

                      GI




                 Gambar 2-4: Jaringan Distribusi Loop
3. Sistem Spindle.




                                                                Gardu hubung
    Gardu induk




                                Saluran cadangan




                                         Gardu distribusi


                     Gambar 2-5 : Jaringan Distribusi Spindle
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
2.2. Pengaman sistem distribusi

   2.2.1. Pentanahan Sistem Distribusi

   Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di
    lingkungan PLN. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas jenis
    pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya
    ada 4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat
    dijelaskan sebagai berikut :

   Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance),
    mengutamakan keselamatan umum, sehingga meskipun dengan
    saluran udara masih layak memasuki daerah perkotaan.

   Pentanahan Langsung (Solid Grounding) yaitu sistem distribusi
    dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor ekonomi,
    sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar
    kota sampai ke daerah yang terpencil.
   Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance),
    dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi
    antara faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan
    dapat mempergunakan saluran udara bagi daerah luar kota
    maupun kabel bagi daerah padat dalam kota.

   Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan /Floating, untuk saat
    ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan
    tanah arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh
    relai proteksi.
Pola Pengaman Sistem Distribusi

    Pola I , untuk sistem distribusi dengan pentanahan
    tahanan tinggi :
   Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
    pentanahan Netral melalui tahanan tinggi 500 ohm.
   Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya
    rendah.
   Diperlukan rele yang sensitif untuk dapat
    mendeteksi arus gangguan yang kecil.
   Pola ini diterapkan di Jawa Timur.
Proteksi terpasang:

   PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :


     - OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
    - Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk
      membebaskan gangguan fasa-tanah.

   PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)
    jenis Fuse Cut Out (FCO).
PMT                    PBO           SSO

                                           SSO
                                PL                     PL
OCR
GFR


      Gambar 2-6 : Pengaman Sistem Distribusi Pola I
Pola II , untuk sistem distribusi dengan
    Pentanahan Langsung :
   Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan
    pentanahan Netral secara langsung.
   Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang
    JTM dan JTR, dipergunakan sebagai netral
    bersama TM & TR (Common Neutral).
   Karena tahanannya sangat kecil, maka arus
    gangguannya besar, sehingga diperlukan rele yang
    dapat bekerja dengan cepat.
   Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY.
R


                                                 S

                                                 N




                                                 T


Gambar 2-7 : Pentanahan Langsung pada Sistem Distribusi
Proteksi terpasang :

   PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :

       OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
       GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.

   PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)
    jenis FCO
PMT    PBO        SSO

                                          SSO
                               PL               PL
   Y              OCR
                  GFR




Solid Grounding




   Gambar 2-8 : Pengaman Sistem Distribusi Pola II
Pola III, untuk sistem distribusi dengan
    Pentanahan Tahanan Rendah
   Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
    pentanahan Netral melalui tahanan rendah 40 ohm
    untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.
   Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar
    Jawa.
   Karena tahanannya relatif rendah, maka arus
    gangguannya relatif tinggi, sehingga diperlukan rele
    yang dapat bekerja dengan cepat.
Proteksi terpasang:

   PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)
    dilengkapi dengan :
     OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.

     GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.

   PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman
    Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).
   Pada sistem Spindle dengan saluran kabel,
    pengamannya dengan rele arus lebih tanpa penutup
    balik (atau di blok) dan atau pelebur.
PMT               PBO         SSO

                                                    SSO
         Y
                                         PL               PL
 NGR
40 Ohm
               OCR
               GFR


             Gambar 2-9 : Pengaman Sistem Distribusi Pola III
   Pola IV , untuk sistem distribusi dengan
    Pentanahan Mengambang
   Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
    pentanahan mengambang atau netral tidak
    ditanahkan (Floating).
   Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di
    Sulawesi dan Sumatera Selatan/ Jambi. Karena
    sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka pola
    IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.
Fuse / pengaman lebur.
   Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai
    pengaman pada sistem distribusi terhadap arus
    gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau
    trafo distribusi.
   Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :
   Percabangan JTM / Branch Line
   Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang /
    Tembok.
    Prinsip Kerja Pengaman Lebur
   Jika arus yang melewati Pengaman Lebur melebihi
    nilai arus rating nominal dari Pengaman Lebur maka
    elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika
    telah mencapai titik leburnya maka elemen akan
    melebur.
Konstruksi Pengaman Lebur
   Pengaman Lebur yang banyak digunakan
    pada jaringan distribusi adalah jenis letupan
    dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO),
    seperti gambar 2-10.
   Fuse tersebut tidak dilengkapi dengan alat
    peredam busur api, sehingga bila digunakan
    untuk daya yang besar maka fuse tidak
    mampu meredam busur api yang timbul pada
    saat terjadi gangguan akibatnya timbul
    ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan
    sebagai pengaman jenis letupan.
Karakteristik Fuse / Pengaman Lebur
   Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak
    digunakan yaitu :
   Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K )
   Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).
   Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada
    kecepatan pemutusannya. Gambar 2-11.a
    dan 2-11.b menunjukkan contoh karakteristik
    fuse.
Gambar 2-10 : Konstruksi Fuse Cut Out
Gambar 2-11 a : Karakteristik Fuse Link Tipe K.
Gambar 2-11 b : Karakteristik Fuse Link Tipe T.
TERIMA KASIH
SELAMAT BEKERJA
PBO dan SSO
    Penutup balik otomatis (PBO)
   PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan
    kontrol dan relai penutup balik. Relai penutup balik adalah relai
    yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT
    membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada
    SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke
    tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :
   Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan
    temporer.
   Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah
    yang terganggu.
   Jenis-jenis Reclosing relay.
   Berdasarkan tipe perintahnya, reclosing relay
    dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
   1. Single-shot Reclosing Relay
   Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing
    ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan
    reclosing setelah blocking time terakhir.
   Bila terjadi gangguan pada periode blocking time,
    PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock –
    out ).CloseTripDead TimeBloking TimeWaktu
    Relai Lock Out
Waktu Relai


Close




                                                   Look Out
                      Bloking Time
 Trip



          Dead Time




        Gambar 2-15 : Single shot reclosing relay
   Multi Shot Reclosing Relay.
   Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke
    PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing
    dapat diatur sama atau berbeda..
   Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan
    perintah trip ke PMT. Pada saat yang sama juga
    mengerjakan (mengenergizing) Reclosing relay.
   Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang
    dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke
    PMT .
   Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali
    dan reclosing relai akan melakukan reclose yang
    kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama
    (antara 15- 60 detik).
   Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip
    kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose
    yang ke tiga setelah dead time t 3 .
   Bila gangguannya juga masih ada dalam periode
    blocking tR, maka PMT akan trip dan lock out.
    Penggunaan multi shot reclosing harus disesuaikan
    dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.
Gambar 2-16 : Diagram waktu kerja Multi Shot Reclosing Relai


Keterangan gambar : t1 = dead time dari reclosing pertama
               t2         = dead time dari reclosing kedua
                t3        = dead time dari reclosing ketiga
                tR 1 = blocking time dari reclosing pertama
                 tR 2 = blocking time dari reclosing kedua
                 tR 3 = blocking time dari reclosing ketiga
   Sifat-sifat PBO
   PBO mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
   Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi
    gangguan temporer.
   Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi
    dengan pengaman di hilir.
   Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat
    maka PBO akan reset kembali ke status awal. Bila
    muncul gangguan setelah waktu reset, PBO mulai
    menghitung dari awal.
   Repetitive : reset otomatis setelah recloser success.
   Non repetitive : memerlukan reset manual
    (bila terjadi gangguan permanen dan bila
    gangguan sudah dibebaskan).
   PBO atau Recloser adalah relai arus lebih
    sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah
    sama (lihat karakteristik OCR).
Saklar seksi otomatis (SSO)
   Pengertian dan Fungsi SSO
   SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang
    dilengkapi dengan kontrol elektronik/ mekanik yang
    digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan
    Tegangan Menengah.
   SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk
    memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa
    seksi, agar pada keadaan gangguan permanen,
    luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di
    sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin.
   Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber
    maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar
    biasa).
Klasifikasi SSO
   Penginderaan : berdasarkan tegangan (AVS)
    atau berdasarkan Arus (Sectionalizer).
   Media Pemutus : Minyak, Vacum, Gas SF6.
   Kontrol : Hidraulik atau Elektronik
   Phase : Fasa tunggal atau Fasa tiga
Prinsip Kerja SSO
   SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pengaman di sisi
    sumber (relai recloser atau PBO) untuk mengisolir secara
    otomatis seksi SUTM yang terganggu.
   SSO pada pola ini membuka pada saat rangkaian tidak ada
    tegangan tetapi dalam keadaan bertegangan harus mampu
    menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.
   SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup
    rangkaian berbeban. Saklar ini bekerja atas dasar penginderaan
    tegangan.
   SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan
    sebagai sumber tenaga penggerak dan pengindera.
   Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS
    di bawah.
   Prinsip Kerja AVS
    Gambar 2-17 di bawah sebagai ilustrasi
    Sistem Distribusi yang terbagi dalam 3 seksi
    dengan pengaman penyulang sebuah PMT
    dan dua buah AVS.
Gambar 2-17: Sistem Pengaman JTM dengan PMT dan AVS
Prinsip operasi AVS :
    Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip,
      tegangan hilang. Setelah t3, semua AVS trip.
    PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.
    Setelah t1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.
    Setelah t2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.
    Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2
      lepas setelah t3.
    PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah t1 sedangkan AVS2
      sudah lock-out (karena pada saat masuk pertama AVS2 hanya
      merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari t2, sehingga
      menyimpulkan gangguan ada pada seksi berikutnya atau seksi III).
TERIMA KASIH SELAMAT
      BEKERJA

More Related Content

PPT
Sistem proteksi tenaga listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
GARDU DISTRIBUSI
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
GARDU DISTRIBUSI 20 KV
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPT
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Johari Zhou Hao Li
 
PPTX
PPT Transmisi & Distribusi Listrik Kelompok 1
Maulana Ilham Saputra
 
PDF
9 sistem 3 phasa beban seimbang
Simon Patabang
 
Sistem proteksi tenaga listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
GARDU DISTRIBUSI 20 KV
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Johari Zhou Hao Li
 
PPT Transmisi & Distribusi Listrik Kelompok 1
Maulana Ilham Saputra
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
Simon Patabang
 

What's hot (20)

PPTX
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Disconnecting Switch ( Saklar Pemisah )
TEMMY NGEDY
 
PPTX
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Teori kegagalan isolasi
sevirarh
 
PPTX
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
derrydwipermata
 
PPTX
JARINGAN TEGANGAN RENDAH ( JTR)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
tesha saputra
 
PPTX
SALURAN TEGANGAN RENDAH 380/220 VOLT
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Jaringan distribusi tenaga listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PDF
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
mocoz
 
PDF
Transmisi Daya Listrik
Mulia Damanik
 
DOCX
Gangguan pada gardu induk
odhimay
 
PPTX
5 Sistem 3 Phasa
Simon Patabang
 
PDF
Voltage sag and swell
Zulhamidi Zulhamidi
 
PDF
Gardu Induk
lombkTBK
 
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Disconnecting Switch ( Saklar Pemisah )
TEMMY NGEDY
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Teori kegagalan isolasi
sevirarh
 
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
derrydwipermata
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH ( JTR)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
tesha saputra
 
SALURAN TEGANGAN RENDAH 380/220 VOLT
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Jaringan distribusi tenaga listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
mocoz
 
Transmisi Daya Listrik
Mulia Damanik
 
Gangguan pada gardu induk
odhimay
 
5 Sistem 3 Phasa
Simon Patabang
 
Voltage sag and swell
Zulhamidi Zulhamidi
 
Gardu Induk
lombkTBK
 
Ad

Viewers also liked (20)

PPTX
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
DOCX
Makalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Syahrul Ramazan
 
PPTX
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
SISTEM PROTEKSI
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
9 Sistem Pentanahan
Simon Patabang
 
PDF
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
Wawan the'Magma'
 
PPTX
JARINGAN SISTEM DISTRIBUSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
DOC
Macam relay proteksi
Ridwan Satria
 
PDF
Filosofi proteksi
Fany Habibie
 
DOC
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
bernadus lokaputra
 
PDF
Fasa tunggal
Actur Saktianto
 
PPT
03 bab iii_instalasi_pemanfaatan_listrik_sesuai_puil_2000
ibnu imron
 
PDF
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (Puil 2000)
Ellan Syahnoorizal Siregar
 
PPTX
Tugas Bahan-bahan Listrik, Bahan Transmisi Distribusi
ciyusmiapah
 
DOC
Gangguan kabel bawah tanah-Syamsir Abduh
Trisakti University
 
DOC
83138841 1-1-komponen-jtm
Agus Supriyanto
 
PPTX
JARINGAN DISTRIBUSI
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Tugas Kelompok 2 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Anggita Mentari
 
DOCX
Soal Analisa Sistem Tenaga Listrik
azikin09
 
DOCX
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Trafo Distribusi
bernadus lokaputra
 
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Makalah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Syahrul Ramazan
 
PROTEKSI TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
9 Sistem Pentanahan
Simon Patabang
 
Spln 59 1985 keandalan 20 k v dan 6 kv
Wawan the'Magma'
 
JARINGAN SISTEM DISTRIBUSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Macam relay proteksi
Ridwan Satria
 
Filosofi proteksi
Fany Habibie
 
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - MCB
bernadus lokaputra
 
Fasa tunggal
Actur Saktianto
 
03 bab iii_instalasi_pemanfaatan_listrik_sesuai_puil_2000
ibnu imron
 
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (Puil 2000)
Ellan Syahnoorizal Siregar
 
Tugas Bahan-bahan Listrik, Bahan Transmisi Distribusi
ciyusmiapah
 
Gangguan kabel bawah tanah-Syamsir Abduh
Trisakti University
 
83138841 1-1-komponen-jtm
Agus Supriyanto
 
JARINGAN DISTRIBUSI
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Tugas Kelompok 2 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...
Anggita Mentari
 
Soal Analisa Sistem Tenaga Listrik
azikin09
 
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Trafo Distribusi
bernadus lokaputra
 
Ad

Similar to 111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi (20)

PPT
sistem-dan-pola-pengaman-distribusi.ppt1
Hartoyo Mp
 
PPT
8814 Pertemuan Ke 10
hotdeslumbanraja
 
PPTX
Electrical Engineering PLTU.pptx
JokoSusilo678534
 
DOCX
Bab ii
dianeka putra
 
PPTX
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
materi 2 Klasifikasi Jaringan Distribusi.pptx
CHAIRULNAZALULANSHAR
 
DOC
Modul ii-sistem-distribusi
Ellyelsom Soumilena
 
PPTX
jaringandistribusitenagalistrik-171208000924.pptx
AbelDoloksaribu
 
PDF
4 nad sat
liesyn
 
PPTX
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
IlhamDanal
 
PPTX
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Teknik distribusi tenaga listrik
Maharoni Karang Serang
 
DOCX
Bab iv
ex945unit
 
PPTX
materi 1 konsep distribusi.pptx
CHAIRULNAZALULANSHAR
 
PPTX
Jaringan tegangan menengah
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PDF
Teknik tenaga listrik ppptttttttpppptttpppt
clickhere657
 
DOCX
Sistem Distribusi Tenaga Listrik.docx
bambang968405
 
PPTX
GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
PPTX
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
sistem-dan-pola-pengaman-distribusi.ppt1
Hartoyo Mp
 
8814 Pertemuan Ke 10
hotdeslumbanraja
 
Electrical Engineering PLTU.pptx
JokoSusilo678534
 
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
materi 2 Klasifikasi Jaringan Distribusi.pptx
CHAIRULNAZALULANSHAR
 
Modul ii-sistem-distribusi
Ellyelsom Soumilena
 
jaringandistribusitenagalistrik-171208000924.pptx
AbelDoloksaribu
 
4 nad sat
liesyn
 
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
IlhamDanal
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Teknik distribusi tenaga listrik
Maharoni Karang Serang
 
Bab iv
ex945unit
 
materi 1 konsep distribusi.pptx
CHAIRULNAZALULANSHAR
 
Jaringan tegangan menengah
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Teknik tenaga listrik ppptttttttpppptttpppt
clickhere657
 
Sistem Distribusi Tenaga Listrik.docx
bambang968405
 
GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 

More from Azis Nurrochma Wardana (20)

PDF
Materi 9-gardu-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
DOC
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Azis Nurrochma Wardana
 
PDF
Chapter ii
Azis Nurrochma Wardana
 
DOCX
100295174 jtm
Azis Nurrochma Wardana
 
DOC
83138841 1-1-komponen-jtm
Azis Nurrochma Wardana
 
DOCX
82192446 gardu-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
DOC
73964016 sop-langkah-kerja
Azis Nurrochma Wardana
 
PPTX
38624866 gardu-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
PDF
Chapter ii 2
Azis Nurrochma Wardana
 
PPT
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
Materi 9-gardu-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Azis Nurrochma Wardana
 
100295174 jtm
Azis Nurrochma Wardana
 
83138841 1-1-komponen-jtm
Azis Nurrochma Wardana
 
82192446 gardu-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
73964016 sop-langkah-kerja
Azis Nurrochma Wardana
 
38624866 gardu-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
Azis Nurrochma Wardana
 

Recently uploaded (20)

PPTX
Teknologi dalam Proses Bisnis Pemasaran.pptx
SMK Negeri 44 Jakarta
 
PPTX
KONSEP DASAR PEMROGRAMAN DASAR SMK KELAS 10.pptx
Algivesahlan
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Pengelolaan Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
DOCX
JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 3 AKSI NYATA KODE ETIK GURU.docx
KRISKO GOVINDA
 
PDF
Kepemimpinan dan Ketahanan Bangsa dalam Lanskap Geopolitik Baru: Antara Fakta...
Dadang Solihin
 
PDF
KELOMPOK 5 Modul 4 PELATIHAN PM KEPALA SEKOLAH
suhendro79
 
PPTX
materi sekolah lansia demensia dan alzheimer .pptx
NurulIzah16
 
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Prakarya Pengelolaan Kelas VIII Terbaru 2025
fubierabita
 
DOCX
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
RachmanTeguh
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Budidaya Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKN Kelas 10 Terbaru 2025
UrayFubie
 
PDF
PPT Menganalisis Informasi Lisan teks deskripsi.pdf
AriIndrawati4
 
PPTX
Bahan Ajar Teks Deskripsi kelas 9 SMP.pptx
syaniamuskitta33
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Rupa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
wahyurestu63
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 10 Terbaru 2025
wahyurestu63
 
DOCX
Modul Ajar KIK XI kewirausahaan 1 2025.docx
nur9955
 
PDF
Dampak Sektoral Perjanjian Perdagangan Timbal Balik Amerika Serikat–Indonesia
Dadang Solihin
 
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Kerajinan Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
PPTX
PELAKSANAAN (di Htl_GFeruci, 28 Jul'25) + Link2 MATERI Training_LEADERSHIP & ...
Kanaidi ken
 
PPTX
Materi-IPA-Kelas-8-Sel-Kurikulum-Merdeka.pptx
EmyPuji
 
Teknologi dalam Proses Bisnis Pemasaran.pptx
SMK Negeri 44 Jakarta
 
KONSEP DASAR PEMROGRAMAN DASAR SMK KELAS 10.pptx
Algivesahlan
 
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Pengelolaan Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 3 AKSI NYATA KODE ETIK GURU.docx
KRISKO GOVINDA
 
Kepemimpinan dan Ketahanan Bangsa dalam Lanskap Geopolitik Baru: Antara Fakta...
Dadang Solihin
 
KELOMPOK 5 Modul 4 PELATIHAN PM KEPALA SEKOLAH
suhendro79
 
materi sekolah lansia demensia dan alzheimer .pptx
NurulIzah16
 
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Prakarya Pengelolaan Kelas VIII Terbaru 2025
fubierabita
 
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
RachmanTeguh
 
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Budidaya Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKN Kelas 10 Terbaru 2025
UrayFubie
 
PPT Menganalisis Informasi Lisan teks deskripsi.pdf
AriIndrawati4
 
Bahan Ajar Teks Deskripsi kelas 9 SMP.pptx
syaniamuskitta33
 
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Rupa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 10 Terbaru 2025
wahyurestu63
 
Modul Ajar KIK XI kewirausahaan 1 2025.docx
nur9955
 
Dampak Sektoral Perjanjian Perdagangan Timbal Balik Amerika Serikat–Indonesia
Dadang Solihin
 
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Kerajinan Kelas 8 SMP Terbaru 2025
wahyurestu63
 
PELAKSANAAN (di Htl_GFeruci, 28 Jul'25) + Link2 MATERI Training_LEADERSHIP & ...
Kanaidi ken
 
Materi-IPA-Kelas-8-Sel-Kurikulum-Merdeka.pptx
EmyPuji
 

111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi

  • 1. PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Secara garis besar pengusahaan Sistem Tenaga Listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Sistem Pembangkitan, Sistem Penyaluran (Transmisi & Gardu Induk), dan Sistem Distribusi. Dengan demikian Sistem Distribusi merupakan bagian akhir dari rangkaian komponen pada sistem tenaga listrik (Gambar 2-1). Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan rangkaian komponen listrik mulai dari sisi sekunder trafo gardu induk (sisi tegangan Menengah) hingga sisi tegangan rendah di pelanggan/ konsumen (gambar 2-2).
  • 2. Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
  • 3. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) Gardu Induk Sekering T.M. Trafo Distribusi Rel T.R. Sekering T.R. Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Gardu Distribusi Tiang Sambungan Rumah Pelanggan Gambar 2-2 : Sistem Distribusi
  • 4. Sesuai dengan gambar 2-2 maka bagian-bagian utama sistem distribusi adalah :  Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV)  Gardu Hubung  Gardu Distribusi (Trafo)  Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220/380 V) Selanjutnya berdasarkan konfigurasinya, jaringan distribusi tegangan menengah dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
  • 5. Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial 1. Sistem Radial. GI Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
  • 6. 2. Sistem Loop GI Gambar 2-4: Jaringan Distribusi Loop
  • 7. 3. Sistem Spindle. Gardu hubung Gardu induk Saluran cadangan Gardu distribusi Gambar 2-5 : Jaringan Distribusi Spindle
  • 9. 2.2. Pengaman sistem distribusi  2.2.1. Pentanahan Sistem Distribusi  Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di lingkungan PLN. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas jenis pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya ada 4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat dijelaskan sebagai berikut :  Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance), mengutamakan keselamatan umum, sehingga meskipun dengan saluran udara masih layak memasuki daerah perkotaan.  Pentanahan Langsung (Solid Grounding) yaitu sistem distribusi dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor ekonomi, sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar kota sampai ke daerah yang terpencil.
  • 10. Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance), dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi antara faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan dapat mempergunakan saluran udara bagi daerah luar kota maupun kabel bagi daerah padat dalam kota.  Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan /Floating, untuk saat ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan tanah arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh relai proteksi.
  • 11. Pola Pengaman Sistem Distribusi Pola I , untuk sistem distribusi dengan pentanahan tahanan tinggi :  Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan Netral melalui tahanan tinggi 500 ohm.  Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya rendah.  Diperlukan rele yang sensitif untuk dapat mendeteksi arus gangguan yang kecil.  Pola ini diterapkan di Jawa Timur.
  • 12. Proteksi terpasang:  PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan : - OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa. - Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.  PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).
  • 13. PMT PBO SSO SSO PL PL OCR GFR Gambar 2-6 : Pengaman Sistem Distribusi Pola I
  • 14. Pola II , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Langsung :  Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan pentanahan Netral secara langsung.  Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang JTM dan JTR, dipergunakan sebagai netral bersama TM & TR (Common Neutral).  Karena tahanannya sangat kecil, maka arus gangguannya besar, sehingga diperlukan rele yang dapat bekerja dengan cepat.  Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY.
  • 15. R S N T Gambar 2-7 : Pentanahan Langsung pada Sistem Distribusi
  • 16. Proteksi terpasang :  PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :  OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.  GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.  PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis FCO
  • 17. PMT PBO SSO SSO PL PL Y OCR GFR Solid Grounding Gambar 2-8 : Pengaman Sistem Distribusi Pola II
  • 18. Pola III, untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Tahanan Rendah  Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan Netral melalui tahanan rendah 40 ohm untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.  Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar Jawa.  Karena tahanannya relatif rendah, maka arus gangguannya relatif tinggi, sehingga diperlukan rele yang dapat bekerja dengan cepat.
  • 19. Proteksi terpasang:  PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :  OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.  GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.  PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).  Pada sistem Spindle dengan saluran kabel, pengamannya dengan rele arus lebih tanpa penutup balik (atau di blok) dan atau pelebur.
  • 20. PMT PBO SSO SSO Y PL PL NGR 40 Ohm OCR GFR Gambar 2-9 : Pengaman Sistem Distribusi Pola III
  • 21. Pola IV , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Mengambang  Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan mengambang atau netral tidak ditanahkan (Floating).  Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di Sulawesi dan Sumatera Selatan/ Jambi. Karena sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka pola IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.
  • 22. Fuse / pengaman lebur.  Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai pengaman pada sistem distribusi terhadap arus gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau trafo distribusi.  Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :  Percabangan JTM / Branch Line  Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang / Tembok. Prinsip Kerja Pengaman Lebur  Jika arus yang melewati Pengaman Lebur melebihi nilai arus rating nominal dari Pengaman Lebur maka elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika telah mencapai titik leburnya maka elemen akan melebur.
  • 23. Konstruksi Pengaman Lebur  Pengaman Lebur yang banyak digunakan pada jaringan distribusi adalah jenis letupan dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO), seperti gambar 2-10.  Fuse tersebut tidak dilengkapi dengan alat peredam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya yang besar maka fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan akibatnya timbul ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan sebagai pengaman jenis letupan.
  • 24. Karakteristik Fuse / Pengaman Lebur  Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak digunakan yaitu :  Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K )  Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).  Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada kecepatan pemutusannya. Gambar 2-11.a dan 2-11.b menunjukkan contoh karakteristik fuse.
  • 25. Gambar 2-10 : Konstruksi Fuse Cut Out
  • 26. Gambar 2-11 a : Karakteristik Fuse Link Tipe K.
  • 27. Gambar 2-11 b : Karakteristik Fuse Link Tipe T.
  • 29. PBO dan SSO Penutup balik otomatis (PBO)  PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan kontrol dan relai penutup balik. Relai penutup balik adalah relai yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :  Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan temporer.  Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah yang terganggu.
  • 30. Jenis-jenis Reclosing relay.  Berdasarkan tipe perintahnya, reclosing relay dibedakan dalam dua jenis, yaitu :  1. Single-shot Reclosing Relay  Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan reclosing setelah blocking time terakhir.  Bila terjadi gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock – out ).CloseTripDead TimeBloking TimeWaktu Relai Lock Out
  • 31. Waktu Relai Close Look Out Bloking Time Trip Dead Time Gambar 2-15 : Single shot reclosing relay
  • 32. Multi Shot Reclosing Relay.  Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing dapat diatur sama atau berbeda..  Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan perintah trip ke PMT. Pada saat yang sama juga mengerjakan (mengenergizing) Reclosing relay.  Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke PMT .
  • 33. Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama (antara 15- 60 detik).  Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang ke tiga setelah dead time t 3 .  Bila gangguannya juga masih ada dalam periode blocking tR, maka PMT akan trip dan lock out. Penggunaan multi shot reclosing harus disesuaikan dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.
  • 34. Gambar 2-16 : Diagram waktu kerja Multi Shot Reclosing Relai Keterangan gambar : t1 = dead time dari reclosing pertama t2 = dead time dari reclosing kedua t3 = dead time dari reclosing ketiga tR 1 = blocking time dari reclosing pertama tR 2 = blocking time dari reclosing kedua tR 3 = blocking time dari reclosing ketiga
  • 35. Sifat-sifat PBO  PBO mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :  Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi gangguan temporer.  Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi dengan pengaman di hilir.  Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat maka PBO akan reset kembali ke status awal. Bila muncul gangguan setelah waktu reset, PBO mulai menghitung dari awal.  Repetitive : reset otomatis setelah recloser success.
  • 36. Non repetitive : memerlukan reset manual (bila terjadi gangguan permanen dan bila gangguan sudah dibebaskan).  PBO atau Recloser adalah relai arus lebih sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah sama (lihat karakteristik OCR).
  • 37. Saklar seksi otomatis (SSO)  Pengertian dan Fungsi SSO  SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol elektronik/ mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan Tegangan Menengah.  SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin.  Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar biasa).
  • 38. Klasifikasi SSO  Penginderaan : berdasarkan tegangan (AVS) atau berdasarkan Arus (Sectionalizer).  Media Pemutus : Minyak, Vacum, Gas SF6.  Kontrol : Hidraulik atau Elektronik  Phase : Fasa tunggal atau Fasa tiga
  • 39. Prinsip Kerja SSO  SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pengaman di sisi sumber (relai recloser atau PBO) untuk mengisolir secara otomatis seksi SUTM yang terganggu.  SSO pada pola ini membuka pada saat rangkaian tidak ada tegangan tetapi dalam keadaan bertegangan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.  SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian berbeban. Saklar ini bekerja atas dasar penginderaan tegangan.  SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan sebagai sumber tenaga penggerak dan pengindera.  Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS di bawah.
  • 40. Prinsip Kerja AVS Gambar 2-17 di bawah sebagai ilustrasi Sistem Distribusi yang terbagi dalam 3 seksi dengan pengaman penyulang sebuah PMT dan dua buah AVS.
  • 41. Gambar 2-17: Sistem Pengaman JTM dengan PMT dan AVS
  • 42. Prinsip operasi AVS :  Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip, tegangan hilang. Setelah t3, semua AVS trip.  PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.  Setelah t1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.  Setelah t2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.  Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2 lepas setelah t3.  PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah t1 sedangkan AVS2 sudah lock-out (karena pada saat masuk pertama AVS2 hanya merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari t2, sehingga menyimpulkan gangguan ada pada seksi berikutnya atau seksi III).